Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

‘’BENTUK-BENTUK GEJALA JIWA DALAM PENDIDIKAN’’

Dosen pengampuh: Prof. Dr. M.H. Taufik, M.Ag

Disusun Oleh :

Dela Prinanda (220101212)

Helma Malina Septiana (220101215)

Sakinah Rasmi (220101222)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM TAHUN AKADEMIK

2024/2025

i
KATA PENGANTAR

Segala Puja dan Puji Sukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kita nikmat dan rahmatnya kepada kita semua. Sholawat serata Salam kami
panjatkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah mengibarkan kan bendera islam
keseluruh penjuru dunia sehingga kami bisa merasakan indahnya islam. Alhamdulillah.

Dalam pengerjaan makalah ini, kerja keras dan usaha dikerahkan dan dukungan dari
bebagai pihak di kerahkan untuk menyelesaikan makalah ini saya ucapkan Terima Kasih.
Walaupun dalam penyusunan makalah masih jauh dari kata sempurna, oleh karna itu keritikan
dan saran kami harapkan dari Dosen dan teman- teman Mahasiswa dan Mahasiswi.

Kami berharap dengan pembuatan makalah ini semoga sebagai penambah wawasan bagi
kita semua tentang konsep dasar psikologi pendidikan.

Mataram, 23 Maret 2024

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I........................................................................................................................................iv
A. Latar Belakang............................................................................................................iv
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................iv
C. Tujuan..........................................................................................................................iv
BAB II.......................................................................................................................................1
A. Pengertian gejala jiwa dalam pendidikan..................................................................1
B. Bentuk-bentuk gejala jiwa...........................................................................................1
C. Bentuk-bentuk gejala jiwa dalam pendidikan...........................................................2
BAB III......................................................................................................................................9
KESIMPULAN.........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Psikologi berasal dari kata psyche yang berarti jiwa, dan logos yang berati ilmu.
Jadi secara istilah, psikologi berarti ilmu jiwa atau ilu yang mempelajari tentang gejala-
gelaja kejiwaan. Tetapi dalam sejarah perkembangan, kemudian arti psikologi menjadi
ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Ini di sebabkan karena jiwa yang
mengandung arti yang abstrak itu sukar untuk dipelajari secara objektif. Kecuali itu,
keadaan jiwa seseorang melatarbelakangi timbulnya hampir setiap tingkah laku.
Beragamnya pandapat para ahli psikologi tentang pengertian dari psikologi, sehingga
bisa disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah
laku dan perbuatan individu dimana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari
lingkungannya.1

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan gejala jiwa?
2. Apa bentuk-bentuk dalam gejala jiwa?
3. Apa saja bentuk-bentuk gejala jiwa dalam pendidikan ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui yang dimaksud gejala jiwa.
2. Agar mengetahui bentuk-bentuk dalam gejala jiwa.
3. Agar mengetahui bentuk-bentuk gejala jiwa dalam pendidikan.

1 https://makalah085731.blogspot.com/2018/02/gejala-jiwa-manusia-dan-apikasinya.html

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian gejala jiwa dalam pendidikan

Kata jiwa berasa dari bahasa Arab “nafs” , yang secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai
jiwa, dalam bahasa inggris berarti soul atau spirit. Secara konseptual, kata jiwa secara umum
dapat bersesuaian dengan sebagai pandangan para ulama dan filosof islam. Khususnya al-Kindi
dan Ibnu Sina, bahwa jiwa adalah kesempurnaan primordial tubuh, yang bersifat alamiah,
mekanis, dan memiliki kehidupan energik.

Gejala jiwa seseorang terwujud dalam perilakunya. Ada beberapa bentuk psikologi dasar
manusia yang dapat ditemukan dalam bidang pendidikan. Ini termasuk pengindraan dan
persepsi, memori, berfikir, emosi serta motivasi. Bentuk-bentuk gejala jiwa (mental) tersebut
2
didasarkan dan mempengaruhi berbagai perilaku guru maupun perilaku siswa.

B. Bentuk-bentuk gejala jiwa


a. Gejala Kognitif

Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanya katanya knowing,berarti
mengetahui. Dalam arti luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan
penggunaan pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi
populer sebagai salah satu dominan atau wilayah psikologis manusia yang meliputi
setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman,prtimbangan,
pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan.

b. Gejala Afektif

Adalah unsur kejiwaan dari sisi emosi atau rasa. Rasa dapat dibedakan kepada rasa
fisik yang berhubungan erat dengan alat dari seperti rasa asin dan rasa psikis yang lebih
berupa rasa dalam seperti emosi, sikap, dan moral.

c. Gejala psikomotorik/ gejala kehendak

2 Ali Ma’sum Effendi,”psikologi pendidikan”,2023,hlm.36

1
Keadaan dalam pribadi manusia yang mendorong untuk berbuat sesuatu yang
mereka kehendaki.3

C. Bentuk-bentuk gejala jiwa dalam pendidikan


a. Pengindraan dan persepsi
Perilaku manusia diawali dengan adanya pengindraan atau sensasi. Pengindraan
atau sensasi adalah proses masuknya stimulus ke dalam indra manusia. Setelah stimulus
masuk ke alat indra manusia, maka otak akan menerjemahkan stimulus tersebut.
kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus disebut dengan persepsi. Persepsi
merupakan proses untuk menerjemahkan atau menginterpretasi yang masuk dalam alat
indra.
Dalam dunia pengindraan pengamatan memegang peran yang sangat dominan
dalam kehidupan sehari-hari. Pengamatan adalah usaha untuk mengenal dunia disekitar
dengan menggunakan indera penglihatan. Dalam kehidupan sehari-hari meskipun
stimulus yang diindra atau diamati sama namun bisa menimbulkan interpretasi hasil
atau persepsi yang berbeda-beda. Sumadi (1990) menyatakan bahwa aspek pengaturan
pengamatan dapat dibedakan menjadi:
1. Pengaturan menurut sudut pandang ruang. Menurut sudut pandang ini arah suatu
ruangan akan berpengaruh pada hasil pengamatan. Misalnya atas-bawah, samping
kanan- samping kiri, jauh-dekat.
2. Pengaturan menurut sudut pandang waktu. Menuruit sudut pandang ini kapan suatu
stimulus diamati akan mempengaruhi hasil pengamatan . misalnya: kemarin dan hari
ini 5 menit pertama dan 5 menit berikut, saat istirahat dan saat bekerja.
3. Pengaturan menurut sudut pandang Gestalt. Menurut sudut pandang gestalt, manusia
cenderung mengamati suatu stimulus sebagai suatu kesatuan yang utuh dibandingkan
melihat sesuatu yang detil. Misalnya melihat suatu bangunan, dilihat sebagai suatu
bangunan rumah yang utuh yang bagus, bukan melihat sesuatu yang detail seperti
gentengnya, pintunya, dindingnya.
4. Pengaturan menurut sudut pandang arti. Dalam sudut pandang ini stimulus yang
diamati dilukiskan berdasarkan artinya bagi kita.

3 https://makalah085731.blogspot.com/2018/02/gejala-jiwa-manusia-dan-apikasinya.html.

2
Perbedaan hasil pengamatan atau persepsi juga dipengaruhi oleh individu atau
orang yang mengamati. Dilihat dari individu atau orang yang mengamati adanya
perbedaan hasil pengamatan dipengaruhi oleh:

1. Pengetahuan, pengalaman atau wawasan seseorang


2. Kebutuhan seseorang
3. Kesenangan atau hobi seseorang
4. Kebiasaan atau pola hidup sehari-hari.4

b. Memori
Memori merupakan aktivitas yang berhubungan dengan masa lalu. Para ahli
pada umumnya memandang memoridalam tiga tahapan atau proses, yaitu memasukkan
pesan dalam ingatan, menyimpan pesan yang sudah masuk ( storage), memunculkan
kembali informasi yang kita terima.
• Macam-macam memori
Terkait dengan rentang waktu informasi bertahan dalam otak kita, memori
dibedakan menjadi memori jangka pendek, memori kerja dan memori jangka panjang.
• Memori jangka pendek
Memori jangka pendek disebut juga immediate memory dan short tem memory.
Informasi dalam memori ini bertahan hanya beberapa detik, rentang waktu informasi
bertahan dalam memori ini sekitar 15-30 detik.
• Memori kerja
Memori kerja atau working memory dapat menyimpan informasi dari beberapa menit
hingga beberapa jam dan memberi waktu yang cukup untuk secara sadar memproses,
melakukan refleksi, dan melaksanakan suatu kegiatan berfikir. Informasi yang masuk
dalam memori kerja juga memungkinkan masuk ke memori jangka panjang juka
informasi tersebut bermakna dan sering diulang.
• Memori jangka panjang
Memori jangka panjang atau long tem memory merupakan kemampuan untuk
menyimpan informasi cenderung menetap/permanent. Informasi dalam memori ini
dapat brtahan dalam beberapa bulan, tahun bahkan seumur hidup. 5

4 Sugianto,”bentuk-bentuk gejala jiwa dalam pendidikan”,hlm2-4.(www.uny.ac.id )


5 Sugianto,” bentuk-bentuk gejala jiwa dalam pendidikan”,hlm 5-7. (www.uny.ac.id )

3
c. Berpikir
Berpikir merupakan aktivitas kognitif manusia yang cukup kompleks. Berpikir
melibatkan berbagai bentuk gejala jiwa seperti sensasi, persepsi maupun memori.
Berpikir biasanya terjadi pada orang yang mengalami masalah atau sedang dihadapkan
pada masalah. Para ahli mendefinisikan berpikir sebagai suatu proses mental yang
bertujuan memecahkan masalah. Hakikatnya, berpikir adalah sebuah kemampuan
untuk menganalisis dan menyeleksi pengetahuan yang diperoleh. Juga tidak lepas dari
muncul dalam pemahaman sendiri. Proses pembentukan keputusan adalah tindakan
yang dilakukan berdasarkan pemahaman atau pendapat individu terhadap sesuatu.
Proses berpikir itu sendiri, pada dasarnya terjadi karena individu yang sedang
berpikir itu berusaha menyelesaikan masalah atau memecahkan masalah yang sedang
dihadapi. Mereka berusaha mendapatkan solusi dari problem yang sedang dihadapinya.
• Macam-macam berpikir

Para ahli berpendapat bahwa dalam penelitian, meneliti proses berpikir itu
sangatlah sulit. Tetapi mereka menyakini bahwa proses berpikir itu memang ada.
Menurut sugihartono, menjelaskan bahwa ada dua jenis cara berpikir pada individu,
yaitu berpikir otak kanan dan otak kiri. Sementara Crow & Crow dalam sri Rumini,
menyebutkan ada dua jenis berpikir pada individu, yaitu berpikir reflektif dan berpikir
kreatif.

• Berpikir otak kanan dan otak kiri


Otak terbagi menjadi dua bagian, yaitu hemisfer kanan, otak bagian kanan dan
hemisfer kiri, otak bagian kiri. Perbedaan letak tersebut menghasilkan perbedaan cara
kerja, ranah kerja, dan karakteristik kerjanya. Pada otak kiri, karakteristik kerjanya
cenderung pada hal-hal yang bersifat kuantitatif, logika, angka-angka, kata-kata, dan
huruf. Sifat kerjanya adalah sistematis, dan mencoba memahami sesuatu dari hal
spesifik ke hal yang bersifat umum. Sedangkan otak kanan bersifat acak, memahami
sesuatu dari hal umum menuju pada hal spesifik, dan karakteristik kerjanya cenderung
pada grafik, gambar, musik.6

d. Intelegensi

6 Sugiyanto,”bentuk-bentuk gejala jiwa dalam pendidikan”, hlm 8. (www.uny.ac.id )

4
Intelegensi merupakan kecakapan mental yang berpengaruh terhadap
kemampuan seseorang untuk menyelesaikan masalah, mengatasi permasalahan-
permasalahan baru yang harus diselesaikan, menganalisis dari pengalaman, dan dapat
diukur dengan menggunakan tes IQ.
• Macam-macam intelegensi
Howard Gardner merupakan seorang ahli pendidikan yang berpendapat bahwa
semua anak itu cerdas. Dan setiap diri anak terdapat 9 jenis kecerdasan yang berbeda-
beda, diantaranya;
1. Kecerdasan linguistik (Linguistik Intelligence)
Kecerdasan linguistik merupakan kecakapan dalam menggunakan kata-kata.
Kemampuan kepekaan terhadap makna kata, aturan kata, ungkapan kata, serta fungsi
bahasa. Anak yang memiliki kecerdasan linguistik biasanya sangat aktif dalam hal
menyampaikan maksud seperti; tanya-jawab, berargumen, bercerita, dan hal lain untuk
mengekspresikan dirinya melalu bahasa.
2. Kecerdasan logis-matematis (Logical-Mathematical Intelligence)
Kecerdasan logis-matematis merupakan kemampuan menganalisis atau
pemecahan masalah secara hipotesis (praduga). Seorang anak yang memiliki
kecerdasan logis-matematis biasanya memiliki ketertarikan dalam urusan akal (logika)
sesuatu kebenaran yang harus ada pembuktiannya (masuk akal).
3. Kecerdasan visual dan spasial (Visual-Spatial Intelligence)
Kecerdasan visual dan spasial merupakan kemampuan memahami konsep yang
berhubungan dengan ruang, posisi, letak, dan bentuk-bentuk tiga dimensi. Seorang anak
memiliki kecerdasan menyukai kesenian seperti menggambar,melukis,mengukir,
bangunan, tontonan (film atau video), serta lain-lain yang berwujud dimensi.
4. Kecerdasan musik (Musical Intelligence)
Kecerdasan musik merupakan kemampuan terhadap melodi dan ritme dari
musik yang didengar. Kemampuan menikmati, menghayati, mengamati, mengarang,
membedakan, membentuk, serta mengekspresikan bentuk-bentuk musik.
5. Kecerdasan interpersonal (Interpersonal Intelligence)
Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan berinteraksi sosial dengan
mengerti dan mengamati terkait suasana hati, motivasi, maksud, dan perasaan orang
lain.
6. Kecerdasan intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)

5
Kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan untuk memahami diri sendiri
termasuk memahami kelebihan dan kelemahan diri sendiri, sehingga kecerdasan
interpersonal ini mudah dalam membentuk kemampuan memotivasi diri sendiri untuk
menjadi pribadi yang lebih baik.
7. Kecerdasan kinestetik-jasmani (Bodily-Kinestehetic Intelligence)
Kecerdasan kinestetik-jasmani merupakan kemampuan mengekspresikan diri
melalui gerakan fisik termasuk mengekspresikan tentang ide, pemikiran, dan perasaan
8. Kecerdasan naturalis (Naturalist Intelligence)
Kemampuan Kecerdasan untuk mengenali, mengategorikan, membedakan
terhadap sesuatu yang ditemui di alam atau lingkungan.
9. Kecerdasan eksistensial (Existential Intelligence)
Kecerdasan naturalis merupakan kemampuan kecerdasan yang menaruh
perhatian pada masalah hidup yang paling esensial. Kemampuan dalam keingintahuan
pada pemaknaan mendalam seperti makna hidup dan mati, makna ada dan tiada, serta
makna batin.7
• Unsur-unsur intelegensi
a. Unsur bawaan, intelegensi anak yang bersifat warisan (bawaan) dari keluarga
sedarah. Salah satu ciri pengaruh bawaan adalah tingkat kemampuan intelegensi
cenderung sama dengan kemampuan intelegensi keluarga sedarah.
b. Unsur lingkungan, Intelegensi anak yang bersifat kebiasaan yang terjadi di
lingkungan sekitar. Faktor ini berpengaruh kuat terhadap rangsangan kognitif
emosional anak.8
• Implikasi Intelegensi dalam pendidikan

Kemampuan yang dapat dikembangkan seiring berjalannya waktu.


Pengembangan kemampuan intelegensi siswa menjelaskan bahwa setiap siswa
memiliki intelegensi yang berbeda-beda. Hal ini dapat dijadikan sumber pedoman
untuk guru agar lebih mudah dalam memahami kemampuan siswa dalam setiap
pembelajaran sehingga proses pelaksanaan pembelajaran dapat dirancang dengan bijak
untuk membantu (memfasilitasi) siswa memperoleh pembelajaran sesuai dengan
intelegensinya masing-masing Sebagaimana yang dinyatakan oleh Howard Gardner
(Musfiroh & Teoretis, 2014). bahwa “kita semua begitu berbeda karena pada

7 Ali Ma’sum Effendi,”psikologi pendidikan’’,2023,hlm 53-59.


8 Ali Ma’sum Effendi, “psikologi pendidikan”, 2023, hlm 59.

6
hakikatnya kita memiliki kombinasi inteligensi yang berbeda. Jika kita sadari hal ini,
setidaknya kita lebih berpeluang untuk mampu mengatasi secara tepat berbagai
problem yang kita hadapi dalam hidup di dunia.”9

Intelegensi sangat penting bagi pendidikan dan pengajaran di antaranya:

a. Itelegensi (kecerdasan) bergantung kepada dasar dan keturunan, tetapi dengan arti
bahwa tiap orang karena hareditasnya mempunyai batas kecerdasan yang tidak dapat
dilampaui, bagaimanapun baiknya pendidikan.
b. Tercapai atau tidaknya batas kecerdasan atau batas kemampuan pikiran seseorang
dipengaruhi pula oleh faktor-faktor dari luar. Pertumbuhan jiwa tidak terjadi hanya
dengan sendirinya karena kekuatan dari dalam saja, karena kekuatan dari luar, antara
lain pendidikan dan pengajaran yang baik.
c. Adanya kekuatan tumbuh dari dalam itu harus kita akui, tiap-tiap anak mengalami
perkembangan dalam pertumbuhan intelegensinya.
d. Mendapatkan sendiri suatu paham yang baru adalah jauh lebih sukar daripada
pemahaman pendapat -pendapat orang lain yang sudah ada. 10
e. Motivasi dan emosi
Menurut para ahli motivasi merupakan suatu bentuk ungkapan yang mengarah
pada tingkah laku seseorang terhadap tujuan atau rangsangan yang ingin dicapai.
Motivasi ialah bentuk perubahan energi pada pribadi seseorang yang didringi dengan
adanya perasaan dan reaksi yang kuat untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan. Dari
para ahli dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah sebuah rangsangan yang didasari
dengan adanya pengaruh dari (dalam diri dan luar diri) sebagai daya penggerak untuk
mencapai tujuan.
Motivasi juga dapat diartikan sebagai alat stimulus untuk memperoleh sesuatu.
Emosi dan motivasi adalah gejala psikologis yang terjadi pada setiap orang. Emosi
diartikan sebagai dorongan untuk bertindak sesuai dengan kondisi perasaan seseorang,
sedangkan motivasi merupakan dorongan bertindak untuk suatu tujuan Kedua tentu
memiliki hubungan erat yang tidak dapat dipisahkan karena keduanya terjadi atas dasar
adanya perasaan.11
• Macam-macam motivasi

9 Ali Ma’sum Effendi, “psikologi pendidikan” 2023, hlm 60


10 Dr. H. Endang Hermawan,”psikologi pendidikan”, 2020, hlm 47.
11 Ali Ma’sum Effendi, “psikologi pendidikan “, 2023, hlm 60-61

7
Terdapat beberapa macam-macam bentuk motivasi yang dialami seseorang, seperti:
a. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang terjadi tanpa ada rangsangan dari luar.
Motivasi ini aktif kerena rangsangan pada dirinya sendiri karena hakikatnya setiap
individu memiliki dorongan dalam dirinya sendiri.
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang terjadi atas adanya rangsangan dari luar.
Motivasi ini aktif karena rangsangan yang didapat atau diberikan dari pihak luar.
Motivasi ekstrinsik memiliki motif khusus terhadap sesuatu yang diinginkan,
seperti halnya sebuat tuntutan yang telah disepakati sehingga motivasi ini juga
menghadirkan pengaruh bagi pihak luar. 12
• Impilikasi motivasi dan emosi dalam pendidikan
Untuk mengembangkan motivasi yang baik pada anak-anak didik, di samping kita
harus menjauhkan saran-saran atau sugesti yang negatif yang dilarang oleh agama atau
yang bersifat asosial dan dursila, yang lebih penting lagi adalah membina pribadi anak
didik agar dalam diri anak-anak terbentuk adanya moyif-motif yang mulia, luhur, dan
dapat diterima masyarakat. Untuk itu, berbagai usaha dapat kita lakukan. Kita dapat
mengatur dan menyediakan situasi-situasi yang baik dalam lingkungan keluarga
maupun disekolah yang memungkinkan timbulkan persaingan atau kompetisi yang
sehat antar anak didik kita. 13

12 Ali Ma’sum Effendi, “psikologi pendidikan”,2023,hlm 61-62


13 Dr. H. Endang Hermawan,”psikologi pendidikan”, 2020, hlm 66.

8
BAB III
KESIMPULAN

Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik
sebagai individu maupun dalan hubungan dengan lingkungannya. Adapun bentuk-bentuk
gejala jiwa seperti gejala kognitif, gejala efektif adan gejala psikomotir dan bentuk-bentuk
gejala jiwa dalam pendidikan diantaranya ada pengindraan dan persepsi, memori, berfikir
inteligensi dan motivasi dan emosi.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://makalah085731.blogspot.com/2018/02/gejala-jiwa-manusia-dan-apikasinya.html

Effendi M, A. (2023). Psikologi pendidikan. Sumatera barat: mitra cendekia media

Herman Endang,MM (2020). Psikologi pendidikan. Kencana Utama

Sugiyanto,(2021).”bentuk-bentuk gejala jiwa dalam pendidikan”. (www.uny.ac.id )

10
11

Anda mungkin juga menyukai