Anda di halaman 1dari 28

HUBUNGAN PSIKOLOGI DENGAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas


Mata kuliah : Psikologi Belajar Dan Pembelajaran
Dosen Pengampu : Taufik Firdaus, S.Sos., M.Pd.I

Disusun Oleh.

Saripudin (2122.03.1196)

PRODI PENDIDKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
MIFTAHUL HUDA
PAMANUKAN
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “HUBUNGAN
PSIKOLOGI DENGAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran. Selain itu makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang seputar pemikiran Hubungan
Psikologi Dengan Belajar Dan Pembelajaran dalam kehidupan bagi para
pembaca dan juga penulis. Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak Taufik
Firdaus, S.Sos., M.Pd.I yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan kami.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Pamanukan, 09 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii


DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ................................................................................................ 4
A. Definisi Definisi Psikologi ..................................................................... 4
B. Konsep Dasar Belajar............................................................................. 6
C. Konsep Dasar Pembelajaran .................................................................. 12
D. Hubungan Psikologi Dengan Belajar Dan Pembelajaran....................... 20
BAB III .............................................................................................................. 24
PENUTUP .......................................................................................................... 24
A. Kesimpulan ............................................................................................ 24
B. Saran....................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Psikologi adalah studi ilmiah tentang perilaku dan proses mental.


Psikologi pendidikan sebagai cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan
diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan
pendidikan, dipahami bahwa psikologi pendidikan ialah suatu kajian yang
sangat luas.

Psikologi berasal dari perkataan psyche bahasa Yunani artinya


jiwa, dan logos artinya ilmu pengetahuan. Secara etimologi psikologi
artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai jenis
gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya. Berbicara tentang
psikologi, kita harus dapat membedakan antara nyawa dan jiwa, nyawa
adalah daya jasmaniah yang keberadaannya bergantung pada hidup
jasmani dan menimbulkan perbuatan badaniah (organic behavior) yaitu
perbuatan yang ditimbulkan oleh proses belajar. Misalnya: insting, refleks,
nafsu. Jika jasmani mati maka mati pula nyawanya, sedangkan jiwa adalah
daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak, yang menjadi penggerak dan
pengatur bagi seluruh perbuatan-perbuatan pribadi (personal behavior).
Perbuatan pribadi ialah perbuatan sebagai hasil proses belajar yang
dimungkinkan oleh keadaan jasmani, rohani, sosial dan lingkungan.

Psikologi pada mulanya digunakan para ilmuwan dan para filosof


untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam memahami akal fikiran dan
tingkah laku aneka ragam makhluk hidup mulai yang primitif sampai yang
paling modern. Psikologi menyentuh banyak bidang kehidupan baik
manusia maupun hewan. Secara spesifik, psikologi lebih banyak dikaitkan
dengan kehidupan manusia. Psikologi didefenisikan sebagai ilmu
pengetahuan yang berusaha memahami perilaku manusia, alasan dan cara

1
mereka melakukansesuatu, dan juga bagaimana makhluk berfikir dan
berperasaan.

Peran pendidikan sangat berpengaruh terhadap kepentingan


masyarakat bangsa, negara dan kemanusiaan. Hubungan antara pendidikan
dan masyarakat mencakup nilai agama, sosial, tatanan ekonomi, politik
dan negara. Keberhasilan pendidikan anak dipandang sebagai keberhasilan
suatu bangsa, sehingga proses pendidikan harus memiliki orientasi
terhadap masyarakat. Lingkungan memberikan kemungkinan-
kemungkinan dan kesempatan pada individu. Pendidikan bersifat aktif
penuh tanggung jawab dan ingin mengarahkan perkembangan individu ke
suatu tujuan tertentu. Anak yang mendapatkan pembinaan sejak dini dapat
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan fisik dan mental, berdampak
pada peningkatan prestasi belajar, etos kerja, dan produktivitas. Dengan
bekal ini anak lebih mampu untuk mandiri dan mengoptimalkan potensi
yang dimilikinya.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti melakukan


pengkajian lebih dalam dengan judul “Hubungan Psikologi Dengan
Belajar Dan Pembelajaran”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Definisi Psikologi ?


2. Bagaimana Konsep Dasar Belajar ?
3. Bagaimana Konsep Dasar Pembelajaran ?
4. Bagaimana Hubungan Psikologi Dengan Belajar Dan Pembelajaran ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Definisi Psikologi.


2. Untuk Mengetahui Bagaimana Konsep Dasar Belajar.
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Konsep Dasar Pembelajaran.

2
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Hubungan Psikologi Dengan Belajar
Dan Pembelajaran.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Psikologi
Psikologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani Psychology yang
merupakan gabungan dan kata psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan
logos berarti ilmu. Secara harafiah psikologi diartikan sebagal ilmu jiwa.
Istilah psyche atau jiwa masih sulit didefinisikan karena jiwa itu merupakan
objek yang bersifat abstrak, sulit dilihat wujudnya, meskipun tidak dapat
dimungkiri keberadaannya. Dalam beberapa dasawarsa ini istilah jiwa sudah
jarang dipakai dan diganti dengan istilah psikis. Beberapa ahli mempelajari
jiwa atau psikis manusia dari gejala-gejala yang diakibatkan oleh keberadaan
psikis tersebut. Dimyati Mahmud (1989) menjelaskan bahwa manusia
menghayati kehidupan kejiwaan berupa kegiatan berfikir, berfantasi,
mengingat, sugestif, sedih dan senang, berkemauan dan sebagainya.
Gejala jiwa pada manusia dibedakan menjadi gejala pengenalan
(kognisi), gejala perasaan (afeksi), gejala kehendak (konasi), dan gejala
campuran (psikomotorik). Gejala pengenalan atau kognisi merupakan suatu
proses atau upaya manusia dalam mengenal berbagai macam stimulus atau
informasi yang masuk kedalam alat indranya, menyimpan, menghubung-
hubungkan, menganalisa, dan memecahkan suatu masalah berdasar stumulus
atau informasi tersebut. Termasuk dalam gejala pengenalan adalah
pengindraan dan persepsi, asosiasi, memori, berfikir, inteligensi. Gejala
afeksi atau perasaan adalah kemampuan untuk merasakan suatu suatu
stimulus yang kita terima, termasuk didalamnya adalah perasaan sedih,
senang, bosan, marah, benci, cinta dan lain sebagainya. Afeksi atau perasaan
manusia yang kuat sering disebut pula dengan emosi . Gejala psikomotorik
atau campuran merupan gabungan dari gejala kognitif dan afektif, yang
memunculkan suatu gerakan/tingkah laku tertentu pada anak. Contoh bentuk
gejala ini adalah belajar, sugesti, kelelahan, kepribadian dan berbagai bentuk

4
aktifitas yang melibatkan gerakan motorik, misalnya membaca, berjalan-
jalan, dan makan.
Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990) dinyatakan
bahwa Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan
binatang baik yang dapat dilihat secara langsung maupun yang tidak dapat
dilihat secara langsung. Dakir (1993) menyatakan bahwa psikologi
membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
Muhibbin Syah (2001) menyimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada
manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan
lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat
psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain
sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan,
berperasaan dan lain sebagainya.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia,
baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya.
Tingkah laku tersebut berupa tingkah laku yang tampak maupun tidak
tampak, tingkah laku yang disadari maupun yang tidak disadari.
Pada hakekatnya tingkah laku manusia itu sangat luas, semua yang
dialami dan dilakukan manusia merupakan tingkah laku. Semenjak bangun
tidur sampai tidur kembali manusia dipenuhi oleh berbagai tingkah laku.
Dengan demikian objek ilmu psikologi sangat luas. Karena luasnya objek
yang dipelajari psikologi, maka dalam perkembangannya ilmu psikologi
dikelompokkan dalam beberapa bidang, yaitu:
1. Psikologi Perkembangan, yaitu ilmu yang mempelajari tingkah
laku yang terdapat pada tiap-tiap tahap perkembangan manusia
sepanjang rentang kehidupannya.
2. Psikologi Pendidikan, yaitu ilmu yang mempelajari tingkah
laku manusia dalam situasi pendidikan.

5
3. Psikologi Sosial, ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia
dalam berhubungan dengan masyarakat sekitarnya.
4. Psikologi Industri, ilmu yang mempelajari tingkah laku yang
muncul dalam dunia industri dan organisasi.
5. Psikologi Klinis, ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia
yang sehat dan tidak sehat, normal dan tidak normal, dilihat
dari aspek psikisnyaoptimal

B. Konsep Dasar Belajar


1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai
hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Santrock dan Yussen (1994) mendefinisikan belajar
sebagai perubahan yang relatif bersifat permanen karena adanya
pengalaman. Reber (1988) mendefinisikan belajar dalam 2 pengertian.
Pertama, belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan dan kedua,
belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng
sebagai hasil latihan yang diperkuat. Dari berbagai definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses memperoleh
pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan
kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya
interaksi individu dengan lingkungannya.
2. Ciri-ciri Prilaku Belajar
Tidak semua tingkah laku dikategorikan sebagai aktivitas belajar.
Adapun tingkah laku yang dikategorikan sebagai perilaku belajar
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Perubahan tingkah laku terjadi secara sadar
Suatu perilaku digolongkan sebagai aktivitas belajar apabila
pelaku menyadari terjadinya perubahan tersebut atau sekurang-
kurangnya merasakan adanya suatu perubahan dalam dirinya
misalnya menyadari pengetahuannya bertambah. Oleh karena itu,

6
perubahan tingkah laku yang terjadi karena mabuk atau dalam
keadaan tidak sadar tidak termasuk dalam pengertian belajar.
b. Perubahan bersifat kontinu dan fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang berlangsung secara berkesinambungan dan tidak statis.
Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan
berikutnya dan selanjutnya akan berguna bagi kehidupan atau bagi
proses belajar berikutnya. Misalnya jika seorang anak belajar
membaca, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat
membaca menjadi dapat membaca. Perubahan ini akan
berlangsung terus sampai kecakapan membacanya menjadi cepat
dan lancar. Bahkan dapat membaca berbagai bentuk tulisan
maupun berbagai tulisan di beragam media.
c. Perubahan bersifat positif dan aktif
Perubahan tingkah laku merupakan hasil dari proses belajar
apabila perubahan-perubahan itu bersifat positif dan aktif.
Dikatakan positif apabila perilaku senantiasa bertambah dan
tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari
sebelumnya. Makin banyak usaha belajar dilakukan maka makin
baik dan makin banyak perubahan yang diperoleh. Perubahan
dalam belajar bersifat aktif berarti bahwa perubahan tidak terjadi
dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri. Oleh
karena itu, perubahan tingkah laku karena proses kematangan
yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam tidak
termasuk perubahan dalam pengertian belajar.
d. Perubahan bukan bersifat sementara
Perubahan yang terjadi karena belajar bersifat menetap atau
permanen. Misalnya kecakapan seorang anak dalam bermain
sepeda setelah belajar tidak akan hilang begitu saja melainkan
akan terus dimiliki bahkan akan makin berkembang kalau terus
dipergunakan atau dilatih.

7
e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Perubahan tingkah laku dalam belajar mensyaratkan adanya
tujuan yang akan dicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada
perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya
seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan
apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik. Dengan
demikian perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah
kepada tingkah laku yang ditetapkannya.
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui proses
belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika
seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami
perubahan tingkah laku secara meyeluruh dalam sikap,
ketrampilan, pengetahuan, dan sebagainyakelompok belajar, dan
lain-lain.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri
individu yang sedang belajar, sedang faktor eksternal adalah faktor yang
ada di luar individu. Faktor internal meliputi : faktor jasmaniah dan faktor
psikologis. Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh,
sedangkan faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan, dan kelelahan. Faktor ekstern yang berpengaruh
dalam belajar meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor
masyarakat. Faktor keluarga dapat meliputi cara orangtua mendidik, relasi
antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orangtua, dan latarbelakang kebudayaan. Faktor sekolah yang
mempengaruhi belajar meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu
sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas

8
rumah. Faktor masyarakat dapat berupa kegiatan siswa dalam masyarakat,
teman bergaul, bentuk kehidupan dalam masyarakat, dan media massa.
Muhibbinsyah (1997) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar menjadi 3 macam, yaitu: 1) faktor internal, yang meliputi keadaan
jasmani dan rohani siswa, 2) faktor eksternal yang merupakan kondisi
lingkungan di sekitar siswa, dan 3) faktor pendekatan belajar yang
merupakan jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode
yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-
materi pelajaran.
Ditinjau dari faktor pendekatan belajar, terdapat 3 bentuk dasar
pendekatan belajar siswa menurut hasil penelitian Biggs (1991), yaitu :
a. Pendekatan surface (permukaan/bersifat lahiriah). Yaitu
kecenderungan belajar siswa karena adanya dorongan dari luar
(ekstrinsik), misalnya mau belajar karena takut tidak lulus ujian
sehingga dimarahi orangtua. Oleh karena itu gaya belajarnya
santai, asal hafal, dan tidak mementingkan pemahaman yang
mendalam.
b. Pendekatan deep (mendalam). Yaitu kecenderungan belajar
siswa karena adanya dorongan dari dalam (intrinsik), misalnya
mau belajar karena memang tertarik pada materi dan merasa
membutuhkannya.Oleh karena itu gaya belajarnya serius dan
berusaha memahami materi secara mendalam serta memikirkan
cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
c. Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi). Yaitu
kecenderungan belajar siswa karena adanya dorongan untuk
mewujudkan ego enhancement yaitu ambisi pribadi yang besar
dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara
meraih prestasi setinggi-tingginya. Gaya belajar siswa ini lebih
serius daripada siswa yang menggunakan pendekatan belajar
lainnya. Terdapat ketrampilan belajar yang baik dalam arti
memiliki kemampuan tinggi dalam mengatur ruang kerja,

9
membagi waktu dan menggunakannya secara efisien, serta
memiliki ketrampilan tinggi dalam penelaahan silabus.
Disamping itu siswa dengan pendekatan ini juga sangat
disiplin, rapi, sistematis, memiliki perencanaan kedepan (plans
ahead), dan memiliki dorongan berkompetisi tinggi secara
positif.
4. Motivasi Belajar
Motivasi belajar memegang peran yang sangat penting dalam
pencapaian prestasi belajar. Motivasi menurut Wlodkowsky (dalam
Prasetya dkk, 1985) merupakan suatu kondisi yang menyebabkan atau
menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah dan ketahanan
pada tingkah laku tersebut. Motivasi belajar yang tinggi tercermin dari
ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses meskipun
dihadang oleh berbagai kesulitan.
Biggs dan Telfer (dalam Dimyati dkk, 1994) menyatakan bahwa
pada dasarnya siswa memiliki bermacam-macam motivasi dalam belajar.
Macam-macam motivasi tersebut dapat dibedakan menjadi 4 golongan,
yaitu : 1) motivasi instrumental, 2) motivasi sosial, 3) motivasi
berprestasi, dan 4) motivasi intrinsik. Motivasi instrumental berarti bahwa
siswa belajar karena didorong oleh adanya hadiah atau menghindari
hukuman. Motivasi sosial berarti bahwa siswa belajar untuk
penyelenggaraan tugas, dalam hal ini keterlibatan siswa pada tugas
menonjol. Motivasi berprestasi berarti bahwa siswa belajar untuk meraih
prestasi atau keberhasilan yang telah ditetapkannya. Motivasi instrinsik
berarti bahwa siswa belajar karena keinginannya sendiri.
Motivasi yang tinggi dapat menggiatkan aktivitas belajar siswa.
Motivasi tinggi dapat ditemukan dalam sifat perilaku siswa antara lain :
a. Adanya kualitas keterlibatan siswa dalam belajar yang sangat
tinggi.
b. Adanya perasaan dan keterlibatan afektif siswa yang tinggi
dalam belajar.

10
c. Adanya upaya siswa untuk senantiasa memelihara atau
menjaga agar senantiasa memiliki motivasi belajar tinggi.
Dari berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller (dalam
Prasetya, 1997) menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat
diterapkan dalam proses belajar mengajar yang disebut sebagai model
ARCS. Dalam model tersebut ada 4 kategori kondisi motivasional yang
harus diperhatikan guru agar proses penbelajaran yang dilakukannya
menarik, bermakna, dan memberi tantangan pada siswa. Keempat kondisi
tersebut adalah :
1. Attention (perhatian)
Perhatian siswa muncul didorong rasa ingin tahu. Oleh
karena itu rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan
sehingga siswa selalu memberikan perhatian terhadap materi
pelajaran yang diberikan. Agar siswa berminat dan
memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan guru dapat
menyampaikan materi dan metode secara bervariasi, senantiasa
mendorong keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar,
dan banyak menggunakan contoh-contoh dalam kehidupan
sehari-hari untuk memperjelas konsep.
2. Relevance (relevansi)
Relevansi menunjukkan adanya hubungan antara materi
pelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Motivasi siswa
akan terpelihara apabila siswa menganggap apa yang dipelajari
memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan sesuai
dengan nilai yang dipegang.
3. Confidence (kepercayaan diri)
Merasa diri kompeten atau mampu merupakan potensi
untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan.
Bandura (1977) mengembangkan konsep tersebut dengan
mengajukan konsep self efficacy. Konsep tersebut berhubungan
dengan keyakinan pribadi bahwa dirinya memiliki kemampuan

11
untuk melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan.
Self efficacy tinggi akan semakin mendorong dan memotivasi
siswa untuk belajar tekun dalam mencapai prestasi belajar
maksimal. Agar kepercayaan diri siswa meningkat guru perlu
memperbanyak pengalaman berhasil siswa misalnya dengan
menyusun aktivitas pembelajaran sehingga mudah dipahami,
menyusun kegiatan pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang
lebih kecil, meningkatkan harapan untuk berhasil dengan
menyatakan persyaratan untuk berhasil, dan memberikan
umpan balik yang konstruktif selama proses pembelajaran.
4. Satisfaction (kepuasan)
Keberhasilan dalam mencapai tujuan akan menghasilkan
kepuasan, dan siswa akan semakin termotivasi untuk mencapai
tujuan yang serupa. Kepuasan dalam pencapaian tujuan
dipengaruhi oleh konsekwensi yang diterima, baik yang berasal
dari dalam maupun dari luar diri siswa. Untuk meningkatkan
dan memelihara motivasi siswa, guru dapat memberi penguatan
(reinforcement) berupa pujian, pemberian kesempatan dan
sebagainya.

C. Konsep Dasar Pembelajaran


1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran menurut Sudjana (2000) merupakan setiap upaya
yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan
peserta didik melakukan kegiatan belajar. Gulo (2004) mendefinisikan
pembelajaran sebagai usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang
mengoptimalkan kegiatan belajar. Nasution (2005) mendefinisikan
pembelajaran sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur
lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik
sehingga terjadi proses belajar. Lingkungan dalam pengertian ini tidak

12
hanya ruang belajar, tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan,
laboratorium, dan sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar siswa.
Biggs (1985) membagi konsep pembelajaran dalam 3 pengertian,
yaitu :
a. Pembelajaran dalam Pengertian Kuantitatif
Secara kuantitatif pembelajaran berarti penularan
pengetahuan dari guru kepada murid. Dalam hal ini guru
dituntut untuk menguasai pengetahuan yang dimiliki sehingga
dapat menyampaikannya kepada siswa dengan sebaik-baiknya.
b. Pembelajaran dalam Pengertian Institusional
Secara institusional pembelajaran berarti penataan segala
kemampuan mengajar sehingga dapat berjalan efisien. Dalam
pengertian ini guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan
berbagai teknik mengajar untuk bermacam-macam siswa yang
memiliki berbagai perbedaan indvidual.
c. Pembelajaran dalam Pengertian kualitatif
Secara kualitatif pembelajaran berarti upaya guru untuk
memudahkan kegiatan belajar siswa. Dalam pengertian ini
peran guru dalam pembelajaran tidak sekedar menjejalkan
pengetahuan kepada siswa, tetapi juga melibatkan siswa dalam
aktivitas belajar yang efektif dan efisien.
Dari berbagai pengertian pembelajaran di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan
sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan,
mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai
metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif
dan efisien serta dengan hasil optimal.
2. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran berarti cara yang dilakukan dalam proses
pembelajaran sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. Dalam
pembelajaran terdapat beragam jenis metode pembelajaran. Masing-

13
masing metode memiliki kelebihan dan kelemahan. Guru dapat memilih
metode yang dipandang tepat dalam kegiatan pembelajarannya. Berikut ini
berbagai metode pembelajaran yang dapat dipilih guru dalam kegiatan
pembelajaran.
1. Metode ceramah
Merupakan metode penyampaian materi dari guru
kepada siswa dengan cara guru menyampaikan materi
melalui bahasa baik verbal maupun nonverbal. Metode
ceramah murni cenderung pada bentuk komunikasi satu
arah. Dalam hal ini kedudukan siswa adalah sebagai
penerima materi pelajaran dan guru sebagai sumber belajar.
Metode ini banyak menuntut keaktifan guru. Guru dituntut
dapat menyampaikan materi dengan kalimat yang mudah
dipahami anak didik. Keberhasilan metode ceramah ini
tidak semata-mata karena kehebatan guru dalam bermain
kata-kata atau kalimat, tetapi juga didukung oleh alat-alat
pembantu lain seperti gambar-gambar, potret, benda,
barang tiruan, film, peta, dan sebagainya. Metode ini
mudah dilaksanakan dan dapat diikuti anak didik dalam
jumlah besar
2. Metode Latihan
Merupakan metode penyampaian materi melalui
upaya penanaman terhadap kebiasaan-kebiasaan tertentu.
Melalui penanaman terhadap kebiasaan-kebiasaan tertentu
ini diharapkan siswa dapat menyerap materi secara lebih
optimal.
3. Metode Tanya Jawab
Merupakan cara penyajian materi pelajaran melalui
bentuk pertanyaan yang harus dijawab oleh anak didik.
Dengan metode ini dikembangkan ketrampilan mengamati,
menginterpretasi, mengklasifikasikan, membuat

14
kesimpulan, menerapkan, dan mengomunikasikan.
Penggunaan metode ini bertujuan untuk memotivasi anak
mengajukan pertanyaan selama proses pembelajaran atau
guru mengajukan pertanyaan dan anak didik menjawab.
4. Metode Karyawisata
Merupakan metode penyampaian materi dengan
cara membawa langsung anak didik langsung ke objek di
luar kelas atau di lingkungan kehidupan nyata agar siswa
dapat mengamati atau mengalami secara langsung. Metode
ini menjadikan bahan yang dipelajari di sekolah lebih
relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di
masyarakat.
5. Metode Demonstrasi
Merupakan metode pembelajaran dengan cara
memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda
yang berkaitan dengan bahan pelajaran. Metode ini
menghendaki guru lebih aktif daripada anak didik. Dapat
dilakukan dalam bentuk guru memperlihatkan suatu proses
dan kerja suatu benda atau siswa melakukan demonstrasi
baik secara individual atau kelompok dengan bimbingan
guru. Metode ini dapat membantu siswa memahami dengan
jelas alannya suatu proses atau kerja suatu benda melalui
pengamatan dan contoh konkrit.
6. Metode Sosiodrama
Merupakan metode pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada anak didik untuk melakukan kegiatan
memainkan peranan tertentu yang terdapat dalam
kehidupan sosial. Dalam hal ini anak didik dibina agar
terampil mendramatisasikan atau mengekspresikan sesuatu
yang dihayati.
7. Metode Bermain Peran

15
Merupakan metode pembelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan anak didik
dengan cara anak didik memerankan suatu tokoh baik tokoh
hidup atau benda mati. Metode ini dapat mengembangkan
penghayatan, tanggungjawab, dan terampil dalam
memaknai materi yang dipelajari.
8. Metode Diskusi
Merupakan metode pembelajaran melalui
pemberian masalah kepada siswa dan siswa diminta
memecahkan masalah secara kelompok. Metode ini dapat
mendorong siswa untuk mampu mengemukakan pendapat
secara konstruktif serta membiasakan siswa untuk bersikap
toleran pada pendapat orang lain.
9. Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
Merupakan metode pembelajaran melalui
pemberian tugas kepada siswa. Misalnya guru menugaskan
siswa membaca materi tertentu, selanjutnya guru dapat
menambahkan tugas lain misalnya membaca buku lain
sebagai pembanding. Tugas biasanya diikuti dengan
resitasi. Resitasi merupakan metode pembelajaran berupa
tugas pada siswa untuk melaporkan pelaksanaan tugas yang
telah diberikan guru. Metode ini mendorong siswa berani
mengambil tanggungjawab, kemandirian, dan inisiatif
siswa.
10. Metode Eksperimen
Merupakan metode pembelajaran dalam bentuk
pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan
suatu proses atau percobaan. Dengan metode ini siswa
diharapkan dapat sepenuhnya terlibat dalam perencanaan
eksperimen, pengumpulan fakta, pengendalian variabel, dan
upaya dalam menghadapi masalah secara nyata.

16
11. Metode Proyek
Merupakan metode pembelajaran berupa penyajian
kepada siswa materi pelajaran yang bertitik tolak dari suatu
masalah yang selanjutnya dibahas dari berbagai sisi yang
relevan sehingga diperoleh pemecahan secara menyeluruh
dan bermakna. Prinsip metode ini adalah membahas suatu
materi pembelajaran ditinjau dari sudut pandang pelajaran
lain. Metode ini dapat memantapkan pengetahuan yang
diperoleh anak didik, menyalurkan minat, dan melatih
siswa menganalisis suatu materi dengan wawasan yang
luas.
Penggunaan berbagai metode pembelajaran di atas bersifat
luwes tergantung pada beberapa faktor. Faktor yang menentukan
dipilihnya suatu metode dalam pembelajaran antara lain tujuan
pembelajaran, tingkat kematangan anak didik, dan situasi dan kondisi yang
ada dalam proses pembelajaran. Adapun prinsip penting pemilihan suatu
metode pembelajaran adalah disesuaikan dengan tujuan, tidak terikat pada
satu alternatif metode, dan penggunaannya bersifat kombinasi.
3. Peran Guru Dalam Aktivitas Pembelajaran
Peran guru dalam aktivitas pembelajaran sangat kompleks. Guru
tidak sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya,
akan tetapi guru juga dituntut untuk memainkan berbagai peran yang
bertujuan untuk mengembangkan potensi anak didiknya secara optimal.
Djamarah (2000) merumuskan peran guru dalam pembelajaran
sebagai berikut:
a. Korektor. Sebagai korektor guru berperan menilai dan
mengoreksi semua hasil belajar, sikap, tingkah laku, dan
perbuatan siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah
sehingga pada akhirnya siswa dapat mengetahui.

17
b. Inspirator. Sebagai inspirator guru harus dapat memberikan
inspirasi atau ilham kepada siswa mengenai cara belajar yang
baik.
c. Informator. Sebagai informator guru harus harus dapat
memberikan informasi yang baik dan efektif mengenai materi
pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum serta
informasi mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
d. Organisator. Sebagai organisator guru berperan untuk
mengelola berbagai kegiatan akademik baik intrakurikuler
maupun ekstrakurikuler sehingga tercapai efektivitas dan
efisiensi belajar anak didik.. Diantara berbagai kegiatan
pengelolaan pembelajaran yang terpenting adalah menciptakan
kondisi dan situasi sebaik-baiknya sehingga memungkinkan
para siswa belajar secara berdaya guna dan berhasil guna.
e. Motivator. Sebagai motivator guru dituntut untuk dapat
mendorong anak didiknya agar senantiasa memiliki motivasi
tinggi dan akif belajar.
f. Inisiator. Sebagai inisiator guru hendaknya dapat menjadi
pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran.
Proses pembelajaran hendaknya selalu diperbaiki sehingga
dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
g. Fasilitator. Sebagai fasilitator guru hendaknya dapat
menyediakan fasilitas yang memungkinkan anak didik dapat
belajar secara optimal. Fasilitas yang disediakan tidak hanya
fasilitas fisik seperti ruang kelas yang memadai atau media
belajar yang lengkap, akan tetapi juga fasilitas psikis seperti
kenyamanan batin dalam belajar, interaksi guru dengan anak
didik yang harmonis, maupun adanya dukungan penuh guru

18
sehingga anak didik senantiasa memilki motivasi tinggi dalam
belajar.
h. Pembimbing. Sebagai pembimbing guru hendaknya dapat
memberikan bimbingan kepada anak didiknya dalam
menghadapi tantangan maupun kesulitan belajar. Akhirnya,
diharapkan melalui bimbingan ini anak didik dapat mencapai
kemandirian dalam mencapai tujuan pembelajara secara
optimal.
i. Demonstrator. Sebagai demonstrator guru dituntut untuk dapat
memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis sehingga
anak didik dapat memahami materi yang dijelaskan guru secara
optimal.
j. Pengelola Kelas. Sebagai pengelola kelas guru hendaknya
dapat mengelola kelas dengan baik karena kelas adalah tempat
berhimpun guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan
pengelolaan kelas yang baik diharapkan siswa dapat memiliki
motivasi tinggi dalam belajar dan pada akhirnya dapat
mencapai hasil belajar optimal.
k. Mediator. Sebagai mediator hendaknya guru dapat berperan
sebagai penyedia media dan penengah dalam proses
pembelajaran anak didik. Melalui guru, siswa dapat
memperoleh materi pembelajaran dan umpan balik dari hasil
belajarnya.
l. Supervisor. Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat
membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis proses
pembelajaran yang dilakukan sehingga pada akhirnya proses
pembelajaran dapat optimal.
m. Evaluator. Sebagai evaluator guru dituntut untuk mampu
menilai produk (hasil) pembelajaran serta proses (jalannya)
pembelajaran. Dari proses ini diharapkan diperoleh umpan

19
balik dari hasil pembelajaran untuk optimalisasi hasil
pembelajaran.

D. Hubungan Psikologi Dengan Belajar Dan Pembelajaran


Hubungan psikologi dengan belajar dan pembelajaran itu memiliki
hubungan yang sangat penting, dimana dalam hal ini peran Psikologi menjadi
hal yang penting dalam keberhasilan belajar dan pembelajaran. Psikologi
dengan Belajar dan Pembelajaran ini berkaitan dengan Psikologi Pendidikan.
Penyertaan pendidikan dalam usaha pembangunan di berbagai bidang
jelas diperlukan. Stimulasi dan penyertaan upaya pendidikan pada masyarakat
yang sedang membangun ternyata membuka hasil yang memuaskan di dalam
mengatasi persoalan-persoalan baik itu persoalan di bidang politik, sosial,
ekonomi maupun sosial budaya.
Posisi pendidikan adalah posisi yang sentral dan dan universal yang
mutlak ada dan harus diperhatikan secara khusus, karena ujung tombak akan
setiap kebijakan keputusan yang akan diambil suatu pribadi atau instansi
akhirnya harus ditentukan kembali kepada tingkat tinggi rendahnya
pengetahuan yang telah diperoleh seseorang, dan juga kepada para pendidik di
mana para pendidik dituntut unutk memberikan perhatian sebesar-besarnya
bagi mutu pendidikan. Khoron Rosyadi menyatakan: Dengan demikian ada
hubungan fungsional antara dunia pendidikan dengan kebutuhan
pembangunan, dan hal ini merupakan hubungan kemesraan antara dunia
pendidikan dengan pembangunan di mana keduanya saling mengisi. Dalam
UUD 1945 dengan jelas dinyatakan bahwa keberhasilan kita membangun
republik ini tergantung pada kualitas para pelaksana atau aktor-aktor yang
membangun... di mana para pelakasana atau aktor pembangunan akan terlahir
melalui proses pematangan yang cukup lama dari rahim dunia pendidikakan
sebagai pabrik.
Sehingga pendidikan haruslah mampu menerobos berbagai bidang
atau sektor pembangunan bangsa, karenanya maka pendidikan haruslah mampu
menjawab kebutuhan para peserta didik. Pendidikan harus berjalan efektif dan

20
tepat guna dalam pengaplikasian materi pendidikan. Pengajar hadir dalam
kegiatan mengajar sebagai seorang ahli yang berkompeten, berotoritas dan
menguasai seluk-beluk pengajaran serta menguasai pengetahuan kan
kemampuan atau daya serap peserta didik, karena komunikasi yang terjadi
dalam interaksi dengan peserta didik cenderung didominasi oleh pola
komunikasi satu arah karena pendidik tidak memiliki pengetahuan akan
kemampuan dan daya serap peserta didik. Oleh karena itu maka pendidik harus
dapat mengerti kemampuan peserta didik.
Pendidikan atau pengajaran yang baik harus senantiasa relevan dengan
kebutuhan peserta didiknya.44 Dan agar pendidik dapat menjadi rekan belajar
bagi peserta didik maka komunikasi, interaksi antara pengajar dan peserta
didiknya haruslah berjalan flexible, bersifat pribadi serta tidak dibatasi oleh
tembk-tembok ruangan kelas maka seorang pendidik setidaknya harus
memiliki pengetahuan akan kepribadian peserta didiknya agar ia bisa memiliki
pola pendekatan yang flexible, pribadi sehingga pelajaran yang ia berikan
dapat menjadi flexible bagi peserta didik.
Penguasaan prinsip kejiwaan peserta didik dalam hal belajar dapat
menolong dan merangsang semangat peserta didik untuk belajar dengan lebih
efisien dan lebih produktifitas lagi. Produktivitas dan efisiensi pembelajaran
dapat dinilai berdasarkan kepada keseluruhan proses perencanaan, penataan
dan pendayagunaan sumber daya untuk merealisasikan tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien. Dan dalam proses perencanaan, penataan serta
pendayagunaan sumber daya tersebut seorang pendidik haruslah menciptakan
proses atau suasana dan kegairahan belajar yang sesuai dengan keadaan psikis
peserta didik.
Pengajar dituntut bukan hanya mentransferkan pelajaran kepada
peserta didik, tetapi juga dituntut untuk melakukan tindakan dan cara hidup
yang sesuai dengan apa yang diajarkan.48 Oleh karena itu seorang pendidik
haruslah seorang yang telah mengerti tentangkepribadiannya sendiri sebagai
seorang pengajar sebelum ia mengerti kepribadian peserta didiknya.

21
Para pendidik memandang psikologi sebagai sumber pengetahuan
mengenai manusia agar dapat membuat praktek pendidikan dan hipotesis atau
penunjuk dalam praktek-praktek pendidikan, dalam hubungan ini psikologi
pendidikan dapat membantu tugas para pendidik untuk memilih metode belajar
yang tepat agar pendidikan dapat berjalan secara efektif.
Tugas seorang pendidik tidak hanya terletak pada penyiapan bahan
pengajaran dan penyajiannya tetapi meliputi juga perencanaan dan pengarahan
evaluasi belajar dan kegaiatan mengajar. Dan dalam perencanaan serta evaluasi
ini maka diperlukan beberapa pendekatan agar pendidik mengukur kemajuan
atau kegagalan peserta didik dan juga berusaha menilai segi-segi lain yang
berkaitan dengan interaksi belajar-mengajar. Pendekatan tersebut harus
didasarkan kepada pemahaman kan kepribadian peserta didik.
Dari uraian diatas maka penulis merumuskan bahwa Hubungan
psikologi dengan belajar dan pembelajaran itu sangat penting, tidak hanya
mencakup peningkatan mutu belajar peserta didik dalam kaitan dengan
perkembangan psikisnya namun juga mempelajari perkembangan peserta didik
dalam interaksinya dengan pelajaran dan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pembelajaran dalam pendekatan-pendekatan yang dapat
mempengaruhi pembelajaran.
Dalam buku Pembaruan Mengajar, Mary Go Setiawan menjelaskan
beberapa peran psikologi pendidikan yang menyelidiki unsur kejiwaan cara
belajar peserta didik diantaranya:
a. Membentuk Kepribadian Pendidik dan Prestasi Belajar.
Kepribadian pendidik memberikan pengaruh yang amat besar bagi
sikap, karakter maupun hidup belajar dari seorang peserta didik,
sehingga seorang pendidik sebelum mengajar maka ia perlu
mengetahui kepribadiannya sendiri. Dan psikologi pendidikan
sebagai sebuah disiplin ilmu yang mengkaji pengembangan semua
potensi dan kecakapan yang dimiliki peserta didik dalam interaksi
antar individu dapat membantu pendidik untuk mempunyai
pemahaman yang baik tentang diri sendiri sehingga melalui

22
pemahaman terhadap diri sendiri seseorang dapat mengajar secara
bijaksana.
b. Mengetahui Situasi. Memadai atau tidaknya situasi dalam
lingkungan belajar dapat berpengaruh bagi prestasi belajar, oleh
karena itu psikologi pendidikan dapat menemukan permasalahan
dari berbagai masalah pendidikan dengan melihat pada
kepribadian peserta didik yang dipengaruhi situasinya.
c. Emosi. Mengetahui keadaan emosi seseorag sehingga dengan
mengetahui emosi tersebut seorang pendidik dapat memahami dan
memperlakukakan seorang peserta didik dengan bijaksana. Emosi
adalah suatu keadaan jiwa yang dapat sangat berpengaruh bagi
keadaan belajar peserta didik. Jika keadaan emosinya stabil maka
ia dapat belajar dengan baik, begitu juga sebaliknya.
d. Membangkitkan Motivasi belajar.Tujuan psikologi pendidikan
yang paling penting adalah membangkitkan motivasi belajar
peserta didik. Psikologi pendidikan dengan pemahaman terhadap
karakteristik jiwa peserta didik akhirnya haruslah mampu
membangkitkan motivasi peserta didik untuk belajar. Dari hal ini
maka tujuan psikologi pendidikan merupakan alat bantu yang
penting untuk dijadikan segala dasar untuk berpikir, bertindak bagi
pendidik, konselor dan juga tenaga kerja professional
kependidikan lainnya delam mengelola proses belajar-mengajar.
Penulis menyimpulkan bahwa selain memahami karakteristik jiwa
seorang peserta didik maka psikologi juga mempunyai tugas untuk
menciptakan suasana belajar yang efektif, membantu pendidik untuk dapat
memilih metode belajar yang paling efektif sesuai dengan karakteristik dan
permasalahan peserta didik, membantu pendidik untuk dapat membangkitkan
motivasi belajar peserta didik. Oleh karena itu maka psikologi pendidikan
adalah sangat penting dalam pendidikan dan juga untuk pembangunan ke
depan.

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku
manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan
lingkungannya. Tingkah laku tersebut berupa tingkah laku yang tampak
maupun tidak tampak, tingkah laku yang disadari maupun yang tidak
disadari.
2. belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan
pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan
bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi
individu dengan lingkungannya.
3. pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja
oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi
dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga
siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta
dengan hasil optimal
4. Hubungan psikologi dengan belajar dan pembelajaran itu sangat penting,
tidak hanya mencakup peningkatan mutu belajar peserta didik dalam
kaitan dengan perkembangan psikisnya namun juga mempelajari
perkembangan peserta didik dalam interaksinya dengan pelajaran dan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran dalam pendekatan-
pendekatan yang dapat mempengaruhi pembelajaran.

B. Saran
Kami sadar dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan
dalam berbagai hal, maka dari itu kami sebagai penulis menyarankan kepada
pembaca agar membaca berbagai sumber referensi yang telah kami muat di
dalam daftar pustaka ataupun dari berbagai sumber yang lainnya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Biggs, JB. 1985. The Role of Metalearning Study Process. British Journal of
Educational Psychology.55.185-212

Depdikbud. 1982/1983. Materi dasar pendidikan program bimbingan dan


konseling, di Perguruan Tinggi, Buku IIC, Psikologi Pendidikan. Jakarta :
Depdikbud.

Gulo,D. 1982. Kamus Psikologi. Cetakan I. Bandung: Tonis

Muhibbinsyah. 1997. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:


PT Remaja Rosdakarya

Irawan, P. Suciati, dan Wardani.1997. Teori Belajar, Motivasi, dan Ketrampilan


Mengajar, Jakarta : Depdikbud.

Reber,AS. 1988. The Penguin Dictionary of Psychology. Ringwood Victoria.


Penguin Books Australia Ltd.

Soemanto,W. 1998. Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin


Pendidikan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Tim Penulis Buku Psikologi Pendidikan. 1997. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta


: UPP IKIP Yogyakarta.

Tuti Sukamto dan Udin Saripudin Winataputra, 1995. Teori Belajar dan Model-
model Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud.

25

Anda mungkin juga menyukai