Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KONSEP DASAR PSIKOLOGI SOSIAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah


Pendidikan IPS MI/SD

Dosen Pengampu : Muhtarom, M. Sc.

Disusun Oleh :
Nurul Wafika Azizah : 22020039
Nessa Rezqi Agustin : 22020040
Yunita : 22020027

PROGRAN STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
STIT PRINGSEWU KAMPUS YPPTQMH AMBARAWA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena


telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah
dengan judul “KONSEP DASAR PSIKOLOGI SOSIAL” makalah ini di susun
untuk memenuhi salah satu tugas mata kulliah “Pendidikan IPS MI / SD ” Tidak
lupa juga kami sampaikan rasa terimakasih kami kepada bapak dosen
Muhtarom, M. Sc. karena telah memberikan tugas kepada kami sehingga dapat
menambah pengetahuan kami dalam menuntut ilmu.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami sangat memahami bahwa makalah ini
masih jauh darikata sempurna sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih
baik lagi.

Ambarawa, 11 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1


A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3


A. Pengertian Dari Psikologi .................................................................. 3
B. Ruang Lingkup Psikologi .................................................................. 4
C. Perkembangan Psikologi ................................................................... 5
D. Aliran-Aliran Dalam Psikologi ......................................................... 7
E. Hubungan Psikologi Dengan Ilmu Yang Lainnya .......................... 12
F. Tujuan Mempelajari Psikologi ......................................................... 16
G. Kajian Psikologi ................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan nasional bertujuan untuk “mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (UU RI
Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 3). Untuk itu kurikulum pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah dikembangkan menjadi lima kelompok mata
pelajaran, yaitu: 1) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, 2)
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, 3) kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, 4) kelompok mata pelajaran
estetika, 5) kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan. (PP
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 6 Ayat 1).1
Psikologi merupakan bagian dari ilmu yang tidak pernah habis untuk
diperbincangkan, karena psikologi mengkaji aspek kejiwaan manusia. Akan
tetapi beberapa dasawarsa istilah jiwa sudah jarang dipakai dan diganti dengan
istilah psikis. Beberapa ahli mempelajari jiwa atau psikis manusia dari gejala-
gejala yang diakibatkan oleh keberadaan psikis tersebut. Menurut pandangan
Dimyati manusia menghayati kehidupan kejiwaan berupa kegiatan berfikir,
berfantasi, sugesti, sedih dan senang, berkemauan dan sebagainya.2 Penulisan
makalah ini bertujuan untuk mengetahui konsep dasar psikologi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari psikologi ?
2. Apa saja ruang lingkup psikologi ?
3. Bagaimana perkembangan psikologi ?

1
Shodiq, “Pengukuran Keimanan: Perspektif Psikologi Shodiq,” Nadwa | Jurnal
Pendidikan Islam , Vol. 8, No. 1 (2014): 126–38.
2
Zulkarnain, “Psikologi Dan Komunikasi Massa,” Tasamuh, Vol. 13, No. 1 (2015): 45–58.

1
4. Apa saja aliran-aliran dalam psikologi ?
5. Bagaimana hubungan psikologi dengan ilmu yang lainnya ?
6. Apa tujuan mempelajari psikologi ?
7. Apa saja kajian psikologi ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikologi
Secara etimologi kata psikologi berasal dari bahasa Inggris psychology
dalam istilah lama disebut ilmu jiwa.3 Kata psychology merupakan dua kar kata
yang bersumber dari bahasa Yunani yakni pcyche artinya jiwa dan logos
artinya ilmu. Jadi psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jiwa. 4
Chaplin dalam Dictionary of Psychology mendefinisikan psikologi
sebagai...the science of human and animal hebavior, the study of the organism
in all its variety and complexityas it responds to the flux and flow of the
physical and social event which make up the environment. Psikologi ialah ilmu
pengetahuan mengenai perilaku manusia dan hewan, juga penyelidiki terhadap
organisme dalam segala ragam dan kerumitannya ketika mereaksi arus dan
perubahan alam sekitar dan peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang
mengubah lingkungan.5
Secara terminologi psikologi menurut Edwin G. Boring & Herbert S.
Langfeld (dalam Nurliani, 2016) psikologi adalah studi tentang hakikat
manusia.6 Selain itu, menurut Wundt psikologi adalah ilmu tentang kesadaran
manusia atau the science of human consciousness.7 Menurut Branca, psikologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia ( General
psychology is the starting place and the core of study of human behavior).
Menurut Aristoteles dalam Asrori dengan judul buku Psikologi Pendidikan,
psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kehidupan dan
jiwa adalah unsur kehidupan.8 Aristoteles membagi jiwa dalam tiga macam
bentuk yaitu sebagai berikut:

3
Muhammad Ichsan, Psikologi Pendidikan dan Ilmu Mengajar, Jurnal Edukasi, Vol.2
No.1, (2016): 61-76.
4
Ibid,
5
Nurliani, Studi Psikologi Pendidikan, Jurnal As-Salam Vol.1, No. 2 (2016): 39–51.
6
Ibid,
7
Ibid,
8
Asrori, Psikologi Pendidikan, (Purwokerto: Pena Persada, 2020), hal.3

3
1. Anima vegetative, yaitu Anime atau jiwa yang terdapat pada
tumbuhan yang mempunyai kemampuan untuk makan, minum dan
berkembang biak.
2. Anima sensitive adalah anima atau jiwa yang terdapat pada kalangan
hewan disamping mempunyai kemampuan seperti Anima vegetative
juga mempunyai kemampuan berpindah tempat, mempunyai nafsu
dan mengamati hal-hal yang terdapat pada anima vegetative.
3. Anima intelectiva adalah jiwa yang terdapat pada manusia, selain
mempunyai kemampuan seperti yang terdapat pada anima sensitive
memiliki kemampuan yaitu kemampuan berpikir dan berkemauan.9
Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa psikologi adalah ilmu
yang mempelajari segala bentuk perilaku manusia.

B. Ruang Lingkup Psikologi


Ditinjau dari objek kajian dari psikologi dapat dilihat pada dua hal yaitu
sebagai berikut:
1. Psikologi yang menyelediki dan mempelajari manusia
2. Psikologi yang menyelediki dan mempelajari hewan.10
Menurut Adnan A. Saleh dalam bukunya Pengantar psikologi
menyatakan ruang lingkup psikologi terdiri dari Psikologi umum adalah
psikologi yang menyelediki dan mempelajari kegiatan-kegiatan atau aktivitas-
aktivitas psikis manusia pada umumnya yang dewasa, yang normal dan yang
beradab (berkultur). Psikologi umum berusaha mencari dalil- dalil yang
bersifat umum daripada kegiatan-kegiatan atau aktivitas psikis. Psikologi
umum memandang manusia seakan- akan terlepas dari manusia yang lain.
Psikologi khusus adalah psikologi yang menyelediki dan mempelajari segi-segi
kekhususan dari aktivitas-aktivitas psikis manusia.11

9
Ibid,
10
Adnan Achiruddin Saleh, Pengantar Psikologi, ( Makasar: Aksara Timur, 2018), hal.24.
11
Ibid,

4
C. Perkembangan Psikologi
Sejarah psikologi dapat dibagi dalam dua tahap utama, yaitu masa
sebelum dan masa sesudah menjadi ilmu yang berdiri sendiri.12 Kedua tahap ini
dibatasi oleh berdirinya laboratorium psikologi yang pertama di Leipzig pada
tahun 1879 oleh Wilhelm Wundt. Sebelum tahun 1879, psikologi dianggap
sebagai bagian dari filsafat atau ilmu faal, karena psikologi masih dibicarakan
oleh sarjana-sarjana dari kedua bidang ilmu itu yang kebetulan mempunyai
minat terhadap gejala jiwa, tetapi tentu saja penyelidikan-penyelidikan mereka
masih terlalu dikaitkan dengan bidang lain ilmu mereka sendiri saja.
Pada saat Wundt berhasil mendirikan laboratorium psikologi di Leipzig,
para sarjana kemudian baru mulai menyelidiki gejala-gejala kejiwaan secara
lebih sistematis dan objektif. Metode-metode baru diketemukan untuk
mengadakan pembuktian-pem- buktian nyata dalam psikologi sehingga lambat
laun dapat disusun teori-teori psikologi yang terlepas dari ilmu-ilmu induknya.
Pada waktu itu belum ada pembuktian-pembuktian nyata atau empiris,
melainkan segala teori dikemukakan berdasarkan argumentasi- argumentasi
logis (akal) belaka. Dengan perkataan lain, psikologi pada waktu itu benar-
benar masih merupakan ba- gian dari filsafat dalam arti kata semurni-
murninya. Tokoh- tokoh filsafat tersebut yang banyak mengemukakan teori-
teori psikologi antara lain adalah Plato (427 – 347 SM) dan Aristoteles (384 –
322 SM).13
Berabad-abad setelah itu, psikologi masih juga masih merupakan bagian
dari filsafat, antara lain di Perancis muncul Rene Descarters (1596 – 1650)
yang terkenal dengan teori ten- tang kesadaran dan di Inggris muncul tokoh-
tokoh seperti John Locke (1623 – 1704), George Berkeley (1685 – 1753),
James Mill (1773- 1836) dan anaknya John Stuart Mill (1806 – 1873) yang
semuanya itu dikenal sebagai tokoh-tokoh aliran asosiasionisme. Sementara itu
sejumlah sarjana ahli ilmu faal juga mulai menaruh minat pada gejala-gejala
kejiwaan. Mereka melakukan eksperimen-eksperimen dan mengemukakan

12
Ibid, hal.9.
13
Ibid, hal.10.

5
teori- teori yang kemudian besar pengaruhnya pada perkembangan psikologi
selanjutnya. Teori-teori yang dikemukakan oleh ahli- ahli ilmu faal ini berkisar
tentang syaraf-syaraf sensoris dan motoris, pusat-pusat sensoris dan motoris di
otak, dan hukum- hukum yang mengatur bekerjanya syaraf-syaraf tersebut.
Tokoh-tokoh dari ilmu faal ini antara lain adalah C. Bell (1774 – 1842), F.
Magendie (1785 – 1855), J. P. Muller (1801 – 1858), P. Broca (1824 – 1880)
dan sebagainya.
Pada tahun 1879 adalah tahun yang sangat penting dalam sejarah
psikologi. Pada tahun inilah Wundt mendirikan laboratorium psikologi yang
pertama kali di Leipzig, Jerman yang dianggap sebagai pertanda berdiri
sendirinya psikologi sebagai ilmu yang terpisah dari ilmu-ilmu induknya
(filsafat dan faal). Pada tahun ini pula, Wundt memperkenalkan metode yang
digunakan dalam eksperimen-eksperimen, yaitu metode introspeksi. Wundt
kemudian dikenal sebagai seorang yang menganut strukturalisme karena ia
mengemukakan suatu teori yang menguraikan struktur (susunan, komposisi)
dari jiwa. Wundt juga dikenal sebagai seorang penganut elementisme, karena ia
percaya bahwa jiwa terdiri dari elemen-elemen.
Psikologi diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1952 oleh Slamet Imam
Santoso, profesor psikiatri di fakultas kedokteran, Universitas Indonesia. Pada
pidato pengakuannya sebagai profesor, Slamet menceritakan pengalamannya
dengan pasien-pasiennya yang kebanyakan anggota militer dan pegawai
pemerintah yang mengalami gangguan psikosomatis karena tidak mampu
mengerjakan pekerjaan barunya setelah Indonesia mengambil alih
pemerintahan dari kolonial Belanda pada tahun 1950, menurut Slamet, psikiatri
membutuhkan ilmu psikologi untuk menjelaskan potensi-potensi manusia guna
menyeleksi orang yang tepat pada tempat (pekerjaan) yang tepat (the right man
in the right place).14

14
Ibid,hal.19.

6
D. Aliran-Aliran Dalam Psikologi
Dalam psikologi terdapat berbagai macam aliran-aliran. Sejak dahulu,
aliran-aliran itu sangat penting untuk membina semangat para ahli mendapat
penemuan baru dan saling kritik dan koreksi terhadap aliran-aliran lawan.15
Oleh karena itu, terdapat beberapa aliran-aliran dalam psikologi yaitu sebagai
berikut:
1. Psikoanalisis
Aliran psikoanalisis merupakan aliran psikologi yang dianggap
tua yang membahas tentang ketidaksadaran (unconsciouness).16
2. Humanistik
Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang mengutamakan
manusia sebagai makhluk keseluruhan.17 Penganut aliran humanistik
mereka tidak setuju dengan aliran lainnya yang memandang manusia
hanya dari salah satu aspeknya saja. Apakah itu hanya dari persepsi
(gestalt), refleksnya (behaviorisme), kesadarannya ( kognitif),
maupun alam ketidaksadarannya saja (psikoanalisis).18 Aliran ini
memberikan penekanan yang sangat besar terhadap aspek stimulasi
lingkungan untuk mengembangkan manusia dan kurang menghargai
bakat dan potensi manusia.19
3. Strukturvisme
Strukturalisme merupakan aliran pertama dalam psikologi yang
dikemukakan oleh Wilhlem Wundt, seorang tokoh yang pertama kali
mempelajari psikologi sebagai ilmu otonom yang mandiri. 20 Untuk
mengetahui isi dari struktur kejiwaan kaum strukturalis menggunakan
metode introspeksi atau mawas diri, yaitu orang yang menjalani
percobaan diminta untuk menceritakan kembali pengalaman –

15
Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: Rajawali Press, 2014),
hal.116.
16
Ibid,
17
Ibid,
18
Ibid,
19
M Arif Khoiruddin, Pendekatan Psikologi Dalam Studi Islam, Journal An-Nafs: Kajian
Penelitian Psikologi , Vol. 2, No. 1 (2017): 1–17, https://doi.org/10.33367/psi.v2i1.343.
20
Fuad Nashor, Agenda Psikologi Islami, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002), hal.53.

7
pengalamannya atau perasaan – perasaanya setelah ia melakukan
eksperimen. Misalnya, kepada orang percobaan ditunjukkan sebuah
warna atau bentuk, setelah itu diminta untuk mengatakan apakah
bentuk itu indah atau tidak indah, menarik atau tidak menarik dan
sebagainya. Karena metode introspeksi ini, strukturalisme dapat juga
disebut sebagai psikologi intorspeksi (introspective psychology.21
4. Fungsionalisme
Aliran psikologi fungsionalisme merupakan reaksi terhadap
aliran strukturalisme tentang tanda – tanda keadaan mental.22 Aliran
fungsionalisme adalah aliran yang memusatkan pada fungsi dan
tujuan dari pikiran dan perilaku dalam adaptasi individu dengan
linkungannya.23 Sementara Strukturalisme tumbuh di Jerman di
tengah – tengah bangsa yang terkenal dengan keahliannya dalam
berfilsafat.Dengan demikian perbedaan latar belakang tersebut
menimbulkan pula berbagai perbedaan dalam pandangan antara
kedua aliran ini.24 Tabel perbedaan aliran strukturisme dan
fungsionalisme dapat dilihat pda Tabel.1

Tabe.1 perbedaan aliran strukturisme dan fungsionalisme


Strukturalisme Fungsionalisme
Pendekatan gejala psikis
Secara struktul : pengalaman - Secara fungsional : pengalaman
pengalaman kesadaran kesadaran dilihat dalam
dianalisis dalam unsur – hubungan dengan fungsiunya
unsurnya. untuk hidup,dan menyesuaikan
diri baik secara psikis maupun
secara sosial.

21
Singgih Dirgagunarsa.Pengantar Psikologi. ( Jakarta : Mutiara Sumber Widya, 1975),
hlm : 47
22
Ibid,
23
Ni Made Swasti Wulanyani dkk , Bahan Ajar Psikologi Umum, Bali: Universitas
Udayana, 2016). Hal.4
24
Alex Sobur, Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah.(Bandung : CV Pustaka Setia,
2007). Hal.106.

8
Pertanyaan yang timbul :
Apa unsur – unsurnya dan Mengapa dan buat apa suatu
bagaimana unsur –unsur itu tingkah laku itu dierbuat orang?
bergabung?
Memperhatikan isi jiwa seseorang Menitikberatkan aksi dari seseorang
Jiwa seseorang merupakan Jiwa seseorang diperlukan untuk
penggabungan berbagai melangsungkan kehidupan dan
pengalaman kesadaran berfungsi untuk penyesuain diri.
Sumber:( Prambudi, dkk, 2014)
5. Asosiasionisme
Asosiasionisme adalah aliran yang banyak menekankan pada
hukum – hukum asosiasi untuk menerangkan berbagai gejala
kejiwaan. Aliran ini dapat di bagi menjadi dua bagian yakni
Asosiasionisme Lama dan Asosiasionisme Baru atau Neo
Associationism. Asosiasionisme Lama sudah berkembang sejak
Aristoteles mengemukakan hukum – hukum terjadinya asosiasi yaitu
Simiarity atau kesamaan , Contrast atau perlawanan dan Contiguity
atau kedekatan.25
Salah satu tokoh Asosiasionisme Lama antara lain Hobbes.
Hobbes sebagai pelopor psikologi di Inggris mengemukakan bahwa
jiwa terdiri dari 3 bagian yaitu ; Sensation, recall dan association.
Sensation adalah proses dimana seseorang menerima rangsangan ,
recall adalah proses dimana seseorang memproduksi kembali sesuatu
yang pernah dirasakan atau dialami, dan association adalah proses
terjadinya penggabungan antara satu rangsang dengan rangsang yang
lain. Selanjutnya, proses – proses penggabungan itu maka seseorang
dapat berpikir.26
6. Aliran Psikologi Gestalt

25
Singgih Dirgagunarsa, op.cit., hal.54.
26
Ibid, hal.57.

9
Kata Gestalt berasal dari bahasa Jerman, yang dalam bahasa
inggris berarti form, shape, cnfiguration, whole; dalam bahasa
indonesia berarti “bentuk” atau “konfigurasi”, “hal”, “peristiwa”,
“pola”, “totalitas”, atau “bentuk keseluruhan.27 Aliran Gesalt ini tidak
mengemukakan elemen, melainkan keseluruhan. Karena kesadaran
dan jiwa manusia tidak mungkin dianalisis kedalam elemen – elemen
akan tetapi harus dipelajari secara total, menyeluruh. Keseluruhan itu
lebih ditanggapi dari bagian – bagiannya, dan bagian – bagian itu
harus memperoleh makna dalam keseluruhan.28
Menurut Alex Sobur dalam bukunya psikologi umum dalam
lintasan sejarah, memaparkan bahwa sebenarnya teri Gesalt ini
dikembangkan oleh psikologi sosial. Teori ini makin berkembang
dengan teori S (Stimulus) – R (Reson) yang juga dipakai oleh ilmu
komuikasi.29
Aplikasi prinsip Gestalt proses belajar adalah fenomena kognitif.
Apabila individu mengalami proses belajar, terjadi reorganisasi dalam
perceptual field. Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat memiliki
cara pandang baru terhadap problem. Aplikasi teori Gestalt dapat dilihat
dari beberapa hal berikut:
a) Pengalaman tilikan (insight). Tilikan memegang peranan yang
penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya
peserta didik memiliki kemampuan tilikan, yaitu kemampuan
mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu objek atau
peristiwa.
b) Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning).
Kebermaknaan unsur-unsur yang terkaitdapat menunjang
pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas

27
Alex Sobur, op.cit., hal.116.
28
Prambudi, dkk, 2014, Makalah Aliran-Aliran Psikologi, (Yogyakarta: Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, 2014), hal.28.
29
Farid Mashudi, Psikologi Konseling, (Yogyakarta : IRCisoD, 2012), hal.

10
makna hubungan suatu unsur, makin efektif pula seuatu yang di
pelajari. Perilaku bertujuan (purposive behavior), perilaku
yang terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi karena
akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya
dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran dapat
berjalan secara efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang
ingin dicapai.
c) Prinsip ruang hidup (life space), yaitu bahwa perilaku individu
memiliki keterkaitan dengan lingkungan di manaia berada.
Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki
keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan
peserta didik.
d) Transfer dalam belajar, yaitu pemindahan pola-pola perilaku
dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi yang lain.
Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan
jalan melepaskan pengertian objek dari suatu konfigurasi dalam
situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi
yang lain dalam tata - susunan yang tepat.30
7. Psikologi Kognitif
Menurut para ahli, teori psikologi kognitif dapat dikatakan
berawal dari pandangan psikologi Gestalt di Jerman beberapa saat
sebelum perang Dunia II.31 Aliran kognitif muncul pada tahun 60-an
sebagai gejala ketidakpuasan terhadap konsep manusia menurut
behaviorisme. Gerakan ini tidak lagi memandang manusia sebagai
makhluk yang bereaksi secara pasif terhadap lingkungan, melainkan
sebagai makhluk yang selalu berfikir (homo sapiens). Paham
kognitifisme ini tumbuh akibat pemikiran-pemikiran kaum
rasionalisme.32

30
Ibid, hal.58.
31
Alex Sobur. Opcit, hlm : 311
32
Farid Mashudi.Opcit, hlm : 41

11
Pandangan teori kognitif menyatakan bahwa organisasi
kepribadian manusia tidak lain adalah elemen-elemen kesadaran yang
satu sama lain saling terkait dalam lapangan kesadaran (kognisi).
Dalam teori ini, unsur psikis dan fisik tidak dipisahkan lagi, karena
keduanya termasuk dalam kognisi manusia.33 Aliran kognitif
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mementingkan suatu yang ada dalam diri manusia
b. Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
c. Mementingkan peranan kognitif
d. Mementingkan kondisi waktu sekarang.
8. Psikologi Hormic
Aliran psikolgi ini sebenarnya banyak persamaannya dengan
aliran Behaviorisme, antara lain keduanya hanya mempelajari tingkah
laku, tanpa mau dirisaukan dengan persoalan – persoalan pandangan
– pandangn tentang kesadaran. Tetapi William Mc. Dougall (1871 -
1944), seorang sarjana skotlandia yang mengajar di Amerika erikat
dan banyak dikatakan sebagai perangsang tumbuhnya aliran
Behaviorisme di amerika, tidak mau menyebut dirinya sendiri sebagai
tokoh Behaviorisme. Ia justru berbeda pandangan bahkan
bertentangan dengan pandangan – pandangan behaviorisme, sehingga
ia lebih suka menyebut alirannya dengan aliran Hormic Psiokologi.

E. Hubungan Psikologi Dengan Ilmu Lainnya


Ilmu psikologi memiliki hubugan yang sangat erat dengan ilmu-ilmu
lainnya. Hubungan itu biasanya bersifat timbal balik. Psikologi memerlukan
bantuan ilmu lain dan sebaliknya, ilmu lain juga memerlukan bantuan
psikologi.34
1. Psikologi dengan sosiologi

33
Alex Sobur.Opcit, hlm : 312
34
Asrori, op.cit., hal.3.

12
Mead dan madzhabnya mengisyaratkan adanya suatu kemugkinan
yang menarik bagi apa yang dinamakan “psikologi sosiologis” Artinya,
psikologi yang memperoleh perspektif-perspektif dasarnya dari suatu
pemahaman sosiologis tentang kondisi manusia.35 Perbedaaan psikologi
sosial dengan sosiologi adalah dalam hal fokus studinya. Jika psikologi
sosial memusatkan penelitiannnya pada perilaku individu, sosiologi tidak
memperhatikan individu. Yang menjadi perhatian sosiologi adalah sistem
dan struktur sosial yang dapat berubah atau konstan tanpa bergantung pada
individu-individu. Dengan demikian, unit analisis psikologi sosial adalah
individu, sedangkan unit analisis sosiologi adalah kelompok. Von Wiese
mengambil psikologi sosial yang telah banyak dipakai oleh ilmu-ilmu
sosial. Mengapa? Karena semua gejala sosial, menurutnya, mau tidak mau
adalah hasil dari suatu pengalaman jiwa (inneleben, seelischer prozess)
manusia.36

2. Psikologi dengan ilmu politik


Ilmu pengetahuan yang erat hubungannya dengan psikologi ialah ilmu
politik. Kegunaan psikologi, khususnya psikologi sosial dalam analisis
politik, jelas dapat kita ketahui apabila kita sadar bahwa analisis politik,
jelas dapat kita ketahui apabila kita sadar bahwa analisis sosial politik secara
makro diisi dan diperkuat analisis yang bersifat mikro. Psikologi sosial
mengamati kegiatan manusia dari segi ekstern (lingkungan sosial, fisik,
peristiwa, gerakan massa) maupun segi intern (kesehatan fisik perseorangan,
semangat, emosi).37
3. Psikologi dengan ilmu komunikasi
Banyak ilmuan dari berbagai disiplin memberikan sumbangan kepada
ilmu komunikasi, antara lain Harold D. Lasswell (ilmu politik), Max Weber,

35
Peter L. Berger dan Thomas Luckman, The Social Construction of Reality, a Treatise in
the Sociology of Knowledge (New York: Dombleday & Company, Inc., 1966), hal.2.
36
Astrid Susanto, Pendapat Umum, (Bandung: Binacipta, 1985),hal. 89
37
Asrori, op.cit., hal.4.

13
Daniel Larner, dan Everett M. Rogers (sosiologi), Carl I. Hovland dan paul
lazarfeld (psikologi), Wilbur Schramm (bahasa), serta Shannon dan Weaver
(matematika dan tekhnik). Tidak mengherankan bila banyak disiplin telah
terlibat dalam studi komunikasi, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Hal ini menurut Fisher bermakna bahwa komunikasi memang
mencakup semuanya, dan bersifat sangat efektif menggabungkan berbagai
bidang.38
Seperti halnya psikologi, ilmu komunikasi yang telah tumbuh sebagai
ilmu yang berdiri sendiri kemudian melakukan perkawinan dengan ilmu-
ilmu lainnya yang pada gilirannya melahirkan berbagai subdisiplin seperti:
komunikasi politik (ilmu politik), sosiologi komunikasi massa (sosiologi),
dan psikologi komunikasi (psikologi). Dengan demikian, psikologi
komunikasi pun didefinisikan sebagai ilmu yang berusaha menguraikan,
meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam
komunikasi.39
4. Psikologi dengan biologi
Sejauh mana hubungan psikologi dengan biologi? Biologi
mempelajari kehidupan jasmaniah manusia atau hewan, yang bila dilihat
dari objek materialnya, terdapat bidang yang sama dengan psikologi,
hanya saja objek formalnya berbeda. Objek formal biologi adalah
kehidupan jasmaniah (fisik), sedangkan objek formal psikologi adalah
kegiatan atau tingkah laku manusia.40
Menurut Bonner, perbedaan perbedaan psikologi dan biologi
adalah sebagai berikut. Psikologi merupakan ilmu subjektif, sedangkan
biologi adalah ilmu yang objektif. Psikologi disebut ilmu yang subyektif

38
B. Aubrey Fisher, Teori-Teori Komunikasi, ed. Jalaluddin Rakhmat, (Bandung: Remadja
Karya, 1986), hal. 17.
39
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hal.9.
40
Asrori, op.cit., hal.5.

14
karena mempelajari pengindraan (Sensation) dan persepsi manusia
sehingga manusia dianggap sebagai subjek atau pelaku, bukan objek.41
5. Psikologi dengan ilmu alam
Pada awal permulaan abad ke-19, psikologi dalam penelitiannya
banyak terpengaruh oleh ilmu alam. Psikologi disusun berdasarkan hasil
eksperimen, sehingga lahirlah antara lain, Gustav Fechner, Johannes
Muller, Watson, dan lain-lain. Namun kemudian psikologi menyadari
objek penyelidikannya adalah manusia dan tingkah lakunya yang hidup
dan selalu berkembang, sedangkan objek ilmu alam adalah benda mati.
Oleh sebab itu, metode ilmu alam yang dicoba diharapkan dalam
psikologi, dianggap kurang tepat. Karena itu, psikologi mencari metode
lain yang sesuai dengan sifat keilmuannya sendiri, yaitu antara lain
metode “fenomenologi” suatu metode penelitian yang menitik beratkan
gejala hidup kejiwaan.42
6. Psikologi dengan filsafat
Filsafat adalah hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan
suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dalam penyelidikannya,
filsafat memang berangkat dari apa yang dialami manusia, karena tak ada
pengetahuan jika tidak bersentuhan lebih dahulu dengan indra, sedangkan
ilmu yang hendak menelaah hasil pengindraan itu tidak mungkin
mengambil keputusan dengan menjalankan pikiran, tanpa menggunakan
dalil dan hukum pikiran yang tidak mungkin dialaminya.
Bahkan, ilmu dengan amat tenang menerima sebagai kebenaran
dan tidak pernah diselidiki oleh ilmu, sampai dimana dan bagaimana budi
manusia dapat mencapai kebenaran itu. Sebaliknya, filsafat pun
memerlukan data dari ilmu. Jika, ahli filsafat manusia hendak
menyelidiki manusia itu serta hendak menentukan apakah manusia itu, ia
memang harus mengetahui gejala tindakan manusia. Dalam hal ini, ilmu

41
Ibid,
42
Usman Effendi dan Juhaya S. Praja, Pengantar Psikologi, (Bandung: Angkasa, 1993),
Hal. 8–9

15
yang bernama psikologi akan menolong filsafat sebaik-baiknya dengan
hasil penyelidikannya.43
7. Psikologi dengan ilmu pendidikan
Sebenarnya, psikologi dan ilmu pendidikan tidak bisa dipisahkan
satu dengan ang lainnya lain. Mengapa? Karena keduanya memiliki
hubungan timbal balik. Ilmu pendidikan sebagai suatu disiplin bertujuan
memberikan bimbingan hidup manusia sejak ia lahir sampai mati.
Pendidikan tidak berhasil dengan baik bilamana tidak berdasarkan
kepada psikologi perkembangan. Demikian pula watak dan kepribadian
seseorang ditunjukkan oleh psikologi. Karena begitu eratnya tugas antara
psikologi dan ilmu pendidikan, kemudian lahirlah suatu subdisiplin
psikologi pendidikan (education psichology).44
Reber menyebut psikologi pendidikan sebagai sub disiplin ilmu
psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang
berguna dalam hal-hal berikut:
a. Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas.
b. Pengembangan dan pembaharuan kurikulum.
c. Ujian dan evaluasi bakant dan kemampuan.
d. Sosialisasi proses dan interaksi dengan pendayagunaan ranah
kognitif.
e. Penyelenggara pendidikan keguruan.45

F. Tujuan Mempelajari Psikologi


Menurut Rusdi dalam Journal Polingua psikologi mempunyai beberapa
tujaun sebagai berikut:
1. Decribing, yaitu mendeskripsikan secara objektif prilaku yang terjadi.

43
Poedjawijatna, Tahu Dan Pengetahuan, Pengantar Ke Ilmu Dan Filsafat (Jakarta: Rineka
Cipta, 1991),hal. 4.
44
Asrori, op.cit., hal.7.
45
Arthur S. Reber, The Penguin Dictionary of Psychology, (Australia: Ringwood Victoria,
1988). Hal. 202

16
2. Explaining, yaitu menjelaskan bagaimana dan mengapa prilaku itu
terjadi.
3. Predicting, yaitu memperkirakan kemungkinan yang akan terjadi dari
suatu prilaku.
4. Controling, mengontrol prilaku sesuai dengan yang diharapkan,
membangun atau menghilangkan prilaku.46

G. Kajian Psikologi
Menurut Wortman, dkk dalam Rusdi bahwa kajian psikologi
terdiri dari:
1. Experimental psychology (psikologi eksperimental)
2. Personality psychology (psikologi kepribadian)
3. Social psychology (psikologi sosial)
4. Developmental psychology (psikologi perkembangan)
5. Industrial and organizational psychology (psikologi industri dan
organisasi)
6. Educational psychology (psikologi pendidikan)
7. Clinical and conceling psychology (psikologi klinis dan konseling)
8. Health psychology (psikologi kesehatan)47

46
Rusdi, “Hakikat Dan Konsep-Konsep Dasar Psikologi Pendidikan, Belajar Dan
Pembelajaran Serta Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya,” Journal Polingua, Vol. 3, No. 2
(2014): 156–64.
47
Ibid,

17
DAFTAR PUSTAKA

Asrori. 2020. Psikologi Pendidikan. Purwokerto: Pena Persada.


Berger, Peter L dan Thomas Luckman. 1966. The Social Construction of Reality,
a Treatise in the Sociology of Knowledge . New York: Dombleday &
Company, Inc
Effendi, Efendi dan Juhaya S. Praja. Pengantar Psikologi. Bandung: Angkasa.
Dirgagunarsa, Singgih. 1975.Pengantar Psikologi. Jakarta : Mutiara Sumber
Widya
Fisher, B. . Aubrey. 1986. Teori-Teori Komunikasi, ed. Jalaluddin Rakhmat.
Bandung: Remadja Karya
Mashudi, Farid. 2012. Psikologi Konseling.Yogyakarta : IRCisoD
Khoiruddin, M Arif. “Pendekatan Psikologi Dalam Studi Islam.” Journal An-
Nafs: Kajian Penelitian Psikologi, Volume. 2, Nomor. 1 (2017): 1–17.
Nurliani, Nurliani. “Studi Psikologi Pendidikan.” Jurnal As-Salam Volume. 1,
Nomor. 2 (2016): 39–51.
Nashor, Fuad. 2002. Agenda Psikologi Islami. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Poedjawijatna. 1991. Tahu Dan Pengetahuan, Pengantar Ke Ilmu Dan Filsafat.
Jakarta: Rineka Cipta
Prambudi, dkk, 2014. Makalah Aliran-Aliran Psikologi. Yogyakarta: Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Rakhmat, Jalaluddin. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Rusdi. “Hakikat Dan Konsep-Konsep Dasar Psikologi Pendidikan, Belajar Dan
Pembelajaran Serta Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya.” Journal
Polingua 3, no. 2 (2014): 156–64.
Reber, Arthur S. 1988. The Penguin Dictionary of Psychology, Australia:
Ringwood Victoria
Sarwono, Sarlito W.2014. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Press
Sobur, Alex. 2007. Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. Bandung : CV
Pustaka Setia,
Saleh, Adnan Achiruddin. Pengantar Psikologi. Makasar: Aksara Timur

18
Shodiq. “Pengukuran Keimanan: Perspektif Psikologi Shodiq.” Nadwa | Jurnal
Pendidikan Islam, Volume. 8, Nomor. 1 (2014): 126–38.
Susanto, Astrid. 1985. Pendapat Umum. Bandung: Binacipta
Wulanyani, Ni Made Swasti dkk. 2016. Bahan Ajar Psikologi Umum. Bali:
Universitas Udayana
Zulkarnain. “Psikologi Dan Komunikasi Massa .” Tasamuh, Volume. 13, Nomor.
1 (2015): 45–58.

19

Anda mungkin juga menyukai