Aliran filsafat empirisme lahir dan berkembang sebagai bentuk penolakan terhadap
aliran rasionalisme yang bermuara kepada kekuatan rasio (akal) manusia sebagai sumber
utama untuk mendapatkan suatu pengetahuan. Salah satu tokoh aliran empirisme John
Locke (1632-1704M) menentang teori rasionalisme mengenai idea-idea dan asas-asas
pertama yang dipandang sebagai bawaan manusia sejak lahir. Menurutnya, segala
pengetahuan itu dating dari pengalaman dan tidak bisa lebih dari itu.1
Meskipun ia lahir bertolak belakang dari aliran sebelumnya namun aliran filsafat
empirisme yang menganggap bahwa pengalaman inderawi dan pengamatan empirik
adalah sumber utama dari pengetahuan juga memiliki keunggulan bahkan memberikan
andil atas beberapa pemikiran di zaman selanjutnya. Di samping itu, terlepas dari
keunggulan dan perannya yang memberikan dampak besar pada perubahan arah filsafat
Barat, aliran ini memiliki kelemahan cukup banyak pada subjek maupun object nya. Prof.
Dr. Ahmad Tafsir mengkritisi empirisme atas empat kelemahan, yaitu:
1
(sebagian lainnya). Di sisi lain seluruh obyek tidak bisa dipecahkan lewat
pengalaman inderawi seperti hal-hal immaterial.2
2
https://www.google.com/amp/s/www.lyceum.id/empirisme-sebagai-sumber-ilmu-pengetahuan/amp (diakses
pada 24 oktober 2019, pukul 21.05)