Anda di halaman 1dari 2

A.

Telaah Kritis Atas Pemikiran Filsafat Empirisme

Aliran filsafat empirisme lahir dan berkembang sebagai bentuk penolakan terhadap
aliran rasionalisme yang bermuara kepada kekuatan rasio (akal) manusia sebagai sumber
utama untuk mendapatkan suatu pengetahuan. Salah satu tokoh aliran empirisme John
Locke (1632-1704M) menentang teori rasionalisme mengenai idea-idea dan asas-asas
pertama yang dipandang sebagai bawaan manusia sejak lahir. Menurutnya, segala
pengetahuan itu dating dari pengalaman dan tidak bisa lebih dari itu.1

Meskipun ia lahir bertolak belakang dari aliran sebelumnya namun aliran filsafat
empirisme yang menganggap bahwa pengalaman inderawi dan pengamatan empirik
adalah sumber utama dari pengetahuan juga memiliki keunggulan bahkan memberikan
andil atas beberapa pemikiran di zaman selanjutnya. Di samping itu, terlepas dari
keunggulan dan perannya yang memberikan dampak besar pada perubahan arah filsafat
Barat, aliran ini memiliki kelemahan cukup banyak pada subjek maupun object nya. Prof.
Dr. Ahmad Tafsir mengkritisi empirisme atas empat kelemahan, yaitu:

1. Keterbatasan fungsi indera yang dapat melaporkan obyek tidak sebagaimana


adanya atau hanya sebatas dari apa yang dilihat atau dirasakan oleh indera, seperti
benda yang jauh kelihatan kecil, padahal tidak.
2. Fungsi indera yang adakalanya menipu. Seperti pada orang sakit malaria, gula
rasanya pahit dan udara panas dirasakan dingin.
3. Obyek yang menipu, tidak sebagaimana yang ditangkap oleh indera. Contohnya
ilusi dan fatamorgana.
4. Kelemahan dari indera dan obyek sekaligus. Indera tidak dapat menangkap secara
menyeluruh dan obyek tidak dapat menampilkan keseluruhannya. Contohnya,
dalam hal ini indera (di sisi meta) tidak mampu melihat seekor kerbau secara
keseluruhan dan kerbau juga tidak dapat memperlihatkan badannya secara
keseluruhan.
5. Metode empiris tidak dapat diterapkan dalam semua bidang ilmu pengetahuan. Ia
mempunyai ruang lingkup khasnya dan tidak bisa diterapkan dalam ilmu lainnya

1
(sebagian lainnya). Di sisi lain seluruh obyek tidak bisa dipecahkan lewat
pengalaman inderawi seperti hal-hal immaterial.2

2
https://www.google.com/amp/s/www.lyceum.id/empirisme-sebagai-sumber-ilmu-pengetahuan/amp (diakses
pada 24 oktober 2019, pukul 21.05)

Anda mungkin juga menyukai