Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONTRIBUSI SASTRA ANAK DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK


Dosen Pengampu :Yusrawati Jr S, M.Pd

Disusun Oleh:
Sarina 1911080021
Fardiana 1911080014
Sri Maulidiya 20080085
Revina Ramadhani 20080066
Devia Baroena 20080067

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BINA BANGSA GETSEMPENA
BANDA ACEH
2022
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas Rahmad dan rahim-nya
-lah kami dapat merangkul penyusunan makalah ini. Slawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sampai kepada kita selaku umat yang mengikuti
ajaran beliau. Dalam kesempatan yang berbahagia ini,kami juga ingin mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah
ini.Terimakasih juga kepada ibu Yusrawati Jr S, M.Pd yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.Makalah ini membahas mengenai “KONSTRIBUSI SASTRA
ANAK DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK” dengan baik meskipun
didalamnya banyak tejadi kekurangan.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai “KONSTRIBUSI SASTRA ANAK DALAM
PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK” .Penulis juga menyadari bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu,penulis
berharap adanya kritikan dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
laporan pengabdian ini.
Penulis menyadari laporan pengabdian masih banyak kekurangan dan kelemahannya
baik dalam isi maupun maupun sistematisnya.Penulis juga berharap laporan pengabdian ini
dapat diterima oleh ibu Yusrawati Jr S, M.Pd selaku dosen Mata Kuliah Apresiasi Sastra
kami. Mudah-mudahan penulis makalah ini dapat dicatatat amal ibadah dan kebaikannya oleh
Allah SWT

Banda Aceh,15 Juni 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3. Tujuan Masalah..............................................................................................2
BAB 11 PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1. Konstribusi Sastra Anak................................................................................3
2.2. Nilai-nilai personal dalam sastra anak.........................................................4
2.3. Nilai pendidikan..............................................................................................6
2.4. Fungsi Dari Konstribusi Sastra Untuk Anak...............................................8
2.5. Upaya Anak Dalam Berkonstribusi Yang Lebih Efisien............................9
BAB III PENUTUP...........................................................................................................14
3.1. Kesimpulan......................................................................................................14
3.2. Saran ...............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sastra merupakan cerminan dari kehidupan manusia di alam nyata dan sebagai hasil
renungan dari realita kehidupan yang dilihat, dirasakan, bahkan dialami. Sebagai sebuah
karya, sastra mengandung eksplorasi mengenai kebenaran kemanusiaan. Sastra juga berisi
bermacam-macam cerita yang merangsang pembaca untuk berbuat sesuatu. Terutama jika
pembacanya anak-anak yang imajinasinya baru berkembang dan hanya pada tahap menerima
segala macam cerita terlepas dari cerita itu masuk akal atau tidak. Pada prinsipnya karya
sastra juga biasanya menampilkan nilai-nilai kemanusiaan, kebudayaan, kasih sayang,
demokratis, dan lain sebagainya. Nilai-nilai tersebut diharapkan dapat dipertahankan, dan
disebarluaskan pada seluruh khalayak terutama pada anak-anak sebagai konsumen yang
dianggap masih peka terhadap berbagai rangsangan, tentu juga sastra adalah cerita yang dapat
menjadi objek untuk rangsangan ini. Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita mendengar
orang menyebutkan atau mengucapkan kata sastra anak, cerita anak, atau bacaan anak.
Penafsiran terhadapnya oleh pakar-pakar sastra menjadi sangat majemuk. Yang senang
berdialog dengan kamus, tentu dapat menafsirkan sastra anak dengan menafsirkan gabungan
dua kata yaitu kata sastra dan kata anak. Wellek (dalam Badrun, 1983:17) membatasi bahwa
sastra adalah karya seni yang imajinatif. Artinya, bahwa pengalaman dan peristiwa yang
dituangkan dalam karya sastra bukan pengalaman atau peristiwa yang sesungguhnya tetapi
merupakan hasil rekaan khayalan pengarang saja. Kemudian Saxby (1991:4) mengatakan
bahwa sastra pada hakikatnya adalah citra kehidupan, gambaran kehidupan. Citra kehidupan
(image of life) dapat dipahami sebagai penggambaran secara konkret tentang model-model
kehidupan sebagaimana yang dijumpai dalam kehidupan faktual sehingga mudah
diimajinasikan sewaktu dibaca. Modelmodel kehidupan yang dikisahkan melalui cerita
merupakan kiasan, simbolisasi, perbandingan, atau perumpamaan dari kehidupan yang
sesungguhnya. Atau sebaliknya, kehidupan yang sebenarnya dapat ditemukan perumpamaan,
kiasan, atau perbandingan, dalam sastra. Karya seni imajinatif dan model kehidupan tersebut
dapat dalam bentuk tertulis maupun dalam bentuk lisan. Sebelumnya kita telah membahas
bahwa karya sastra secara tidak langsung dapat membantu kita menanamkan nilai-nilai dan
pengetahuan lain dikehidupan anak-anak. 1 Baik televisi maupun karya sastra memang
keduanya baik digunakan sebagai media belajar. Namun kenyataannya banyak anak yang
lebih tertarik menonton televisi dari pada membaca karya sastra. Padahal karya sastra dapat
menolong anak-anak memahami dunia mereka, membentuk sikap-sikap positif dan
menyadari hubungan manusiawi (sawyerdan comer, 1991:2-5, Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia dikelas Rendah; 1996:76).
1.2. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini di rumuskan sebagai
berikut :
1. Apa yang di maksud dengan konstribusi sastra anak ?
2. Sebutkan dan jelaskan nilai-nilai personal dalam sastra anak ?
3. Sebutkan dan jelaskan nilai-nilai kontribusi dalam sastra anak?
4. Apa fungsi dari kontribusi sastra untuk anak?
5. Bagaimana cara anak berkontribusi agar mendapat suatu perlakuan yang lebih
efesien?

1.3. Tujuan penulisan


Adapun tujuan peulisan dari makalah ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari kontribusi anak.
2. Untuk mengetahui nilai-nilai personal dalam sastra anak.
3. Untuk mengetahui nilai-nilai kontribusi dalam sastra anak.
4. Untuk mengetahui fungsi dari kontribusi sastra untuk anak.
5. Untuk mengetahui upaya anak dalam berkontribusi yang lebih efesien.
BAB 11
PEMBAHASAN

2.1. Konstribusi Sastra Anak


Sastra anak diyakini memiliki kontribusi yang besar bagi sebagian manusia yang
mempunyai jati diri yang jelas. Kepribadian dan atau jati diri seorang anak dibentuk dan
terbentuk lewat lingkungan baik diusahakan secara sadar maupun tidak sadar. Saxby
mengemukakan bahwa kontribusi sastra anak tersebut membentang dari dukungan terhadap
pertumbuhan berbagai pengalaman (rasa, emosi, bahasa), personal (kognitif, sosial, etis,
spiritual), eksplorasi dan penemuan, namun juga petualangan dalam kenikmatan Sementara
itu (Huck, dkk., 1987: 6-14) mengemukakan bahwa nilai sastra anak secara garis besar dapat
dibedakan dalam dua kelompok, yaitu nilai personal (personal values) dan nilai pendidikan
(educational values). Juga (Huck, 1989: 52-61), mengemukakan nilai personal adalah nilai
yang berkaitan dengan kebutuhan pribadi pembaca seperti kenikmatan, kesenangan,
pengembangan imajinasi, pengalaman yang terhayati, pengembangan perilaku insani, dan
pengalaman lain yang bersifat universal. Nilai edukasional adalah nilai yang berkaitan
dengan pendidikan seperti membantu pengembangan bahasa (kosa kata, gaya bahasa, struktur
serta keterampilan membaca dan menulis, mengembangkan kepekaan perasaan
mengembangkan kemampuan etika, estetika, dan kognisi (daya pikir siswa).
Secara rinci Nurgiyantoro (2003: 214-227) mengemukakan kontribusi sastra anak terhadap
perkembangan anak, yaitu terhadap perkembangan emosional, perkembangan intelektual,
perkembangan imajinasi, pertumbuhan rasa sosial, pertumbuhan rasa etis dan religius, dan
pada nilai pendidikan sebagai eksplorasi dan multikultural dan penanaman kebiasaan
membaca. Sastra anak di yakini memiliki kontribusi yang besar bagi perkembangan
kepribadian anak dalam proses menuju kedewasaan sebagai manusia yang mempunyai jati
diri yang jelas. Kepribadian dan atau jati diri seorang anak di bentuk dan terbentuk lewat
lingkungan baik diusahakan secara sadar maupun tidak sadar. Lingkungan yang dimaksud
amat luas wilayahnya.Ia mulai dari kebiasaan, tingkah laku, contoh, dan lain-lain yang
diberikan oleh orang tua, pendidikan yang secara sadar dan terencana dilakukan di lembaga
sekolah, sampai adat-istiadat, konvensi, dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Di antara
hal-hal tersebut salah satu yang termasuk di dalamnya adalah sastra, baik sastra lisan yang
diperoleh anak lewat saluran pendengaran maupun sastra tulis yang diperoleh lewat bacaan.
Sastra di yakini mampu dipergunakan sebagai salah satu sarana untuk menanam, memupuk,
mengembang, dan bahkan melestarikan nilai-nilai yang diyakini baik dan berharga oleh
keluarga, masyarakat, dan bangsa. Justru karena adanya pewarisan nilai-nilai itulah eksistensi
suatu masyarakat dan bangsa dapat dipertahankan untuk masa mendatang.
Penanaman nilai-nilai dapat dilakukan sejak anak masih belum dapat berbicara dan
membaca. Nyanyian-nyanyian yang biasa di dendangkan seorang ibu untuk membujuk agar
si buah hati segera tertidur atau sekadar untuk menyenangkan, pada hakikatnya juga bernilai
ke sastraan dan sekaligus mengandung nilai yang besar andilnya bagi perkembangan
kejiwaan anak, misalnya nilai kasih sayang dan keindahan.Anak tidak dapat tumbuh secara
wajar tanpa dukungan kasih sayang, dan kasih sayang itu antara lain dapat diekspresikan
lewat nyanyian yang bemilai keindahan.Anak memilik ipotensi keindahan, potensi yang
bernilai seni dalam dirinya, baik dalam pengertian menikmati maupun berekspresi dalam
bentuk tingkah laku. Dalam hal ini si ibu lah yang mula-mula berjasa menggali potensi itu,
berjasa menanamkan dalam jiwa, menikmati dalam rasa dan indera, dan mengekspresikan
dalam bentuk tingkah laku verbal dan nonverbal.
Persoalannya kini adalah apa (saja) kontribusi sastra anak bagi pendengar dan pembaca
yang masih bemama anak-anak itu? Dari pembicaraan sebelumnya sebenarnya telah banyak
disinggung manfaat, fungsi, atau kontribusi sastra anak bagi anak secara tak langsung atau
langsung. Saxby (1991 :5-10)mengemukakan bahwa kontribusi sastra anak tersebut
membentang dari dukungan terhadap pertumbuhan berbagai pengalaman (rasa, emosi,
bahasa), personal(kognitit;sosial, etis,spriritual), eksplorasi dan penemuan, namunjuga
petualangan dalam kenikmatan. Sementara itu, Huck, dkk. (1987:6-14) mengemukakan
bahwa nilai sastra anak secara garis besar dapat dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu
nilai personal (personal values) dan nilai pendidikan (educational values) dengan masing-
masing masih dapat dirinci menjadi sejumlah sub kategori nilai.
Di bawah ini dikemukakan sejumlah kontribusi sastra anak bagi anak yang sedang dalam
tara f pertumbuhan dan perkembangan yang melibatkan berbagai aspek kedirinya yang secara
garis besar dikelompokkan ke dalam nilai personal dan nilai pendidikan. Namun, perlu
dikemukakan bahwa pengkategorian yang dilakukan tidak eksak terpisah satu dengan yang
lain, melainkan lebih bersifat teknis penulisan. Pada kenyataannya ber-bagai kategori yang
dimaksud menyatu dalam diri anak dan secara sinergis mendukung pertumbuhan anak.

2.2. Nilai-Nilai Personal Dalam Sastra Anak


a. Perkembangan Emosional
Anak usia dini yang belum dapat berbicara, atau baru berada dalam tahap
perkembangan bahasa satu kata atau kalimat dalam dua-tiga kata, sudah ikut
tertawa-tawa ketika diajak bernyanyi bersama sambil bertepuk tangan. Anak
tampak menikrnati lagu-Iagu bersajak yang ritmis dan larut dalam
kegembiraan.Hal itu dapat dipahami bahwa sastra lisan yang berwujud puisi-Iagu
tersebut dapat merangsang kegembiraan anak, merangsang emosi anak untuk
bergembira, bahkan ketika anak masih berstatus bayi. Emosi gembira yang
diperoleh anak tersebut penting karena hal itu juga akan merangsang kesadaran
bahwa ia dicintai dan diperhatikan. Pertumbuhan kepribadi anak tidak akan
berlangsung secara wajar tanpa cinta dan kasih sayang oleh orang di
sekelilingnya.
Dalam perkembangan selanjutnya setelah anak dapat memahami cerita, baik
diperoleh lewat pendengaran,misa1nya diceritai atau dibacakan,maupun lewat
kegiatan rnembaca sendiri,anak akan memperoleh demonstrasi kehidupan
sebagaimana yang diperagakan oleh para tokoh cerita. Tokoh tokoh cerita akan
bertingkah laku baik secara verbal maupun nonverbal yang rnenunjukkan sikap
emosionalnya,seperti ekspresi gembira, sedih, takut, terharu,simpati dan empati,
benci dan dendam, memaafkan, dan lain-lain secara kontekstual sesuai dengan
alur cerita. Tokoh protagonis akan menampilkan tingkah laku yang baik,
sebaliknya tokoh antagonis menampilkan tingkah laku yang kurang baik. Pembaca
anak akan mengidentifikasikan dirinya kepada tokoh protagonis sehingga sikap
dan tingkah laku tokoh itu seolah-olah diadopsi menjadi sikap dan tingkah
lakunya.
Dengan demikian, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
membaca buku-buku cerita itu anak akan belajar bersikap dan bertingkah laku
secara benar. Lewat bacaan cerita itu anak akan belajar bagaimana mengelola
emosinya agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Kemampuan seseorang
mengelola emosi istilah yang dipakai adalah Emotional Quotient (EQ) yang
analog Intelegency Quotient (IQ),juga Spiritual Quotient (SQ) dewasa ini
dipandang sebagai aspek personalitas yang besar pengaruhnya bagi kesuksesan
hidup, bahkan diyakini lebih berperan daripada IQ.

b. Perkembangan Intelektual
Lewat cerita anak tidak hanya memperoleh "kehebatan" kisah yang
menyenangkan dan memuaskan hatinya. Cerita menampilkan urutan kejadian
yang mengandung logika pengurutan,logika pengaluran. Logika pengaluran
memperlihatkan hubungan antar peristiwa yang diperani oleh tokoh baik
protagonis maupun antagonis. Hubungan yang dibangun dalam pengembangan
alur pada umurnnya bempa hubungan scbab akibat. Artinya, suatu peristiwa
teIjadi akibat atau mengakibatkan terjadinya peristiwa-peristiwa yang lain. Untuk
dapat memahami cerita itu, anak harus mengikuti logika hubungan tersebut.
Hal itu berarti secara langsung atautidak langsung anak "mempelajari"
hubungan yang terbangun itu, dan bahkan juga ikut mengritisinya Mungkin saja
anak mempertanyakan alasan tindakan-tindakan tokoh, reaksi tokoh, menyesalkan
Tindakan tokoh, dan lain-lain yang lebih bemuansa"mengapa"- nya. Jadi, lewat
bacaan yang dihadapinya itu aspek intelektual anak ikut aktif, ikut berperan,
dalam rangka pemahaman dan pengkritisan cerita yang bersangkutan. Dengan
kata lain, dengan kegiatan membaca cerita itu aspek intelektuaI anak juga ikut
terkembangkan.

c. Perkembangan Imajinasi
Berhadapan dengan sastra, baik itu yang berwujud suara maupun tulisan,
sebenarya kita lebih berurusan masalah imajinasi, sesuatu yang abstrak yang
berada di dalam jiwa, sedang secara fisik sebenarnya tidak terlalu berarti. Bagi
anak usia dini yang belum dapat membaca dan hanya dapat memahami sastra
lewat orang lain, cara penyampaiannya masih amat berpengaruh sebagaimana
halnya orang dewasa mengapresiasikan poetry reading atau deklamasi. Sastra
yang notabene adalah karya yang mengandalkan kekuatan imajinasi menawarkan
petualangan imajinasi yang Iuar biasa kepada anak. Dengan membaca bacaan
cerita sastra imlijinasi anak dibawa berpetualang ke berbagai penjuru dunia
melewati batas waktu dan tempat, tetapi tetap berada di tempat, dibawa untuk
mengikuti kisah cerita yang dapat menarik seluruh kedirian anak. Lewat cerita itu
anak akan memperoleh pengalaman yang luar biasa (vicarious experience) yang
setengahnya mustahil diperoleh dengan cara-eara selain membaca sastra.

d. Pertumbuhan Rasa Sosial


Bacaan cerita sastra mendemonstrasikan bagaimana tokoh berinteraksi dengan
sesama dan lingkungan. Bagaimana tokoh-tokoh itu saling berinteraksi untuk
bekerja sama, saling membantu, bennain bersama, melakukan aktivitas keseharian
bersama, menghadapi kesulitan bersama, membantu mengatasi kesulitan orang
lain, dan lain-lain yang berkisah tentang kehidupan bersama dalam masyarakat.
Orang yang hidup di tengah masyarakat tidak mungkin berada dalam keadaan
terisolasi tanpa berhubungan dengan orang lain. Dalam kehidupan anak akan
menyadari bahwa ada orang lain di luar dirinya, dan bahwa orang akan saling
membutuhkan. Kesadaran bahwa orang hidup mesti dalamkebersamaan, rasa
tertarik maSuk dalam kelompok, sudah mulai terbentuk ketika anak anak berusia
3-5 tahun, dan kesadaran bahwa ada orang lain eli luar dirinya bahkan sudah ada
sebelurnnya. Kesadaran inilah yang kemudian dapat ditumbuh kembangkan dalam
diri anak lewat bacaan sastra lewat perilaku tokoh.

e. Pertumbuhan Rasa Etis dan Religius


Selain menunjang pertumbuhan dan perkembangan unsur emosional,
intelekual, imajinasi, danrasa sosial, bacaan cerita sastra juga berperan daIam
pengembangan aspek personalitas yang lain, yaitu rasa etis dan religius.
Demonstrasi kehidupan yang secara konkret diwujudkan dalam bentuk tingkah
laku tokoh, di dalarnnya juga terkandung tingkah laku yang menunjukkan sikap
etis dan religius. Sebenamya, dalam sebuah cerita keseluruh aspek personalitas
manusia ditampilkan, hanya masalahnya aspek mana yang mendapat penekanan
sehingga tampak dominan. Dalam cerita yang dirnaksudkan untuk menunjang
perkembangan perasaan dan sikap etis dan religius, kedua aspek tersebut akan
terlihat dominan. Bahkan dalam cerita anak, mengingat masih terbatasnya
jangkauan berpikir dan bemalar, penyampaian nilai-nilai pembentukan
kepribadian tersebut terlihat langsung atau sedikit terselubung dalam karakter dan
tingkah laku tokoh.

2.3. Nilai Pendidikan


a. Eksplorasi dan Penemuan
Membaca cerita sastra pada hakikatnya anak dibawa untuk melakukan sebuah
eksplorasi,sebuah penjelajahan,sebuah petua1angan imajinatif, ke sebuah dunia
relatif belum dikenalnya yang menawarkan berbagai pengalarnan kehidupan.
Petualangan ke sebuah dunia yang menawarkan pengalaman-pengalaman yang
menarik,menye-nangkan, menegangkan, dan sekaligus memuaskan lewat berbagai
kisahdan peristiwa yang "dahsyat" sebagaimana diperani para tokoh cerita.
Pengalarnan penjelajahan secara imajinatif berkaitan erat dengan pengembangan
daya imajinatif sebagaimana dikemukakan. Lewat kekuatan imajinatif anak dibawa
masuk sebuah pengalaman yang juga imajinatif, pengalarnan batin yang tidakhams
dialami secara faktual, yang sekaligus juga berfungsi meningkatandaya imajinatif.
Dalam penjelajahan secara imajinatif itu anak dibawa dan dibuat menjadi kritis
untuk mampu melakukan penemuan-penemuan dan atau prediksi bagaimana solusi
yang ditawarkan. Berhadapan dengan cerita siswa dapat dibiasakan
mengkritisinya, misalnya ikut menebak sesuatu seperti dalarn cerita detektifdan
rnisterius, menemukan bukti-bukti, alasan bertindak, menemukan jalan keluar
kesulitan yang dihadapi tokoh, dan lain-lain terrnasuk memprediksikan bagaimana
penyelesaian kisahnya.Berpikirsecara logis dan kritis yang demikian dapat
dibiasakan dan atau dilatihkan lewat eksplorasi dan penemuan-penemuan dalam
bacaan cerita sastra.

b. Perkembangan Bahasa
Sastra adalah sebuah karya seni yang bermediakan bahasa, maka aspek bahasa
memegang peran penting di dalamnya. Sastra tidak lain adalah suatu bentuk
pennainan bahasa, dan bahkan genre puisi unsur pennainan tersebut cukup
menonjol, misalnya yang berwujud permainan rima dan irama. Berhadapan dengan
sastra hampir selalu dapat diartikan sebagai berhadapan dengan kata-kata, dengan
bahasa. Prasyarat untuk dapat membaca atau mendengarkan dan memahami sastra
adalah penguasaan bahasa yang bersangkutan. Hal itu khususnya berlaku bagi
dewasa, dan bagi anak keadaannya juga tidak terlalu berbeda. Bahasa
dipergunakan untuk memahami dunia yang ditawarkan, tetapi sekaligus sastra juga
berfungsi meningkatkan kemampuan berbahasa anak, baik menyimak, membaca,
berbicara, maupun menulis. Hal yang terakhir ini sudah lazim dikatakan dan
diyakini kebenarannya.

c. Pengembangan Nilai Keindahan


Ketika anak berusia 1-2 tahun dininabobokan dengan nyanyian, dengan
kata-kata yang bersajak dan berirama indah, atau dengan tembang-tembang
dolanan (nursery rhymes, nurserysongs), anak sebenarnya belum dapat memaharni
makna di balik kata-kata itu, tetapi sudah dapat merasakan keindahannya. Hal itu
dapat dilihat dari reaksi anak, misalnya yang berupa ekspresi wajah yang ceria dan
tertawa-tawa, atau gerakan anggota tubuh yang lain.Jika anak sudah dapat berdiri-
beIjalan, ekspresi tubuh itu dapat berupa gerakan lenggak~lenggok badan, kepala,
tangan dan kaki. Barangkali perlu disepakati bahwa berbagai aktivitas yang
menunjang pertumbuhan dan perkembangan Bahasa anak tersebut dapat
dikategorikan sebagai tahap awal pengenalan sastra kepada anak, pengenalan dan
pemicu bakat dan apresiasi keindahan kepada anak.

d. Penanaman Wawasan MultikulturaI


Berhadapan dengan bacaan sastra kita, anak, dapat bertemu dengan wawasan
budaya berbagai kelompok sosial dari berbagai belahan dunia. Lewat sastra dapat
dijumpai berbagai sikap dan perilaku hidup yang mencerminkan budaya suatu
masyarakat yang berbeda dengan masyarakat yang lain. Cerita tradisional atau
folklore, misalnya, mengandung berbagai aspek kebudayaan tradisional masyakat
pendukungnya, maka dengan membaca cerita tradisional dari berbagai daerah akan
diperoleh pengetahuan dan wawasan tentang kebudayaan masyarakat yang
bersangkutan. Jadi, dengan membaca cerita tradisional itutidak sajaakan diperoleh
kenikmatan membaca cerita, tetapi juga pengetahuan dan pemahaman budaya
tradisional masyarakat lain (Norton & Norton, 1994:355). Pada giliran selanjutnya,
dari bacaan tersebut juga akan tertanarn kesadaran dalarn diri anak bahwa ada
budaya lain selain budaya sendiri dan kesadaran untuk menghargainya.

e. Penanaman Kebiasaan Membaca


Kata-kata bijak yang mengatakan babwa buku adalah jendela ilmu
pengetahuan, buku adaIah jendela untuk melihat dunia,menemui relevansinya
yang semakin kuat dalam abad informasi dewasa ini. Adanya arus global yang
melanda dunia dan yang mengandaikan semakin cepatnya arus informasi dari
berbagai belaban duniahanya dapat diikuti dengan baik jika orang mau membaca.
Memang tidak ada sanksi bagi orang yang malas membaca, tetapi dia akan terkucil
dari peradaban modem, benar-benar ibarat katak didalam tempurung di tengah lalu
lalangnya kehidupan super modern yang serba teknologis. Dalam bahasa yang
sederhana, ia akan ketinggalan zaman, tidak tahu apa yang terjadi disekeliling.
Padahal, manusia dibekali pembawaan rasa ingin tahu.

2.4. Fungsi Dari Kontribusi Sastra Untuk Anak


Ditinjau dari segi pragmatiknya, Santoso dkk (tanpa tahun: 8.7) membagi fungsi
sastra anak dalam dua kategori yaitu sebagai pendidikan dan hiburan. Sastra anak banyak
memberi pendidikan dalam perkembangan anak. Melalui sastra,anak banyak mendapat
informasi tentang sesuatu, memberi banyak pengetahuan,mengembangkan kreativitas atau
keterampilan anak,dan juga memberi pendidikan moral kepada anak. Dalam kisah Asal Usul
Nama Surabaya misalnya, secara praktis anak memperoleh informasi tentang asal usul nama
Surabaya, letak geografis kota Surabaya, informasi tentang lambang kota Surabaya, dan
pendidikan moral untuk bermusyawarah, mempertahankan hak, dan kepahlawanan.
Contoh lain yaitu cerita Anak-anak Bintang Pari (1988) karya Andi Hakim Nasution.
Buku setebal 59 halaman itu mengisahkan petualangan kelompok Bintang Pari, yang berisi
sembilan belas anggota kepanduan (kini namanya Pramuka), saat berkemah di
Megamendung, Bogor. Kelompok itu ramai-ramai bersepeda dari Jakarta ke Bogor, lalu naik
bus ke Puncak, dan dilanjutkan dengan bersepeda lagi ke perkemahan di Megamendung.
Kegiatan mereka di perkemahan, yang sarat dengan permainan, memasak, api unggun,
bersahabat dengan anak-anak pandu lain dari Bogor, bernyanyi, dan menari. Mereka juga
mendengarkan kawannya bercerita tentang petualangan Owney, anjing liar yang mengawal
karung-karung surat Jawatan Pos Amerika Serikat ke berbagai penjuru dunia. Owney begitu
terkenal, sehingga ketika dia mengawal surat ke Jepang, dia disambut sang kaisar, atau
menjadi tamu agung ketika tiba di Cina. Perjalanannya keliling itu ditempuh selama 132 hari
(Februana dan Kurniawan).
Sastra anak juga berfungsi menghibur. Artinya, dengan membaca sastra anak, anak
akan mendapat kesenangan, kenikmatan, dan kepuasan. Ketika membaca dan menghayati
cerita Asal Usul Nama Surabaya, anak memperoleh hiburan dari bacaan itu. Si anak akan
terhibur dengan perilaku tokoh ikan Hiu dan Buaya yang saling berebut daerah mangsa.
Melalui cerita Anak-anak Bintang Pari, anak-anak memperoleh kesenangan dengan
petualangan-petualangan yang ada dalam cerita tersebut.
Pada sisi lain, dengan membaca sastra anak, anak dapat merefleksikan pengalaman
hidup orang lain yang sebenarnya dan seolah-olah mengalami sendiri di dalam kehidupannya.
Faltis mengikhtisarkan kelebihan buku cerita bagi para siswa: (1) buku cerita menjadi sumber
yang baik untuk pengembangan bahasa, kosakata, dan konsep. Sebab, kata-kata cenderung
disajikan dalam konteks-konteks yang didukung gambar atau bermacam-macam jenis
petunjuk ekstra linguistik, (2) buku cerita memberikan suatu konteks bagi interaksi verbal,
terutama rangkaian penting permintaan-respon-evaluasi, dan (3) buku cerita mengajarkan
sikap dan perilaku yang berlaku dalam masyarakat kepada anak-anak (dalam Suwarjo: 2006)
Huck dkk. (1987) mengemukakan bahwa nilai sastra anak secara garis besar dapat
dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu nilai personal (personal values) dan nilai
kependidikan (educational values. Nilai personal mencakup perkembangan emosional,
intelektual, imajinasi, rasa sosial, dan rasa etis dan religius. Nilai kependidikan mencakup
nilai eksplorasi dan penemuan, perkembangan bahasa, pengembangan nilai keindahan,
penanaman wawasan multikultural, dan penanaman kebiasaan membaca (dalam
Nurgiyantoro 2004:203-231). Selanjutnya dapat dijelaskan berbagai manfaat yang
terkandung dalam sastra anak.

2.5. Upaya Anak Dalam Berkontribusi Yang Lebih Efesien


Agar Anda tak bingung dalam memberikan arahan untuk anak, berikut ini adalah
beberapa cara mendidik anak yang baik, benar dan bijak yang bisa Anda coba.
1. Bersikap lembut dan tunjukkan kasih sayang yang tulus
Sebagai orang tua, selalu bersikap lembut kepada anak adalah hal mutlak yang
harus dilakukan. Sebab hanya dengan tutur kata yang lembut, seorang anak akan
mendengarkan perkataan dari orang tuanya. Selain dituntut untuk bersikap lembut
kepada anak, orang tua juga selayaknya memberikan kasih sayang yang tulus dan
utuh kepada anak. Salah satu contohnya adalah dengan mengatakan kepada anak
bahwa Anda sangat menyayanginya. Pelukan atau ciuman juga bisa menjadi
penyemangat tersendiri bagi jiwa sang anak yang bisa Anda lakukan.
2. Jadilah pendengar yang baik dan berikan dukungan
Mungkin anak Anda pernah merasakan di olok-olok oleh teman sebayanya.
Sebagai orang tua yang baik, cobalah untuk melakukan pendekatan agar si anak
mau bercerita. Di saat seperti itu Anda dituntut untuk menjadi pendengar yang
baik dan mampu mendengarkan semua keluh dan kesah si kecil. Ini adalah kunci
sukses dalam membangun rasa percaya diri sang anak.Berikanlah dukungan yang
positif dan bekalilah ia dengan skill untuk menghindari olokan temannya serta
kemampuan untuk bisa bersosialisasi dengan baik. Sebagai contoh Anda dapat
mengajarkan anak Anda untuk menghindari sebuah ejekan dari temannya.
Misalnya jika ada temannya yang mengatakan “Kamu jelek”, lantas jawaban yang
paling tepat adalah “Biarin yang penting pinter”. Anak yang terbiasa mengolok-
olok pasti akan merasa bosan dengan jawaban yang demikian karena ejekannya
tidak ditanggapi dengan serius serta tidak mendapatkan feedback sesuai dengan
yang ia inginkan, misalnya dengan menangis, mengadu atau marah.

3. Bangun kreatifitas dengan bermain Bersama


Mengajarkan anak bukan berarti harus selalu membuat “peraturan-peraturan
baru” yang tidak menyenangkan baginya, akan tetapi juga bisa dengan cara
bermain bersama. Biarkan ia mempelajari sesuatu dari Anda dengan cara-cara
yang jauh lebih menyenangkan seperti bermain, menari atau bermain musik
bersama.

4. Hindari menggunakan kata “Jangan”


Inilah salah satu kesalahan yang kerap dilakukan oleh orang tua. Di saat anak
tengah bereksperimen yang mungkin sedikit membahayakan, orang tua umumnya
berkata “jangan” kepada anaknya. Sesungguhnya kata ini apabila terlalu sering
diucapkan oleh orang tua kepada anaknya justru dapat berakibat negatif yang
menyebabkan sang anak tidak berkembang kreatifitasnya. Untuk mengganti kata
“jangan”, Anda sebaiknya menggunakan kata lain yang bermakna lebih positif.
Contoh kasusnya seperti misalnya ada anak yang berlari, lalu bundanya berkata
“Jangan lari!”. Sesungguhnya yang dimaksud sang bunda adalah “berjalan” saja
akan tetapi sang anak tidak menangkap maksud ini. Jadi kalimat yang sebaiknya
digunakan adalah “Berjalan saja” atau “Pelan-pelan saja” dan lain
sebagainya.Alternatif lain dari kata jangan yang sering diucapkan orang tua
kepada anaknya,Tabel alternatif lain dari kata “jangan” yang biasa diucapkan
orang tua kepada anaknya

5. Jadilah panutan dan idola untuk anak Anda


Pada umumnya setiap anak memiliki idola “superhero” di dunia imajinasinya.
Namun di dunia yang sesungguhnya, ia juga pasti ingin memilikinya. Anda
sebagai orang tua sebisa mungkin mencoba untuk menjadi apa yang diinginkan
sang anak dan selalu bisa diandalkan. Salah satunya adalah dengan melakukan apa
pun yang menurut Anda terbaik untuk bisa diberikan kepada putra-putri Anda.

6. Berikan rasa nyaman


Tumbuhkanlah rasa nyaman saat anak sedang bersama dengan Anda. Ajaklah
untuk berdiskusi kecil di sela-sela kebersamaan Anda. Agar anak merasa nyaman,
sebaiknya jangan menjadi yang merasa paling tahu segalanya sehingga membuat
Anda terkesan mendominasi pembicaraan. Jadikan ia seperti seorang teman yang
juga perlu untuk Anda dengarkan dengan baik dan penuh rasa simpati.

7. Tumbuhkan sikap menghormati


Ajarkan ia untuk selalu menghormati siapa pun orangnya, baik orang yang
lebih tua maupun teman sebayanya. Hal ini penting untuk ditumbuhkan semenjak
usia dini karena di kemudian hari saat ia dewasa ia dapat berlaku hormat kepada
semua orang.

8. Ajarkan rasa tanggung jawab


Ajarkan dan ingatkan anak Anda untuk selalu memiliki rasa tanggung jawab
terhadap dirinya. Misalnya jika telah tiba waktunya untuk sekolah, ia harus
berangkat. Jika ia bertanya mengapa harus demikian. Berikanlah alasan yang bisa
dipahami olehnya.

9. Ajarkan untuk meminta maaf


Meminta maaf atas sebuah kesalahan adalah tindakan yang mulia dan kesatria.
Ajarkanlah anak Anda untuk mau meminta maaf untuk kesalahan yang mungkin
ia lakukan terhadap teman sebayanya agar ia menyadari bahwa perbuatan yang
dilakukannya adalah tindakan yang kurang terpuji.

10. Jangan ditakut-takuti


Orang tua biasanya cenderung mengambil “jalan pintas” yang mudah. Selain
berbohong, orang tua juga biasanya kerap menakut-nakuti anak agar anaknya mau
menurut dengan segera. Ini adalah perilaku orang tua yang keliru karena selain
bisa menjadi semacam trauma saat ia dewasa, hal ini juga mengakibatkan anak
menjadi tidak mandiri sehingga dapat mengurung kreatifitasnya.
11. Jangan dibohongi
Sama halnya dengan ditakut-takuti, anak yang kerap dibohongi saat masih
kecil akan menjadi terbiasa dengan kebohongan-kebohongan yang ditanamkan
oleh orang tuanya. Saat nanti ia sudah besar, ia tentu akan menganggap berbohong
adalah hal yang wajar untuk dilakukan karena semua orang termasuk orang tuanya
juga melakukannya.

12. Jangan berkata keras dan mengancam


Banyak orang bilang anak itu tidak bedanya seperti kertas putih yang kosong.
Baik atau tidaknya anak juga tergantung dari yang diajarkan orang tua kepadanya.
Oleh sebabnya cobalah untuk sebisa mungkin menghindari perkataan yang keras,
mengancam atau bahkan meneriaki sang anak. Apabila perilaku anak mungkin
terkesan nakal atau bandel, cobalah untuk menahan emosi Anda dan katakan
dengan lembut serta bijaksana.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Perkembangan anak untuk sampai pada tahap kepribadian yang utuh, lahiriah dan
batiniah,fisik dan spiritual, ditentukan oleh banyak faktor baik secara internal maupun
eksternal yang saling berinteraksi, saling mempengaruhi, dan salingmenentukan. Salah satu
factor itu adalah bacaan, khususnya bacaan sastra. Peran yang paling dekat bacaan sastra
adalah membawa anak ke senang membaca. Faktor senang membaca merupakan modal
penting yang kini terlihat semakin sulit ditemukan dii kaIangan berbagai generasi kita di
Indonesia .Olehkarena itu, kebutuhan anak akan kesenangan membaca cerita sedapat
mungkin dapat dipenuhi. Sebagai konsekuensinya kita harus memandang penting penyediaan
buku-buku bacaan anak. Curahan kasih sayang dengan membelikan berbagai keperluan anak
termasuk bendabenda permainan penting, tetapi kebutuhan akan cerita dan bukujangan
sampai dilupakan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sastra anak kepada anak-
anak berdampak positif bagi perkembangan pribadi sang anak. Sudah saatnya setiap kalangan
menyadari bahwa sastra anak memiliki pengaruh yang besar bagi perkembangan kepribadian
anak. Sudah sepantasnya pula kita peduli terhadap sastra anak demi menjaga generasi muda
agar terus melestarikan sastra. Dengan menjaga dan peduli terhadap sastra anak berarti kita
turut mempertahankan budaya membaca sejak kecil hingga takkan pernah hilang tergerus
zaman.

3.2. Saran
Ada beberapa saran yang bisa disampaikan sehubungan dengan pembahasan pada bab-
bab sebelumnya. Antara lain:
1. Pembelajaran sastra memberikan banyak sekali manfaat bagi siswa. Sehingga
perlu kiranya para guru memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai hal ini.
Sehingga pada saat mengajar pelajaran apapun, dapat disisipkan dan memberikan
manfaat
2. Pendidikan bahasa sastra adalah pendidikan yang bersifat pembiasaan. Karena itu
hendaknya guru selalu menyampaikan pelajaran dengan bahasa Indonesia yang
baik dan benar.
3. Hendaknya para guru memilih karya sastra yang tepat sehingga relevan dengan
keadaan siswa di sekolahnya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA

Huck, C. S., Susan Hepler, & Janet Hickman.(1987). Children:S Literature in


The Elementary School. New York: Holt, Rinehart and Wmston.

Saxby, M. (1991). "The Gift Wmgs: The Value ofLiterature to Children",dalam Maurice
Saxby And Gordon Winch (ed). Give Them Wings.The Experience of Children:S
Literature,Melbourne: The MacmillanCompany, him. 3-18.

Santosa, Puji, dkk. 2004. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD.Universitas
Terbuka.

Nurgiyantoro,B.(2003).Pembelajaran Bahasa dan Sastra IndonesiaBerwawasan Multikultural.


Yogyakarta: Pidato Pengukuhan Gum Besar UNY.

Norton,D.E.,&Saundra Norton.(1994).Language Arts Activities for Children. NewYork:


Macmillan College Publishing Company.

Anda mungkin juga menyukai