“GENDER”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Tafsir PMI
FAKULTAS DAKWAH
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Tafsir PMI yang berjudul “Kejujuran dan
Moral”, atas rahmat-nya pula penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik sebagai
syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir PMI, dalam Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam, Fakultas Dakwah, Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten.
Segala upaya telah penulis lakukan untuk menyelesaikan tugas makalah ini, serta tidak lepas
dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah ikut membantu dalam proses menyelesaikan tugas makalah ini. Penulis
juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk memperbaiki makalah ini kedepanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Hakikat Gender..............................................................................................................3
B. Gender dalam perspektif Al – Qur’an ...........................................................................4
C. Gender dari segi perspektif tafsir ..................................................................................7
BAB III PENUTUP......................................................................................................................10
A. Kesimpulan..................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
universal yang menjadi petunjuk bagi kehidupan umat manusia baik pada masa lalu, kini
ataupun masa yang akan datang. Nilai-nilai universal tersebut antara lain berupa nilai
nilainilai kesetaraan dan keadilan, Islam tidak pernah mentolerir adanya perbedaan atau
perlakuan yang diskriminatif di antara umat manusia. Hal ini ditegaskan dalam firman-
Nya:
“Hai manusia sesungguhnya kami telah menciptakan kamu (terdiri) dari lelaki
dan perempuan dan kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu
saling mengenal, sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling
bertakwa
Dari ayat di atas jelaslah bahwa perbedaan yang ditegaskan dan yang kemudian
bisa meninggikan ataupun merendahkan martabat seseorang adalah nilai pengabdian dan
ketakwaannya terhadap Allah swt, karena pada dasarnya manusia diciptakan sama
meskipun mereka berasal dari bangsa ataupun suku yang berbeda. Allah swt memang
1
sengaja menciptakan mereka dalam keragaman bangsa dan suku dengan maksud agar
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
D. MANFAAT PENULISAN
1. Makalah ini di harapkan dapat Memberikan pengetahuan tentang gender dalam alquran
3. Makalah ini di harapkan dapat menjadi acuan untuk penulisan tentang gender
1
Dwi Ratnasari, Gender dalam perspektif al-qur’an, (Jurnal Humanika, Th. XVIII, No. 1. Maret 2018)
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. HAKIKAT GENDER
Kata gender berasal dari bahasa inggris berarti jenis kelamin dalam webster new
world dictionary,gender dapat di artikan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki
dan perempuan dilihat dari segi nilai dab tingkah laku. Dalam womens studies
encyclopedia di jelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya
membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik
laki-laki dan permepuan (cultural expectations for women and men) pendapat ini sejalan
dengan pendapat kaum feminis, seperti lindsey yang menganggap semua ketetapan
termasuk bidang kajian gender (what a given society defines as mascul line or feminin is
a component of gender)
H. T. Wilson dalam Sex and Gender mengartikan gender sebagai suatu dasar
untuk menentukan pengaruh faktor budaya dan kehidupan kolektif dalam membedakan
laki-laki dan perempuan. Agak sejalan dengan pendapat yang dikutip Showalter yang
mengartikan gender lebih dari sekedar pembedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari
konstruksi sosial budaya, tetapi menekankan gender sebagai suatu konsep analisa yang
3
kita dapat menggunakannya untuk menjelaskan sesuatu ( gender is an analityc concept
whose meannings we work elucidate and a subject matter we proceed to study as we try
to define it)
Dari berbagai definisi tersebut dapat di pahami bahwa gender adalah suatu konsep
yang digunakan untk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan permpuan dilihat dari segi
pengaruh sosial budaya. Gender dalam arti ini adlah suatu bentuk rekayasa masyarakat
(social constructions) bukan nya sesuatu yang bersifat kodrati. Dalam konteks tersebut,
gender harus dibedakan dari jenis kelamin (seks). Jenis kelamin merupakan pensifatan
atau pembagian duanjenis kelamin manusia yang di tentukan secara biologis yang
melekat pada jenis kelamin tertentu. Sedangkan konsep gender adalah suatu sifat yang
melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun
kultural, mislanya perempuan dikenal lembut dan cantik. Tidak berlebihan jika dikatakan
bahwa gender pada hakikat nya lebih menekankan aspek sosial, budaya, psikologis dan
aspek non biologis lainnya. Hal ini berarti bahwa gender lebih menekankan aspek
perkuat, bahkan dilegitimasi secara sosial dan budaya. Pada giliran nya, perbedaan
2
Sarifa Suhra, KESETARAAN GENDER DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
HUKUM ISLAM, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Watampone, (Jurnal Al-Ulum Volume. 13 Nomor 2, Desember
2013 Hal 373-394)
4
Adapun langkah pokok analisis data dalam penelitian ini diawali dengan
inventarisasi teks berupa ayat, mengkaji teks, melihat historis ayat dan melihat hadits
selanjutnya di inter[retasikan secara objektif dan dituagkan secara deskriptif dan ditarik
beberapa kesimpulan secara dedukatif dengan mengacu kepada masalah yang telah di
rumuskan.
dan perempuan dalam memperoleh hak dalam kehidupan, dari mulai hak pendidikan,
politik, juga agama. Perbedaan biologis bukan menjadi alasan untuk membedakan hak
dan juga kewajiban, perbedaan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan memang
sudah menjadi kodrat yang termaktub dalam al-qur’an namun tidak menjadi perbedaan
terhadap potensi yang diberikan allah kepada manusia. Eksistensi ayat-ayat gender dalam
tafsir al-mishbah memuat dan mencerminkan bahwa ajran agama islam telah memandang
wanita pada derajat yang mulia dengan tidak mengurangi harkat martabat kaum laki-laki.
Dari segala aspek mulai dari awal mula penciptaan, perempuan diciptakan dari jenis yang
sama dengan adam, dalam hal kepemimpinan (politik) wanita di berikan hak yang sama
jika memang memiliki kredibilitas memimpin, dari hal domestik wanita dan laki-laki
memiliki tanggung jawab yang harus dikerjakan bersama tidak ada beban yang di
Dengan merujuk kepada beberapa ayat Alquran, kita dapat mengetahui bahwasanya
secara normatif, laki-laki dan perempuan dalam beberapa hal memiliki beberapa
3
Luluk Masruroh, mas (2020) GENDER DALAM PRESPEKTIF AL QURAN (Studi analisis
tafsīr al-Mishbāh). Masters thesis, UIN Raden Intan Lampung.
5
Sebelum Islam datang, sebagian masyarakat Arab mengubur hidup-hidup bayi
perempuannya karena alasan takut miskin atau tercemar nama baiknya. Sebagaimana
firman Allah:
“dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan kelahiran perempuan,
dirinya dari orang yang banyak disebabkan berita yang disampaikannya itu,
58-59).
Ayat ini secara tegas menolak pandangan yang membedakan laki-laki dan perempuan
khususnya dalam segi kemanusiaan. Alquran juga menerangkan bahwa laki-laki dan
perempuan diciptakan oleh Allah dengan derajat yang sama, bentuk yang sempurna, tidak
ada perbedaan antara satu individu dengan individu yang lain karena Allah menciptakan
manusia dari satu asal (Q.S. Al-Hujurat, 49: 13, Q.S. At-Tiin, 95: 4 dan Q.S. An-Nisa, 4:
1).
6
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan
yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatan, laki-laki dan
perempuan yang benar, lakilaki dan perempuan yang sabar…Allah telah menyediakan
bagi mereka ampunan dan pahala yang besar (Q.S. Al-Ahzab, 33:
35).
tanpa ada perbedaan. Shalat, puasa, zakat dan haji bila mampu, merupakan kewajiban
agama baik bagi laki-laki maupun perempuan (Q.S. Al-Baqarah, 2: 183, 197 dan Q.S. At-
Taubah, 9: 103). Selain itu baik laki-laki maupun perempuan sama-sama dibebani
kewajiban untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar serta pengajaran akhlak (Q.S.
menegaskan kesetaraan laki-laki dan perempuan dari segi kemanusiaan, juga menjelaskan
“Bagi para laki-laki ada bahagian dari apa yang mereka usahakan dan bagi
perempuan(pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan dan mohonlah kepada
Allah sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu
Alquran juga menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang
sama
dalam memperoleh pahala dan balasan berupa jaminan kehidupan yang baik atas amal
7
shaleh yag dikerjakannya (Q.S. An-Nahl, 16: 97, Q.S. Al-Mukminun, 23: 40 , dan Q.S.
Al-
konsep kesetaraan gender yang ideal sekaligus juga menegaskan bawa prestasi atau usaha
individual, baik dalam bidang spiritual maupun non spiritual, tidak mesti dimonopoli
oleh satu jenis kelamin saja. Laki-laki dan perempuan memperoleh kesempatan yang
sama dalam meraih prestasi optimal. Dengan segala persamaan dan perbedaan yang telah
tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi ini (Amina Wadud Muhsin,
2006: 122). Tugas-tugas kekhalifahan tidak hanya dibebankan kepada laki-laki atau
perempuan saja melainkan kepada keduanya sekaligus. Dan tugas-tugas tersebut tidak
Ibarat siang dan malam, satu hari baru lengkap dengan pergantian siang dan malam.
Tetapi
antara siang dan malam tidak harus selalu sama dua belas jam. Bisa jadi siang lebih
panjang
dari malam, atau sebaliknya. Dan tidak perlu dipertanyakan mana yang lebih mulia, siang
atau malam, pertanyaan tersebut kurang relevan, karena siang adalah mitranya malam dan
Dengan perspektif seperti inilah hendaknya kita melihat kemitraan dan kesetaraan
dalam masyarakat, konsep ideal ini membutuhkan tahapan dalam mengimplementasikany
8
a karena masih terdapat sejumlah kendala terutama kendala budaya yang tidak mudah
untuk diselesaikan. Oleh karena itu, berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam
adalah adanya keadilan perlakuan, baik terhadap laki-laki maupun perempuan dengan
menempatkan segala sesuatunya pada fitrah dan asalnya sesuai dengan proporsi dan
potensi masing-masing.4
Al Qur’an sebagai sumber Islam menuntut perhatian serius bila seseorang ingin
mengetahui lebih jauh, memahami dan menggali prinsip-prinsip yang ada di dalamnya.
Dengan demikian pada hakekatnya tafsir merupakan anak kunci untuk membuka
simpanan keindahan yang tertimbun dalam al Qur’an. Tidak diragukan lagi al Qur’an
diwahyukan bagi umat manusia dan untuk segala zaman. Menurut al Zarqani, dalam
menafsirkan al Qur’an yang tepat dan sejalan dengan perkembangan dan kemajuan dunia
modern adalah tafsir yang bercorak rasional, yang sering disebut sebagai Tafsir bi al
Ra’yi atau bisa juga disebut sebagai Tafsir bi al Ijtihad . Bahkan, menurut Ali Asghar
Engineer, orang harus bisa memahami ayat-ayat yang kontekstual, artinya paham ketika
menafsirkan ayat yang terkait dengan gender dalam konteks masyarakat termasuk di
dalamnya memahami tentang status perempua. Namun kenyataan yang ada, dalam hal ini
penafsiran agama yang terkait dengan gender menghadapi tantangan besar. Ketika
penafsiran yang terkait dengan perempuan selalu saja didefinisikan melalui konsep fikih,
4
Dwi Ratnasari, Gender dalam perspektif al-qur’an, (Jurnal Humanika, Th. XVIII, No. 1. Maret 2018)
9
perempuan dipandang inferior dengan landasan tafsir yang mengandung bias misoginis.
Hal tersebut dapat jadi karena adanya beberapa hal, antara lain ialah sebagai berikut:
2. Metode penafsiran yang selama ini digunakan, masih banyak mengacu pada
pendekatan tekstual, bukan kontekstual; sebagai konsekuensi qaidah ushul yang biasa
4. Banyak dikesankan bahwa kitab suci al Qur’an banyak memihak laki-laki dan
mendukung sistem patriarkhi, yang oleh kalangan feminis dipandang bisa merugikan
perempuan.
Tengah.
Bias gender tidak hanya terjadi dalam memahami atau menafsirkan ayat-ayat, melainkan
juga muncul dalam pemahaman hadis Nabi Muhammad Saw. Bahkan, bias gender juga
ditemukan dalam penafsiran banyak literatur Islam klasik (kitab kuning), terutama dalam
penafsiran kitab-kitab fiqh yang pada umumnya sering dianggap mutlak kebenarannya.5
5
Zaitunah Subhan, GENDER DALAM TINJAUAN TAFSIR, Jurnal Ilmiah Kajian Gender
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari beberapa uraian terdahulu tentang kesetaraan gender dalam al-qur’an kajian
tafsir Al-Qur’an, maka penulis dapat mengemukakan beberapa kesimpulan bahwa gender
adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan
perempuan dilihat dari segi pengaruh sosial budaya. Gender dalam arti ini adalah suatu
kodrati. Antara gender dan sex sangat berbeda, secara umum dapat dikatakan bahwa
gender digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dan lebih
banyak berkonsentrasi kepada aspek sosial, budaya, psikologis, dan aspek-aspek non
biologis lainnya, maka sex secara umum digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan
laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologi. Dalam hal ini, istilah sex lebih banyak
berkonsentrasi kepada aspek biologi seseorang, meliputi perbedaan komposisi kimia dan
hormon dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi, dan karakteristik biologis lainnya.
Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi nilai keadilan dan persamaan
sebagai hamba ( QS. Al-Zariyat ayat 56), laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai
perjanjian primordial (QS. Al-A’raf:172), Adam dan hawa sama-sama aktif dalam drama
kosmis bukan Hawa yang mempengaruhi Adam untuk makan buah Huldi melainkan
11
sampai 23), laki-laki dan perempuan berpotensi untuk meraih prestasi optimal (QS.Al-
terlihat pada adanya transformasi hukum Islam yang bertalian dengan isu kesetaraan
relasi antara laki-laki dan perempuan seperti pada hukum poligami dan kewarisan dalam
Islam. Begitu juga di bidang profesi seperti hakim perempuan serta memicu lahirnya
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Ratnasari, Gender dalam perspektif al-qur’an, (Jurnal Humanika, Th. XVIII, No. 1. Maret
2018)
Zaitunah Subhan, GENDER DALAM TINJAUAN TAFSIR, Jurnal Ilmiah Kajian Gender
12