Makalah ini disusun guna memenuhi mata kuliah Ilmu Lughoh Al-Ijtima’ dengan
Dosen pengampu : Nurussolikhati Budi Abriyanti M.Pd
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya
sehingga tugas Makalah Ilmu Lughah Al-Ijtima’ dapat di selesaikan secara
maksimal dan baik. Tugas makalah ini merupakan pedoman belajar bagi mahasiswa
di UIN Prof. K.H Saifuddin Zuhri Purwokerto pada tahun Akademik 2022/2023.
Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan dan
nikmat sehat-nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
dan masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran untuk makalah ini, supaya nanti makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf sebesar-besarnya. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Ibu Dosen
kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Wassalamu’alaikum wr. wb
Kelompok 10
2
DAFTAR ISI
Kesimpulan ............................................................................................ 9
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahasa adalah alat komunikasi yang dipakai oleh masyarakat untuk
menyampaikan sebuah pesan kepada masyarakat lain, bahasa dinilai turut
memberikan kontribusi dalam mengangkat isu kesetaraaan gender tersebut
sebagai wujud penyampaian pesan dan pernyataan yang berasal dari pikiran,
emosi, tindakan serta pengalaman diantara individu. Banyak pengalaman dan
pengamatan disekitar kita yang menggambarkan rumitnya komunikasi yang
terjadi antara pria dan wanita. Konsep komunikasi pria dan wanita layaknya
seperti komunikasi lintas budaya yang terkadang membingungkan seperti saat
membayangkan dua orang berbicara namun berasal dari dua negara yang
berbeda.
Sejarah gender bermula di abad 17 tepatnya di Inggris, setelah revolusi
industri, dimana pada saat manusia turun derajatnya sebagai mesin produksi
dan banyak terjadi diskriminasi berbasis seksual dalam bidang industri. Kata
itu menjadi kesepakatan sebagai pembeda antar kaum laki-laki dan perempuan
berdasarkan kontruksi sosial. Gender sebagai bagian dari pranata sosial
dimaknai sebagai pembagian tanggungjawab berdasar pada kontruksi sosil.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian gender dalam penggunaan bahasa?
2. Bagimana pandangan gaya komunikasi budaya maskulin dan feminine?
3. Apa perbedaa karakteristik laki-laki dan perempuan?
4. Apa itu bahasa arab nahwiyah dan alamiyah?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian gender dalam bahasa.
2. Mengetahui pandangan gaya komunikasi budaya maskuin dan feminine.
3. Mengetahui perbedaan karakteristik laku-laki dan perempuan
4
4. Mengetahui bahasa arab nahwiyah dan alamiyah.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gender
1
Ardhie Raditya, Sosiologi Tubuh, Membentang Teori di Ranah Aplikasi..., h. 245-
246.
6
sedangkan laki-laki memiliki peran dan tanggung jawab dalam
mengembangkan diri kearah pecapaian perkembangan secara maksimal
sehingga mampu survive dalam menjalani kehidupan sebagai penguasa uatama
dan mendominasi otoritas sebagai pemimpin.
7
faktor gerak anggota badan ekspresi wajah, suara dan intonasi. Perbedaaan
bahasa bukan berarti dua bahasa yang sama sekali berbeda dan terpisah,tetapi
bahasa mereka tetap satu, hanya saja dalam pemakaian bahasa laki-laki dan
perempuan mempunyai ciri-ciri yang berbeda. Wanita lebih mempertahankan
bahasa sedangkan laki-laki bersifat Inovatis dan pembaharuan.
Secara subtansial penggunaan bahasa yang digunakan laki-laki tentunya
memiliki perbedaan dengan perempuan. Bahasa yang digunakan laki-laki lebih
banyak berdasar pada logika, sedengkan bahasa yang digunakan perempuan
senantiasa melibatkan perasaan dalam berbagai permasalahan. Sedangkan
dalam setiap permasalahan Perempuan lebih banyak memberikan bahasa
simbolik dan tidak memberikan arah secara langsung pada tujuan
permasalahan, berbeda dengan laki yang menggunakan bahasa langsung pada
point Permasalahan. Pada bagian lain ketika terjadi pertemuan anatara laki-laki
dengan laki-laki lain arah pembicaraan mereka lebih banyak bebicara Pada
kompetisi, etos kerja maupun yang berhubungan dengan Kemampuan,
sedangkan ketika perempuan bertemu dan melakukan Komunikasi sesama
perempuan, mereka lebih menekankan pada Persoalan diri atau perasaan serta
keluarga dan bahkan jauh berafiliasi dengan yang lainnya.
8
Maskulin majazi dan feminin majazi adalah contoh dari gender nahwiyah,
maskulin majazi adalah kata yang tidak mempunyai antonim dalam bentuk
perempuan atau kata yang dianggap maskulin, seperti kata bab (pintu), qalam
(pena), dan sebagainya. Dan Adapun feminin majazi adalah kata-kata yang
dianggap feminin, seperti syams (matahari), yad (tangan) dan sebagainya.2
Gender alamiyah dalam bahasa arab merujuk pada jenis kelamin alami
manusia atau hewan dalam bahasa tersebut sebagai contoh maskulin haqiqi bila
kata tersebut mempunyai antonim dalam bentuk feminin atau menunjuk pada
jenis maskulin dan hewan jantan, seperti kata rajul (laki-laki) Muhammad dan
sebagainya. Sebagaimana bentuk maskulin, feminin haqiqi adalah kata-kata
yang memiliki penanda gender feminin, seperti kata mar’ah (Wanita), nisa
(perempuan) dan sebagainya.3
2
Muzdalifah Muhammadun. Penanda Gender Dalam Perspektif Bahasa Arab dan Bahasa
Indonesia (Sebuah Analisis Kontrastif). (Jurnal Al-Maiyah, Vol 9. No. 1: 2016)
3
Ibid
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gender disebut sebagai sekelompok atribut yang dibentuk secara kultural
yang ada pada kaum laki-laki dan perempuan atau bagaimana masyarakat
memandang laki-laki dan perempuan dalam lingkungan sosialnya. Bagi Mosse
gender adalah seperangkat peran, nilai dan aturan yang dijalankan seperti
halnya kostum dan topeng tetaer yang memiliki pesan kepada orang lain bahwa
diri kita feminim ataupun maskulin.
Laki-aki dan perempuan memiliki karakteristik yang berbeda serta
kemampuan berbeda. Perbedaan kemampuan verbal sering disebabkan oleh
faktor gerak anggota badan ekspresi wajah, suara dan intonasi. Perbedaaan
bahasa bukan berarti dua bahasa yang sama sekali berbeda dan terpisah,tetapi
bahasa mereka tetap satu, hanya saja dalam pemakaian bahasa laki-laki dan
perempuan mempunyai ciri-ciri yang berbeda. Wanita lebih mempertahankan
bahasa sedangkan laki-laki bersifat Inovatis dan pembaharuan.
Secara subtansial penggunaan bahasa yang digunakan laki-laki tentunya
memiliki perbedaan dengan perempuan. Bahasa yang digunakan laki-laki lebih
banyak berdasar pada logika, sedengkan bahasa yang digunakan perempuan
senantiasa melibatkan perasaan dalam berbagai permasalahan. Sedangkan
dalam setiap permasalahan Perempuan lebih banyak memberikan bahasa
simbolik dan tidak memberikan arah secara langsung pada tujuan
permasalahan, berbeda dengan laki yang menggunakan bahasa langsung pada
point Permasalahan.
10
DAFTAR ISI
Ardhie Raditya, Sosiologi Tubuh, Membentang Teori di Ranah Aplikasi hal. 200
Erlina, Perspektif Gender dalam Buku Teks Bahasa Arab “Al- Arabiyah Baina
Yadaika”, Lampung 2016
Abdul Jalil dan St. Aminah. Gender Dalam Prsektif Budaya dan Bahasa. Pangkep.
Jurnal Al-Maiyayah, Volume 11. No. 2. 2018
11