Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

GENDER DALAM PEKERJAAN SOSIAL

“Perbedaan Seks Dengan Gender”

“Dosen Pengampu”

Dr. Nur Syamsiah, M.Pd.I

“Disusun Oleh”
KELOMPOK II
 Esse Prastika 50900120010
 Ummul Husnah 50900120007
 MUH. CHAIDIR MS 50900120016
 Muh Adzan zulkaidar 50900120026

JURUSAN KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022
ii

Kata pengantar

ُ‫سالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َر ْح َمةُ هللاِ َوبَ َر َكاتُه‬


َّ ‫ال‬

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT , Berkat rahmat,
hidayah, dan bimbingan-Nya, penulis dapat menyelesaikan risalah ini dan
menyelesaikannya tepat pada waktunya. Artikel ini tentang, Perbedaan seks
dengan gender
Dalam menyelesaikan risalah ini, penulis menghadapi banyak
kendala dan tantangan, yang pada akhirnya dapat diatasi dengan dorongan
dan bimbingan dari semua pihak yang terlibat. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada rekan-rekan yang telah berkontribusi dalam
penyelesaian risalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah


ini masih banyak terdapat kekurangan yang jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua yang telah membacanya.

Makassar, 12 oktober 2022

Penulis
iii

Daftar Isi
KATA PENGANTAR............................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................iii
BAB I, PENDAHULUAN.....................................................................iv
1. Latar belakang............................................................................iv
2. Rumusan masalah.......................................................................v
3. Tujuan pembahasan....................................................................v

BAB II, PEMBAHASAN .....................................................................1

1. Pengertian gender.......................................................................1
2. Peranan gender ..........................................................................2
3. Pengertian seks .........................................................................4
4. Faktor dorongan seks ................................................................6
5. Perbedaan seks dengan gender..................................................10

BAB III, PENUTUP..............................................................................13

1. Kesimpulan................................................................................13
2. Saran..........................................................................................13

Daftar pustaka........................................................................................14
iv

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seks dan gender merupakan dua hal yang berbeda, seks mengacu
pada jenis kelamin yang kemudian terbagi menjadi dua yaitu laki-laki dan
perempuan menurut sunarto (2000: 112) yakni perbedaan biologis antara
perempuan dan laki-laki, perbedaan antara tubuh perempuan dan laki-laki
hal ini merupakan pemberian tuhan yang melekat tidak dapat diubah dan
ddipertukarkan baik laki-laki maupun perempuan, berbeda halnya gender
diartikan sebagai pandangan dan sebuah konstruksi bagaimana seharus nya
laki-laki dan perempuan semestinya, laki-laki identic dengan maskulin, dan
kuat sedangkan perempuan identic dengan feminim dan lembutnya. Ketika
seseorang bertindak tidak sesuai dengan kategori jenis kelamin dan peran
yang telah dikonstruksikan, masyarakat menganggap hal tersebut sebagai
sebuah perilaku abnormal dan dianggap cenderung masuk kedalam
perspektif perilaku yang menyimpang karena terdapat ketidakseseuaian dan
dianggap menyalahi kodrat yang telah diberikan.1

Karena ada seks dan gender, tentunya ada juga orientasi seks. Dan
kalau kita elaborasi secara mendalam ketiga hal tersebut mempunyai
keterkaitan. Karena jika definisi dari orientasi seks adalah kecenderungan
seseorang untuk melakukan pilihan seksualnya, maka untuk melakukannya
tentunya dipengaruhi seks dan gender artinya apabila seseorang yang
memiliki kecenderungan seksual sebagai seorang gay, lesbi, atau heteroseks,
itu didorong oleh seks dan gender. Karena itu hal yang mendasar dan
penting adalah apa yang menjadi pendorong utama orientasi seks seseorang,
hingga kita bisa beropini dengan argumentasi yang obyektif. Apabila
orientasi seks ini disebabkan oleh faktor-faktor yang bersifat biologis atau
dikalangan feminis dengan istilah determinisme biologis seperti susunan
1
Jurnal teori gender Universitas Bangka Belitung  TA Dachlan ·  2019 hal 1
http://repository.ubb.ac.id/3066/2/BAB%20I.pdf
v

hormonal dan sifat-sifat biologisnya, maka apakah seseorang itu menjadi


homoseks, lesbian, atau lainnya itu bersifat kodrati sebagai perspektif
kekuasaan Tuhan dan itu di luar kekuasaan manusia. Namun apabila
orientasi seks ini dimunculkan oleh faktor non biologis, misal karena faktor
sosial, budaya, politik, ataupun yang lainnya maka hal itu sama dengan
gender.2

Rumusan Masalah

1. Menjelaskan bagaimana gender dan seks?


2. Menjelaskan bagaimana perbedaan antara gender & seks?

Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui bagimana gender dan seks, serta perbedaan antara


gender dan seks tersebut….

2
K.H. Abdurrahman wah id (Gus Dur) dalam
http://sastramadiun.blogspot.com/2012/11/tubuh-gender-dan-hak-perempuan-
atas.html diakses pada tanggal 7 November 2014
1

BAB II

PEMBAHASAN

Gender merupakan perbedaan yang terlihat antara laki-laki dan


perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Gender itu berasal
dari bahasa latin “GENUS” yang berarti jenis atau tipe. Gender adalah sifat
dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk
secara sosial maupun budaya. Perlu diketahui, pengertian gender berbeda
dengan pengertian jenis kelamin. Gender dapat didefinisikan sebagai
keadaan dimana individu yang lahir secara biologis sebagai laki-laki dan
perempuan yang kemudian memperoleh pencirian sosial sebagai laki-laki
dan perempuan melalui atribut-atribut maskulinitas dan feminitas yang
sering didukung oleh nilai-nilai atau sistem dan simbol di masyarakat yang
bersangkutan. Lebih singkatnya, gender dapat diartikan sebagai suatu
konstruksi sosial atas seks, menjadi peran dan perilaku sosial. Menurut Ilmu
Sosiologi dan Antropologi, Gender itu sendiri adalah perilaku atau
pembagian peran antara laki-laki dan perempuan yang sudah
dikonstruksikan atau dibentuk di masyarakat tertentu dan pada masa waktu
tertentu pula.3

Gender adalah perbedaan perilaku antara perempuan dan laki-laki


yang dikonstruk secara sosial, diciptakan oleh laki-laki dan perempuan
sendiri, oleh karena itu merupakan persoalan budaya. Gender merupakan
perbedaan yang bukan biologis dan bukan kodrat tuhan. Perbedaan biologis
adalah perbedaan jenis kelamin yang bermuara dari kodrat tuhan. Perbedaan
jenis kelamin yang bermuara dari kodrat tuhan, sementara gender adalah
perbedaan yang bukan kodrat tuhan, tetapi diciptakan oleh laki-laki dan
perempuan melalui proses sosial budaya yang panjang .kata gender dapat
diartikan sebagai perbedaan peran, fungsi, status dan tanggung jawab pada
laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari bentukan (konstruksi) sosial
budaya yang tertanam lewat proses sosialisasi dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Dengan demikian gender adalah hasil kesepakatan antar
3
Analisis Gender Dalam Pengelolaan Konflik Sumber Daya Hutan, Pengertian
Gender (menlhk.go.id)
2

manusia yang tidak bersifat kodrati. Oleh karenanya gender bervariasi dari
satu tempat ke tempat lain dan dari satu waktu ke waktu berikutnya. Gender
tidak bersifat kodrati, dapat berubah dan dapat dipertukarkan pada manusia
satu ke manusia lainnya tergantung waktu dan budaya setempat4

 Empat jenis peran dalam gender, yaitu :


a) PeranGender
Peran gender adalah peran yang dilakukan perempuan dan laki-laki
sesuai dengan status, lingkungan, budaya dan struktur masyarakatnya.
Peran tersebut diajarkan kepada setiap anggota masyarakat, komunitas
dan kelompok sosial tertentu yang dipersepsikan sebagai peran
perempuan dan laki-laki. Peran laki-laki dan perempuan dibedakan atas
peran produktif, reproduktif dan sosial.
b) Peran Produktif
Peran Produktif merujuk kepada kegiatan yang menghasilkan barang
dan pelayanan untuk konsumsi dan perdagangan (Kamla Bhasin, 2000).
Semua pekerjaan di pabrik, kantor, pertanian dan lainnya yang kategori
aktivitasnya dipakai untuk menghitung produksi nasional bruto suatu
negara. Meskipun perempuan dan laki-laki keduanya terlibat di dalam
ranah publik lewat aktivitas produktif, namun masyarakat tetap
menganggap pencari nafkah adalah laki-laki. Contoh di sebuah kantor,
bila terjadi PHK maka seringkali perempuanlah yang dikorbankan
karena dianggap kegiatan laki-laki yang menghasilkan uang. Bila
merujuk pada definisi kerja sebagai aktivitas yang menghasilkan
pendapatan baik dalam bentuk uang maupun barang maka ativitas
perempuan dan laki-laki baik di sektor formal maupun informal, di luar
rumah atau di dalam rumah sepanjang menghasilkan uang atau barang
termasuk peran produktif. Contoh peran produktif perempuan yang
dijalankan di dalam rumah misalnya usaha menjahit, catering, salon dan yang
lain. Contoh peran produktif yang dijalankan di luar rumah, sebagai guru,
buruh, pedagang, pengusaha.

4
Herien Puspitawati, Gender dan Keluarga: Konsep dan Realita di Indonesia,
(Bogor: PT IPB Press, 2012), hlm. 27
3

c) Peran Reproduktif
Peran reproduktif dapat dibagi mejadi dua jenis, yaitu biologis dan
sosial. Reproduksi biologis merujuk kepada melahirkan seorang
manusia baru, sebuah aktivitas yang hanya dapat dilakukan oleh
perempuan. Reproduksi sosial merujuk kepada semua aktivitas merawat
dan mengasuh yang diperlukan untuk menjamin pemeliharaan dan
bertahannya hidup (Kamla Bhasin, 2000). Dengan demikian, aktivitas
reproduksi ialah aktivitas yang mereproduksi tenaga kerja manusia.
Merawat anak, memasak, memberi makan, mencuci, membersihkan,
mengasuh dan aktivitas rumah tangga lainnya masuk dalam kategori ini.
Walaupun hal-hal tersebut penting untuk bertahannya hidup manusia,
aktivitas tersebut tidak dianggap sebagai pekerjaan atau aktivitas
ekonomi sehingga tidak terlihat, tidak diakui dan tidak dibayar. Kerja
reproduktif biasanya dilakukan oleh perempuan, baik dewasa maupun
anak-anak di kawasan rumah domestik. Pertanyaannya mengapa peran
reproduktif secara alamiah menjadi tanggung jawab perempuan.
Jawaban yang sering muncul adalah karena perempuan melahirkan maka
merawat, memelihara anak menjadi tannggung jawabnya. Pelabelan
tersebut menjadi sirna bila mengerti apa itu seks/jenis kelamin dan apa
itu gender. Laki-laki pun melakukan peran reproduktif, baik reproduktif
biologis (membuahi) dan reproduktif sosial kerena memelihara anak dan
mengasuh anak tidak menggunakan rahim.
d) Peran Sosial (Kemasyarakatan)
Kegiatan kemasyarakatan merujuk kepada semua aktivitas yang
diperlukan untuk menjalankan dan mengorganisasikan kehidupan
masyarakat. Peran kemasyarakatan yang dijalankan perempuan adalah
melakukan aktivitas yang digunakan bersama, misalnya pelayanan
kesehatan di Posyandu, partisispasi dalam kegiatan-kegiatan sosial dan
kebudayaan (kerja bakti, gotong royong, pembuatan jalan kampung, dll).
Semua kegiatan tersebut biasanya dilakukan secara sukarelawan.
Sedangkan peran sosial yang dilakukan laki-laki biasanya pada
4

tingkatan masyarakat yang diorganisasikan, misalnya menjadi RT, RW,


Kepala Desa.5

Seks atau jenis kelamin didefinisikan sebagai perbedaan biologis


antara dua jenis kelamin manusia yang membawa perbedaan-perbedaan ciri,
yakni laki-laki dan perempuan. Sementara itu, gender (jender) merupakan
konsep yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural, untuk
membedakan sifat-sifat nonlahiriah antara laki-laki dan perempuan6

Seksualitas adalah sebuah bentuk perilaku yang didasari oleh faktor


fisiologis tubuh. Istilah seks dan seksualitas adalah suatu hal yang berbeda.
Kata seks sering digunakan dalam dua cara. Paling umum seks digunakan
untuk mengacu pada bagian fisik dari berhubungan, yaitu aktivitas seksual
genital. Seks juga digunakan untuk memberi label gender, baik seseorang
itu pria atau wanita (zawid, 1994; perry & potter 2005).

Seksualitas adalah istilah yang lebih luas. Seksualitas diekspresikan


melalui interaksi dan hubungan dengan individu dari jenis kelamin yang
berbeda dan mencakup pikiran, pengalaman, pelajaran, ideal, nilai, fantasi,
dan emosi. Seksualitas berhubungan dengan bagaimana seseorang merasa
tentang diri mereka dan bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan
tersebut kepada lawan jenis melalui tindakan yang dilakukannya, seperti
sentuhan, ciuman, pelukan, dan senggama seksual, dan melalui perilaku
yang lebih halus, seperti isyarat gerakan tubuh, etiket, berpakaian, dan
perbendaharaan kata (denny & quadagno, 1992; zawid, 1994; perry &
potter, 2005).

Pada masa remaja pekembangan seksualitas diawali ketika


terjalinnya interaksi antar lawan jenis, baik itu interaksi antar teman atau
interaksi ketika berkencan. Dalam berkencan dengan pasangannya, remaja
melibatkan aspek emosi yang diekspresikan dalam berbagai cara, seperti
memberikan bunga, tanda mata, mengirim surat, bergandengan tangan,

5
BIAS GENDER kurikulum 2013 hal 27
6
Definisi Seks Dan Gender analisis gender dan transformasi sosial 2016
Definisi Seks dan Gender – INSISTPress
5

berciuman dan lain sebagainya. Atas dasar dorongan-dorongan seksual dan


rasa ketertarikan terhadap lawan jenisnya, perilaku remaja mulai diarahkan
untuk menarik perhatian lawan jenis. Dalam rangka mencari pengetahuan
tentang seks, ada remaja yang melakukan secara terbuka mengadakan
percobaan dalam kehidupan seksual. Misalnya, dalam berpacaran mereka
mengekspesikan perasaannya dalam bentuk perilaku yang menuntut
keintiman secara fisik dengan pasangannya, seperti berpelukan, berciuman
hingga melakukan hubungan seksual (saifuddin, 1999).

Seksualitas dan aktivitas seksual merupakan suatu area yang harus


dibicarakan dengan setiap remaja secara rahasia. Insidensi aktivitas seksual
pada remaja tinggi dan meningkat sesuai dengan pertambahan usia.
Kebanyakan remaja di bawah usia 15 tahun belum pernah melakukan
hubungan seksual, 8 dari 10 remaja putri dan 7 dari 10 remaja putra belum
pernah melakukan hubungan seksual pada usia 15 tahun (alan guttmacher
institute, 1998; wong, 2008).

Remaja terlibat dalam seksualitas karena berbagai alasan,


diantaranya yaitu: untuk memperoleh sensasi menyenangkan, untuk
memuaskan dorongan seksual, untuk memuaskan rasa keingintahuan,
sebagai tanda penaklukan, sebagai ekspresi rasa sayang, atau mereka tidak
mampu menahan tekanan untuk menyesuaikan diri. Keinginan yang sangat
mendesak untuk menjadi milik seseorang memicu meningkatnya
serangkaian kontak fisik yang intim dengan pasangan yang diidolakan.
Masa remaja pertengahan adalah waktu ketika remaja mulai
mengembangkan hubungan romantis dan ketika kebanyakan remaja ingin
memulai percobaan seksual (wong, 2008).

Menurut hurlock (1999) dorongan seksual dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu:


6

1. Faktor internal

Faktor internal, yaitu stimulus yang berasal dari dalam diri individu
yang berupa bekerjanya hormon-hormon alat reproduksi sehingga
menimbulkan dorongan seksual pada individu yang bersangkutan dan hal ini
menuntut untuk segera dipuaskan.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal, yaitu stimulus yang berasal dari luar individu yang
menimbulkan dorongan seksual sehingga memunculkan perilaku seksual.
Stimulus eksternal tersebut dapat diperoleh melalui pengalaman kencan,
informasi mengenai seksualitas, diskusi dengan teman, pengalaman
masturbasi, pengaruh orang dewasa serta pengaruh buku-buku bacaan dan
tontonan porno.

Perubahan pola perilaku seksual di antara para remaja masa kini


tidak dianggap salah karena biasanya mereka hanya mempunyai satu
pasangan seksual yang dalam banyak kasus diharapkan akan dinikahi di
masa mendatang. Meskipun hubungan yang telah terjalin ditentang oleh
para orang tua, namun banyak remaja tetap melangsungkannya.

Ada banyak alasan untuk mengikuti pola perilaku seksual yang baru
ini. Di antaranya adalah keyakinan bahwa hal ini harus dilakukan karena
semua orang melakukannya; bahwa mereka harus tunduk pada tekanan
kelompok sebaya bila ingin mempertahankan status mereka di dalam
kelompok; dan bahwa perilaku ini merupakan ungkapan dari hubungan yang
bermakna yang memenuhi kebutuhan semua remaja untuk mengadakan
hubungan yang intim dengan orang lain, terlebih bila kebutuhan tersebut
tidak dipenuhi dalam hubungan keluarga (hurlock, 1999)7

Dalam konsep psikologi, masa remaja merupakan suatu tahap yang pasti
dilalui oleh setiap individu dalam proses kehidupannya. Berbicara tentang remaja,
sebenarnya tidak ada batasan usia masa remaja yang pasti. Bahkan saat ini sudah

7
Perilaku seksual bywww.nsd.co.id Pengertian seksualitas
(psychologymania.com)
7

terjadi pergeseran usia remaja yang makin dim dibandingkan dengan usia yang
ditetapkan sebagai seorang remaja pada jaman dahulu. Monks dkk * (1985)
mengatakan masa pubertas terjadi antara 12-16 tahun pada anak laki-laki dan 11-15
tahun pada anak perempuan. Mappiare (dalam Panuju & Umami, 1999)
menyebutkan bahwa usia remaja menurutnya adalah 15-21 tahun.
Sedangkan Hurlock (1990) membagi kehidupan menjadi rentangan yang
terdiri dari 11 masa dimana masa remaja terletak pada usia 13-21 tahun.
Beberapa ahli Indonesia seperti Prayitno menyebutkan rentang usia 13-21
tahun sebagai masa remaja, sementara Surachmad dan Gunarsa menetapkan
usia remaja di Indonesia antara 12-22 tahun (dalam Panuju & Umami,
1999). Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli di atas, dapat diambil
kesimpulan rentang usia remaja berada dalam usia 12 sampai 22 tahun.

Hurlock (1990) mengatakan bahwa masa remaja merupakan periode


peralihan dan setiap periode peralihan, status individu menjadi tidak jelas
dan terjadi keraguan akan peran yang harus dilakukan. Selain ltu pada masa
remaja juga terjadi perubahan-perubahan, antara lam perubahan fisik,
perubahan minat dan peran, perubahan pola penlaku, perubahan nilai-nilai,
serta meningginya emosi. Oleh karena itu tidak mengherankan pada masa
ini banyak terjadi goncangan-goncangan yang sermg disebut sebagai
periode badai dan tekanan (storm and stress), dan menyebabkan persoalan-
persoalan pada kehidupan remaja. Cole (dalam Issriati, 1999) menyebutkan
persoalan-persoalan yang dihadapi remaja sebagai berikut: masalah
penyesuaian diri, masalah seksual, masalah agama dan moralitas, masalah
kesehatan dan pertumbuhan, masalah sekolah dan pemilihan pekerjaan.
Masa remaja ini hampir selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja
maupun orang tuanya. Ada sejumlah alasan yang menguatkan alasan ini
menurut Lask (1991), arltara lain:

1. Remaja mulai menyampaikan kebebasan dan haknya untuk


mengemukakan pendapat sendiri. Tidak terhindarkan, hal ini bisa
menciptakan ketegangan dan perselisihan, serta bisa menjauhkan dia dan
keluarganya.
8

2. Remaja lebih mudah dipengaruhi teman-temannya daripada ketika


masih lebih muda. 1m berarti pengaruh orang tua melemah. Anak
remaja berperilaku dan mempunyai kesenangan yang berbeda dan
bahkan kadang-kadang bertentangan dengan perilaku dan kesenangan
keluarga. Contoh-contoh yang umum adalah mode pakaian, potongan
rambut, musik, dan teman-tema sepergaulan.
3. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhan
badannya maupun seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai muncul
biasanya menakutkan, membingungkan, dan menjadi sumber perasaan
salah dan frustasi.
4. Remaja sering menjadi terlalu yakin diri, dan bersamaan dengan
emosinya yang biasanya menmgkat, mengakibatkan dia sukar menerima
nasihat dari orang tua.

Pada masa remaja kebutuhan akan mengalami perubahan dan


perkembangan. Kebutuhan yang pada waktu kanak-kanak belum muncul,
akan menonjol pada masa remaja, misalnya kebutuhan persahabatan,
kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan untuk berdiri sendiri,
kebutuhan akan heteroseksual, dorongan-dorongan kelamin yang
mewujudkan hubungan cinta, dan sebagainya. Masa yang di sebut juga
masa neo-atavistis atau masa kelahiran kembali ini sangat penting bagi
kehidupan remaja dalam perkembangan untuk mencapai kemasakan
pribadinya (Hall dalam Panuju & Umami, 1999)

Bentuk-bentuk penlaku seksual remaja Perilaku tertarik pada lawan


jenis berkembang pada sebagian besar remaja sebagai suatu tahap yang
sehat dan normal dalam pertumbuhan merekan. Sikap dan bentuk dalam
aktivitas-aktivitas hubungan seksual di antara kaum remaja bervariasi sesuai
dengan kebudayaan yang juga berbeda-beda sesuai dengan tempat mereka
berada. Vener dan Stewart (dalam Thornburg, 1982) mengatakan bahwa
perilaku seksual itu dimulai dari berpegangan tangan, berpelukan,
berciuman, necking, petting tahap ringan hingga berat dan melakukan
hubungan seksual, hingga sampai puncaknya adalah melakukan hubungan
seksual pada beberapa orang secara bergantian. Scofield (dalam
9

Simandjuntak & Pasaribu, 1984) menyimpulkan bahwa bentuk-bentuk


perilaku seksual adalah sebagai benkut:

a) Berpergian bersama pada janji pertama


b) Berciuman
c) Petting, yaitu kontak jasmaniah antara dua jenis kelamin yang
berlawanan tanpa melakukan hubungan seksual
d) Aposisi genital, yaitu mempertemukan alat kelamin tetapi tidak sampai
melakukan hubungan seksual
e) Melakukan hubungan seksual

Sahabat Remaja (1987) menyebutkan bahwa aktivitas-aktivitas seksual itu


bertahap mulai dan saling berpegangan tangan, berciuman, memegang
payudara, saling menempelkan alat kelamin hingga melakukan hubungan
seksual.

Sarwono (1995) mengatakan bahwa bentuk-bentuk perilaku seksual itu


bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai perilaku berkencan,
bercumbu dan melakukan hubungan seksual. Objek seksualnya bisa berupa
orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri (masturbasi) The Diagram
Group (1981) menunjukkan dalam tahap-tahap sebagai berikut:

a) Pandangan ke tubuh lawan bicara dengan menghindari kontak mata


b) Saling menatap mata
c) Berbincang-bincang dan berdiskusi dengan lawan jenis
d) Berpegangan tangan, kontak fisik yang pertama yang mungkin terjadi
saat mengulurkan sesuatu
e) Memeluk bahu, tubuh lebih didekatkan
f) Memeluk pinggang, tubuh dalam kontak yang rapat
g) Ciuman di bibir
h) Berciuman bibir sambil berpelukan
i) Rabaan, elusan dan eksplorasi tubuh pasangannya
j) Dalam kondisi pakaian terbuka, mencium daerah erotis pasangannya
k) Saling mengelus bagian-bagian erotis
10

l) Melakukan hubungan seksual8

 Perbedaan antara seks dengan gender

Menurut kementerian Peranan Wanita dalam Nasution (2015) Istilah


sex (jenis kelamin) konsentrasi pada aspek biologis seseorang, meliputi
perbedaan komposisi kimia dan hormon dalam tubuh, anatomi fisik,
reproduksi dan karakteristik biologi lainnya. Sementara, gender lebih
menekankan pada aspek sosial, budaya, psikologi, dan aspek nonbioloogis
lainnya.9

Untuk lebih lengkapnya sebagai berikut:


Jenis kelamin gender

Kodrat dan berlaku sepanjang masa Bukan kodrat, dapat berubah


seiring waktu

Fungsi dasar tidak bisa berubah Dapat berubah / bervariasi sesuai


tempat dan waktu

Ditentukan oleh adat istiadat,


budaya dan tata nilai dimana
individu hidup dan berinteraksi
Tidak dapat dipertukarkan Dapat dipertukarkan peran
sosialnya
Contoh :
Fungsi reproduksi laki-laki dan
perempuan tidak dapat Laki-laki : dapat menjalankan tugas
dipertukarkan rumah tangga seperti mencuci ,
menyapu, memasak dan mengasuh
Contoh: anak.

8
Skripsi perilaku seksual universitas islam Indonesia hal 19
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/14786/05.2%20bab
%202.pdf?sequence=5&isAllowed=y
9
Jurnal konsep gender 2015 hal 17
11

Laki-laki : Perempuan : bekerja diluar rumah


memiliki sperma dan membuahi. dalam berbagai sector.

Perempuan :

Menstruasi,
Hamil, melahirkan dan menyusui
Berkaitan dengan alat reproduksi Berkaitan dengan perbedaan peran,
dan fungsinya fungsi sosial dan tanggung jawab.

Prermpuan: Melihat budaya Indonesia saat ini,


Payudara, vagina, Rahim, sel telur peran laki-laki dan perempuan
seolah telah terbentuk dan tidak
Mengalami mestruasi, hamil, dapat di ubah contoh:
melahirkan, dan menyusui
Laki-laki: bekerja diluar rumah,
Laki-laki : tidak mengerjakan tugas rumah
tangga
Memiliki penis
Perempuan : tidak boleh bekerja
Membuahi sel telur, sperma diluar rumah atau boleh bekerja
diluar rumah tetapi tetap
mengerjakan tugas domestik seperti
mencuci, memasak, mengurus
anak, dll

Penting untuk memahami perbedaan seks dan gender agar tidak


salah langkah dalam memperlakukan perempuan dan laki-laki. Ketika kita
menggunakan konsep gender untuk menandai perempuan dan laki-laki akan
berdampak pada perlakukan tidak adil kepada mereka. Misalnya kita
menganggap laki-laki harus perkasa, artinya kita menilai rendah kepada
12

laki-laki yang tidak perkasa. Kita menganggap perempuan harus nurut, akan
berdampak pada pembatasan perempuan berpendapat.10

BAB III
10
Konsep gender dan seks Rizky Amalia, Mohammad Didit Saleh 2022
Konsep Gender dan Seks - WageIndicator-Data-Academy.org
13

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gender merupakan perbedaan yang terlihat antara laki-laki dan


perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Gender itu berasal
dari bahasa latin “GENUS” yang berarti jenis atau tipe. Gender adalah
sifat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang
dibentuk secara sosial maupun budaya.

Seks atau jenis kelamin sebagai perbedaan biologis antara dua


jenis kelamin manusia yang membawa perbedaan-perbedaan ciri, yakni
laki-laki dan perempuan. Sementara itu, gender (jender) merupakan
konsep yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural, untuk
membedakan sifat-sifat nonlahiriah antara laki-laki dan perempuan

B. Saran
Saran dari kami semoga makalah ini dapat dengan mudah di pahami dan
di realisasikan bahwa kita semua berhak dalam pembangunan. Dan kami
menyadari bahwa makalah ini ada banyak kekurangan dengan demikian
kami masih butuh saran dari kritikan dari pembaca.

Daftar Pustaka
14

TA Dachlan Jurnal “teori gender” Universitas Bangka Belitung 


2019 hal 1

K.H. Abdurrahman Jurnal “gender dan hak perempuan”


Jurnal gender Dan hak perempuan 2014 hal 1

Web “analisis gender sumber daya hutan”2017


Pengertian Gender (menlhk.go.id)

Herien Puspitawati, “Gender dan Keluarga: Konsep dan Realita di Indonesia


(Bogor: PT IPB Press, 2012), hlm. 27

Syarief Hidayatullah, jurnal “Bias Gender”


2013 hal 27

Mansour Fakhih “Definisi Seks Dan Gender analisis gender dan transformasi
sosial”
2016 hal 1

Perry& potter, web “Perilaku seksual”2007


Pengertian seksualitas (psychologymania.com) 2007 hal 2

Azwar, Skripsi “perilaku seksual dimasa remaja” universitas islam


Indonesia
2013, hal 19

Fakih, jurnal “ konsep gender” 2015, hal 17

Rizky Amalia, Mohammad Didit Saleh, “Konsep gender dan seks”


Konsep Gender dan Seks - WageIndicator-Data-Academy.org 2022, hal 2

Anda mungkin juga menyukai