“Dosen Pengampu”
“Disusun Oleh”
KELOMPOK II
Esse Prastika 50900120010
Ummul Husnah 50900120007
MUH. CHAIDIR MS 50900120016
Muh Adzan zulkaidar 50900120026
Kata pengantar
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT , Berkat rahmat,
hidayah, dan bimbingan-Nya, penulis dapat menyelesaikan risalah ini dan
menyelesaikannya tepat pada waktunya. Artikel ini tentang, Perbedaan seks
dengan gender
Dalam menyelesaikan risalah ini, penulis menghadapi banyak
kendala dan tantangan, yang pada akhirnya dapat diatasi dengan dorongan
dan bimbingan dari semua pihak yang terlibat. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada rekan-rekan yang telah berkontribusi dalam
penyelesaian risalah ini.
Penulis
iii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR............................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................iii
BAB I, PENDAHULUAN.....................................................................iv
1. Latar belakang............................................................................iv
2. Rumusan masalah.......................................................................v
3. Tujuan pembahasan....................................................................v
1. Pengertian gender.......................................................................1
2. Peranan gender ..........................................................................2
3. Pengertian seks .........................................................................4
4. Faktor dorongan seks ................................................................6
5. Perbedaan seks dengan gender..................................................10
1. Kesimpulan................................................................................13
2. Saran..........................................................................................13
Daftar pustaka........................................................................................14
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seks dan gender merupakan dua hal yang berbeda, seks mengacu
pada jenis kelamin yang kemudian terbagi menjadi dua yaitu laki-laki dan
perempuan menurut sunarto (2000: 112) yakni perbedaan biologis antara
perempuan dan laki-laki, perbedaan antara tubuh perempuan dan laki-laki
hal ini merupakan pemberian tuhan yang melekat tidak dapat diubah dan
ddipertukarkan baik laki-laki maupun perempuan, berbeda halnya gender
diartikan sebagai pandangan dan sebuah konstruksi bagaimana seharus nya
laki-laki dan perempuan semestinya, laki-laki identic dengan maskulin, dan
kuat sedangkan perempuan identic dengan feminim dan lembutnya. Ketika
seseorang bertindak tidak sesuai dengan kategori jenis kelamin dan peran
yang telah dikonstruksikan, masyarakat menganggap hal tersebut sebagai
sebuah perilaku abnormal dan dianggap cenderung masuk kedalam
perspektif perilaku yang menyimpang karena terdapat ketidakseseuaian dan
dianggap menyalahi kodrat yang telah diberikan.1
Karena ada seks dan gender, tentunya ada juga orientasi seks. Dan
kalau kita elaborasi secara mendalam ketiga hal tersebut mempunyai
keterkaitan. Karena jika definisi dari orientasi seks adalah kecenderungan
seseorang untuk melakukan pilihan seksualnya, maka untuk melakukannya
tentunya dipengaruhi seks dan gender artinya apabila seseorang yang
memiliki kecenderungan seksual sebagai seorang gay, lesbi, atau heteroseks,
itu didorong oleh seks dan gender. Karena itu hal yang mendasar dan
penting adalah apa yang menjadi pendorong utama orientasi seks seseorang,
hingga kita bisa beropini dengan argumentasi yang obyektif. Apabila
orientasi seks ini disebabkan oleh faktor-faktor yang bersifat biologis atau
dikalangan feminis dengan istilah determinisme biologis seperti susunan
1
Jurnal teori gender Universitas Bangka Belitung TA Dachlan · 2019 hal 1
http://repository.ubb.ac.id/3066/2/BAB%20I.pdf
v
Rumusan Masalah
Tujuan Pembahasan
2
K.H. Abdurrahman wah id (Gus Dur) dalam
http://sastramadiun.blogspot.com/2012/11/tubuh-gender-dan-hak-perempuan-
atas.html diakses pada tanggal 7 November 2014
1
BAB II
PEMBAHASAN
manusia yang tidak bersifat kodrati. Oleh karenanya gender bervariasi dari
satu tempat ke tempat lain dan dari satu waktu ke waktu berikutnya. Gender
tidak bersifat kodrati, dapat berubah dan dapat dipertukarkan pada manusia
satu ke manusia lainnya tergantung waktu dan budaya setempat4
4
Herien Puspitawati, Gender dan Keluarga: Konsep dan Realita di Indonesia,
(Bogor: PT IPB Press, 2012), hlm. 27
3
c) Peran Reproduktif
Peran reproduktif dapat dibagi mejadi dua jenis, yaitu biologis dan
sosial. Reproduksi biologis merujuk kepada melahirkan seorang
manusia baru, sebuah aktivitas yang hanya dapat dilakukan oleh
perempuan. Reproduksi sosial merujuk kepada semua aktivitas merawat
dan mengasuh yang diperlukan untuk menjamin pemeliharaan dan
bertahannya hidup (Kamla Bhasin, 2000). Dengan demikian, aktivitas
reproduksi ialah aktivitas yang mereproduksi tenaga kerja manusia.
Merawat anak, memasak, memberi makan, mencuci, membersihkan,
mengasuh dan aktivitas rumah tangga lainnya masuk dalam kategori ini.
Walaupun hal-hal tersebut penting untuk bertahannya hidup manusia,
aktivitas tersebut tidak dianggap sebagai pekerjaan atau aktivitas
ekonomi sehingga tidak terlihat, tidak diakui dan tidak dibayar. Kerja
reproduktif biasanya dilakukan oleh perempuan, baik dewasa maupun
anak-anak di kawasan rumah domestik. Pertanyaannya mengapa peran
reproduktif secara alamiah menjadi tanggung jawab perempuan.
Jawaban yang sering muncul adalah karena perempuan melahirkan maka
merawat, memelihara anak menjadi tannggung jawabnya. Pelabelan
tersebut menjadi sirna bila mengerti apa itu seks/jenis kelamin dan apa
itu gender. Laki-laki pun melakukan peran reproduktif, baik reproduktif
biologis (membuahi) dan reproduktif sosial kerena memelihara anak dan
mengasuh anak tidak menggunakan rahim.
d) Peran Sosial (Kemasyarakatan)
Kegiatan kemasyarakatan merujuk kepada semua aktivitas yang
diperlukan untuk menjalankan dan mengorganisasikan kehidupan
masyarakat. Peran kemasyarakatan yang dijalankan perempuan adalah
melakukan aktivitas yang digunakan bersama, misalnya pelayanan
kesehatan di Posyandu, partisispasi dalam kegiatan-kegiatan sosial dan
kebudayaan (kerja bakti, gotong royong, pembuatan jalan kampung, dll).
Semua kegiatan tersebut biasanya dilakukan secara sukarelawan.
Sedangkan peran sosial yang dilakukan laki-laki biasanya pada
4
5
BIAS GENDER kurikulum 2013 hal 27
6
Definisi Seks Dan Gender analisis gender dan transformasi sosial 2016
Definisi Seks dan Gender – INSISTPress
5
1. Faktor internal
Faktor internal, yaitu stimulus yang berasal dari dalam diri individu
yang berupa bekerjanya hormon-hormon alat reproduksi sehingga
menimbulkan dorongan seksual pada individu yang bersangkutan dan hal ini
menuntut untuk segera dipuaskan.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal, yaitu stimulus yang berasal dari luar individu yang
menimbulkan dorongan seksual sehingga memunculkan perilaku seksual.
Stimulus eksternal tersebut dapat diperoleh melalui pengalaman kencan,
informasi mengenai seksualitas, diskusi dengan teman, pengalaman
masturbasi, pengaruh orang dewasa serta pengaruh buku-buku bacaan dan
tontonan porno.
Ada banyak alasan untuk mengikuti pola perilaku seksual yang baru
ini. Di antaranya adalah keyakinan bahwa hal ini harus dilakukan karena
semua orang melakukannya; bahwa mereka harus tunduk pada tekanan
kelompok sebaya bila ingin mempertahankan status mereka di dalam
kelompok; dan bahwa perilaku ini merupakan ungkapan dari hubungan yang
bermakna yang memenuhi kebutuhan semua remaja untuk mengadakan
hubungan yang intim dengan orang lain, terlebih bila kebutuhan tersebut
tidak dipenuhi dalam hubungan keluarga (hurlock, 1999)7
Dalam konsep psikologi, masa remaja merupakan suatu tahap yang pasti
dilalui oleh setiap individu dalam proses kehidupannya. Berbicara tentang remaja,
sebenarnya tidak ada batasan usia masa remaja yang pasti. Bahkan saat ini sudah
7
Perilaku seksual bywww.nsd.co.id Pengertian seksualitas
(psychologymania.com)
7
terjadi pergeseran usia remaja yang makin dim dibandingkan dengan usia yang
ditetapkan sebagai seorang remaja pada jaman dahulu. Monks dkk * (1985)
mengatakan masa pubertas terjadi antara 12-16 tahun pada anak laki-laki dan 11-15
tahun pada anak perempuan. Mappiare (dalam Panuju & Umami, 1999)
menyebutkan bahwa usia remaja menurutnya adalah 15-21 tahun.
Sedangkan Hurlock (1990) membagi kehidupan menjadi rentangan yang
terdiri dari 11 masa dimana masa remaja terletak pada usia 13-21 tahun.
Beberapa ahli Indonesia seperti Prayitno menyebutkan rentang usia 13-21
tahun sebagai masa remaja, sementara Surachmad dan Gunarsa menetapkan
usia remaja di Indonesia antara 12-22 tahun (dalam Panuju & Umami,
1999). Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli di atas, dapat diambil
kesimpulan rentang usia remaja berada dalam usia 12 sampai 22 tahun.
8
Skripsi perilaku seksual universitas islam Indonesia hal 19
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/14786/05.2%20bab
%202.pdf?sequence=5&isAllowed=y
9
Jurnal konsep gender 2015 hal 17
11
Perempuan :
Menstruasi,
Hamil, melahirkan dan menyusui
Berkaitan dengan alat reproduksi Berkaitan dengan perbedaan peran,
dan fungsinya fungsi sosial dan tanggung jawab.
laki-laki yang tidak perkasa. Kita menganggap perempuan harus nurut, akan
berdampak pada pembatasan perempuan berpendapat.10
BAB III
10
Konsep gender dan seks Rizky Amalia, Mohammad Didit Saleh 2022
Konsep Gender dan Seks - WageIndicator-Data-Academy.org
13
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Saran dari kami semoga makalah ini dapat dengan mudah di pahami dan
di realisasikan bahwa kita semua berhak dalam pembangunan. Dan kami
menyadari bahwa makalah ini ada banyak kekurangan dengan demikian
kami masih butuh saran dari kritikan dari pembaca.
Daftar Pustaka
14
Mansour Fakhih “Definisi Seks Dan Gender analisis gender dan transformasi
sosial”
2016 hal 1