Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pemikiran Hukum Islam
Kontemporer Dosen Pengampu : Sofyan
St.Awaliyah Rahma
10200120146
HTN D
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang mutlikultural dan majemuk dari segisuku
bangsa, ras, budaya dan agama. Oleh karena itu pembentukan hukum nasional tidak boleh
mengabaikannya, berlandaskan pada epistemologi yang berintikan rasa keadilan,kebenaran,
nilai sosial dan kultural, serta norma agama yang hidup di tengahmasyarakat itulah, hukum
nasional dibangun dan dikembangkan.
Hukum Islam yang menjadi bagian tak terpisahkan dari ajaran agama
Islam,merupakan sumber hukum yang penting untuk dilembagakan di Indonesia.
Karenasecara empirik hukum Islam merupakan hukum yang hidup (the living law)1 dalam
masyarakat Indonesia mulai sejak masuknya Islam ke Nusantara yang menurut JC. Van
Leur sejak abad ke tujuh.2 Namun kemudian beberapa aspek atau bidang tertentu dari
hukum Islam belum dijadikan hukum positif oleh kekuasaan negara, atau paling tidak
keberlakuannya tetap dalam bayang-bayang hukum adat. Hal ini merupakan akibat panjang
dari rekayasa politik hukum kolonial Belanda
dan jugarekayasa ilmiah kaum intelektual Belanda yang secara sistematik
memarginalkan
hukum Islam.
Pada masa kejayaan kerajaan di Nusantara, hampir semua bidang hukum Islambaik
pidana maupun perdata sudah pernah berlaku sebagai hukum dalam kerajaan diNusantara,
meskipun kemudian dalam perkembangan selanjutnya dianulir oleh Belanda. Bahkan
termasuk aspek pidananya yang telah berlaku di kerajaan Nusantara pernah dihimpun oleh
pemerintah kolonial Belanda sendiri sebagai panduan pejabat pemerintahan dan hakim
dalam penyelesaian perkara antara orangIslam di landraad yang dikenal dengan
compendium. Misalnya pada tahun 1747 Compendium Mogharaer Code diterbitkan di
Semarang, lalu pada tahun 1759 Compedium Clootwijck di Sulawesi dan pada tahun 1761
diterbitkan Compendium Freijer. Demikian juga ilmuwan Belanda Winter, Solomon Keyzer
dan terutama LWC van Der Berg menyimpulkan dalam teorinya yang terkenal, receptie
incomplexu bahwa hukum yang sebenarnya berlaku bagi masyarakat pribumi di Nusantara
adalah hukum Islam.4 Namun, setelah bangsa kolonial semakin kuat berkuasa, dengan
kekuatan senjata melesakkan kehidupan hukum sekulernya ke relung jiwa masyarakat
Nusantara, ummat Islam dipisahkan dari hukum agama yang dianutmereka.
Corak adalah Ragam/gambar pada kain atau sebangsanya warna dasar pada gambar suatu
barang/benda.
Sementara itu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata corak memiliki beberapa arti,
Pertama, berarti bunga atau gambar (ada yang berwarna- warna) pada kain (tenunan,
anyaman dan sebagainya), misalnya kalimat “Corak kain sarung itu kurang bagus”, “Besar-
besar corak kain batik itu”.
Corak ialah susunan motif sama ada secara teratur, terancang atau secara bebas. Oleh
karena itu corak terdiri daripada Corak Terancang dan Corak Tidak Terancang. Corak juga
boleh terbentuk daripada bukan motif secara bebas atau Corak Tidak Terancang yaitu;
1. Corak terancang
dibuat menggunakan motif yang disusun dengan teratur dan dalam susunan tertentu.
Motif ini menghasilkan corak yang mempunyai pelbagai jenis susunan, termasuk
penggunaan garisan grid dalam penghasilan corak.
2. Corak tidak terancang atau bebas.
dihasilkan secara bebas tanpa mempunyai motif tertentu. Ia boleh dihasilkan dengan cara
seperti merenjis, meniup, mengayak, menggolek dan sebagainya.
Konsepsi perbankan syari'ah adalah wujud riil dari sebuah ikhtiar untuk mengamalkan
hukum islam dibidang ekonomi. Dengan demikian konsep tersebut didesainkan
berdasarkan satu prinsip hukum islam tertentu. Oleh Karena itu untuk mengenal lebih
dalam terhadap corak pemikiran yang membidani lahiran konsep perbankan syari'ah, perlu
diperjelas karakteristik pemikiran hukum islam dan pemetasannya. dikaji bila dipetakan
model-model pemikiran hukum Islam atau metodemetode yang menghasilkan hukum
tersebut. Sejarah perkembangan hukum Islam mencatat ada banyak metode dan model
pemikiran yang dipakai oleh para mujtahid dalam merumuskan hukum Dengan menyimak
berbagai pemetaan pemikiran hukum Islam yang sudah dibuat oleh Ma‟ruf ad-Dawalibi,
Wael B. Hallaq juga berbagai pemetaan pemikiran dan gerakan keislaman yang
berkembang belakangan ini, penulis merangkum dan menyederhanakan pemetaan
pemikiran hukum Islam dalam tiga kualifikasi pemikiran. Yakni corak pemikiran Hukum
Islam tekstualis, substansialis dan liberalis.
Pertama, corak pemikiran Hukum Tekstualis yang paling mendominasi teori hukum pra
modern. Karakteristik umum corak pemikiran hukum tekstualis adalah perhatian besarnya
terhadap penafsiran literal Al-Qur‟an dan Sunnah dengan menitiktekankan pada aspek
kebahasaan. Penafsiran dalam model ini cenderung tidak dapat berubah dan bersifat sakral.
Karena corak penafsiran ini dijiwai oleh pandangan teologis kaum Asy‟ari yang
menyatakan bahwa kemampuan intelektual manusia dipandang tidak memadai untuk
menentukan hikmah di balik wahyu Tuhan. Kearifan Tuhan, yang terhujam secara
mendalam dalam hukum-Nya, tidak mungkin difahami manusia. Dengan demikian yang
paling aman adalah mendasarkan pemikiran hukum pada struktur bahasa teks-teks
tersebut.3 Karena perhatian besarnya pada tekstualitas nash maka corak ini seakan tidak
menyediakan ruang yang mendukung bagi pertimbangan ethis, artinya suatu aturan akan
dianggap sebagai hukum sepanjang secara tehnis dideduksi dari sumber nash.
Kedua, corak pemikiran hukum substansialis merupakan model pemikiran yang berusaha
melintasi batas tekstual dengan berupaya mendalami substansi maksud yang tersimpan di
balik tekstualitas nash. Model ini dibangun di atas pemikiran bahwa substansi pesan dari
suatu lafadh tidak selamanya terepresentasikan dalam kata-kata secara apa adanya / lugas.
Namun setiap pengungkapan kata-kata pasti ada substansi pesan yang dituju.
Ini yang mestinya menjadi fokus pemikiran, bukan berkutat pada penelaahan kebahasaan
nash. Model pemikiran hukum substansialis muncul dalam istilah tehnis yang bermacam-
macam, misalnya qiyas, istihsan, saddudz-dzari’ah, prinsip maqashid as-syari’ah dan
mashlahah mursalah.
Ketiga, corak pemikiran hukum yang merupakan model pemikiran khas era modern karena
tidak dijumpai sebelumnya. Kemunculan model pemikiran liberalis adalah sebagai respon
dari rasa tidak memadainya model pemikiran substansilis lebih-lebih tekstualis, ketika
dunia memasuki era modern dengan segala problematika kontemporernya. Berbagai isu
kontemporer yang muncul seputar kesetaraan gender, hak asasi manusia, hukum pidana
modern dan lainlain memaksa para pemikir kontemporer untuk mengkaji kembali relevansi
produk pemikiran hukum klasik bagi tuntutan dunia modern.
Sebagai gerakan yang muncul dari ketidakpuasan terhadap rumusan yang sudah ada yang
dipandang tidak mendukung kemajuan ummat di era modern, maka pemikiran liberal
cenderung untuk secara bebas merumuskan satu pola fikir yang bisa menyelaraskan hukum
Islam dengan problematika kontemporer.
Corak Hidup Manusia Zaman Praaksara – Masa praaksara disebut juga zaman
prasejarah Masa praaksara berarti masa sebelum manusia sebelum mengenal bentuk
tulisan. Ada juga yang menyebutnya dengan sebutan masa nirleka yaitu masa tidak ada
tulisan. Manusia yang hidup pada masa ini ialah manusia purba. Meskipun masa praaksara
tidak mengenal tulisan, namun peninggalan-peninggalannya yang ditinggalkan oleh
manusia yang hidup masa itu seperti artefak dan fosil.
Pada awalnya corak hidup manusia zaman praaksara dengan cara nomaden (berpindah-
pindah). Kemudian mereka mengalami perubahan dari nomaden ke semi nomaden.
Akhirnya mereka hidup secara menetap di suatu tempat dengan tempat tinggal yang pasti.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya masyarakat praaksara menggunakan beberapa jenis
peralatan mulai dari yang terbuat dari batu hingga logam.
Oleh karena itu, kehidupan masyarakat praaksara telah menghasilkan alat untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Berdasarkan perkembangan kehidupannya atau
corak hidupnya, masyarakat praaksara terbagi menjadi tiga masa yaitu masa berburu dan
mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, dan masa perundagian.
1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Masa berburu dan mengumpulkan makanan bergantung pada alam sekitar. Wilayah-
wilayah yang ditempati manusia praaksara adalah wilayah yang banyak menyediakan
bahan makanan dalam jumlah yang cukup dan mudah memperolehnya. Wilayah tersebut
juga memiliki banyak hewan sehingga manusia praaksara mudah untuk berburu hewan.
Manusia yang hidup pada zaman berburu dan mengumpulkan makanan ini diperkirakan
satu masa dengan zaman paleolitikum.
Secara geografis, pada zaman ini masih bergantung pada kondisi alam sekitar.
Daerah sungai, danau, padang rumput merupakan tempat-tempat ideal bagi manusia
praaksara, karena di tempat itulah tersedia air dan bahan makanan sepanjang tahun. Pada
zaman itu manusia praaksara menempati tempat tinggal sementara di gua-gua payung yang
dekat dengan sumber makanan seperti ikan, kerang, air, dan lain-lain.
Dalam mengetahui corak kehidupan zaman Paleolitikum lebih baik. buku Babad
Bumi Sadeng Mozaik Historiografi Jember Era Paleolitik oleh Zainollah Ahmad dalam
kamu jadikan referensi, dimana pada buku ini menggambarkan asumsi adanya manusia
Jember di masa peninggalan Prasejarah tersebut.
a. Kehidupan ekonomi
Kehidupan ekonomi pada masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah
bergantung pada alam. Mereka akan tetap tinggal di wilayah tersebut selama persediaan
bahan makanan masih cukup. Ketika merreka telah kehabisan sumber makanan maka
mereka akan berpindah dan mencari tempat lain yang kaya akan makanan. Kehidupan yang
selalu berpindah-pindah inilah ciri-ciri manusia praaksara. Hasil perburuan mereka
kumpulkan untuk keperluan perpindahan ke tempat lain sebagai cadangan sebelum mereka
mendapatkan tempat baru.
b. Kehidupan sosial
Mereka hidup secara berkelompok dan tersusun dalam keluarga-keluarga kecil,
dalam satu kelompok ada seorang pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok inilah yang
dalam perkembangannya disebut sebagai ketua suku. Ketua suku memimpin anggota
kelompoknya untuk berpindah tempat dari tempat satu ke tempat lain. Anggota kelompok
laki-laki bertugas memburu hewan sedangkan yang perempuan bertugas mengumpulkan
makanan dari tumbuh-tumbuhan.
c. Kehidupan budaya
Kehidupan budaya ini dapat dilihat dari karya-karya yang telah berhasil dibuat. Alat-
alat pada zaman praaksara memberikan petunjuk bagaimana cara manusia pada zaman itu
bertahan hidup.
Karena peralatan manusia zaman praaksara terbuat dari batu maka hasil budaya yang
dikembangkan pada zaman itu adalah hasil budaya batu. Tidak heran jika zaman tersebut
dikenal dengan zaman batu. Hasil-hasil kebudayaan batu yang pernah ditemukan di
antaranya: kapak genggam, kapak perimbas, serpih bilah, dan lain-lain.
Manusia yang hidup pada masa ini diperkirakan satu masa dengan zaman
neolitikum. Secara geografis, pada zaman ini sangat menggantungkan iklim dan cuaca
alam. Hal ini sangat dibutuhkan untuk bercocok tanam. Hasil dari panen juga sangat
dipengaruhi oleh kondisi tekstur tanah yang digunakan.
a. Kehidupan ekonomi
Secara ekonomi, manusia pada zaman ini telah menghasilkan produksi sendiri
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka membabat hutan untuk ditanami dan produk
yang mereka hasilkan antara lain umbi-umbian.
b. Kehidupan sosial
Dengan hidup bercocok tanam, memberikan kesempatan manusia untuk menata
hidup lebih teratur. Mereka hidup secara berkelompok dan membentuk masyarakat
perkampungan kecil. Dalam sebuah kampong terdiri dari beberapa keluarga dan dalam
kampong dipimpin oleh ketua suku. Strata social ketua suku adalah palin tinggi karena
kriteria yang diambil berdasarkan orang yang paling tua atau yang paling berwibawa secara
reigius. Dengan dmeikian semua aturan yang telah ditetapkan harus ditaati dan dijalankan
oleh seluruh kelompok tersebut.
Kebutuhan hidup dikelola bersama-sama untuk kepentingan bersama. Kegiatan
yang memerlukan tenaga besar sepeprti mebangun rumah, berburu, membuat perahu
membabat hutan, diserahkan kepada kaum laki-laki. Sedangkan kegiatan mengumpulkan
makanan, menabur benih di ladang, beternak, merawat rumah dan keluarga diserahkan pada
kaum perempuan.
Sedangkan ketua suku sebagai komando dari semua kegiatan di atas sekaligus
sebagai pusat religi pada kepercayaan yang mereka anut. Dari sinilah muncul strata sosial
dalam sebuah komunitas masyarakat kecil. Secara berangsur-angsur namun pasti kelompok
ini membentuk sebuah masyarakat yang besar dan kompleks sehingga muncul suatu
masyarakat kompleks di bawah kekuasaan yang kelak disebut kerajaan dengan datangnya
pengaruh Hindu dan Budha.
c. Kehidupan budaya
Pada masa bercocok tanam, manusia praaksara telah menghasilkan budaya yang
mengarah pada usaha bercocok tanam yang syarat dengan kepercayaan. Bentuk alat-alat
yang dihasilkan pun lebih halus dan memiliki gaya seni. Selain sebagai alat untuk bercocok
tanam, alat-alat ini juga sebagai alat upacara keagamaan. Alat-alat itu antara lain kapak
lonjong, gerabah, kapak persegi, perhiasan dan masih banyak yang lain.
Ada sebuah kepercayaan bahwa apabila orang yang meninggal dunia akan
memasuki alam sendriri. Pada masa ini, jika ada orang meninggal dunia maka akan dibekali
benda-benda keperluan sehari-hari seperti perhiasan. Tujuannya adalah agar arwah yang
meninggal dunia mendapatkan perjalanan yang lancar dan mendapatkan kehidupan yang
lebih baik dari sebelumnya.
Berkaitan erat dengan kepercayaan, maka pada masa bercocok tanam muncul tradisi
pendirian bangunan-bangunan besar yang terbuat dari batu yang disebut tradisi megalitik.
Tradisi ini didasari oleh kepercayaan bahwa ada hubungan yang erat antara orang yang
sudah meninggal dengan kesejahteraan masyarakat dan kesuburan ketika bercocok tanam.
Oleh sebab itu, jasa seseorang yang berpengaruh terhadap masyarakat perlu
diabadikan dalam sebuah monumen yang terbuat dari batu. Bangunan ini kemudian
menjadi lambang orang yang meninggal dunia sekaligus tempat penghormatan serta media
persembahan dari orang yang masih hidup ke orang yang sudah meninggal dunia.
Bangunan megalitik tersebut antara lain, dolmen, menhir, waruga, sarkofagus, dan punden
berundak.
Kondisi geografis inilah yang perlu dicermati agar mereka tidak gagal panen.
Mereka belajar ilmu alam dan dari alam mereka mengetahui arah angin, berlayar antar
pulau, mencari penghasilan di laut dan melakukan perdagangan antar wilayah.
a. Kehidupan ekonomi
Masyarakat pada masa perundagian telah mampu mengatur kehidupan ekonominya
dan mampu berpikir bagaimana memenuhi kehidupan mereka di masa yang akan datang.
Hasil panen pertanian disimpan untuk masa kering dan diperdagangkan ke daerah lain.
Masyarakat juga sudah mengembangkan kuda dan berbagai jenis unggas.
Bahkan jenis hewan tertentu digunakan untuk membantu dalam bercocok tanam dan
perdagangan. Kemampuan produksi, konsumsi, dan distribusi menopang kesejahteraan
hidup mereka. Seiring dengan kemajuan teknologi, maka memungkinkan mereka
melakukan perdagangan yang lebih luas jangkauannya. Walaupun masih bersifat barter
namun setidaknya hal ini menambah nilai ekonomis yang tinggi karena beragamnya
barang-barang yang ditukarkan. Bukti perdagangan antar pulau pada masa perundagian
adalah ditemukannya nekara di Selayar dan Kepulauan Kei yang dihiasi gambar-gambar
binatang seperti gajah, merak, dan harimau.
b. Kehidupan sosial
Pada masa perundagian kehidupan masyarakat yang sudah menetap mengalami
perkembangan dan hal ini mendorong masyarakat untuk keteraturan hidup. Aturan hidup
bisa terlaksana dengan baik karena adanya seorang pemimpin yang mereka pilih atas dasar
musyawarah. Pemilihan pemimpin dipilih dengan kriteria yang bisa melakukan hubungan
dengan roh-roh atau arwah nenek moyang untuk keselamatan desa setempat serta keahlian-
keahlian lain.
Dalam kehidupan yang sudah teratur ini, berburu hewan seperti singa, harimau
merupakan prestige jika bisa melakukannya. Perburuan tersebut selain sebagai mata
pencaharian juga untuk meningkatkan strata sosial, artinya jika mereka bisa menaklukan
harimau maka mereka telah menunjukkan tingkat keberanian tinggi dan gagah dalam suatu
lingkungan masyarakat.
Kehidupan masyarakat pada masa ini telah menunjukkan solidaritas yang kuat. Pada
masa ini sudah ada kepemimpinan dan pemujaan terhadap sesuatu yang suci di luar diri
manusia yang tidak mungkin disaingi serta berada di luar batas kemampuan manusia.
Sistem kemasyarakatan terus mengalami perkembangan khususnya pada zaman perunggu.
Hal tersebut karena pada masa ini masyarakat lebih kompleks dan terbagi menjadi
kelompok-kelompok sesuai dengan keahliannya. Ada kelompok petani, kelompok
pedagang, kelompok undagi. Masing-masing kelompok memiliki aturan tersendiri dan
adanya aturan yang umum yang menjamin keharmonisan hubungan masing-masing
kelompok. Aturan yang umum dibuat atas dasar musyawarah mufakat dalam kehidupan
yang demokratis.
c. Kehidupan budaya
Pada masa perundagian seni ukir mengalami perkembangan yang pesat. Ukiran diterapkan
pada benda-benda nekara perunggu. Seni hias pada benda-benda perunggu sudah
membentuk pola-pola geometris sebagai pola hias utama. Hal ini terlihat dari temuan di
Watuweti yang menggambarkan kapak perunggu, perahu dan melukis unsur-unsur dalam
kehidupan yang dianggap penting.
Pahatan-pahatan yang ada di perunggu dan batu menggambarkan orang atau hewan yang
menghasilkan bentuk bergaya dinamis dan memperlihatkan gerak. Teknologi pembuatan
benda-benda logam (khusus perunggu) kemudian mengalami perkembangan yang sangat
pesat, di samping membuat perkakas untuk keperluan sehari-hari seperti kapak, corong, dan
lain-lain.
Lukisan tersebut menggambarkan kendaraan yang akan mengantarkan roh nenek moyang
ke alam baka. Hal ini membuktikan bahwa pada masa tersebut sudah mempercayai adanya
roh. Seiring dengan perkembangan kemampuan berpikir, manusia mulai merenungkan
kekuatan-kekuatan lain di luar dirinya. Oleh karena itu, muncul berbagai sistem
kepercayaan yang diyakini oleh manusia praaksara yaitu animise, dinamisme, dan
totemisme.
1. Animisme
Kata “animisme” berasal dari bahasa Latin “anima” yang berarti roh. Seperti dalam buku
Sejarah Asia Tenggara (2013) karya M.C Ricklefs animism adlah sistem kepercayaan yang
memuja roh nenek moyang atau makhluk halus. Karakteristik manusia praaksara yang
mengaut kepercayaan ini adalah mereka yang selalu memohon perlindungan dan
permintaan sesuatu kepada roh nenek moyang seperti meminta kesehatan, keselamatan, dan
lain-lain.
2. Dinamisme
Kata “dinamisme” berasal dari bahasa Inggris “dynamic” yang berarti daya, kekuatan,
dinamis. Dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda tertentu yang dianggap
memiliki kekuatan supranatural seperti pohon dan batu besar.
Unsur dinamisme lahir dari ketergantungan manusia terhadap kekuatan lain yang berada di
luar dirinya. Manusia pada zaman praaksara ini memiliki banyak keterbatasan sehingga
mereka membutuhkan pertolongan dari benda-benda yang dianggap mampu memberi
keselamatan.
3. Totemisme
Totemisme adalah sistem kepercayaan yang menganggap bahwa binatang atau tumbuhan
tertentu memiliki kekuatan supranatural untuk memberikan keselamatan atau malapetaka
kepada penganutnya. Manusia zaman praaksara yang menganut kepercayaan totemisme
cenderung mengeramatkan binatang atau tumbuhan tertentu, sehingga mereka tidak
diperbolehkan mengkonsumsi binatang atau tumbuhan tersebut.
B. Kepemikiran.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pemikiran sesuatu yang diterima
seseorang dan dipakai sebagai pedoman sebagaimana diterima dari masyarakat sekeliling.
Arti dari pemikiran ini bagaimana proses,cara perbuatan memikir.
Pemikiran Islam lebih diarahkan untuk mengkaji dan menelaah persoalan-persoalan dalam
realitas keseharian umat muslim yang “lekang dan lapuk oleh ruang dan waktu” (al-waqai'
ghairu mutanahiyah).
Istilah hukum Islam menurut Hasbi Ash-Shiddieqy seperti dikutip Amir Syarifuddin
adalah koleksi daya upaya para ahli hukum untuk menerapkan syariah atas kebutuhan
masyarakat.13 Jadi hukum Islam adalah peraturan-peraturan yangdirumuskan berdasar
wahyu Allah dan sunah Rasul-Nya tentang tingkah laku mukallaf yang diakui dan diyakini
berlaku mengikat bagi semua pemeluk Islam. Dengan demikian, kedudukan hukum Islam
sangat penting dan menentukanpandangan hidup serta tingkah laku Muslim.14 Disinilah
hukum Islam merupakan formulasi dari syariah dan fikih sekaligus. Hukum Islam dalam
perjalanan sejarahnya yang awal merupakan suatu kekuatan yang dinamis dan kreatif. Hal
ini dapat dilihat dari munculnya sejumlah mazhab hukum yang memiliki corak sendiri-
sendiri sesuai dengan latar belakang sosiokultural dan politik dimana mazhab hukum itu
tumbuh dan berkembang. Perkembangan yang dinamis dan kreatif ini setidak didorong oleh
empat faktor utama: pertama,dorongan keagamaan karena Islam merupakan sumber norma
dan nilai normatifyang mengatur seluruh aspek kehidupan umat Islam,Kedua, dengan
meluasnya domain politik Islam pada masa khalifah Umar terjadi pergeseran-pergeseran
sosial yang pada gilirannya menimbulkan sejumlah besar problem baru sehubungan dengan
hukum Islam. Ketiga, independensi para spesialis hukum Islam dari kekuasaan politik.
Keempat, fleksibilitas hukum Islam yang memampukannya untuk berkembang mengatasi
ruang dan waktu.15
Menurut Hasbi Ash-Shiddiqiey terdapat lima prinsip yang memungkinkan hukum Islam
dapat berkembang mengikuti masa: 1) prinsip ijmak; 2) prinsip qiyas; 3) prinsipmaslahah
mursalah; 4) prinsip memelihara ‘urf; dan 5) berubahnya hukum dengan berubahnya masa.
Kelima prinsip ini dengan jelas memperlihatkan betapa fleksibelnyahukum Islam.16
Muhammad Natsir dalam tulisannya menyebutkan bahwa dalam penegakan system hukum
Islam setidaknya ada empat hal kewajiban negara dalam menegakkan hukum Islam dan
melindungi rakyat. Keempat hal tersebut yaitu: pertama, memelihara agama supaya tetap
pada dasar yang telah ada; kedua: melindungi daerah kawasan; ketiga: melaksanakan
hukum had; dan keempat: menjalankan putusan hakim bagi para pihak yang bersengketa.17
Menurut Abdul Manan terdapat tiga dimensi yang harus dilihat jika hukumIslam akan
diperbarui dalam pengertian fikih.
Pertama, perubahan secara menyeluruh pada doktrin, yaitu mengubah nilai-nilai yang
terkandung dalam fikih yang sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi, situasi, tempat dan
waktu harus diperbarui agar sesuai dengan kondisi zaman.
Kedua, pembaruan dalam cara penerapannya, dalam hal ini Abdul Manan memberikan
contoh dalam kecenderungan mengutamakan penerapan fatwa atau syarah ulama yang
sudah tidak relevan lagi dengan konteks zaman, maka harus ditinggalkan.
Ketiga, pembaruan pada kaidah (aturan) yang sesuai dengan kondisi dan situasi sosial
masyarakat Indonesia dan dilegalisasi oleh instansi yang berwenang sehingga mempunyai
kekuatan hukum yang mengikat.18
Ketiga dimensi pembaruan tersebut dapat dijadikan sebagai agenda besar dalampembaruan
hukum Islam di Indonesia yang berada pada tiga tempat yaitu:
pertama, tersebar dalam kitab-kitab fikih yang ditulis oleh para fukaha ratusan tahun yang
lalu.
Kedua, berada dalam peraturan perundang-undangan Negara yang memuat hukum Islam
seperti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Peraturan Pemerintah
Nomor 9 Tahun 1975, Kompilasi Hukum Islam dan sebagainya. Ketiga, terdapat dalam
berbagai putusan Hakim Pengadilan Agama yang telah berbentuk yurisprudensi. Namun
ketiga sumber hukum Islam di Indonesia tersebut, pada realitasnya sering terjadi
kontroversi pada penerapanya baik antara fikih dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, atau antara fikih dengan putusan Pengadilan Agama, bahkan antara putusan
Pengadilan Agama dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tujuan ini nyata sekali dari ucapan Ibnu Sina "bila seorang anak sudah selesai belajar Al
Quran , mengahapal pokok- pokok bahasa , setelah itu barulah ia mempelajari apa yang
akan dipilihnya menjadi bidang pekerjaannya, dan untuk itu haruslah ia diberi petunjuk".
Untuk itu pendidikan islam mengutamakan pendidikan akhlak, namun tidak melepaskan
dari usaha untuk mencari rizki dengan menuntut ilmu keterampilan, seni, jasmani, akal,
hati, kemauan , cita-cita, lidah, dan kepribadian. Maka dengan jelas menurut Al Abrasyi
tujuan pendidikan islam adalah mempersiapkan manusia memeiliki kepribadian secara utuh
jasmani dan ruhaniah, serta memeiliki persiapan yang lengkap menghadapi hidup dan
kehidupan.
Dengan tegas beliau menggaris bawahi tujuan pendidikan secara umum dengan catatan
bahwa pendidikan islam bertujuan lebih jauh dan lebih mendasar yaitu memeperbaiki
akhlak. Mensucikan rohani, mencapai fadillah, mencapai akhlak yang mulia , ikhlas dengan
tidak mengabaikan aspek yang lain.sehingga kehidupan dunia tidak terabaikan sebagai
jembatan menuju kehidupan ahirat. # Pendidik Menurut M. Athiyah al Abrasyi Dari segi
bahasa , pendidik atau guru, sebagaimana kamus bahasa Indonesia Porwodarminto
mendefinisikan orang yang mendidik, pengertian ini memberikan kesan, bahwa pendidik
adalah orang yang mellakukan aktifitas mendidik Dalam bahasa ingris dijumpai beberapa
kata yang berdekatan artinya dengan pendidik, seperti teacher yang diartikan dengan guru
atau pengajar dan tutor yang berarti guru pribadi, atau guru yang mengajar di rumah.
Dalam bahasa Arab ditemukan kata Ustadz yang bermakna guru, mudaris yang berarti guru
atau instructor ( perlatih ) dan lecturer ( dosen ), mu`alim yang juga berarti guru , trainer
( pemandu ) , dan juga kata Mu`adib menurut Al-Abrasyi adalah "guru khusus ialah
seseorang yang memberikan pelajaran khusus kepada seorang atau lebih dari seorang anak
pembesar atau pimpinan negara atau khalifah".serta proses pembelajaran diselenggarakan
di rumah.Menurut Ametimbun guru adalah semua orang yang berwewenang dan
bertanggung jawab terhadap pendidikan murid , baik secara individual atau klasikal, baik di
sekolah maupun di luar sekolah "( Djamarah : 2003 : 32 ), sedangkan menurut Akmal Hawi
guru dalam melaksankan pendidikan baik dalam lingkungan formal dan non farmal dituntut
untuk mendidik , dan mengajar. Untuk itu seorang guru harus memiliki kepribadian serta
sifat-sifat yang mulia dalam memberikan bimbingan kepada anak didik.
Menurut Al Abrasyi yang dikutip beliau dari An Nimari Al Qurtubi telah menulis tentang
sifat-sifat yang harus dimiliki oleh guru dan murid dalam kitab Jami Bayani Ilmi wa fadhlih
perihal Prilaku Guru dan Murid begitu pula Al Gazali dalam kitabnya Fatihatul Ulum dan
Ihya Ullumuddin, dimana beliau menghaskan sipat-sipat dan kesucian serta kehormatan
kepada guru langsung sesudah kedudukan para nabi. Rasulullah SAW berkata bahwa
"Berdiri dan hormatillah guru dan berilah penghargaan , seorang guru itu hamper saja
merupakan seorang nabi" Berdasarkan Hadis ini Islam memandang seorang guru , sangat
diperlakukan baik, serta diberikan kedudukan yang mulia dan diberi kebebasan dimana ia
ingin mengajar dengan tidak mengekang, sehingga dia dapat berkembang serta dapat
menjalanakan kewajibannya melaksanakan tugas.Al-abrasyi mengemukakan sifat-sifat
yang harus dimiliki oleh guru dalam pendidikan islam : - Zuhud Seorang guru menduduki
tempat yang tinggi dan suci, maka ia harus tahu kewajibannya sebagai seorang guru , ia
haruslah seorang yang benar-benar zuhud Rasullah berkata " Rusaklah umatku adalah
karena dua macam orang , Seorang alim yang durjana dan seorang yang jahil, orang yang
paling baik ialah ulama yang baik dan orang yang paling jahat ialah orang-orang yang
bodoh" -Ikhlas dalam Pekerjaan Keihlasan dan kejujuran seorang guru di dalam
pekerjaannya merupakan jalan terbaik kearah suksesnya di dalam tugas dan sukses murid-
muridnya. Tergolong ikhlas adalah seseorang yang sesuai kata dangan perbuatan ,
melakukan apa yang ia ucapkan dan menyatakan sesuatu tidak apabila dia tidak mamahami
tentang hal itu, seorang alim yang benar benar alim ialah orang yang masih selalu harus
menambah ilmunya disamping dia ihlas memberikan pengajaran dan pendidikan kepada
muridnya.tidak salah seorang guru belajar dengan muridnya, ini menampakan seorang guru
dalam pandangan islam bersipat rendah hati, disamping itu guru memiliki sipat kasih
sayang terhadap mahluk ciptaan Allah.
Menurut al-Ghazali, tujuan pendidikan Islam adalah kesempurnaan manusia di dunia dan
akhirat. Manusia dapat mencapai kesempurnaan melalui ilmu untuk memberi kebahagiaan
di dunia dan sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah.
C. Pengertian Hukum
Hukum adalah sesuatu yang berkaitan erat dengan kehidupan manusia merujuk pada sistem
yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan penegakan hukum oleh
kelembagan penegak hukum karena segala kehidupan manusia dibaatsi oleh hukum.
Hukum Menurut KBBI adalah Peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat
dan dikukuhkan oleh penguasa pemerintah atau otoritas. Undang-undang, peraturan dan
sebagainya untuk mengatur kehidupan masyarakat. Patokan (kaidah,ketentuan) keputusan
(pertimbangkan).
Hukum islam adalah hukum yang berasal dari islam, Yaitu hukum yang diturunkan oleh
Allah untuk kemaslahatan hamba - hambanya didunia maupun di akhirat. Adalah hak
peregulit Allah Ta'ala. Manapun mereka berada.
Ajaran yang harus dipatuhi umat manusia dan kepatuhannya merupakan ibadah yang
sekaligus juga merupakan indikasi keimanan seseorang.
Hukum menurut Agama adalah berdasarkan defenisi tersebut, "Hukum" ialah nama bagi
segala "Titah Tuhan atau "Sabdi Nabi" baik itu mengandung perintah larangan ataupun
ialah bersifat pilihan ataupun titah itu menyatakan sebab,syarat dan halangan suatu
pekerjaan.
Hukum islam menurut Abdul Ghani Abdullah, tidak hanya mengatur antara manusia
dengan Tuhannya saja, tetapi juga mengatur hubungan antara manusia dengan manusia.
Jangan mengatur antara hubungan manusia dengan alam semesta.
- Al - Qur'an merupakan sumber pertama hukum islam yang memuat panduan kehidupan
manusia.
2. Hadist
Hadist merupakan ucapan,perbuatan,penetapan,sifat atau sirah yang didasarkan oleh
Rasulullah SWT. Beberapa hal yang tidak dijelaskan dalam Al - Qur'an dapat ditemukan
dalam hadist karnea isi dari hadist adalah segala hal yang disampaikan dan dipeebuat oleh
Rasulullah SAW sebagai utusan ALLAH SWT.
3. Ijma
Ijma adalah hasil akhir dari diskusi para mujtahid yabg dibangun dari dalil-dalil lain, salah
satunya teks. Oleh karena itu, ijma berisi selisih antara teks Al-Quran atau hadits.
Syarat - syarat adanya Ijma adalah sebagai berikut;
1. Adanya kesepakatan beserta ijma
2. Seseorang melakukan ijma harus mencapai derajat mujtahid
3. Menguasai ilmu Al -Quran
4. Menguasaj ilmu As - Sunnah
4. Qiyas
Qiyas dibuat karena beberapa hal hukumnya tidak disebutkan dalam Al-Qur'an maupun
hadits Rasulullah SAW. Beberapa ulama menyebut bahwa qiyas diambil berdasarkan
perintah untuk mengambil i'tibar ( pleajaran) dan perintah untuk berijtihad.
Qiyas juga menjdi salah satu sumber hukum islam yang tidak terbatas oleh ruang dan
waktu. Keberadaan Qiyas muncul karena alasan jumlah Al-Quran yang tidak bertambah
lagi ayatnya setelah Rasulullah SAW wafat dan hanya turun di Mekkah dan Madinah saja.
2. Aliran fikih
Secara historis, hukum islam telah terbagi dua aliran pada masa sahabat Nabi
Muhammad. Kedua sekolah tersebut adalah madrasat al-madinah dan madrasat al baghdad
atau madrasat atau al-hadits dan madrasat al-Ra'y aliran. Aliran madinah terbentuk karena
sebaguan sahabat tinggal di madinah. Dan aliran bagdad atau kufah juga terbentuk karena
sebagian sahabat tinggal dikota itu
3. Aliran tasawuf
Aliran tasawuf pada dasarnya adalah pengalaman spiritual (al-tajribah) pribadi meskipun
demikian pengalaman ulama yang satu dengan yang lainnya memiliki persamaan -
persamaan sekaligus perbedaan yang tidak dapat diabaikan
D. KONTEMPORER
Hadiah kontemporer mencerminkan bahqa ada kebebasan untuk menentukan apa yang
pantas pada saat itu. Kontemporer berasal dari kata "Co" dan "waktu" dan berarti dalam
kamus besar bahasa indonesia " pada saat yang sama", "selama" dimasa sekarang", "dewasa
ini / hari ini".
Oleh karena itu seni kontemporer adalah cabang seni yang dipengaruhi oleh efek
modernisasi, tidak terikat waktu dan selalu mengikuti tren yang berlaku dari waktu ke
waktu.
Kata yang sama "kontemporer" seperti yang diberikan dalam kamus besar bahasa
indonesia (KBBI) berarti "pada saat yang sama" atau "sekarang"
* Sejarah Kontemporer
Selama era kolonial Belanda, kursus arsitektur sebenarnya diajarkan dalam pendidikan
teknik sipil. Namun, setelah Oktober 1950, sekolah arsitektur pertama didirikan di Institut
Teknologi Bandung, yang sebelumnya bernama Bandoeng Technical Hoogeschool (1923).
Disiplin arsitektur dimulai dengan 20 siswa dengan 3 guru Belanda, pada dasarnya guru
yang menirukan sistem pendidikan dari kota asalnya ke Universitas Teknologi Delft di
Belanda.
Sejak konflik di Irlandia Barat pada tahun 1955, semua guru dari Belanda dengan
pengecualian V.R. van Romondt, yang rendah hati bersikeras menjalankan dan memimpin
sekolah arsitektur sampai 1962. Pada saat kepemimpinannya, akademi arsitektur berangsur-
angsur diperkaya dengan memasukkan aspek estetika barat negara Indonesia.
Sekitar awal 10-an, salah satu karya arsitek Belanda seperti Hotel Savoy Homan, Stasiun
Kereta Api Kota Jakarta dan Villa Isola di Bandung memberikan visi baru tentang budaya
dan sejarah dalam pertimbangan desain.
Tujuan Van Romondt adalah untuk menciptakan “arsitektur Indonesia” baru berdasarkan
prinsip-prinsip tradisional dengan sentuhan modern untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
saat ini.
Dengan kata lain, “arsitektur Indonesia” adalah aplikasi dari ide-ide fungsionalisme,
rasionalisme dan kesederhanaan desain modern, tetapi yang sangat terinspirasi oleh prinsip-
prinsip arsitektur tradisional.
2. Kemajuan Kontemporer
Pada tahun 1958, mahasiswa arsitektur ITB mencapai 500 orang dengan 12 lulusan. Yang
kemudian menjadi guru. Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) didirikan pada September 1959.
Arah sekolah arsitektur berpindah tangan dengan orang Indonesia dan dari awal 1961
dengan Sujudi sebagai presiden. Jadi Sujudi mendirikan sekolah arsitektur di perguruan
tinggi lain. Periode ini juga dijelaskan oleh Sujudi et al. dengan teman-teman yang
menyebut diri mereka ATAP.
Sastra Barat mulai memasuki wacana tentang pendidikan arsitektur di Indonesia pada awal
1960-an. Karya dan pemikiran arsitek penting Frank Lloyd Wright, Walter Gropius dan Le
Corbusier telah menjadi contoh normatif untuk diskusi dan pembelajaran.
Iklim politik pada waktu itu juga berdampak besar pada sikap masyarakat terhadap teori
dan konsep arsitektur modern.
Karena ke arah Sukarno, “modernitas” diberikan melalui kepentingan simbolis yang terkait
dengan persatuan dan kekuatan nasional. Sukarno telah berhasil secara fundamental
mempengaruhi karakter arsitektur masa kekuasaannya.
Seorang arsitek yang memiliki hubungan dekat dengan Presiden Sukarno pada saat itu
adalah Friedrich Silaban. Saat itu ia terlibat dalam hampir semua proyek besar.
Corak Pemikiran Hukum Islam ini yang Melandasi konsepsi perbankan Syari'ah sama
sekali tidak bisa dimasukkan dalam corak pemikiran hukum islam liberalis, tetapi berada
diantara corak tekstualis dan substansialis. Untuk dimasukan dalam corak tekstualis murni
ataupun substansialis murni masih jadi persoalan.
Penutup
Pemikiran hukum Islam yang sudah melembaga dan dipatuhi oleh masyarakat Indonesia
adalah fiqih, fatwa ulama-hakim, keputusan pengadilan (Yurisprudensi) dan perundang-
undangan. Proses lahirnya keempat hal tersebut tidak lepas dari perkembangan dinamika
kehidupan masyarakat Indonesia.
Pemikiran hukum Islam yang diadopsi dalam pembangunan hokum Islam di Indonesia,
sudah lama dicanangkan oleh para ulama hokum Islam di dunia Islam dengan berbagai
macam karya yang mereka lahirkan. Para ulama hukum Islam tersebut seperti Imam
Syafi’i, Imam Ahmad bin Hanbal dan ulama-ulama sesudahnya. Eksistensi kearifan lokal
menjadikannya sebagai bahagian pertimbangan dalam setiap pemikiran hukum Islam di
Indonesia, seperti hukum perkawinan dan kewarisan sangat menghargai kehidupan sosial
masyarakat, baik yang ada dan berkembang sejak dahulu maupun perkembangan kehidupan
sosial masyarakat.
Daftar pustaka
https://ilmusaku.com
https://www.kompas.com
https://deepublishstore.com
Pemetaan ini mengacu pada tulisan Wael B. Hallaq yang membedakan antara teori
hukum
ia bagi dalam dua kelompok : utilitarinisme dan liberalisme. Lihat : Wael B. Hallaq,
A History of Islamic
Legal Theories, Terj. E. Kusnadiningrat dan Abdul Haris bin Wahid, “Sejarah Teori
Hukum Islam”,