Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH POLITIK HUKUM ISLAM REAKTUALISASI HUKUM

ISLAM DAN UPAYA LEGISLASINYA

Dosen Pengampu:
Rendy Dwi Hermanto

Disusun oleh:

Muhammad Anis Ramdhani


Muhammad Firdaus Maliki

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan berkat,rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini,Sholawat serta salam semoga
senantiasa dihaturkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad Saw.

Tentunya dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan-kekurangan


yang tanpa penulis sadari,oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran dari pembaca
yang bersifat membangun dari forum diskusi.

Semoga dengan adanya kritik dan saran tersebut dapat bermanfaat dan menjadi
pedoman bagi penulis dalam penyusunan makalah ini pada khususnya dan para pembaca
pada umumnya,segala kelebihan hanya milik Allah dan segala kekurangan hanya milik
hambanya.

Ponorogo, 24 September 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Reaktualisasi hukum Islam adalah upaya untuk memahami,
menginterpretasikan, dan menerapkan prinsip-prinsip hukum Islam dalam konteks
kontemporer. Hal ini menjadi relevan dalam era modern karena perbedaan budaya,
teknologi, dan perubahan sosial yang telah memengaruhi cara masyarakat Muslim
menjalani kehidupan sehari-hari. Reaktualisasi ini melibatkan pemikiran kritis dan
penyesuaian terhadap hukum Islam agar sesuai dengan tuntutan zaman, tanpa
mengubah substansi dasar ajaran agama tersebut. Ini mencerminkan kebutuhan untuk
menjembatani kesenjangan antara tradisi Islam yang kaya dan realitas dunia yang
terus berubah.
Reaktualisasi hukum Islam juga sering melibatkan perdebatan antara
kelompok-kelompok ulama dan cendekiawan agama yang berusaha memahami
hukum Islam secara lebih kontekstual. Dalam beberapa negara, pemerintah juga
terlibat dalam upaya ini untuk menciptakan kerangka hukum yang lebih modern dan
relevan, sambil tetap memegang teguh prinsip-prinsip agama Islam. Ini menciptakan
ruang untuk refleksi dan penyesuaian, sehingga hukum Islam dapat tetap relevan
dalam masyarakat yang terus berubah.

2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana pembaharuan hukum Islam sebagai hukum nasional
b. Apa saja tahapan legislasi hukum Islam
c. Bagaimana posisi hukum Islam dalam kerangka hukum nasional dan manifestasi
kongkrit politik hukum Islam

3. Tujuan
a. Untuk memahami pembaharuan hukum Islam
b. Untuk memahami upaya-upaya legislasi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembaharuan Hukum Islam


Secara garis besarnya, hukum Islam meliputi empat bidang, yaitu:
pertama, bidang ibadah, yakni merupakan penataan hubungan antara manusia
dengan Allah swt. Kedua, bidang munakahat, merupakan penataan
hubungan antara manusia dengan lingkungan keluarga. Ketiga, bidang
muamalah, merupakan penataan hubungan antara manusia dengan
pergaulan hidup masyarakat.4Sedangkan menurut A. Jazuli, hukum
Islam meliputi: bidang ibadah, bidang ahwal al-Syakhsiyyah
(perkawinan, kewarisan, wasiat, dan wakaf), bidang muamalah (dalam arti
sempit), bidang jinayah, bidang aqdhiyyah (peradilan), dan bidang
siyasah (dusturiyah, maliyah,dan dauliyah). Pembidangan hukum Islam
tersebut, sejalan dengan perkembangan pranata sosial, sebagai norma
yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam kehidupan
individual dan kolektif. Oleh karena itu, semakin beragam kehidupan
manusia dan semakin beragam pranata sosial, maka semakin berkembang
pula pemikiran ulama dan pembidangan hukum Islam pun mengalami
perkembangan. Hal itu menunjukkan, terdapat korelasi positif antara
perkembangan pranata sosial dengan pemikiran ulama secara sistematis.
Atau sebaliknya, penyebarluasan produk pemikiran ulama yang mengacu
kepada firman Allah melahirkan berbagai pranata sosial.
Hukum Islam yang termaktub di dalam ayat-ayat ahkam, hadis-
hadis ahkam, dan terutama di dalam kitab-kitab fikih dipahami terus
mengalami perkembangan. Dalam proses pengembangan, hukum Islam
mengalami internalisasi ke dalam berbagai pranata sosial yang tersedia
di dalam masyarakat. Terjadi proses alokasi hukum Islam dalam dimensi
syari’ah ke dalam pranata sosial, menjadi landasan dan memberi makna serta
arah dalam kehidupan masyarakat Islam Indonesia. Hasil dari proses
pengembangan hukum Islam yang terjadi dalam rentan waktu berabad-abad,
berkembang berbagai pranata sosial yang bercorak keislaman.
Hukum Islam dalam bentuk ini adalah hukum Islam yang telah
menjadi hukum nasional Indonesia, karena hukum Islam tersebut telah
terserap di dalamnya, baik secara utuh, maupun dalam bentuk parsial. Hal ini
terjadi, tentunya setelah terlebih dahulu melalui proses legalisasi hukum
nasional sesuai dengan prosedurnya, dengan prangkat yang ada.
Sejalan dengan hal tersebut, maka hukum Islam dalam bentuk ini akan
diatur dengan pasal-pasal, dan ayat-ayat, ciri khas fiqhnya telah hilang, dan
identitasnya tidak disebut lagi dengan hukum Islam tetapi hukum nasional,
karena dia telah diatur oleh salah satu sumber hukum formal. Dengan hal ini,
hukum Islam tersebut akan dapat dijalankan secara paksa sesuai sifat hukum
positif yang ada padanya.
Hukum-hukum Islam dalam bentuk ini ada dua macam, yaitu:

1. Tidak menggunakan lebel Islam sama sekali

Sebagaimana hal nya dengan hukum nasional secara umum, yaitu


bersifat netral, dengan pengertian tidak menunjukkan khas agama dan identitas
kelompok tertentu, maka hukum Islam dalam bentuk ini pun demikian halnya.
Dengan kondisi ini maka bagi orang yang kerap hanyut dengan lebel-lebel
belaka, dan sulit untuk merasakan esensinya, dia akan bisa salah kaprah, dia
tidak menge- tahui bahwa hukum nasional tersebut sebenarnya adalah hukum
Islam. Hal ini terjadi karena keberadaan hukum Islam itu hanya dalam bentuk
ide, bukan dalam bentuk istilah-istilah, dan format penyajian umum yang
dikenal dari kitab-kitab kuning.
Cendikiawan muslim belakangan ini, misalnya Sayuti Thalib
mengatakan bahwa sifat integrasi hukum Islam kepada hukum nasional dalam
bentuk ini dengan teori eksistensialisme, yaitu meskipun bentuk hukum Islam
itu tidak terlihat secara jelas, tetapi eksistensinya ada dalam hukum nasional.
Keberadaan hukum Islam seperti ini sering dilukiskan dengan
secangkir air yang terlihat putih bersih seperti air putih pada umumnya, tetapi
ternyata rasanya manis. Artinya, Islam tidak ditampilkan dalam spanduk-
spanduk dan propaganda belaka, meskipun esensinya jelas ada, dia
dimodifikasi dalam bentuk yang netral, karena dia teerserap dalam hukum
nasional secara umum. Dengan demikian esensi ajaran Islam ini diamalkan
sebagai mana mestinya.
Bila seluruh hukum Islam itu dilaksanakan dengan cara seperti
digambarkan di atas maka penulis melihat hal itu telah sama artinya dengan
terlaksananya ide piagam Jakarta dengan tanpa penghapusan tujuh kata dari
padanya tersebut, bahkan telah sama artinya dengan berdirinya negara Islam.
Penulis mempunyai prinsip bahwa Islam itu penting untuk diamalkan, dan
bukan untuk dipamer-pamerkan. Karenanya sikap seperti ini telah cukup
bijaksana.
Di negara seperti Indonesia yang bervariasi agama dan aliran
kepercayaan, di mana terjadi tarik-menarik kepentingan untuk mengisi dan
membangun negara tercinta ini, mulai dari menuangkan ideologi dalam
mewarnai dasar negara, sampai kepada kebijakan teknis yang sifatnya
insidentil seperti telah terjadi dari awal pendirian negara RI. sampai sekarang
ini, bahkan diperkirakan sampai masa-masa mendatang, Penulis melihat
bahwa perjuangan Islam akan lebih mulus dengan memilih teori penerapan
hukum eksistensialisme tersebut. Dengan hal ini kemungkinan Islam
senantiasa dicurigai akan semakin terkurangi.

2. Menggunakan lebel Islam

Belakangan ini telah lahir hukum Islam Indonesia dengan sikap secara
langsung menyebutkan dirinya dengan "hukum Islam Indo- nesia", yaitu
Kompilasi Hukum Islam Indonesia, yang disingkat dengan KHI, yang diatur
dengan INPRES No.1 Tahun 1991, dan Kep. Menag. No. 154 Tahun 1991,
yang tediri dari 3 buku, 30 bab, dan 229 pasal. Seluruh hal ini diperuntukkan,
dan diber- lakukan khusus bagi umat Islam Indonesia. Ini adalah satu-satunya
contoh dari hukum Islam Indonesia yang secara langsung melebelan dirinya
dengan hukum Islam Indonesia.
Kehadiran KHI tersebut telah lahir dari upaya panjang, dan kerja keras
umat Islam Indonesia, karena ide pembentukannya telah dimulai sejak tahun
1970-an, dan berhasil merumuskan, melakukan lobi, serta mengatasi
kendalanya dengan berbagai pendekatan. Dengan berbagai sepak terjang yang
dilakukan, akhirnya lahirlah KHI dengan wajah seperti yang telah dapat kita
saksikan sekarang ini.
Mengamati isi dari KHI tersebut ternyata memang ada diantaranya
yang bermuatan pembaharuan seperti pengertian pembaharuan yang telah
dikemukakan, di antaranya adalah ketentuan ahli waris pengganti, di mana hal
ini belum dikenal sebelumnya sama sekali dalam kajian keislaman. Meskipun
pernah ada hal sejenis, seperti wasiat wajibahnya Ibn Hazm, dan Qanun
berbagai negara seperti, Mesir, Syiria, Maghribi, Kuwait, Libanon, namun hal
itu tetap dipahami berbeda dengan ahli waris pengganti yang ada dalam KHI,
karena wasiat wajibah itu tetap menempatkan mereka sebagai penerima harta
itu dengan status bukan ahli waris, mereka menerima harta karena pewaris
dianggap telah melakukan wasiat bagi mereka, di mana pihak yang
berwewenang wajib mengeluarkan sebahagian dari harta itu kepada mereka
dengan jalan wasiat. Berbeda halnya dengan KHI yang menempatkan
penerima harta itu secara langsung dengan status ahli waris yang memperoleh
bahagian yang sudah tertetu jumlahnya (ahli fardhu). Hal ini menunjukkan
bahwa ahli waris pengganti itu adalah merupakan salah satu dari contoh
Pembaharuan hukum Islam Indonesia.

B. Tahapan dan Urgensi Legislasi Hukum Islam


Dalam Faruqi’s Law Dictionary, kata legislasi dimaknai dengan
yasyra’u, yakni mengundangkan, disebut juga qanunan, taqninan, atau
tasyri’an.37 Istilah ini dalam Kamus Edisi Lengkap: Bahasa Belanda,
Indonesia, Inggris, sering disebut dengan “Wet Geving” yaitu perundang-
undangan.38
Dalam buku Ensiklopedi Hukum Islam, hukum berarti menetapkan
sesuatu atas sesuatu atau meniadakannya.39 Sementara dalam A Dictionary of
Law dijelaskan tentang pengertian hukum sebagai "Law is the enforceable
body of rules that govern any society or one of the rules making up the body
of law, such as Act of Parliament."40 (Hukum adalah suatu kumpulan aturan
yang dapat dilaksanakan untuk mengatur/memerintah masyarakat atau aturan
apa pun yang dibuat sebagai suatu aturan hukum seperti tindakan dari
Parlemen) Bagi kalangan muslim fundamental, jelas yang dimaksudkan
sebagai hukum adalah hukum Islam, yaitu keseluruhan aturan hukum yang
bersumber pada Alquran dan hadist, untuk kurun zaman tertentu lebih
dikonkretkan oleh Nabi Muhammad dalam tingkah laku Beliau, yang lazim
disebut Sunnah Rasul.Pada dasarnya proses pembentukan peraturan
perundang-undangan di Indonesia menerapkan teori legislasi melalui beberapa
tahapan yang apabila diringkas sebagai berikut:
1) Tahap perencanaan
Berdasarkan Peraturan Presiden no 61 Th 2005 tentang tata cara
penyusunan dan pengelolaan program legislasi nasional.
2) Tahap penyiapan Rancangan Undang-undang
Berdasarkan Peraturan Presiden no 68 Tahun 2005 tentang Tata cara
mempersiapkan rancangan undang-undang. Rancangan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang- undang, Rancangan Peraturan
pemerintah dan Rancangan Peraturan Presdien.
3) Tahap Pembahasan di DPR
Berdasarkan keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia No 08/DPR/RI/2005-2006 tentang Peraturan Tata Tertib
Dewan Perwakilan Rakyat Reoublik Indonesia.
4) Tahap Pengesahan
Berdasarkan UU No 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang- undangan dan Peraturan Presiden No 1 Tahun 2007
tentang Pengesahan, Pengundangan, dan Penyebarluasan Peraturan
perundang-undangan
5) Tahap Pengundangan
Berdasarkan UU No 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang- undangan dan Peraturan Presiden No 1 Tahun 2007
tentang Pengesahan, Pengundangan, dan Penyebarluasan Peraturan
perundang-undangan
Pengadaptasian teori legislasi dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan diharapkan dapat meningkatkan kualitas dari produk
hukum yang dibuat oleh lembaga berwenang. Selain itu, apabila tahapan yang
ada dilakukan dengan baik oleh semua lembaga terkait otomatis akan
memberikan keseimbangan sosial bagi Indonesia dan kepastian hukum bagi
masyarakat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai