Edi Gunawan
Dosen Tetap di Intitut Agama Islam Negeri Manado, Sulawesi Utara
Abstract: This paper highlights the concept of Islamic law in Indonesia that has grown with various social processes,
but do not rule out the methods that are very concerned about the interests of local (local culture of Indonesian people).
The concept of Islamic legal reformation in Indonesia is mostly done through the results of judges’ijtihad and scientific
studies in al-ahwal al-Syakhsiyah and Islamic economics field. The factors that cause the occurrence of legal reformation,
as follow: the changing conditions, situation, place, and time, to fill the legal vacuum because the norms contained in the
books of fiqh is not set, while the public demand for new law problem is very urgent for apply, the influence of economic
globalization and science and technology.
Abstrak: Tulisan ini menyoroti mengenai konsep hukum Islam di Indonesia yang telah berkembang
dengan berbagai proses sosial yang terjadi, namun tidak mengesampingkan metode-metode yang sangat
memperhatikan kepentingan lokal (budaya lokal masyarakat Indonesia). Konsep pembaruan hukum
Islam di Indonesia banyak dilakukan melalui hasil ijtihad para hakim dan kajian ilmiah dalam bidang al-
ahwal al- Syakhsiyah dan ekonomi Islam. Faktor-faktor penyebab terjadinya pembaruan hukum, antara
lain: adanya perubahan kondisi, situasi, tempat, dan waktu,untuk mengisi kekosongan hukum karena
norma-norma yang terdapat dalam kitab-kitab fikih tidak mengaturnya, sedangkan kebutuhan
masyarakat terhadap hukum masalah baru sangat mendesak untuk diterapkan, pengaruh globalisasi
ekonomi dan IPTEK.
Pendahuluan
Sebagai negara yang mayoritas penduduknya Demikian juga pada masa selanjutnya
beragama Islam, makaHukum Islam merupakan (sepertimasa tabi’in dan masa tabi’ut tabiin).
salah satu hukum yang hidup (living law) dan bagian Pengambilan dasar hukum terhadap teks normatif
dari tiga sistem hukum (hukum Islam, hukum yang bersifat sakral tersebut sebagai konsideran
Barat dan hukum adat) yang ada di Indonesia. tidak lagi bersifat sederhana jika tidak dibilang
Nilai ataupun norma agama akan hadir bersamaan begitu kompleks. Dialektika antara teks dan
dengan hadirnya agama tersebut. konteks tersebut berujung pada keberagaman
Pada masa awal Islam (masa Rasulullah), kesimpulan premis yang dilontarkan oleh para
pengejawantahan hukum dalam ranah aplikatif ahli hukum disetiap masa dan tempat yang
berdialektika dengan realitas sosial tidaklah berbeda. Realitas historis ini pada tahap
mengalami kendala apapun. Hal ini karena selanjutnya menciptakan berbagai paham dari
umat pada waktu itu bisa langsung para ahli hukum yang mengkristal menjadi
menanyakannya kepada Rasulullah sebagai berbagai kelompok aliran yang dikenal dengan
pemegang otoritas yang bisa menginterpretasikan istilah mazhab.
wahyu Tuhan yang sakral itu. Namun setelah Indonesia bukanlah berbentuk negara Islam,
wafatnya beliau (Rasulullah), para sahabat akan tetapi sebuah negara yang berbentuk negara
menghadapi berbagai persoalan baru dan lebih kesatuan republik yang tidak memberi ruang
kompleks. Hal ini disebabkan disamping semakin secara penuhkepada umat Islam untuk
bertambahnya orang yang memeluk Islam juga mengejawantahkan dasar dan tata hukumnya
ekspansi wilayah yang terlampau luas sehingga kepada sumber-sumber hukum Islam secara
terkumpul realitas sosial budaya masyarakat yang menyeluruh. Demikian juga halnya pada umat
heterogen. penganut agama lain seperti Kristen, Hindu,
Budha dan lainnya. Akan tetapi, disisi lain
secara formal legalistik negara juga tidak
sepenuhnya menutup mata dan menghalangi
78 SYARIAH Jurnal Hukum dan Pemikiran, Volume 16, Nomor 1, Juni 2016, hlm. 77 -
umat Islam untuk melaksanakan hukum Islam. Islam merupakan sebagai bagian dari pembaruan
Sehingga disamping mempunyai landasan dogmatis perumusan hukum Islam di Indonesia. Hal itu bisa
pada tataran teologis, keberadaan hukum Islam dikatakan sebagai tindakan antisipatif terhadap
juga didukung oleh umatnya dan untuk sebagian perkembangan kebutuhan hukum Islam yang akan
mempunyai landasan formal dari tata aturan diterapkan kepada masyarakat Indonesia yang
perundang-undangan yang terdapat di Negara memiliki karakteristik yang sangat plural dalam
Republik Indonesia. hal suku dan budaya yang sangat berbeda kondisi
Hukum Islam di Indonesia telah berkembang sosialnya dengan umat Islam di wilayah Timur
selama belasan abad lamanya dengan proses sosial Tengah, di mana munculnya para ahli fikih dan
yang terjadi, namun tidak mengesampingkan tempat dirumuskannya fikih.
metode- metode yang sangat memperhatikan Menurut Hasballah Thaib, perkembangan
kepentingan lokal (budaya lokal masyarakat hukum Islam di Indonesia agak lamban
Indonesia). Tidak mengherankan jika para perkembangannya dibandingkan dengan negara-
cendekiawan (intelektual) muslim Indonesia mulai negara Islam di Timur Tengah dan Afrika
dari zaman dulu sampai saat ini terus Utara. Keterlambatan ini disebabkan oleh
memperjuangkan hukum Islam yang selalu sesuai beberapa faktor, yaitu pertama, masih kuat
dengan sosio kultur bangsa Indonesia. Oleh anggapan bahwa taqlid (mengikuti pendapat ulama
karenanya, hukum Islam merupakan salah satu dahulu) dianggap masih cukup untuk menjawab
bagian dari lembaga kemasyarakatan fungsional persoalan kontemporer, di samping banyak
yang berhubungan dan saling mempengaruhi ulama merasa lebih aman mengikuti pendapat
dengan lembaga kemasyarakatan lainnya. ulama terdahulu daripada mengikuti pendapat
Hubungan antara struktur sosial dengan hukum orang banyak, tetapi was-was untuk salah;
memberikan pengertian yang lebih kedua, hukum Islam di Indonesia dalam
mendalam mengenai lingkungan sosio kultur konteks sosial politik masa kini selalu
dimana hukum berlaku di masyarakat1. mengundang polemik berada pada titik tengah
Hukum Islam sebagai hukum yang hidup antara paradigma agama dan paradigma negara.
di Indonesia, maka dinamisasi hukum Islam di Bila dianggap sebagai paradigma negara, hukum
Indonesia pastilah akan berpengaruh terhadap Islam harus siap menghadapi masyarakat yang
proses perkembangan maupun interaksi sosial. plural; ketiga,persepsi sebagian masyarakat yang
Begitu juga dengan status sosial, dikarenakan mengidentikkan fiqih sebagai hasil kerja intelektual
norma yang terserap hasil dari interaksi antara agama yang kebenarannya relatif dengan syariat
agama dengan masyarakat tersebut memunculkan yang merupakan produk Allah dan bersifat
implikasi terhadap proses sosial yang terjadi di absolut2.
Indonesia. Oleh karena itu, penerapan hukum Pertimbangan bahwa zaman sekarang sangat
Islam di Indonesia sangat dipengaruhi oleh jauh berbeda dengan zaman di mana banyak imam
kondisi sosial masyarakat di mana hukum itu mazhab dan fuqaha yang berijtihad terhadap
akan diterapkan. permasalahan yang terjadi pada saat itu, namun
Dinamika pembaruan hukum Islam di sebagian sudah tidak lagi relevan dengan putusan-
Indonesia telah mewarnai sejarah umat Islam di putusan hukum saat ini. Maka, pada saat sekarang
Indonesia. Gagasan pembaruan dalam hukum ini mutlak perlu diadakan pembaruan hukum
Islam muncul diakibatkan terjadinya kesenjangan Islam dengan ijtihad dan pemikiran baru untuk
antara materi hukum, terutama hukum Islam dapat menjawab segala permaslahan hukum Islam
yang berkaitan dengan fikih dengan kondisi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Islam.
sosial masyarakat Indonesia saat ini. Upaya hukum Islam harus memberikan solusi terhadap
mewujudkan pembaruan tersebut dilakukan dalam persoalan- persoalan yang menjadi kebutuhan
bentuk modifikasi, kodifikasi, maupun kompilasi, masyarakat masa kini, khususnya di Indonesia.
khususnya yang berkaitan dengan hukum Pengertian Pembaruan Hukum Islam
keluarga. Di Indonesia, pembentukan Undang- Pembaruan berasal dari kata baru dengan
Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan mengedepankan awalan -pe dan akhiran -an.
dan Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 Dalam
tentang Kompilasi Hukum Islam, menurut
sebagian ahli hukum 2
Hasballah Thaib, Tajdid Reaktualisasi dan Elastisitas Hukum
Islam, makalah disampaikan pada acara seminar para
1
http//Dinamika-hukum-Islam-Indonesia.com. diakses Hakim dan Panitera Peradilan Agama se-Sumatera
pada tanggal 15April 2015 Utara di Medan tanggal 12 Juni 2002, h. 12
Edi Gunawan, Peranan Pengadilan Agama dalam Pembaruan Hukum Islam di Indonesia
bahasa Indonesia, kata baru mengandung atau menggantinya dengan yang baru. Sebagai
beberapa arti, antara lain, belum pernah ada konkret, bila ingin mentajdid (memperbarui) suatu
sebelumnya, belum pernah didengar sebelumnya, bangunan tua, berarti kita membiarkan substansi,
belum pernah dipakai, permulaan, segar, dan ciri-ciri, bentukan dan karakteristik bangunan itu.
modern3. Dari semua arti tersebut, memiliki Kita hanya memperbaiki yang rusak, menghiasinya
kedekatan makna. Sebab sesuatu yang baru berarti kembali, menambal yang kurang, memperindah
belum ada sebelumnya. Karena belum pernah bagian yang sudah lumat. Jadi, memperbarui
ada, maka belum pernah dipakai, sehingga jika bangunan bukan menghancurkannya lantas diganti
ada sesuatu yang baru, boleh dianggap sebagai dengan bangunan baru yang berbeda. Demikian
suatu permulaan. Kemudian dalam Kamus Besar pula tajdiddud din bukan bermakna mengubah
Bahasa Indonesia itu disebutkan pula, memperbarui din, tetapi mengembalikannya menjadi seperti
berarti memperbaiki supaya menjadi baru, dalam era Rasulullah saw., para sahabat, dan
mengulang sekali lagi, memulai lagi, mengganti tabi’in9.
dengan yang baru, dan memodernkan. Sedangkan Menurut Abdul Manan, pembaruan hukum
pembaruan artinya proses, perbuatan dan cara Islam adalah upaya dan perbuatan melalui proses
memperbarui4. tertentu dengan penuh kesungguhan yang
Istilah-istilah lain yang dianggap sepadan dilakukan oleh mereka yang mempunyai
atau sering digunakan dalam konteks pembaruan kompetensi dan otoritas dalam pengembangan
adalah “tajdîd5dan reformasi6. Menurut Harun hukum Islam (mujtahid) dengan cara-cara yang
Nasution, pembaruan dalam Islam diperlukan telah ditentukan berdasarkan kaidah-kaidah
untuk menyesuaikan paham-paham keagamaan istinbath hukum yang dibenarkan sehingga
Islam dengan perkembangan baru yang menjadikan hukum Islam dapat tampil lebih
ditimbulkan akibat kemajuan ilmu pengetahuan segar dan modern, tidak ketinggalan zaman,
dan teknologi modern7. inilah yang dalam istilah ushul fikih dikenal
Menurut Yusuf al-Qardhawi yang dikutip dengan “ijtihad”10. Oleh karena itu, pembaruan
oleh Abdul Manan, yang dimaksud dengan tajdid hukum Islam yang dilakukan oleh mereka yang
adalah berupaya mengembalikannya pada keadaan tidak memiliki otoritas dan kompetensi dalam
semula sehingga ia tampil seakan barang baru 8. pengembangan hukum Islam (tidak memiliki
Hal itu dengan cara memperkokoh sesuatu yang syarat-syarat sebagai seorang mujtahid), atau tidak
lemah, memperbaiki yang usang dan menambal dilakukan berdasarkan sistem dan kaidah-kaidah
kegiatan yang retak sehingga kembali mendekat yang benar dalam menentukan hukum, maka hal
pada bentuk yang pertama. Dengan kata lain, itu tidak dapat dikatakan sebagai pembaruan
tajdid bukan merombak bentuk yang pertama hukum Islam.
Pembaruan hukum Islam yang dimaksud
3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar
Bahasa Indonesia(Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 96 oleh pemakalah dalam tulisan ini adalah
4
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar pengembangan dan pembaruan hukum yang
Bahasa Indonesia, h. 96 dilakukan dengan menggunakan sistem dan
5
Tajdîd merupakan bentuk masdar dari kata jaddada- kaidah yang benar dalam menetapkan (instinbath)
yujaddidu-tajdîdan. Jaddada-yujaddidu artinya memperbarui. hukum suatu perbuatan, baik karena perbuatan
6
Reformasi berasal dari Bahasa Inggris “reformation” tersebut telah memiliki ketetapan hukum akan
yang berarti membentuk atau menyusun kembali. Jhon
Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Cet.
tetapi sulit diterapkan karena perbedaan zaman
XX; Jakarta: PT. Gramedia, 1992), 437. Reformasi dan kondisi sosial, maupun perbuatan yang
juga bisa berarti perubahan secara radikal untuk belum memiliki ketentuan hukum. Maka harus
perbaikan (bidang sosial, politik, dan agama) tanpa ditetapkan sesegara mungkin baik itu dengan
kekerasan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, pengembangan hukum maupun pembaruan
Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 826. hukum dari ketentuan hukum yang telah ada.
7
Harun Nasution, Pembaruan dalam Islam: Sejarah Pemikiran
dan Gerakan (Cet. XII; Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h.
11-12. Ijtihad sebagai Metode Pembaruan Hukum
8
Lihat Yusuf al-Qardhâwi, Min Ajli Shahwatin Râsyidah Islam
Pemikiran ijtihad dalam pembaruan hukum
Islam meliputi dua hal: pertama, ketegasan agama
dalam menyebutkan suatu persoalan adalah
Tujaddidud-din, Terjemahan Nabhani Idris, Fiqh Tajdîd
dan Shahwah Islamîyah (Jakarta: Islamuna Pers, 1997), h. 9
Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, h. 150.
28-29. 10
Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, h. 152.
80 SYARIAH Jurnal Hukum dan Pemikiran, Volume 16, Nomor 1, Juni 2016, hlm. 77 -
perlu ada aturan hukum yang mengaturnya, dihadapi umat semakin rumit bahkan bisa
terutama masalah-masalah yang belum ada aturan dikatakan sangat kompleks, maka seyogyanyalah
hukumnya. Ketiga, pengaruh reformasi dalam orang-orang ataupun kelompok yang memiliki
berbagai bidang yang memberikan peluang kepada kapabilitas untuk melakukan ijtihad dalam rangka
hukum Islam untuk bahan acuan dalam membuat pembaruan hukum Islam. Hendaknya ijtihad
hukum nasional. Keempat, pengaruh pembaruan dilakukan secara kolektif serta menggunakan
pemikiran hukum Islam yang dilaksanakan oleh berbagai disiplin ilmu yang relevan dengan
para mujtahid baik tingkat nasisonal maupun tingkat permasalahan yang sedang dihadapi. Oleh karena
internasional, terutama hal-hal yang menyangkut itu, pemerintah dan ulama harus lebih
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi14. responsive dan antisipatif terhadap berbagai
Menurut Abdul Manan, Hak dan permasalahan-permasalahan sosial keagamaan yang
kewajiban melakukan pembaruan hukum mungkin dihadapai oleh masyarakat (umat Islam).
Islam adalah pemerintah, dan umat Islam Imam Syaukani mengatakan, bahwa hukum
wajib menantinya sepanjang tidak bertentangan Islam sebagai satu pranata sosial memiliki dua
dengan prinsip- prinsip Alquran dan Sunah. fungsi: pertama, sebagai control sosial (social control);
Para cendekiawan muslim diharapkan dapat dan kedua, sebagai nilai baru dan proses
memperbarui hukum Islam dengan melakukani perubahan sosial (social change)16. Fungsi dari hukum
jtihad, baik secara individual maupun kolektif Islam yang pertama adalah sebagai sosial
(seperti MUI, NU, Muhammadiyah, dan control terhadap masyarakat, sehingga masyarakat
sebagainya)15. Dari beberapa ormas-ormas Islam dalam bertindak, menjadikan hukum Islam
dan lembaga-lembaga yang memiliki sebagai pedoman agar tidak keluar dari rel-rel
kewenangan dan kemampuan untuk melakukan syariah. Sedangkan yang kedua hukum Islam
ijtihad, diharapkan agar lebih responsive terhadap sebagai produk sejarah yang dalam batas-batas
permasalahan-permasalahan yang terjadi di tertentu diletakkan sebagai justifikasi terhadap
masyarakat akibat adanya kemajuan ilmu tuntutan perubahan sosial, budaya, dan politik.
pengetahuan dan teknologi. Karena permasalahan- Oleh karena itu, hukum Islam dituntut untuk
permasalahan sosial keagamaan di masyarakat yang akomodatif terhadap persoalan umat tanpa
kehilangan prinsip-prinsip dasarnya.
14
Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam, h. 154. Sedangkan
menurut Zaenuddin Nasution, pembaruan hukum Sebab kalau tidak, mungkin saja hukum Islam
Islam disebabkan karena adanya perubahan kondisi, akan mengalami kemandulan fungsi.
situasi, tempat, dan waktu sebagai akibat dari faktor- Noel J. Coulson, seperti dikutip oleh Amir
faktor tersebut. Perubahan adalah sejalan dengan teori Mu'alim dan Yusdani dalam buku Konfigurasi
qaul qadim dan qaul jadid yang dikemukakan oleh Imam Pemikiran Hukum Islam, menyatakan bahwa
Syafî’i. Zaenuddin Nasution, Pembaruan Hukum Islam
pembaruan hukum Islam menampakkan diri
dalam Mzahab Syafî’i (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2001), h. 243-246. Lihat juga Ahmad Nakhrowi Abdul dalam empat bentuk, yakni:
Salam, Imam Syafî’i Mazhab Qadim Wal Jadid, Disertasi 1. Kodifikasi (yaitu pengelompokan hukum yang
pada Universitas Al-Azhar Cairo, tidak dipublikasikan, sejenis kedalam kitab undang-undang) hukum
1994, h. 30-32. Hukum dapat berubah disebabkan Islam menjadi hukum perundang-undangan
karena berubahnya dalil hukum yang dipergunakan negara, yang disebut sebagai doktrin siyasah;
dalam menetapkan hukum peristiwa baru untuk
melaksanakan maqâsid. Karena hasil ijtihad bersifat 2. Tidak terikatnya umat Islam pada hanya satu
relatif, maka perubahan hukum harus menjadi mazhab hukum tertentu, yang disebut sebagai
perhatian karena bisa saja peristiwa pada tempat yang doktrin takhayyur (seleksi) yaitu mendapat nama
berbeda bisa juga memiliki hukum yang berbeda. yang paling dominan dalam masyarakat;
Sehingga kebenaran perlu didekatkan sedekat
3. Perkembangan hukum dalam mengantisipasi
mungkin. Oleh karena itu, ijtihad
perkembangan peristiwa hukum yang baru
sebagai metode dalam penemuan hukum harus terus
berlangsung karena setiap perkara baru harus segera 16
Imam Syaukani, Rekonstruksi Epistemologi Hukum Islam
ditentukan hukumnya yang bersifat baru pula. Menurut Indonesia, h. 22. Bandingkan dengan Mochtar Kusuma
sebagian ahli bahwa ijtihad tidak akan pernah Atmadja, Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum
tertutup karena peristiwa baru akan selalu Nasional (Bandung: Putra A. Bardin, 2000) dan Mochtar
bermunculan yang membutuhkan untuk segera Kusuma Atmadja, Pembinaan Hukum dalam Rangka
ditetapkan hukumnya agar tidak ketinggalan dengan Pembangunan Nasional (Bandung:Bina cipta, 1986). Selain
zaman. dari dua fungsi tersebut, maka hukum juga berfungsi
15
Abdul Manan, ReformasiHukum Islam di Indonesia, h. 154- sebagai pemberi kesejahteraan kepada masyarakat.
155
82 SYARIAH Jurnal Hukum dan Pemikiran, Volume 16, Nomor 1, Juni 2016, hlm. 77 -
timbul, yang disebut sebagai doktrin tatbiq kritis, sebab tidak mungkin para fuqaha dapat
(penerapan hukum terhadap peristiwa baru); berbicara tentang segala bidang pada zaman
4. Perubahan hukum dari yang lama kepada yang sekarang ini19.
baru disebut doktrin tajdid (reinterpretasi)17. Dalam ruang pembaruan hukum Islam,
Adanya faktor-faktor penyebab terjadinya ijtihad tetap harus dilakukan secara terus menerus
pembaruan hukum Islam, mengakibatkan dan berkesinambungan untuk dapat
munculnya berbagai macam perubahan dalam memberikan solusi hukum terhadap
tatanan sosial umat Islam, baik yang menyangkut permasalahan-permasalahan baru yang muncul,
ideologi, politik, sosial, budaya dan sebagainya. sebab tidak mungkin ijtihad para ulama
faktor-faktor tersebut melahirkan sejumlah terdahulu mampu mencakup sagala hal secara
tantangan baru yang harus dijawab sebagai bagian mendetail mengenai ketentuan-ketentuan hukum
yang tidak terpisahkan dari upaya pembaruan di zaman sekarang ini. Akan tetapi, ijtihad tidak
pemikiran hukum Islam18. Oleh karena itu, dalam boleh keluar dari jalur maslahah dan tetap
mengantisipasi munculnya berbagai permasalahan memperhatikan tujuan syariah (maqashid al-
dalam hukum Islam yang belum memiliki hukum Syari’ah).
yang pasti, maka ijtihad tetap haru berlangsung
dan dilakukan oleh orang-orang yang memiliki Perkembangan Pengadilan Agama dalam
kemampuan dan wewenang dalam berijtihad, Politik Hukum Nasional
sehingga mampu memberikan solusi terhadap Dalam masa kurang lebih 15 tahun, yakni
permasalahan-permasalahan baru yang muncul. menjelang disahkannya Undang-Undang No.1
Untuk mengantisipasi faktor-faktor Tahun 1974 tentang perkawinan sampai
penyebab tidak terjawabnya berbagai permasalahan menjelanh lahirnya Undang-Undang No.7
baru dalam hukum Islam, maka Abdul Manan Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Terdapat
menawarkan langkah-langkah sebagai berikut: dua hal yang sangat penting dalam perjalanan
1. Mengadakan kajian secara komprehensif perkembangan peradilan agama di Indonesia.
terhadap seluruh tradisi Islam, baik yang Pertama, proses lahirnya Undang-Undang No.1
bersifat fenomena tradisional maupun Islam Tahun 1974 tentang Perkawinan dengan
modernis dalam berbagai aspek; peraturan pelaksanaannya PP No.9 Tahun 1975,
2. Menggunakan kajian ilmiah kontemporer kedua lahirnya Peraturan Pemerintah No.28
tanpa mengabaikan khazanah intelektual Islam Tahun 1977 tentang perwakafan yang telah
klasik; diperbaharui dengan Undang-Undang No.41
3. Memasukkan masalah kekinian ke dalam Tahun 2004 tentang wakaf.
pertimbangan pada saat mengintrepetasikan Lahirnya Undang-Undang No.1 Tahun 1974
Alquran dan Sunnah; tentang Perkawinan yang berlaku bagi semua
warga negara RI tanggal 2 Januari 1974 untuk
4. Mengembangkan fikih Islam dengan cara
sebagian besar telah memenuhi tuntutan
memfungsikan kembali ijtihad baik individual
masyarakat Indonesia. Tuntutan ini telah
maupun kolektif sehingga dapat menghasilkan
dikumandangkan sejak Kongres Perempuan
materi hukum yang sesuai dengan
Indonesia pertama tahun 1928 yang kemudian
modernisasi yang sekarang sedang berjalan
dikedepankan dalam kesempatan-kesempatan
dalam masyarakat Islam;
lainnya, berupa harapan perbaikan kedudukan
5. Menyatukan pendapat di antara mazhab- wanita dalam perkawinan. Perbaikan yang
mazhab tentang berbagai masalah hukum didambakan itu terutama bagi golongan
yang serupa dan sama demi kepastian hukum “Indonesia asli” yang beragama Islam di mana
dan ini dapat dilaksanakan jika semua pihak hak dan kewajibannya dalam perkawinan tidak
memandang bahwa fikih sebagai suatu diatur dalam hukum yang tertulis. Hukum
kesatuan yang utuh; perkawinan orang Indonesia asli beragama Islam
6. Zaman modern dikenal dengan zaman yang tecantum dalam kitab-kitab fikih, menurut
spesialisasi dan zaman pembidangan secara sistem hukum Indonesia tidaklah dapat
17
Amiur Mu’alim dan Yusdani, Konfigurasi Pemikiran Hukum digolongkan dalam kategori hukum tertulis,
Islam (Yogyakarta: UII Press, 2005), h. 15. karena tidak tertulis dalam peraturan
18
Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, h. 154. pemerintah . 20
19
Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, h. 158-
159.
20
Erfiana Zuhriah, Peradilan Agama Indonesia Seajarah
Edi Gunawan, Peranan Pengadilan Agama dalam Pembaruan Hukum Islam di Indonesia
Pemikiran dan Realita, h. 128.
84 SYARIAH Jurnal Hukum dan Pemikiran, Volume 16, Nomor 1, Juni 2016, hlm. 77 -