Anda di halaman 1dari 11

Edi Gunawan, Peranan Pengadilan Agama dalam Pembaruan Hukum Islam di Indonesia 77

PERANAN PENGADILAN AGAMA DALAM PEMBARUAN HUKUM ISLAM


DI INDONESIA

Edi Gunawan
Dosen Tetap di Intitut Agama Islam Negeri Manado, Sulawesi Utara

Abstract: This paper highlights the concept of Islamic law in Indonesia that has grown with various social processes,
but do not rule out the methods that are very concerned about the interests of local (local culture of Indonesian people).
The concept of Islamic legal reformation in Indonesia is mostly done through the results of judges’ijtihad and scientific
studies in al-ahwal al-Syakhsiyah and Islamic economics field. The factors that cause the occurrence of legal reformation,
as follow: the changing conditions, situation, place, and time, to fill the legal vacuum because the norms contained in the
books of fiqh is not set, while the public demand for new law problem is very urgent for apply, the influence of economic
globalization and science and technology.

Abstrak: Tulisan ini menyoroti mengenai konsep hukum Islam di Indonesia yang telah berkembang
dengan berbagai proses sosial yang terjadi, namun tidak mengesampingkan metode-metode yang sangat
memperhatikan kepentingan lokal (budaya lokal masyarakat Indonesia). Konsep pembaruan hukum
Islam di Indonesia banyak dilakukan melalui hasil ijtihad para hakim dan kajian ilmiah dalam bidang al-
ahwal al- Syakhsiyah dan ekonomi Islam. Faktor-faktor penyebab terjadinya pembaruan hukum, antara
lain: adanya perubahan kondisi, situasi, tempat, dan waktu,untuk mengisi kekosongan hukum karena
norma-norma yang terdapat dalam kitab-kitab fikih tidak mengaturnya, sedangkan kebutuhan
masyarakat terhadap hukum masalah baru sangat mendesak untuk diterapkan, pengaruh globalisasi
ekonomi dan IPTEK.

Pendahuluan
Sebagai negara yang mayoritas penduduknya Demikian juga pada masa selanjutnya
beragama Islam, makaHukum Islam merupakan (sepertimasa tabi’in dan masa tabi’ut tabiin).
salah satu hukum yang hidup (living law) dan bagian Pengambilan dasar hukum terhadap teks normatif
dari tiga sistem hukum (hukum Islam, hukum yang bersifat sakral tersebut sebagai konsideran
Barat dan hukum adat) yang ada di Indonesia. tidak lagi bersifat sederhana jika tidak dibilang
Nilai ataupun norma agama akan hadir bersamaan begitu kompleks. Dialektika antara teks dan
dengan hadirnya agama tersebut. konteks tersebut berujung pada keberagaman
Pada masa awal Islam (masa Rasulullah), kesimpulan premis yang dilontarkan oleh para
pengejawantahan hukum dalam ranah aplikatif ahli hukum disetiap masa dan tempat yang
berdialektika dengan realitas sosial tidaklah berbeda. Realitas historis ini pada tahap
mengalami kendala apapun. Hal ini karena selanjutnya menciptakan berbagai paham dari
umat pada waktu itu bisa langsung para ahli hukum yang mengkristal menjadi
menanyakannya kepada Rasulullah sebagai berbagai kelompok aliran yang dikenal dengan
pemegang otoritas yang bisa menginterpretasikan istilah mazhab.
wahyu Tuhan yang sakral itu. Namun setelah Indonesia bukanlah berbentuk negara Islam,
wafatnya beliau (Rasulullah), para sahabat akan tetapi sebuah negara yang berbentuk negara
menghadapi berbagai persoalan baru dan lebih kesatuan republik yang tidak memberi ruang
kompleks. Hal ini disebabkan disamping semakin secara penuhkepada umat Islam untuk
bertambahnya orang yang memeluk Islam juga mengejawantahkan dasar dan tata hukumnya
ekspansi wilayah yang terlampau luas sehingga kepada sumber-sumber hukum Islam secara
terkumpul realitas sosial budaya masyarakat yang menyeluruh. Demikian juga halnya pada umat
heterogen. penganut agama lain seperti Kristen, Hindu,
Budha dan lainnya. Akan tetapi, disisi lain
secara formal legalistik negara juga tidak
sepenuhnya menutup mata dan menghalangi
78 SYARIAH Jurnal Hukum dan Pemikiran, Volume 16, Nomor 1, Juni 2016, hlm. 77 -

umat Islam untuk melaksanakan hukum Islam. Islam merupakan sebagai bagian dari pembaruan
Sehingga disamping mempunyai landasan dogmatis perumusan hukum Islam di Indonesia. Hal itu bisa
pada tataran teologis, keberadaan hukum Islam dikatakan sebagai tindakan antisipatif terhadap
juga didukung oleh umatnya dan untuk sebagian perkembangan kebutuhan hukum Islam yang akan
mempunyai landasan formal dari tata aturan diterapkan kepada masyarakat Indonesia yang
perundang-undangan yang terdapat di Negara memiliki karakteristik yang sangat plural dalam
Republik Indonesia. hal suku dan budaya yang sangat berbeda kondisi
Hukum Islam di Indonesia telah berkembang sosialnya dengan umat Islam di wilayah Timur
selama belasan abad lamanya dengan proses sosial Tengah, di mana munculnya para ahli fikih dan
yang terjadi, namun tidak mengesampingkan tempat dirumuskannya fikih.
metode- metode yang sangat memperhatikan Menurut Hasballah Thaib, perkembangan
kepentingan lokal (budaya lokal masyarakat hukum Islam di Indonesia agak lamban
Indonesia). Tidak mengherankan jika para perkembangannya dibandingkan dengan negara-
cendekiawan (intelektual) muslim Indonesia mulai negara Islam di Timur Tengah dan Afrika
dari zaman dulu sampai saat ini terus Utara. Keterlambatan ini disebabkan oleh
memperjuangkan hukum Islam yang selalu sesuai beberapa faktor, yaitu pertama, masih kuat
dengan sosio kultur bangsa Indonesia. Oleh anggapan bahwa taqlid (mengikuti pendapat ulama
karenanya, hukum Islam merupakan salah satu dahulu) dianggap masih cukup untuk menjawab
bagian dari lembaga kemasyarakatan fungsional persoalan kontemporer, di samping banyak
yang berhubungan dan saling mempengaruhi ulama merasa lebih aman mengikuti pendapat
dengan lembaga kemasyarakatan lainnya. ulama terdahulu daripada mengikuti pendapat
Hubungan antara struktur sosial dengan hukum orang banyak, tetapi was-was untuk salah;
memberikan pengertian yang lebih kedua, hukum Islam di Indonesia dalam
mendalam mengenai lingkungan sosio kultur konteks sosial politik masa kini selalu
dimana hukum berlaku di masyarakat1. mengundang polemik berada pada titik tengah
Hukum Islam sebagai hukum yang hidup antara paradigma agama dan paradigma negara.
di Indonesia, maka dinamisasi hukum Islam di Bila dianggap sebagai paradigma negara, hukum
Indonesia pastilah akan berpengaruh terhadap Islam harus siap menghadapi masyarakat yang
proses perkembangan maupun interaksi sosial. plural; ketiga,persepsi sebagian masyarakat yang
Begitu juga dengan status sosial, dikarenakan mengidentikkan fiqih sebagai hasil kerja intelektual
norma yang terserap hasil dari interaksi antara agama yang kebenarannya relatif dengan syariat
agama dengan masyarakat tersebut memunculkan yang merupakan produk Allah dan bersifat
implikasi terhadap proses sosial yang terjadi di absolut2.
Indonesia. Oleh karena itu, penerapan hukum Pertimbangan bahwa zaman sekarang sangat
Islam di Indonesia sangat dipengaruhi oleh jauh berbeda dengan zaman di mana banyak imam
kondisi sosial masyarakat di mana hukum itu mazhab dan fuqaha yang berijtihad terhadap
akan diterapkan. permasalahan yang terjadi pada saat itu, namun
Dinamika pembaruan hukum Islam di sebagian sudah tidak lagi relevan dengan putusan-
Indonesia telah mewarnai sejarah umat Islam di putusan hukum saat ini. Maka, pada saat sekarang
Indonesia. Gagasan pembaruan dalam hukum ini mutlak perlu diadakan pembaruan hukum
Islam muncul diakibatkan terjadinya kesenjangan Islam dengan ijtihad dan pemikiran baru untuk
antara materi hukum, terutama hukum Islam dapat menjawab segala permaslahan hukum Islam
yang berkaitan dengan fikih dengan kondisi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Islam.
sosial masyarakat Indonesia saat ini. Upaya hukum Islam harus memberikan solusi terhadap
mewujudkan pembaruan tersebut dilakukan dalam persoalan- persoalan yang menjadi kebutuhan
bentuk modifikasi, kodifikasi, maupun kompilasi, masyarakat masa kini, khususnya di Indonesia.
khususnya yang berkaitan dengan hukum Pengertian Pembaruan Hukum Islam
keluarga. Di Indonesia, pembentukan Undang- Pembaruan berasal dari kata baru dengan
Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan mengedepankan awalan -pe dan akhiran -an.
dan Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 Dalam
tentang Kompilasi Hukum Islam, menurut
sebagian ahli hukum 2
Hasballah Thaib, Tajdid Reaktualisasi dan Elastisitas Hukum
Islam, makalah disampaikan pada acara seminar para
1
http//Dinamika-hukum-Islam-Indonesia.com. diakses Hakim dan Panitera Peradilan Agama se-Sumatera
pada tanggal 15April 2015 Utara di Medan tanggal 12 Juni 2002, h. 12
Edi Gunawan, Peranan Pengadilan Agama dalam Pembaruan Hukum Islam di Indonesia

bahasa Indonesia, kata baru mengandung atau menggantinya dengan yang baru. Sebagai
beberapa arti, antara lain, belum pernah ada konkret, bila ingin mentajdid (memperbarui) suatu
sebelumnya, belum pernah didengar sebelumnya, bangunan tua, berarti kita membiarkan substansi,
belum pernah dipakai, permulaan, segar, dan ciri-ciri, bentukan dan karakteristik bangunan itu.
modern3. Dari semua arti tersebut, memiliki Kita hanya memperbaiki yang rusak, menghiasinya
kedekatan makna. Sebab sesuatu yang baru berarti kembali, menambal yang kurang, memperindah
belum ada sebelumnya. Karena belum pernah bagian yang sudah lumat. Jadi, memperbarui
ada, maka belum pernah dipakai, sehingga jika bangunan bukan menghancurkannya lantas diganti
ada sesuatu yang baru, boleh dianggap sebagai dengan bangunan baru yang berbeda. Demikian
suatu permulaan. Kemudian dalam Kamus Besar pula tajdiddud din bukan bermakna mengubah
Bahasa Indonesia itu disebutkan pula, memperbarui din, tetapi mengembalikannya menjadi seperti
berarti memperbaiki supaya menjadi baru, dalam era Rasulullah saw., para sahabat, dan
mengulang sekali lagi, memulai lagi, mengganti tabi’in9.
dengan yang baru, dan memodernkan. Sedangkan Menurut Abdul Manan, pembaruan hukum
pembaruan artinya proses, perbuatan dan cara Islam adalah upaya dan perbuatan melalui proses
memperbarui4. tertentu dengan penuh kesungguhan yang
Istilah-istilah lain yang dianggap sepadan dilakukan oleh mereka yang mempunyai
atau sering digunakan dalam konteks pembaruan kompetensi dan otoritas dalam pengembangan
adalah “tajdîd5dan reformasi6. Menurut Harun hukum Islam (mujtahid) dengan cara-cara yang
Nasution, pembaruan dalam Islam diperlukan telah ditentukan berdasarkan kaidah-kaidah
untuk menyesuaikan paham-paham keagamaan istinbath hukum yang dibenarkan sehingga
Islam dengan perkembangan baru yang menjadikan hukum Islam dapat tampil lebih
ditimbulkan akibat kemajuan ilmu pengetahuan segar dan modern, tidak ketinggalan zaman,
dan teknologi modern7. inilah yang dalam istilah ushul fikih dikenal
Menurut Yusuf al-Qardhawi yang dikutip dengan “ijtihad”10. Oleh karena itu, pembaruan
oleh Abdul Manan, yang dimaksud dengan tajdid hukum Islam yang dilakukan oleh mereka yang
adalah berupaya mengembalikannya pada keadaan tidak memiliki otoritas dan kompetensi dalam
semula sehingga ia tampil seakan barang baru 8. pengembangan hukum Islam (tidak memiliki
Hal itu dengan cara memperkokoh sesuatu yang syarat-syarat sebagai seorang mujtahid), atau tidak
lemah, memperbaiki yang usang dan menambal dilakukan berdasarkan sistem dan kaidah-kaidah
kegiatan yang retak sehingga kembali mendekat yang benar dalam menentukan hukum, maka hal
pada bentuk yang pertama. Dengan kata lain, itu tidak dapat dikatakan sebagai pembaruan
tajdid bukan merombak bentuk yang pertama hukum Islam.
Pembaruan hukum Islam yang dimaksud
3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar
Bahasa Indonesia(Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 96 oleh pemakalah dalam tulisan ini adalah
4
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar pengembangan dan pembaruan hukum yang
Bahasa Indonesia, h. 96 dilakukan dengan menggunakan sistem dan
5
Tajdîd merupakan bentuk masdar dari kata jaddada- kaidah yang benar dalam menetapkan (instinbath)
yujaddidu-tajdîdan. Jaddada-yujaddidu artinya memperbarui. hukum suatu perbuatan, baik karena perbuatan
6
Reformasi berasal dari Bahasa Inggris “reformation” tersebut telah memiliki ketetapan hukum akan
yang berarti membentuk atau menyusun kembali. Jhon
Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Cet.
tetapi sulit diterapkan karena perbedaan zaman
XX; Jakarta: PT. Gramedia, 1992), 437. Reformasi dan kondisi sosial, maupun perbuatan yang
juga bisa berarti perubahan secara radikal untuk belum memiliki ketentuan hukum. Maka harus
perbaikan (bidang sosial, politik, dan agama) tanpa ditetapkan sesegara mungkin baik itu dengan
kekerasan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, pengembangan hukum maupun pembaruan
Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 826. hukum dari ketentuan hukum yang telah ada.
7
Harun Nasution, Pembaruan dalam Islam: Sejarah Pemikiran
dan Gerakan (Cet. XII; Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h.
11-12. Ijtihad sebagai Metode Pembaruan Hukum
8
Lihat Yusuf al-Qardhâwi, Min Ajli Shahwatin Râsyidah Islam
Pemikiran ijtihad dalam pembaruan hukum
Islam meliputi dua hal: pertama, ketegasan agama
dalam menyebutkan suatu persoalan adalah
Tujaddidud-din, Terjemahan Nabhani Idris, Fiqh Tajdîd
dan Shahwah Islamîyah (Jakarta: Islamuna Pers, 1997), h. 9
Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, h. 150.
28-29. 10
Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, h. 152.
80 SYARIAH Jurnal Hukum dan Pemikiran, Volume 16, Nomor 1, Juni 2016, hlm. 77 -

memang sengaja sebagai rahmat kepada umatnya. kemampuan mujtahid dalam


Dengan demikian, para mujtahid dapat leluasa mengimplementasikan kemampuannya dalam
memberikan intrepetasinya dan merealisasikannya menggali (istinbath) hukum- hukum yang
sesuai dengan kehendak agama melalui proses terkandung dalam Alquran dan hadis. Dalam
ijtihad, analogi, maslâhat mursalah, istihsan, istislah, rangka pembaruan hukum Islam, maka ijtihad
dan sebagainya. kedua, menjelaskan teks-teks terhadap masalah-masalah baru dengan metode
zannî, baik dalam hal orientasinya (hadis-hadis nabi yang tepat mutlak dilakukan. Hal itu sangat
pada umumnya bersifat demikian) maupun zannî penting untuk dilakukan karena tidak semua
dalam pengertian yang dapat dipahami 11. Seperti permasalahan yang muncul saat ini memiliki
diketahui bahwa sebagian hukum telah dirinci ketetapan hukum pasti dalam Alquran, hadis, ijma
oleh Alquran dan hadis, tetapi tidak sedikit pula maupun qiyas. Ijtihad dalam rangka pembaruan
teks-teks hukum tidak secara tegas dan terperinci hukum Islam sudah menjadi keniscayaan yang
dijelaskan dalam Alquran maupun hadis, namun tidak bisa dihindari pada zaman modern. Dengan
hanya bersifat global. Oleh karenanya, diperlukan adanya ijtihad yang dilakukan dalam rangka
pemikiran-pemikiran para ahli hukum Islam untuk memberikan solusi terhadap berbagai
menjelaskan hukum yang bersifat umum agar permasalahan umat Islam, diharapkan hukum
dapat dihasilkan hukum yang sesuai dengan Islam tetap eksis dan tidak ketinggalan
situasi dan kondisi kepentingan masyarakat. sehingga mampu menjawab segala persoalan-
Menurut Ibrahim Husen12, peran ijtihad pada persoalan yang mengikuti perkembangan
garis besarnya dapat dibagi menjadi tiga segi, yaitu: zaman.
pertama, ijtihad dilakukan untuk mengeluarkan
hukum dari zahir nash manakala persoalan dapat Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Pembaruan
dimasukkan ke dalam lingkungan nash. Cara ini Hukum Islam
dilakukan setelah memeriksa keadaan amm-kah atau Pada dasarnya, proses pembaruan hukum
khas, muthlaq atau muqayyad, nasikh atau mansukh Islam telah berlangsung sejak lama, proses
dan hal-hal lain yang berkaitan dengan lafal. Kedua, tersebut berlangsung dengan kondisi dan
ijithad dilakukan untuk mengeluarkan hukum situasi dan berdasarkan tuntunan zaman. Hal ini
yang tersirat dari jiwa dan semangat nash dengan disebabkan karena menurut sebagian ahli
memeriksa lebih dahulu apakah yang menjadi illat bahwa norma- norma yang terkandung dalam
bagi hukum nash itu. Cara ini dikenal dengan qiyas. kitab-kitab fikih klasik tidak mampu lagi
Ketiga, ijtihad dilaksanakan untuk mengeluarkan memberikan jawaban dan solusi terhadap
hukum dari kaidah-kaidah umum yang diambil berbagai masalah-masalah baru yang terjadi, di
dari dalil-dalil yang tersebar. mana pada waktu kitab fikih-fikih tersebut ditulis
Ada dua hal pokok yang harus permasalahan tersebut belum terjadi. Kita dapat
diperhatikan agar ijtihad dapat berperan dalam contohkan misalnya, perkawinan dengan
pembaruan hukum Islam dan mendapat menggunakan telepon, pemberian kewarisan
legitimasi dari para pakar hukum Islam, pertama, kepada anak angkat melalui wasiat wajibah,
pelaku pembaruan hukum Islam adalah orang pengelolaan zakat,wakaf dalam bentuk tunai, dan
yang memenuhi kualitas sebagai mujtahid. kedua, macam-macam masalah baru lainnya. Oleh
pembaruan itu dilakukan di tempat-tempat yang karena itu, negara harus membuat peraturan
dibenarkan syara’13. Oleh karena itu, seberapa yang mengatur tentang hal-hal baru tersebut ke
besar mujtahid berperan dalam pembaruan dalam peraturan berupa perundang- undangan
hukum Islam sangat tergantung pada yang dapat memberikan solusi agar tidak terjadi
11
Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, h. 161, kekacauan dalam pelaksanannya di masyarakat.
mengutip dari tim Dirasah Islamiyah UIJ, Ibadah dan Menurut para pakar hukum Islam di
Syariah (Jakarta, 1978), h. 158-159. Indonesia, pembaruan hukum Islam yang
12
Ibrahim Husen, Fiqh Perbandingan, Masalah Perkawinan terjadi saat ini disebabkan oleh beberapa faktor,
(Jakarta:Pustaka Firdaus, 2003), h. 15-16.
antara lain: pertama, untuk mengisi kekosongan
13
Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, h.
162 mengutip pendapat Amad Munif Suratmaputra, hukum karena norma-norma yang terdapat dalam
Filsafat Hukum Islam al-Gazhali, Maslahah Mursalah, dan kitab-kitab fikih tidak mengaturnya, sedangkan
Relevansinya dengan Pembaruan Hukum Islam (Jakarta: kebutuhan masyarakat terhadap hukum masalah
Pustaka Firdaus, 2002), h. 169. yang baru terjadi itu sangat mendesak untuk
diterapkan. Kedua, pengaruh globalisasi ekonomi
dan IPTEK sehingga
Edi Gunawan, Peranan Pengadilan Agama dalam Pembaruan Hukum Islam di Indonesia

perlu ada aturan hukum yang mengaturnya, dihadapi umat semakin rumit bahkan bisa
terutama masalah-masalah yang belum ada aturan dikatakan sangat kompleks, maka seyogyanyalah
hukumnya. Ketiga, pengaruh reformasi dalam orang-orang ataupun kelompok yang memiliki
berbagai bidang yang memberikan peluang kepada kapabilitas untuk melakukan ijtihad dalam rangka
hukum Islam untuk bahan acuan dalam membuat pembaruan hukum Islam. Hendaknya ijtihad
hukum nasional. Keempat, pengaruh pembaruan dilakukan secara kolektif serta menggunakan
pemikiran hukum Islam yang dilaksanakan oleh berbagai disiplin ilmu yang relevan dengan
para mujtahid baik tingkat nasisonal maupun tingkat permasalahan yang sedang dihadapi. Oleh karena
internasional, terutama hal-hal yang menyangkut itu, pemerintah dan ulama harus lebih
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi14. responsive dan antisipatif terhadap berbagai
Menurut Abdul Manan, Hak dan permasalahan-permasalahan sosial keagamaan yang
kewajiban melakukan pembaruan hukum mungkin dihadapai oleh masyarakat (umat Islam).
Islam adalah pemerintah, dan umat Islam Imam Syaukani mengatakan, bahwa hukum
wajib menantinya sepanjang tidak bertentangan Islam sebagai satu pranata sosial memiliki dua
dengan prinsip- prinsip Alquran dan Sunah. fungsi: pertama, sebagai control sosial (social control);
Para cendekiawan muslim diharapkan dapat dan kedua, sebagai nilai baru dan proses
memperbarui hukum Islam dengan melakukani perubahan sosial (social change)16. Fungsi dari hukum
jtihad, baik secara individual maupun kolektif Islam yang pertama adalah sebagai sosial
(seperti MUI, NU, Muhammadiyah, dan control terhadap masyarakat, sehingga masyarakat
sebagainya)15. Dari beberapa ormas-ormas Islam dalam bertindak, menjadikan hukum Islam
dan lembaga-lembaga yang memiliki sebagai pedoman agar tidak keluar dari rel-rel
kewenangan dan kemampuan untuk melakukan syariah. Sedangkan yang kedua hukum Islam
ijtihad, diharapkan agar lebih responsive terhadap sebagai produk sejarah yang dalam batas-batas
permasalahan-permasalahan yang terjadi di tertentu diletakkan sebagai justifikasi terhadap
masyarakat akibat adanya kemajuan ilmu tuntutan perubahan sosial, budaya, dan politik.
pengetahuan dan teknologi. Karena permasalahan- Oleh karena itu, hukum Islam dituntut untuk
permasalahan sosial keagamaan di masyarakat yang akomodatif terhadap persoalan umat tanpa
kehilangan prinsip-prinsip dasarnya.
14
Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam, h. 154. Sedangkan
menurut Zaenuddin Nasution, pembaruan hukum Sebab kalau tidak, mungkin saja hukum Islam
Islam disebabkan karena adanya perubahan kondisi, akan mengalami kemandulan fungsi.
situasi, tempat, dan waktu sebagai akibat dari faktor- Noel J. Coulson, seperti dikutip oleh Amir
faktor tersebut. Perubahan adalah sejalan dengan teori Mu'alim dan Yusdani dalam buku Konfigurasi
qaul qadim dan qaul jadid yang dikemukakan oleh Imam Pemikiran Hukum Islam, menyatakan bahwa
Syafî’i. Zaenuddin Nasution, Pembaruan Hukum Islam
pembaruan hukum Islam menampakkan diri
dalam Mzahab Syafî’i (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2001), h. 243-246. Lihat juga Ahmad Nakhrowi Abdul dalam empat bentuk, yakni:
Salam, Imam Syafî’i Mazhab Qadim Wal Jadid, Disertasi 1. Kodifikasi (yaitu pengelompokan hukum yang
pada Universitas Al-Azhar Cairo, tidak dipublikasikan, sejenis kedalam kitab undang-undang) hukum
1994, h. 30-32. Hukum dapat berubah disebabkan Islam menjadi hukum perundang-undangan
karena berubahnya dalil hukum yang dipergunakan negara, yang disebut sebagai doktrin siyasah;
dalam menetapkan hukum peristiwa baru untuk
melaksanakan maqâsid. Karena hasil ijtihad bersifat 2. Tidak terikatnya umat Islam pada hanya satu
relatif, maka perubahan hukum harus menjadi mazhab hukum tertentu, yang disebut sebagai
perhatian karena bisa saja peristiwa pada tempat yang doktrin takhayyur (seleksi) yaitu mendapat nama
berbeda bisa juga memiliki hukum yang berbeda. yang paling dominan dalam masyarakat;
Sehingga kebenaran perlu didekatkan sedekat
3. Perkembangan hukum dalam mengantisipasi
mungkin. Oleh karena itu, ijtihad
perkembangan peristiwa hukum yang baru
sebagai metode dalam penemuan hukum harus terus
berlangsung karena setiap perkara baru harus segera 16
Imam Syaukani, Rekonstruksi Epistemologi Hukum Islam
ditentukan hukumnya yang bersifat baru pula. Menurut Indonesia, h. 22. Bandingkan dengan Mochtar Kusuma
sebagian ahli bahwa ijtihad tidak akan pernah Atmadja, Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum
tertutup karena peristiwa baru akan selalu Nasional (Bandung: Putra A. Bardin, 2000) dan Mochtar
bermunculan yang membutuhkan untuk segera Kusuma Atmadja, Pembinaan Hukum dalam Rangka
ditetapkan hukumnya agar tidak ketinggalan dengan Pembangunan Nasional (Bandung:Bina cipta, 1986). Selain
zaman. dari dua fungsi tersebut, maka hukum juga berfungsi
15
Abdul Manan, ReformasiHukum Islam di Indonesia, h. 154- sebagai pemberi kesejahteraan kepada masyarakat.
155
82 SYARIAH Jurnal Hukum dan Pemikiran, Volume 16, Nomor 1, Juni 2016, hlm. 77 -

timbul, yang disebut sebagai doktrin tatbiq kritis, sebab tidak mungkin para fuqaha dapat
(penerapan hukum terhadap peristiwa baru); berbicara tentang segala bidang pada zaman
4. Perubahan hukum dari yang lama kepada yang sekarang ini19.
baru disebut doktrin tajdid (reinterpretasi)17. Dalam ruang pembaruan hukum Islam,
Adanya faktor-faktor penyebab terjadinya ijtihad tetap harus dilakukan secara terus menerus
pembaruan hukum Islam, mengakibatkan dan berkesinambungan untuk dapat
munculnya berbagai macam perubahan dalam memberikan solusi hukum terhadap
tatanan sosial umat Islam, baik yang menyangkut permasalahan-permasalahan baru yang muncul,
ideologi, politik, sosial, budaya dan sebagainya. sebab tidak mungkin ijtihad para ulama
faktor-faktor tersebut melahirkan sejumlah terdahulu mampu mencakup sagala hal secara
tantangan baru yang harus dijawab sebagai bagian mendetail mengenai ketentuan-ketentuan hukum
yang tidak terpisahkan dari upaya pembaruan di zaman sekarang ini. Akan tetapi, ijtihad tidak
pemikiran hukum Islam18. Oleh karena itu, dalam boleh keluar dari jalur maslahah dan tetap
mengantisipasi munculnya berbagai permasalahan memperhatikan tujuan syariah (maqashid al-
dalam hukum Islam yang belum memiliki hukum Syari’ah).
yang pasti, maka ijtihad tetap haru berlangsung
dan dilakukan oleh orang-orang yang memiliki Perkembangan Pengadilan Agama dalam
kemampuan dan wewenang dalam berijtihad, Politik Hukum Nasional
sehingga mampu memberikan solusi terhadap Dalam masa kurang lebih 15 tahun, yakni
permasalahan-permasalahan baru yang muncul. menjelang disahkannya Undang-Undang No.1
Untuk mengantisipasi faktor-faktor Tahun 1974 tentang perkawinan sampai
penyebab tidak terjawabnya berbagai permasalahan menjelanh lahirnya Undang-Undang No.7
baru dalam hukum Islam, maka Abdul Manan Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Terdapat
menawarkan langkah-langkah sebagai berikut: dua hal yang sangat penting dalam perjalanan
1. Mengadakan kajian secara komprehensif perkembangan peradilan agama di Indonesia.
terhadap seluruh tradisi Islam, baik yang Pertama, proses lahirnya Undang-Undang No.1
bersifat fenomena tradisional maupun Islam Tahun 1974 tentang Perkawinan dengan
modernis dalam berbagai aspek; peraturan pelaksanaannya PP No.9 Tahun 1975,
2. Menggunakan kajian ilmiah kontemporer kedua lahirnya Peraturan Pemerintah No.28
tanpa mengabaikan khazanah intelektual Islam Tahun 1977 tentang perwakafan yang telah
klasik; diperbaharui dengan Undang-Undang No.41
3. Memasukkan masalah kekinian ke dalam Tahun 2004 tentang wakaf.
pertimbangan pada saat mengintrepetasikan Lahirnya Undang-Undang No.1 Tahun 1974
Alquran dan Sunnah; tentang Perkawinan yang berlaku bagi semua
warga negara RI tanggal 2 Januari 1974 untuk
4. Mengembangkan fikih Islam dengan cara
sebagian besar telah memenuhi tuntutan
memfungsikan kembali ijtihad baik individual
masyarakat Indonesia. Tuntutan ini telah
maupun kolektif sehingga dapat menghasilkan
dikumandangkan sejak Kongres Perempuan
materi hukum yang sesuai dengan
Indonesia pertama tahun 1928 yang kemudian
modernisasi yang sekarang sedang berjalan
dikedepankan dalam kesempatan-kesempatan
dalam masyarakat Islam;
lainnya, berupa harapan perbaikan kedudukan
5. Menyatukan pendapat di antara mazhab- wanita dalam perkawinan. Perbaikan yang
mazhab tentang berbagai masalah hukum didambakan itu terutama bagi golongan
yang serupa dan sama demi kepastian hukum “Indonesia asli” yang beragama Islam di mana
dan ini dapat dilaksanakan jika semua pihak hak dan kewajibannya dalam perkawinan tidak
memandang bahwa fikih sebagai suatu diatur dalam hukum yang tertulis. Hukum
kesatuan yang utuh; perkawinan orang Indonesia asli beragama Islam
6. Zaman modern dikenal dengan zaman yang tecantum dalam kitab-kitab fikih, menurut
spesialisasi dan zaman pembidangan secara sistem hukum Indonesia tidaklah dapat
17
Amiur Mu’alim dan Yusdani, Konfigurasi Pemikiran Hukum digolongkan dalam kategori hukum tertulis,
Islam (Yogyakarta: UII Press, 2005), h. 15. karena tidak tertulis dalam peraturan
18
Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, h. 154. pemerintah . 20

19
Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, h. 158-
159.
20
Erfiana Zuhriah, Peradilan Agama Indonesia Seajarah
Edi Gunawan, Peranan Pengadilan Agama dalam Pembaruan Hukum Islam di Indonesia
Pemikiran dan Realita, h. 128.
84 SYARIAH Jurnal Hukum dan Pemikiran, Volume 16, Nomor 1, Juni 2016, hlm. 77 -

Langkah berikutnya adalah penyusunan termuat dalam undang-undang perkawinan belum


RUU peradilan agama sampai pada secara terperinci menguraikan perkara-perkara
pengesahannya di forum DPR menjadi UU No.7 perkawinan.
Tahun 1989 (29 Desember 1989) yang Dalam UU No.4 Tahun 2004 tentang
merupakan fenomena khas orde baru, dan seperti Kekuasaan Kehakiman, sebagai perubahan atas
yang terjadi pada tahun 1974, bahwa bila UU No.35 Tahun 1999 tentang perubahan atas
menyangkut inti nilai Islam, para anggota DPR No.14 Tahun 1970 tentang Kekuasaan Kehakiman
yang beragama Islam baik dari Golkar, PDI, dijelaskan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan
PPP, dan ABRI akan mempunyai pendirian oleh pengadilan dalam lingkungan a) peradilan
yang sama. Meskipun pers Protestan dan Katolik umum, b) peradilan agama, c) peradilan militer,
gencar menentang RUU peradilan agama itu, dan
namun pembahasannya berjalan mulus tanpa d) peradilan tata usaha negara.
hambatan untuk disahkannya menjadi UU No.7 Menurut Yahya Harahap, ada lima tugas dan
Tahun 1989.21 wewenang yang terdapat dalam lingkungan
Pengesahan UU No.7 Tahun 1989 tentang peradilan agama, yaitu: 1) Fungsi kewenangan
Peradilan Agama, membawa perubahan yang mengadili, 2) Memberi keterangan, pertimbangan,
sangat besar terhadap kedudukan peradilan agama, dan nasehat tentang hukum Islam kepada instansi
bukan hanya pada posisinya sebagai sebuah pemerintah,
lembaga peradilan sebagai bagian dari pelaksana 3) Kewenangan lain oleh atau berdasarkan atas
kekuasaan kehakiman yang sama dengan undang-undang, 4) Kewenangan pengadilan tinggi
lembaga peradilan yang lain. Akan tetapi agama mengadili perkara dalam tingkat banding
pengesahan pemberian secara penuh wewenang dan mengadili sengketa kempetensi relatif, 5)
yang menjadi tugas pokok dari peradilan agama Bertugas mengawasi jalannya peradilan 22. Pada
untuk menyelesaikan kasus-kasus para umat Islam prinsipnya kekuasaan dan wewenang peradilan
di Indonesia yang berkaitan dengan hukum agama dengan
keluarga. Dengan, lahirnya undang-undang \peradilan lainnya, baik itu peradilan umum,
peradilan agama, maka peradilan agama telah peradilan tata usaha negara, maupun peradilan
mandiri di Indonesia dalam menegakkan hukum militer adalah sama. Akan tetapi, perbedaannya
berdasarkan hukum Islam bagi mereka pencari berada pada kekuasaan mengadili atau perkara
keadilan yang beragama Islam berkaitan dengan yang menjadi wewenang masing-masing peradilan
perkara-perkara perdata dalam bidang (kewenangan absolut).
perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, dan Dapat kita contohkan kewenangan absolut
wakaf. Dengan demikian, umat Islam di yang dimiliki oleh peradilan agama adalah perkara-
Indonesia diharuskan untuk mengajukan kasus- perkara para pencari keadilan yang beragama
kasusnya ke pengadilan agama yang menjadi Islam berkenaan dengan perkara perdata seperti
wewenang pengadilan agama. Setelah dua tahun perkawinan dan kewarisan, maka perkara tersebut
berlakunya UU No.7 Tahun 1989 tentang menjadi kewenangan absolut peradilan agama
Peradilan Agama, maka ditetapkan Inpres No.1 untuk menerima, memeriksa dan memutuskan
Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam perkara tersebut. Sedangkan bagi mereka yang
(KHI) untuk menopang pelaksanaan peradilan tidak beragama Islam, maka perkara mereka harus
agama. KHI tidak lahir secara tiba-tiba, akan diajukan ke pangadilan negeri untuk diselesaikan.
tetapi mengalami pengkajian dan proses yang Namun apabila perkara-perkara pencari keadilan
tidak singkat. Bahkan masuk dalam ranah politik. yang bergama Islam telah diputuskan oleh
Hal itu dilakukan agar pengadilan agama dalam pengadilan agama, lalu pencari keadilan tersebut
menjalankan tugas dan wewenangnya memiliki tidak menerima putusan pengadilan agama
wilayah dan jalur yang pasti. Karena dalam UU tersebut, maka dapat mengajukan banding ke
No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan belum lembaga yang lebih tinggi yaitu Pengadilan Tinggi
memuat perkara-perkara perdata Islam lainnya Agama.
yang harusnya menjadi wewenang pengadilan
Selain kewenangan absolut yang dimiliki oleh
agama, tidak hanya itu masalah perkawinan
pengadilan agama, maka juga memiliki kompetensi
pun yang
relatif yang berpedoman pada ketentuan Undang-
21
Zaini Ahmad Noeh, Perkembangan Hukum Keluarga Islam Undang Hukum Acara Perdata. Dalam pasal
setelah 50 Tahun Kemerdekaan dalam Irfan Idris, Prospek 22
M. Yahya Harahap, Kedudukan, Kewenangan dan Acara
Peradilan Agama Sebagai Peradilan Negara dan Peradilan
Peradilan Agama Undang-Undang No.7 Tahun 1989
Keluarga dalam Sistem Politik Hukum Nasional, h. 167.
(Jakarta: Pustaka Kartini, 1993), h. 101.
Edi Gunawan, Peranan Pengadilan Agama dalam Pembaruan Hukum Islam di Indonesia

54 UU No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan


Peranan Pengadilan Agama dalam Pembaruan
Agama menjelaskan bahwa acara berlakunya pada
Hukum Islam
lingkungan peradilan agama adalah hukum acara
Sejak lahirnya UU No.1 Tahun 1974 tentang
yang berlaku pada peradilan umum. Oleh
Perkawinan, terjadi perubahan hukum yang sangat
karena itu, landasan untuk menentukan
signifikan dalam hukum Islam di Indonesia.
kewenangan relatif pengadilan agama merujuk
Pemberlakuan undang-undang tersebut ditandai
pada ketentuan pasal 118 HIR atau pasal 142
dengan dikeluarkannya PP No. 9 Tahun 1975.
RB.g jo pasal 73 UU No.7 Tahun 1989.23
Pemberlakuan UU No. 1 Tahun 1974 tentang
Penentuan kompetensi relatif ini bertitik tolak
Perkawinan diikuti dengan ditetapkannya Inpres
pada aturan yang menetapkan ke Pengadilan
Presiden No. 1 Tahun 1991 tentang KHI.
Agama yang mana guggatan ini akan diajukan
Munculnya beberapa undang-undang yang
agar memenuhi syarat formal.
menampung hukum Islam membawa angin segar
Pasal 118 ayat (1) HIR, menganut asas
tentang pembaruan hukum Islam di Indonesia.
bahwa yang berwewenang adalah pengadilan
Pembaruan yang ada berkaitan hukum keluarga
tempat kediaman tergugat. Namun terdapat
yang dulunya dalam bidang fikih kemudian
pengecualian yang terdapat dalam pasal 118, pada
dimuat dalam peraturan perundang-undangan
ayat (2), ayat
yang menjadi hukum nasional.
(3) dan ayat (4), yaitu:
Pembaruan hukum Islam yang terjadi dalam
a. Apabila tergugat lebih dari satu, maka
bidang-bidang hukum keluarga25 merupakan
gugatan diajukan kepada pengadilan yang
keniscayaan yang disebabkan nilai-nilai yang
daerah hukumnya meliputi tempat
terkandung dalam kitab-kitab fikih tidak mampu
kediaman salah seorang dari tergugat;
lagi memberikan solusi terhadap berbagai
b. Apabila tempat tinggal tergugat tidak permasalahan kontemporer yang belum muncul
diketahui, maka gugatan diajukan kepada pada waktu kitab- kitab fikih tersebut ditulis.
pengadilan di tempat tinggal penggugat; Beberapa nilai-nilai fikih yang telah diperbaharui
c. Apabila gugatan mengenai benda tidak sebagiannya telah menjadi peraturan perundang-
bergerak, maka gugatan diajukan undangan hukum positif di Indonesia yang
pengadilan di wilayah hukum di mana dijadikan acuan oleh hakim pengadilan agama
barang tersebut terletak; dalam memutuskan perkara.
d. Apabila ada tempat tinggal yang dipilih Beberapa yurisprudensi pengadilan agama
dengan suatu akad, maka gugatan dapat yang berkaitan dengan pembaruan hukum
diajukan kepada pengadilan tempat tinggal Islam di Indonesia:
yang dipilih dalam akta tersebut.24 1. Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan
Mengenai wewenang atau kompetensi Nomor 1751/P/1989
peradilan agama diatur dalam pasal 49 sampai pasal Pengadilan Agama Jakarta Selatan
53 UU No.3 Tahun 2006 sebagai perubahan memutuskan dan melahirkan hukum baru yang
atas UU No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan tidak diatur dalam kitab fikih dan peraturan
Agama, wewenang tersebut terdiri atas perundang- undangan tentang perkawinan di
wewenang absolut dan wewenang relatif. Indonesia, bahwa perkawinan yang
Wewenang relatif peradilan agama merujuk pada dilangsungkan melalui telepon
pasal 118 HIR, atau pasal 142 RBg jo pasal 66 25
Beberapa contoh permasalahan hukum keluarga yang
dan pasal 73 UU No.7 Tahun 1989, sedangkan muncul saat ini adalah perkawinan yang ijab kabulnya
wewenang absolut berdasakan pasal 49 UU No.7 dilakukan melalui telepon, pembagian harta kewarisan
Tahun 1989, yaitu kewenangan mengadili perkara- yang berbeda dalam Alquran dengan melihat aspek
perkara perdata bidang a) perkawinan, b) sosial, pemberian harta warisan yang berbeda agama
kewarisan, c) wasiat, d) hibah, e) wakaf, f) zakat, g) antara ahli waris dan pewaris, menetapkan anak angkat
sebagai orang yang dapat menerima harta warisan
infak, h) sedekah; dan i) ekonomi syariah.
melalui wasiat wajibah, wakaf dalam bentuk uang
tunai. Akibat majunya teknologi dan perkembangan
23
M. Fauzan, Pokok Hukum Acara Perdata Peradilan Agama zaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan
dan Mahkamah Syariah di Indonesia (Cet. Ke-1; Jakarta: mengharuskan negara untuk segera mengaturnya dalam
Kencana, 2007), h. 33. peraturan perundang- undangan yang dapat
24
Sulaikin Lubis, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama memberikan solusi terhadap berbagai permasalahan
di Indonesia (Cet. Ke-1; Jakarta: Kencana, 2005), h. 102. agar tidak terjadi kekacauan di masyarakat.
86 SYARIAH Jurnal Hukum dan Pemikiran, Volume 16, Nomor 1, Juni 2016, hlm. 77 -

sah. Putusan ini telah memberikan nuansa baru


Penutup
dalam hukum perkawinan di Indonesia, yang pada
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat
awalnya tidak begitu direspon oleh masyarakat,
ditarik sebuah benang merah, yaitu:
tetapi sekarang telah banyak diikuti umat Islam
1. Faktor-faktor penyebab terjadinya pembaruan
di Indonesia untuk melaksanakan perkawinan
hukum, antara lain: adanya perubahan
apabila mengalami kesulitan dalam akad nikah.
kondisi, situasi, tempat, dan waktu,untuk
Sehingga putusan pengadilan agama ini dapat
mengisi kekosongan hukum karena norma-
memberikan nuansa dalam pembaruan hukum
norma yang terdapat dalam kitab-kitab fikih
Islam di Indonesia.
tidak mengaturnya, sedangkan kebutuhan
2. Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 51.K/
masyarakat terhadap hukum masalah baru
AG/1999
sangat mendesak untuk diterapkan, pengaruh
Mahkamah Agung memutuskan bahwa ahli globalisasi ekonomi dan IPTEK, terutama
waris non muslim berhak mendapatkan warisan masalah-masalah yang belum ada aturan
berdasarkan wasiat wajibah yang kadar bagiannya hukumnya, pengaruh reformasi dalam
sama dengan ahli waris lain yang beragama Islam. berbagai bidang yang memberikan peluang
menempatkan ahli waris non muslim sejajar kepada hukum Islam sebagai bahan acuan
dengan ahli waris muslim merupakan hal yang dalam membuat hukum nasional, pengaruh
baru dalam hukum kewarisan Islam yang berlaku pembaruan pemikiran hukum Islam yang
di Indonesia. dilaksanakan oleh para mujathid, terutama
3. Putusan Mahkamah Agung RI Nomor hal-hal yang menyangkut perkembangan ilmu
131.K/ AG/1992 pengetahuan dan teknologi.
Mahkamah Agung memutuskan bahwa harta 2. Konsep pembaruan hukum Islam di Indonesia
wakaf tidak dapat ditukar atau dijual dengan banyak dilakukan melalui perundang-
benda lain, tetapi jika terpaksa harus ditukar atau undangan dan putusan pengadilan agama
dijual karena karena tidak ada manfaatnya lagi sebagai hasil ijtihad para hakim. Di samping
atau tidak strategis lagi, maka pelaksanaannya itu perguruan tinggi berbasis Islam juga
harus sesuai dengan ketentuan pasal 47 ayat (3) turut berperan dalam pembaruan hukum
UU No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Islam di Indonesia, misalnya kajian ilmiah
Agraria yang pelaksanaannya dituangkan dalam dalam bidang al-ahwal al-Syakhsiyah dan
PP No 28 Tahun 1977 tentang perwakafan. ekonomi Islam.
4. Putusan Mahkamah Konstitusi No.46/PUU-
VIII/2010
Daftar Pustaka
Anak yang dilahirkan di luar perkawinan al-Qardhawi, Yusuf, Min Ajli Shahwatin Rasyidah
mempunyai hubungan perdata dengan ibunya Tujaddiduddin, Terjemahan Nabhani Idris,
dan keluarga ibunya serta dengan laki-laki sebagai Fiqh, Tajdid dan Shahwah Islamiyah, Jakarta:
ayahnya yang dapat dibuktikan berdasarkan Islamuna Pers, 1997.
ilmupengetahuan dan teknologi dan/atau alat
bukti lain menurut hukum mempunyai hubungan Daud, Muhammad Ali, Peradilan Agama dan
darah, termasuk hubungan perdata dengan Masalahnya dalam Tjun Surjaman, Hukum
keluarga ayahnya”; menurut MK pasal 43 ayat (1) Islam di Indonesia Pemikiran dan Praktek,
UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang Bandung; Remaja Rosdakarya, 1991.
mengatakan “anak yang dilahirkan di luar Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus
perkawinan hanya memiliki hubungan perdata Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
dengan ibunya dan keluarga ibunya” Pustaka, 1994.
bertentangan dengan UUD 1945, sehingga apabila Echols, Jhon dan Hasan Shadily, Kamus
dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan Inggris Indonesia, Cet. XX; Jakarta: PT.
dan teknologi dan/atau alat bukti lainnya Gramedia, 1992.
menurut hukum ternyata memiliki darah dengan Hazairin,Tujuh Serangkai tentang Hukum,
ayahnya, maka dapat diakui memiliki hubungan Jakarta: Tinta Mas Indonesia, 1974.
perdata ayah biologis dan keluarga ayah
Hooker, M.B., Adat Law in Modern Indonesia,
biologisnya.
Oxford University Press, 1978.
Edi Gunawan, Peranan Pengadilan Agama dalam Pembaruan Hukum Islam di Indonesia

http//Dinamika-hukum-Islam-Indonesia.com. S. Daniel Lev, Peradilan Agama Islam di


diakses pada tanggal 15April 2015 Indonesia: Suatu Studi tentang Landasan
Husen,Ibrahim,Fiqh Perbandingan, Masalah Politik Lembaga-lembaga Hukum
Perkawinan, Jakarta:Pustaka Firdaus, 2003. (Islamic Courts in Indonesia: a Study in
Ichtijanto SA dalam Hukum Islam dan Hukum the Political Bases in Legal Institution),
Nasional, Jakarta: Ind-Hill Co, 1990. diterjemahkan oleh Zaini Ahmad Noeh,
Mu’alim, Amiur dan Yusdani, Konfigurasi Jakarta: Intermasa, 1986.
Pemikiran Hukum Islam, Yogyakarta: UII Thaib, Hasballah,Tajdid Reaktualisasi dan
Press, 2005. Elastisitas Hukum Islam, makalah
Munif,Amad Suratmaputra, Filsafat Hukum disampaikan pada acara seminar para
Islam al-Gazhali, Maslahah Mursalah, dan Hakim dan Panitera Peradilan Agama se-
Relevansinya dengan Pembaruan Hukum Sumatera Utara di Medan tanggal 12
Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002. Juni 2002.
Nasution, Harun,Pembaruan dalam Islam: Sejarah Usman, Suparman,Hukum Islam Asas-asas dan
Pemikiran dan Gerakan, Cet. XII; Jakarta: Pengantar Studi Hukum Islam dalam Tata
Bulan Bintang, 1996. Hukum Indonesia, Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2001.
Nasution,Zaenuddin,Pembaruan Hukum Islam
dalam Mzahab Syafi’i, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2001.
S Juhaya, Praja, Aspek Sosiologi dalam Pembaruan
Fiqh di Indonesia, dalam Noor Ahmad,
Epistemologi Syara’: Mencari Format
Baru Fiqh Indonesia, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2000.

Anda mungkin juga menyukai