Edi Rosman
Pascasarjana IAIN Bukittinggi, edirosman@gmail.com
Abstract
This paper portray the importance of the legislative process and the history of the development and renewal of
Islamic law in Indonesia. The importance of legislation is because Islamic law in the form of Shariah and fiqh
can not be implemented due to various factor. One factor that makes it difficult to be implemented is the
dominance of the diversity of Fiqh Mahzab as well as another factors. In its historical records, some already
implemented in the Religious Court, within certain limits. Religious Courts will not fully implement shari'ah
and fiqh if its not regulated in the form of laws as written law. Islamic law Maslahah that has been
enacted will engender multi maslahah. To reduce the diversity of mazhab fiqh, not only with the judicial
process, but also with the process of legislation that will create legal unification,legal certainty and its
emplementation can be enforced through state institutions. Social change will be realized if the Islamic law
enacted relevant to social needs.
Keywords: Legislation process, Fiqh, Maslahah, yudicial process.
Abstrak
Tulisan ini mengambarkan pentingnya proses legislasi dan sejarah pengembangan dan
pembaharuan Hukum Islam di Indonesia. Pentingnya legislasi adalah karena hukum Islam
yang berbentuk syari’ah dan fiqih belum dapat diberlakukan karena berbagai factor. Salah satu
factor yang menyebabkan sulitnya diberlakukan adalah karena dominasi keragaman mazhab
fiqih disamping faktor yang lainnya. Jika dalam catatan sejarahnya sudah ada sebagian yang
diterapkan di Pengadilan Agama namum dalam batas-batas tertentu. Pengadilan Agama juga
tidak secara utuh akan menerapkan syari’ah dan fiqih jika tidak dinormakan dalam bentuk
undang-undang sebagai hukum tertulis. Maslahah hukum Islam yang sudah diundangkan
akanmelahirkan multi maslahah. Untuk mereduksi keragaman mazhab fiqih, tidak hanya
dengan yudisial proses saja, akan tetapi dengan proses legislasi akan tercipta unifikasi hukum,
kepastian hukum dan untuk pemberlakuannya dapat dipaksakan melalui institusi negara.
Perubahan sosial akan dapat diwujudkan jika hukum islam yang diundangkan tersebut relevan
dengan kebutuhan sosial masyarakat.
mengembangkan atau setidaknya memberikan maka aturan tersebut akan lebih maslahah
gambaran lain, perspektif teoritik dalam secara praktis. diantara maslahahnya ialah
legislasi. Dalam kerangka teori legislasi bahwa sebagai berikut:
norma hukum dapat dihasilkan secara baik 1. Dapat mereduksi keragaman mazhab fiqih
melalui perenungan ide dan etik oleh para dan terbentuknya unifikasi hukum islam di
legislator. Artinya ada atau tidaknya hukum Indonesia.
Islam sebagai sumber hukum nasional 2. Memiliki kepastian hukum
tergantung kepada minset para legislator. 3. Pemberlakuannya dapat dipaksakan.
Sudah saatnya dilakukan dilakukan 4. Dapat di arahkan untuk terciptanya
pembaharuan rule creation hukum Islam, dari perubahan sosial masyarakat yang lebih
ijtihad istimbathi bergeser kepada ijtihad tatbhiqi. terarah.
Sekarang eranya Negara modern, nation state,
keberadaan Legislator di parlemen semakin Hukum Islam Pada Masa Kerajaan Islam
penting artinya.Menormakan hukum Islam di Nusantara.
yang berbentuk fiqih dan syari’ah merupakan Hukum Islam di Indonesia sebenarnya
tugas dari legislator itu sendiri. Keniscayaan ini telah lama hidup di antara masyarakat Islam itu
merupakan peluang untuk melakukan upaya sendiri, hal ini tentunya berkaitan dengan
islamisasi hukum nasional dan sekaligus pertumbuhan dan perkembangan agama Islam.
nasionalisasi hukum islam itu sendiri. Peluang Jika dilihat sebelum Islam masuk, masyarakat
ini dapat dilihat dari gambar berikut ini: Indonesia telah membudaya kepercayaan
animisme dan dinamisme. Kemudian lahirlah
kerajaan-kerajaan yang masing-masing
dibangun atas dasar agama yang dianut
mereka, misalkan Hindu, Budha dan disusul
dengan kerajaan Islam yang didukung para
wali pembawa dan penyiar agama Islam.
Akar sejarah hukum Islam di kawasan
nusantara menurut sebagian ahli sejarah telah
dimulai pada abad pertama hijriah, atau sekitar
abad ketujuh dan kedelapan Masehi. Sebagai
gerbang masuk ke dalam kawasan nusantara,
di kawasan utara pulau Sumatra lah yang
Hukum Islam akan menjadi bagian dari
dijadikan sebagai titik awal gerakan dakwah
hukum nasional, jika melalui proses diatas,
para pendatang muslim. Dan secara perlahan
yaitu yang bersumber dari pada wahyu
gerakan dakwah itu kemudian membentuk
(Alqur’an dan As-sunnah), kemudian
masyarakat Islam pertama di Peureulak, Aceh
dilakukan ijtihad oleh para fuqaha sebagai
Timur. Berkembanganya komunitas muslim di
proses intelektual, ditindak lanjuti dengan
wilayah itu kemudian diikuti dengan
penerapan fiqih di Pengadilan Agama sebagai
berdirirnya kerajaan Islam pertama sekitar
proses yudisial, yang pada akhirnya juga pada
abad ketiga belas yang dikenal dengan
kenyataannya juga melalui penetapan dalam
Samudera Pasai, terletak di wilayah aceh
utara.5
bentuk undang-undang sebagai proses legislasi.
Ketika fiqih atau syari’ah sudah 5Ramly Hutabarat, Kedudukan Hukum Islam
dalam Konstitusi-konstitusi Indonesia dan Peranannya dalam
dinormakan dalam bentuk undang-undang
Pembinaan Hukum Nasional, (Jakarta: Pusat Studi Hukum
Dengan berdirinya kerajaan Pasai itu, dalam konteks peraturan atau perundang-
maka pengaruh Islam semakin menyebar undangan kerajaan. Hukum islam di
dengan berdirirnya kerajaan lainnya seperti berlakukan dalam kontek ijtihad ulama,
kesultanan Malaka yang tidak jauh dari Aceh. permasalahan-permaslahan yang terjadi
Selain itu ada beberapa yang ada di jawa antara terkadang tidak bias di selesaikan oleh
lain kesulatanan demak, mataram, dan cirebon. perundanga-undangan kerajaan maka
Kemudian di daerah sulawesi dan maluku yang terkadang di tanyakan kepada Ulama. Saat
ada kerajaan gowa dan kesultanan ternate serta itulah ulama melakukan ijtihad atau
tidore.6 menyandarkan pendapatnya kepada kitab-kitab
Hukum islam pada masa ini fiqh. Dengan pola ini mazhab imam 4 syafii’I,
merupakan sebuah fase penting dalam Hanafi, Maliki, dan Hambali berkembang di
sejarah hukum islam di Indonesia. Dengan Indonesia hingga saat ini. Sistem hokum islam
adanya kerajaan- kerajaan islam terus berjalan bersamaan dengan system
menggantikan kerajaan Hindu- Budha berarti hokum adat di Indonesia hingga masuknya
untuk pertama kalinya hukum islam telah kolonialisasi yang dilakukan oleh Negara-negar
ada di Indonesia sebagai hukum positif. Hal barat di Indonesia. Semula pedagang dari
ini terbukti dengan fakta-fakta dengan Portugis, Kemudian Spayol, di susul oleh
adanya literatur-literatur fiqih yang ditulis Belanda, dan Inggris.
oleh para ulama’ nusantara pada abad 16 dan Pada masa Kerajaan/kesultanan Islam di
17 an.7 Zaman para penguasa ketika itu Nusantarahukum Islam dipraktekkan oleh
memposisikan hukum islam sebagi hukum masyarakat dalam bentuk yang hampir bisa
Negara. dikatakan sempurna (syumul), mencakup
Hukum Islam di berlakukan oleh raja- masalah mu’amalah, ahwal al-syakhsiyyah
raja di Indonesia dengan cara mengangkat (perkawinan, perceraian dan warisan),
ulama-ulama untuk menyelesaikan sengketa. peradilan, dan tentu saja dalam masalah
Bentuk peradilannya berbeda-beda tergantung ibadah.
dengan bentuk peradilan adat. Karena Hukum Islam juga menjadi sistem
palaksanaan peradilan yang bercorak hukum mandiri yang digunakan di kerajaan-
Islam dilakukan dengan cara mencampurkan kerajaan Islam nusantara. Tidaklah berlebihan
(mengawinkan) dengan bentuk peradilan Adat jika dikatakan pada masa jauh sebelum
di Indonesia pada kerajaan-kerajaan di jawa penjajahan belanda, hukum islam menjadi
pada pelaksanaannya ahli hokum Islam hukum yang positif di nusantara.
memliki tempat yang terhomat yang kemudian Islam menjadi pilihan bagi masyarakat
di kenal dengan sebutan penghulu di mana karena secara teologis ajarannya memberikan
tugasnya disamping sebagai ulama juga keyajinan dan kedamaian bagi penganutnya.
menyelesaikan perkara-perkara perdata, Masyarakat pada periode ini dengan rela dan
perkawinan, dan kekeluargaan, proses patuh, tunduk dan mengikuti ajaran-ajaran
penyelesaian (peradilan) di selesaikan di islam dalam berbagai dimensi kehidupan.
manjid. Namun keadaan itu kemudian menjadi
Secara yuridis raja-raja di Indonesia terganggu dengan datangnya kolonialisme
memberlakukan hukum Islam akan tetapi tidak barat
6 http://www.ajiersa.com/2015/11/sejarah-
dan-perkembangan-islam-di.html diakses pada tanggal
19 mei 2016.
7 Ramly Hutabarat, Kedudukan Hukum …… 61-
62.
Edi 32 Legislasi Hukum
http://
eISSN: 2549-
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum 4198 Vol. 01 , No. 01., Januari-Juni
yang membawa misi tertentu, mulai dari misi Kerajaan Perlak, Mahkamah Agama yang
dagang, politik bahkan sampai misi kristenis.8 dipimpin oleh Qadi di Kerajaan Samudra
Karakteristik keberlakukan hukum Islam Pasai, Balai Majlis Mahkamah yang dipimpin
pada era zaman kerajaan tersebut, antara lain : oleh Sri Panglima Wazir Mizan serta Balai
Pertama, Agama Islam dijadikan agama Kadhi Malikul Adil pada Kesultanan Aceh
negara sejak rajanya masuk maupun Darussalam, 11 Pengadilan Pradata yang
didirikannya kerajaan tersebut bersendikan berubah menjadi Pengadilan Surambi di
Islam. Kerajaan Mataram Islam, dan sebagainya.
Hukum Islam diberlakukan secara Kedua, Telah dilakukan kodifikasi
positif sebagai hukum kerajaan, sekali pun hukum Islam yang diundang-undangkan oleh
pada beberapa Kerajaan dan Kesultanan negara. Kesultanan Malaka memiliki kodifikasi
Nusantara ada yang melaksanakan dengan hukum Risalah Hukum Kanun yang disusun
tidak ketat.A.C. Milner mengatakan bahwa pada masa pemerintahan Sultan Muzaffar Syah
Kerajaan Aceh dan Kesultanan Banten yang (1446-1456) yang memuat tentang banyak hal
melaksanakannya secara ketat, baik dalam untuk mengatur kehidupan masyarakat.
masalah perdata dan pidana. 9 Kerajaan Risalah Hukum Kanun dari Kesultanan
Mataram Islam di Jawa dipandang paling Malaka ini diduga secara luas diduga
longgar dalam melaksanakan hukum Islam, diterapkan oleh berbagai kerajaan dan
khususnya dalam masalah hukum pidana dan kesultanan Islam Melayu karena beberapa
hukum yang berkenaan dengan raja yang salinannya ditemukan di Riau, Pahang,
masih mengikuti tradisi pra-Islam.Namun Pontianak, dan Brunai; Kesultanan Aceh
dalam masalah hukum keluarga, seperti nikah, Darussalam memiliki kodifikasi hukum Islam
talak, dan rujuk dilaksanakan secara merata di yang dinamakan Kitab Adat Mahkota Alam
seluruh kerajaan dan kesultanan Islam di yang diduga disusun pada masa Sultan
Nusantara.Perbedaan pelaksanaan hukum Iskandar Muda (1607-1636); Kerajaan
Islam pada kerajaan dan kesultanan Islam di Mataram Islam memiliki Hukum Kisas yang
Nusantara hanya terlihat dalam konteks disusun pada masa Sultan Agung; Kesultanan
pelaksanaan hukum pidana.Pada kerajaan atau Cirebon memiliki undang-undang yang disebut
kesultanan tertentu, hukum-hukum pidana ada pepakem; sedangkan Kesultanan Banten
yang masih mengikuti hukum adat atau hukum sebagaimana laporan seorang pengamat
adat dipadukan dengan hukum Islam, terutama Belanda memiliki kitab hukum Islam sendiri
kasus-kasus yang tidak secara jelas diatur oleh yang diundangkan oleh Kesultanan Banten
hukum Islam.10 yang tidak diketahui nama kitab tersebut.12
Telah dibentuk lembaga peradilan Islam Adapun pada masa ini hukum Islam
yang menjalankan hukum Islam, baik perdata memiliki eksistensi dalam masa kerajaan
maupun pidana, misalnya, Wizar Al-hukkām ini.Ditandai dengan beberapa karakteristik
yang dipimpin oleh Wazir al-Hukkām di diatas, dan tidak memiliki problem yang berarti
8http://mohamsholihulwafi.blogspot.co.id/201
di beberapa wilayah seperti di Aceh pada
3/01/Perkembangan-hukum-islam-Indonesia-versi- kerajaan Samudera Pasai yang menjadikan
makalah.html diakses pada tanggal 19 Mei 2016 hukum Islam sebagai hukum Negara baik
9 A.C. Milner, “Islam dan Negara Muslim,”
15Ibid., 64-66.
13Ibid.,
135-136. 16Ibid., 67-68.
14Ramly Hutabarat, Kedudukan Hukum …, 63-64. 17Ibid., 68.
1. Atas dasar nota disampaikan oleh Mr. hukum Islam pada menjelang akhir
Scholten van Oud Haarlem, Pemerintah pemerintahan belanda. Maka solusi yang
Belanda menginstruksikan penggunaan diperlukan adalah pentingnya pemahaman
undang-undang agama, lembaga-lembaga Islam secara mendalam dan menyeluruh dari
dan kebiasaan pribumi dalam hal setiap individu pada masyarakat Indonesia
persengketaan yang terjadi di antara khususnya masyarakat Islam untuk
mereka, selama tidak bertentangan dengan menguatkan eksistensi hukum Islam yang pada
asas kepatutan dan keadilan yang diakui akhirnya akan memunculkan penerapan-
umum. Klausa terakhir ini kemudian penerapan hukum Islam.
menempatkan hukum Islam di bawah
subordinasi dari hukum Belanda.18 Hukum Islam pada Masa Pendudukan
2. Atas dasar teori resepsi yang dikeluarkan Jepang.
oleh Snouck Hurgronje, Pemerintah Hindia Setelah Jendral Ter Poorten menyatakan
Belanda pada tahun 1922 kemudian menyerah tanpa syarat kepada panglima militer
membentuk komisi untuk meninjau ulang Jepang untuk kawasan Selatan pada tanggal 8
wewenang pengadilan agama di Jawa dalam Maret 1942, segera Pemerintah Jepang
memeriksa kasus-kasus kewarisan (dengan mengeluarkan berbagai peraturan.Salah satu
alasan, ia belum diterima oleh hukum adat diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 1
setempat). 19 Tahun 1942, yang menegaskan bahwa
3. Pada tahun 1925, dilakukan perubahan Pemerintah Jepag meneruskan segala
terhadap Pasal 134 ayat 2 Indische kekuasaan yang sebelumnya dipegang oleh
Staatsregeling (yang isinya sama dengan Gubernur Jendral Hindia Belanda. Ketetapan
Pasal 78 Regerringsreglement), yang intinya baru ini tentu saja berimplikasi pada tetapnya
perkara perdata sesama muslim akan posisi keberlakuan hukum Islam sebagaimana
diselesaikan dengan hakim agama Islam jika kondisi terakhirnya di masa
hal itu telah diterima oleh hukum adat dan pendudukan Belanda. 21
demikian, Konstitusi RIS dinyatakan tidak dikeluarkan pada tanggal 5 Juli 1959. Hal
berlaku, digantikan dengan UUD Sementara penting terkait dengan hukum Islam dalam
1950. peristiwa Dekrit ini adalah konsiderannya yang
Akan tetapi, jika dikaitkan dengan hukum menyatakan bahwa “Piagam Jakarta tertanggal
Islam, perubahan ini tidaklah membawa 22 Juni menjiwai UUD 1945” dan
dampak yang signifikan. Sebab ketidakjelasan merupakan “suatu kesatuan dengan
posisinya masih ditemukan, baik dalam konstitusi tersebut”. Hal ini tentu saja
Mukaddimah maupun batang tubuh UUD mengangkat dan memperjelas posisi hukum
Sementara 1950, kecuali pada pasal 34 yang Islam dalam UUD, bahkan –menurut Anwar
rumusannya sama dengan pasal 29 UUD 1945, Harjono- lebih dari sekedar sebuah
bahwa “Negara berdasar Ketuhanan yang “dokumen historis”.28Namun bagaiamana
Maha Esa” dan jaminan negara terhadap dalam tataran aplikasi?Lagi-lagi faktor-faktor
kebebasan setiap penduduk menjalankan politik adalah penentu utama dalam hal
agamanya masing-masing. Juga pada pasal 43 ini.Pengejawantahan kesimpulan akademis
yang menunjukkan keterlibatan negara dalam ini hanya sekedar menjadi wacana jika tidak
urusan-urusan keagamaan. “Kelebihan” lain didukung oleh daya tawar politik yang kuat
dari UUD Sementara 1950 ini adalah dan meyakinkan.
terbukanya peluang untuk merumuskan Hal lain yang patut dicatat di sini adalah
hukum Islam dalam wujud peraturan dan terjadinya beberapa pemberontakan yang
undang-undang. Peluang ini ditemukan dalam diantaranya “bernuansakan” Islam dalam fase
ketentuan pasal 102 UUD sementara 1950. ini. Yang paling fenomenal adalah gerakan
Peluang inipun sempat dimanfaatkan oleh DI/TII yang dipelopori oleh Kartosuwirjo
wakil-wakil umat Islam saat mengajukan dari Jawa Barat. Kartosuwirjo sesungguhnya
rancangan undang-undang tentang Perkawinan telah memproklamirkan negara Islam-nya
Umat Islam pada tahun 1954.Meskipun upaya pada tanggal 14 Agustus 1945, atau dua hari
ini kemudian gagal akibat “hadangan” kaum sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia
nasionalis yang juga mengajukan rancangan pada 17 Agustus 1945.
undang-undang Perkawinan Nasional. Dan
setelah itu, semua tokoh politik kemudian Hukum Islam di Era Orde Lama dan
nyaris tidak lagi memikirkan pembuatan materi Orde Baru.
undang-undang baru, karena konsentrasi Mungkin tidak terlalu keliru jika dikatakan
mereka tertuju pada bagaimana mengganti bahwa Orde Lama adalah eranya kaum
UUD Sementara 1950 itu dengan undang- nasionalis dan komunis. Sementara kaum
undang yang bersifat tetap.27 muslim di era ini perlu sedikit merunduk
Perjuangan mengganti UUD Sementara dalam memperjuangkan cita-citanya. Salah satu
itu kemudian diwujudkan dalam Pemilihan partai yang mewakili aspirasi umat Islam kala
Umum untuk memilih dan membentuk itu, Masyumi harus dibubarkan pada tanggal
Majlis Konstituante pada akhir tahun 15 Agustus 1960 oleh Soekarno, dengan alasan
1955.Majlis yang terdiri dari 514 orang itu tokoh-tokohnya terlibat pemberontakan
kemudian dilantik oleh Presiden Soekarno (PRRI di Sumatera Barat). Sementara NU –
pada 10 November 1956.Namun delapan yang kemudian menerima Manipol Usdek-nya
bulan sebelum batas akhir masa kerjanya, Soekarno- bersama dengan PKI dan PNI
Majlis ini dibubarkan melalui Dekrit kemudian menyusun komposisi DPR Gotong
Presiden yang Royong yang berjiwa Nasakom. Berdasarkan
27Ibid., 115. 28Ibid., 131-133.
Edi 40 Legislasi Hukum
http://
eISSN: 2549-
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum 4198 Vol. 01 , No. 01., Januari-Juni
itu, terbentuklah MPRS yang kemudian mengajukan rancangan hukum formil yang
menghasilkan 2 ketetapan; salah satunya mengatur lembaga peradilan di Indonesia pada
adalah tentang upaya unifikasi hukum yang tahun 1970. Upaya ini kemudian membuahkan
harus memperhatikan kenyataan-kenyataan hasil dengan lahirnya UU No.14/1970, yang
umum yang hidup di Indonesia.29 mengakui Pengadilan Agama sebagai salah
Meskipun hukum Islam adalah salah satu badan peradilan yang berinduk pada
satu kenyataan umum yang selama ini hidup Mahkamah Agung.Dengan UU ini, dengan
di Indonesia, dan atas dasar itu Tap MPRS sendirinya –menurut Hazairin- hukum Islam
tersebut membuka peluang untuk telah berlaku secara langsung sebagai hukum
memposisikan hukum Islam sebagaimana yang berdiri sendiri.
mestinya, namun lagi-lagi ketidakjelasan Penegasan terhadap berlakunya hukum
batasan “perhatian” itu membuat hal ini Islam semakin jelas ketika UU no. 14 Tahun
semakin kabur. Dan peran hukum Islam di 1989 tentang peradilan agama ditetapkan.Hal
era inipun kembali tidak mendapatkan ini kemudian disusul dengan usaha-usaha
tempat yang semestinya. intensif untuk mengompilasikan hukum Islam
Menyusul gagalnya kudeta PKI pada 1965 dan di bidang-bidang tertentu.Dan upaya ini
berkuasanya Orde Baru, banyak pemimpin membuahkan hasil saat pada bulan Februari
Islam Indonesia yang sempat menaruh 1988, Soeharto sebagai presiden menerima
harapan besar dalam upaya politik mereka hasil kompilasi itu, dan menginstruksikan
mendudukkan Islam sebagaimana mestinya penyebarluasannya kepada Menteri Agama.31
dalam tatanan politik maupun hukum di Menurut penulis problema yang dihadapi
Indonesia. Apalagi kemudian Orde Baru hukum Islam pada fase ini adalah kekalahan
membebaskan bekas tokoh-tokoh Masyumi dalam faktor politik, yang mana politik-politik
yang sebelumnya dipenjara oleh yang muncul pada era ini tidak mengusung
Soekarno.Namun segera saja, Orde ini Islam melainkan mengusung nasionalisme
menegaskan perannya sebagai pembela sehingga mengesampingkan legislasi Islam
Pancasila dan UUD 1945. Bahkan di awal yang menyeluruh.Olehkarena itu solusi yang
1967, Soeharto menegaskan bahwa militer diharapkan muncul adalah adanya politik yang
tidak akan menyetujui upaya rehabilitasi berupaya memprioritaskan penegakan hukum
kembali partai Masyumi.30 Islam yang menyeluruh.
Meskipun kedudukan hukum Islam
sebagai salah satu sumber hukum nasional Hukum Islam PadaMasa Reformasi (1998 -
tidak begitu tegas di masa awal Orde ini, sekarang).
namun upaya-upaya untuk mempertegasnya Ketika masa reformasi menggantikan orde
tetap terus dilakukan. Hal ini ditunjukkan baru (tahun 1998), keinginan mempositifkan
oleh hukum islam sangat kuat. Perkembangan
K.H. Mohammad Dahlan, seorang menteri hukum islam pada masa ini mengalami
agama dari kalangan NU, yang mencoba kemajuan. Secara riil hukum islam mulai
mengajukan Rancangan Undang-undang teraktualisasikan dalam kehidupan sosial.
Perkawinan Umat Islam dengan dukunagn Wilayah cakupannya menjadi sangat luas, tidak
kuat fraksi-fraksi Islam di DPR-GR. Meskipun hanya dalam masalah hukum privat atau
gagal, upaya ini kemudian dilanjutkan dengan perdata tetapi masuk dalam ranah hukum
29Ibid.,
140-141
30 Bahtiar Effendy, Islam dan Negara; 31 Ramly Hutabarat, Kedudukan Hukum…, 149-
Transformasi…, 111-112. 157.
publik.Hal ini dipengaruhi oleh munculnya d. Pengakuan peran ulama dalam penetapan
undang-undang tentang Otonomi kebijakan daerah.
Daerah.Undang-undang otonomi daerah di
Indonesia pada mulanya adalah UU Tindak lanjut dari Undang-undang di
No.22/1999 tentang pemerintah daerah, yang atas adalah ditetapkannya UU No.18 tahun
kemudian diamandemen melalui UU 2001 tentang Otonomi Khusus Nangroe
No.31/2004 tentang otonomi daerah.Menurut Aceh Darussalam.
ketentuan Undang-undang ini, setiap daerah Fenomena pelaksanaan hukum islam juga
memiliki kewenangan untuk mengatur merambah daerah-daerah lain di Indonesia,
wilayahnya sendiri termasuk dalam bidang meskipun polanya berbeda dengan Aceh.
hukum. Berdasarkan prinsip otonomi daerah, maka
Akibatnya bagi perkembangan hukum munculah perda-perda bernuansa syari’at
islam adalah banyak daerah menerapkan Islam di wilayah tingkat I maupun tingkat II.
hukum islam. Secara garis besar, pemberlakuan Daerah-daerah tersebut antara lain: provinsi
hukum islam di berbagai wilayah Indonesia Sumatera barat, kota Solok, Padang pariaman,
dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu Bengkulu, Riau, Pangkal Pinang, Banten,
penegakan sepenuhnya dan penegakan Tanggerang, Cianjur, Gresik, Jember,
sebagian. Penegakan hukum islam sepenuhnya Banjarmasin, Gorontalo, Bulukumba, dan
dapat dilihat dari provinsi Nangroe Aceh masih banyak lagi.
Darussalam. Penegakan model ini bersifat Materi perda syaria’at Islam tidak bersifat
menyeluruh karena bukan hanya menetapkan menyeluruh, tetapi hanya menyangkut
materi hukumnya, tetapi juga menstruktur masalah-masalah luar saja. Jika dikelompokkan
lembaga penegak hukumnya. Daerah lain yang berdasarkan aturan yang tercantum dalam
sedang mempersiapkan adalah Sulawesi selatan perda-perda syari’at, maka isinya mencakup
(Makassar) yang sudah membentuk Komite masalah: kesusilaan, pengelolaan Zakat, Infaq
Persiapan Penegak Syari’at Islam (KPPSI), dan dan Sadaqah, Penggunaan busana muslimah,
kabupaten Garut yang membentuk Lembaga pelarangan peredaran dan penjualan minuman
Pengkajian, Penegakan, dan Penerapan Syari’at keras, pelarangan pelacuran, dan sebagainya.32
Islam (LP3SyI). Problem yang dihadapi oleh hukum Islam
Provinsi Nangroe Aceh Darussalam
adalah kurangnya pro pemerintah atau
merupakan daerah terdepan dalam pelaksanaan
bentuk sokongan pemerintah terhadap
hukum islam di Indonesia. Dasar hukumnya
peraturan- peraturan yang di upayakan oleh
adalah UU No.44 tahun 1999 tentang
pemerintah daerah, bahkan pemerintah pusat
Keistimewaan Provinsi Nangroe Aceh
berupaya untuk menghapus perda syari’ah
Darussalam. Keistimewaan tersebut meliputi
tersebut karena dianggap menjadi pemicu
empat hal, diantaranya ialah:
terjedinya perpecahan dimasyarakat tanpa
a. Penerapan syari’at islam diseluruh aspek
mengetahui problem yang terjadi
kehidupan beragama.
dimasyarakat secara seutuhnya.Hal ini
b. Penggunaan kurikulum pendidikan
membuat sorotan publik menjadi miring
berdasarkan syari’at Islam tanpa
terhadap legislasi hukum Islam di Indonesia.
mengabaikan kurikulum umum.
c. Pemasukan unsur adat dalam sistem 32 “Perkembangan Hukum Islam Indonesia.”
pemerintah desa, dan blogspot. Diakses pada 19 Mei 2016.
http://mohamsholihulwafi.blogspot.co.id/2013/01/Pe
rkembangan-hukum-islam-Indonesia-versi-
makalah.html
Solusi yang pemakalah berikan adalah Gibb (The Modern Trends in Islam, The
upaya dari pemerintah untuk menyokong University of Chicago Press, Chicago,
kepala daerah dalam menetapka perda-perda Illionis, 1950). Gibb menyatakan bahwa
syariah,. Yang perda-perda syariah tersebut orang Islam yang telah menerima Islam
bertujuan untuk menjadikan masyarakat sebagai agamanya berarti ia telah menerima
Indonesia yang khususnya beragama Islam otoritas hukum Islam atas dirinya.
menjadi masyarakat muslim yang kokoh Teori Gibb ini sama dengan apa yang
agamanya. Dengan kokohnya agama telah diungkapkan oleh imam madzhab
masyarakat muslim di Indonesia merupakan
seperti Imam Syafi’i dan Imam Abu
sesuatu kekuatan tersendiri bagi pemerintah
Hanifah ketika mereka menjelaskan teori
itu sendiri.
mereka tentang Politik Hukum
Berbicara tentang sejarah dan dinamika
Internasional Islam (Fiqh Siyasah
hukum Islam di Indonesia tidak bisa
Dauliyyah) dan Hukum Pidana Islam (Fiqh
dilepaskan dari wacana pergumulan soial-
Jinayah). Mereka mengenal teori
politik dan budaya yang ada di indonesiasejak
teritorialitas dan non teritorialitas. Teori
era prakemerdekaan hingga era kemerdekaan.
teritorialitas dari Imam Abu Hanifah
Oleh karena itu akan dijelaskan toeri-toeri
menyatakan bahwa seorang muslim terikat
yang berlaku dalam perkembangan Islam di
untuk melaksanakan hukum Islam
Indonesia Sekurang-kurangnya, ada lima teori
sepanjang ia berada di wilayah hukum di
tentang berlakunya hukum Islam di Indonesia,
mana hukum Islam diberlakukan.
yaitu33:
Sementara teori non teritorialitas dari Imam
1. Teori Kredo atau Syahadat34
Syafi’i menyatakan bahwa seorang muslim
Teori kredo atau syahadat ialah teori
selamanya terikat untuk melaksanakan
yang mengharuskan pelaksanaan hukum
hukum Islam di mana pun ia berada, baik di
Islam oleh mereka yang telah mengucapkan
wilayah hukum di mana hukum Islam
dua kalimat syahadat sebagai konsekuensi
diberlakukan, maupun di wilayah hukum di
logis dari pengucapan kredonya.
mana hukum Islam tidak diberlakukan.
Teori ini sesungguhnya kelanjutan dari
Sebagaimana diketahui bahwa
prinsip tauhid dalam filsafat hukum Islam.
mayoritas umat Islam di Indonesia adalah
Prinsip tauhid yang menghendaki setiap
penganut madzhab Syafi’i sehingga
orang yang menyatakan dirinya beriman
berlakunya teori syahadat ini tidak dapat
kepada ke-Maha Esaan Allah swt., maka ia
disangsikan lagi. Teori Kredo atau Syahadat
harus tunduk kepada apa yang ini berlaku di Indonesia sejak
diperintahkan Allah swt. Dalam hal ini kedatangannya hingga kemudian lahir Teori
taat kepada perintah Allah swt. dan Receptio in Complexu di zaman Belanda.
sekaligus taat kepada Rasulullah saw. dan 2. Teori Receptio in Complexu35
sunnahnya. Teori Kredo ini sama dengan Teori receptio in Complexu
teori otoritas hukum yang dijelaskan oleh menyatakan bahwa bagi orang Islam
H.A.R. berlaku penuh hukum Islam sebab ia telah
33 http://master- memeluk agama Islam walaupun dalam
masday.blogspot.co.id/2011/05/teori-tentang- pelaksanaannya terdapat penyimpangan-
berlakunya-hukum-islam-di.html diakses pada tanggal
19 Mei 2016.
penyimpangan. Teori ini berlaku di
34 Imam Syaukani, Rekonstruksi Epistimologi Indonesia ketika teori ini diperkenalkan
Hukum Islam Indonesia Dan Relevansinya Bagi Pembangunan
Hukum Sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 35 Ibid., 70.
2006), 67.
Edi 43 Legislasi Hukum
http://
eISSN: 2549-
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum 4198 Vol. 01 , No. 01., Januari-Juni
oleh Prof. Mr. Lodewijk Willem Christian setelah Indonesia merdeka, tepatnya setelah
van den Berg. Teori Receptio in Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan
Complexu ini telah diberlakukan di Undang-Undang Dasar 1945 dijadikan
zaman VOC sebagaimana terbukti dengan Undang-Undang Negara Republik
dibuatnya pelbagai kimpulan hukum Indonesia, semua peraturan perundang-
untuk pedoman pejabat dalam undangan Hindia Belanda yang berdasarkan
menyeleaikan urusan-urusan hukum rakyat teori receptie bertentangan dengan jiwa
pribumi yang tinggal di dalam wilayah UUD ’45. Dengan demikian, teori
kekuasaan VOC yang kemudian dikenal receptie itu harus exit alias keluar dari tata
senagai Nederlandsch Indie. hukum Indonesia merdeka.
Teori Receptie bertentangan dengan
3. Teori Receptie36 al-Qur’an dan Sunnah. Secara tegas UUD
Teori Receptie menyatakan bahwa bagi ’45 menyatakan bahwa “Negara berdasar
rakyat pribumi pada dasarnya berlaku atas Ketuhanan Yang Maha Esa” dan
hukum adat. Hukum Islam berlaku bagi “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
rakyat pribumi kalau norma hukum Islam penduduk untuk memeluk agamanya
itu telah diterima oleh masyarakat sebagai masing-masing dan untuk beribadat
hukum adat. Teori Receptie dikemukakan menurut agamanya dan kepercayaannya
oleh Prof. Christian Snouck Hurgronye dan itu.” Demikiandinyatakan dalam pasal 29
kemudian dikembangkan oleh van (1) dan (2).
Vollenhoven dan Ter Haar. Teori ini
dijadikan alat oleh Snouck Hurgronye agar 5. Teori Receptie A Contrario38
orang-orang pribumi jangan sampai kuat Teori Receptie Exit yang
memegang ajaran Islam dan hukum Islam. diperkenalkan oleh Hazairin dikembangkan
Jika mereka berpegang terhadap ajaran oleh Sayuti Thalib, S.H. dengan
dan hukum Islam, dikhawatirkan mereka memperkenalkan Teori Receptie A
akan sulit menerima dan dipengaruhi Contrario.Teori Receptie A Contrario yang
dengan mudah oleh budaya barat. Ia pun secara harfiah berarti lawan dari Teori
khawatir hembusan Pan Islamisme yang Receptie menyatakan bahwa hukum adat
ditiupkan oleh Jamaluddin Al-Afgani berlaku bagi orang Islam kalau hukum
berpengaruh di Indonesia. adat itu tidak bertentangan dengan agama
Teori Receptie ini amat berpengaruh Islam dan hukum Islam.Dengan demikian,
bagi perkembangan hukum Islam di dalam Teori Receptie A Contrario, hukum
Indonesia serta berkaitan erat dengan adat itu baru berlaku kalau tidak
pemenggalan wilayah Indonesia ke dalam bertentangan dengan hukum Islam.
sembilan belas wilayah hukum adat.Teori Kalau Teori Receptie
Receptie berlaku hingga tiba di zaman mendahulukan berlakunya hukum adat
kemerdekaan Indonesia. daripada hukum Islam, maka Teori
Receptie A Contrario sebaliknya. Dalam
4. Teori Receptie Exit37 Teori Receptie, hukum Islam tidak dapat
Teori Receptie Exit diperkenalkan oleh diberlakukan jika bertentangan dengan
Prof. Dr. Hazairin, S.H. Menurutnya hukum adat. Teori Receptie A Contrario
mendahulukan berlakunya hukum Islam
36 Ibid., 75.
37 Ibid., 79. 38 Ibid., 84.
daripada hukum adat, karena hukum adat Islam. Meskipun begitu tetap dengan
baru dapat dilaksanakan jika tidak mayoritasnya umat Islam di Indonesia tetapi
bertentangan dengan hukum Islam. tidak memiliki kekuasaan untuk mengubah
landasan Negara berdasarkan Islam secara
keseluruhan
KESIMPULAN
Untuk pengembangan dan pembaharuan
Hukum Islam di Indonesia ada beberapa
proses. Proses tersebut tetap menjadikan
wahyu sebagai rujukan awal yang
membutuhkan ijtihad sebagai proses inteletual
para ulama yang melahirkan fiqih. Fiqih akan
dapat dijadikan sebagai hukum Islam di
Indonesia tidak hanya dengan proses yudisial
yang selama ini berlaku di Pengadilan Agama,
akan tetapi akan lebih maslahah jika hukum
Islam yang berupa fiqih dan syari’ah tersebut
diundangkan dalam bentuk undang-undang.
Untuk mengundangkannya perlu melakukan
proses legislasi di DPR.
Konfigurasi historis hukum Islam di
Indonesia dipengaruhi oleh bermacam-macam
faktor, seperti penguasa dan masyarakat pada
era itu sendiri. Pada masa kerajaan Islam,
hukum Islam diterapkan dalam berbagai hal
tata negara dan hubungan bermasyarakat.Pada
masa penjajahan hukum Islam berlaku lebih
dikhususkan untuk orang Islam saja, dan
seiring perkembangan Belanda bahkan
berusaha menghapus sedikit demi sedikit
hukum Islam.Pada masa setelah kemerdekaan
(orde lama, orde baru dan reformasi) Hukum
Islam mulai diterapkan kembali, meskipun
secara tidak langsung.Pemerintah dalam
membuat kebijakan dan peraturan tidak
boleh yang bertentangan dengan syariat
Islam.Hal ini juga dipengaruhi bahwa
keadaan bangsa Indonesia yang 87%
penduduknya beragama
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Azra, Azyumardi (ed.), Perspektif Islam Asia Tenggara, Jakarta: Yayasan Obor, Cet. I, 1989.
Effendy, Bahtiar, Islam dan Negara; Transformasi Pemikiran dan Praktik Politik Islam di Indonesia,
Jakarta: Paramadina, 1998.
Sunanto, Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta: RajaGrafindo Persada, Cet. I, 2005.
Syaukani, Imam, Rekonstruksi Epistimologi Hukum Islam Indonesia Dan Relevansinya Bagi Pembangunan
Hukum Sosial, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.
Usman, A. Rani, Sejarah Peradaban Aceh: Suatu Analisis Interaksionis, Integrasi dan Konflik, Jakarta:
Yayasan Obor, Cet. I, 2003.
“Hukum Islam Pada Masa Penjajahan Belanda.” Saripedia.wordpress.com. Diakses pada 19 Mei
2016. https://saripedia.wordpress.com/tag/hukum-islam-pada-masa-penjajahan-belanda/
“Teori Berlakunya Hukum Islam.” blogspot. Diakses pada 19 Mei 2016. http://master-
masday.blogspot.co.id/2011/05/teori-tentang-berlakunya-hukum-islam-di.html