A. Latar Belakang
Legislasi hukum adalah pembentukan hukum tertulis melalui
negara. Bagaimana pandangan tentang legislasi hukum Islam dan dalam
konteks Indonesia, seberapa penting legaslasi hukum Islam itu dilakukan?
Menyorot legislasi hukum Islam, khususnya dalam konteks ke Indonesiaan
serta pentingnya legislasi hukum Islam itu sendiri dapat kita lihat melalui
pendekatan historis dan tinjauan terhadap esensi, eksistensi, pelembagaan,
pembaharuan, pengembangan dan prospek penerapannya dalam konteks
Indonesia.
Dalam perjalanan sejarah hukum islam, legislasi hukum islam
berkembang dari masa ke masa. Mulai periode awal yaitu pada masa
Rasulullah SAW (11 H./632 M.), masa khulafaurrosyidin, masa awal
pertumbuhan hukum fiqih sampai penentuan hukum-hukum islam di
Indonesia terus mengalami perkembangan.
Adapun tujuan legislasi hukum islam itu sendiri tidak lain adalah
untuk memperjelas pengkodifikasian, pengelompokan atau
pengklasifikasian hukum-hukum islam di Indonesia sehingga
mempermudah dalam penentuan atau penetapan suatu hukum. Apalagi di
Indonesia sendiri merupakan negara terbesar yang mayoritas penduduknya
adalah muslim.
Oleh karena itu sangat penting untuk dibahas mengenai legislasi
hukum-hukum islam yang diterapkan di negara kita Indonesia naik dari
segi penentuan maupun pelaksanaannya, sehingga sebagai seorang Muslim
dan seorang penduduk kita tidak buta akan hukum-hukum yang berlaku di
negara sendiri.
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian, tujuan dan sejarah legislasi hukum islam di
Indonesia pada masa reformasi.
2. Mengetahui teori pemikiran dan strategi penerapan hukum islam di
Indonesia
3. Mengetahui pelaksanaan legislasi dan studi kasus hukum islam di
Indonesia pada masa reformasi.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Legislasi Hukum Islam
Legislasi secara bahasa sering disebut juga dengan legalisasi.
Legislasi merupakan cara yang digunakan untuk mengesahkan hukum
di suatu negara. Tujuan dari legislasi adalah untuk mengemukakan
hukum, bukan sebagaimana adanya saat ini atau dahulu tetapi
sebagaimana seharusnya. Dengan demikian suatu prinsip baru yang
digariskan oleh keputusan yudisial dapat dikatakan sebagai ketentuan
legislasi, sedangkan tidak demikian halnya, sebab legislasi dalam
artian yang luas adalah sumber hukum yang berupa deklarasi aturan-
aturan hukum otoria yang berkompeten dari kekuasaan yang berdaulat
di dalam negara yang tidak dapat dihapuskan atau digugurkan oleh
otoria legislatif lain dari manapun. sedangkan dalam artian sempit
legislsi adalah aturan yang berseumber dari suatu otoria yang lain
daripada kekuasaan yang berdaulat selain itu eksistensi dan
validitasnya bergantung pada suatu otoria yang tertinggi atauyang
lebih tinggi. Legislasi dalam pengerian ini, dapat diklasifikasikan
dalam legislasi tingkat tinggi dan legislasi tingkat rendah. Legislasi
tingkat tinggi bersumber pada kekuasaan yang tertinggi dalam negara
atau disebut (kehendak negara). Hukum Islam adalah kehendak
Tuhan, dan fungsi negara adalah untuk memberlakukannya, bukan
untuk menciptakannya. Hukum Islam berwatak etis muncul dari
resep-resep Al-Quran bagi perilaku sosial. Negara membuat
keterangan hukumnya daripadanya dan hanya sedikit mempunyai andil
atau bagian dalam pembentukannya.
1. Komponen Struktur
Struktur politik Indonesia yang di dalamnya terdapat
mayoritas penganut Islam harus memiliki komitmen terhadap
keberadaan (eksistensi) dan keefektifan berlakunya hukum Islam di
Indonesia. Artinya pemahaman keagamaan tidak hanya
berdasarkan teks-teks formal, tetapi juga melihat kondisi sosio-
kultural masyarakat bangsa Indonesia serta filosofi ajaran Islam itu
sendiri, yakni untuk kemaslahatan, keadilan, dan rahmat bagi umat
manusia. Kondisi masyarakat yang perlu diperhatikan adalah
kemajemukan, baik dari segi agama maupun tingkat penghayatan
keagamaan, sementara tingkat pendidikan dan ekonomi masyarakat
secara umum masih rendah. Tentu produk dari penafsiran seperti
ini suatu saat bisa berubah jika kondisi sosio-kultural itu
mengalami perubahan.
2. Komponen Subtansi
3. Komponen Kultur
Berfungsinya hukum Islam secara efektif dalam masyarakat
harus melalui proses pelembagaan (institusionalization), agar
hukum Islam menjadi bagian darisuatu lembaga sosial.
Pelembagaan yakni suatu proses ketika norma-norma hukum Islam
dapat diketahui, dipahami, dinilai, dihargai, dijiwai dan ditaati oleh
sebagian besar masyarakat. Masyarakat akan menghargai dan
mentaati hukum Islam, apabila hukum tersebut benar-benar
menjamin kemaslahatan hidup mereka di dunia dan di akhirat,
ketentraman, kedamaian, dan kesejahteraan lahir dan batin, baik
secara individu maupun sosial. 26 Dengan kata lain, hukum Islam
harus mampu memfasilitasi manusia dalam memenuhi kebutuhan-
kebutuhan hidupnya. Sosok hukum Islam seperti ini juga sangat
ditentukan oleh subtansinya, karena itu untuk dapat memperoleh
dukungan kultur, maka subtansinya perlu dibenahi lebih dahulu.
Namun saat negara bagian RIS pada awal tahun 1950 hanya tersisa
tiga negara saja RI, negara Sumatera Timur, dan negara Indonesia
Timur, salah seorang tokoh umat Islam, Muhammad Natsir,
mengajukan apa yang kemudian dikenal sebagai Mosi Integral
Natsir sebagai upaya untuk melebur ketiga negara bagian tersebut.
Akhirnya, pada tanggal 19 Mei 1950, semuanya sepakat
membentuk kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Proklamasi 1945. Dan dengan demikian, Konstitusi
RIS dinyatakan tidak berlaku, digantikan dengan UUD Sementara
1950.
A. Kesimpulan
a. Legislasi hukum Islam di Indonesia adalah cara yang
digunakan untuk mengesahkan hukum Islam di Indonesia
sebagai suatu hukum yang sah secara keseluruhan. Tujuan
dari legislasi tersebut adalah tujuan legislasi hukum Islam
itu sendiri tidak lain adalah untuk memperjelas
pengkodifikasian, pengelompokan atau pengklasifikasian
hukum-hukum islam di Indonesia sehingga mempermudah
dalam penentuan atau penetapan suatu hukum.
b. Sejarah legslasi hukum Islam di Indonesia di mulai dari,
masa pra penjajahan Belanda, masa penjajahan Belanda,
masa pendudukan Jepang, masa kemerdekaan, masa
revolusi hingga keluarnya dekrit presiden 5 Juli, masa orde
baru, hingga pada masa reformasi.
c. Teor-teori pemikiran dalam legislasi hukum Islam di
Indonesia meliputi: teori pemikiran formalistik-legalistik,
teori pemikiran strukturalistik, teori pemikiran kulturalistik,
teori pemikiran subtantialistik-aplikatif. Sedangkan strategi
penerapannya meliputi: komponen struktur, komponen
subtansi, dan kompnen kultur.
d. Pelaksanaan legislasi hukum Islam di Indonesia diantaranya
dibuktikan dengan disusunnya: Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1989/ UU No 3 tahun 2006 Tentang Peradilan
Agama, Intruksi Presiden No. 1 Tahun 1999 Tentang
Kompilasi Hukum Islam (KHI). Sementara permasalahan
yang timbul dalam penerapan hukum-hukum tersebut
diantaranya adalah permasalahan penerapan qanun syariat
di Aceh dan permasalahan penerapan hukum kewarisan.
DAFTAR PUSTAKA
Latief, Husni Mubarrak dan Bukhari Ali. 2012. Problematika Legislasi Qanun
Jinayat di Aceh Pasca Implementasi Undang-undang Pemerintahan Aceh
(UUPA), Laporan Penelitian. Banda Aceh: Lembaga Penelitian (Lemlit)
IAIN Ar-Raniry.
Muslehuddin, Muhammad. 1985. Hukum Darurat Dalam Islam. Bandung : Salman Ia
http://muhammad-almansur. blogspot. com/2012/05/dinamika-legislasi-hukum-
islam-di-masa. html