ACEH 2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dan puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
tepat waktu. Tanpa ridha dan petunjuk dari-Nya mustahil makalah ini dapat di rampungkan.
Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai pegangan dalam
mempelajari materi tentang Filsafat Hukum Islam, Juga merupakan harapan kami dengan hadirnya
makalah ini, akan mempermudah teman-teman semua dalam proses perkuliahan pada mata kuliah
Filsafat Hukum Islam.
Sesuai kata pepatah “tak ada gading yang tak retak”, kami mengharapkan saran dan kritik, khususnya
dari rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi. Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Akhir kata,
semoga segala daya dan upaya yang kami lakukan dapat bermanfaat, Amin.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah Filsafat
Hukum Islam sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ”Filsafat Hukum
Islam”.
Penulis,
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………….…………………...….………………………..i
DAFTAR ISI………………………………………………..……………..……………….…ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………...……………….….1
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….…………….8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat Hukum Islam adalah merupakan bentuk cabang kajian keilmuan yang bernuansa
baru bila di kaitkan dengan hukum Islam dan metodologi dalam beristinbat hukum. Dengan
kata lain, filsafat hukum Islam berusaha untuk menemukan esensi kandungan hukum yang
terdapat dalam hukum Islam yang melalui metodologi (istinbat) untuk menentukannya,
karena filsafat hukum Islam tidak lain adalah metode berpikir kritis, rasional dan metodis.
Hukum Islam mengacu pada pandangan hukum yang mengatakan bahwa hukum Islam itu
diciptakan karena ia mempunyai maksud dan tujuan. Tujuan dari adanya hukum Islam adalah
terciptanya kedamaian di dunia dankebahagian di akhirat. Jadi hukum Islam bukan bertujuan
meraih kebahagaiaan yang fana’ dan pendek di dunia semata, tetapi juga mengarahkan
kepada kebahagiaan yang kekal di akhirat kelak. Inilah yangmem bedakannya dengan hukum
manusia yang menghendaki kedamaian didunia saja. Apabila kita memperhatikan
perkembangan zaman pada saat sekarang ini, maka hukum islam dituntut untuk
menyesuaikan dengan keadaan tersebut, maka dari itulah muncul ijtihad baru yang berkenaan
dengan masalah yang terjadi itu, salah satunya adalah dengan berfilsafat.
Jika kita berbicara filsafat, kita seakan berada pada ranah yang sangat abstrak, danfilsafat
hukum merupakan cabang dari filsafat, filsafat hukum mempunyaifungsi yang strategis
dalam pembentukan hukum di Indonesia, khususnyaadalah hukum islam itu sendiri.Dengan
adanya Filsafat Hukum Islam, dapat dibuktikan bahwa hukumIslam mampu memberikan
jawaban terhadap tantangan zaman danmerupakan hukum terbaik sepanjang zaman bagi
semesta alam. Maka untuk mengenal tentang Filsafat Hukum Islam itulah yang menjadi latar
belakang dari penulisan makalah ini
1
BAB II
PEMBAHASAN
Filsafat hukum islam terdiri dari tiga kata, yaitu: Filsafat, Hukum dan Islam. Ketiga
kata tersebut memiliki definisi masing-masing. Filsafat Hukum memiliki definisi bahwa
filsafat hukum adalah pengetahuan tentang pemikiran mendalam, sistematis, logis, dan
radikal tentang berbagai aturan yang berlaku dalam kehidupan manusia, baik aturan
bermasyarakat maupun aturan bernegara. Hukum adalah peraturan-peraturan tentang
perbuatan dan tingkah laku manusia dalam lalu lintas hidup. Dalam islam “Hukum” adalah
menetapkan sesuatu atas sesuatu (itsbatu syai’in alasyai’in), secara ringkas berarti ketetapan.
Sedangkan definisi filsafat hukum islam adalah kajian filosofi tentang hukum islam
hakikat hukum islam, sumber asal muasal hukum islam dan prinsif penerapanya, serta
mamfaat hukum islam bagi kehidupan masyarakat yang melaksanakanya. Dengan demikian,
yang dimaksud dengan filsafat hukum islam adalah setiap kaidah, asas atau mabda’, aturan-
aturan pengendalian masyarakat pemeluk agama islam. Kaidah-kaidah tersebut dapat berupa
ayar Al-Qur’an, hadis pendapat sahabat dan tabi’in, ijma’ ulama, fatwa lembaga keagamaan.
Filsafat hukum islam diartikan juga dengan istilah hikmah at-tasyri. Dalam sejarah
pembinaan hukum islam dapat ditemukan bahwa para ahli ushul telah mewujudkan falsafah
at-tasyri sehingga hukum terbina dengan baik. 1
Mustafafa Abd al-Raziq, beliau adalah ahli fikih kontemporer Mesir, ia megemukakan
bahwa filsafat hukum islam itu terdiri atas sumber hukum, kaidah, dan tujuannya. Maka
melihat kepada tujuan penerapan hukum islam itulah ada ulama yang menamakan filsafat
hukum islam dengan maqashid al-tasyri atau maqashid al-syari’ah, yaitu tujuan atau rahasia
yang sesungguhnya dari pengundangan atau penerapan hukum islam oleh Allah Swt.2
1
Muhammad Syukri Albani Nasution, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2014).
Hlm. 3-4.
2
Alaiddin Koto, Filsafat Hukum Islam, (Riau: Rajawali Pers, 2012). Hlm. 153.
2
B. Macam-Macam Filsafat Hukum Islam
Ada beberapa factor yang menjadi cirri filsafat hukum islam, yaitu:
3
Muhammad Syukri Albani Nasution, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada,2014). Hlm. 5.
3
4. Radikal, artinya sampai ke akar-akarnya, sampai pada konsekuensinya yang
terakhir. Radiks artinya akar yang juga disebut arche sebagai cirri khas berpikir
filosofis.
5. Hakikat, merupakan istilah yang menjadi cirri khas filsafat. Hakikat adalah
pemahaman atau hal yang paling mendasar. Jadi, filsafat tidak hanya berbicara
tentang wujud atau materi sebagaimana ilmu pengetahuan, tetapi berbicara makna
yang hakikat terdapat di belakangnya. Dalam filsafat, hakikat tersebut sebagai
akibat dari berpikir radikal.
Berdasarkan ciri-ciri filsafat hukum yang telah dikemukakan di atas, dapat diambil
pemahaman bahwa filsafat merupakan kebebasan berpikir manusia terhadap segala sesuatu
tanpa batas dengan mengacu pada hukum keraguan atas segala hal. Bahwa sekalian alam dan
segala hal dapat dilihat dari berbagai sudut melalui kotemplasi pemikiran yang sistematis,
logis, dan radikal.
Pemikiran terhadap hukum Islam telah lahir sejak awal sejarah umat Islam, disebabkan
oleh adanya dorongan al-Qur’an dan al- Sunnah agar manusia menggunakan pikirannya
dalam menghadapi persoalan-persoalan hidup, terlebih menghadapi persoalan yang sangat
fundamental, menyangkut aqidah atau keyakinan agama. Sebagaimana Firman Allah SWT.
4
(QS 17:36):
”Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya”.
4
Suparman Usman, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, (Serang:Penerbit SUHUD Sentrautama,
4
Ayat di atas menjelaskan kepada manusia untuk menerapkan pengetahuannya dari segala apa
yang telah didapat melalui pendengaran, penglihatan dan hatinya. Kesemuanya itu
merupakan dasar memperoleh ilmu pengetahuan, dan mereka mesti mempertanggung
jawabkannya dari segala bentuk hasil yang diupayakannya itu.5
“Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan
dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya”.
Ayat ini menjelaskan bahwa al-Qur’an telah mendorong kepada manusia untuk
menggunakan akalnya dalam mengkaji segala bentuk persoalan yang ada pada dirinya, yang
dipengaruhi pula oleh lingkungan di seklilingnya. Al-Qur’an merupakan pedoman bagi
manusia yang berfikir dan segala tempat untuk memperoleh kebenaran yang hakiki.6
Yang Menjadi objek filsafat hukum islam meliputi objek teoretis (Falsafah Tasyr’i) dan
objek praktis (Falsafah Syari’ah). Objek teoritis filsafat hukum islam adalah objek kajian
yang merupakan teori-teori hukum islam yang meliputi:
5
4. Karakteristik hukum islam (Thawabi al-Ahkam)
Mamfaat studi filsafat hukum islam adalah: pertama, menjelaskan bahwa kajian filsafat
hukum islam akan memberikan pengetahuan hukum islam secara utuh kepada ahli hukum
yang mengkajinya. Kedua, filsafat hukum islam diperlukan untuk mengkaji lebih mendalam
terhadap hukum islam. Keriga, untuk mewujudkan hukum yang berkeadilan yang senantiasa
sesuai dengan kondisi zaman. Keempat, Pengkajian filsafat hukum islam memungkinkan
pemahaman islam secara menyeluruh (kaffah) dengan keterkaitan dan hubungan yang terjalin
dengan ilmu-ilmu agama lainya.
Secara bahasa ibadah berasal dari bahasa Arab, ibadah, yang berarti doa, tunduk, patuh,
dan mengabdi. Mengutip beberapa ibadah yang dikemukakan oleh beberapa ulama, hasbi
Ashshidiqy mwndefinisikan ibadah dengan “pengesaan Allah dan pengagunganya dengan
sepenuh-penuh pegagungan disertai penghinaan diri dan kepatuhan yang prima kepadanya.
Sedangkan kalangan ulama mendifinisikan ibadah dengan mengamalkan ketaatan secara
badaniah kepada Allah dan menegakkan syariatnya.7
“ Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”.
b. Firman Allah dalam Surat Thaha ayat 14:
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka
sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.”8
7
Alaiddin Koto, Filsafat Hukum Islam, (Riau: Rajawali Pers, 2012). Hlm. 154.
8
Mushaf Ar-Rasyid, Al-Qur’an dan terjemahanya, Cetakan Ke-3 (Jakarta: Rasyid Media. 2016) Surat
Thaha ayat 14.
6
Merujuk kepada firman Allah swt dalam suarat Al-Baqarah ayat 30 yang artinya: “aku
hendak menjadikan khalifah di bumi”. Dan tekandung juga didalam surat Shad ayat 26:
“Sesunnguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi”.
Beberapa ayat diatas menjelaskan bahwa manusia diciptakan oleh Allah swt sebagai
khalifahnya diatas bumi. Penciptaan manusia dimuka bumi adalah penciptaan untuk
mengemban amanah, dan amanah itu adalah kewajiban. Artinya, tugas manusia dibumi hanya
satu, yaitu menunaikan kewajiban yang diberikan oleh Allah kepadanya. Namun disisi lain,
penciptaan manusia oleh Allah adalah penciptaan yang tidak hanya satu unsur, melainkan dua
unsur, yaitu tanah dan ruh. Kedua unsure tersebut berimplikasi kepada watak manusia itiu
sendiri.
Ruh menjiwai manusia dengan kecenderungan menggunakan amanah sebagai tugas dan
kewajiban yang harus dilaksanakan sebagai khalifah Allah di muka bumi. Jadi ada dua hal
yang selalu berkompetisi didalam diri manusia: Nafsu ingin mengambil dan memiliki,
sementara akal dan nurani ingin member dan menunaikan kewajiban, Pada kondisi seperti
inilah diperlukan ibadah, sebagai aktivitas pengesaan, pengabdian, dan menjadikan Allah
sebagai satu-satunya tujuan dalam kehidupan manusia. 9
Dalam ajaran islam tuntutan beribadah terbagi menjadi dua yaitu wajib dan sunah.
Tuntutan berbentuk wajib tersimpul kepada lima tuntutan yang tersimpul dalam rukun islam,
yaitu mengucap dua kali masyahadat, mendirikan shalat, puasa di bulan ramadhan,
menunaikan zakat, dan melaksanakan haji ke Makkah bagi yang mampu.
Ketika dipikirkan secara mendalam, muara dari pengamalan kelima rukun islam tersebut
adalah untuk membentuk manusia agar memiliki akhlak yang luhur dalam semua aspek
kehidupannya, persis dengan tujuan diutuskanya Nabi Muhammad sebagai rasul oleh Allah
Swt, sebagaimana disampaikan sendiri oleh nabi dalam hadisnya, yang artinya:
“Sesungguhnya saya ini diutus untuk menyempurnakan kemulian dan akhlak.”
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
9
Alaiddin Koto, Filsafat Hukum Islam, (Riau: Rajawali Pers, 2012). Hlm. 157.
7
Jadi, kesimpulan didalam makalah ini adalah bahwa Filsafat Hukum memiliki definisi
bahwa filsafat hukum adalah pengetahuan tentang pemikiran mendalam, sistematis, logis, dan
radikal tentang berbagai aturan yang berlaku dalam kehidupan manusia, baik aturan
bermasyarakat maupun aturan bernegara. Hukum adalah peraturan-peraturan tentang
perbuatan dan tingkah laku manusia dalam lalu lintas hidup. Dalam islam “Hukum” adalah
menetapkan sesuatu atas sesuatu (itsbatu syai’in alasyai’in), secara ringkas berarti ketetapan.
Sedangkan yang dimaksud dengan filsafat hukum islam adalah setiap kaidah, asas atau
mabda’, aturan-aturan pengendalian masyarakat pemeluk agama islam. Kaidah-kaidah
tersebut dapat berupa ayar Al-Qur’an, hadis pendapat sahabat dan tabi’in, ijma’ ulama, fatwa
lembaga keagamaan. Filsafat hukum islam diartikan juga dengan istilah hikmah at-tasyri.
Dalam sejarah pembinaan hukum islam dapat ditemukan bahwa para ahli ushul telah
mewujudkan falsafah at-tasyri sehingga hukum terbina dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ar-Rasyid, Mushaf. 2016. Al-Qur’an dan terjemahanya, Cetakan Ke-3. Jakarta. Rasyid
Media.
Nasution, Muhammad, Albani, Syukri. 2014. Filsafat Hukum Islam. Jakarta. Raja Grafindo
Persada.
Usman, Suparman, dan Itang. 2015. Filsafat Hukum Islam. Jakarta. Laksita Indonesia.