Anda di halaman 1dari 14

17/4/2018 40 Kaidah Ushul Fiqih | Agen Makalah Com

Agen Makalah Com


Situs Kumpulan Makalah dan Tesis

HOME HUKUM ISLAM HUKUM UMUM PENDIDIKAN ISLAM PENDIDIKAN UMUM Search... Go

u K e N o T e r s e b u t d a n N a n t i d i b e r i k a n K o d e n y a U

Home » Ilmu Ushu Fiqih » 40 Kaidah Ushul Fiqih

147
BY AGEN MAKALAH 147
WEDNESDAY, Tweet 2015 ILMU
21 JANUARY ShareUSHU FIQIH
Suka Bagikan
40 Kaidah Ushul Fiqih

Dari dari 40 kaidah ini dapat


disimpulkan hukum berbagai masalah yang
tidak terhitung banayknnya walaupun
kadang-kadang terdapat pengecualian-
pengeculaian.

Kaidah pertama

‫اﻻﺟﺘﮭﺎد ﻻ ﯾﻨﻘﺪﺑﺎﻻﺟﺘﮭﺎد‬

“Ijtihad tidak dibatalkan oleh ijtihad”

Hukum hasil ijtihad yang terdahulu tidak batal karena adanya ijtihad yang
kemudian , sehingga sahlah semua perbuatan yang berdasarkan hasil ijtihad terdahulu,
namun untuk perbuatan kemudian hukumnya telah berubah dengan adanya hokum
hasil ijtihad yang baru. Yang demikian ini adalah karena :

1. Nilai ijtihad adalah sama, sehingga hasil ijtihad kedua tidak lebih kedua tidak
lebih kuat dari hasil ijtihad pertama.

2. Apabila suatu ketetapan hokum hasil ijihad dapat dibnatalkan oleh hasil ijtihad
yang lain, akan mengakibatkan tidak adanya kepastian hokum. Dan tidak adanya
kepastian hukum ini akan mengakibatkan kesulitan dan kekacauan besar.

http://agenmakalah.blogspot.co.id/2015/01/40-kaidah-ushul-fiqih.html 1/14
17/4/2018 40 Kaidah Ushul Fiqih | Agen Makalah Com

Berdasarkan kaidah ini, maka pabila suatu pengadilan telah memutuskan


hokum terhadap suatu peristiwa , kemudian pada kesempatan lain ada peristiwa yang
sama, pengadilan tersebut memutuskan hokum yang lai, maka hasil keputusan yang
baru tidak merubah keputusan terdahulu, tetapi hanya berlaku pada peristiwa yang
baru.

Contoh :

Seorang hakim berdasarkan ijtihad telah mengambil keputusan dengan


menjatuhkan hukuman penjara 10 tahun. Tetapi pada kesempatan yang lain dlam
peristiwa yang sama dia mengambil keputusan dengan menjatuhkan hukuman kurang
dari 10 tahun. Maka dalam hal ini keputusan yang baru tidak merusak keputusan ynag
terdahulu, artinya pelaku yang pertama tetap dihukum 10 tahun, dan pelaku yang
kedua tetap dihukum kurang dari 10 tahun.

Diresume oleh:
FarhatulAeni

Contoh lain :
1. Seorang sembahyang dengan menghadap suatu arah yang dianggap
kiblat, kemudian pada waktu masuk sembahyang berikutnya berubah
angapannya tetang kiblat, maka dia harus menghadapi arah yang
dianggapnya kiblat dan tidak wajib mengqadla shalatnya yang pertama.
2. Seseorang yang ijtihadnya telah menentukan sucinya salah satu dari
bejana kemudian mengunakannya dan meninggalkannya, kemudian
berubah anggapannya, maka tidak boleh melakukan seperti anggapan
yang kedua, tetapi harustayamum.
Catatan :
Rusak keputusan ijtihad seorang hakim apabilaberlawanan dengan nash atau
ijma’ atau qiyas jaly, atau menurut Al-Iraqy, berlawana dengan kaidah-kaidah yang
kully, atau menurut ulama-ulama Hanafi, hukumnya tidak berdasarkan suatu dalil.
Kaidah Kedua
‫ﺐ ْاﻟ َﺤ َﺮا ُم‬ َ ‫ااﻟ َﺤ َﻼ ُل َو ْاﻟ َﺤ َﺮا ُم‬
َ َ‫ﻏﻠ‬ ْ ‫اِذَااﺟْ ﺘ َ َﻤ َﻊ‬
“Apabila berkumpul antara yang halal dan yang haram, dimenangkan yang haram”.
Segolongan ulama mendasarkan kaidah ini pada suatu hadist :
ُ‫ﺻ َﻞ ﻟَﮫ‬
ْ َ ‫ َﻻا‬: ‫ﻌﺮاﻗِﻰ‬ ْ َ‫ﻆ اَﺑ ُْﻮ ْاﻟﻔ‬
َ ‫ﻀ ِﻞ ا ِﻟ‬ ُ ِ‫ﺐ ْاﻟ َﺤ َﺮا ُم ﻗَﺎ َل اﻟ َﺤﺎﻓ‬ َ ‫ﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ ْاﻟ َﺤ َﻼ ُل َو ْاﻟ َﺤ َﺮا ُم ا ﱠِﻻ‬
َ َ‫ﻏﻠ‬ َ ‫َﻣﺎااﺟْ ﺘ َ َﻤ َﻊ‬
“Manakala berkumpul yang halal dengn haram, maka dimenangkan yang haram”.
Walaupun hadis diatas ini sanadnya dhaif, tetapi kaidahnya sendiri adalah
benar sesuai perintah agama, yaitu untuk selalu berhat-hati, yakni upaya preventif
sebelum terjadi pelanggaran yang lebih berat.

http://agenmakalah.blogspot.co.id/2015/01/40-kaidah-ushul-fiqih.html 2/14
17/4/2018 40 Kaidah Ushul Fiqih | Agen Makalah Com

Demikian pula apabil dua dalil bertentangan yang satu mengharamkan, dan
yang lain menghalalkan, maka di dahulukan yang mengharamkan.
Contoh : ketika sahabat Utsman bin Affan RA ditanya tentang uumnya
mengumpulkan dua orang wanita bersaudara, yang satu merdeka, yang satu budak,
yang keadaanya menurut ayat An-Nisa :
‫َوا َ ْن ﺗَﺠْ َﻤﻌُ ْﻮا ﺑَﯨْﻦَ ْاﻻُ ْﺧﺘَﯨَﯨ ِْﻦ‬
“Dan haram mengumpulkan (dalam perkawinan) dan dua orang wanita
bersaudara.”(hal 51-52)
Pertentangan antara dua hadis, yaitu :
ِ ِ‫ﻟَﻚَ ِﻣﻦَ ْاﻟ َﺤﺎﺋ‬
ِ ْ َ‫ﺾ َﻣﺎ ﻓَ ْﻮق‬
.‫اﻻ زَ ِار‬
“bagimu boleh berbuat sesuatu terhadap istrimu yang sdang haid pada segala yang
berada di atas kainpinggang”.
Dengan Hadis:

ِ‫ﺷ ْﻰءٍ اِﻻﱠ ااﻟ ِﻨّ َﻜﺎح‬


َ ‫ﺻﻨَﻌُ ْﻮا ُﻛ ﱠﻞ‬
ْ ِ‫ا‬
“perbutlah segala sesuatu (terhadap istri yang sedang haid) kecuali persetubuhan”.
Hadits yang pertama menunjuk kepada hukum haram istri yang sedang haid
berbuat sesuatu antara pusar dan lutut.
Sedangkan hadits yang kedua memblehkan berbuat segala seuat terhadap istri
yang sedang haid, kecuali bersetubuh.
‫َﻀ ْﻰ ﻗُ ِﺪّ َم ْاﻟ َﻤﺎ ﻧِ ُﻊ‬
ِ ‫ض اْ َﻣﺎ ﻧِ ُﻊ َو ْاﻟﻤﻘَﺘ‬
َ ‫اِذَاﺗَﻌَﺎ َر‬
“Apabla berlawanan antara yang mencegah dan yang mengharuskan, didahulukan
yang mencegah”.
Contoh : Orang yang junub kemudian mati syahid, maka yang lebih sah ia tidak
dimandikan. Bahkan apabila waktunya sempit atau airnya kurang untuk
kesempurnaan mandi, haram memandikannya.(hal 53)

Kaidah keiga
ِ ‫ﺎرﺑِ ْﺎﻟﻘُ ْﺮ‬
َ ‫ب َﻣ ْﻜ ُﺮ ْوهٌ َو ٌھﻮﻓِﻰ‬
ٌ‫ﻏﯿ ِْﺮھَﺎ َﻣﺤْ ﺒ ُْﻮب‬ ِْ
ُ َ ‫اﻹ ْﯨﺜ‬
“Mengutamakanorang lain dalam uruan ibadah adalah makruh, dan dalam urusan
selain ibadah adalah disenangi.”
Asal dari kaidah ini adalah firman Allah :
.ِ‫ﻓَﺎ ْﺳﺘَﺒِ ُﻖ ْاﻟ َﺨﯿ َْﺮات‬
“berlomba-lombalah kamu sekalian didalam kebajikan.”(hal 55)

Kaidah keempat
‫اَﻟﺘﱠﺎﺑِ ُﻊ ﺗ َﺎﺑِ ٌﻊ‬
“Pengikut tu adalah mengikuti”
Artinya : Sesuatu yang mengikuti kepada yng lain maka hukumnya adalah hukum yang diikuti.
Yang termasuk dalam kaidah ini adalah:
‫اَﺗﱠﺎﺑِ ُﻊ َﻻﯾَ ْﻔ ِﺮدُﺑِ ْﺎﻟ ُﺤ ْﻜ ِﻢ‬
“Pengikutnya hukumnya tidak tersendiri”
Hal ini karena hukum yang ada pada “yang diikuti” berlaku juga untu yang mengikuti.

http://agenmakalah.blogspot.co.id/2015/01/40-kaidah-ushul-fiqih.html 3/14
17/4/2018 40 Kaidah Ushul Fiqih | Agen Makalah Com

Contoh: Jual beli binatang yang sedang bunting, anak yang ada didalam kandungannya termasuk kedalam
akad itu.
ْ ٌ ِ‫ﺳﺎﻗ‬
ِ‫ﺴﻘُ ْﻮ ِط اﻟ َﻤﺘْﺒ ُْﻮع‬
ُ ‫ﻂ ِﺑ‬ َ ‫اَﺗﱠﺎ ِﺑ ُﻊ‬
“pengikut menjadi gugur dengan gugurnya yang dikuti”
Apabila hukum yang diikuti gugur, maka gugur pula huum yang mengikuti.
Contoh: Orang gila tidak berkewajiban shalat fardhu, karena itu tidak disunnahkan shalat sunnah rawatib,
kewajiban shalat fardhu telah gugur, dengan sendirinya shalat sunnah menjadi gugur pula.
Dekat dengan kaidah diatas adalah :

ْ َ‫ﻂ ْاﻻ‬
‫ﺻ ُﻞ‬ َ َ‫ﺳﻘ‬ ُ ُ‫ع ﯾَ ْﺴﻘ‬
َ ‫ﻂ اِذَا‬ ُ ‫اَﻟﻔَ ْﺮ‬
“cabang menjadi jatuh apabila pokoknya jatuh”
Contoh : Apabila anak yang pandai dan baik itu bebas (dari kesalahan), bebas pula penanggungannya; dan
apabila dia jatuh (dinyatakan bersalah), salah pula penaggungnya, sebab penanggung adalah cabang dari
yang ditanggung.
ْ َ ‫اَﺗﱠﺎﺑِ ُﻊ ﻻَﯾَﻘَﺪﱠ ُم‬
ِ‫ﻋﻠَﻰ اﻟ َﻤﺘْﺒ ُْﻮع‬
“pengikut itu tidak mendahului yang diikuti”.
Jadi yang diikuti harus lebih dahulu dari yang mengikuti.
Contoh: makmum tidak boleh mendahului iman, bik tempat berdirinya maupun gerakannya.
َ ‫ﯾُ ْﻐﺘَﻔَ ُﺮﻓِﻰ اﻟﺘ ﱠ َﻮاﺑِﻊِ َﻣ َﺎﻻﯾُ ْﻐﺘَﻔَ ُﺮﻓِﻰ‬
‫ﻏﯿ ِْﺮھَﺎ‬
“dapat dimaafkan dari hal-hal yang mengikuti, tidak dimafkan pada yang lainnya”.
Dengan kaidah yang di atas;
َ ‫ﺿ ْﻤﻨًﺎ َﻣ َﺎﻻﯾُ ْﻐﺘَﻔَ ُﺮﻓﻰ‬
‫ﻏﯿ ِْﺮھَﺎ‬ َ ‫ﯾُ ْﻐﺘَﻔَ ُﺮ ِﻓﻰ‬
ِ ٍ‫ﺷ ْﻲء‬
“sesuatu itu dapat dimaafkan karena terkait yang lain,tidak dapat dimaafkan karena sengaja”.
Kadang-kadang dikatakan;
‫ﯾُ ْﻐﺘَﻔَ ُﺮﻓِﻰ اﻟﺜ ﱠ َﻮاﻧِﻰ َﻣ َﺎﻻﯾَ ْﻐﺘ َ ِﻔ ُﺮﻓِﻰ ْاﻻَ َوا ِﺋ ِﻞ‬
“dapat dimaafkan bagi yang meniru, tidak demikian bagi yang lain.
Contoh: Orang yang sedang ihram tidak sah nikah, tetapi sah rujuknya, karena adanta rujuk setelah adanya
nikah.(hal 57-60)
Kaidah kelima
‫ﺼﻠَ َﺤ ِﺔ‬ ٌ ‫اﻟﺮ ِﻋﯿﱠ ِﺔ ﻣﻨُ ْﻮ‬
ْ ‫ط ﺑِﺎﻟ َﻤ‬ ‫ﻋﻠﻰ ﱠ‬
َ ‫اﻻ َﻣ ِﺎم‬
ِ ‫ف‬ َ َ‫ﺗ‬
ُ ‫ﺼ ﱠﺮ‬
“tharruf (tindakan) imama terhadap rakyat harus dihubungkan dngan kemaslahatan”.
Tindakan dan kebikalsanaan yang ditempuholeh pemempin/penguasa harus sejalan dengan
kepentingan umum bukan untuk golongan ayau diri sendii. Penguasa adalah engayom dan pengemban
kesengsaraan umat.
Kaidah ini berasal dari fatwa Imam Syafi’I :

ْ ‫ط ﺑِ ْﺎﻟ َﻤ‬
‫ﺼﻠَ َﺤ ِﺔ‬ ٌ ‫اﻟﺮ ِﻋﯿﱠ ِﺔ َﻣﻨُ ْﻮ‬ ِ ْ ‫َﻣ ْﻨ ِﺰﻟَ ِﺔ‬
‫اﻻ َﻣ ِﺎم ِﻣﻦَ ﱠ‬
“keduduan imam tergadap rakyat adalah seperti kedudukan wali terhadap anak yatim”.(hal 61).
Kaidah keenam
‫ت‬
ِ ‫ﺸﺒُ َﮭﺎ‬ ُ ُ‫ا َ ْﻟ ُﺤﺪ ُْودُ ﺗ َ ْﺴﻘ‬
‫ﻂ ِﺑﺎﻟ ﱡ‬
“hukum-hukuman itu gugur karena syubhat”
Suatu kasus yang belum bsa dbuktikan secara factual sebagai suatu tindak pelanggaran, tersangka
tidak bisa dijatuhi hukuman. Karena untuk memfonis pelaku tindak krimnalitas (jarimah) seorang hakim
memerlukan bukti-bukti obyektf meyakinkan.
Kaidah ini berasal dari sabda Nabi :
‫ت‬
ِ ‫ﺸﺒُ َﮭﺎ‬ ْ ‫اٍد َْراؤ‬
‫ُااﻟ ُﺤﺪ ُْو ِد ِﺑﺎﻟ ﱡ‬
“hndarkanlah hukuman hukuman karena adanya syubhat”.
contoh: mengambil kendaraan ditempat perparkiran, karena cat dan merk sama, ternyata bukan.
‫ت‬ ‫ﻂ ِﺑﺎﻟ ﱡ‬
ِ ‫ﺸﺒُ َﮭﺎ‬ َ ‫ا َ ْﻟ َﻜﻔﱠ‬
ُ ُ‫ﺎرة ُ ﺗ َ ْﺴﻘ‬
“kewajiban membayar kafarat gugur karena adanya syubhat”.

http://agenmakalah.blogspot.co.id/2015/01/40-kaidah-ushul-fiqih.html 4/14
17/4/2018 40 Kaidah Ushul Fiqih | Agen Makalah Com

Contoh : orang melakukan persetubuhan di bulan Ramadlan karena lupa, tidak wajib membayar kafarat.
(hal 64)
Kaidah ketujuh
‫اْ ْﻟ ُﺤ ﱡﺮﻻَﯾَ ْﺪ ُﺧ ُﻞ ﺗَﺤْ ﺖَ ْاﻟﯿَ ِﺪ‬
“Orang yang merdeka itu tidak masuk dalam kekuasaan”.
Contoh : Seandainya mengurung orang yang merdeka, dengan memperlakukannya dengan baik, kemudina
da mati karena tertimpa tembok yang robohdan sebagainya, maka tidak wajib membayar ganti
ruginya.(hal 65)

Kaidah kedelapan
ُ‫ْاﻟ َﺤ ِﺮ ْﯾ ُﻢ ﻟَﮫُ ُﺣ ْﻜ ُﻢ َﻣﺎ ھ َُﻮ َﺣ ِﺮ ْﯾ ٌﻢ ﻟَﮫ‬
“yang engelilngi larangan hukumnya sama dengan yang dikelilingi”.
Dasar darikaidah ini ialah hadis Nabi :
‫ت‬ ‫ﻓَ َﻤ ِﻦ اﺗﱠﻘَﻲ اﻟ ﱡ‬.‫ﺎس‬
ِ ‫ﺸﺒُ َﮭﺎ‬ ِ ‫ا َ ْﻟ َﺤ َﻼ ُل ﺑَﯿ ٌّﻦ َو ْاﻟ َﺤ َﺮا ُم ﺑَﯿْﻦَ َوﺑَ ْﯿﻨَ ُﮭ َﻤﺎا ُ ُﻣ ْﻮ ٌر ُﻣ ْﺸﺘ َ ِﺒ َﮭﺎﺗٌﻼَﯾَ ْﻌﻠَ َﻤ ُﮭ ﱠﻦ َﻛﺜِﯿ ٌْﺮ ِﻣﻦَ اﻟﻨﱠ‬
‫ﻓَﻘَﺪِا ْﺳﺘَﺒ َْﺮ َء ِﻟ ِﺪ ْﯾﻨِ ِﮫ‬
.‫ﻋﻰ َﺣ ْﻮ َل ْاﻟ ِﺤ َﻤﻰ ﯾَ ْﻮ ِﺷﻚُ ﯾَ ْﺮﺗ َ َﻊ ﻓِ ْﯿ ِﮫ‬
َ ‫ﺎرا ِﻋﻰ ﯾَ ْﺮ‬ ‫ت َوﻗَ َﻊ ﻓِﻰ ْاﻟ َﺤ َﺮ ِام َﻛ ﱠ‬ ‫ﺿ ِﮫ َو َﻣ ْﻦ َوﻗَ َﻊ اﻟ ﱡ‬
ِ ‫ﺸﺒُ َﮭﺎ‬ ِ ‫َو ِﻋ ْﺮ‬
“Yang halal telah jelas dan yang haram talah jelas, dan diantarakeduanya ada masalah-masalah
mutsyabihat( yang tidak jelas hukumnya), yang kebanyakan orang tidak mengetahui hukumnya. Maka
barangsiapa yang menjaga diri dari syubhat, berti ia halal membersihkan agama dan dirinya;dan barang
siapa yang jatuh kepada keharaman, seperti seorang penggembala yang mengembala disekitar pagar dan
larangan, dikhawatirkan akan melanggar (memasuk) ke dalam pagar”.(hal-67)

Kaidah kesembilan
‫ﺼ ْﻮدُ ُھ َﻤﺎدَ َﺧ َﻞ ﻓِﻰ ْاﻻ ِﺧ ِﺮﻏَﺎ ِﻟﺒًﺎ‬
ُ ‫ﻒ َﻣ ْﻘ‬
ْ ‫اﺣ ٍﺪ ﻟَ ْﻢ ﯾَ ْﺨﺘ َ ِﻠ‬ ِ ‫اِذَاﺟْ ﺘ َ َﻤ َﻊ ا َ ْﻣ َﺮ‬
ِ ‫ان ِﻣ ْﻦ ِﺟ ْﻨ ٍﺲ َو‬
“Apabla berkumpul dua perkara satu jenis, dan tidak berbeda makud dari keduanya, maka menurut
biasanya yang satu masuk kepada yang lain”.
Contoh : Apabila orang hadas kecl dab hadas besar (junub), maka cukup dengan bersucu saja, seperti
kalau orang junub dan mandi.(hal 69)
Kaidah kesepuluh
َ ‫اْ ْﻋ َﻤﺎ ُل‬
‫اﻟﻜﻼ ِم ا َ ْوﻟَﻰ ِﻣ ْﻦ اِھﻤﺎ ِﻟ ِﮫ‬
“Mengamalkan maksud suatu kalimat, lebih utama daripada menyia-nyiakannya”.
Perkara itu ada kalanya jelas maksudnya, dan ada kalanya kurang jelas maksudnya. Terhadap yang
telah maksudnya. Maka haruslah diamalkan sesuai dengan yang dimaksud itu, dan terhadap yang belum
jelasmaksudny, maka mengamalkan lebih baik daripada meniadakannya atau menyia-nyiakannya.
Contoh : Orang berwasiat membeekan hartanya kepada anak-anaknya, padahaal a sudah tidak mempunyai
anak lagi kecuali cucu-cucunya, maka harta harus diberikn kepada cucu-cucunya.
‫ﻟﻰ ِﻣﻦَ اﻟﺘﱠﺄ ْ ِﻛ ْﯿ ِﺪ‬ ُ ‫اَﻟﺘﱠﺄ ْ ِﺳﯿ‬
َ ‫ْﺲ ا َ ُو‬
“Membuat dasar tu lebih utama dari pada memperkuat”.
Contoh : seorang laki-laki berkata pada istrinya : “engkau saya tolak, enkau saya talak” dengan tdak ada
niat apa-apa dalam pengulangannya, maka yang lebih sah adalah diartikan sebagai ta’sis ( ucapan
permulaan, bukan memperkuat).(hal 69)
Kaidah kesebelas
‫ﺎن‬ ‫ا َ ْﻟﺨ ََﺮا ُج ﺑِﺎاﻟ ﱠ‬
ِ ‫ﻀ َﻤ‬
“Hak mendapatkan hasil disebabkan oleh keharusan menaggung kerugian”.(hal 70)
Kaidah kedua belas
ِ َ‫ا َ ْﻟ ُﺨ ُﺮ ْو َج ِﻣﻦ‬
ِ َ‫اﻟﺨﻼ‬
‫ف ُﻣ ْﺴﺘ َ َﺤﺐﱞ‬
“keluar dari khilaf itu diutamakan”.

http://agenmakalah.blogspot.co.id/2015/01/40-kaidah-ushul-fiqih.html 5/14
17/4/2018 40 Kaidah Ushul Fiqih | Agen Makalah Com

Maksud dari kaidah ini ialah bahwa menghindari barang atau perbuatan yang hukum halalnya atau
bolehnya diperselisihkan adalah terpuji atau dianjurkan.
Dasar kidah ini ialah sabda Nabi SAW :
‫ت ﻓَﻘَﺪِا ْﺳﺘَﺒ َْﺮأ َ ِﻟ ِﺪ ْﯾ ِﻨ ِﮫ‬ ‫ﻓَ َﻤ ِﻦ اﺗﱠﻘَﻰ اﻟ ﱡ‬
ِ ‫ﺸﺒُ َﮭﺎ‬
“Maka barang iapa yang menjaga diri dari syubhat (tidak jelas hukumnya), maka ia mencari
kebersihan untuk agama dan kehormatannya”.
Maksud kaidah ini ialah bahwa menghindari barang atau perbuatan yang
hukum halalnya atau bolehnya diperselisihkan adalah terpuji atau dianjurkan.
Dalam memperhatikan dan menjaga khilaf itu ada beberapa syarat yaitu :
1. Jangan sampai membawa khilaf yang lain.
2. Jangan sampai menselisihi sunnah yang tsabit.
3. Hendaknya kuat dasarnya.(hal 73)

Kaidah ketiga belas


‫اﻟﺪﱠ ْﻓ ُﻊ ا َ ْﻗ َﻮى ِﻣﻦَ ﱠ‬
ِ‫اﻟﺮ ْﻓﻊ‬
“Menolak itu lebih kuatdari pada mengangkat”
Artinya menolak agar tigak terjadi itu lebih kuat daripada mengembalikan
seperti sebelum terjadi.
Menjaga diriagar tidak saki, lebih utama daripada mengobati setelah sakit.
Contoh pelaksanaan kaidah ini adalah: adanya air sebelum shalat bagi orang yang
tayamum, berarti mmencegah untuk melaksanakan shalat. Tetapi adanya di tengah-
tengah shalat tidak membatalkan shalat.(hal 74)
Kaidah keempat belas
ِ َ‫ط ﺑِ ْﺎﻟ َﻤﻌ‬
‫ﺎﺻﻰ‬ ُ ‫ﺺ َﻻﺗُﻨَﺎ‬
ُ ‫اﻟﺮ ْﺧ‬
‫ﱡ‬
“keringanan (rikhshah) itu tidak dihubungkan/dikaitkan dengan kemaksiatan-
kemaksiatan”.
Rukhshah diberikan adalah karena adanya sebab, namun apabila sebab itu ada
kaitanny dengan perbuatan maksiat atau perbuatan haram, maka rukhshah in tidak
diberikan. Atau dengan kata lain, pada perbuatan maksiat itu bisa diberikan rukhshah.
Berpergian untuk maksiat tidak diizinkan untuk mengqashar dan menjama’,
atau berbuka puasa. Sedang kalau berpergiannya tidak maksiat semua ini dibolehkan.
(hal 75)
Kaidah kelima belas
ِ ‫ط ِﺑﺎ ِﻟﺜ ﱠ ِﻠ‬
‫ﺚ‬ ُ ‫ﺺ َﻻﺗُﻨَﺎ‬
ُ ‫اﻟﺮ ْﺧ‬
‫ﱡ‬
“keringanan (rukhshah) tidak dikaitkan dihubungkan dengan syak (ragu-ragu)”.
Artinya orang ragu-ragu tentang dibolehkannya qashar, maka ia wajib
menyempurnakan shalatnya, karena yang asal ibadah harus dikerjakan secara
sempurna.(hal 76)

Di Resume Oleh:
Ahmad Fanani
Kaidah Keenam Belas

http://agenmakalah.blogspot.co.id/2015/01/40-kaidah-ushul-fiqih.html 6/14
17/4/2018 40 Kaidah Ushul Fiqih | Agen Makalah Com

‫اﻟﺮ ﺿﺎ ﺑﺎ ﻟﺸﺊ رﺿﺎ ﺑﻤﺎ ﯾﺘﻮﻟﺪ ﻣﻨﮫ‬


“Rela terhadap sesuatu adalah (juga) rela terhadap apa yang timbul dari
sesuatu itu”
Searti dengan kaidah ini ialah kaidah:
‫اﻟﻤﺘﻮﻟﺪ ﻣﻦ ﻣﺎ ذ ون ﻓﯿﮫ ﻻ اﺛﺮﻟﮫ‬
“Yang timbul dari sesuatu yang telah diizinkan (diterima) tidak ada pengaruh
baginya”.
Artinya apabila seseorang telah rela dan menerima sesuatu, makaia harus
menerima segala rentean persoalan akibat dari sesuatu yang telah diterima. Yang
berarti menerima segala resiko akibat penerimaannya.
Contoh:Orang membeli barang yang sudah cacat, dia harus rela terhadap semua
keadaan akibat dari cacat itu. Misalnya: cactnya berkembang lebih besar.
Demikian pula membeli binatang yang sakit, dia harus menerima semua yang
terjadi akibat dari sakitnya binatang tersebut.
Kaidah Ketujuh Belas

‫اﻟﺴﺆال ﻣﻌﺎ د ﻓﻰ اﻟﺠﻮا ب‬


“Pertanyaan itu diulangi dalam jawaban”
Jadi hukum dari suaru jawaban itu adalah terletak pada soalnya. Sehingga
apabila seseorang hakim bertanya dengan maksud minta keterangan kepada seorang
tergugat: “apakah istrimu telah engkau talak?”. Apabila dijawab: “ya”, maka istri
tergugat telah berlaku hokum sebagai wanita yang telah ditalak oleh suaminya. Dalam
hal ini tergugat telah mengakui (ikrar) atas gugatan mudda’iy.

Kaidah Kedelapan Belas


‫ﻻﯾﻨﺴﺐ اﻟﻰ ﺳﺎ ﻛﺖ ﻗﻮل‬
‫اﻣﺎ ﻛﺎ ن اﻛﺜﺮ ﻓﻌﻼ ﻛﺎ ن اﻛﺎ ن اﻛﺜﺮ ﻓﻀﻞ‬
“Apa yang lebih banyak perbuatannya, tentu lebih banyak keutamaannya”.
Dasar dari kaidah ini ialah Sabda Nabi SAW kepada Aisyah RA:
(‫اﺟﺮك ﻋﻠﻰ ﻗﺪ ر ﻧﺼﺒﻚ )رواه ﻣﺴﻠﻢ‬
“Pahalamu adalah Berdasarkan kadar usahamu”.
Sesuai dengan hadits yang menjadi dasar kaidah, maka dengan sendirinya yang
dimaksud oleh kaidah ialah perbuatan kebaikan, sehingga makin banyak dipebuat,
makin tambah keutamaannya.
Contoh: Shalat witir dengan cara diputus lebih utama disbanding dengan secara
disambung, sebab dengan diputus akan tambah niat, takbir dan salam.
Merupakan pengecualian dari kaidah ini ialah beberapa perbuaqtan,
diantaranya ialah:
Shalat qashar dalam bepergian yang memenuhi syarat-syaratnya, lebih baik daeipada
shalat dengan tidak qashar.
Kaidah Kedua Puluh
‫اﻟﻤﺘﻌﺪ ى اﻓﻀﻞ ﻣﻦ اﻟﻘﺎ ﺻﺮ‬
“perbuatan yang mencakup kepentingan orang lain, lebih utama daripada
yang terbatas untuk kepentingan sendiri”.

http://agenmakalah.blogspot.co.id/2015/01/40-kaidah-ushul-fiqih.html 7/14
17/4/2018 40 Kaidah Ushul Fiqih | Agen Makalah Com

Suatu perbuatan yang dapat menghasilkan kemanfaatan yang dapat mencakup


kepada kepda orang lain, lebih utama dari pada perbuatan yang manfaatnya hanya
dapat dirasakan oleh dirinya sendiri.
Berdasarkan kaidah ini, maka Abu Ishaq, Imam Haromain dan ayahnya
berpendapat, bahwa bagi yang melakukan fadlu kifayah mempunyai kelebihan
daripada melakukan fadlu ain, karena dengan melakukan fadlu kifayah itu berarti
menghilangkan kesukaran-kesukaran yang ada pada ummat.
Menurut imam Syafi’I, mencari ilmu itu lebih utama dari pada shalat sunat,
karena mencari ilmu akan bermanfaat kepada orang banyak, sedangkan shalat sunnat
itu hanya manfaatnta pada diri sendiri.
Kaidah Kedua Puluh Satu
‫اﻟﻔﺮ ض اﻓﻀﻞ ﻣﻦ اﻟﻨﻔﻞ‬
“Fadlu itu lebih utama daripada sunnat”
Dasar dari kaidah ini ialah Sabda Rasulullah SAW dalam salah satu Hadits
beliau:
‫ﻣﻦ ﺗﻘﺮ ب ﻓﯿﮫ ﺑﺨﺼﻠﺔ ﻣﻦ ﺧﺼﺎ ل اﻟﺨﯿﺮ ﻛﺎ ن ﻛﻤﻦ اد ى ﻓﺮﯾﻀﺔ ﻓﯿﻤﺎ ﺳﻮاه وﻣﻦ ادى ﻓﺮﯾﻀﺔ‬
‫ﻓﯿﮫ ﻛﺎ ن ﻛﻤﻦ ادى ﺳﺒﻌﯿﻦ ﻓﺮﯾﻀﺔ ﻓﯿﻤﺎ ﺳﻮاه‬
“Barangsiapa mendekatkan diri (ibadah) kepada Allah dalam bulan
Ramadhan dengan salah satu perbuatan kebaikan (ibadah sunnah), maka dia
sepertulan menunaikan ibadah fardlu diluar bulan Ramadhan, dan barangsiapa
nmelakukan satu ibadah fardlu dalam bulan Ramadhan, maka dia seperti menunaikan
70 ibadah fardlu diselain bhulan Ramadhan.”
Dalam Hadits ini Nabi telah memperbandingkan antara sunnah dalam bulan
Ramadhan dengan 70 fardlu di luar Ramadhan, semua ini member pengertian bahwa
fardlu itu lebih utama daripada sunnat dengan 70 derajat/tingkat.
Kaidah Kedua Puluh Dua
‫ﻟﻔﻀﯿﻠﺔ اﻟﻤﺘﻌﻠﻘﺔ ﺑﺬا ت اﻟﻌﺒﺎ د ة اوﻟﻰ ﻣﻦ اﻟﻤﺘﻌﻠﻘﺔ ﺑﻤﻜﺎ ﻧﮫا‬

“Keutamaan yang dipautkan dengan ibadah sendiri, lebih baik dari pada yang
dipautkan dengan tempatnya”.
Pensyarah kitab Al-Muhadzdzab berkata: segolongan dari segolongan kami
(Syafi’iyyah) menegaskan, bahwa kaidah ini adalah penting, dan kaidah ini
difahamkan dari perkataan ulama-ulama yang terdahulu.
Diantara hokum yag ditetapkan berdasarkan kaidah ini ialah:
Shalat fardlu di masjid lebih utama daripada diluar masjid
Shalat sunnah dirumah adlah lebih uta daripada suhalat sunnah di masjid.
Thawaf dekat dengan ka’bah adlah sunnah, larikecil disunatkan dengan dekat pada
ka’bah.
Kaidah Kedua Puluh Tiga
‫اﻟﻮاﺟﺐ ﻻ ﯾﺘﺮ ك اﻻ ﻟﻮا ﺟﺐ‬
“Sesuatu yang wajib tidak boleh ditinggalkan kecuali karena sesuatu yang wajib”
Jadi dari kaidah ini dapat ditegaskan, bahwa sesuatu yang telah diwajibkan,
tidak boleh ditinggalkan kecuali ada sesuatu kewajiban, tidak boleh ditinggalkan
kecuali ada sesuatu kewajiban yang mengahruskan untuk meninggalkan.
Contoh: Memotong tangan pencuri, seandainya tidak wajib tentu hukumnya haram,
sebab memotong/melukai adalah tindak pidana haram.

http://agenmakalah.blogspot.co.id/2015/01/40-kaidah-ushul-fiqih.html 8/14
17/4/2018 40 Kaidah Ushul Fiqih | Agen Makalah Com

Yang dikecualikan dari kaidah tersebu yaitut:


Sujud sahwi dan sujud tilawah itu tidak wajib, namun jika tidak disyari’atkan
tentu tidak boleh dilakukan.
Kaidah Ketiga Puluh Lima
‫ﻣﺎ ﺛﺒﺚ ﺑﺎ ﻟﺸﺮع ﻣﻘﺪ م ﻋﻠﻰ ﻣﺎ وﺟﺐ ﺑﺎ ﻟﺸﺮط‬
“Apa yang telah tetap menurut syara’, didahulukan daripada apa yang wajib
menurut syara”.
Ketetapan yang berasal dari syara’ harus didahulukan pengamalannya daripada
ketetapan yang timbul dari syarat-syarat yang dibuat oleh manusia, sehingga
karenannya tidak boleh bernadzar dengan sesuatu yang wajib, seperti nadzar berpuasa
Ramadhan, atau nadzar shalat fardlu dan sebagainya.
Demikian pula apabila seorang suamrkata pada istrinya: “Saya thalak kamu
dan kepadamu akan saya beri uang Rp. 10.000,- asal saya masih ada hak untuk rujuk
kepadamu”.
Perkataan member uang Rp. 10.000,- sebagai syarat untuk rujuk adalah gugur,
sebab pada hakikatnya syara’ telah menetapkan akan haknya, yaitu rujuk.
Kaidah Kedua Puluh Enam
‫ﻣﺎ ﺣﺮم اﺳﺘﻌﻤﺎ ﻟﮫ ﺣﺮم ا ﺗﺨﺎ ذ ه‬
“Apa yang haram menggunakannya, haram pula memperolehnya”
Dasar kaidah ini ialah Sabda Nabi saw.
(‫ ﻛﺎ ﻟﺮا ﻋﻰ ﯾﺮﻋﻰ ﺣﻮل اﻟﺤﻤﺎ ﯾﻮﺷﻚ ان ﯾﺮ ﺗﻊ ﻓﯿﮫ )ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﯿﮫ‬. ‫وﻣﻨﻮﻗﻊ ﻓﻰ اﻟﺸﺒﮭﺎ ﺗﻮﻗﻊ ﻓﻰ اﻟﺤﺮام‬
“Barangsiapa jauh pada barang syubhat, jauh pada haram, seperti
pengembala yang mengembalakan disekitar larangan dikhawatirkan akan masuk
pada larangan”
Maka oleh karena itu orang diharamkan menyimpan alat/sarana kemaksiatan.
Menyimpan wadah/bejana terbuat dari bahan mas atau perak. Sutra dan mas bagi laki-
laki. Sebab larangan menyimpan barang-barang tersebbut karna boleh jadi akan
menggunakannya. Demikian juga dilarang memelihara anjing, selain anjing untuk
menjaga keamanan dan berburu.
Kaidah Kedua Puluh Tujuh
‫ﻣﺎ ﺣﺮم اﺧﺬ ه ﺣﺮم اﻋﻄﺎ ؤه‬
“Sesuatu yang haram diambilnya, diharamkan pula memberikannya”
Dasar kaidah ini adalah Firman Allah:
(3:‫ )اﻟﻤﺎ ﺋﺪة‬. ‫وﻻ ﺗﻌﺎ وﻧﻮا ﻋﻠﻰ اﻻ ﺛﻢ واﻟﻌﺪ وان‬
“jangan kamu tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan”.
Jadi artinya apabila dibolehkan memberikannya, maka berarti menolong dan
mendorong untuk mengambilnya, sehingga keduanya menjadi berserikat dalam dosa.
Untuk itu apabila diharamkan mengambilnya, maka untuk memberikannya juga
diharamkan.
Berdasarkan kaidah ini maka diharamkan member uang riba suap, upah
pelacur, pemberian pada kahin dan sebagainya, sebagaimana diharamkan untuk
mengambilnya.
Kaidah Kedua Puluh Delapan
‫اﻟﻤﺸﻐﻮل ﻻ ﯾﺸﻐﻞ‬
“Sesuatu yang sedang dijadikan obyek perbuatan tertentu, tidak boleh obyek
perbuatan tertentu yang lain”.

http://agenmakalah.blogspot.co.id/2015/01/40-kaidah-ushul-fiqih.html 9/14
17/4/2018 40 Kaidah Ushul Fiqih | Agen Makalah Com

Artinya apabila ada sesuatu yang sudah menjadi obyek sesuatu aqad, tidak
boleh dijadikan obyek aqad lain, karena itu telah terikat dengan aqad yang pertama.
Contoh: Tidak boleh barang yang sudah dijadikan jaminan sesuatu hutang, kemudian
dijadikan jaminan hutang yang lain.

Kaidah Kedua Puluh Sembilan


‫اﻟﻤﻜﺒﺮ ﻻ ﯾﻜﺒﺮ‬
“Yang sudah diperbesar tidak boleh dibesarkan”
Apabila suatu perkara sudah dibesarkan atau ditinggalkan hukumnya sampai
pada hukum yang tertinggi, maka tidak dapat ditingkatkan lagi, atau
ditambah/diperbesar dengan hukum yang dibawanya.

Kaidah Ketiga Puluh


‫ﻣﻦ اﺳﺘﻌﺠﻞ ﺷﯿﺌﺎ ﻗﺒﻞ اواﻧﮫ ﻋﻮﻗﺐ ﺑﺤﺮ ﻣﺎ ﻧﮫ‬
“Barangsiapa yang berusaha menyegarkn sesuatu yang sebelum waktunya,
menanggung akibat tidak mendapat sesuatu itu”.
Kaidah ini lebih bersifat sebagai peringatan agar orang tidak tergesa-gesa
melakukan sesuatu perbuatan atau suatu tindakan dalam rangka untuk mendapatkan
hakny sebelum waktunya. Sebab akibatnya dapat merupakan kegagalan.

Kaidah Ketiga Puluh Satu


‫اﻟﻨﻔﻞ اوﺳﻊ ﻣﻦ اﻟﻔﺮض‬
“Sunnah itu telah longgar dari pada fardlu”
Suatu perbuatan yang disyariatkan sebagai perbuatan sunnah, pelaksanaannya
lebih longgr daripada perbuatan yang disyari’atkan sebagai perbutan yang wajib.

Kaidah Ketiga Puluh Dua


‫ﻟﻮ ﻻ ﯾﺔ اﻟﺨﺎ ﺻﺔ اﻗﻮى ﻣﻦ اﻟﻮﻻ ﯾﺔاﻟﻌﺎ ﻣﺔا‬
“Kekuasaan yang khusus lebih kuat daripada kekuasaan yang umum”
Suatu benda atau persoalan yang berada dibawah suatu kekuasaan, maka
pemegang kekuasaan yang khusus terghadap benda dan persoalan tersebut, kedudukan
dan wewedangnya lebih kuat daripada pengusa umum, sehingga penguasa umum tidak
dapat bertindak langsung terhadap benda atau persoalan yang ada penguasa
khususnya, selama penguasa khususnya ada dan masih berfungsi.
Kaidh Ketiga Puluh Tiga
‫ﻻﻋﺒﺮة ﺑﺎاﻟﻈﻦ اﻟﺒﯿﻦ ﺧﻄﺆه‬
“Tidak dipegangi sesuatu (hukum) yang berdasarkan pada yang jelas salahnya”
Arti dhon ialah persangkaan yang kuat, atau suatu pendapat yang lebih
cenderung kepada tetapnya atau benarna daripada tidaknya.Jadi maksud kaidah ini
ialah bahwa suatu keputusan hukum yang didasarkan pada dhon, tetapi kemudian jelas
salahnya, maka hukum tersebut tidak berlaku atau batal.
Kaidah Ketiga Puluh Empat
‫اﻻ ﺷﺘﻐﺎل ﺑﻐﯿﺮاﻟﻤﻘﺼﻮد اﻋﺮاض ﻋﻦ اﻟﻤﻘﺼﻮد‬
“Berbuat yang buakn dimaksud, berarti berpaling dari yang dimaksud.
(sehingganya karena batal yang dimaksud)”
Contoh: Orang bersumpah tidak bertempat tinggal pada suatu rumah.kalau setelah
bersumpah itu dia masih mondar-mandir dirumah itu,berarti dia telah
melanggar sumpahnya. Tetapi kalau dia mondar-mandir itu karena sibuk
http://agenmakalah.blogspot.co.id/2015/01/40-kaidah-ushul-fiqih.html 10/14
17/4/2018 40 Kaidah Ushul Fiqih | Agen Makalah Com

mengumpulkan barang-barangnya karena keindahannya, maka dia tidak


melanggar sumpah.
Kaidah Ketiga Puluh Lima
‫ﻻﯾﻨﻜﺮاﻟﻤﺨﺘﻠﻒ ﻓﯿﮫ راﻧﻤﺎ ﯾﻨﻜﺮ اﻟﻤﺠﻤﻊ ﻋﻠﯿﮫ‬
“Tidak diingkari perbuatan yang diperselisihkan (hukum haranmya), dan
sesungguhnya yang diingkari ialah yang telah disepakati (hukum haramnya) ”.
Menurut kaidah ini sesorang tidak dianggap berbuat perbuatan yang munkar,
sehingga karenanya wajib diingkari (dilarang) kalau perbuatan yang dikerjakan itu
okum haramnya diperselisihkan.Tetapi baru dianggap munkar dan wajib diingkari
(dicegah) kalau perbuatan tersebut keharamannya telah disepakati.
Kaidah Ketiga Puluh Enam
‫ﯨﺪﺧﻞ اﻟﻘﻮي ﻋﻠﻰ اﻟﻀﻌﯿﻒ وﻻﻋﻜﺲ‬
“Yang kuat mencakup yang lemah, tidak sebaliknya”.
Suatu oerkara yang dituntut, baik untuk mengerjakan atau untuk meniggalkan,
dengan tuntutan atau hukuman yang lebih berat dapat mencakup perkara yang sejenis,
yang tuntutannya atau hukumannya lebih lemah, tetapi tidak sebaliknya, yakni yang
tuntutannya lebih lemah tidak dapat mencakup yang tuntutannya lebih kuat.
Berdasarkan kaidah ini diperbolehkan melakukan ibadah haji sekaligus umroh,
tetapi tidak boleh melakukan ibadah umroh sekaligus haji.
Kaidah Ketiga Puluh Tujuh
‫ﯾﻌﺘﻔﺮﻓﻰ اﻟﻮ ﺳﺎ ﺋﻞ ﻣﺎﻻ ﯾﻌﺘﻔﺮ رﻓﻰ اﻟﻤﻘﺎﺻﺪ‬
“Dimaafkan yang pada sarana, tidak dimaafkan yang pada maksud”
Pengertiannya adalah, bahwa sesuatu yang harusada pada pa yang menjadi
maksud haruslah dipenuhi, sedangkn pada cara untukmencapai maksud dapat
dimaafkan atau dilonggarkan dengan menghilangkan atau mengurangi.
Kaidah Ketiga Puluh Delapan
‫اﻟﻤﯿﺴﻮر ﻻﯾﺴﻘﻂ ﺑﺎﻟﻤﻌﺴﻮر‬
“Yang mudah dilaksanakan, tidak gugur/ditinggalkan karena adanya yang
sukar dilksanakan”
Dasar kaidah ini ialah sabda Nabi saw:
‫اذا اﻣﺮﺗﺘﻜﻢ ﺑﺎﻣﺮ ﻓﺄ ﺗﻮاﻣﻨﮫ ﻣﺎﺳﺘﻄﻌﺘﻢ‬
“Apabila aku memerintahkan sesuatu, maka kerjakanlah menurut perintahmu”
Setiap amalan dalam syara’ harus dilaksanakan menurut daya kemampuan si
mukallaf.
Berdasarkan kaidah ini, ulama Syafi’iyyah menolak pendapat Imam Abu
Hanifah yang mengatakan bahwa orang yang tidak dapat menutupi auratnya, shalatnya
harus dengan duduk, artinya karena tidak dapat menutup aurat, maka gugurlah
kewajiban shalat dengan berdiri.
Kaidah Ketiga Puluh Sembilan
‫ﻣﺎﻻﯾﻘﺒﻞ اﻟﺘﺒﻌﯿﺾ ﻓﺎ ﺧﺘﯿﺎ رﺑﻌﻀﮫ ﻛﺎ ﺧﺘﯿﺎ ر ﻛﻠﮫ واﺳﻘﺎ ط ﺑﻌﻀﮫ ﻛﺎ ﺳﻘﺎ ط ﻛﻠﮫ‬
“Sesuatu yang tidak dapat dibagi, maka mengusahakan sebagian seperti
mengusahakan keseluruhannya, dan menggugurkan sebagian seperti menggugurkan
keseluruhannya”
Sesuatu barang atau pekerjaan atau keadaan ada kalanya dapat dibagi-bagi
yang sebagian dapat dipisahkan dengan bagian yang laintetapi ada pula yang tidak
dapat dibagi-bag, seperti thalak, qishas, merdeka dan sebagainya.

http://agenmakalah.blogspot.co.id/2015/01/40-kaidah-ushul-fiqih.html 11/14
17/4/2018 40 Kaidah Ushul Fiqih | Agen Makalah Com

Kaidah Keempat Puluh


‫ذااﺟﺘﻤﻊ اﻟﺴﺒﺐ واﻟﻐﺮورواﻟﻤﺒﺎ ﺷﺮة ﻗﺪ ﻣﺖ اﻟﻤﺒﺎ ﺷﺮةا‬
“Apabila berkumpul antara sebab, kicuhan dan pelaksana langsung, maka
didahulukan pelaksanaan langsung ”
Apabila dalam suatu peristiwa terdapat tiga factor yang mengakibatkan
terjadinya, yaitu:
Yang merupakan sebab bagi terjadinya peristiwa.
Berwujud penipuan yang membantu terjadinya peristiwa.
Perbuatan langsung yang mengakibatkan terjadinya peristiwa.
Maka dalam kasus ini, perbuatan yang langsung mengakibatkan peristiwa itulah
yang mula-mula harus dimintai pertanggungan jawabannnya.
Contoh:
Dalam suatu pembunuhan, bekerja sama tiga orang yang pertama sebagai
penunjuk jalan, yang kedua sebagai pelaksana penipu si korban,untuk dating pada
suatu tempat tertentu, sedangkanyang ketiga dialah yang langsung membunuhnya
setelah berada di tempat yang ditentukan, maka dalam hal ini orang ketigalah yang
pertama-tama harus dituntut lebih dahulu.

RELATED POSTS :

40 Kaidah Ushul Fiqih


Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE … Read More...

Makalah Tentang Aliran Wahabi


Normal 0 false false false IN X-NONE AR-SA … Read More...

Metode-Metode dalam berijtihad


Normal 0 false false false IN X-NONE AR-SA … Read More...

http://agenmakalah.blogspot.co.id/2015/01/40-kaidah-ushul-fiqih.html 12/14
17/4/2018 40 Kaidah Ushul Fiqih | Agen Makalah Com

Makalah Hukum Taklifi dan Wadh’i


Normal 0 false false false IN X-NONE AR-SA … Read More...

Sejarah dan Perkembangan Maqashid Syari’ah


Maqashid syari’ah sebagai sebuah kajian dalam ilmu keislaman sebenarnya sudah ada sejak
nash Al Qur… Read More...

8 komentar Urut Berdasarkan Teratas

Tambahkan Komentar...

Ayi Sobarna
Terima kasih. ini ilmu yang sangat berguna
Suka · Balas · 2t

Inawra Muhammad · Ma yppa cipulus


Masih banyak typonya
Suka · Balas · 2t

Muat 6 komentar lainnya

Plugin Komentar Facebook

6 Responses to "40 Kaidah Ushul Fiqih"

Little Boob 22 April 2016 at 21:06


kok gitu

Reply

Trash Up 14 June 2016 at 12:12


Info yang berguna
Kontraktor Pameran
Jasa Pembuatan Booth Pameran
Jasa Pembuatan Booth

Reply

Muallim Tamam 13 August 2016 at 23:19


bagusgan lanjutkan artikelnya

Reply

http://agenmakalah.blogspot.co.id/2015/01/40-kaidah-ushul-fiqih.html 13/14
17/4/2018 40 Kaidah Ushul Fiqih | Agen Makalah Com

Muallim Tamam 13 August 2016 at 23:21

maaf mau nambahin resensi aja nih kajian ILMU FIQIH bab kaidah-kaidah
ilmu fiqih - BINTANG ULAMA mampir kesini juga ya gan

Reply

yassin alhijaz 21 January 2017 at 18:33

bagus gan artikelnya... ada apa gk yg gk gundul arabnya. soalnya blm bisa
tasrif hehe

Reply

Mustika A. 11 June 2017 at 01:12

Syukron, izin kopas (^_^)

Reply

Enter your comment...

Comment as: Andri Firmansa Sign out

Publish Preview Notify me

NEWER POST HOME OLDER POST

Copyright 2016 Agen Makalah Com About- Contact- Privacy Police- Declaimer- Sitemap-

http://agenmakalah.blogspot.co.id/2015/01/40-kaidah-ushul-fiqih.html 14/14

Anda mungkin juga menyukai