Anda di halaman 1dari 21

“KONSEP WARGA NEGARA”

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah:


“KEWARGANEGARAAN”

Dosen Pengampu:
Dr. H. Ahmad Salabi, S.Ag, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 3:
Ahmad Rizali : 200104010098
Ayu Monika Putri : 200104010285
Muthia Rosya : 200104010278
Rahma Yunita : 200104010018

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah-Nya, kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “Konsep Dasar Warga Negara” tepat pada
waktunya. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan
besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan
yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta
rahmat bagi seluruh alam semesta.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu dan teman-
teman yang telah banyak membantu sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik
dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, Kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga Kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Banjarmasin, 13 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Masalah 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Warga Negara 3
B. Asas didalam Unsur-unsur Kewarganegaraan 4
C. Problematika di Status Kewarganegaraan 6
D. Cara Memperoleh Kewarganegaraan Indonesia 10
E. Hak dan Kewajiban Kewarganegaraan 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 17
B. Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Warga negara diartikan dengan orang-orang sebagai bagian dari suatu
penduduk yang menjadi unsur negara. Istilah ini dahulu biasa disebut hamba atau
kawula negara. Istilah warga negara lebih sesuai dengan kedudukannya sebagai
orang merdeka dibandingkan dengan istilah hamba atau kawula negara, karena
warga negara mengandung arti peserta, anggota atau warga dari suatu negara,
yakni peserta dari suatu persekutuan yang didirikan dengan kekuatan bersama.
Untuk itu, setiap warga negara mempunyai persamaan hak di hadapan hukum.
Semua warga negara memiliki kepastian hak, privasi, dan tanggung jawab.
Bahwa warga negara merupakan anggota sebuah negara yang mempunyai
tanggung jawab dan hubungan timbal balik terhadap negaranya. Seseorang yang
diakui sebagai warga negara dalam suatu negara haruslah ditentukan berdasrkan
ketentuan yang telah disepakati dalam negara tersebut. Ketentuan itu menjadi
asas atau pedoman untuk menentukan status kewarganegaraan seseorang. Setiap
warga negara mempunyai kebebasan dan kewenangan untuk menentukan asas
kewarganegaraannya.
Kasus orang-orang yang tidak memiliki status kewarganegaraan
merupakan sesuatu yang akan mempersulit orang tersebut dalam konteks
menjadi penduduk pada suatu negara. Mereka akan dianggap sebagai orang
asing, yang tentunya akan berlaku ketentuan-ketentuan peraturan atau
perundang-undangan bagi orang asing, yang selain segala sesuatu kegiatannya
akan terbatasi, juga setiap tahunnya diharuskan membayar sejumlah uang
pendaftaran sebagai orang asing.
Penduduk yang tinggal di daerah perbatasan di antara dua negara. Dalam
hal ini, diperlukan peraturan atau ketentuan-ketentuan yang pasti tentang
perbatasan serta wilayah teritorial, sehingga penduduk di daerah itu dapat

1
meyakinkan dirinya termasuk ke dalam kewarganegaraan mana di antara dua
negara tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan warga negara?
2. Ada berapa asas didalam unsur-unsur kewarganegaraan?
3. Mengapa ada probelamatika di stasus kewarganegaraan?
4. Bagaimana cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia?
5. Bagaimana cara hak dan kewajiban kewarganegaraan?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian warga negara.
2. Untuk mengetahui asas didalam unsur-unsur kewarganegaraan.
3. Untuk mengetahui problematika di status kewarganegaraan.
4. Untuk mengetahui berkewarganegaraan Indonesia.
5. Untuk mengetahui hak dan kewajiban kewarganegaraan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Warga Negara


Istilah negara merupakan terjemahan dari beberapa kata asing: state
(Inggrs), staat (Belanda dan Jerman), atau etat (Perancis). Secara terminologi,
negara di artikan sebagai organisasi tertinggi di Antara satu kelompok
masyarakat yang memiliki cita-cita untuk bersatu, hidup di dalam suatu
kawasan, dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat. Pengertian ini
mengandung nilai konstitutif yang pada galibnya dimiliki oleh suatu suatu
negara berdaulat: masyarakat (rakyat), wilayah, dan pemerintahan yang
berdaulat. Lebih lanjut dari pengertian di atas, negara identik dengan hak dan
wewenang.1
Menurut Aris toteles Warga Negara di bagi kedalam dua bagian atau dua
golongan yaitu:
1. Yang menguasai atau yang memerintah. Negara yang menguasai haruslah
memiliki kebijakan dan keutamaan yakni sifat kebaikan dalam kearifan.
2. Yang dikuasai atau yang di perintah. Warga negara yang dikuasai atau
yang di perintah, kebijaksanaan dan kearifan tidaklah begitu penting.
Selanjutnya Aristoteles menegaskan bahwa kebajikan yang harus dimiliki
oleh warga negara yang baik yaitu kemampuan untuk menguasai dan
dikuasai dengan baik atau kemampuan untuk memerintah dan di perintah
dengan baik.
Pasal 26 (1) UUD 1945 menegaskan bahwa warga negara Indonesia adalah
bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang di sahkan undang-
undang sebagai warga negara. Berdasarkan bunyi pasal ini, maka yang menjadi
warga negara adalah bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain,
misalnya peranakan belanda, peranakan tionghoa, pernakan arab yang bertempat
tinggal di Indonesia, mengaku indoensia sebagai tanah airnya, bersikap setia

1
A. Ubaedillah dkk, Pendidikan Kewargaan (Civic Education) Demokrasi, Hak Asasi
Manusia dan Masyarakat Madani Edisi Ketiga, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h. 84

3
pada negara kesatuan republik Indonesia dan disahkan oleh undang-undang
sebagai warga negara. Syarat-syarat menjadi warga negara di tetapkan oleh
undang-undang (pasal 26 ayat 2).2

B. Asas didalam Unsur-Unsur Kewarganegaraan


Asas kewarganegaraan seseorang dapat ditentukan oleh ketentuan oleh
masing-masing negara, warga negara adalah orang yang sebagai sebagian dari
penduduk unsur suatu negara, warga negara mempunyai kedudukan khusus
terhadap negaranya dan mempunyai hubungan timbal balik terhadap negaranya
dan suatu negara mempunyai unsur-unsur negara. Adapun unsur-unsur
kewarganegaraan diantaranya :
1. Unsur Darah Keturunan (Ius Sanguinis)
Unsur ini adalah kewarganegaraan dari orang tua yang menurunkannya
kewarganegaraan seseorang, kebanyakan bangsa yang memiliki sejarah
panjang menerapkan asas ini seperti negara – negara di Eropa dan Asia Timur.
Contoh apabila orang tuanya keturunan warga negara Indonesia maka
anaknya warga negara Indonesia.
2. Unsur Tempat Kelahiran (Ius Soli)
Unsur ini adala daerah seseorang dilahirkan menentukan kewarganegaraan
seseorang contoh orang tua melahirkan anak tempatnya di negara Indonesia
Unsur ini dianut oleh negara inggris, amerika, prancis, jepang, serta Indonesia
3. Unsur Pewarganegaraan (Naturalisasi)
Unsur ini adalah proses perubahan status dari penduduk asing menjadi warga
negara suatu negara. Proses ini harus terlebih dahulu memenuhi beberapa
persyaratan yang ditentukan dalam peraturan kewarganegaraan negara yang
bersangkutan. Hukum naturalisasi di setiap negara berbeda-beda. Di
Indonesia masalah kewarganegaraan diatur dalam UU No. 62 tahun 1958.
Biasanya tata cara bagi orang asing untuk memperoleh kewarganegaraan
Republik Indonesia melalui permohonan. Dalam Undang-Undang dinyatakan

2
Mardenis, Pendidikan Kewarganegaraan: Dalam Rangka Pengembangan Kepribadian
Bangsa, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2017), h. 17

4
bahwa kewarganegaraan dapat juga diperoleh melalui pewarganegaraan.
Permohonan pewarganegaraan dapat diperoleh dengan memenuhi
persyaratan tertentu. Syarat-syarat atau prosedur pewarganegaraan
disesuaikan menurut kebutuhan yang dibawakan oleh kondisi dan situasi
negara.
Dalam pewarganegaraan ini ada yang aktif ada pula yang pasif. Dalam
pewarganegaraan aktif, seseorang dapat menggunakan hak opsi untuk
memilih atau mengajukan kehendak menjadi warga negara dari suatu negara.
Sedangkan dalam pewarganegaraan pasif, seseorang yang tidak mau
dijadikan warga negara suatu negara, maka yang bersangkutan dapat
menggunakan hak repuidasi yaitu hak untuk menolak pemberian
kewarganegaraan tersebut. Pembicaraan status kewarganegaraan seseorang
dalam sebuah negara ada yang dikenal dengan apatride untuk orang-orang
yang tidak mempunyai status kewarganegaraan, bipatride untuk orang- orang
yang memiliki status kewarganegaraan rangkap/dwikewarganegaraan, dan
multipatride untuk menyebutkan status kewarganegaraan seseorang yang
memiliki memiliki satu atau dua kewarganegaraan.
Dari ada nya asas-asas dan unsur-unsur kewarganegaraan, dari kedua hal
tersebut pula muncul masalah tentang status kewarganegaraan. Masalah
status kewarganegaraan ini meliputi: apartide, bipatride dan multipatride.
a) Apartide, Kasus dimana anak tidak memiliki status kewarganegaraan.
Keadaan ini terjadi karena seorang ibu yang berasal dari negara yang
menganut asas ius soli melahirkan seorang anak di negara yang menganut
asas ius sanguinis. Sehingga tidak ada negara baik itu negara asal ibunya
ataupun negara kelahiran nya.
b) Bipatride, Kasus dimana timbul nya 2 kewarganegaraan. Hal ini terjadi
pada seorang ibu yang berasal dari negara yang memilki asas ius sanguinis
melahirkan seorang anak di negara yang memiliki asas ius soli. Sehingga
negara asasl dan negara tempat dimana ia melahirkan memberikan status
kewarganegaraan.

5
c) Multipatride, Kasus diamana seseorang meiliki 2 atau lebih
kewarganegaraan. Contoh seseorang yang bipatre juga memberi
pemberian status kewarganegaraan lain nya ketika ia dewasa, dimana saat
menerima kewarganegaraan yang baru ia tidak melepaskan status
bipatrenya.3

C. Problematika di Status Kewarganegaraan


Masalah kewarganegaraan dan tidak berkewarganegaraan (apakah itu
menyangkut masalah perolehan, kehilangan atau penolakan kewarganegaraan)
walaupun sudah diatur oleh hukum kewarganegaraan nasional maupun hukum
internasional, ternyata masih banyak menyisakan berbagai permasalahan.
Banyak orang tak berkewarganegaraan menjadi korban dari pemindahan paksa.
Orang-orang yang terusir dari kampung halamannya cenderung rawan menjadi
tak berkewarganegaraan dan kehilangan kewarganegaraannya, terutama jika
kepindahan mereka diikuti dengan pemetaan ulang batas wilayah negara mereka.
Sebaliknya, individu tak berkewarganegaraan dan kehilangan
kewarganegaraannya sering kali dipaksa pergi dari tempat tinggalnya sehari-
hari. Banyak orang tak berkewarganegaraan yang dari hari ke hari terus
bertambah dan masih harus berjuang untuk memperoleh hak atas status
kewarganegaraannya. Perjuangan mereka itu tidak lain adalah perjuangan ‘hak
untuk mempunyai hak’. Karena mendapatkan status hukum kewarganegaraan
sama halnya memiliki kunci pintu masuk untuk mendapatkan hak-hak lainnya
dari negara. Pada umumnya, keadaan tak berkewarganegaraan dapat disebabkan
oleh berbagai hal, diantaranya adalah karena :
1. Konflik Hukum
Konflik hukum yang dimaksud ini adalah konflik hukum terkait dengan
pembatalan kewarganegaraan. Beberapa negara mempunyai hukum
kewarganegaraan yang mengijinkan warganya untuk menanggalkan
kewarganegaraannya tanpa terlibih dahulu memperoleh atau mendapat

3
https://pungkiindriyonoblog.wordpress.com/2014/05/04/bab-i-asas-kewarganegaraan/
(diakses pada 1 Maret 2021, pukul 16.50)

6
jaminan perolehan kewarganegaraan lain. Hal ini sering berakibat pada
keadaan tak berkewarnegaraan. Konflik hukum terkait masalah ini muncul
saat salah satu negara tidak mengijinkan pembatalan suatu kewarganegaraan
sebelum memperoleh kewarganegaraan lain, sementara negara lain tersebut
tidak mau memberikan kewarganegaraan sebelum individu tersebut
menanggalkan kewarganegaraan sebelumnya. Kadang-kadang seseorang
disyaratkan untuk menanggalkan kewarganegaraannya yang sekarang di
tempat lain sebelum ia dapat mengajukan permohonan menjadi warga negara
di tempat ia tinggal sekarang, sehingga ia menjadi tak berkewarganegaraan
sebelum memperoleh kewarganegaraannya yang baru.
2. Perubahan Wilayah Negara
Walau hanya dibahas sebagian dalam berbagai perangkat dan prinsip hukum
internasional, peralihan wilayah atau kedaulatan suatu negara sudah lama
menjadi penyebab terjadinya ke-tak berkewarganegaraan. Hukum
kewarganegaraan dan pelaksanaannya biasanya berubah saat negara
mengalami perubahan wilayah atau kedaulatan seperti saat negara merdeka
dari kekuasaan penjajah, setelah negara bubar, jika suatu negara atau negara-
negara baru muncul setelah negara bubar, atau jika negara dipulihkan kembali
setelah dibubarkan selama beberap waktu. Kejadian-kejadian ini dapat
memicu diberlakukannya hukum atau undang-undang kewarganegaraan baru
dan/atau prosedur administrasi baru. Dalam keadaan demikian, seseorang
dapat menjadi tak berkewarganegaraan jika mereka lalai mengajukan
permohonan kewarganegaraan di bawah hukum/undang-undang yang baru
atau menurut prosedur administrasi yang baru, atau jika mereka ditolak
kewarganegaraannya karena penerjemahan ulang dari hukum dan
pelaksanaan aturan-aturan terdahulu.
3. Hukum Perkawinan
Beberapa negara secara otomatis merubah status kewarganegaraan seorang
perempuan pada saat ia menikah dengan seorang non warganegara.
Perempuan demikian dapat menjadi tak berkewarganegaraan jika dia tidak
segera memperoleh kewarganegaraan suaminya secara otomatis, atau jika

7
suaminya tak berkewarganegaraan. Seorang perempuan juga dapat menjadi
tak berkewarganegaraan jika setelah ia menerima kewarganegaraan
suaminya, mereka lalu bercerai sehingga ia kehilangan kewarganegaraan
yang diperolehnya pada saat menikah, sedangkan kewarganegaraan aslinya
juga tidak dipulihkan secara otomatis.
4. Prosedur Administrasi
Ada banyak ketentuan administrasi dan prosedur yang terkait dengan
perolehan, pemulihan dan lepasnya kewarganegaraan. Walaupun seseorang
sudah layak mengajukan permohonan untuk memperoleh kewarganegaraan –
bahkan, jika seseorang telah berhasil mengajukan permohonan
kewarganegaraan, namun biaya administrasi, waktu tenggat yang terlalu
ketat, dan/atau ketidakmampuan untuk memberikan dokumen yang
diinginkan karena masih dipegang oleh negara kewarganegaraan
sebelumnya, semuanya dapat mencegah seseorang untuk memperoleh
kewarganegaraan.10 Dalam kasus lain, beberapa negara secara otomatis
memulihkan kewarganegaraan seseorang yang telah meninggalkan
negaranya dan tinggal di luar negeri.
Pemulihan kewarganegaraan yang hilang beberapa bulan setelah seseorang
pergi ke luar negeri, seringkali dikaitkan dengan cara kerja administrasi yang
tidak efisien dimana orang tersebut tidak diberitahu tentang resiko kehilangan
kewarganegaraannya jika ia tidak secara rutin mendaftar ulang
kewarganegaraannya melalui naturalisasi dan bukan seseorang yang lahir di
negara tersebut, atau yang telah memperoleh kewarganegaraannya melalui
keturunan, maka bahkan registrasi rutin pun belum tentu dapat memulihkan
kewarganegaraannya. Keadaan tak berkewarganegaraan seringkali
merupakan akibat langsung dari tatakerja yang demikian.
5. Diskriminasi
Salah satu prinsip yang membatasi wewenang negara untuk memberikan atau
menolak kewarganegaraan seseorang adalah larangan terhadap diskriminasi
ras. Prinsip ini tercermin dalam Konvensi tentang Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi Ras maupun dalam perangkatperangkat lain. Melalui

8
Rekomendasi Umum tentang Diskriminasi terhadap Non Warga tanggal 1
Oktober 2004, Komite PBB tentang Penghapusan Diskriminasi Ras
menyatakan bahwa ‘pembatalan atau larangan memperoleh kewarganegaraan
secara sewenang-wenang karena alasan ras, warna kulit, keturunan, asal
bangsa atau suku seseorang adalah pelanggaran kewajiban negara untuk
menjamin tidak adanya diskriminasi terhadap hak memiliki
kewarganegaraan.
Namun demikian, terkadang seorang individu tak dapat memperoleh
kewarganegaraan dari suatu negara tertentu meski mempunyai
hubungan/ikatan yang kuat dengan negara tersebut-suatu ikatan yang untuk
orang lain sesungguhnya sudah cukup untuk memperoleh kewarganegaraan.
Diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit, suku, agama, jender, pendapat
politik, atau faktor-faktor lain yang dilakukan secara terbuka atau dibuat
seenaknya menjadi hukum atau pada saat pelaksanaannya. Suatu hukum
dapat dikatakan diskriminatif jika mengandung kata-kata yang bersifat
prasangka atau jika pelaksanaan hukum tersebut mengakibatkan perlakuan
diskriminatif
6. Tidak Mempunyai Surat Kelahiran
Perjanjian Internasional tentang Hak Sipil dan Politik dan Konvensi Hak
Anak menyatakan bahwa setiap anak, dimanapun dilahirkan, harus segera
didaftarkan setelah lahir. Setiap anak mempunyai hak untuk memperoleh
kewarganegaraan. Kewarganegaraan seorang anak akan ditentukan menurut
hukum dari negara yang bersangkutan; dan semua negara memerlukan
penjelasan tentang dimana anak itu dilahirkan dan dari siapa dilahirkan.
Tanpa bukti kelahiran ini, atau tanpa adanya pendaftaran kelahiran yang
diakui, maka sulit bagi anak untuk menegaskan identitas diri serta
memperoleh kewarganegaraan
7. Pembatalan Kewarganegaraan Oleh Negara
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menegaskan bahwa tak seorangpun
dapat dicabut kewarganegaraannya secara sewenangwenang. Konvensi 1961
dan Konvensi Kewarganegaraan Eropa 1997 secara tegas membatasi

9
wewenang negara yang dapat membuat seseorang kehilangan
kewarganegaraannya. Kehilangan kewarganegaraan demikian harus disertai
jaminan prosedur yang lengkap dan tidak mengakibatkan ke-tak
berkewarganegaraan. Hilangnya kewarganegaraan seseorang terjadi ketika
negara membatalkan warga negara seseorang karena negara sedang
melaksanakan prosedur yang diskriminatif. Tindakan ini biasanya diikuti
dengan pengusiran orang tersebut.4

D. Cara Memperoleh Kewarganegaraan Indonesia


Status WNI dapat diperoleh orang asing melalui tiga (3) cara yang bersifat
alternatif, yaitu dengan naturalisasi, perkawinan, dan dengan pemberian oleh
pemerintah RI.
1. Naturalisasi
a. Mengajukan permohonan ke Presiden Untuk dapat memperoleh status
WNI maka yang dilakukan orang asing adalah dengan cara naturalisasi
atau pewarganegaraan (Pasal 8 UU No. 12/2006). Adapun caranya orang
asing mengajukan permohonan naturalisasi di Indonesia. Permohonannya
diajukan secara tertulis dengan menggunakan bahasa Indonesia yang
dibuat di atas kertas bermaterai cukup (Rp. 6.000,00) kepada Presiden
melalui Menteri Hukum dan HAM.
b. Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi Adapun mengenai
persyaratan-persyaratan untuk naturalisasi ditetapkan pada Pasal 9 UU
No.12/2006, sebagai berikut:
1) Telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin
2) Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di
wilayah negara Republik Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun
berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturtturut;
3) Sehat jasmani dan rohani;

4
Widodo Ekatjahjana, https://media.neliti.com/media/publications/43176-ID-masalah-
kewarganegaraan-dan-tidak-berkewarganegaraan.pdf, h. 107-110 (diakses pada 3 Maret 2021,
pukul 18.30)

10
4) Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
5) Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih;
6) Jika dengan memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak
menjadi berkewarganegaraan ganda
7) Mempunya pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap;
8) Membayar uang pewarganegaraaan ke Kas Negara. Persyaratan-
persyaratan di atas sifatnya kumulatif, artinya seluruh persyaratan harus
dipenuhi semua tanpa terkecuali.
c. Kelengkapan administrasi Dalam mengajukan permohonan naturalisasi
diperlukan kelengkapan data administrasi yang merupakan lampiran surat
permohonan tersebut. Pasal 3 ayat (2) PP No. 2 Tahun 2007 menetapkan
kelengkapannya berupa:
1) Fotokopi kutipan akta kelahiran atau surat yang membuktikan
kelahiran pemohon yang disahkan oleh pejabat yang berwenang;
2) Fotokopi kutipan akta perkawinan/buku nikah, kutipan akta
perceraian/surat talak/perceraian, atau kutipan akta kematian
istri/suami pemohon bagi yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun
yang disahkan oleh pejabat yang berwenang;
3) Surat keterangan keimigrasian yang dikeluarkan oleh kantor imigrasi
yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal pemohon yang
menyatakan bahwa pemohon telah bertempat tinggal di wilayah
negara Republik Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut
atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturutturut;
4) Fotokopi kartu izin tinggal tetap yang disahkan oleh pejabat yang
berwenang
5) Surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari rumah sakit;
6) Surat pernyataan pemohon dapat berbahasa Indonesia;
7) Surat pernyataan pemohon mengakui dasar Negara Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

11
8) Surat keterangan catatan kepolisian yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal pemohon;
9) Surat keterangan dari perwakilan negara pemohon bahwa dengan
memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi
berkewarganegaraan ganda;
10) Surat keterangan dari camat yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal pemohon bahwa pemohon memiliki pekerjaan dan/atau
berpenghasilan tetap;
11) Bukti pembayaran uang pewarganegaraan dan biaya pemohonan ke
kas negara; dan
12) Pasfoto pemohon terbaru berwarna ukuran 4x6 (empat kali enam)
sentimeter sebanyak 6 (enam) lembar.
2. Perkawinan
Orang asing di Indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan
Indonesia karena melakukan perkawinan dengan WNI. Perolehan WNI
tersebut tanpa melihat jenis kelamin WNI yang menikah, laki-laki atau
perempuan. Pasal 19 ayat (1) UU Kewarganegaraan menyebutkan, warga
negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara Indonesia dapat
memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia dengan menyampaikan
pernyataan menjadi warga negara di hadapan pejabat.
Pernyataan tersebut dilakukan dihadapan pejabat Kementrian Hukum
dan HAM, apabila yang bersangkutan sudah bertempat tinggal di wilayah
negara Republik Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau
paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-berturut, kecuali dengan
perolehan kewarganegaraan tersebut mengakibatkan berkewarganegaraan
ganda.
3. Pemberian Pemerintah
Pemerintah dapat memberikan status WNI kepada orang asing yang
bertempat tinggal di Indonesia karena telah berjasa kepada negara. Ketentuan
Pasal 20 UU Kewarganegaraan mengatur, orang asing yang telah berjasa
kepada negara Republik Indonesia atau dengan alasan kepentingan negara

12
dapat diberi Kewarganegaraan Republik Indonesia oleh Presiden setelah
memperoleh pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,
kecuali dengan pemberian kewarganegaraan tersebut mengakibatkan yang
berbersangkutan berkewarganegaraan ganda. Pemberian tersebut merupakan
penghargaan karena jasa-jasa orang asing sangat bermanfaat bagi bangsa dan
negara Indonesia. Orang asing yang akan diberi penghargaan tersebut
bersedia menjadi WNI. Adapun mengenai kriteria orang asing untuk
mendapatkan kewarganegaraan Republik Indonesia, menurut penjelasan
Pasal 20 UU Kewarganegaraan70 yaitu:
a. Orang asing yang telah berjasa kepada Republik Indonesia adalah orang
asing yang karena prestasinya yang luar biasa di bidang kemanusiaan, ilmu
pengetahuan dan teknologi, kebudayaan, lingkungan hidup serta
keolahragaan telah memberikan kemajuan dan keharuman nama bangsa
Indonesia.
b. Orang asing yang diberi kewarganegaraan karena alasan kepentingan
negara adalah orang asing yang dinilai oleh negara telah dan dapat
memberikan sumbangan yang luar biasa untuk kepentingan memantapkan
kedaulatan negara dan untuk meningkatkan kemajuan, khususnya di
bidang perekonomian Indonesia.
Dalam memberikan status WNI tersebut pemerintah tidak dapat
bertindak sendiri karena merupakan penambahan WNI bukan karena
kelahiran melankan datang dari luar negeri, sehingga para wakil rakyat harus
memberikan persetujuannya yang merupakan sebuah pengawasan.
Pemberian itu hanya dapat dilakukan apabila tidak menyebabkan yang
bersangkutan mempunyai dwi kewarganegaraan bagi orang asing tersebut.5

5
Gatot Supramono, Hukum Orang Asing di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), h. 5-9

13
E. Hak dan Kewajiban Kewarganegaraan
1. Hak kewarganegaraan
Hak warga negara Indonesia tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal
28 UUD 1945
Hak warga negara Indonesia
 Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak: “Tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.”
(pasal 27 ayat 2)
 Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak
untuk hidupserta berhak mempertahankan hidup dna kehidupannya.”
(Pasal 28A)
 Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah, (Pasal 28B ayat 1)
 Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh, dan berkembang.”
 Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya dan berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi
kesejahteraan hidup manusia. (Pasal 28C ayat 1)
 Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (Pasal 28c
ayat 2).
 Hak atas pengakuan, jaminan, perlingungan, dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama di depan hukum. (Pasal 28D ayat 1)
 Hak untuk memiliki hak milik pribadi, hak untuk hidup, hak untuk tidak
disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak
untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hdapan
hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa
pun. (Pasal 28I ayat 1)

14
2. Kewajiban warga negara Indonesia
Kewajiban adalah sesuatu yang harus kita lakukan dengan penuh rasa
tanggung jawab. Berikut adalah beberapa contoh kewajiban kita sebagai
warga negara Indonesia:
a. Wajib menaati hukum dan pemerintahan.
Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi: “Segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung
hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.”
b. Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara dalam upaya pembelaan
negara.
Pasal 27 ayat (3) menyatakan: “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam pembelaan negara.:
c. Wajib menghormati HAM orang lain.
Pasal 28J ayat (1) mengatakan: “Setiap orang wajib menghormati hak asasi
manusia orang lain.”
d. Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-
undang.
Pasal 28J ayat (2) menyatakan: “Dalam menjalankan hak dan
kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin
pengakuan serta penghrmatan atas hak kebebasan orang land an untuk
memnuhi tuntunan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai
agama, keamanan dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.”
e. Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
Pasal 30 ayat (1) menyatakan: “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.”
f. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya. (Pasal 31 ayat (2))
g. Setiap warga negara wajib menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan
keadilan. (Pembukaan UUD 1945 alinea I)

15
h. Setiap warga negara wajib menjunjung tinggi dan setia kepada konstitusi
negara dan dasar negara. (pembukaan UUD 1945 alinra IV)
i. Setiap warga negara wajib membayar retribusi dan pajak yang telah
ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
j. Setiap warga negara wajib menaati serta menjunjung tinggi dasar negara,
hukum, dan pemerintahan tanpa terkecuali, dan dijalankan dengan sebaik-
baiknya.
k. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk
membangun bangsa agar bangsa kita bisa berkembang dan maju kea rah
yang lebih baik.
l. Setiap warga negara berkewajiban menyampaikan pendapat dan
aspirasinya di muka hukum.
m. Setiap warga negara berkewajiban untuk menjaga ketuhanan, persatuan,
dan kesatuan bangsa.6

6
Wahyu Widodo, Budi Anwari & Maryanto, Pendidikan Kewarganegaran, (Yogyakarta:
Andi Offset, 2015), h. 66-69

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Istilah negara merupakan terjemahan dari beberapa kata asing, secara
terminologi negara identik dengan hak dan wewenang. Menurut Aris toteles
Warga Negara di bagi kedalam dua bagian yaitu; yang menguasai atau yang
memerintah dan yang dikuasai atau yang di perintah.
Adapun unsur-unsur kewarganegaraan yaitu; Unsur darah keturunan (ius
sanguinis), unsur tempat kelahiran (ius soli) dan unsur pewarganegaraan
(naturalisasi) sedangkan masalah status kewarganegaraan meliputi: apartide,
bipatride dan multipatride.
Keadaan tak berkewarganegaraan dapat disebabkan oleh berbagai hal,
diantaranya; konflik hukum, perubahan wilayah negara, hukum perkawinan,
prosedur administrasi, diskriminasi, tidak mempunyai surat kelahiran dan
pembatalan kewarganegaraan oleh negara; dan sebagainya.
Status WNI dapat diperoleh orang asing melalui tiga (3) cara yang bersifat
alternatif, yaitu dengan naturalisasi, perkawinan, dan dengan pemberian oleh
pemerintah RI.
Hak warga negara Indonesia tercantum dalam pasal 27 samapai dengan pasal
28 UUD 1945 dan kewajiban adalah sesuatu yang harus kita lakukan dengan
penuh rasa tanggung jawab.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu penulis siap menerima baik itu berupa kritik maupun saran yang sifatnya
membangun guna perbaikan makalah yang lebih baik di masa yang akan datang.

17
DAFTAR PUSTAKA

A. Ubaedillah, dkk. Pendidikan Kewargaan (Civic Education) Demokrasi, Hak


Asasi Manusia dan Masyarakat Madani Edisi Ketiga. Jakarta: Prenada Media
Group. 2011.
Ekatjahjana, Widodo. https://media.neliti.com/media/publications/43176-ID-
masalah-kewarganegaraan-dan-tidak-berkewarganegaraan.pdf (diakses pada
3 Maret 2021, pukul 18.30)
https://pungkiindriyonoblog.wordpress.com/2014/05/04/bab-i-asas-
kewarganegaraan/ (diakses pada 1 Maret 2021, pukul 16.50)
Mardenis. Pendidikan Kewarganegaraan: Dalam Rangka Pengembangan
Kepribadian Bangsa. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2017.
Supramono, Gatot. Hukum Orang Asing di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. 2012.
Wahyu Widodo, Budi Anwari & Maryanto. Pendidikan Kewarganegaran.
Yogyakarta: Andi Offset. 2015.

18

Anda mungkin juga menyukai