Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pernikahan yang di anggap wajar dalam masyarakat adalah
pernikahan heteroseksual atau nikah dengan lawan jenis. Maka tidaklah
salah ketika pernikahan homoseksual atau nikah dengan sesame jenis
banyak mendapat kontroversi di masyarakat karena di anggap aneh,
menyimpang dari hukum syara, dan yang lebih ironis lagi di bilang sakit
jiwa. Karena hal itulah pemakalah mencoba untuk membahas bagaimana
pernikahan homoseksual yang hidup di Negara kita (Indonesia), dengan
membandingkannya pada Negara tetangga yaitu Malaysia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut :
1. Apa yang di maksud dengan pernikahan heteroseksual dan
homoseksual ?
2. Bagaimana kehidupan kaum homoseksual dan peraturan pemerintah di
Indonesia ?
3. Dan bagaimana pula peraturan pemerintah terhadap homoseksual di
Malaysia ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa lebih
muda lagi memahami bagaimana peraturan pemerintah di dua Negara itu
memperlakukan kaum homoseksual.

BAB II
PERNIKAHAN SESAMA JENIS (LGBT) DI INDONESIA DAN
MALAYSIA

A. PENGERTIAN
Perilaku Homoseksual adalah perilaku seksual yang ditujukan pada
pasangan sejenis, yang bila terjadi pada kaum wanita sering disebut lesbianisme.
Homoseksualitas sudah sering terjadi sepanjang sejarah umat manusia, reaksi
berbagai bangsa di berbagai kurun waktu sejarah terhadap homoseksualitas
ternyata berlainan. Dalam praktik sulit membagi orang kedalam dua kelompok:
homoseksual dan heteroseksual,keduanya merupakan dua kutub yang ekstrem.
Banyak masyarakat yang memandang heteroseksualitas sebagai perilaku seksual
yang wajar, sedangkan homoseksualitas secara tradisional dipandang sebagai
gangguan mental. Sisi lain yang perlu dicatat ialah bahwa homoseksualitas dapat
meliputi sejumlah hal, seperti kecendrungan, aktivitas, status, peran, atau konsepdiri, serta bahwa seseorang tidak harus sama-sama homoseksual disegala sisi atau
bidang tersebut.
Dalam masyarakat yang sudah lebih toleran teradap homoseksual, sering
ditemukan komunitas gay. Yang mana, komunitas gay adalah wilayah geografis
yang terdapat subkultur homoseksual beserta aneka pranatanya. Komunitas
homoseksual, sistem nilai, teknik komunikasi, dan pranata-pranata suportif
maupun protektif, seperti tempat tinggal, toko pakaian, toko buku, gedung
bioskop, dan sebagainya yang bersifat unik dan eksklusif, khusus untuk kaum
homoseksual. Tetapi di Indonesia kita belum pernah mendengar adanya komunitas
semacam ini.1
Adapun faktor penyebab tejadinya homoseksualitas bisa bermacammacam,seperti karena kekurangan hormon lelaki selama masa pertumbuhan,
karena mendapat pengalaman homoseksual yang menyenangkan pada masa
1

Ann Landers. 1983. Problema dan Romantika Remaja (Terjemahan). Bina Pustaka:
Jakarta. Hal. 5-6.

remaja atau sesudahnya, karena memandang perilaku heteroseksual sebagai


sesuatu yang menakutkan atau tidak menyenangkan, ataupun karena besar
ditengah keluarga dimana ibu lebih dominan daripada sang ayah atau bahkan tidak
ada.2
Lalu apakah perilaku Homoseksual atau Lesbian itu sebuah penyakit
ataukah suatu perilaku yang tidak sesuai di dalam masyarakat? Bisa dikatakan
bahwa Homoseksual atau Lesbian itu adalah sebuah penyakit dimana mereka
melampiaskan kebutuhan seksualnya tetapi tidak pada hal yang sewajarnya,
mereka melakukanya tidak pada lawan jenis tetapi sesama jenis. Biasanya
perilaku itu muncul karena lingkunganya lah yang sudah membentuk main
sheet/pikiran mereka untuk melakukan tindakan penyimpangan itu,mungkin pada
suatu daerah hal itu dianggap biasa saja tetapi pada masyarakat umumnya hal itu
adalah suatu yang tabu untuk dilakukan, apalagi menurut agama perbuatan itu
sangat dilarang dan melanggar ajaran-ajaran agama.3
Lalu bagaimana dengan Hak para pelaku Homoseksual atau Lesbian dalam
masyarakat? Pada jumat, 17 juni 2011 di Jenewa, Swiss disahkanya resolusi PBB
terkait persamaan hak homoseksual. Sebanyak 23 negara anggota PBB setuju
meloloskan resolusi sejarah tentang persamaan hak bagi semua orang tanpa
memandang orientasi seksual, resolusi ini menandai kemajuan dalam penegakan
hak-hak kaum homoseksual didunia. Sebelumnya pada proses voting diwarnai
perdebatan yang sengit dari negara-negara kawasan Afrika dan Arab yang
menentang keras disahkannya resolusi tersebut apalagi negara tersebut tergabung
dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI).
Pada deklarasi AS yang berjudul Mengakhiri Tindakan Kekerasan Dan
Pelanggaran HAM Terkait Berdasarkan Orientasi Seksual dan Identitas Gender,
yang meminta seluruh pemerintahan dunia untuk segera mengambil langkah
khusus untuk mengakhiri tindak kekerasan, sanksi kriminal, dan pelanggaran
HAM terkait dengan ditujukan bagi para individu karena orientasi seksualnya.
Pada hakikatnya pasangan Homo atau lesbian, meminta pengakuan dari negara
2
3

Moertihko. Transeksual dan Waria. Surya Murti publishing. Solo. Hal. 76.
Ibid. hal. 9.

lain dimana pilihan mereka untuk menjadi Homo atau Lesbian itu adalah hak asasi
mereka. Tetapi, di Indonesia Homo atau Lesbian tidak bisa diterima bahkan
ditolak karena budaya kita dibatasi oleh konstitusi-konstitusi HAM yang berlaku
di Indonesia. HAM tanpa batas itu sekuler tetapi Indonesia bukanlah negara
Liberal yang menganut paham kebebasan melainkan menganut paham yang lebih
didasari oleh agama dan budaya masyarakat yang telah ada sejak dulu. Apalagi
jika mereka melakukan pernikahan sesama jenis dan menginginkan pengakuan
masyarakat atas pernikahan itu selayaknya pernikahan yang dilakukan masyarakat
pada umumnya, di Indonesia sendiri belum mempunyai peraturan ataupun kaedah
mengenai pernikahan sesama jenis tersebut.
Legalitas pernikahan sesama jenis adalah kewajiban hukum dalam
melindungi setiap individu tanpa membedakan gendernya, pada dasarnya
homoseksualitas maupun lesbian dimata hukum semuanya sama, mereka
mendapat kebebasan memeluk agama, berpendapat, memiliki hak untuk hidup dan
mendapat perlindungan hukum, dan sebagainya. Demikianlah legalitas pernikahan
sesama jenis jika mereka tidak merugikan ataupun menggangu mereka yang
normal, dan kita yang normal bukan membuat mereka menderita dan merasa tidak
diakui karena tindakan penyimpangan itu. Karena Homoseksual adalah suatu
penyakit maka kita harus melakukan upaya untuk penyembuhan terhadap perilaku
itu bukan pada penolakan terhadap penyakitnya tetapi pada tindakannya lah yang
harus dibenahi dan diarahkan pada hal yang sewajarnya. Maka pentingnya kita
untuk memahami Hak asasi manusia sebagai nilai-nila moral yang universal
paling luhur.4

B. HUKUM PERKAWINAN SESAMA JENIS DI INDONESIA

Ahmad Ramali, Dr. Memelihara Kesehatan dalam Hukum Islam. Balai Pustaka. Jakarta.

Hal. 73

Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan


(UU Perkawinan), perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami isteri.
Pasal 1
Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha esa.
Selain itu, di dalam Pasal 2 ayat (1) UU Perkawinan dikatakan juga
bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing
agamanya dan kepercayaannya. Ini berarti selain negara hanya mengenal
perkawinan antara wanita dan pria, negara juga mengembalikan lagi hal tersebut
kepada agama masing-masing.
Mengenai perkawinan yang diakui oleh negara hanyalah perkawinan
antara pria dan wanita juga dapat kita lihat dalam Pasal 34 ayat (1) UndangUndang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (UU
Adminduk) beserta penjelasannya dan Pasal 45 ayat (1) Peraturan Daerah
Provinsi DKI Jakarta No. 2 Tahun 2011 tentang Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil (Perda DKI Jakarta No. 2/2011) beserta penjelasannya:5
Pasal 34 ayat (1) UU Adminduk:
Perkawinan yang sah berdasarkan ketentuan Peraturan Perundangundangan wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana di
tempat terjadinya perkawinan paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak
tanggal perkawinan.
Penjelasan Pasal 34 ayat (1) UU Adminduk:

Moelyanto. KUHP (kitab undang- undang hukum pidana). Bina Aksara: Jakarta. Hal.

127.

Yang dimaksud dengan "perkawinan" adalah ikatan lahir batin antara


seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri berdasarkan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 45 ayat (1) Perda DKI Jakarta No. 2/2011:
Setiap perkawinan di Daerah yang sah berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan, wajib dilaporkan oleh yang bersangkutan kepada
Dinas di tempat terjadinya perkawinan paling lambat 60 (enam puluh)
hari sejak tanggal sahnya perkawinan.
Penjelasan Pasal 45 ayat (1) Perda DKI Jakarta No. 2/2011:
Yang dimaksud dengan "perkawinan" adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
Kemudian, dari sisi agama Islam, perkawinan antara sesama jenis secara
tegas dilarang. Hal ini dapat dilihat dalam Surah Al-Araaf (7): 80-84, yang
artinya sebagai berikut:
"Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah)
tatkala dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan
perbuatan faahisyah (keji) itu, yang belum pernah dikerjakan oleh
seorangpun (di dunia ini) sebelummu?" Sesungguhnya kamu mendatangi
lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita,
malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. Jawab kaumnya
tidak lain hanya mengatakan: "Usirlah mereka (Luth dan pengikutpengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang
yang berpura-pura mensucikan diri. Kemudian Kami selamatkan dia dan
pengikut-pengikutnya (yang beriman) kecuali istrinya (istri Nabi Luth);
dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan Kami
turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang berdosa itu."

Selain itu, Kompilasi Hukum Islam (KHI) juga secara tidak langsung
hanya mengakui perkawinan antara pria dan wanita, yang dapat kita lihat dari
beberapa pasal-pasalnya di bawah ini:6
Pasal 1 huruf a KHI:
Peminangan ialah kegiatan upaya ke arah terjadinya hubungan
perjodohan antara seorang pria dengan seorang wanita.
Pasal 1 huruf d KHI:
Mahar adalah pemberian dari calon mempelai pria kepada calon
mempelai wanita, baik berbentuk barang, uang, atau jasa yang tidak
bertentangan dengan hukum Islam.
Pasal 29 ayat (3) KHI:
Dalam hal calon mempelai wanita atau wali keberatan calon mempelai
pria diwakili, maka akad nikah tidak boleh dilangsungkan.
Pasal 30 KHI:
Calon mempelai pria wajib membayar mahar kepada calon mempelai
wanita dengan jumlah, bentuk dan jenisnya disepakati oleh kedua belah
pihak.
Selain itu, mengenai perkawinan sejenis ini, beberapa tokoh juga
memberikan pendapatnya. Di dalam artikel hukumonline yang berjudul Menilik
Kontroversi Perkawinan Sejenis, sebagaimana kami sarikan, Ketua Komisi
Fatwa MUI KH Ma'ruf Amin dengan tegas menyatakan bahwa pernikahan
sejenis adalah haram. Lebih lanjut Ma'ruf Amin mengatakan, Masak laki-laki
sama laki-laki atau perempuan sama perempuan. Itu kan kaumnya Nabi Luth.
Perbuatan ini jelas lebih buruk daripada zina. Penolakan serupa juga dikatakan
oleh pengajar hukum Islam Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Farida

M. Hasan Ali. Masail Fiqhiyah al- haditsah pada Masalah-masalah Kontemporer Hukum Islam.
PT. RajaGrafindo Persada: Jakarta. Ha.l45

Prihatini. Dia mengatakan bahwa perkawinan sejenis itu tidak boleh karena
dalam Al Quran jelas perkawinan itu antara laki-laki dan perempuan.7
Jadi, dapat kiranya disimpulkan bahwa berdasarkan peraturan perundangundangan di Indonesia perkawinan sesama jenis tidak dapat dilakukan karena
menurut hukum, perkawinan adalah antara seorang pria dan seorang wanita. Pada
sisi lain, hukum agama Islam secara tegas melarang perkawinan sesama jenis.
C. ADA UPAYA LEGALKAN KAWIN SESAMA JENIS KELAMIN
Menteri Agama, Suryadharma Ali, yang juga Ketua Umum Partai
Persatuan Pembangunan (PPP) mengungkapkan hal tersebut saat berada di
Bandung. Menurutnya, ada sejumlah pihak yang menuntut perubahan UndangUndang Perkawinan, salah satu tuntutannya agar perkawinan antar sesama jenis
kelamin dilegalkan oleh Pemerintah Indonesia dengan kedudukan hukum setara
dengan legalitas perkawinan normal antara lelaki dan perempuan. Saat ini ada
keinginan untuk merubah Undang-Undang Perkawinan, baik oleh Komnas
Perempuan atau lembaga-lembaga lain, termasuk oleh para kaum gay,
homoseksual, maupun lesbian tutur Suryadharma saat mengisi acara penutup
Musyawarah Kerja Wilayah DPW PPP Jawa Barat, di Bandung.
Selanjutnya Suryadharma mengatakan, kelompok penuntut perubahan
tersebut menilai bahwa selama ini Undang-Undang Perkawinan bernuansa
diskriminatif, karena hanya mengatur tentang pernikahan antara laki-laki dan
perempuan. Mereka menganggap itu diskriminatif karena hanya mewadahi
pernikahan bagi laki-laki dan perempuan. Itu yang ingin mereka perjuangkan,
tandasnya.
Namun

Suryadharma

menolak

menjelaskan

secara

detail

nama

kelompok/organisasi mana yang dimaksudkannya. Ia hanya mengatakan, indikasi


gerakan tersebut telah disampaikannya kepada para alim ulama yang ia kunjungi
dalam safari ke sejumlah pondok pesantren. Tujuan safari tersebut, menurutnya,

Prof. Drs. H. Masjfuk Zuhdi. Masail Fiqhiyah, Kapita Selekta Hukum Islam. CV. Haji
Masagung. Jakarta. Hal. 78.

untuk menyamakan persepsi tentang masalah perkawinan antar sesama jenis


kelamin.
Lebih lanjut lagi Suryadharma menjelaskan, kelompok penuntut legalitas
perkawinan sesama jenis tersebut beranggapan bahwa substansi Undang-Undang
Perkawinan yang berlaku saat ini telah menghalangi hak asasi mereka untuk
kawin dengan sesama jenis kelamin. Sekarang, apakah kita cukup menjaga umat
di pondok pesantren? Kita cukup menjaga umat di majelis talim? Kemudian apa
yang sedang berkecamuk dalam pergulatan politik di dalam pembentukan hukum
yang mengatur tata kehidupan berbangsa, bermasyarakat, termasuk tata kehidupan
beragama, kita akan biarkan? Apa seperti itu? kata Suryadharma dalam
uraiannya.
Undang-Undang Perkawinan, tegas Suryadharma, memang sengaja dibuat
bernafaskan Islam. Untuk itu, lanjutnya, dibutuhkan kekuatan politik untuk
menjaga undang-undang tersebut dari pandangan hukum semacam itu.
Selain masalah gugatan agar melegalkan perkawinan antar sesama jenis
kelamin, Suryadharma menambahkan, bahwa Undang-Undang Perkawinan juga
dipermasalahkan setelah penyanyi dangdut Machica Mochtar mengajukan gugatan
Judicial Review ke Mahkamah Konstitusi terkait hak perdata anak hasil
pernikahan sirinya dengan mendiang mantan Menteri Sekretaris Negara
Moerdiono. Mahkamah Konstitusi mengabulkan, ujarnya.
Namun, lanjut Suryadharma, apa yang diputuskan oleh Mahkamah
Konstitusi jauh melebihi dari apa yang diminta oleh penggugat. Machicha, kata
Suryadharma, dalam gugatannya hanya meminta sebatas hak perdata anaknya
yang dihasilkan dari pernikahan siri. Kawin siri tidak mengurangi sedikitpun
rukun perkawinan, kekurangannya hanya tidak dicatat. Pencatatan itu tidak masuk
rukun nikah, masalah administrasi belaka, ujarnya. Namun Mahkamah Agung
malah melangkah lebih dari itu, bahkan anak haram hasil perzinahan pun diakui
hak perdatanya dan disamakan dengan hak anak yang lahir dari pernikahan sirri
(pernikahan sah sesuai syariat Islam namun tak didaftarkan di KUA) yang pada
hakikatnya sah menurut syariat Islam.
9

D. PROF UIN JAKARTA HALALKAN HOMOSEKSUAL


Harian The Jakarta Post, edisi Jumat (28/3/2008) pada halaman mukanya
menerbitkan sebuah berita berjudul Islam recognizes homosexuality (Islam
mengakui homoseksualitas). Mengutip pendapat dari Prof. Dr. Siti Musdah Mulia,
guru besar di UIN Jakarta, koran berbahasa Inggris itu menulis bahwa
homoseksual dan homoseksualitas adalah alami dan diciptakan oleh Tuhan,
karena itu dihalalkan dalam Islam. (Homosexuals and homosexuality are natural
and created by God, thus permissible within Islam). Menurut Musdah, para
sarjana Muslim moderat berpendapat, bahwa tidak ada alasan untuk menolak
homoseksual. Dan bahwasanya pengecaman terhadap homoseksual atau
homoseksualitas oleh kalangan ulama aurus utama dan kalangan Muslim lainnya
hanyalah didasarkan pada penafsiran sempit terhadap ajaran Islam. Tepatnya,
ditulis oleh Koran ini: Moderate Muslim scholars said there were no reasons to
reject homosexuals under Islam, and that the condemnation of homosexuals and
homosexuality by mainstream ulema and many other Muslims was based on
narrow-minded interpretations of Islamic teachings.8
Mengutip QS 49 ayat 3, Musdah menyatakan, salah satu berkah Tuhan
adalah bahwasanya semua manusia, baik laki-laki atau wanita, adalah sederajat,
tanpa memandang etnis, kekayaan, posisi social atau pun orientasi seksual. Karena
itu, aktivis liberal dan kebebasan beragama dari ICRP (Indonesia Conference of
Religions and Peace) ini, Tidak ada perbedaan antara lesbian dengan nonlesbian. Dalam pandangan Tuhan, manusia dihargai hanya berdasarkan
ketaatannya. (There is no difference between lesbians and nonlesbians. In the
eyes of God, people are valued based on their piety). Demikian pendapat guru
besar UIN Jakarta ini dalam diskusi yang diselenggarakan suatu organisasi
bernama Arus Pelangi, di Jakarta, Kamis (27/3/2008). Menurut Musdah Mulia,
intisari ajaran Islam adalah memanusiakan manusia dan menghormati

Digilib. Uin-suka.ac.id/3939/BAB%201,V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf.
Download pada hari jumat tanggal 22 Maret 2013 jam 20.00 wib)

10

di

kedaulatannya. Lebih jauh ia katakan, bahwa homoseksualitas adalah berasal dari


Tuhan, dan karena itu harus diakui sebagai hal yang alamiah. 9
The Jakarta Post juga mengutip pendapat seorang pembicara bernama
Nurofiah, yang menyatakan, bahwa pandangan dominan dalam masyarakat Islam
tentang heterogenitas adalah sebuah konstruksi sosial, sehingga berakibat pada
pelarangan homoseksualitas oleh kaum mayoritas. Ini sama dengan kasus bias
gender akibat dominasi budaya patriarki. Karena itu, katanya, akan berbeda jika
yang berkuasa adalah kaum homoseks. Lebih tepatnya, dikutip ucapan aktivis
gender ini: Like gender bias or patriarchy, heterogeneity bias is socially
constructed. It would be totally different if the ruling group was homosexuals.10
Diskusi tentang homoseksual itu pun menghadirkan pembicara dari
Majelis Ulama Indonesia dan Hizbut Tahrir Indonesia. Kedua organisasi ini, oleh
The Jakarta Post, sudah dicap sebagai kelompok Muslim konservatif. Ditulis
oleh Koran ini: Condemnation of homosexuality was voiced by two conservative
Muslim groups, the Indonesian Ulema Council (MUI) and Hizbut Thahir
Indonesia (HTI). Amir Syarifuddin, pengurus MUI, menyatakan bahwa praktik
homoseksual adalah dosa. Kami tidak akan menganggap homoseksualitas
sebagai musuh, tetapi kami akan membuat mereka sadar bahwa apa yang mereka
lakukan adalah salah, kata Amir Syarifudin.
Demikianlah berita tentang penghalalan homoseksual oleh sejumlah
aktivis liberal, sebagaimana dikutip oleh The Jakarta Post. Jika kita rajin
menyimak perkembangan pemikiran liberal, baik di kalangan Yahudi, Kristen,
maupun Islam, maka kita tidak akan heran dengan berita yang dimuat di Harian
The Jakarta Post ini. Kaum Yahudi Liberal, juga Kristen Liberal, sudah lama
menghalalkan perkawinan sesama jenis. Bahkan, banyak cendekiawan dan tokoh
agama mereka yang sudah secara terbuka mendeklarasikan sebagai orang-orang
9

Mulia, Siti Musdah dalam http://icrp-online.cb.net,akses 07 agustus 2008. ( di


Download pada sabtu tanggal 23 Maret 2013 jam 16.00 wib)
10
Spencer, Robert. Musdah Mulia, Muslimah Feminis ? dalam http://
www.indonesia.faithreedom.org/forum/viewtopic.php?
p=1995&sid=cfaeb7f1678825246e67a6b230cf2370, di akses 3 februari 2008. (di Download pada
tanggal 23 Maret 2013 jam 16.45 wib)

11

homoseks dan lesbian. Banyak di antara mereka yang bahkan sudah


menyelenggarakan perkawinan sesama jenis di dalam tempat ibadah mereka
masing-masing. Bagi kaum Yahudi dan Kristen liberal, hal seperti itu sudah
dianggap biasa. Mereka juga menyatakan, bahwa apa yang mereka lakukan adalah
sejalan dengan ajaran Bibel. Mereka pun menuduh kaum Yahudi dan Kristen lain
sebagai ortodoks, konservatif dan sejenisnya, karena tidak mau mengakui dan
mengesahkan praktik homoseksual.
Gereja Katolik, misalnya, tetap mempertahankan doktrinnya yang
menolak praktik homoseksual. Tahun 1975, Vatikan mengeluarkan keputusan
bertajuk The Vatican Declaration on Sexual Ethics. Isinya, antara lain
menegaskan: It (Scripture) does attest to the fact that homosexual acts are
intrinsically disordered and can in no case be approved of. Dalam Pidatonya
pada malam Tahun Baru 2006, Paus Benediktus XVI juga menegaskan kembali
tentang terkutuknya perilaku homoseksual. Dalam Islam, soal homoseksual ini
sudah jelas hukumnya. Meskipun sudah sejak dulu ada orang-orang yang orientasi
seksualnya homoseks, ajaran Islam tetap tidak berubah, dan tidak mengikuti hawa
nafsu kaum homo atau pendukungnya.11
Tidak ada ulama atau dosen agama yang berani menghalalkan tindakan
homoseksual, seperti yang dilakukan oleh Prof. Siti Musdah Mulia dari UIN
Jakarta tersebut. Nabi Muhammad saw bersabda, Siapa saja yang menemukan
pria pelaku homoseks, maka bunuhlah pelakunya tersebut. (HR Abu Dawud, atTirmizi, an-Nasai, Ibnu Majah, al-Hakim, dan al-Baihaki). Imam Syafii
berpendapat, bahwa pelaku homoseksual harus dirajam (dilempari batu sampai
mati) tanpa membedakan apakah pelakunya masih bujangan atau sudah
menikah.12
Sejak terbitnya Jurnal Justisia dari Fakultas Syariah IAIN Semarang (edisi
25, Th XI, 2004), yang menghalalkan homoseksual, kita sudah mengingatkan para
pimpinan kampus Islam agar lebih serius dalam menangani penyebaran paham
11

Ali Akbar. H. Dr. 1982. Seksualitas ditinjau dari Hukum Islam. Ghalia Indonesia:
Jakarta. Hal. 55.
12
Ibid.

12

liberal di kampus mereka. Sebab, virus liberal ini semakin menampakkan daya
rusaknya terhadap aqidah dan pemikiran Islam. Ironisnya, fenomena ini justru
digerakkan dari sejumlah akademisi di kampus-kampus berlabel Islam. Kita ingat
kembali, bahwa dalam Jurnal Justisia tersebut, dilakukan kampanye besarbesaran untuk mengesahkan perkawinan homoseksual.
Jurnal itu kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku berjudul Indahnya
Kawin Sesama Jenis: Demokratisasi dan Perlindungan Hak-hak Kaum
Homoseksual, (Semarang: Lembaga Studi Sosial dan Agama/eLSA, 2005). Dalam
buku tersebut dijelaskan strategi gerakan yang harus dilakukan untuk melegalkan
perkawinan

homoseksual

di

Indonesia,

yaitu

(1)

mengorganisir

kaum

homoseksual untuk bersatu dan berjuang merebut hak-haknya yang telah


dirampas oleh negara, (2) memberi pemahaman kepada masyarakat bahwa apa
yang terjadi pada diri kaum homoseksual adalah sesuatu yang normal dan fithrah,
sehingga masyarakat tidak mengucilkannya bahkan sebaliknya, masyarakat ikut
terlibat mendukung setiap gerakan kaum homoseksual dalam menuntut hakhaknya, (3) melakukan kritik dan reaktualisasi tafsir keagamaan (tafsir kisah Luth
dan konsep pernikahan) yang tidak memihak kaum homoseksual, (4)
menyuarakan perubahan UU Perkawinan No 1/1974 yang mendefinisikan
perkawinan harus antara laki-laki dan wanita. (hal. 15) Sebagaimana Prof.
Musdah Mulia, para penulis dalam buku itu pun mengecam keras pihak-pihak
yang masih mengharamkan homoseksual. Seorang penulis dalam buku ini,
misalnya, menyatakan, bahwa pengharaman nikah sejenis adalah bentuk
kebodohan umat Islam generasi sekarang karena ia hanya memahami doktrin
agamanya secara given, taken for granted, tanpa ada pembacaan ulang secara
kritis atas doktrin tersebut. Si penulis kemudian mengaku bersikap kritis dan
curiga

terhadap

motif

Nabi

Luth

dalam

mengharamkan

homoseksual,

sebagaimana diceritakan dalam Al-Quran (Surat al-Araf: 80-84 dan Hud: 77-82).
Semua itu, katanya, tidak lepas dari faktor kepentingan Luth itu sendiri, yang
gagal menikahkan anaknya dengan dua laki-laki, yang kebetulan homoseks.
Ditulis dalam buku ini sebagai berikut:

13

Karena keinginan untuk menikahkan putrinya tidak kesampaian, tentu


Luth amat kecewa. Luth kemudian menganggap kedua laki-laki tadi tidak normal.
Istri Luth bisa memahami keadaan laki-laki tersebut dan berusaha menyadarkan
Luth. Tapi, oleh Luth, malah dianggap istri yang melawan suami dan dianggap
mendukung kedua laki-laki yang dinilai Luth tidak normal. Kenapa Luth menilai
buruk terhadap kedua laki-laki yang kebetulan homo tersebut? Sejauh yang saya
tahu, Al-Quran tidak memberi jawaban yang jelas. Tetapi kebencian Luth terhadap
kaum homo di samping karena faktor kecewa karena tidak berhasil menikahkan
kedua putrinya juga karena anggapan Luth yang salah terhadap kaum homo. (hal.
39)
Padahal, tentang Kisah Nabi Luth a.s. Al-Quran sudah memberikan
gambaran jelas bagaimana terkutuknya kaum Nabi Luth yang merupakan pelaku
homoseksual ini: Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya).
(Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya: Mengapa kalian mengerjakan
perbuatan fahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun sebelum
kalian. Sesungguhnya kalian mendatangi laki-laki untuk melepaskan syahwat,
bukan kepada wanita; malah kalian ini kaum yang melampaui batas. Jawab
kaumnya tidak lain hanya mengatakan: Usirlah mereka dari kotamu ini,
sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri.
Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya; dia
termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan kepada
mereka hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang
yang berdosa itu. (QS Al-Araf:80-84).13
Karena itu, para mufassir Al-Quran selama ratusan tahun tidak ada yang
berpendapat seperti anak-anak syariah dari IAIN Semarang itu atau seperti Prof.
Musdah Mulia yang berani menghalalkan homoseksual. Gerakan legalisasi
homoseksual yang dilakukan oleh kaum liberal di Indonesia sebenarnya sudah
melampaui batas. Bagi umat Islam, hal seperti ini merupakan sesuatu yang tidak
terpikirkan (unthought). Bagaimana mungkin, dari kampus berlabel Islam
13

Sayid Sabiq, Fiqh al- sunnah, vol. II, Libanon, Darul Fikar, 1981. Hlm. 361-365.

14

justru muncul dosen dan mahasiswa yang berani menghalalkan homoseksual,


suatu tindakan bejat yang selama ribuan tahun dikutuk oleh agama. Gerakan
legalisasi homoseksual dari lingkungan kampus Islam tidak bisa dipandang
sebelah mata. Tindakan ini merupakan kemungkaran yang jauh lebih bahaya dari
gerakan legalisasi homoseks yang selama ini sudah gencar dilakukan kaum
homoseksual sendiri.
Dalam catatan penutup buku karya anak-anak Fakultas Syariah IAIN
Semarang tersebut, dimuat tulisan berjudul Homoseksualitas dan Pernikahan
Gay: Suara dari IAIN. Penulisnya, mengaku bernama Mumu, mencatat, Ya,
kita tentu menyambut gembira upaya yang dilakukan oleh Fakultas Syariah IAIN
Walisongo tersebut. Juga dikatakan dalam buku tersebut: Hanya orang primitif
saja yang melihat perkawinan sejenis sebagai sesuatu yang abnormal dan
berbahaya. Bagi kami, tiada alasan kuat bagi siapapun dengan dalih apapun, untuk
melarang perkawinan sejenis. Sebab, Tuhan pun sudah maklum, bahwa proyeknya
menciptakan manusia sudah berhasil bahkan kebablasan.
Logika ini sejalan dengan jalan pemikiran Musdah Mulia yang
menyatakan bahwa pelarangan homoseksual hanyalah didasarkan pada penafsiran
sempit terhadap ajaran Islam. Barangkali, seperti dikatakan Nurofiah, jika suatu
ketika nanti kaum homoseksual sudah menjadi dominan, maka mereka akan
memandang bahwa kaum heteroseksual adalah suatu kelainan. Inilah pandangan
yang keblinger, yang lahir dari kekeliruan berpikir. Sebagaimana kasus
perkawinan antara muslimah dan laki-laki non-Muslim yang didukung dan
dipenghului oleh sejumlah dosen UIN Jakarta, kita patut khawatir, bahwa para
akademisi liberal itu semakin menjadi-jadi tindakannya, dengan menjadi penghulu
bagi perkawinan sesama jenis. Kita berharap hal itu tidak terjadi, meskipun Prof.
Dr. Musdah Mulia sudah melontarkan pendapatnya tentang homoseksual secara
terbuka di mediamassa.
Memang, jika orang sudah hilang rasa malunya, maka dia akan berbuat
semaunya sendiri. Mungkin dia merasa sudah hebat, sudah jadi guru besar
pemikiran Islam di suatu kampus Islam terkenal. Selama ini pun, orang-orang

15

terdekatnya pun tidak mampu menghentikan kegiatannya. Namun, jika kita ikuti
kisah perjalanan intelektual Prof. Musdah Mulia, kita sebenarnya tidak terlalu
heran. Sejak awal, cara berpikirnya sudah kacau. Dia seenaknya sendiri
mengubah-ubah hukum Islam, untuk disesuaikan dengan cara pandang dan cara
hidup Barat. Tidak aneh, jika karena sepak terjangnya yang seperti itu, tahun lalu,
pada Hari Perempuan Dunia tanggal 8 Maret 2007, Musdah Mulia menerima
penghargaan International Women of Courage dari Menteri Luar Negeri
Condoleezza Rice di kantor kementerian luar negeri Amerika Serikat (AS),
Washington. Ia dianggap sukses menyuarakan, membela dan mengembalikan hak
perempuan di mata agama dengan cara melakukan pembaruan hukum Islam
termasuk undang-undang perkawinan. Mungkin, setelah mendukung praktik
homoseksual ini, dia akan mendapatkan pujian dan penghargaan jauh lebih tinggi
lagi dari kalangan tertentu.
E. PERNIKAHAN SESAMA JENIS (LGBT) DI MALAYSIA
Hak LGBT tidak dijamin di Malaysia. Bangsa ini tetap zaman penjajah
kod jenayah menjenayahkan sodomi dan gagasan Islam fundamentalis
mempunyai pengaruh besar pada undang-undang negara, politik, norma-norma
budaya dan sikap sosial.
F. KOD JENAYAH
Malaysia mempertahankan era kolonial larangan jenayah pada sodomi
(dan juga seks oral), ditakrifkan secara luas untuk merangkumi tindakan
heteroseksual dan homoseksual, dengan hukuman yang mungkin termasuk denda,
hukuman penjara yang lama dan bahkan hukuman fizikal. Sebuah ayat dari kod
jenayah, juga memberikan hukuman tambahan untuk orang yang dihukum kerana,
"ketidaksenonohan kotor dengan lelaki lain".[14] Selain undang-undang sekular,
warga Muslim juga mungkin akan dikenakan bayaran di mahkamah Islam khusus.
[15]

14
15

Sodomylaws.Org
Sodomylaws.Org

16

Telah ada beberapa perbincangan awam mengenai reformasi undangundang sehingga membebaskan swasta, non-komersil, tindakan seksual antara
orang dewasa. Beberapa ahli parti pembangkang utama, telah menyatakan
sokongan untuk seperti reformasi, terutama Latheefa Koya dan Anwar Ibrahim
tetapi ini bukan kedudukan rasmi parti. Tidak ada parti politik atau ahli parlimen
yang dipilih secara rasmi telah mencadangkan seperti reformasi.[16]
Pada tahun 1994, kerajaan melarang sesiapa sahaja yang homoseksual,
biseksual atau transeksual muncul di media kerajaan dikawal.[17]
Pada tahun 2001 bekas Perdana Menteri Mahathir Mohamad menyatakan
bahawa negara akan mengusir setiap menteri kabinet berkunjung asing atau
diplomat yang gay.[18] Mohamad juga memberi amaran menteri gay di negaranegara asing untuk tidak membawa pasangan mereka saat mengunjungi negara
ini.[19] Anak perempuan Mahathir, Marina Mahathir, menyeru mengakhiri
diskriminasi berdasarkan orientasi seksual.[20]
Pada tahun 2005 Tentera Laut Diraja (RMN) kepala Mohd Anwar Mohd
Nor menyatakan bahawa Tentera Laut tidak akan pernah menerima homoseksual.
[21]

Pada 2010, Dewan Sensor Filem Malaysia mengumumkan hanya akan


membolehkan penggambaran watak homoseksual asalkan watak bertaubat atau
menjadi heteroseksual.
G. PENGENALAN/PENJELASAN JANTINA
Cross-dressing tidak teknikal kejahatan. Namun, orang transgender sering
ditangkap oleh polis berdasarkan undang-undang sivil yang menetapkan
"ketidaksenonohan awam", dan jika mereka Muslim, selanjutnya boleh dikenakan
oleh pegawai agama di bawah Undang-undang Syariah untuk "meniru"
perempuan. Sebagai contoh, pada tahun 1998, Empat puluh lima Muslim waria
16

Sodomylaws.Org
http://www.ilga.info/Information/Legal_survey/Asia_Pacific/malaysia.htm
18
Sodomylaws.Org
19
Gay ministers barred, Malaysia tells UK
20
PM's daughter slams Malaysian anti-gay group
21
Sodomylaws.Org
17

17

dibebankan dan dihukum di mahkamah untuk berpakaian sebagai perempuan, dan


orang-orang transjantina 2003 lebih menghadapi denda serupa dan penjara pada
tahun 1999.
Ia dianggarkan bahawa sejumlah besar orang transjantina dipaksa untuk
bekerja di jalanan sebagai pekerja seks komersial untuk mencari nafkah.
H. LGBT DALAM POLITIK MALAYSIA
"Gerakan Anti-Homoseksual Rakyat Sukarela", dicipta pada tahun 1998
untuk

melobi

undang-undang

jenayah

yang

lebih

ketat

terhadap

kehomoseksualan, dan merupakan ahli United Malays National Organization


(UMNO) yang berkuasa.
Parti Tindakan Demokratik secara terbuka telah berjanji untuk membela
isu-isu hak LGBT, sehingga parti politik pertama di Malaysia untuk
melakukannya.
I. PENDAKWAAN ANWAR IBRAHIM
Pada tahun 1998, Anwar Ibrahim didakwa dengan rasuah dan sodomi.
Pada tahun 2000, ia dijatuhi hukuman sembilan tahun untuk terlibat dalam sodomi
dengan 19 tahun pemandu lelaki dan bekas penulis pidato lelakinya. Walaupun
tunjuk perasaan kebangsaan dan antarabangsa, dia tidak dibebaskan sampai dia
berkhidmat empat tahun hukuman, pada tahun 2004, ketika Mahkamah
Persekutuan Malaysia membebaskannya dari semua tuntutan.
Setelah dibebaskan, Anwar menyatakan bahawa ia tidak bersalah dan
tuduhan adalah sebahagian daripada konspirasi kerajaan untuk menamatkan
kerjaya politiknya. Dia juga merasa bahawa undang-undang jenayah nasional
terhadap kehomoseksualan harus direformasi untuk melindungi menyetujui hak
orang dewasa untuk memiliki kehidupan peribadi, walaupun dia juga menyatakan
bahawa perkahwinan gay, "akan terlalu jauh".
Pada tahun 2007, bekas Perdana Menteri Mahathir Mohamad menanggapi
tuntutan sivil yang difailkan oleh Anwar dengan menyatakan bahawa
homoseksual tidak boleh memegang jawatan awam di Malaysia dan bahawa dia
18

tahu Anwar adalah seorang homoseksual kerana pemandu lelaki Anwar dan
penulis pidato lelaki baik menyatakan di mahkamah bahawa mereka mempunyai
hubungan seksual dengan Anwar.[22]
Pada bulan Julai 2008, Anwar ditangkap lagi, dituduh sodomi dengan
bekas pembantu lelaki. Penangkapan terjadi sesaat setelah Anwar mengaku berada
dalam kedudukan untuk mencabar kerajaan campuran selepas kejayaan
pembangkang dalam pilihan raya Mac.[23] However, he was released on bail and
won the campaign for his former seat in Parliament, and currently leads the
opposition in Parliament.
J. PERTUBUHAN LGBT DI MALAYSIA
Tidak ada kumpulan kepentingan ada untuk mengalakkan semata-mata hak
LGBT.
Sebaliknya koalisi longgar NGO, seniman dan individu telah terbentuk
dengan dalih menetapkan hak-hak seksualiti tahunan festival Seksualiti Merdeka.
Seksualiti Merdeka adalah festival tahunan yang terdiri dari kata-kata,
persembahan, main, workshop, dan forum, untuk mengalakkan hak-hak
keseksualan sebagai hak asasi manusia, untuk memberi individu dan masyarakat
terpinggir, dan untuk mencipta platform untuk berkongsi. Selain mengatur
program ini festival tahunan, ahli gabungan ini juga terlibat dalam penulisan surat
kempen, akan melakukan pemutaran filem rutin dan perbincangan, advokasi
akademik dan latihan pelatih.
Kumpulan-kumpulan yang terlibat dalam Seksualiti Merdeka juga sendiri
menganjurkan untuk hak-hak LGBT dalam rangka advokasi hak asasi manusia.
Ini termasuk menubuhkan pertubuhan hak asasi manusia seperti Jawatankuasa
Hak Asasi Manusia dari Malaysian Bar, SUARAM, PT Foundation, KRYSS,
Womens Candidacy Initiative, Persatuan Kesedaran Komuniti Selangor
(Empower), Purple Lab, Matahari Books, dan The Annexe Gallery.

22
23

Former PM says gays should not rule mostly Muslim Malaysia | News | Advocate.com
Malaysia's Anwar Ibrahim arrested

19

Beberapa kumpulan yang lain seperti Sisters in Islam, Pertubuhan Bantuan


Perempuan, Amnesty International juga telah berurusan dengan masalah orientasi
seksual dalam advokasi kesihatan masyarakat mereka. Fokus pada pendidikan
AIDS-HIV telah memungkinkan untuk perbincangan awam yang lebih orientasi
seksual, identiti jantina dan hak-hak asasi manusia.
PT Yayasan, awalnya bernama Pink Triangle, menumpukan pada
"menyediakan pendidikan, pencegahan, penjagaan dan sokongan rancangan
HIV/AIDS, kesedaran seksualiti dan programes pemberdayaan masyarakat
terdedah di Malaysia". Masyarakat termasuk MSM (laki-laki yang berkaitan seks
dengan lelaki), waria, pekerja seks, pengguna dadah, dan orang yang hidup
dengan HIV. Mereka bergabung dengan organisasi lain, seperti "LPG" (untuk
lelaki gay) dan "mengalahkan" (untuk lesbian) yang mengatur kegiatan rutin bagi
masyarakat sasaran mereka.
K. ISU HIV/AIDS
Walaupun tidak semata-mata masalah bagi orang LGBT, respon kesihatan
masyarakat untuk AIDS HIV diperlukan perbincangan awam yang lebih besar dari
topik yang sebelumnya tabu, termasuk keseksualan manusia, peranan gender dan
orientasi seksual.
Sejak kes AIDS rasmi pertama muncul di negara, tahun 1985, kerajaan
telah berada di bawah tekanan yang lebih untuk mempromosikan kempen
pendidikan dan pencegahan kerana beberapa ahli telah menyarankan bahawa
jumlah Malaysia dijangkiti HIV boleh pergi setinggi 300,000 tahun 2015 .
Pada tahun 2006, kerajaan melancarkan kempen awam baru yang
komprehensif yang merangkumi terapi dan program penukaran jarum suntikan
untuk penagih dadah, dan ubat percuma yang disediakan di klinik kerajaan. [24]
Namun, perbincangan awam tentang keseksualan tetap merupakan topik tabu.
Pada tahun 2007, Malaysia Jabatan Kesihatan dilarang menyokong penggunaan
kondom untuk mengelakkan penyebaran penyakit kerana kekhuatiran bahawa
24

HIV infections in Malaysia could surge to 300,000 by 2015, official warns International
Herald Tribune

20

kempen tersebut akan disamakan dengan sokongan kerajaan perilaku seksual di


luar perkahwinan yang sah.[25]
L. ADA GEREJA KHUSUS HOMOSEKS DI MALAYSIA
Kerajaan Federal Malaysia yang mayoritas warganya muslim, terpaksa
menerima kenyataan hadirnya gereja khusus kaum homoseksual di Kuala Lumpur.
Gereja Metropolitan Community Church Kuala Lumpur (MCC KL) itu
didirikan di Kuala Lumpur (KL) sejak 2009. Gereja yang seluruh jemaat dan
pendetanya pengidap kelainan seksual itu, menginduk kepada Gereja Metropolitan
Community Church (MCC) di New York.
Di negara asalnya, gereja homoseks ini didirikan di New York pada 1968
sebagai tempat ritual yang melindungi kaum gay Kristen yang ketika itu banyak
dicerca masyarakat Amerika. MCC cabang Asia pertama kali didirikan di Manila,
Filipina, yang bermayoritas Katolik. Salah seorang pendeta di sana yang bernama
Pang Wai Yang pun seorang gay tulen.
Gereja yang memanjakan jemaat sekong-wan (sebutan kaum gay)
Malaysia ini, melakukan ritual kebaktian perdana pada Agustus 2007 di Grand
Olympic KL dihadiri pendeta Troy Perry dan Pat Bumgardner, pendiri MCC New
York. Kedua pendeta inilah yang mempromosikan Ou Yang Weng Feng, seorang
gay Kristen bekas kolumnis terkenal keturunan China Malaysia untuk meraih
gelar doktor teologi di Amerika Serikat.
Ou Yang didampingi pendeta Pang Wai Yang yang juga menyatakan
bagian dari kumpulan sekong-wan Malaysia. Pendeta Pang ini juga diakui MCC
New York sebagai staf di MCC Kuala Lumpur.
Setelah bercerai dengan istrinya, Ou Yang (41) memutuskan untuk
menikah sesama jenis dengan Phineas Newborn III di New York bulan Agustus
2011 silam. Phineas (47) adalah seorang gay berkulit hitam yang berbadan tegap
dan penggiat teater Broadway. Sebelumnya mereka berencana menikah homo di
25

HIV/AIDS | Malaysia Health Ministry Cannot Promote Condom Use To Prevent Spread of
HIV, Official Says GlobalHealthReporting.org

21

Kuala Lumpur, tapi masyarakat Muslim dan Kristen Malaysia menghardik


mereka.
Allah SWT menciptakan manusia berpasang-pasangan antara laki-laki dan
perempuan dengan diberikan perasaan cinta dan kasih sayang. Di luar itu adalah
penyimpangan dan penyakit yang harus diobati, bukan malah ditampung dalam
rumah ibadah.

BAB III

22

PENUTUP
Kesimpulan
Di Indonesia : Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan (UU Perkawinan), perkawinan adalah ikatan lahir batin
antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri.
Selain itu, di dalam Pasal 2 ayat (1) UU Perkawinan dikatakan juga bahwa
perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing
agamanya dan kepercayaannya. Ini berarti selain negara hanya mengenal
perkawinan antara wanita dan pria, negara juga mengembalikan lagi hal tersebut
kepada agama masing-masing.
Mengenai perkawinan yang diakui oleh negara hanyalah perkawinan
antara pria dan wanita juga dapat kita lihat dalam Pasal 34 ayat (1) UndangUndang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (UU
Adminduk) beserta penjelasannya dan Pasal 45 ayat (1) Peraturan Daerah
Provinsi DKI Jakarta No. 2 Tahun 2011 tentang Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil (Perda DKI Jakarta No. 2/2011) beserta penjelasannya.
Di Malaysia : Hak LGBT tidak dijamin di Malaysia. Bangsa ini tetap
zaman penjajah kod jenayah menjenayahkan sodomi dan gagasan Islam
fundamentalis mempunyai pengaruh besar pada undang-undang negara, politik,
norma-norma budaya dan sikap sosial.
Malaysia mempertahankan era kolonial larangan jenayah pada sodomi
(dan juga seks oral), ditakrifkan secara luas untuk merangkumi tindakan
heteroseksual dan homoseksual, dengan hukuman yang mungkin termasuk denda,
hukuman penjara yang lama dan bahkan hukuman fizikal. Sebuah ayat dari kod
jenayah, juga memberikan hukuman tambahan untuk orang yang dihukum kerana,
"ketidaksenonohan kotor dengan lelaki lain".Selain undang-undang sekular, warga
Muslim juga mungkin akan dikenakan bayaran di mahkamah Islam khusus.

DAFTAR PUSTAKA
23

Moelyanto. KUHP (kitab undang- undang hukum pidana). Bina Aksara:


Jakarta.
Ali Akbar. H. Dr. 1982. Seksualitas ditinjau dari Hukum Islam. Ghalia
Indonesia: Jakarta.
Sayid Sabiq, Fiqh al- sunnah, vol. II, Libanon, Darul Fikar, 1981
Ann Landers. 1983. Problema dan Romantika Remaja (Terjemahan). Bina
Pustaka: Jakarta.
Moertihko. Transeksual dan Waria. Surya Murti publishing. Solo.
Ahmad Ramali, Dr. Memelihara Kesehatan dalam Hukum Islam. Balai
Pustaka. Jakarta.
Hasan Ali. Masail Fiqhiyah al- haditsah pada Masalah-masalah
Kontemporer Hukum Islam. PT. RajaGrafindo Persada: Jakarta.
Prof. Drs. H. Masjfuk Zuhdi. Masail Fiqhiyah, Kapita Selekta Hukum
Islam. CV. Haji Masagung. Jakarta.
Digilib.Uin.suka.ac.id/3939/BAB%201,V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf.
( di Download pada hari jumat tanggal 22 Maret 2013 jam 20.00 wib)
Mulia, Siti Musdah dalam http://icrp-online.cb.net,akses 07 agustus 2008.
( di Download pada sabtu tanggal 23 Maret 2013 jam 16.00 wib)
Spencer, Robert. Musdah Mulia, Muslimah Feminis ? dalam http://
www.indonesia.faithreedom.org/forum/viewtopic.php?
p=1995&sid=cfaeb7f1678825246e67a6b230cf2370, di akses 3 februari 2008. (di
Download pada tanggal 23 Maret 2013 jam 16.45 wib).

24

Anda mungkin juga menyukai