Anda di halaman 1dari 16

KONSEP FUNDAMENTALISME

DALAM ISLAM DAN


PRAKTIKNYA

OLEH
AINA FAUZIA (17304244011)
Pengertian Fundamentalisme dan
Fundamentalidme Islam

 Dalam kamus Bahasa Indonesia Fundamentalisme berasal dari kata


Fundamen yang artinya fondasi, dasar, asas, dan hakikat. Sedangkan
Menurut istilah, fundamentalisme adalah paham yang cenderung
memperjuangkan sesuatu secara radikal. Secara historis, istilah
“Fundamentalisme” pada dasarnya diatributkan pada sekte protestan yang
menganggap injil bersifat absolut dan sempurna dalam arti literal sehingga
mempertanyakan satu kata yang ada dalam injil dianggap dosa besar dan
tak terampuni.

 Dalam hal ini, kamus Oxford mendifinisikan kata Fundamentalisme


sebagai “pemeliharaan secara ketat atas kepercayaan agama tradisional
seperti kesempurnaan injil dan penerimaan literal ajaran yang terkandung
didalamya sebagai fundamental dalam pandangan Kristen protestan.
William Montgomery Watt mendefinisikan bahwa kelompok
fundamentalis Islam adalah kelompok muslim yang secara sepenuhnya
menerima pandangan dunia tradisional serta berkehendak
mempertahankannya secara utuh.
 Menurut Rahman,dalam daftar kosa katanya, “fundamentalis” sejati
adalah orang yang komitmen terhadap proyek rekontruksi atau
rethinking (pemikiran kembali) Fazlur Rahman menggunakan
istilah kebangkitan kembali ortodoksi untuk kemunculan gerakan
fundamentalisme Islam.[1]

 Jadi, pengertian fundamentalisme Islam adalah sebuah gerakan


dalam sebuah aliran, paham atau agama yang berupaya untuk
kembali kepada apa yang diyakini sebagai dasar-dasar atau asas-
asas (fondasi), oleh sebab itu pengikut kelompok-kelompok paham
ini seringkali berbenturan dengan kelompok-kelompok lain bahkan
yang ada dilingkungan agamanya sendiri, dikarenakan anggapan
diri sendiri lebih murni dan benar daripada lawan-lawan mereka
yang iman atau ajarannya telah “tercemar”. Ini semua biasanya
didasarkan pada tafsir atau interpretasi secara harafiah semua
ajaran yang terkandung dalam kitab Suci atau buku pedoman
lainnya.
Karakteristik fundamentalisme dalam islam

Empat karakteristik penting fundamentalisme:


 Secara sosiologis fundamentalisme sering dikaitkan dengan nilai-
nilai yang telah ketinggalan zaman atau tidak relevan lagi dengan
perubahan dan perkembangan zaman, secara kultural,
fundamentalisme menunjukkan kecenderungan tidak tertarik pada
hal-hal yang bersifat intelektual.
 Secara psikologis bahwa fundamentalisme ditandai dengan
otoritarianisme, organisasi, dan lebih cenderung kepada teori
konspirasi.
 Secara intelektual bahwa fundamentalisme dicirikan oleh tiadanya
kesadaran sejarah dan ketidakmampuan terlibat dalam pemikiran
kritis.
 Secara teologis, bahwa fundamentalisme diidentikkan dengan
literalisme, primitivisme, legalisme, dan tribalisme. Sedangkan
secara politis bahwa fundamentalisme dikaitkan dengan populisme
reaksioner.[2]
Sejarah munculnya fundamentalisme dalam
islam
Istilah ini menurut Fredrick M. Denny, seorang
agamawan nasrani muncul pada awal abad ini (1920
oleh George marsden) sebagai kerangka kerja kaum
protestan konservatif Amerika untuk menunjukkan ciri
suatu doktrin yang berdasarkan kitab Injil yang meliputi
5 point ( kelahiran Yesus dari sang perawan, kebangkitan
fisiknya, kitab injil yang tanpa salah, penebusan dosa
subtansial dan kedatangan Kristus yang kedua ). Point
yang sejalan dengan Islam hanyalah yang menyangkut
ketidaksalahan kitab suci Injil yang dalam Islam adalah
Alquran.
Dalam Islam gerakan fundamentalisme dapat dibagi dua
tipologi yaitu : Pra modern, yang muncul disebabkan situasi dan
kondisi tertentu dikalangan umat Islam dengan prototype
gerakan Wahabiah disemenanjung Arabiah dibawah
kepemimpinan Muhammad Ibn Abdul Wahab (1703-1792),dan
tipe fundamentalisme kontemporer yang bangkit sebagai reaksi
terhadap penetrasi sistem dan nilai sosialbudaya, politik,
ekonomi barat, baik secara kontak langsung maupun melalui
pemikir muslim seperti kelompok modernis, westernis,
sekularis atau rejim pemerintahan muslim yang probarat
dengan protipe gerakan Ihwanul Muslimin (IM) yang didirikan
pada tahun 1928 oleh Hasan Al-Banna yang wafat 20 Februari
1949 melalui tragedi pembunuhan oleh seorang yang tak
dikenal. kemudian ia digantikan oleh Sayyid Qutub dengan
salah satu konsepsi yang dikenal Jahiliah Modern.
Fundamentalisme Islam mulai popular didunia barat
setelah muncul revolusi Islam Iran dibawah
kepemimpinan Ayatullah Khomeini yang merupakan
muslim Syi’ah radikal dan fanatik pada tahun 1979.
Dan setelah revolusi Islam Iran ini, istilah
fundamentalisme Islam digunakan untuk
menggeneralisasi berbagai gerakan Islam yang muncul
dalam gelombang kurun waktu tertentu dalam
dasawarsa terakhir sering disebut dengan kebangkitan
Islam (Islamic Revivalism).
Gejala kebangkitan Islam dalam berbagai bentuk
intensifikasi penghayatan dan pengalaman Islam, yang
diikuti dengan pencairan dan pembebasan kembali nilai-
nilai islam dalam berbagai aspek kehidupan, dapat dalam
bentuk kebangkitan Islam yang lebih berorientasi kedalam
( inward oriented ) yang bersifat individual, berupa
peningkatan komitmen pribadi terhadap Islam yang lebih
banyak mengandung aspek esoteris, dan dapat pula dalam
bentuk kebangkitan yang berorientasi keluar (outward
oriented) dengan komitmen yang kuat tidak hanya
mentransformasi kehidupan individual, tetapi juga
sekaligus kehidupan sosial kemasyarakatan yang bersifat
eksoteris yang sangat menekankan batas halal dan haram
(boleh dan terlarang) berdasarkan syariat Islam.
Dalam Islam terdapat kalangan yang tidak setuju
penggunaan istilah fundamentalisme untuk menyebut
gejala intensifikasi penghayatan dan pengamalan serta
membudayakan ajaran Islam dalam rangka
kebangkitan Islam dengan alasan
istilah fundamentalisme berkaitan dengan
kebangkitan gereja protestan terutama yang ada di
Amerika (1920).
Fundamentalisme di barat muncul melalui proses
yang panjang. Dahulu agama Kristen dengan institusi
gerejanya pernah menguasai seluruh segi kehidupan
manusia Eropa. Kaisar Romawi sebagai pelindung
agama Kristen. Paussebagai kepala gereja berada
diatas Kaisar, sehingga atas perintah Paus, maka raja-
raja Spanyol dan Fortugal menjarah dipelosok dunia
dengan menjadikan daerah-daerah yang dikuasai
sebagai daerah Kristen (pendudukan Fortugal tehadap
Malaka tahun 1511, Ternate 1522 dan pendudukan
Spanyol terhadap Tidore).
Peranan agama sebesar itu berbalik dalam posisi dianggap
sebagai candu masyarakat setelah terjadi gerakan besar di
Eropa. Gerakan ini dimulai dengan munculnya fase Renaisance
yang ingin menemukan kembali warisan budaya lama yang
berlatar belakang Yunani dengan mengungkapkan kemampuan
berfikir manusia.

Kemudian muncul gerakan Humanisme yang menekankan


kemampuan akal menemukan kebenaran, sementara aliran
reformasi, muncul pula yang menempatkan manusia sebagai
pribadi yang bertanggung jawab kepada Allah SWT. Bukan
kepada Gereja. Lalu disusul munculnya masa Aufklarung
/ pencerahan, yang merupakan kelanjutan dari Humanisme
yang menganggap kebenaran yang terjadi ialah yang di dapat
dimengerti oleh akal manusia.
Dari gerakan besar tadi mengakibatkan kemajuan Ilmu
pengetahuan yang sangat pesat pada abad XIX, menyebabkan
lahirnya revolusi industri yang membawa perubahan radikal,
dan mengakibatkan agama tidak menjadi penentu lagi dalam
bidang politik, ekonomi, sosial budaya, sehingga manusia tidak
mendasarkan diri pada agama untuk penentuan nilai, tetapi
pada kebutuhan material sebagai akibat runtuhnya kekuasaan
Gereja dan Ilmu Pengetahuan keluar sebagai pemenang.

Dari kemenangan Ilmu Pengetahuan, menimbulkan reaksi dari


kalangan kaum agama yang ingin tetap jernih keyakinannya dan
supermasi agama tetap dipertahankan dalam suatu sikap yang
dikenal dengan fundamentalisme. [3]
Pelajaran yang dapat diambil dari
fundamentalisme

Dilihat dari substansinya, terlihat bahwa pandangan, sikap, dan keyakinan


keagamaan kaum fundamentalis tidak keluar dari Islam. Mereka termasuk
muslim dan mukmin yang taat, bahkan dapat dikatakan bahwa mereka
berpegang teguh pada ajaran Islam dan ingin memperjuangkannya dengan
segala upaya dan kemampuan yang dimiliki agar ajaran Islam yang mereka
pahami benar-benar dapat dilaksanakan oleh seluruh umat manusia tanpa
terkecuali. Dengan demikian kehadiran fundamentalisme tidak mesti
direspon secara searah dan dengan pandangan negatif.
Di manapun dan bilapun gerakan muslim fundamentalis muncul
sebagai suatu kelompok, seharusnya kita hargai dengan lapang dada.
Dan apapun ideologi yang mereka anut dan sebarkan, seharusnya kita
biarkan hidup bebas pula. Sebab, menganut ideologi apapun, atau tidak
menganut ideologi apapun, dalam koridor kebebasan berfikir dan
berekspresi, sejatinya hak asasi manusia juga.
Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahawa
sikap yang seharusnya kita terapkan untuk menghadapi
timbulnya fenomena muslim fundamentalis berikut
pemikiran dan tindakannya adalah sikap terbuka dan
kritis. Terbuka dalam menerima fenomena
fundamentalisme sebagai kebebasan berfikir dan
berekspresi dan kritis apabila tindakan mereka telah jauh
menyimpang dan melanggar hak asasi umat muslim yang
lain.
Selain itu, kita juga dapat mengambil pelajaran
berharga dari sikap dan kegiatan kaum fundamentalis.
Anggota-anggota mereka terlihat mempunyai kesetiaan
yang kuat pada prinsip yang dianut.
Dari militansi yang terlihat dalam kelompok
fundamentalis dapat diambil pelajaran akan semangat
kerja, kemauan untuk bekerja keras. Kemalasan dan
kelemahan semangant merupakan penyakit yang
menimpa kaum muslimin negeri ini untuk waktu yang
cukup lama. Fundamentalisme mengajak kita untuk
berbuat, untuk tidak diam saja karena pilihan lainnya
adalah perubahan ke arah yang lebih buruk.
PENUTUP

Kesimpulan
Fundamentalisme Islam adalah sebuah gerakan dalam sebuah aliran, paham
atau agama yang berupaya untuk kembali kepada apa yang diyakini sebagai
dasar-dasar atau asas-asas (fondasi), oleh sebab itu pengikut kelompok-
kelompok paham ini seringkali berbenturan dengan kelompok-kelompok lain
bahkan yang ada dilingkungan agamanya sendiri, dikarenakan anggapan diri
sendiri lebih murni dan benar daripada lawan-lawan mereka yang iman atau
ajarannya telah “tercemar”. Dilihat dari substansinya, terlihat bahwa
pandangan, sikap, dan keyakinan keagamaan kaum fundamentalis tidak
keluar dari Islam. Di manapun dan bilapun gerakan muslim fundamentalis
muncul sebagai suatu kelompok, seharusnya kita hargai dengan lapang dada
selepas mereka tidak berbuat pelanggaran dalam kehidupan sosio-politik.

Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat memahami dan mengaplikasikan
sikap menghadapi fundamentalis dalam islam, sehingga ke depannya tercipta
masyarakat islam yang madani.

Anda mungkin juga menyukai