A. Fenomena Dakwah
Seorang perempuan datang kepada Rasulullah seraya memprotes wahai Rasulullah banyak orang laki- laki membahas hadis Anda. Jadikanlah kami sebagai pengikut Anda yang suatu hari datang kepada Allah untuk mempelajari apa yang telah diajarkan Allah kepada Anda. Dan Rasulullah menanggapinya berkumpullah
kalian di hari begini ditempat begini. Sehingga para perempuan berkumpul dan
mendatangi Rasulullah SAW. Selanjutnya sabda Rasulullah Tak seorangpun diantara
kalian yang menimang anaknya selama tiga kali kecuali ia diberi tabir yang menjauhkannya dari api neraka. Dan seorang perempuan bertanya, wahai Rasulullah , bagaimana jika hanya dua kali? petanyaan ini diulang sampai 2 kali meskipun 2 kali, meskipun 2 kali, meskipun 2 kali. Jawab Rasulullah SAW. (Al- bukhori, VIII: 149).
Hadist ini mengajarkan kesetaraan gender dalam dakwah, kewajiban berdakwah, dan pesan dakwah sesuai dengan penerima dakwah. Dakwah bukanlah semata- mata tugas para ulama, karena dakwah tidak hanya dalam bentuk ceramah saja, ada fenomena dakwah yang lain. Seorang TKI yang bekerja di luar, demi menghidupi anak istrinya, juga membantu orang- orang tua , janda, dan anak- anak usia sekolah yang terlantar dikampungnya , membeli sebidang tanh yang dipersiapkan untuk panti asuhan anak yatim dan fakir miskin ketika I kembali ditanah air, seorang TKI ini terpuji dapat melebihi seorang penceramah, yang sering kali berbicara tanpa kejelasan tindakan. TKI ini melakukan dakwah pemberdayaan masyarakat. Penulis juga menceritakan tentang sorang pemuda yang berambut panjang dan bertato, dia fanatik dengan islam tetapi tidak pernah ke masjid. Seminggu sekali ia mengumpulkan orang dewasa, yang seirama dan tidak pernah kemesjid, Dia berhasil membawa 2 orang temannya menjadi mualaf pada saat bakar ikan bersama menyambut malam lailatul qodar. Dari fenomena diatas bahwasanya dakwah meliputi aspek yang luas dalam wilayah kehidupan. Beragam bentuk metode, media, pesan, pelaku dan mitra dakwah. Segala hal yang berkaitan dengan islam terdapatb unsure dakwahnya. Dan islam dapat bergerak dan hidup karena dakwah.
B. Tinjauan Dakwah
Berasal dari bahasa arab dawah , mempunyai 3 huruf asal, dal, ain, & wawu. Ragam maknanya adalah: memanggil, mendorong, meminta, memohon, menamakan, menyuruh kali. Dakwah mempunyai tiga komponen utama yaitu pelaku dakwah(Dai), pesan dakwah, sasaran dakwah/ mitra dakwah (madu). pendakwah sebagai pelaku aktif dan mitranya sebagain pihak yang pasif. datang, menyebabkan, mendatangkan, mendoakan, menangisi, dan meratapi. Bebrapa ali menyebutkan bahwa kata dakwah disebutkan lebih dari 198
C. Devinisi Dakwah
Pada umumnya para ahli mendefinisikan dakwah dimulai dari segi bahasa. Kata seruan, ajakan, dan panggilan. Sehingga dapat diketahui bahwa dakwah bersifat persuasif bukan represif, informatife bukan manipulatife, tidak ada unsure paksaan, dan pemutarbalikan fakta untuk kepentingan duniawi seseorang. Bahwa tujuan dakwah menurut para ahli: Tujuan dunia Tidak mencantumkan tujuan secara jelas Tujuan kebahagiaan dunia dan akhirat, Secara ilmiah tujuan dunia dapat digambarkan dan diukur tetapi tujuan akhirat tidak dapat diuji dan diukur baik secara empiris maupun ilmiah. Kita bias mendapat ilmu tentang akhirat tetapi kita tidak pernah melihat dan menyaksikan orang yang mengalaminya (ain al-yaqin), juga tidak pernah mengalaminya (haqq al-yaqin). Dakwah mengajak kita menuju suatu perubahan yang positif , dalam wujud peningkatan iman. Metode, media, pesan dan tehnik dakwah haruslah sesuai dengan syariat islam yang terdapat dalam Al-quran dan Al- hadist. Secara umum dakwah adalah kegiatan peningkatan iman menurut syariat islam. Sebagai upaya peningkatan status dakwah maka berdirilah ilmu dakwah.
Tabligh adalah usaha mnyampaikan dan menyiarkan pesan islam yang dilakukan oleh individu maupun kelompok baik secara lisan maupun tulisan (Amrullah Ahmad, 1993: 49). Target utama tabligh adalah bersifat kognitif (pemahaman dan pemikiran). Bukan efektif (sikap) maupun behavioral (perilaku). Nasihat Berasal dari nashihah: nun, shad, dan ha, yaitu member nasihat, menjahit dan membersihkan. Nasihat adalah menyampaikan suatu ucapan kepada orang lain untuk memperbaiki kekurangan atau kekeliruan tingkah lakunya (Muh. Bin Allan al-shiddigh: 460). Bisa dengan lisan juga tulisan. Tabsyir dan Tandzir Tabsyir adalah memberikan uraian keagamaan kepada orang lain yang isinya berupa berita- berita yang mubasysyir atau basyir. Tandzir , menyampaikan uraian keagamaan kepada orang lain yang isinya peringatan atau ancaman bagi orang yang melanggar syariat Allah SWT, agar tidak melakukan atau menghentikan perbuatan dosa. Orang yang memmberikan tandzir adalah mundzir atau nadzir. Khotbah Berasal dari kha, tha, ba, yaitu pidato atau meminang, Artinya yaitu bercakap- cakap tentang masalah yang penting. Jadi Khotbah adalah pidato yang disampaikan untuk menunjukkan kepada pendengar mengenai pentingnya suatu pembahasan. Dilakukan oleh khotib. Makna Khotbah kemudian bergeser menjadi pidato atau ceramah dalam ritual keagamaan. Washiyah atau Taushiyah Washiyah berarti perintah, perintah tentang sesuatu. Menyampaikan washiyah disebut taushiyah. Dalam bahasa Indonesia menjadi wasiat. Dalam dakwah wasiat berupa pesan moral yang harus dialaksanankan oleh penerima wasiat. Tarbiyah dan Talim Secara umum keduanya berarti pendidikan atau pengajaran. Pendidkan merupakan transformasi nilai- nilai, ilmu pengetahuan, maupun ketrampilan yang berbentuk wawasan, sikap dan tingkah laku individu atau masyarakat. Proses pendidikan adalah proses perubahan sosial yang berangkat dari ide, gagasan dan pendapat dan pemikiran. Tarbiyah dalam kamus berarti menasuh, mendidik, memelihara, tumbuh. Tarbiyah tidak sekedar pendidikan melainkan menggembirakan penerima. Tabsyir oleh
juga menyangkut kepengasuhan. Talim pada umumnya diartikan dengan pengajaran suatu ilmu. Sifatnya memberikan kebutuhan rohani manusia. Amar maruf Nahi Mungkar Amar maruf (memerintahkan kebaikan), Nahi mungkar (mencegah kemungkaran dan perbuatan terlarang) Ahli fikih menyebut dengan al-hisbah adalah memerinthkan kebaikan pada saat ada yang meninggalkannya dengan terang- terangan dan melarang kemungkaran ketika tampak ada yang melakukannya. Amar maruf nahi mungkar dapat dilakukan dengan dua bentuk yaitu: 1) Dakwah dengan cara yang halus, lunak, tidak memaksa dan tanpa kekerasan ( dakwah cultural). 2) Al-hisbah yang menekankan pada pendekatan kekuasaan. Berlaku untuk Negara islam.
Pada masa nabi Muhammad SAW menggunakan tiga langkah dakwah (dalam surat AlJumuah): 1. Yatluu alaihim aayatih (membacakan ayat- ayat Allah SWT). 2. Yuzakkhiihim (menyucikan masyarakat). 3. Yu allimihum al kitaaba wa al Hikmah (mengajarkan Al-quran dan As-Sunnah). Nabi diberi tugas tabligh dengan tujuan memberikan pemahaman yang benar tentang islam, sehingga bersimpati dan menjadi muslim. Yang awalnya tabsyir kemudian tandzir, setelah menerima kemudian menghapus kemusyrikan, tradisi jahiliyah (tidak mengenal ajaran islam) dan kepercayaan nenek moyang yang salah. Memerangi (al-hisbah) hal yang merusak akidah, jiwa, keturunan, akal dan harta dan menggantikannya dengan tradisi yang lebih baik. Kemudian meningkatkan kualitas akal pikiran mereka dengan ilmu sesuai dengan Al- quran dan AS- sunnah. Pengajaran ilmu sering disampaikan dengan memberikan khotbah, juga memberikan nasihat untuk keluhan para sahabat. Juga berwasiat untuk hal- hal yang penting. Sehingga dakwah merupakan suatu proses yang aktif, persuasive dan
komperehensif.
memberikan persusi dan mengajaknya dijalan Allah, Kemudian dibimbing. Dakwah menjadi sempurna jika dapat menjadikan mitra dakwa menjadi pendakwah, penentang islam menjadi simpatisan islam.
1. Ilmu dakwah dan ilmu-ilmu keislaman Konsep dakwah yang berasal dari Al-quran dan AL-sunnah, dari kedua sumber ini dapat dikembangkan ilmu tauhid, ilmu fikih, ilmu akhlak. Diperlukan kajian filsafat dakwah untuk menjelaskan hakikat dakwah, sehingga dapat dibedakan antara ilmu dakwah dan bukan. Ketika ilmu dakwah mengupas fenomena dakwah , maka dujumpai fikih dakwah. Sedangkan ilmu akhlak dalam dakwah bias dideteksi dengan adanya gejala . juga etika dakwah untuk membantu memahami karakteristik dan potensi psikologis mitra dakwah (madu). Maka semua tentang dakwah dan ilmu dakwah berhubungan dengan ilmu keislaman diatas. 2. Ilmu dakwah dan sains sosial Semua disiplin ilmu sosial dapat membantu ilmu pengembangan ilmu dakwah. Sebagai akibat dari keharusan ilmu sosial yang harus dapat membantu ilmu yang lain. Dalam proses penyampaian ajaran islam ilmu dakwah ilmu dakwah menghadapi masalah eknomis, sosiologis, antropologis, politis, manajerial, hukum dan psikologis. 3. Ilmu dakwah dan metodologi sains Metodologi sains adalah ilmu yang membahas cara memngembangkan sains, yang mendukung ilmu dakwah adalah ilmu penelitian dan ilmu logika. Dalam pelaksanaannya sarjana ilmu dakwah diharapkan berkemampuan dalam penelitian empiris serta dapt berfikir rasioanal dan logis.
A. Ilmu Balaghah: Embrio Ilmu Dakwah Tidak mudah untuk menyampaikan suatu maksud kepada orang lain dengan baik, cara mengolah kata dan menyampaikan agar mengesankan termasuk dalam kajian ilmu balaghah dan retorika. Ilmu balaghah dikembangkan oleh ulama kontemporer (al-muta-akhkhirin). Ulama terdahulu (al-mutaqadimmin) menyebut ilmu al- bayan. Balaghah berarti sampai, jadi ilmu balaghah ilmu tentang tabligh, bagaimana pendakwah mubaligh menyampaikan ajaran islam yang dapat dipahami oleh mitra dakwah. Balaghah memuat 3 disiplin ilmu: Ilmu Al-maani yaitu ilmu tentang cara memberikan pemahaman Ilmu ini mengajarkan cara menyampaikan pesan yang mudah dipahami, objeknya adalah arah pembicaraan yang sesuai dengan keadaan. Dapat digunakan untuk mengetahui mujizat Al-quran serta menggali ungkapan yang fasih (jelas kata- katanya) dan baligh (jelas kata dan maknanya). Ilmu al- bayan yaitu ilmu tentang cara memberikan penjelasan Agar pesan utama tidak keluar dari topik tujuannya. Didalamnya terdapat varian metode untuk menguraikan satu kalimat pokok dengan kalimat penjelas yang relevan. Terdapat 3 cara untuk mengembangkannya yaitu al-tasbyih (metafora), al-majaz (sindiran), dan al-kinayah (kiasan). Ilmu al- badi yaitu ilmu tentang mengatur keindahan bahasa Menawarkan beberapa metode untuk membuat keindahan kalimat, ungkapan maupun pernyataan dari sudut kata- kata (al- lafzhiyyah) dan maknanya (almanawiyah). Maka ilmu balaghah tidak sekedar ilmu komunikasi dan retorika, tetapi juga sebagai kajian sastra bahasa. Dengan belajar ilmu balaghah maka dapat mengetahui keindahan sastra dalam quran, dan juga menjadi pendakwah yang mengesankan. Sehingga ilmu balaghah menjadi embrio ilmu dakwah.
B. Dinamika Wacana Dakwah Dakwah telah lama menjadi perbincangan pokok manusia dalam setiap generasi, alasan pokok nya adalah;
Dakwah melahirkan manusia yang mengubah situasi sosial menjadi lebih baik. Dakwah merupakan perintah Allah SWT Tahap perkembangan ilmu dakwah ; 1) Tahap konvensional Berupa kegiatan keagamaan yang bersifat seruan atau ajakan untuk menganut dan mengamalkan ajaran islam secara konvensional Sehingga juga disebut tahap tradisional 2) Tahap sistematis Tahap dimana mulai membahas tahap konvensional, ditandai dengan adanya perhatian masyarakat yang lebih luas terhadap permasalahan dakwah. 3) Tahap ilmiah Dimana dakwah telah berhasil tersusun sebagai ilmu pengetahuan dan telah memenuhi beberapa persyaratan pokok yaitu objektif, metodik, empiris, universal, dan sistematis. C. Perkembangan Dakwah Sebagai Ilmu Pemikiran dakwah mulai dirintis sebagai ilmu pada awal abad ke-20. Dimulai dari berdirinya lembaga Dar al-dawah wa Irsyad di kairo sebagai upaya untuk menghadang gerakan kristenisasi. Tetapi ditutup akibat perang dunia II (1918). Syekh Ali mahfuzh sebagai pelatak dasar terciptanya ilmu dakwah dengan kitab Hidayah Al- Mursyidin ila thurug al- Wazh wal khitabah. Keberadaan ilmu dakwah tidak lepas dari lembaga pendidikan seperti madrasah, pesantren, dan perguruan tinggi islam. Yang berperan merumuskan konsep dan strategi dakwah. Sekarang ini ilmu dakwah sudah dapat diterima dan dikembangkan oleh lembaga tinggi, lembaga sains, praktisi dakwah, dan semua elemen masyarakat baik dalam semua elemen masyarakat, baik dalam skala nasional dan internasional. yaitu belum berdasar pada metode- metode ilmiah, tetapi berdasar pada pengalaman perseorangan.