Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam melaksanakan sesuatu, kita memerlukan cara-cara yang dapat


mempermudah pekerjaan yang kita lakukan. Terutama dalam menyampaikan
sesuatu di depan khalayak ramai, terkadang dibutuhkan cara-cara yang dapat
mempermudah kita untuk mengajak sekian banyak orang agar mereka dapat
memperhatikan apa yang sedang disampaikan. Hal itu dilakukan agar segala tujuan
yang diinginkan dapat tercapai sesuai rencana.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari metode dakwah?


2. Apa saja bentuk-bentuk metode dakwah?
3. Bagaimana cara pengaplikasian metode dakwah?
4. Apa sajakah ayat-ayat dakwah dalam Al Qur’an?
5. Apa kode etik dakwah?
6. Apa hikmah dalam etika berdakwah?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan pengertian dari metode dakwah.


2. Menjelaskan bentuk-bentuk metode dakwah.
3. Memberitahukan aplikasi metode dakwah.
4. Memaparkan ayat-ayat dakwah dalam Al Qur’an.
5. Memaparkan kode etik dakwah.
6. Memberitahukan hikmah dalam etika berdakwah.

1
2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Metode Dakwah

Metode dakwah terdiri dari dua kata, yaitu metode dan dakwah. Dalam bahasa
Yunani kata “metode” berasal dari kata methodos artinya jalan.1 Kata “dakwah”
berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a, yad’u, da’watan yang berarti mengajak.2
Dalam pengertian ini, dakwah dapat juga diartikan memanggil, mengajak,
mengundang, dan bahkan menyeru.3 Pengertian lain disebutkan dakwah adalah
usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap
pribadi maupun masyarakat.4

Jadi, metode dakwah adalah cara-cara atau langkah-langkah sistematis dalam


menyampaikan atau menyeru umat ke jalan Allah SWT sehingga dapat mencapai
tujuan yang diinginkan.5

2.2 Bentuk-Bentuk Metode Dakwah

Metode dakwah terbagi menjadi beberapa bentuk. Di antaranya adalah


konsep dakwah menurut Al-Qur’an, bentuk dakwah menurut konsep Al Hadits,
dan bentuk dakwaah lainnya. Bentuk-bentuk tersebut antara lain sebagai berikut.

1
Sarjoko, “Makalah: Metode Dakwah”, diakses dari
http://jejakpelamun.blogspot.co.id/2013/06/makalah-metode-dakwah.html, pada tanggal 03 Maret
2018, pukul 16.47 WIB.
2
Enung Asmaya, Aa Gym Dai Sejuk dalam Masyarakat Majemuk. (Jakarta: Hikmah, 2004), hlm.
27.
3
Khairi Syekh Maulana Arabi, Dakwah dengan Cerdas, Bekal-Bekal untuk Aktivis Dakwah.
(Yogyakarta: Laksana, 2017), hlm. 11.
4
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1994), hlm.194.
5
Sarjoko, op. cit., pada tanggal 03 Maret 2018, pukul 16.48 WIB.

2
3

A. Bentuk Metode Dakwah Menurut Konsep Al-Qur’an

Dalam menerangkan cara-cara berdakwah, Allah SWT. berfirman :

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. An-
Nahl : 125).

1. Metode Hikmah (Bijaksana)


Dakwah bil Hikmah yakni menyampaikan dakwah dengan cara yang arif
bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak obyek
dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada
paksaan, tekanan maupun konflik.6 Metode ini mempertimbangkan kemampuan
dan ketajaman rasional kadar akal penerima dakwah.7

2. Metode Mau’izah Hasanah (Nasihat yang Baik)


Metode dakwah mau’izah hasanah yakni berdakwah dengan memberikan
nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran islam dengan rasa kasih sayang (lemah

6
Safrina Ts. Akmala, “Metode Dakwah dan Macam-Macamnya”, diakses dari
https://cheemut29.wordpress.com/2011/04/09/metode-dakwah-dan-macam-macamnya/, pada
tanggal 03 Maret 2018, pukul 16.46 WIB.
7
Muslim Zuhdi, “Metodologi Dakwah”, diakses dari
http://www.tetaplahberbinar.com/2014/12/metodologi-dakwah.html, pada tanggal 03 Maret 2018,
pukul 16.50 WIB.
4

lembut), sehingga apa yang disampaikan da’i tersebut bisa menyentuh hati si
mad’u.8

3. Metode Mujadalah Billati Hiya Ahsan (Berdebat yang Terbaik)


Secara etimologi atau kebahasaan “al-mujadalah” diambil dari kata bahasa
Arab, jadala yang artinya memintal, melilit. Dapat juga berarti berdebat,
perdebatan.9 Etika menggunakan metode ini, menurut Hujjatul Islam Imam Ghazali
dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin ditegaskan agar orang yang bertukar pikiran tidak
beranggapan bahwa antara satu dengan lainnya merupakan musuh. Tetapi anggap
forum perdebatan sebagai arena diskusi, saling tolong-menolong dalam mencapai
kebenaran.10

B. Bentuk Metode Dakwah Menurut Konsep Al Hadits

Selain menggunakan pendekatan yang disebutkan dalam A-Qur’an, dalam


sebuah hadits nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim
disebutkan:
“Siapa di antara kamu melihat kemunkaran, ubahlah dengan tangannya, jika tidak
mampu, ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan hatinya, dan
yang terakhir inilah selemah-lemah iman.” [H.R. Muslim].

Dari hadits ini para pakar menyimpulkan ada 3 (tiga) tahapan metode, yaitu:

1. Metode Bil Yad (Dengan Tangan)


Tangan secara tekstual diartikan sebagai tangan yang digunakan dalam
menggunakan situasi kemungkaran. Secara tekstual kata “tangan” dapat diartikan

8
Adi Fajar, “Metode Dakwah Islam”, diakses dari
http://fajar96artikel.blogspot.co.id/2015/09/metode-dakwah-islam.html, pada tanggal 03 Maret
2018, pukul 16.49 WIB.
9
Sarjoko, “Makalah: Metode Dakwah”, diakses dari
http://jejakpelamun.blogspot.co.id/2013/06/makalah-metode-dakwah.html, pada tanggal 03 Maret
2018, pukul 16.47 WIB.
10
Ibid.
5

sebagai kekuatan kekuasaan (power). Metode ini efektif bila dilakukan oleh
penguasa yang berjiwa dakwah.

2. Metode Bil Lisan (Dengan Lisan)


Maksudnya dengan perkataan yang baik, lemah lembut dan dapat dipahami
oleh penerima dakwah (mad’u), bukan dengan kata-kata sukar apalagi menyakitkan
hati.

3. Metode Bil Qalb (Dengan Hati)


Tahapan ini digunakan dalam situasi yang sangat berat. Ketika mad’u sebagai
penerima pesan menolak pesan yang disampaikan, mencemooh bahkan menzalimi
da’i, yang sebaiknya dilakukan oleh da’i ialah bersabar serta terus mendo’akan agar
pesan dakwah dapat diterima suatu saat nanti.11

C. Bentuk Metode Dakwah Lainnya

1. Metode Bil Hal (Perbuatan) / Qudwah (Keteladanan)


Dakwah Bil Hal disebut juga Dakwah Bil Qudwah, yaitu metode dakwah
melalui sikap, perbuatan, contoh, atau keteladanan.
Metode ini lebih menitikberatkan kemampuan pendakwah mengarahkan
masyarakat melalui tindakan-tindakan yang lebih nyata, bukan sekadar ucapan atau
nasihat.12 Misalnya, memberi contoh berupa menyantuni fakir miskin, segera
mendirikan sholat begitu terdengar adzan, mendamaikan orang yang bermusuhan,
bersikap Islami, dll.13

11
Sarjoko, “Makalah: Metode Dakwah”, diakses dari
http://jejakpelamun.blogspot.co.id/2013/06/makalah-metode-dakwah.html, pada tanggal 03 Maret
2018, pukul 16.47 WIB.
12
Khairi Syekh Maulana Arabi, Dakwah dengan Cerdas, Bekal-Bekal untuk Aktivis Dakwah.
(Yogyakarta: Laksana, 2017), hlm. 78.
13
Risalah Islam, “Pengertian dan Metode Dakwah Islam”, diakses dari
http://www.risalahislam.com/2014/03/pengertian-dan-metode-dakwah-islam.html, pada tanggal 11
Maret 2018,pukul 12.07 WIB.
6

2. Dakwah Bit-Tadwin (Dengan Tulisan)


Dakwah Bit Tadwin disebut juga dakwah Bil Qolam dan dakwah Bil Kitabah,
yaitu metode dakwah melalui tulisan.14
Dakwah tadwin lebih memanfaatkan kemajuan teknologi dan media cetak.
Metode dakwah ini dapat dilakukan kapan saja. Dalam keadaan apa pun,
pendakwah dapat menyampaikan informasi ihwal kebaikan dan nilai-nilai Islam.15
Keuntungan lain dari dakwah model ini yakni tidak menjadi musnah meskipun sang
da’i, atau penulisnya sudah wafat. Menyangkut dakwah bit-Tadwim ini Rasulullah
saw bersabda, “Sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari darahnya
para syuhada”.16

Beberapa metode dakwah tersebut di atas dapat dimanfaatkan dengan baik


dalam menyampaikan dakwah. Oleh karena itu, untuk mewujudkan tujuan dakwah,
pendakwah sebaiknya menguasai metode dan strategi dakwah. Sebab, tujuan
dakwah yang sebenarnya ialah untuk mencerahkan dan memberikan wawasan
kepada masyarakat. Dan, capaian tersebut akan terwujud bila didukung penguasaan
metode dan strategi dakwah.

2.3 Aplikasi Metode Dakwah

Dalam berdakwah, seorang da’i memerlukan teknik penyampaian berupa


pendekatan-pendekatan. Pendekatan-pendekatan ini di antaranya:
a. Personal. Pendekatan dengan cara ini terjadi dengan cara individual (face to
face) antara da’i dan mad’u sehingga materi dapat langsung diterima.
Biasanya respon mad’u dapat langsung diketahui.
b. Pendidikan. Di masa nabi dakwah dalam pendidikan ditanamkan sejak Islam

14
Risalah Islam, “Pengertian dan Metode Dakwah Islam”, diakses dari
http://www.risalahislam.com/2014/03/pengertian-dan-metode-dakwah-islam.html, pada tanggal 11
Maret 2018,pukul 12.07 WIB.
15
Khairi Syekh Maulana, op. cit., hlm. 81.
16
Adi Fajar, “Metode Dakwah Islam”, diakses dari
http://fajar96artikel.blogspot.co.id/2015/09/metode-dakwah-islam.html, pada tanggal 03 Maret
2018, pukul 16.49 WIB.
7

masuk dalam kalangan sahabat. Kini pesan dakwah ditanamkan dalam


lembaga-lembaga pendidikan seperti pesantren, yayasan bercorak Islam,
sekolah-sekolah dan perguruan tinggi yang mengkaji keislaman.
c. Diskusi. Dilakukan melalui diskusi-diskusi keagamaan. Da’i sebagai
pembicara, audience sebagai mad’u.
d. Penawaran. Pendekatan ini tanpa paksaan, bersifat menawarkan. Al-Qur’an
sendiri menyebut beberapa kali model penawaran. Seperti dalam masalah
agama, Al-Qur’an menyebut “lakum dinukum waliyadin”. Bagimu agamamu
dan bagiku agamaku.
e. Misi. Dalam agama nasrani misi ini dilakukan oleh para missionaris. Dalam
agama Islam ialah da’i. Pendekatan misi biasa dipahami sebagai pengiriman
da’i ke daerah-daerah tertentu.17

2.4 Ayat-Ayat Dakwah dalam Al-Qur’an

Beberapa ayat di dalam Al-Qur’an yang menyeru untuk berdakwah di antaranya:

1. Q.S. An Nahl ayat 125

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

17
Sarjoko, “Makalah: Metode Dakwah”, diakses dari
http://jejakpelamun.blogspot.co.id/2013/06/makalah-metode-dakwah.html, pada tanggal 11 Maret
2018, pukul 21.42 WIB.
8

2. Q.S. Ali ‘Imran ayat 104

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung.”

3. Q.S. Ali ‘Imran ayat 110

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara
mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik.”

2.5 Kode Etik Dakwah

Setiap hal memiliki batas etika. Begitu pula dengan dakwah. Batas-batas yang
dimaksud merupakan ketetapan yang seharusnya diperhatikan oleh da’i agar
dakwah dapat berjalan sesuai harapan. Sebagaimana perilaku lain, dakwah
mempunyai kode etik yang harus dijunjung tinggi. Sumber rambu-rambu kode etik
seorang da’i ialah Al-Qur’an, seperti yang telah dicontohkan oleh Nabi
Muhammad. Hal-hal tersebut meliputi:
9

1. Tidak Memisahkan Antara Ucapan dan Perbuatan


Maksudnya pendakwah sebelum menyampaikan sesuatu, ia harus
mengkoreksi apakah ia sudah melakukan hal tersebut atau tidak. Hal ini
berdasar firman Allah surat Al-Shaff ayat 2-3.

2. Tidak Melakukan Toleransi dalam Berakidah


Toleransi beragama memang dianjurkan demi menata suatu komponen
kehidupan yang damai. Toleransi yang dikonsep dalam satu paham
pluralisme merupakan tindakan menghormati kepercayaan orang lain dalam
beragama. Akan tetapi, hal ini dibatasi secara tegas dalam masalah akidah.
Sebagaimana yang tertuang dalam Al-Qur’an surat Al-Kafirun ayat 1-6.

3. Tidak Menghina Sesembahan Kepercayaan Lain


Dalam berdakwah juga diperlukan etika bertoleransi antar agama. Jadi,
seorang pendakwah ketika menyampaikan dakwahnya dilarang untuk
menghina sesembahan atau kepercayaan lain. Ditakutkan nantinya terjadi
dendam antara orang yang tersakiti atau tersindir hatinya.

4. Tidak Melakukan Diskriminasi Sosial


Pada waktu Rasulullah SAW berdakwah ia tidak pernah membeda-
bedakan orang yang akan didakwahinya, baik ia seorang saudagar kaya
ataupun hamba sahaya. Ia tetap menyalahkan yang salah dan membenarkan
yang benar.
5. Tidak Memungut Imbalan
Seorang da’i ketika menyampaikan dakwah harus ikhlas. Nabi SAW
ketika menyampaikan dakwah Islam selama 22 tahun tidak pernah diberi imbalan.
6. Tidak Mengawani Pelaku Maksiat
Tujuannya agar tidak terjadi dampak yang buruk. Jika seorang
pendakwah sering berteman dengan orang berbuat maksiat, ditakutkan
nantinya akan terjadi fitnah.
7. Tidak Menyampaikan Hal-Hal yang Tidak Diketahui
10

Da’i yang tidak tahu hukum dan ia menyampaikannya, pasti hukum


tersebut akan menyesatkan umat. Seorang da’i tidak boleh menjawab
pertanyaan atas selera pribadi tanpa ada dalil yang menguatkan.18

2.6 Hikmah dalam Etika Berdakwah

Secara umum hikmah yang didapatkan dari menjalankan kode etik dakwah
ialah:
a. Kemajuan rohani. Hal ini jelas sebab orang yang mengikuti ketentuan-
ketentuan agama memiliki akhlak yang mulia
b. Sebagai penunjuk kebaikan. Kode etik menuntut da’i pada jalan kebaikan
sehingga membentuk tatanan yang baik dan kemanfaatan bagi da’i pada
khususnya dan umat pada umumnya
c. Membawa kesempurnaan iman. Sebab iman yang sempurna membawa
kesempurnaan diri. Ini tidak dapat dicapai tanpa memahami agama secara
kaffah.
d. Kerukunan antar umat beragama. Dengan sikap toleransi maka antar satu
umat dengan lainnya dapat berdampingan. Hal ini membuat kerukunan antar
umat terjaga sehingga tidak ada pertumpahdarahan akibat perbedaan
keyakinan.19

18
Sarjoko, “Makalah: Metode Dakwah”, diakses dari
http://jejakpelamun.blogspot.co.id/2013/06/makalah-metode-dakwah.html, pada tanggal 11 Maret
2018, pukul 21.42 WIB.
19
Ibid..
11

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Metode dakwah adalah cara-cara atau langkah-langkah sistematis dalam


menyampaikan atau menyeru umat ke jalan Allah SWT sehingga dapat mencapai
tujuan yang diinginkan.
Metode dakwah terdiri atas metode dakwah bil hikmah, bi mauidzatil
hasanah, dan bil lati hiya ahsan (sumber ayat Al-Qur’an). Metode bil yad (tangan),
bil lisan (ucapan) dan bil qalb (hati) mengacu pada hadits nabi. Dan metode
keteladanan serta bil qudwah merupakan metode tambahan dari para ahli.
Aplikasi metode dakwah dapat diterapkan secara personal, pendidikan,
diskusi, penawaran dan misi. Di Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menyeru
manusia untuk berdakwah.
Sebagaimana perilaku lain, dakwah juga memiliki kode etik yang bersumber
dari Al-Qur’an dan Al-Hadits. Hikmah etika berdakwah di antaranya kemajuan
rohani, penuntun kebaikan, kesempurnaan iman dan kerukunan antar umat
beragama.

3.2 Saran

Agar masyarakat dapat menerima dakwah dengan tulus, lapang dada, dan
ikhlas, maka penyampaian dakwah harus melihat situasi dan kondisi objek dakwah.
Kalau tidak, maka dakwah tidak dapat berhasil. Dalam mewujudkan hal tersebut,
pendakwah haruslah menyiapkan metode-metode dalam menampaikan dakwahnya
agar dakwahnya berhasil.

Salah satu keberhasilan dalam berdakwah adalah memahami metode


komunikasi yang akan digunakan untuk menyampaikan materi dakwahnya. Dengan
begitu, objek dakwah akan mudah menerima apa yang disampaikan oleh orang
yang mendakwahinya.

11

Anda mungkin juga menyukai