Anda di halaman 1dari 207

CAHAYA IMAN

“Tafsir Surah al-Mukminun & Nuh”

Tim Ushuluddin 15

2018
CAHAYA IMAN
Tim Ushuluddin 15 Institut PTIQ Jakarta
Muhammad Ihsan | M. Rasyid Ridha | M. Muti’ur Ridho | M. Iqbal as-Surur |
Umair Abdul Aziz | M. Jihad Abdullah | Sofyan Solehuddin | M. Irfan Hidayat |
Dwiki Arief Rahmadi |Kasis Darmawan | Septi Aji Fitra Jaya| M. Sidiq Purwanto
| M. Nur Asshiddiq Wijaya | M. Ade Septian | M. Syukron bin Makmur | Nur
Ilham Arifuddin | M. Fadhlan Saefuddin | M. Syukron Ali Habibie | M. Rifqi
Anisul Fuad

Penasehat
Andi Rahman, MA.

Cetakan I, Mei 2018

x + 197 hlm
Teruntuk kepada kedua orangtua dan seluruh guru-guru
kami di Institut PTIQ Jakarta
‫خريكم من تعلم القران و علمه‬
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT. Karena dengan
nikmat dan rahmatnya-lah kami dapat menyelesaikan buku ini. Yang mana buku
ini merupakan kumpulan makalah Mahasiswa pada mata kuliah Tafsir Tahlili
juz 16-20 di Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an. Dan juga kami
mengucapkan terima kasih kepada bapak “Andi Rahman, MA” Selaku dosen
mata kuliah ini yang telah memberikan kami kesempatan untuk menyelesaikan
tugas ini. Dengan besar harapan semoga buku ini dapat memberikan wawasan
yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca umumnya
dan kepada teman-teman di PTIQ khususnya.

Kami sadar bahwa buku ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, kami berharap kepada semua pihak agar bisa memberikan
masukannya kepada kami untuk kebaikan buku ini. Dan pada akhirnya hanya
kepada Allah kita berharap, agar kiranya selalu membimbing kita dan memberi
kita pemahaman yang mendalam dalam memahami disiplin-disiplin ilmu yang
ada. Aamiin

Jakarta, 12 Mei 2018

Penyusun
viii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ___________________________________ vii


1 SIFAT-SIFAT ORANG MUKMIN
“Muhammad Ihsan” __________________________________ 1
2 PENCIPTAAN MANUSIA
“M. Rasyid Ridha” __________________________________ 17
3 MENJADI MUSLIM YANG SEHAT
“M. Muti’ur Ridho” __________________________________ 31
4 NABI NUH DAN KAUMNYA
“Muhammad Iqbal as-Surur” __________________________ 47
5 PELAJARAN DARI KAUM TERDAHULU
“Umair Abdul Aziz” __________________________________ 57
6 ETIKA DAKWAH
“M. Jihad Abdullah” _________________________________ 71
7 MASYARAKAT IDEAL
“Sofyan Solehuddin” _________________________________ 79
8 STRATEGI JITU DALAM BERKOMPETISI
“M. Irfan Hidayat” __________________________________ 85
9 BALASAN KEPADA KAUM PEMBANGKANG
“Dwiki Arief Rahmadi” _______________________________ 99
10 SANGGAHAN TERHADAP ORANG KAFIR
“Kasis Darmawan” ________________________________ 113
11 TUNTUNAN DAN HARAPAN MANUSIA KELAK
“Septi Aji Fitra Jaya”________________________________ 123
12 STANDARD DAN TOLAK UKUR KESELAMATAN DI AKHIRAT
“M. Sidiq Purwanto” ________________________________ 135
13 TUJUAN HIDUP MANUSIA
“M. Nur Assiddiq Wijaya” ____________________________ 147
14 DAKWAH ERA MILLENIAL
“Muhammad Ade Sevtian” ___________________________ 155
15 BERDAKWAH KARENA ALLAH
“Muhammad Syukron bin Makmur”____________________ 161
16 MEMPERKUAT IMAN DENGAN AYAT KEBESARAN ALLAH
“Nur Ilham Arifuddin” ______________________________ 165
17 FENOMENA-FENOMENA KEALAMAN
“Muhammad Fadhlan Saefuddin” _____________________ 171
18 ANALOGI KEHIDUPAN KEIMANAN
“M. Syukron Ali Habibie” ____________________________ 177
19 BERITA PALSU
“M. Rifqy Anisul Fuad” ______________________________ 187
DAFTAR PUSTAKA __________________________________ 195

x
‫‪1‬‬
‫‪S I FAT - S I FAT O R A N G M U K M I N‬‬

‫)‪(QS. AL-MUKMINUN 1-11‬‬


‫”‪“Muhammad Ihsan‬‬

‫ين ُه ْم َع ِن‬ ‫َّ ِ‬ ‫قَ ْد أَفْ لَح الْم ْؤِمنُو َن (‪ )1‬الَّ ِذين هم ِِف ِِ ِ‬
‫ص ََلِت ْم َخاشعُو َن (‪َ )2‬والذ َ‬
‫َ‬ ‫َ ُْ‬ ‫َ ُ‬
‫وج ِه ْم‬ ‫لزَكاةِ فَ ِ‬
‫اعلُو َن (‪ )4‬والَّ ِذين ُهم لِ ُفر ِ‬ ‫ين ُه ْم لِ َّ‬ ‫َّ ِ‬ ‫اللَّغْ ِو ُم ْع ِر ُ‬
‫َ َ ْ ُ‬ ‫ضو َن (‪َ )3‬والذ َ‬
‫ني (‪)6‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ َّ‬ ‫حافِظُو َن (‪ )5‬إََِّّل َعلَى أَ ْزو ِ‬
‫اج ِه ْم أ َْو َما َملَ َك ْ‬
‫ري َملُوم َ‬
‫ت أ َْْيَا ُُنُ ْم فَإُنُ ْم غَ ْ ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬

‫ين ُه ْم ِِل ََم َاَنِتِِ ْم َو َع ْه ِد ِه ْم‬ ‫َّ ِ‬


‫ادو َن (‪َ )7‬والذ َ‬ ‫اء َذلِ َ‬
‫ك فَأُولَئِ َ‬
‫ك ُه ُم ال َْع ُ‬ ‫فَ َم ِن ابْتَ غَى َوَر َ‬

‫صلَ َواِتِِ ْم ُُيَافِظُو َن (‪ )9‬أُولَئِ َ‬


‫ك ُه ُم ال َْوا ِرثُو َن (‪)10‬‬ ‫ين ُه ْم َعلَى َ‬
‫َّ ِ‬
‫َراعُو َن (‪َ )8‬والذ َ‬
‫س ُه ْم ِف َيها َخالِ ُدو َن (‪)11‬‬ ‫ِ‬
‫ين يَ ِرثُو َن الْف ْر َد ْو َ‬
‫َّ ِ‬
‫الذ َ‬

‫‪1.‬‬ ‫‪Sungguh, telah beruntung orang-orang mukmin.‬‬


‫‪2.‬‬ ‫‪(yaitu) mereka yang khusyuk dalam shalatnya‬‬
I | SIFAT-SIFAT ORANG MUKMIN

3. Dan mereka yang terhadap hal-hal yang tidak bermanfaat, menjauhkan


diri.
4. Dan mereka yang mengenai zakat, adalah para pelaksana.
5. Dan mereka yang mengenai kemaluan mereka, adalah para pemelihara
6. kecuali terhadap pasangan-pasangan mereka atau hamba sahaya wanita
yang mereka punyai, maka sesungguhnya mereka (dalam hal pemenuhan
kebutuhan biologis) tidaklah dicela (selama ketentuan yang ditetapkan
agama tidak mereka langgar).
7. Tetapi, barang siapa mencari (pelampiasan hawa nafsu) di balik itu, maka
mereka itulah para pelampau batas.
8. Dan mereka yang terhadap amanah-amanah mereka dan perjanjian
mereka, adalah para pemelihara.
9. Dan mereka yang mengenai shalat-shalat mereke, selalu memelihara
(rukun dan sunnah)-nya.
10. Mereka itulah para ahli waris.
11. (Yaitu) orang-orang yang akan mewarisi (surga) Firdaus. Mereka di
dalamnya adalah orang-orang yang kekal.

Surah al-mu’minun merupakan surah ke 23 dalam al-Qur’an. Nama al-


Mu’minun telah dikenal sejak masa Nabi Muhammad saw, selain al-Mu’minun
ada juga yang menamainya dengan surah Qad Aflaha, kedua nama tersebut
diambil dari ayat pertama surah ini yang berbunyi ‫ْم ْؤِمنُو َن‬
ُ ‫قَ ْد أَفْ لَ َح ال‬.

Surah ini disepakati turun sebelum hijrah sehingga dikategorikan sebagai


kelompok surah makiyyah. Surah al-Mu’minun terdiri dari 118 ayat, sebagian

َ ِ‫أُوَٰلَئ‬
yang lain berpendapat 117 karena pada ayat 10 dan 11 yang berbunyi ‫ك ُه ُم‬

‫ ال َْوا ِرثُو َن‬dan ‫س ُه ْم فِ َيها َخالِ ُدو َن‬ ِ ِ ‫ الَّ ِذ‬dihitung sebagai satu ayat.1
َ ‫ين يَرثُو َن الْف ْرَد ْو‬
َ

Surah al-Hajj ditutup dengan sejumlah perintah untuk melaksanakan


tuntutan agama, baik secara umum maupun secara khusus, dan diakhiri dengan
perintah untuk shalat, zakat, serta berpegang teguh pada tali Allah. Orang-orang
yang melaksanakan tuntutan tersebut tentu akan menjadi seorang mukmin yang
mantap imannya. Dalam pembukaan surah al-Mu’minun, Allah memaparkan

1
Quraish Shihab. 2012. Tafsir al-Lubab. Jakarta : Lentera Hati. Jilid: 2, Hal:535.

2
I | SIFAT-SIFAT ORANG MUKMIN

sejumlah manifestasi kebaikan dimulai dengan penegasan akan keberuntungan


bagi barangsiapa yang mengamalkannya.

‫قَ ْد أَفْ لَ َح ال ُْم ْؤِمنُو َن‬


1. Sungguh, telah beruntung orang-orang mukmin.

Diriwayatkan dari Umar bin Khattab ra, ia berkata,

ِ ِ ِ ِ ِ َّ ِ َّ ‫صلَّى‬
ْ ‫الو ْح ُي ُُس َع ع ْن َد َو ْج ِهه َك َد ِو ِي الن‬
‫َّح ِل فَأُنْ ِز َل‬ َ ‫اَّللُ َعلَْيه َو َسل َم إ َذا أُنْ ِز َل َعلَْيه‬ َ ‫َِّب‬ ُّ ِ‫َكا َن الن‬
َ‫ اللَّ ُه َّم ِز ْد ََن َوَّل‬:‫ال‬ ِ ‫اعةً فَس ِري َع ْنه فَاست ْقبل‬
َ َ‫الق ْب لَةَ َوَرفَ َع يَ َديْ ِه َوق‬ ِ
َ َ َ ْ ُ َ ُ َ ‫َعلَْيه يَ ْوًما فَ َم َكثْ نَا َس‬
ِ ِ ِ ِ ِ
،‫ض َعنَّا‬ َ ‫ َو ْارضنَا َوا ْر‬،‫ َوآث ْرََن َوَّلَ تُ ْؤث ْر َعلَْي نَا‬،‫ َوأَ ْعطنَا َوَّلَ ََتْ ِرْمنَا‬،‫ َوأَ ْك ِرْمنَا َوَّلَ ُِتنَّا‬،‫صنَا‬ ْ ‫تَ ْن ُق‬
ٍ ‫ أُنْ ِز َل َعلَ َّي َع ْشر آَي‬:‫اَّلل َعلَي ِه وسلَّم‬ َّ َ ‫ال‬
‫ {قَ ْد‬:َ‫ ُُثَّ قَ َرأ‬،َ‫ َم ْن أَقَ َام ُه َّن َد َخ َل اجلَنَّة‬،‫ت‬ َ ُ َ َ َ ْ َُّ ‫صلى‬ َ َ‫ُُثَّ ق‬
.‫ت‬ ٍ ‫أَفْ لَح الْم ْؤِمنُو َن} ح ََّّت َختَم َع ْشر آَي‬
َ َ َ َ ُ َ
“Jika ada wahyu turun kepada Rasulullah saw, maka terdengar suara seperti
suara dengungan lebah di wajah beliau. Jika begitu, maka kami berhenti sesaat
hingga kondisi yang meliputin beliau itu hilang, lalu Rasulullah saw.
Menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangannya seraya berucap, ‘Ya Allah,
tambahilah kami dan janganlah Engkau kurangi, muliakanlah kami dan
janganlah Engkau hinakan, berilah kami dan janganlah Engkau tidak memberi
kami, prioritaskanlah kami dan janganlah Engkau prioritaskan pihak lain atas
kami, ridhailah kami dan jadikanlah kami ridha dan puas.’ Kemudian beliau
bersabda, ‘Sungguh telah diturunkan kepadaku sepuluh ayat yang barangsiapa
menegakkan dan mengamalkan isisnya, maka ia masuk surga.’ Kemudian beliau
membacakan ayat satu hingga ayat sepuluh surah al-Mu’minun”2

2
Al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, Beirut: Dar al-Garb al-Ismaly. Juz:5, Hal:179,
No:3173

3
I | SIFAT-SIFAT ORANG MUKMIN

Allah swt memulai surah al-Mu’minun dengan menyatakan bahwa orang


mukmin merupakan orang-orang yang beruntung. Wahbah az-Zuhaili
menyatakan bahwa orang-orang mukmin benar-benar beruntung dan berbahagia
karena memiliki kriteria keimanan serta mempercayai Allah, para rasul, dan hari
akhir.3 Bisa dikatakan bahwa orang yang memenuhi kriteria sebagai seorang
mukmin adalah ultimate rule seorang manusia yang dikehendaki oleh Allah.

Kata aflaha berarti memperoleh apa yang diharapkan, atau meraih secara
optimal kebaikan yang diinginkan. Oleh karena itulah seorang petani disebut
dengan falah, suatu hasil panen merupakan pencapaian dari aktivitas pertanian
yang dilakukan secara maksimal.4

Dalam suatu istilah populer disebutkan ‘Barangsiapa yang menanam ia


akan memetik’. Seseorang yang pandai akan suatu bidang ilmu tentu telah
melalui berbagai macam tahapan hingga ia mampu mencapai level kepakaran
tertentu. Tahapan yang dilalui seorang pakar tentu tidak dilalui dengan sekejap
tetapi memerlukan ketekunan dan kerja keras yang tinggi. Implikasi dari kerja
keras yang dilaluinya dalam waktu yang lama tentu adalah kepercayaan lebih
dari masyarakat untuk menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan bidang
ilmunya.

Sebagai contoh, ketika ingin menyelesaikan persoalan sumber daya


alternatif dalam suatu perkampungan, masyarakat tentu akan lebih
mempercayakan seorang yang ahli dalam fisika terapan dibandingkan dengan
orang yang hanya mengetahui ilmu fisika tingkat dasar. Dalam hal ini, sang ahli
tersebut bisa dibilang lebih beruntung dibandingkan orang yang hanya memiliki
ilmu dasar.

3
Wahbah al-Zuhaili. 1997. Tafsir al-Munir. Dar al-Fikr : Damaskus. Juz:18,
Hal:11.
4
Mutawalli al-Sya’rawi. 1997. Tafsir asy-Sya’rawi. Maktabah Syamilah. Juz:16,
Hal:9960

4
I | SIFAT-SIFAT ORANG MUKMIN

Begitu pula dengan seorang mukmin, adapun tahapan-tahapan seseorang


agar menjadi seorang muslim yang ideal dijelaskan dalam ayat-ayat selanjutnya.

ِ ‫الَّ ِذين هم ِِف ص ََلِتِِم َخ‬


‫اشعُو َن‬ ْ َ ُْ َ
2. (yaitu) mereka yang khusyuk dalam shalatnya

Muhammad ibn Sirin meriwayatkan:

ِ ِ َ ‫َن رس‬ ِ
َ َ‫صلَّى َرفَ َع ب‬
ُ‫ص َره‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َكا َن إِذَا‬
َ ‫ول هللا‬ ُ َ َّ ‫َع ْن أَِِب ُه َريْ َرةَ َرض َي هللاُ َع ْنهُ أ‬

ْ ‫الس َم ِاء فَ نَ َزل‬


ِ ِِ ‫َت {الَّ ِذين هم ِِف‬ َّ ‫إِ ََل‬
5
َ ‫] " فَطَأْطَأَ َرأ‬2 :‫ص ََلِت ْم َخاش ُعو َن} [املؤمنون‬
ُ‫ْسه‬ َ ُْ َ

Dari Abu Hurairah ra, “Bahwasanya Rasulullah ketika shalat mengahapkan


pandangan ke langit. Lalu turunlah ayat ini, lalu beliau pun menundukkan
kepala beliau”

Setelah sebelumnya disebutkan keberuntungan orang mukmin, ayat ini


memulai rincian tentang sifat seorang mukmin yaitu orang yang senantiasa takut,
tenang, fokus, dan khusyuk hatinya dalam shalat. Hasan al-Bashri menuturkan
bahwa kekhusyukan mereka adalah dalam hati sehingga mereka menundukkan
pandangan, merendahkan, dan mendiamkan semua anggota tubuh. 6

Al-Maraghi menyatakan bahwa khusyuk di dalam shalat adalah wajib


karena beberapa hal.7

Pertama, agar dapat menghayati bacaan al-Qur’an8, dengan penghayatan


maka seseorang dapat mengetahui rahasia-rahasia, hikmah, dan keindahan al-

5
Abu Bakr al-Baihaqi. Sunan al-Kubra. Beirut: DKI. Juz:2 , Hal:402, No:3542
6
Wahbah al-Zuhaili. 1997. Tafsir al-Munir. Damaskus: Dar al-Fikr. Juz:18,
Hal:11.
7
Mustafa al-Maraghi. 1946. Tafsir al-Maraghi. Mesir: Mustofa al-Babi al-Halabi.
Juz:5, Hal:18
8
Baca QS. Muhammad ayat:24

5
I | SIFAT-SIFAT ORANG MUKMIN

Qur’an. Kedua, untuk senantiasa mengingat Allah dan takut kepada ancamannya,
karena orang khusyuk menurut beliau adalah orang-orang yang menghinakan
dan menundukkan diri kepada Allah serta takut kepada azabNya. Ketiga, Shalat
tanpa kekhusyukan bagaikan jasad tanpa ruh, karena sesungguhnya orang yang
mengerjakan shalat itu sedang bermunajat kepada Allah, dan berbicara dalam
keadaan lengah sama sekali tidak bisa disebut sedang bermunajat.

Khusyuk memiliki berbagai tingkatan, tingkatan minimal adalah


ketenangan anggota badan sehingga tidak bergerak di luar gerakan yang telah
ditentukan dalam shalat. Kecuali gerakan yang memang sangat diperlukan dalam
batas tidak boleh lebih dari tiga kali berturut-turut.

Dalam ayat ini tidak dinyatakan bahwa ciri seorang mukmin adalah mereka
yang khusyuk dalam shalatnya, tidak dinyatakan ‘Mereka yang melaksanakan
shalat’. Ini menandakan bahwa yang lebih ditekankan adalah bagaimana
kesempurnaannya, bukan persoalan melaksanakan atau tidak. Sebagaimana
orangtua memberi nasehat kepada anaknya tidak dengan perkataan, “Pergi ke
sekolah dan ikuti pelajaran” akan tetapi mereke mengatakan “Perhatikan apa
yang diajarkan gurumu, jangan banyak berbicara, tapi diam dan dengarkan!”.

Sebagai contoh, ada dua orang yang pergi mempelajari ilmu tentang mesin
dan listrik di dalam suatu lembaga pembelajaran yang sama. Orang pertama
ketika belajar senantiasa mengikuti pelajaran dengan serius dan memperhatikan
apa yang diajarkan oleh gurunya dengan baik, sedangkan orang kedua cenderung
hanya melakukan formalitas sebagai siswa terdaftar dan tidak menunjukkan
keseriusan dalam mengikuti pelajaran. Hasil yang didapat kemudian terlihat
setelah mereka lulus, orang pertama akan cenderung memiliki keterampilan yang
lebih matang dibandingkan orang kedua.

Seseorang yang khusyuk dalam sholatnya tentu akan dapat menerima


manfaat lebih dibandingkan dengan orang yang melaksanakan sholatnya hanya
sebagai formalitas belaka. Allah berfirman:

6
I | SIFAT-SIFAT ORANG MUKMIN

‫ش ِاء َوال ُْم ْن َكر‬



َّ ‫إِ َّن‬
َ ‫الص ََلةَ تَ ْن َهى َع ِن الْ َف ْح‬
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbiatan) keji dan
mungkar.”

Sebagaimana disebutkan oleh al-Maraghi bahwa orang yang khusyuk


adalah orang yang senantiasa mengingat Allah dan takut kepada ancamannya,
jika rasa seperti ini sudah hadir dalam diri seseorang, maka akan sulit baginya
untuk terjerumus dalam perbuatan yang keji dan mungkar.

Seorang pencuri yang ingin melaksanakan aksinya tentu terlebih dahulu


akan memastikan keberadaan pihak keamanan di daerah target operasinya.
Apabila di daerah tersebut terdapat petugas keamanan yang sigap tentu pencuri
tersebut akan segan untuk melakukan aksinya. Jika pengawasan dari manusia
saja bisa memberikan dampak yang sedemikian rupa apalagi dengan seseorang
yang sadar kenyataan bahwa dirinya senantiasa diawasi oleh Tuhannya.

ُ ‫ين ُه ْم َع ِن اللَّغْ ِو ُم ْع ِر‬


‫ضو َن‬ ِ َّ
َ ‫َوالذ‬
3. Dan mereka yang terhadap hal-hal yang tidak bermanfaat, menjauhkan diri.

Orang yang menghindar dari hal-hal yang tidak berguna merupakan tanda
bahwa ia merupakan seseorang yang memiliki kesungguhan dalam menyibukkan
diri. Jika di dalam shalat seseorang harus berpaling dari segala sesuatu kecuali
Tuhannya, maka wajarlah jika diluar shalat pun manusia harus berpaling dari
segala hal yang tidak bermanfaat.10

Semua hal yang tidak bermanfaat alangkah lebih baik untuk ditinggalkan
walaupun perbuatan tersebut tidak sampai masuk kepada kategori yang

9
QS: Al-Ankabut ayat 45
10
Mustafa al-Maraghi. 1946. Tafsir al-Maraghi. Mesir: Mustofa al-Babi al-Halabi.
Juz:5, Hal:18

7
I | SIFAT-SIFAT ORANG MUKMIN

diharamkan. Ini juga mencakup perbuatan bohong, main-main, umpatan, segala


bentuk kemaksiatan, dan segala bentuk perbuatan maupun perkataan yang tidak
ada faedah.

Hal ini bukan berarti bahwa seorang mukmin harus selalu serius, tidak
mengenal senyum ataupun gurau. Karena dalam beberapa riwayat juga
disebutkan bahwa Rasulullah saw pun bergurau dan tertawa. 11

Jika hal tersebut tidak diharamkan kenapa seorang mukmin diminta untuk
menjauhkan diri darinya? Karena kondisi seperti itu rawan untuk terjerumus
kepada keadaan yang mengakibatkan dosa. Imam al-Ghazali menyebutkan
dalam awal kitab bidayatul hidayah bahwa Syaitan memiliki tujuan untuk
memperdaya manusia agar mereka melakukan suatu keburukan sedangkan ia
sendiri mengira telah melakukan perbuatan yang baik. 12

Misalkan ketika seseorang melakukan ibadah ataupun kebajikan yang lain,


maka syaitan akan menggodanya untuk terburu-buru dalam ibadah tersebut.
Ketika godaan tersebut sudah dilalui kemudian syaitan menggota kembali
dengan membisikinya agar ada riya didalam hatinya terdapat sifat riya. Ketika
tidak bisa dibujuk untuk riya, kemudian syaitan membujuknya agar merasa
ikhlas sehingga timbul sifat ujub dalam dirinya. Ketika tidak bisa dibujuk untuk
ujub, kemudian syaitan membujuknya agar memiliki perasaan sebagai orang
bertakwa. Ketika tidak bisa dibujuk dengan demikian, kemudian syaitan
membujuknya agar sudah merasa sebagai ahli surga.

11
Quraish Shihab. 2012. Tafsir al-Lubab. Jakarta : Lentera Hati. Jilid: 2,
Hal:538.
12
Abu Hamid al-Ghazali. Bidayatul Hidayah. Kairo : Maktabah Makbouly. Hal:
26.

8
I | SIFAT-SIFAT ORANG MUKMIN

ِ َ‫لزَكاةِ ف‬
‫اعلُو َن‬ َّ ِ‫ين ُه ْم ل‬ ِ َّ
َ ‫َوالذ‬
4. Dan mereka yang mengenai zakat, adalah para pelaksana.

Ibnu Katsir menuturkan sebagaimana dikutip oleh Wahbah al-Zuhaili


menuturkan, mayoritas ulama berpendapat bahwa yang dimaksud zakat disini
adalah zakat harta, meskipun ayat ini adalah ayat Makiyah, karena sebenarnya
hukum pokok zakat sudah wajib pada periode Mekkah. 13 Ada juga kemungkinan
bahwa yang dimaksud dengan zakat adalah zakat secara bahasa yang berarti
membersihkan jiwa dari syirik dan hal-hal kotor. Dari kedua pengertian tersebut
kemungkinan memiliki maksud yang sama. Karena zakat harta juga termasuk
dalam bagian penyucian jiwa seseorang. Menunaikan zakat juga merupakan
bentuk penyucian jiwa dari kotoran dan kemaksiatan, membersihkannya dari
segala bentuk penyaki hati semisal dengki, iri, benci, dan sebagainya. 14

Manusia merupakan makhluk yang tidak pernah lepas dari kesalahan.


Kadang, sifat lalai manusia membuat tercampurnya hal-hal syubhat dan haram
pada hartanya. Maka, dia perlu mensucikannya dengan cara bersedekah. Zakat
juga mempunyai makna peambahan atau pertumbuhan. 15 Meski secara lahir
harta berkurang ketika dikeluarkan zakat, namun ia menyimpan kebaikan berupa
tumbuhnya kebaikan dalam diri pelakunya. 16

Keimanan yang mantap dalam diri seseorang akan mendorong


penyandangnya untuk menafkahkan sebagian hartanya, hal ini tentu akan

13
Lihat QS: al-An’aam:141
14
Wahbah al-Zuhaili.1997. Tafsir al-Munir. Damaskus: Dar al-Fikr. Juz:18,
Hal:12.
15
Lihat QS: al-Syams: 9
16
Mutawalli al-Sya’rawi. 1997. Tafsir asy-Sya’rawi. Maktabah Syamilah. Juz:16,
Hal:9964

9
I | SIFAT-SIFAT ORANG MUKMIN

mengantarkan kepada dampak sosial yang cukup signifikan, bahkan akan


mempengaruhi kebahagiaan sang pemberi. Dalam banyak penelitian, orang yang
secara rutin mendonasikan hartanya setiap bulan cenderung akan memiliki
kehidupan yang lebih bahagia dibandingkan orang yang tidak melakukan hal
serupa.

ِ ‫والَّ ِذين ُهم لِ ُفر‬


‫وج ِه ْم َحافِظُو َن‬ُ ْ َ َ

‫ني‬ ِ َّ ِ ِ ‫إ ََّّل َعلَ ٰى أَ ْزو‬


ْ ‫اج ِه ْم أ َْو َما َملَ َك‬
َ ‫ري َملُوم‬
ُ ْ َ‫ت أ َْْيَا ُُنُ ْم فَإُنُ ْم غ‬ َ

‫ادو َن‬ َ ِ‫ك فَأُوٰلَئ‬


ُ ‫ك ُه ُم ال َْع‬ َ ِ‫اء ٰذَل‬
َ ‫فَ َم ِن ابْتَ غَ ٰى َوَر‬
5. Dan mereka yang mengenai kemaluan mereka, adalah para pemelihara
6. kecuali terhadap pasangan-pasangan mereka atau hamba sahaya wanita yang
mereka punyai, maka sesungguhnya mereka (dalam hal pemenuhan
kebutuhan biologis) tidaklah dicela (selama ketentuan yang ditetapkan
agama tidak mereka langgar).
7. Tetapi, barang siapa mencari (pelampiasan hawa nafsu) di balik itu, maka
mereka itulah para pelampau batas.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Nabi saw bersabda,

ِ ْ َ‫ فَ ِزََن ال َْع ْي ن‬،َ‫ك ََّل ََمَالَة‬


‫ َوِزََن‬،‫ني النَّظَُر‬ ِ ‫آد َم َحظَّهُ ِم َن‬
َ ِ‫ أَ ْد َر َك ذَل‬،‫الزََن‬ ِ
َ َ‫إ َّن هللاَ َكت‬
َ ‫ب َعلَى ابْ ِن‬
ِ َ ِ‫ص ِد ُق ذَل‬ ُ ‫ َوالْ َف ْر‬،‫س َتََ ََّّن َوتَ ْشتَ ِهي‬
ِ ‫اللِس‬
17
ُ‫ك أ َْو يُ َكذبُه‬ َ ُ‫ج ي‬ ُ ‫ َوالنَّ ْف‬،‫ْق‬
ُ ‫ان النُّط‬ َ
“Telah ditulis bagi setiap bani Adam bagiannya dari zina, pasti dia akan
melakukannya, kedua mata zinanya adalah memandang, kedua telinga zinanya
adalah mendengar, lidah (lisan) zinanya adalah berbicara, tangan zinanya
adalah memegang, kaki zinanya adalah melangkah, sementara qalbu

17
Muslim. Shahih Muslim. Beirut: Dar Ihya al-Turats. Juz: 4, Hal:2046, No:2657.

10
I | SIFAT-SIFAT ORANG MUKMIN

berkeinginan dan berangan-angan, maka kemaluanlah yang membenarkan


(merealisasikan) hal itu atau mendustakannya“.

Pemenuhan kebutuhan biologis dalam Islam bukanlah sesuatu yang tercela


dan kotor. Selama pemebuhannya tidak melanggar ketentuan agama, misalnya
melakukan tanpa adanya ikatan pernikahan yang sah atau melakukan ketika pada
masa menstruasi ataupun menanam benih bukan pada tempatnya.

Ketika ayat ini diturunkan, perbudakan masih banyak terjadi. Islam


menghapusnya secara bertahap dan pada masa kini perbudakan secara resmi
tidak lagi dilegalkan oleh masyarakat internasional. Sehingga, pengecualian pada
ayat 6 sekarang tidak berlaku terhadap siapa pun kecuali istri yang sah.

Cara bertahap yang ditempuh dalam Islam ketika menghapus perbudakan


diantaranya disebabkan oleh situasi dan kondisi yang ada pada masanya. Para
budak ketika itu hidup bersama tuannya masing-masing sehingga kebutuhan
mereka akan sandang pangan terpenuhi dengan. Pembebasan yang dilakukan
secara spontan tentu akan menimbulkan problem sosial yang sangat besar karena
secara otomatis para budak tersebut harus menyiapkan sendiri kebutuhan
mereka.18

Pemeliharaan akan alat reproduksi diatur sedemikian rupa oleh Islam agar
tidak digunakan dalam yang diluar koridor atau melampaui batas. 19 Alat
reproduksi merupakan organ yang sangat penting dalam diri manusia, karena dari
alat reproduksi lah akan dihasilkan keturunan-keturunan yang akan menjadi
generasi penerus.

Seorang penyanyi tentu tidak akan memakan sembarang makanan karena


akan berdampak buruk pada suaranya, seorang atlet tenis juga tentu akan berhati-

18
Quraish Shihab. 2012. Tafsir al-Lubab. Jakarta : Lentera Hati. Jilid: 2,
Hal:538.

11
I | SIFAT-SIFAT ORANG MUKMIN

hati dalam aktivitas yang menggunakan tangannya. Begitu juga seorang mukmin
akan senantiasa menjaga alat reproduksinya agar selalu digunakan hanya pada
hal yang dihalalkan, karena penggunaan yang tidak pada tempatnya tentu akan
mendatangkan banyak kemudharatan seperti datangnya penyakit atau konflik
sosial.

Menahan ajakan nafsu jauh lebih ringan daripada menanggung akibat dari
menanggung perbuatan dari zina. Oleh karena itulah manusia diperintahkan
untuk menundukkan pandangannya.

‫ين ُه ْم ِِل ََم َاَنِتِِ ْم َو َع ْه ِد ِه ْم َراعُو َن‬ ِ َّ


َ ‫َوالذ‬
8. Dan mereka yang terhadap amanah-amanah mereka dan perjanjian mereka,
adalah para pemelihara.

Sifat orang mukmin selanjutnya adalah menjaga kesakralan amanah dan


kesucian janji. Ini menjadi pembeda dengan sifat-sifat orang munafik yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Nabi saw bersabda

20
‫ َوإِ َذا ْاؤَُتِ َن َخان‬،‫ف‬
َ َ‫ َوإِ َذا َو َع َد أَ ْخل‬،‫ب‬ ٌ َ‫آيَةُ املُنَافِ ِق ثََل‬
َ ‫ إِذَا َحد‬:‫ث‬
َ ‫َّث َك َذ‬
“Tanda orang munafik ada tiga, Pertama, jika berbicara ia berdusta. Kedua,
jika berjanji ia tidak menepatinya. Ketiga, jika dipercaya(diberi amanah) ia
mengkhianatinya”

Amanat adalah segala sesuatu yang dipercayakan pada seseorang. Terdapat


berbagai jenis amanat yang harus ditunaikan. Antara manusia dengan Allah
seperti ibadah dan nazar, antara manusia dengan sesamanya seperti rahasia dan
titipan, antara manusia dengan lingkungannya seperti memelihara lingkungan

20
Muhammad bin Ismail al-Bukhari. Shahih Bukhari. Beirut : Dar Thouq Al-
Najah. Juz: 1, Hal:16, No:33.

12
I | SIFAT-SIFAT ORANG MUKMIN

beserta flora dan fauna yang ada di dalamnya, dengan dirinya sendiri seperti
kesehatan jasmani dan rohani.

‘Ahd adalah janji yang harus dipenuhi antara manusia dan bukan dalam
kemaksiatan. Saat membuat janji dengan seseorang itu berarti adanya satu ikatan
yang harus dipenuhi antara satu orang dengan orang yang lain. Jika ada salah
satu pihak yang melanggar perjanjian tersebut maka akan merusak kepentingan
pihak lainnya.

Sebagai contoh, pada suatu perusahaan terdapat dua pekerja yang memiliki
keterampilan sama dalam bekerja, tetapi berbeda dalam melaksanakan amanat
dan janji. Mereka berdua masing-masing diberi tugas untuk menyelesaikan 3
jenis pekerjaan oleh bosnya, lalu sesuai kesepakan mereka akan menyelesaikan
semuanya dalam waktu satu minggu. Setelah satu minggu pekerja pertama
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik sedangkan pekerja kedua tidak
menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya. Maka ketika kemudian sang bos
ingin memberikan promosi jabatan tentu ia akan lebih memilih orang pertama
karena mampu memelihara amanat dan janjinya dengan baik.

Pekerja pada ilustrasi diatas dapat diibaratkan sebagai orang-orang yang


ingin mencapai derajat mukmin

‫صلَ َواِتِِ ْم ُُيَافِظُو َن‬


َ ‫ين ُه ْم َعلَ َٰى‬
ِ َّ
َ ‫َوالذ‬
9. Dan mereka yang mengenai shalat-shalat mereke, selalu memelihara (rukun
dan sunnah)-nya.

Setelah pada ayat kedua dijelaskan tentang satu aspek dalam shalat yaitu
kekhusyukan, pada ayat ini dijelaskan aspek lainnya yaitu perlunya memlihara
waktu beserta rukun, syarat, dan sunatnya. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas:

13
I | SIFAT-SIFAT ORANG MUKMIN

،»‫الصَلَةُ َعلَى َوقْتِ َها‬ َِّ ‫ب إِ ََل‬ ُّ ‫ أ‬:‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬
َّ « :‫ال‬ َ َ‫اَّلل؟ ق‬ َ ‫الع َم ِل أ‬
ُّ ‫َح‬ َ ‫َي‬ َ ‫َِّب‬َّ ِ‫ْت الن‬
ُ ‫َسأَل‬
َِّ ‫يل‬ َ َ‫الوالِ َديْ ِن» ق‬
:‫ال‬
َ َ‫اَّلل» ق‬ ُ ‫ «اجلِ َه‬:‫ال‬
ِ ِ‫اد ِِف َسب‬ َ َ‫َي؟ ق‬ٌّ ‫ ُُثَّ أ‬:‫ال‬ ِ
َ ‫ « ُُثَّ ب ُّر‬:‫ال‬ َ َ‫َي؟ ق‬ ٌّ ‫ ُُثَّ أ‬:‫ال‬َ َ‫ق‬
21 ِ ِِ
‫ادن‬ ْ ‫ َولَ ِو‬،‫َح َّدثَِِن ِب َّن‬
َ ‫استَ َز ْدتُهُ ل ََز‬
“Saya bertanya kepada Rasulullah saw. ‘Ya Rasulullah, perbuatan apakah yang
paling disukai oleh Allah?’ Beliau menjawab, ‘Shalat pada waktunya’ Kemudian
saya bertanya, ‘Kemudian apa?’ Beliau menjawab, ‘Berbakti kepada dua
orangtua’. Saya bertanya lagi, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau menjawab,
‘Berjihad di jalan Allah’.”

Kelompok ayat-ayat ini dimulai dan ditutup dengan menyebutkan shalat,


hal ini mengindikasikan akan betapa pentingnya shalat dalam kehidupan.

Ayat ini juga mengindikasikan agar seorang mukmin memiliki sifat disiplin
atas waktu. Seorang atlet akan senantiasa disiplin dalam mengalokasikan waktu
untuk berlatih dan menjaga kondisi fisiknya setiap hari, jika ia tidak disiplin
dalam berlatih tentu akan berpengaruh pada kondisinya ketika pertandingan.
Begitu pula seorang mukmin tentu akan disiplin dalam melaksanakan sholat pada
waktunya, karena ibadah merupakan kebutuhan rohani yang harus ditunaikan
oleh setiap orang.

‫ك ُه ُم ال َْوا ِرثُو َن‬ َ ِ‫أُوٰلَئ‬


‫س ُه ْم فِ َيها َخالِ ُدو َن‬ ِ
َ ‫ين يَ ِرثُو َن الْف ْر َد ْو‬
ِ َّ
َ ‫الذ‬
10. Mereka itulah para ahli waris.
11. (Yaitu) orang-orang yang akan mewarisi (surga) Firdaus. Mereka di
dalamnya adalah orang-orang yang kekal.
Setelah menyebutkan sifat-sifat orang mukmin pada ayat sebelumnya.
Maka barangsiapa yang mampu mengaktualisasikan hal-hal yang disebutkan

21
Muhammad bin Ismail al-Bukhari. Shahih Bukhari. Beirut : Dar Thouq al-
Najah. Juz: 1, Hal:112, No:527.

14
I | SIFAT-SIFAT ORANG MUKMIN

dalam ayat di atas, mereka itulah para pewaris surga al-Firdaus, mereka kekal
dan menempati tempat mulia di dalamnya.

Surga memiliki berbagai tingkatan yang mana kriteria dari penghuninya


telah ditentukan oleh Allah swt. Misalkan ada seorang kaya yang memberikan
tiket teater kepada seluruh warga di suatu pedesaan, ketika memberikan tiket
tersebut tentu orang kaya tersebut telah menentukan orang-orang yang berhak
duduk di kursi reguler, VIP, hingga VVIP. Begitulah Surga Firdaus merupakan
tempat tertinggi di surga , ia diberikan kepada manusia-manusia yang telah
memiliki sifat-sifat mukmin sebagaimana yang telah disebutkan oleh ayat-ayat
sebelumnya. Dan kenikmatan yang didapatkan di surga bersifat kekal tak pernah
putus, ini berbeda dengan kenikmatan di dunia yang bersifat sementara.

Dari sebelas ayat pertama surah al-Mu’minun ini dapat diambil kesimpulan
bahwa sifat orang mu’min yang mendapat keberuntungan berlebih di dunia dan
di akhirat ada tujuh.22

1. Khusyuk, yakni memberikan perhatian yang besar di dalam


pelaksanaannya sehingga mendapatkan ketenangan dalam shalat.

2. Menjauhkan diri dari perbuatan yang tidak berguna (laghwu) secara


lahir dan batin.

3. Menunaikan zakat sebagai sarana penyucian jiwa.

22
Quraish Shihab. 2012. Tafsir al-Lubab. Jakarta : Lentera Hati. Jilid: 2,
Hal:537.

15
I | SIFAT-SIFAT ORANG MUKMIN

4. Menjaga alat kelamin agar tidak tersalurkan kepada hal-hal yang


diharamkan oleh Allah.

5. Memelihara dan melaksanakan amanat yang diberikan kepadanya.

6. Menepati janji dan berkomitmen.

7. Memelihara shalat 5 waktu serta memperhatikan pula rukun, wajib, dan


sunnahnya.

Orang-orang yang memiliki sifat-sifat tersebut sebagaimana dalam ayat 10


dan 11 disebutkan bahwa mereka akan mewarisi Surga Firdaus dan kekal di
dalamnya. Dengan memiliki sifat-sifat tersebut maka seorang mukmin telah
mencontoh apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Diriwayatkan oleh an-Nasai
dari Yazid bin Babinus, ia berkata,

ْ ‫ قَال‬, ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم؟‬


:‫َت‬ ِ ِ ‫ف َكا َن ُخلُق رس‬ ِِ َ ِ‫قُلْنَا لِ َعائ‬
َ ‫ول هللا‬ َُ ُ َ ‫ َك ْي‬،‫ني‬
َ ‫ ََي أ َُّم ال ُْم ْؤمن‬:َ‫شة‬
‫ت‬ْ ‫] َح ََّّت انْ تَ َه‬1 :‫َت {قَ ْد أَفْ لَ َح ال ُْم ْؤِمنُو َن} [املؤمنون‬ ِ ‫ول‬
ْ ‫ فَ َق َرأ‬،»‫هللا الْ ُق ْرآ ُن‬ ِ ‫« َكا َن ُخلُ ُق ر ُس‬
َ
ِ ‫ « َه َك َذا َكا َن ُخلُ ُق ر ُس‬:‫َت‬
‫ول‬ ِ
ْ ‫ قَال‬, ]9 :‫صلَ َواِت ْم ُُيَافظُو َن} [املؤمنون‬ ِِ ِ َّ
َ َ ‫ين ُه ْم َعلَى‬ َ ‫{والذ‬ َ
23 َّ ِ
»‫صلى هللاُ َعلَْيه َو َسل َم‬ َّ ِ
َ ‫هللا‬
“ Kami bertanya kepada Aisyah ra, ‘Wahai Ummul Mukminin, bagaimanakah
akhlaq Rasulullah saw?’ Aisyah ra menjawab, ‘Akhlaq Rasulullah saw adalah
al-Qur’an.’ Lalu Aisyah ra membaca ayat satu sampai sembilan surah al-
Mu’minun. Lalu ia berkata, ‘Seperti itulah akhlaq Rasulullah saw

23
An-Nasai.Sunan Kubro. Beirut: Resalah Publisher. Juz 10 hal.193 no.11287

16
2
P E N C I P TA A N M A N U S I A

(QS. AL-MUKMINUN 12-16)


“M. Rasyid Ridha”

‫ني‬ ٍ ‫{ولََق ْد َخلَ ْقنَا اإلنْسا َن ِم ْن ُسَللَ ٍة ِم ْن ِط‬


ٍ ‫) ُُثَّ َج َعلْنَاهُ نُطْ َفةً ِِف قَ را ٍر َم ِك‬12( ‫ني‬ َ
َ َ
‫ضغَ َة ِعظَ ًاما‬ ْ ‫) ُُثَّ َخلَ ْقنَا النُّطْ َفةَ َعلَ َقةً فَ َخلَ ْقنَا ال َْعلَ َقةَ ُم‬13(
ْ ‫ضغَةً فَ َخلَ ْقنَا ال ُْم‬
ِِ ْ ‫اَّلل أَحسن‬ ِ
)14( ‫ني‬
َ ‫اْلَالق‬ ُ َ ْ َُّ ‫آخ َر فَ تَ بَ َار َك‬ َ ْ‫ام ََلْ ًما ُُثَّ أَن‬
َ ‫شأ ََْنهُ َخ ْل ًقا‬ َ َ‫س ْوََن الْعظ‬
َ ‫فَ َك‬

َ ِ‫ُُثَّ إِنَّ ُك ْم بَ ْع َد ذَل‬


} )16( ‫) ُُثَّ إِنَّ ُك ْم يَ ْو َم ال ِْقيَ َام ِة تُ ْب َعثُو َن‬15( ‫ك لَ َميِتُو َن‬
12. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah
13. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim)
14. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik
15. Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan
mati
II | PENCIPTAAN MANUSIA

16. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu)


di hari kiamat

Dan sesungguhnya : ‫َولََق ْد‬


Dari tanah : ٍ ‫ِم ْن ِط‬
‫ني‬
Sesungguhnya “ tanah “ yang disebutkan dalam Al Qur’an dengan
istilah ‫ ِط ن‬mengandung arti kiasan ( Majasi ) karena manusia itu –
‫ تُراَب‬atau ‫ي‬

bahkan seluruh makhluk hidup – tercipta secara kimiawi yang disebut “


Protoplasma “, yakni zat hidup yang banyak mengandung sel-sel hewani dan
nabati, dan secara mikro terdiri antar lain : oksigen, hidrogen, karbon, karbo
hidrat, lemak, fosfor, kalsium, sodium, yodium, kalori, protein, dan zat besi.
Apabila kita melihat segenggam tanah dengan mikroskop, niscaya kita akan
menemukan zat-zat tersebut. Maka tidaklah berlebihan jika istilah “
Tanah” dalam Al Qur’an kita pahami sebagai “ bahasa kiasan “ karena tubuh
manusia, binatang, maupun tanaman sesudah mati justru kembali menjadi
tanah.24

Kami telah menciptakan : ‫َخلَ ْقنَا‬


Saripati : ‫ُسَلل ٍَة‬
Air mani : ً‫نُطْ َفة‬
Segumpal darah : ً‫َعلَ َقة‬
Segumpal daging : ً‫ضغَة‬ ْ ‫ُم‬
Tulang / tulang belulang : ‫ ِعظَ ًاما‬/‫ام‬ ِ
َ َ‫الْعظ‬
Makhluk : ‫َخ ْل ًقا‬

24
Ahmad Musthafa Al-Maraghi. 1993. Terjemah Tafsir Al-Maraghi jus 18.
Semarang: PT. Karya Thoha

18
II | PENCIPTAAN MANUSIA

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa pandangan Umar sejalan dengan


kehendak Allah dalam empat hal, antara lain mengenai turunnya ayat walaqod
kholaqnal insana min sulalatim min tin ( dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah (QS. Al-
Mukminun:12) sampai khalqan akhar… (makhluk yang berbentuk lain) (QS.Al-
Mukminun:14). Pada waktu mendengar ayat tersebut, Umar berkata :
“Fatabarakallahu ahsanul khaliqin” ( Maka Maha suci Allah, Pencipta Yang
Paling Baik). Maka turunlah akhir ayat tersebut (QS.Al-Mukminun:14) yang
sejalan dengan ucapan dengan Umar tersebut.

Allah Swt. berfirman, menceritakan permulaan kejadian manusia yang


dibentuk dari saripati tanah, yaitu Adam a.s. Allah menciptakan Adam dari tanah
liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Al-A'masy telah
meriwayatkan dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Abu Yahya, dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan makna firman-Nya: dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. (Al-Mu’mimun: 12) Yakni dari saripati air. Mujahid mengatakan
sehubungan dengan makna Min Sulalatin, artinya dari air mani anak Adam. Ibnu
Jarir mengatakan, sesungguhnya manusia pertama dinamakan Adam karena ia
diciptakan dari tanah liat. Qatadah mengatakan bahwa Adam diciptakan dari
tanah liat. Pendapat ini lebih jelas pengertiannya dan lebih mendekati konteks
ayat, karena sesungguhnya Adam diciptakan dari tanah liat, yaitu tanah liat
kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk: Hal ini berarti Adam

19
II | PENCIPTAAN MANUSIA

diciptakan dari tanah, seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-
Nya:

}‫ش ٌر تَ ْن تَ ِش ُرو َن‬ ٍ ‫آَيتِِه أَ ْن َخلَ َق ُك ْم ِم ْن تُر‬


َ َ‫اب ُُثَّ إِذَا أَنْ تُ ْم ب‬ ِ
َ ‫{وم ْن‬
َ
َ
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kalian dari
tanah, kemudian tiba-tiba kalian (menjadi) manusia yang berkembang
biak. (Ar-Rum: 20)

‫ َع ْن أَِِب‬،‫سامة بْ ُن ُزَه ْري‬ ٍِ ِْ ‫ال‬


َ َ‫ َحدَّثَنَا ق‬،‫ َحدَّثَنَا َع ْوف‬،‫ َحدَّثَنَا َُْي ََي بْ ُن َسعيد‬:‫َْحَ ُد‬ ْ ‫ام أ‬
ُ ‫اإل َم‬ َ َ‫َوق‬
‫ض َها ِم ْن‬َ َ‫ض ٍة قَ ب‬ َ ‫آد َم ِم ْن قَ ْب‬
َ ‫اَّللَ َخلَ َق‬ َّ ‫ "إِ َّن‬:‫ال‬ َ َ‫اَّللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َّ ‫صلَّى‬ ِ ِ‫ َع ِن الن‬،‫وسى‬
َ ‫َِّب‬ َ ‫ُم‬
،‫ض‬ ُ َ‫َس َو ُد َو ْاِلَبْ ي‬ ْ ‫ َجاءَ ِم ْن ُه ُم ْاِل‬،‫ض‬
ْ ‫َْحَُر َو ْاِل‬ ِ ‫آد َم َعلَى قَ ْدر ْاِل َْر‬ َ ‫اء بَنُو‬َ ‫ فَ َج‬،‫ض‬
َِ
ِ ‫َجي ِع ْاِل َْر‬
."‫ك‬ َ ِ‫ني َذل‬ ََْ‫ َوب‬،‫ب‬ َِّ ُ ِ‫اْلَب‬
ُ ‫يث َوالطي‬ ْ ‫ َو‬،‫ك‬ َ ِ‫ني َذل‬ََْ‫َوب‬
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id,
telah menceritakan kepada kami Auf, telah menceritakan kepada kami Usamah
ibnu Zuhair, dari Abu Musa, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya
Allah menciptakan Adam dari segenggam tanah yang diambil dari seluruh bumi,
maka Bani Adam muncul sesuai dengan tabiat tanah; di antara mereka ada yang
berkulit merah, ada yang berkulit putih, ada yang berkulit hitam, serta ada yang
campuran di antara warna-warna tersebut; dan ada yang buruk ada yang baik,
ada pula yang campuran di antara baik dan buruk.

Abu Daud dan Turmuzi telah meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari
Auf Al-A'rabi dengan lafaz yang semisal dan sanad yang sama. Imam Turmuzi
mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.

ٍ ‫{ُثَّ َج َعلْنَاهُ نُطْ َفةً ِِف قَ را ٍر َم ِك‬


} ‫ني‬ ُ
َ
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim) (Al Mu’minun:, 13)

20
II | PENCIPTAAN MANUSIA

Dhamir yang terdapat di dalam ayat ini kembali kepada jenis manusia, sama
halnya dengan apa yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

ٍ ‫ني * ُُثَّ َج َعل نَ ْسلَهُ ِم ْن ُسَلل ٍَة ِم ْن َم ٍاء َم ِه‬


}‫ني‬ ٍ ‫ان ِم ْن ِط‬
ِ ‫ْق اإلنْس‬
َ َ َ ‫{وبَ َدأَ َخل‬
َ
dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan
keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). (As-Sajdah: 7-8)

Yakni air mani yang lemah. Sama dengan yang djsebutkan oleh firman-
Nya:

ٍ ‫{أَََلْ ََنْلُ ْق ُك ْم ِم ْن َم ٍاء َم ِه‬


ٍ ‫ فَ َج َعلْنَاهُ ِِف قَ را ٍر َم ِك‬.‫ني‬
}‫ني‬ َ
Bukankah Kami menciptakan kalian dari air yang hina, kemudian Kami letakkan
dia dalam tempat yang kokoh (rahim). (Al-Mursalat: 20-21)

Yaitu rahim, karena rahim memang telah diciptakan untuk itu.

ٍ ُ‫{إِ ََل قَد ٍر معل‬


ِ ‫وم * فَ َق َدرََن فَنِعم الْ َق‬
}‫اد ُرو َن‬ َْ ْ َْ َ
sampai waktu yang ditentukan, lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kamilah
sebaik-baik yang menentukan. (Al-Mursalat- 22-23)

Maksudnya, masa yang telah dimaklumi dan batas waktu yang telah
ditentukan hingga bentuknya menjadi kokoh, dan mengalami perubahan dari
suatu keadaan kepada keadaan yang lain dan dari suatu bentuk kepada bentuk
yang lain. Karena itulah dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:

}ً‫{ُثَّ َخلَ ْقنَا النُّطْ َفةَ َعلَ َقة‬


ُ
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah. (Al Mu’minun: 14)

Yakni kemudian Kami jadikan air mani yang terpancarkan dari tulang sulbi
laki-laki dan dari tulang dada perempuan segumpal darah mereka yang berbentuk
memanjang.

21
II | PENCIPTAAN MANUSIA

}ً‫ضغَة‬
ْ ‫{فَ َخلَ ْقنَا ال َْعلَ َقةَ ُم‬
lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging. (Al Mu’minun: 14)

Yaitu berupa segumpal daging yang tidak berbentuk dan tidak pula beralur.

}‫ضغَةَ ِعظَ ًاما‬


ْ ‫{فَ َخلَ ْقنَا ال ُْم‬
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang. (Al Mu’minun: 14)

Artinya, Kami beri bentuk sehingga mempunyai kepala, dua tangan dan dua
kaki berikut tulang-tulangnya, otot-ototnya, dan urat-uratnya.

Ulama lain membacanya 'azman, bukan 'izaman, menurut Ibnu Abbas


artinya tulang sulbi.

Di dalam kitab sahih disebutkan melalui Abuz Zanad, dari Al-A'raj dari
Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

ِ ِ ِ َّ ‫ب‬
ُ ‫ م ْنهُ ُخل َق َوم ْنهُ يُ َرَّك‬،‫الذنَب‬
"‫ب‬ ِ َ ‫س ِد ابْ ِن‬
ُ ‫آد َم يَ ْب لَى إ ََّّل َع ْج‬ َ ‫" ُك ُّل َج‬
Semua jasad anak Adam hancur kecuali bagian bawah dari tulang
punggungnya, karena dari tulang itu dia diciptakan dan dari tulang itu pula dia
akan dibangkitkan kembali.

}‫ام ََلْ ًما‬ ِ


َ َ‫س ْوََن الْعظ‬
َ ‫{فَ َك‬
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. (Al Mu’minun: 14)

Yakni Kami jadikan baginya daging yang menutupinya, mengikatnya dan


memperkuatnya.

}‫آخ َر‬
َ ‫شأ ََْنهُ َخ ْل ًقا‬
َ ْ‫{ُثَّ أَن‬
ُ
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. (Al Mu’minun: 14)

22
II | PENCIPTAAN MANUSIA

Yaitu kemudian Kami tiupkan ke dalam tubuhnya roh, hingga ia dapat


bergerak hidup dan menjadi makhluk lain yang mempunyai pendengaran,
penglihatan, perasaan, gerak, dan getaran.

ِِ ْ ‫اَّلل أَحسن‬
}‫ني‬
َ ‫اْلَالق‬ ُ َ ْ َُّ ‫{فَ تَ بَ َار َك‬
Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (Al Mu’minun: 14)

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul
Husain, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Musafir, telah menceritakan
kepada kami Yahya ibnu Hassan, telah menceritakan kepada kami An-Nadr ibnu
Kasir maula Bani Hasyim, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnu Ali, dari
ayahnya, dari Ali ibnu Abu Talib r.a. yang mengatakan, bahwa apabila nutfah (di
dalam rahim) telah menjalani masa empat bulan, Allah memerintahkan malaikat
untuk meniupkan roh ke dalam janin yang berada di dalam tiga kegelapan (tiga
lapis pelindungnya). Yang demikian itulah makna yang dimaksud oleh firman-
Nya: Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. (Al
Mu’minun: 14) Yakni Kami tiupkan roh ke dalamnya.

Telah diriwayatkan pula dari Abu Sa'id Al-Khudii, bahwa makna yang
dimaksud ialah peniupan roh ke dalam tubuh janin.

Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-


Nya: Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. (Al
Mu’minun: 14) Maksudnya, Kami tiupkan roh ke dalam tubuhnya.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Asy-Sya'bi, Al-
Hasan, Abul Aliyah, Ad-Dahhak, Ar-Rabi' ibnu Anas, As-Saddi, dan Ibnu Zaid,
kemudian dipilih oleh Ibnu Jarir.

Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna


firman-Nya: Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. (Al
Mu’minun: 14) Yaitu Kami pindahkan dari suatu keadaan kepada keadaan yang

23
II | PENCIPTAAN MANUSIA

lain hingga terlahirlah ia dalam rupa bayi. Lalu ia tumbuh menjadi anak-anak,
kemudian mencapai usia balig, lalu menjadi dewasa, dan selanjutnya memasuki
usia tua, kemudian usia pikun.

Telah diriwayatkan dari Qatadah dan Ad-Dahhak hal yang semisal.

Pada garis besarnya tidak ada pertentangan di antara pendapat-pendapat


tersebut, karena sesungguhnya sejak ditiupkan roh ke dalam tubuh si janin, maka
dimulailah perubahan-perubahan itu dari suatu keadaan kepada keadaan yang
lain. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Imam Ahmad mengatakan di dalam kitab musnadnya:

ٍ ‫هو ابن مسع‬- ‫اَّلل‬ ِ ِ ٍ ‫ َع ْن َزيْ ِد بْ ِن َو ْه‬،‫ش‬


-‫ود‬ ُ ْ َ ُ ْ َ ُ َّ ‫ َع ْن َع ْبد‬،‫ب‬ ُ ‫ َحدَّثَنَا ْاِلَ ْع َم‬،َ‫َحدَّثَنَا أَبُو ُم َعا ِويَة‬
ِ َّ ‫ وهو‬،‫اَّلل َعلَي ِه وسلَّم‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫ "إِ َّن أ‬:‫ص ُدو ُق‬
‫َح َد ُك ْم‬ ْ ‫الصاد ُق ال َْم‬ َ ُ َ َ َ َ ْ َُّ ‫صلى‬
َّ َ ‫اَّلل‬ ُ ‫ َحدَّثَنَا َر ُس‬:‫ال‬ َ َ‫ق‬
‫ضغَةً ِمثْ َل‬ ْ ‫ ُُثَّ يَ ُكو ُن ُم‬،‫ك‬ َ ِ‫ ُُثَّ يَ ُكو ُن َعلَ َقةً ِمثْ َل َذل‬،‫ني يَ ْوًما‬ ِ ِِ
َ ‫ليُجمع َخل ُقه ِِف بَطْ ِن أُمه أ َْربَع‬
،‫ َو َع َملِ ِه‬،‫َجلِ ِه‬ ِِ ٍ ِ
َ ‫ َوأ‬،‫ ِرْزقه‬:‫ َويُ ْؤَم ُر ِِب َْربَ ِع َكل َمات‬،‫وح‬ َ ‫الر‬ ُّ ‫ك فَ يَ ْن ُف ُخ فِ ِيه‬ ُ َ‫ ُُثَّ يُ ْر ِس ُل إِل َْي ِه ال َْمل‬،‫ك‬ َ ِ‫ذَل‬
‫َح َد ُك ْم لَيَ ْع َم ُل بِ َع َم ِل أ َْه ِل ا ْجلَن َِّة َح ََّّت َما‬ ِ ِ ِ
َ ‫ إِ َّن أ‬،ُ‫ فَ َوالَّذي ََّل إِلَهَ غَ ْريُه‬،‫َو َه ْل ُه َو َشق ٌّي أ َْو َسعي ٌد‬
،‫ فَ يُ ْختَ ُم لَهُ بِ َع َم ِل أ َْه ِل النَّا ِر فَ يَ ْد ُخلَ َها‬،‫اب‬ ِ ِ ٌ ‫يَ ُكو ُن بَ ْي نَهُ َوبَ ْي نَ َها إََِّّل ِذ َرا‬
ُ َ‫ فَ يَ ْسبِ ُق َعلَْيه الْكت‬،‫ع‬
‫ فَ يَ ْسبِ ُق َعلَْي ِه‬،ٌ‫ َح ََّّت َما يَ ُكو ُن بَ ْي نَهُ َوبَ ْي نَ َها إََِّّل ِذ َراع‬،‫الر ُج َل لَيَ ْع َم ُل بِ َع َم ِل أ َْه ِل النَّا ِر‬ َّ ‫َوإِ َّن‬
."‫ فَ يُ ْختَ ُم لَهُ بِ َع َم ِل أ َْه ِل ا ْجلَن َِّة فَيَ ْد ُخلُ َها‬،‫اب‬ ِ
ُ َ‫الْكت‬
telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada
kami Al-A'masy, dari Zaid ibnu Wahb, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada
kami: Sesungguhnya seseorang di antara kalian benar-benar dihimpunkan
penciptaannya di dalam perut ibunya selama empat puluh hari (dalam bentuk
nutfah), kemudian berupa 'alaqah dalam masa yang sama, kemudian dalam
bentuk segumpal daging dalam masa yang sama, kemudian diutus seorang
malaikat kepadanya, maka malaikat itu meniupkan roh ke dalam tubuhnya dan
diperintahkan untuk mencatat empat kalimat (perintah), yaitu tentang rezekinya,
ajalnya, dan amal perbuatannya, serta apakah dia termasuk orang yang celaka
atau orang yang bahagia. Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia,
sesungguhnya seseorang di antara kalian benar-benar mengerjakan amal

24
II | PENCIPTAAN MANUSIA

perbuatan ahli surga sehingga tiada jarak antara dia dan surga selain hanya
satu hasta, tetapi suratan takdir telah mendahuluinya (bahwa dia termasuk ahli
neraka), maka pada akhirnya ia mengerjakan perbuatan ahli neraka dan
dimasukkanlah dia ke dalamnya. Dan sesungguhnya seseorang di antara kalian
benar-benar mengerjakan amal perbuatan ahli neraka, sehingga tiada jarak
antara dia dan neraka selain satu hasta, tetapi suratan takdir telah men-
dahuluinya (bahwa dia termasuk ahli surga), maka pada akhirnya ia
mengamalkan perbuatan ahli surga dan dimasukkanlah dia ke dalamnya.

Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya melalui hadis


Sulaiman ibnu Mahran Al-A'masy.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu
Sinan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, dari Al-A'masy dari
Abu Khaisamah yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Mas'ud r.a. pernah
berkata, "Sesungguhnya nutfah itu bila telah memasuki rahim, maka
menyebarlah ia ke segenap rambut dan kuku, lalu tinggal selama empat puluh
hari, setelah itu ia turun ke dalam rahim dan berubah menjadi 'alaqah."

،‫ب‬ َّ ‫ َع ْن َعطَ ِاء بْ ِن‬،‫ َحدَّثَنَا أَبُو ُك َديْنة‬،‫س ِن‬


ِ ِ‫السائ‬ َ َ‫ني بْ ُن ا َْل‬
ُْ ‫س‬َ ‫ َحدَّثَنَا ُح‬:‫ضا‬ ً ْ‫َْحَ ُد أَي‬
ْ ‫ام أ‬ ِْ ‫ال‬
ُ ‫اإل َم‬ َ َ‫ق‬
َِّ ‫ول‬ ِ ‫ي بِر ُس‬ ِ َِّ ‫ عن عب ِد‬،‫ عن أَبِ ِيه‬،‫الر ْْح ِن‬ ِ ِ
ُ‫صلَّى ا ََّّلل‬َ ‫اَّلل‬ َ ٌّ ‫ َم َّر يَ ُهود‬:‫ال‬ َ َ‫اَّلل ق‬ َْ ْ َ ْ َ َ َّ ‫َع ِن الْ َقاس ُم بْ ُن َع ْبد‬
:‫ال‬ ُ َ‫ إ َّن َه َذا ي‬،‫ي‬
َ ‫ فَ َق‬.ٌّ‫زعم أَنَّهُ نَِِب‬ ِ ُّ ‫ود‬ ِ ‫ َي ي ه‬:‫َت قُريش‬
ُ َ َ ٌ ْ َ ْ ‫ فَ َقال‬،ُ‫َص َحابَه‬ ْ ‫ثأ‬ ُ ‫َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َو ُه َو ُُيَ ِد‬
‫ ِم َّم ُيْلَ ُق‬،‫ ََي َُمَ َّم ُد‬:‫ال‬ ٍ
َ ‫ فَ َق‬،‫س‬ َ َ‫اءهُ َح ََّّت َجل‬ َ ‫ فَ َج‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬.‫ِب‬ٌّ َِ‫َسأَلَنَّهُ َع ْن َش ْيء ََّل يَ ْعلَ ُمهُ إََِّّل ن‬ ْ ‫َِل‬
ُ‫ فَأ ََّما نُطْ َفة‬،ِ‫الر ُج ِل َوِم ْن نُطْ َف ِة ال َْم ْرأَة‬
َّ ‫ ِم ْن نُطْ َف ِة‬،‫كل ُيْلَ ُق‬ ٍ ‫ من‬،‫ "َي يهودي‬:‫اإلنسان؟ فقال‬
‫ َوأ ََّما نُطْ َفةُ ال َْم ْرأَةِ فَنُطْ َفةٌ َرقِي َقةٌ ِم ْن َها اللَّ ْح ُم‬،‫صب‬ ِ ِ
َ ‫الر ُج ِل فَ نُطْ َفةٌ غَليظَةٌ م ْن َها ال َْعظ ُْم‬
َ ‫والع‬ َّ
.‫ك‬ َ َ‫ول َم ْن قَ ْب ل‬ُ ‫ َه َك َذا َكا َن يَ ُق‬:‫ال‬ َ ‫ي فَ َق‬ ِ
ُّ ‫ام الْيَ ُهود‬ َ ‫َّم" فَ َق‬ُ ‫َوالد‬
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Husain ibnul
Hasan, telah menceritakan kepada kami Abu Kadinah, dari Ata ibnus Sa-ib, dari
Al-Qasim ibnu Abdur Rahman, dari ayahnya, dari Abdullah yang menceritakan
bahwa seorang Yahudi bersua dengan Rasulullah Saw. yang sedang berbicara
dengan para sahabatnya. Kemudian orang-orang Quraisy berkata, "Hai orang
Yahudi, sesungguhnya orang ini (maksudnya Nabi Saw.) mengakui dirinya
sebagai seorang nabi." Maka orang Yahudi itu berkata, "Sungguh aku akan

25
II | PENCIPTAAN MANUSIA

menanyainya tentang sesuatu yang tidak diketahui oleh seorang pun kecuali
hanya oleh seorang nabi." Orang Yahudi itu datang kepada Nabi Saw. dan
duduk di dalam majelisnya, lalu bertanya, "Hai Muhammad, dari apakah
manusia diciptakan ?" Maka Nabi Saw. menjawab: Hai orang Yahudi, manusia
diciptakan dari gabungan antara air mani laki-laki dan air mani perempuan. Air
mani laki-laki berbentuk kental, darinya tercipta tulang dan otot-otot;
sedangkan air mani perempuan berbentuk encer, darinya tercipta daging dan
darah. Maka si Yahudi itu berkata, "Memang demikianlah dikatakan oleh orang-
orang (para nabi) sebelum kamu."

‫ُس ْيد ال ِْغ َفا ِر ِي‬


َ ‫ ُح َذيْ َفة بْ ِن أ‬،‫ َع ْن أَِِب الطَُّف ْيل‬،‫ َحدَّثَنَا ُس ْفيَا ُن َع ْن َع ْم ٍرو‬:‫َْحَ ُد‬ ْ ‫ام أ‬ ِْ ‫ال‬
ُ ‫اإل َم‬ َ َ‫ق‬
‫ "يَ ْد ُخ ُل املَلك َعلَى النُّطْ َف ِة بَ ْع َد َما‬:‫ول‬ ُ ‫اَّللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم يَ ُق‬
َّ ‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫اَّلل‬ َ ‫ُسعت َر ُس‬
ُ :‫ال‬
َ َ‫ق‬
‫ َما َذا؟ أَ َش ِق ٌّي أ َْم َس ِعي ٌد؟ أَذَ َك ٌر أ َْم أُنْ ثَى؟‬،‫ب‬ ِ ‫ ََي َر‬:‫ول‬ ِ ِ َّ ‫تَست ِق ُّر ِِف‬
َ ‫الرح ِم ِِب َْربَع‬
ُ ‫ فَ يَ ُق‬،ً‫ني ل َْي لَة‬ َْ
ِ ‫ فَ ي ْكتُ ب‬،‫اَّلل َع َّز وج َّل‬ ُ ‫ َماذَا؟ أَذَ َك ٌر أ َْم أُنْ ثَى؟ فَ يَ ُق‬:‫ فَ يَ ُقوََّل ِن‬.‫ان‬ ِ ‫ فَ ي ْكتُ ب‬،‫اَّلل‬
‫ان‬ َ َ َ َ َُّ ‫ول‬ َ َ َُّ ‫ول‬ ُ ‫فَ يَ ُق‬
‫ فَ ََل يُزاد َعلَى َما فِ َيها َوََّل‬،ُ‫الص ِحي َفة‬ َّ ‫ ُُثَّ تُط َْوى‬،ُ‫ َوِرْزقُه‬،ُ‫صيبَ تُه‬ ِ ‫ وم‬،ُ‫ وأَثَره‬،ُ‫وي ْكتَب َعملُه‬
َُ ُ َ َ ُ ُ
"‫ص‬
ُ ‫يُ ْن َق‬
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Amr,
dari AbutTufail, dari Huzaifah ibnu Usaid Al-Gifari yang mengatakan bahwa ia
pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Malaikat masuk ke dalam nutfah
sesudah nutfah menetap di dalam rahim selama empat puluh malam, lalu
malaikat bertanya, "Wahai Tuhanku, apakah yang harus saya catat? Apakah dia
termasuk orang celaka atau orang bahagia, apakah dia laki-laki atau
perempuan?" Maka Allah berfirman, memerintahkannya untuk menulis laki-laki
atau perempuan; dan malaikat itu menulis pula amal perbuatannya, sepak
terjangnya, musibahnya, dan rezekinya. Kemudian lembaran itu dilipat, maka
tiada penambahan atas apa yang telah tertulis dan tiada pula pengurangan.

Imam Muslim meriwayatkan hadis ini di dalam kitab sahihnya melalui


hadis Sufyan ibnu Uyaynah, dari Amr ibnu Dinar dengan sanad yang sama dan
lafaz yang semisal. Dan dari jalur lain melalui Abut Tufail Amir ibnu Wasilah,
dari Huzaifah ibnu Usaid, dari Abu Syarihah Al-Gifari dengan lafaz yang
semisal. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

26
II | PENCIPTAAN MANUSIA

َِّ ‫ حدَّثَنا عب ي ُد‬،‫ حدَّثَنا َْحَّاد بن زي ٍد‬،َ‫َْح ُد بن عب َدة‬ ُ ِ‫ال ا َْلَاف‬


‫اَّلل‬ ْ َُ َ َ َْ ُ ْ ُ َ َ ْ َ ُ ْ َ ْ ‫ َحدَّثَنَا أ‬:‫ظ أَبُو بَ ْك ٍر الْبَ َّز ُار‬ َ َ‫ق‬
‫اَّللَ َوَّك َل ِِب َّلرِح ِم‬
َّ ‫ "إِ َّن‬:‫اَّللُ عليه وسلم قال‬ َّ ‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫اَّلل‬ َّ ‫س؛ أ‬
َ ‫َن َر ُس‬ ٍ َ‫ َع ْن أَن‬،‫بْ ُن أَِِب بَ ْك ٍر‬
:‫ال‬ َّ ‫اد‬
َ َ‫اَّللُ َخ ْل َق َها ق‬ َ ‫ فَِإ َذا أ ََر‬.ٌ‫ضغَة‬
ْ ‫ ُم‬،‫ب‬ِ ‫َي َر‬ ْ ‫ َعلَ َقةٌ أ‬،‫ب‬ ِ ‫أي َر‬
ْ .ٌ‫ نُطْ َفة‬،‫ب‬ِ ‫َي َر‬
ْ ‫ أ‬:‫ول‬ُ ‫َمل ًكا فَ يَ ُق‬
‫ب ِِف بَطْ ِن‬ ُ َ‫ك يُ ْكت‬ َ ِ‫ "فَ َذل‬:‫ال‬ َ َ‫َج ُل؟ " ق‬ ِ ‫ ذكر أو أنثى؟ شقي أو سعيد؟ فَ َما‬،‫ََي رب‬
َ ‫الرْز ُق َو ْاِل‬
."‫أ ُِم ِه‬
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Ahmad ibnu Abdah, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, telah
menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Abu Bakar, dari Anas, bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah menugaskan seorang
malaikat untuk menjaga rahim, maka malaikat itu berkata, "Wahai Tuhanku,
masih berupa nutfah; wahai Tuhanku, telah menjadi 'alaqah; wahai Tuhanku,
telah menjadi segumpal daging.” Apabila Allah berkehendak untuk
menciptakannya, malaikat itu bertanya, "Wahai Tuhanku, apakah dia laki-laki
atau perempuan? Apakah dia celaka atau bahagia? Dan bagaimanakah dengan
rezekinya dan ajalnya ?" Rasulullah Saw. bersabda, "Yang demikian itu dicatat
di dalam rahim ibunya.”

Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya di dalam kitab sahih


masing-masing melalui hadis Hammad ibnu Zaid dengan sanad yang sama.

Firman Allah Swt.:

ِِ ْ ‫اَّلل أَحسن‬
}‫ني‬
َ ‫اْلَالق‬ ُ َ ْ َُّ ‫{فَ تَ بَ َار َك‬
Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (Al Mu’minun: 14)

Setelah Allah menyebutkan tentang kekuasaan-Nya dan kelembutanNya


dalam menciptakan nutfah ini dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain dan
dari suatu bentuk ke bentuk yang lain sehingga terbentuklah seperti bentuk
manusia yang lengkap dan sempurna, maka Allah Swt. berfirman: Maka
Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (Al Mu’minun: 14)

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu
Habib, telah menceritakan kepada kami Abu Daud, telah menceritakan kepada

27
II | PENCIPTAAN MANUSIA

kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Zaid,
dari Anas yang mengatakan bahwa Umar ibnul Khattab pernah mengatakan,
"Aku bersesuaian dengan Tuhanku dalam empat perkara. Ketika ayat ini
diturunkan, yaitu firman-Nya: 'Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dari saripati (berasal) dari tanah' (Al Mu’minun: 12), hingga akhir ayat.
Maka aku berkata, 'Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik.' Lalu
turunlah firman selanjutnya, yaitu: 'Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang
paling baik'. (Al Mu’minun: 14)

Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku,
telah menceritakan kepada kami Adam ibnu Abu Iyas, telah menceritakan
kepada kami Syaiban, dari Jabir Al-Ju'fi, dari Amir Asy-Sya'bi, dari Zaid ibnu
Sabit Al-Ansari yang mengatakan, bahwa Rasulullah Saw. mengimlakan
kepadanya ayat ini, yaitu firman-Nya: Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. (Al Mu’minun: 12)
sampai dengan firman-Nya: Kemudian Kami jadikan dia makhluk
yang (berbentuk) lain. (Al Mu’minun: 14). Maka Mu'az berkata, "Maka
Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik." Lalu Rasulullah Saw. tertawa,
dan Mu'az bertanya, "Wahai Rasulullah Saw., mengapa engkau tertawa ?"
Rasulullah Saw. menjawab: Dengan kalimat itulah ayat ini diakhiri, yaitu: "Maka
Mahasucilah Allah sebaik-baiknya Pencipta.”25

Di dalam sanad hadis ini terdapat Jabir ibnu Zaid Al-Ju'fi, sedangkan dia
orangnya daif sekali, dan di dalam beritanya ini terkandung Nakarah yang parah.

Demikian itu karena surat ini Makkiyyah, sedangkan Zaid ibnu Sabit
menjadi juru tulis wahyu hanyalah setelah Rasulullah Saw. di Madinah.

25
Salim Bahreiysi dan Said Bahreisy. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir.
Surabaya: PT. Bina Ilmu. Jilid V

28
II | PENCIPTAAN MANUSIA

Demikian pula masuk islamnya sahabat Mu'az ibnu Jabal, hanyalah setelah
Rasulullah Saw. berada di Madinah. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Firman Allah Swt.:

َ ِ‫{ُثَّ إِنَّ ُك ْم بَ ْع َد ذَل‬


}‫ك ل ََميِتُو َن‬ ُ
Kemudian sesudah itu sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. (Al
Mu’minun: 15)

Artinya sesudah penciptaan pertama dari tiada menjadi ada, maka sesudah
itu kalian akan mati

}‫{ُثَّ إِنَّ ُك ْم يَ ْو َم ال ِْقيَ َام ِة تُ ْب َعثُو َن‬


ُ
Kemudian sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburanmu) di
hari kiamat. (Al Mu’minun: 16)

Yakni dalam penciptaan yang terakhir di hari akhirat nanti. Sama halnya
dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

ِ َ‫اَّلل ي ْن ِشئ النَّ ْشأَة‬


}َ‫اآلخ َرة‬ ُ ُ َُّ َّ‫{ُث‬ ُ
Kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. (Al-'Ankabut: 20)

Yaitu di hari berbangkit dan semua roh kembali kepada jasadnya masing-
masing, lalu semua makhluk menjalani hisabnya, dan setiap orang yang beramal
akan dibalasi sesuai dengan amal perbuatannya. Jika amalnya baik, maka
balasannya baik, dan jika amalnya buruk, maka balasannya buruk pula.

29
II | PENCIPTAAN MANUSIA

Allah SWT menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah,
yang kemudian dijadikan air mani, kemudian segumpal darah, kemudian
segumpal daging yang jadi pembungkus tulang. Kemudian setelah ditupkan
rohnya menjadi manusia yang sempurna, yang semuanya itu terjadi dalam tempat
penyimpanan kokoh yaitu rahim. Setelah manusia mengalami masa ciptaannya
yang pertama pasti akan mati dan akan dibangkitkan dari kuburnya pada hari
kiamat untuk dihisab tentang segala amal perbuatan. Proses kejadian manusia
dalam QS. Al-Mukminun:12-16, membuktikan bahwa apa yang dijelaskan
dalam ayat tersebut sejalan/sesuai dengan analisis ilmu pengetahuan. Agar
timbul kesadaran pada manusia bahwa dirinya adalah makhluk diciptakan oleh
Allah SWT yang banyak memiliki potensi seperti kecenderungan beragama,
bermasyarakat, memiliki harta, penghargaan, kedudukan,pengetahuan dan teman
hidup lawan jenis. Dengan kata lain, ayat ini menyuruh manusia mempelajari
asal kejadiannya ini atau ilmu perkembangan manusia.

Demikianlah mukjizat kitab yang menakjubkan dan kekal dan tidak pernah
musnah, bahwa sumber ilmu dan ilham yang ada padanya tidak pernah lemah
dan tidak pernah kering, dan bahwa dunia akan senantiasa menguak daripadanya
ufuk demi ufuk, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga
mengetahui bahwa di dalam kitab yang mulia ini banyak tersimpan isyarat dan
petunjuk.

30
‫‪3‬‬
‫‪M E N JA D I M U S L I M YA N G S E H AT‬‬

‫)‪(QS. AL-MUKMINUN 17-22‬‬


‫”‪“M. Muti’ur Ridho‬‬

‫ني (‪َ )17‬وأَنْ َزلْنَا ِم َن‬ ‫ِِ‬ ‫َولََق ْد َخلَ ْقنَا فَ ْوقَ ُك ْم َس ْب َع طََرائِ َق َوَما ُكنَّا َع ِن ْ‬
‫اْلَل ِْق غَافل َ‬
‫اب بِ ِه لََق ِ‬ ‫َّ ِ‬
‫اد ُرو َن (‪)18‬‬ ‫ض َوإِ ََّن َعلَى ذَ َه ٍ‬ ‫اء بَِق َد ٍر فَأ ْ‬
‫َس َكنَّاهُ ِِف ْاِل َْر ِ‬ ‫الس َماء َم ً‬
‫ريةٌ َوِم ْن َها ََتْ ُكلُو َن‬‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٍ‬ ‫َّات ِم ْن ََِن ٍ‬
‫يل َوأَ ْعنَاب لَ ُك ْم ف َيها فَ َواكهُ َكث َ‬
‫شأ ََْن لَ ُكم بِ ِه جن ٍ‬
‫ْ َ‬ ‫فَأَنْ َ‬

‫ني (‪َ )20‬وإِ َّن‬ ‫لد ْه ِن و ِ ِ ِ ِ‬ ‫(‪ )19‬و َشجرةً ََتْر ِ‬


‫ص ْب ٍغ ل ْْلكل َ‬ ‫ت ِِب ُّ َ‬ ‫ج م ْن طُوِر َس ْي نَ َ‬
‫اء تَ ْن بُ ُ‬ ‫َ ََ ُ ُ‬
‫ريةٌ َوِم ْن َها ََتْ ُكلُو َن‬‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫ْبًة نُ ْسقي ُك ْم ِمَّا ِِف بُطُوُنَا َولَ ُك ْم ف َيها َمنَاف ُع َكث َ‬
‫ِ ِ‬
‫لَ ُك ْم ِِف ْاِلَنْ َعام لَع ْ َ‬
‫(‪ )21‬و َعلَْي َها و َعلَى الْ ُفل ِ‬
‫ْك َُتْ َملُو َن (‪)22‬‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫‪17. Dan sungguh, Kami telah menciptakan tujuh lapis langit di atasmu, dan‬‬
‫‪Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (kami).‬‬
III | MENJADI MUSLIM YANG SEHAT

18. Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran, lalu Kami
jadikan air itu menetap di bumi, dan pasti Kami berkuasa melenyapkannya.
19. Lalu dengan (air) itu, Kami tumbuhkan untukmu kebun-kebun kurma dan
anggur; di sana kamu memperoleh buah-buahan yang banyak dan
sebagian dari (buah-buahan) itu kamu makan,
20. Dan (Kami tumbuhkan) pohon (zaitun) yang tumbuh dari gunung Sinai,
yang menghasilkan minyak, dan bahan pembangkit selera bagi orang-
orang yang makan.
21. Dan sungguh, pada hewan-hewan ternak terdapat suatu pelajaran bagimu.
Kami memberi minum kamu dari (air susu) yang ada dalam perutnya], dan
padanya juga terdapat banyak manfaat untukmu, dan sebagian darinya
kamu makan,
22. Dan di atas punggung hewan ternak, dan (juga) di atas kapal-kapal kamu
diangkut.

ِِ ْ ‫َولَ َق ْد َخلَ ْقنَا فَ ْوقَ ُك ْم َس ْب َع طََرائِ َق َوَما ُكنَّا َع ِن‬


َ ‫اْلَل ِْق غَافل‬
‫ني‬
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan (tujuh
buah langit); dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami). (Al-
Mukminun: 17)

Setelah Allah Swt. menyebutkan tentang kejadian manusia, lalu


mengiringi-nya dengan sebutan penciptaan tujuh lapis langit. Dan banyak di
dalam Al-Quran Allah Swt. menyebutkan tentang penciptaan langit dan bumi
dikaitkan dengan penciptaan manusia. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain
melalui firman-Nya:

ِ ‫ض أَ ْك َْبُ ِم ْن َخل ِْق الن‬


‫َّاس‬ ِ ‫اِلر‬ ِ َّ ‫ْق‬
ْ ‫الس َم َاوات َو‬ ُ ‫َْلَل‬
Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan
manusia. (Al-Ghafir: 57)

Hal yang sama disebutkan pula dalam permulaan surat As-Sajdah yang
dibaca oleh Rasulullah Saw. pada pagi hari jumat, pada permulaannya
disebutkan penciptaan langit dan bumi. Kemudian dijelaskan tentang penciptaan

32
III | MENJADI MUSLIM YANG SEHAT

manusia yang berasal dari saripati yang berasal dari tanah liat, sebagaimana
disebutkan pula di dalam surat As-Sajdah itu tentang hari berbangkit dan
masalah-masalah penting lainnya.

Firman Allah Swt.:

‫َس ْب َع طََرائِ َق‬


tujuh buah jalan. (Al Mu’minun: 17)

Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud adalah tujuh lapis langit. Ayat
ini sama dengan ayat lain yang mengatakan:

‫ض َوَم ْن فِي ِه َّن‬


ُ ‫اِلر‬
ْ ‫الس ْب ُع َو‬
َّ ‫ات‬ َّ ُ‫سبِ ُح لَه‬
ُ ‫الس َم َاو‬ َ ُ‫ت‬
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada
Allah. (Al-Isra: 44)

‫ات ِطبَاقًا‬
ٍ ‫اَّلل سبع َُسَاو‬
َ َ ْ َ َُّ ‫ف َخلَ َق‬
َ ‫أَََلْ تَ َرْوا َك ْي‬
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit
bertingkat-tingkat? (Nuh: 15)

Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:

َّ ‫َن‬
‫اَّللَ َعلَى‬ َّ ‫اِلم ُر بَ ْي نَ ُه َّن لِتَ ْعلَ ُموا أ‬
ْ ‫نزل‬ُ َ‫ض ِمثْ لَ ُه َّن يَت‬ ِ ٍ ِ َّ
ْ ‫اَّللُ الَّذي َخلَ َق َس ْب َع َُسَ َاوات َوم َن‬
ِ ‫اِلر‬
‫ط بِ ُك ِل َش ْي ٍء ِعل ًْما‬
َ ‫َحا‬ َّ ‫َن‬
َ ‫اَّللَ قَ ْد أ‬ َّ ‫ُك ِل َشي ٍء قَ ِد ٌير َوأ‬
ْ
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pada bumi. Perintah
Allah berlaku padanya, agar kalian mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas
segala sesuatu, dan sesungguh-nya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala
sesuatu. (Ath-Thalaq: 12)

Demikian pula dalam ayat berikut ini disebutkan dalam firman-Nya:

ِِ ْ ‫َولَ َق ْد َخلَ ْقنَا فَ ْوقَ ُك ْم َس ْب َع طََرائِ َق َوَما ُكنَّا َع ِن‬


َ ‫اْلَل ِْق غَافل‬
‫ني‬

33
III | MENJADI MUSLIM YANG SEHAT

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kalian tujuh jalan (tujuh
buah langit), dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami). (Al Mu’minun:
17)

Jalan-jalan itu jugalah (menurut Thabathaba’i) yang dilalui oleh amal-amal


dalam perjalanannya naik menuju hadirat Ilahi, dan yang dilalui oleh malaikat
dalam perjalanan mereka turun atau naik.26

“Kepada-Nya-lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang


saleh dinaikkan-Nya” (QS. Fathir [35]: 10).
Dia berfirman juga menginformasikan ucapan malaikat bahwa:

Dan tidaklah kami turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu” (QS. Maryam
[19]: 64).

Dengan memahaminya demikian (tulis Thabathaba’i) bertemu awal ayat di


atas dengan akhirnya yang menyatakan: Dan Kami terhadap ciptaan tidaklah
lengah. Dalam arti bahwa Allah swt. selalu mengawasi makhlukNya, bahkan
ketujuh jalan tersebut terbentang antara Allah dan mereka, yang dilalui oleh para
malaikat naik dan turun, dan juga melalui jalan-jalan itu perintah Allah turun dan
amal perbuatan manusia yang baik naik.

Kata fauqakum/di atas kamu memberi kesan bahwa ia hendaknya menjadi


perhatian manusia, dan bahwa Allah yang menciptakan Mahakuasa untuk
menjatuhkan sanksi atas para pembangkang. Ibn ‘Asyur, yang memahami kata
thara’iq seperti yang telah penulis kemukakan di atas, berpendapat bahwa kata
fauqakum/di atas kamu mengisyaratkan anugerah Allah swt. Karena, keberadaan
benda-benda angkasa itu dan tempat-tempat edarnya di atas manusia,
memudahkan untuk dimanfaatkan, antara lain menyangkut penentuan waktu, dan

26
Alamah Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Qur’an, Penerjemah Ahsin
Muhammad, Cet 1, 2006, Jakarta: Al-Huda.

34
III | MENJADI MUSLIM YANG SEHAT

karena itulah tulisnya penutup ayat di atas menyatakan: Dan Kami terhadap
ciptaan tidaklah lengah.27

Yakni Allah mengetahui segala sesuatu yang masuk ke dalam bumi dan
yang keluar darinya, dan mengetahui apa yang turun dari langit dan apa yang
naik ke atasnya. Dia selalu bersama kalian di mana pun kalian berada, dan Allah
Maha Mengetahui semua yang kalian kerjakan. Dia Yang Mahasuci, tiada
terhalang dari pengetahuan-Nya tingginya langit dan tebalnya bumi, juga
besarnya gunung, melainkan Dia mengetahui semua yang terdapat di dalamnya.
Tiada suatu laut pun, melainkan Dia mengetahui segala sesuatu yang ada di
dasarnya. Dia mengetahui semua bilangan makhluk yang ada di gunung-gunung,
lereng-lereng, padang-padang pasir, lautan, hutan-hutan, dan rimba belantara.28

ٍ ِ‫ْب َوَّل ََيب‬


‫س إَِّل ِِف‬ ِ ٍ ٍ ِ ُ ‫وما تَس ُق‬
ٍ ‫ض َوَّل َرط‬ ْ ‫ط م ْن َوَرقَة إَِّل يَ ْعلَ ُم َها َوَّل َحبَّة ِِف ظُلُ َمات‬
ِ ‫اِلر‬ ْ ََ
ٍ َ‫كِت‬
ٍ ِ‫اب ُمب‬
‫ني‬
dan tiada sehelai daun pun yang gugur, melainkan Dia me-ngetahuinya (pula);
dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang
basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh
Mahfuz) (Al-An'am: 59)

(Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kalian tujuh buah jalan)
yakni tujuh langit; lafal Tharaaiq ini adalah bentuk jamak dari lafal Thariiqah,
dikatakan demikian karena ia adalah jalan-jalan bagi para Malaikat (dan tidaklah
Kami terhadap makhluk) yang berada di bawah tujuh langit itu (melupakannya)
dengan membiarkan langit itu runtuh menimpa mereka, sehingga mereka binasa
semuanya, akan tetapi Kami menahannya supaya jangan runtuh; sebagaimana

27
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Cet 1, 2002, Jakarta: Lentera Hati.
28
Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu
Katsir, Cet 1, 1414 H, Mesir: Mu’assah Daar Al-Hilal Kairo.

35
III | MENJADI MUSLIM YANG SEHAT

yang telah disebutkan dalam firman-Nya yang lain, yaitu, "Dan Dia menahan
(benda-benda) langit jatuh ke bumi." (Q.S. Al-Hajj, 65).29

Allah SWT memberikan panduan kepada hamba-hambaNya dalam segala


aspek kehidupan, salah satunya adalah cara hidup sehat dengan mengkonsumsi
asupan yang sehat pula, makanan halalan thoyyiban, yag diwujudkan untuk
kesehatan, rohani dan jasmani. Allah memberikan resep kepada hambanya
dengan 7 jalan resep ‫ َسْب َع طََرائِ َق‬asupan hidup sehat dan barokah, yakni 7 Sehat yang

sempurna.

Allah Swt. menyebutkan tentang nikmat-nikmat-Nya yang telah Dia


limpah-kan kepada hamba-hamba-Nya. Nikmat-nikmat tersebut tiada terbilang
dan tidak terhitung, antara lain ialah menurunkan hujan dari langit dengan
takaran tertentu sesuai dengan kebutuhan, tidak terlalu banyak yang akibatnya
dapat merusak tanah dan bangunan, dan tidak terlalu sedikit yang akibatnya tidak
mencukupi buat tanam-tanaman dan pohon-pohon yang berbuah, melainkan
menurut suatu ukuran sesuai dengan kebutuhan-nya, baik untuk pengairan, untuk
minum maupun untuk manfaat lainnya.

Tanah-tanah yang memerlukan air itu banyak karena banyak tanamannya,


tetapi tanah-tanah tersebut tidak dapat menampung air hujan karena terdiri atas
padang pasir. Maka air didatangkan kepadanya dari negeri lain, seperti yang
terjadi di negeri Mesir. Menurut kisahnya, tanah mesir dahulunya adalah tanah

29
As-Suyuti Jalaluddin Abd. Rahman. 2003. Tafsir Jalalain, Cet. 1. Beirut: Darul
Kutub al-amaliyah.

36
III | MENJADI MUSLIM YANG SEHAT

yang tandus. Allah mengalirkan kepadanya Sungai Nil yang membawa lumpur
merah yang hanyut bersama alirannya dari negeri Habsyah di musim
penghujannya. Maka air datang dengan membawa tanah merah dan menyirami
negeri Mesir, sedangkan tanah merah itu menetap di negeri Mesir pada
kedua.tepinya, sehingga tanah mesir menjadi subur dan dapat ditanami oleh
penduduknya, karena se-sungguhnya sebagian besar tanah Mesir terdiri atas
pasir. Mahasuci Allah Yang Mahalembut, Mahawaspada, Maha Penyayang lagi
Maha Pemaaf.30

Firman Allah Swt.:

‫ض‬ ْ ‫َس َكنَّاهُ ِِف‬


ِ ‫اِلر‬ ْ ‫فَأ‬
lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi. (Al Mu’minun: 18)

Artinya, Kami jadikan air itu bila telah diturunkan dari awan menetap di
bumi dan Kami jadikan bumi dapat menerimanya dan menyerapnya sehingga
semua bebijian dan bibit-bibit yang ada padanya dapat beroleh makanan dari air
itu.

Firman Allah Swt.:

ِ ‫اب بِ ِه لََق‬
‫اد ُرو َن‬ ٍ ‫َوإِ ََّن َعلَى ذَ َه‬
dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkan-nya. (Al
Mu’minun: 18)

Yakni seandainya Kami menghendaki bahwa langit tidak menurunkan


hujan, tentulah Kami dapat melakukannya. Seandainya Kami bermaksud
menimpakan musibah, tentulah Kami dapat melakukannya, yaitu dengan
memalingkan air hujan dari kalian dan mengarahkannya ke tempat-tempat yang

30
Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu
Katsir, Cet 1, 1414 H, Mesir: Mu’assah Daar Al-Hilal Kairo.

37
III | MENJADI MUSLIM YANG SEHAT

tandus, hutan belantara, dan tempat-tempat lainnya yang tak berpenghuni. Dan
seandainya Kami menghendaki, tentulah Kami dapat mengubah rasanya menjadi
asin sehingga tidak dapat diminum dan tidak dapat dijadikan pengairan, dan
Kami dapat melakukannya. Seandainya Kami menghendaki tidak sekali-kali air
hujan di turunkan ke bumi melainkan menggenang di permukaannya, tentulah
Kami dapat melakukannya. Dan seandainya Kami menghendakinya tidak sekali-
kali turun ke bumi melainkan masuk ke dalam perut bumi sampai jarak yang
tidak terjangkau oleh kalian sehingga kalian tidak dapat memanfaatkannya,
tentulah Kami dapat melakukannya. Tetapi berkat kelembutan dan rahmat Allah,
Dia menurunkan air hujan dari langit berupa air yang tawar, menyegarkan, dan
mudah diminum. Lalu Dia menempatkannya di bumi dan mengalirkannya
menjadi sumber-sumber air yang pada akhirnya terbentuklah mata air-mata air
dan sungai-sungai yang mengalir, sehingga dapat dijadikan sebagai pengairan
tanam-tanaman dan pohon-pohonan yang berbuah. Dari air itu kalian minum,
demikian pula hewan ternak serta hewan peliharaan kalian; kalian mandi,
bersuci, dan membersihkan diri dengan air tersebut. Akhirnya segala puji bagi
Allah atas semua karunia-Nya.31

(Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran) berdasarkan
kecukupan mereka (lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya
Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya) jika demikian mereka pasti akan
mati bersama dengan hewan ternak mereka karena kehausan. 32

Allah memberikan air mineral kepada hambanya sebagai asupan sehat


pertama sebab tubuh manusia sendiri 70% didalamnya adalah darah yang cair

31
Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu
Katsir, Cet 1, 1414 H, Mesir: Mu’assah Daar Al-Hilal Kairo.
32
As-Suyuti Jalaluddin Abd. Rahman. 2003. Tafsir Jalalain, Cet. 1. Beirut: Darul
Kutub al-amaliyah

38
III | MENJADI MUSLIM YANG SEHAT

‫ض‬ ْ ‫َس َكنَّاهُ ِِف‬


ِ ‫اِلر‬ ْ ‫فَأ‬. Sehingga sebelum kita mengkonsumsi makanan yang didahulikan
adalah minum air untuk membersihkan kerongkongan hingga pencernaan usus.
Dengan asupan air mineral sepertiga sebelum makan, maka akan membatasi
perut untuk menyediakan duapertiga untuk makanan dan nafas. Ini sebagai
petunjuk dari lafadz ‫اء بَِق َد ٍر‬
ً ‫ َم‬agar mengkonsumsi makanan secukupnya
(menghindari kekenyangan), mencegah dari nafsu makan yang berlebihan agar
perut duapertiganya tidak hanya dipenuhi dengan makanan sehinnga air yang
sudah terisi diperut bertugas sebagai penopangnya.

Firman Allah Swt.:

‫اب‬ ٍ ‫َّات ِم ْن ََِن‬


ٍ َ‫يل َوأَ ْعن‬ ٍ ‫شأ ََْن لَ ُكم بِ ِه جن‬
َ ْ َ ْ‫فَأَن‬
Lalu dengan air itu Kami tumbuhkan untuk kalian kebun-kebun kurma dan
anggur. (Al Mu’minun: 19)

Maksudnya, Kami keluarkan bagi kalian melalui air hujan yang Kami
turunkan dari langit ke kebun-kebun dan taman-taman.

‫ات َِبْ َج ٍة‬


َ ‫َح َدائِ َق َذ‬
yang berpemandangan indah. (An-Naml: 60)

Yaitu sangat indah dipandang mata.

Firman Allah Swt.:

ٍ ‫ِم ْن ََِن‬
ٍ َ‫يل َوأَ ْعن‬
‫اب‬
kurma dan anggur. (Al Mu’minun: 19)

Yakni di dalam kebun-kebun itu terdapat pohon kurma dan pohon anggur.
Hal ini berdasarkan kondisi geografi yang adadi negeri Hijaz, dan tidak ada
bedanya pula dengan yang terjadi di kawasan lainnya; semua buah-buahan yang

39
III | MENJADI MUSLIM YANG SEHAT

ada pada mereka termasuk sebagian dan nikmat Allah yang membuat mereka
tidak mampu mensyukurinya dengan syukur yang sebenar-benarnya.

Firman Allah Swt.:

ٌ‫رية‬ِ ِ ِ
َ ‫لَ ُك ْم ف َيها فَ َواكهُ َكث‬
di dalam kebun-kebun itu kalian peroleh buah-buahan yang banyak. (Al
Mu’minun: 19)

Yaitu dari semua buah-buahannya. Ayat ini semakna dengan apa yang
disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

ِ ‫َّخيل واِل ْعنَاب وِمن ُك ِل الثَّمر‬


‫ات‬ ِ َّ ‫ت لَ ُك ْم بِ ِه‬
ُ ِ‫يُ ْنب‬
ََ ْ َ َ َ َ ‫الزيْتُو َن َوالن‬
َّ ‫ع َو‬
َ ‫الزْر‬
Dia menumbuhkan bagi kalian dengan air hujan itu tanam-tanaman, zaitun,
kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. (An-Nahl: 11)

Adapun firman Allah Swt.:

‫َوِم ْن َها ََتْ ُكلُو َن‬


dan sebagian buah-buahan itu kalian makan. (Al Mu’minun: 19)

Seakan-akan kalimat ini di-ataf-kan kepada sesuatu yang diperkirakan


keberadaannya. Bentuk lengkapnya seakan-akan dikatakan, Kalian dapat
memandang keindahan dan kemasakannya dan sebagiannya kalian makan."

(Lalu dengan air itu, Kami tumbuhkan untuk kalian kebun-kebun kurma
dan anggur) kedua jenis buah-buahan ini kebanyakan terdapat di negeri Arab (di
dalam kebun-kebun itu kalian peroleh buah-buahan yang banyak dan sebagian
dari buah-buahan itu kalian makan) di waktu musim panas dan musim dingin. 33

33
As-Suyuti Jalaluddin Abd. Rahman. 2003. Tafsir Jalalain, Cet. 1. Beirut: Darul
Kutub al-amaliyah

40
III | MENJADI MUSLIM YANG SEHAT

Kemudian Allah memberikan resep berikutnya dengan mengkonsumsi


‫ ََِن نيل وأ َْعنَ ن‬terlebih dahulu (makan ringan), yang bertugas sebagai
buah-buahan ‫اب‬ َ
pelumas lambung dan usus, pemanasan agar usus siap bekerja berat setelahnya (
makanan berat; karbohidrat, protein zat besi dan lainnya). Ini sebagai riset ilmiah
dari petunjuk Al-Qur’an yang terungkap, bahwa urutan mengkonsumsi makanan
harus didahului dengan buah sebagai vitamin, bukannya diakhiri sebagai pencuci
mulut. Sebab bila buah dijadikan sebagai pencuci mulut berakibat percepatan
pembusukan seluruh makanan dalam lambung dan usus, sehingga sari-sari
makanan (vitamin, karbohidarat, protein, zat besi dan lainnya yang telah
dikonsumsi semua tidak bisa diserap oleh usus untuk pertumbuhan dan
perkembangan organ tubuh yang dibutuhkan.

Ini menjadi petunjuk tafsir Al-Qur’an yang sesuai dengan sunnah yang
telah diajarkan oleh Rasulullah dalam urutan minum dan makan dalam berbuka
puasa, pertama minum air secukupnya sebagai pelepas dahaga, kedua makan tiga
buah kurma sebagai tenaga untuk sholat maghrib, karena dari riset penelitian
ilmiah membuktikan kandungin kalori kurma yang lebih besar dan lebih baik
dari pada karbohidrat padi dan gandum, kemudian ketiga makan buah dan
keempat sayuran, keduanya sebagai sebagi pelumas dan kedua komponen ini
lebih cepat diserap sari-sarinya oleh lambung dan usus serta kebutuhan vitamin
dan zat besi sebagai asupan pertama yang dibutuhkan dalam tubuh.

Firman Allah Swt.:

ِ ‫و َشجرةً ََتْر‬
َ‫ج م ْن طُوِر َس ْي نَاء‬
ُ ُ ََ َ
dan pohon kayu yang keluar dari Tursina (pohon zaitun). (Al Mu’minun: 20)

Yang dimaksud adalah pohon zaitun, sedangkan tur artinya bukit. Sebagian
ulama mengatakan, sesungguhnya bukit dinamakan tur bila padanya terdapat

41
III | MENJADI MUSLIM YANG SEHAT

pohon-pohonan; tetapi jika tidak ada pohon-pohonan, maka disebut bukit atau
gunung, bukan tur. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui. Tursina ali

as Tur Sinin adalah nama bukit yang padanya Musa diajak bicara langsung
oleh Allah Swt. begitu pula semua bukit yang ada di sekitarnya yang padanya
terdapat pohon zaitun.34

Firman Allah Swt.:

ْ ‫ت ِِبلد‬
‫ُّه ِن‬ ُ ُ‫تَ ْن ب‬
Yang menghasilkan minyak. (Al Mu’minun: 20)

Sebagian ulama mengatakan bahwa huruf ba yang ada dalan lafaz ayat ini
adalah zaidah, bentuk aslinya ialah tanbutudduhna (tanpa memakai ba). Seperti
halnya yang terdapat di dalam ucapan orang-orang Arab, "Alqa Fulanun
Biyadihi," artinya si Fulan memukulkan tangannya, yakni yadahu (tanpa
memakai ba).

Sedangkan menurut pendapat ulama yang mengatakan bahwa ia


mengandung fi'il yang tidak disebutkan, maka bentuk lengkapnya ialah yang
menghasilkan minyak atau yang dapat menghasilkan minyak. Karena itulah
dalam firman selanjutnya disebutkan:

‫ني‬ِِ ِ ِ
َ ‫َوص ْب ٍغ لْلكل‬
dan pelezat makanan bagi orang-orang yang makan. (Al Mu’minun: 20)

Yakni dapat dijadikan lauk pauk, menurut Qatadah.

34
Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu
Katsir, Cet 1, 1414 H, Mesir: Mu’assah Daar Al-Hilal Kairo.

42
III | MENJADI MUSLIM YANG SEHAT

Dengan kata lain, buah zaitun itu mengandung manfaat; darinya dapat
dihasilkan minyak dan juga dapat dijadikan pelezat makanan. Seperti yang
dikatakan oleh Imam Ahmad, bahwa:

ُ ِ‫اُسُهُ َمال‬ ِ َّ ‫ عن عطَ ٍاء‬،‫اَّلل ب ِن ِعيسى‬ ِ ِ ِ


‫ك بْ ُن‬ َ ‫ َع ْن أَِِب‬،ِ‫الشامي‬
ْ ‫ َو‬- ‫أس ْيد‬ َ َْ َ ْ َّ ‫ َع ْن َع ْبد‬،‫َحدَّثَنَا َوكيع‬
َّ ‫ " ُكلُوا‬:‫اَّللُ َعلَيْ ِه َو َسلَّ َم‬
َّ ‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬ َ َ‫ق‬-‫صا ِر ِي‬ ُّ ‫اع ِد‬ِ ‫الس‬
َّ َ‫َربِيعَة‬
‫ت‬َ ْ‫الزي‬ َ ‫اَّلل‬ ُ ‫ال َر ُس‬
َ َ‫ ق‬:‫ال‬ َ ْ‫ي ْاِلَن‬
"‫َّهنُوا بِ ِه؛ فَِإنَّهُ ِم ْن َش َج َرةٍ ُمبَ َارَك ٍة‬
ِ ‫واد‬
َ
telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami
Abdullah ibnu Isa, dari Ata Asy-Syami dari Abu Usaid yang nama aslinya Malik
ibnu Rabi'ah As-Sa'idi Al-Ansari r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Makanlah minyak zaitun dan jadikanlah sebagai minyak,
karena sesungguhnya buah zaitun itu berasal dari pohon yang diberkati.

Abdur Rahman ibnu Humaid mengatakan di dalam kitab musnad dan kitab
tafsirnya:

َِّ ‫ول‬ َّ ‫ َع ْن ُع َم َر؛ أ‬،‫ َع ْن أَبِ ِيه‬،‫َسلَ َم‬ ِ ِ َّ ‫حدَّثَنَا َع ْب ُد‬


‫اَّلل‬ َ ‫َن َر ُس‬ ْ ‫ َع ْن َزيْد بْ ِن أ‬،‫ْبََن َم ْع َمر‬
ََ ‫ أَ ْخ‬،‫الرزَّاق‬ َ
".‫ج ِم ْن َش َج َرةٍ ُمبَ َارَك ٍة‬ ِِ ِ ِ ِ َ َ‫اَّللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
ُ ‫ فَِإنَّهُ َيُْر‬،‫ "ائْ تَد ُموا ِِب َّلزيْت َوادَّهنُوا به‬:‫ال‬ َّ ‫صلَّى‬
َ
telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami
Ma'mar, dari Zaid ibnu Aslam, dari ayahnya, dari Umar, bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Jadikanlah zaitun sebagai lauk pauk dan berminyaklah
dengannya, karena sesungguhnya buah zaitun itu berasal dari pohon yang
diberkati.

Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah telah meriwayatkannya melalui


berbagai jalur dari Abdur Razzaq. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini
tidak dikenal melainkan hanya melaluinya, sedangkan dia (Mudtarib) dalam
periwayatannya adakalanya menyebut Umar dalam sanadnya, adakalanya tidak
menyebutkannya.

Abul Qasim At-Tabrani mengatakan telah menceritakan kepada kami


Abdullah ibnu Ahmad ibnu Hambal, telah menceritakan kepada kami ayahku,

43
III | MENJADI MUSLIM YANG SEHAT

telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, telah menceritakan


kepadaku As-Sa'b ibnu Hakim ibnu Syarik ibnu Namilah, dari ayahnya, dari
kakeknya yang menceritakan bahwa ia bertamu kepada Umar ibnul Khattab r.a.
di malam 'Asyura. Maka Umar menjamunya dengan masakan kepala unta yang
sudah dingin dan juga minyak zaitun. Lalu Umar berkata, "Inilah minyak yang
diberkati yang telah disebutkan di dalam firman Allah kepada Nabi-Nya."

(Dan) Kami tumbuhkan pula (pohon kayu yang asal tumbuhnya dari
Thursina) dapat dibaca Sina dan Saina dengan tidak menerima Tanwin karena
menjadi 'Alamiyah, artinya nama sebuah bukit. Jika tidak menerima tanwin
karena Illat Ta'nits, maka berarti nama suatu lembah (yang menghasilkan) dapat
dibaca Tunbitu dan Tanbutu (minyak) bila menurut bacaan Tunbitu maka huruf
Ba dianggap huruf Zaidah, bila menurut bacaan yang kedua yaitu Tanbutu maka
huruf Ba dianggap sebagai huruf Ta'diyah yang menggandengkan Fi'il dengan
Maf'ul; pohon yang dimaksud adalah pohon Zaitun (dan sebagai penyedap bagi
orang-orang yang makan) lafal ini di'athafkan kepada lafal Bid Duhni, sehingga
dibaca Wa Shibghin Lil Aakiliina. Artinya, sebagai penyedap suapan yang
dicelupkan kepadanya kemudian dimakan, yang dimaksud adalah minyak Zaitun
tersebut.35

Kemudian Allah memberiakan resep makanan yang kelima ‫ َش َجَرة‬konteksnya

adalah sesuatu yang tumbuh dari bumi bisa diimplikasikan mengkonsumsi

ْ ‫ ِِبلد‬berarti minyak
protein nabati seperti tahu dan tempe. Kemudian term ‫ُّهن‬

konteksnya adalah lemak pun dibutuhkan dalam tubuh sebagai sumber energi
utama selain protein dan karbohidrat yang dibutuhkan bagi tubuh manusia.
Lemak berasal dari makanan yang dikonsumsi setiap harinya. Fungsi lemak salah

35
As-Suyuti Jalaluddin Abd. Rahman. 2003. Tafsir Jalalain, Cet. 1. Beirut: Darul
Kutub al-amaliyah

44
III | MENJADI MUSLIM YANG SEHAT

satunya sebagai pelindung tubuh dari benturan dan pelarut vitamin yang hanya
bisa diserap melalui lemak.

Firman Allah.Swt.:

‫ريةٌ َوِم ْن َها ََتْ ُكلُو َن‬ِ ِ ِ ِ ِ ِ


َ ‫ْبةً نُ ْسقي ُك ْم ِمَّا ِِف بُطُوُنَا َولَ ُك ْم ف َيها َمنَاف ُع َكث‬
ِ ِ ِ
َ ْ ‫َوإ َّن لَ ُك ْم ِِف اِلنْ َعام لَع‬
ِ ‫و َعلَْي َها و َعلَى الْ ُفل‬
‫ْك َُتْ َملُو َن‬ َ َ
Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat
pelajaran yang penting bagi kalian, Kami memberi minum kalian dari air susu
yang ada dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang ternak itu terdapat
faedah yang banyak untuk kalian, dan sebagian dari kalian makan, dan di atas
punggung binatang-binatang ternak itu dan (juga) di atas perahu-perahu kalian
diangkut. (Al Mu’minun: 21-22)

Allah Swt. menyebutkan berbagai manfaat yang Dia jadikan pada binatang
ternak buat manusia, bahwa mereka dapat minum dari air susunya yang
dikeluarkan di antara tahi dan darah, mereka dapat makan dari dagingnya, dapat
memakai pakaian dari bulunya, serta menaiki punggungnya dan membawa
muatannya ke atas punggungnya menuju negeri yang jauh dari tempat tinggal
mereka. Hal ini disebutkan pula dalam ayat lain melalui firman-Nya:

ِ ٌ ‫س إِ َّن ربَّ ُكم لَرء‬ ِ ِ ِ ِ ِِ ٍ ِ ِ


‫يم‬
ٌ ‫وف َرح‬ُ َ ْ َ ِ ‫َوََتْم ُل أَثْ َقالَ ُك ْم إ ََل بَلَد ََلْ تَ ُكونُوا َِبلغيه إَّل بش ِق اِلنْ ُف‬
Dan ia memikul beban-beban kalian ke suatu negeri yang kalian tidak sanggup
sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang
memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhan kalian benar-benar Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang, (An-Nahl: 7)

Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:

ُ ‫اها ََلُ ْم فَ ِم ْن َها َرُك‬ ِ ِ ْ َ‫أَوََل ي روا أ َََّن َخلَ ْقنَا ََلم ِِمَّا َع ِمل‬
‫وِبُ ْم‬ َ َ‫ َوذَلَّلْن‬.‫ت أَيْدينَا أَنْ َع ًاما فَ ُه ْم ََلَا َمال ُكو َن‬ ُْ ْ ََ ْ َ
‫ب أَفََل يَ ْش ُك ُرو َن‬ ُ ‫شا ِر‬َ ‫ َوََلُ ْم ف َيها َمنَاف ُع َوَم‬.‫َوِم ْن َها ََيْ ُكلُو َن‬
ِ ِ
Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan
binatang ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan

45
III | MENJADI MUSLIM YANG SEHAT

dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya? Dan Kami


tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka, maka sebagiannya menjadi
tunggangan mereka dan sebagiannya mereka makan. Dan mereka memperoleh
padanya manfaat-manfaat dan minuman. Maka mengapakah mereka tidak
bersyukur. (Yasin: 71-73)

Resep yang keenam Allah memerintahkan untuk mengkonsumsi daging


hewan sebagai protein hewani yang lebih kompleks kandungan gizinya dalam
proses pertumbuhan tubuh dan kecerdasan otak. Dan terkhir yang ketujuh sebagi
penyempurna Allah meberikan banyak manfaat yang dapat diambil dari segala
organ tubuh hewan yang halal dikonsumsi, walaupun di bagian organ yang kotor
pada hewan sekalipun, yaitu susu. Susu sebagai pengganti dari segala makanan
dan minuman (mineral) yang dibutuhkan oleh tubuh segala vitamin, protein,
karbohidrat, lemak, zat besi, kalsium dan seluruh komponen mineral ada pada
susu, sebagai tanda dari kekuasaan Allah.

Sehingga inilah sebagai 7 komponen 7 sehat 7 sempurna yang harus ‫ُُْت َملُون‬

ِ ‫ ) و َعلَي ها و َعلَى الْ ُف ْل‬sebagai petunjuk yang diangkut adalah


dibawa atau dikonsumsi ( ‫ك‬ َ َْ َ
hewan yang halal ditunggangi adalah hewan yang halal dikonsumsi, konteksnya
adalah semua 7 makanan minuman yang halalan thoyyiban yang telah disebutkan
sebelumnya) oleh manusia pada dirinya untuk menjadi pribadi yang sehat dan
kuat dalam segi rohani dan jasmani untuk beribadah kepada Allah dalam term
ayat ‫سْب َع طََرائِ َق‬.
َ

46
‫‪4‬‬
‫‪N A B I N U H D A N K A U M N YA‬‬

‫)‪(QS. AL-MUKMINUN: 22-30‬‬


‫”‪“Muhammad Iqbal as-Surur‬‬

‫ال ََيقَ ْوِم ا ْعبُ ُدوا َّ‬


‫اَّللَ َما لَ ُك ْم ِم ْن إِلَ ٍه غَ ْريُهُ أَفَ ََل‬ ‫وحا إِ ََل قَ ْوِم ِه فَ َق َ‬
‫َولََق ْد أ َْر َسلْنَا نُ ً‬

‫ش ٌر ِمثْ لُ ُك ْم يُ ِري ُد‬


‫ين َك َف ُروا ِم ْن قَ ْوِم ِه َما َه َذا إََِّّل بَ َ‬ ‫َّ ِ‬
‫ال ال َْم ََلُ الذ َ‬
‫تَتَّ ُقو َن (‪ )23‬فَ َق َ‬
‫ِ‬
‫آِبئِنَا ْاِل ََّول َ‬
‫ني‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫اَّللُ َِلَنْ َز َل َم ََلئ َكةً َما َُس ْعنَا ِبَ َذا ِِف َ‬
‫اء َّ‬ ‫أَ ْن يَتَ َفض َ‬
‫َّل َعلَْي ُك ْم َولَ ْو َش َ‬
‫ص ْرِن‬ ‫ال َر ِ‬
‫ب انْ ُ‬ ‫صوا بِ ِه َح ََّّت ِح ٍ‬
‫ني (‪ )25‬قَ َ‬ ‫َتبَّ ُ‬
‫ِ ِ‬
‫(‪ )24‬إِ ْن ُه َو إََِّّل َر ُج ٌل بِه جنَّةٌ فَ ََ‬
‫ِ ِ‬ ‫اصنَ ِع الْ ُفل َ ِ‬ ‫ون (‪ )26‬فَأَوح ْي نَا إِلَْي ِه أ ِ‬
‫ِِبَا َك َّذب ِ‬
‫ْك ِِبَ ْعيُننَا َوَو ْحينَا فَإ َذا َج َ‬
‫اء أ َْم ُرََن‬ ‫َن ْ‬ ‫َْ‬ ‫ُ‬

‫ك إََِّّل َم ْن َسبَ َق َعلَْي ِه الْ َق ْو ُل‬


‫ني َوأ َْهلَ َ‬ ‫ك فِ َيها ِم ْن ُك ٍل َزْو َج ْ ِ‬
‫ني اثْنَ ْ ِ‬ ‫اسلُ ْ‬
‫ُّور فَ ْ‬
‫َوفَ َار التَّ ن ُ‬
‫َّ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ت أَنْ َ‬
‫ت َوَم ْن‬ ‫ين ظَلَ ُموا إِ َُّنُ ْم ُمغْ َرقُو َن (‪ )27‬فَِإذَا ْ‬
‫استَ َويْ َ‬ ‫م ْن ُه ْم َوََّل َُتَاط ْب ِِن ِِف الذ َ‬
IV | NABI NUH DAN KAUMNYA

ِ ِ ِ ‫َّلل الَّ ِذي ََن‬


َِِّ ‫ْك فَ ُق ِل ا َْلم ُد‬
ِ ‫ك َعلَى الْ ُفل‬
َ ‫َّاَن م َن الْ َق ْوم الظَّال ِم‬
‫) َوقُ ْل‬28( ‫ني‬ َ َْ َ ‫َم َع‬
ٍ ‫ك َآلَي‬
‫ت َوإِ ْن ُكنَّا‬ ِ ِ
َ َ ‫) إِ َّن ِِف َذل‬29( ‫ني‬
َ ‫ت َخ ْريُ ال ُْم ْن ِزل‬ ِ ‫َر‬
َ ْ‫ب أَنْ ِزل ِِْن ُم ْن َزًَّل ُمبَ َارًكا َوأَن‬

)30( ‫ني‬ ِ
َ ‫لَ ُم ْب تَل‬
23. “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia
berkata: "Hai kaumku, sembahlah oleh kamu Allah, (karena) sekali-kali
tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa
(kepada-Nya)?"
24. Maka pemuka-pemuka orang yang kafir di antara kaumnya menjawab:
"Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, yang bermaksud
hendak menjadi seorang yang lebih tinggi dari kamu. Dan kalau Allah
menghendaki, tentu Dia mengutus beberapa orang malaikat. Belum pernah
kami mendengar (seruan yang seperti) ini pada masa nenek moyang kami
yang dahulu.
25. “la tidak lain hanyalah seorang laki-laki yang berpenyakit gila, maka
tunggulah (sabarlah) terhadapnya sampai suatu waktu".
26. Nuh berdoa: "Ya Tuhanku, tolonglah aku, karena mereka mendustakan
aku".
27. Lalu Kami wahyukan kepadanya: "Buatlah bahtera di bawah penilikan dan
petunjuk Kami, maka apabila perintah Kami telah datang dan tanur telah
memancarkan air, maka masukkanlah ke dalam bahtera itu sepasang dari
tiap-tiap (jenis), dan (juga) keluargamu, kecuali orang yang telah lebih
dahulu ditetapkan (akan ditimpa azab) di antara mereka. Dan janganlah
kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim, karena
sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.
28. Apabila kamu dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas
bahtera itu, maka ucapkanlah: "Segala puji bagi Allah yang telah
menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim".
29. Dan berdoalah: Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang
diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik Yang memberi tempat".
30. Sesungguhnya pada (kejadian) itu benar-benar terdapat beberapa tanda
(kebesaran Allah), dan sesungguhnya Kami menimpakan azab (kepada
kaum Nuh itu).

Pada ayat-ayat sebelumnya Allah Swt membahas tentang nikmat-nikmat


dan anugrah yang Allah berikan, mulai dari turunnya air hujan, hewan-hewan

48
IV | NABI NUH DAN KAUMNYA

ternak yang dapat memberikan banyak manfaat dan hal ini menjadi sebuah dalil
tauhid pada nikmat dan karunia Allah Swt kemudian pada ayat selanjutnya Allah
Swt menjelaskan tentan kisah nabi Nuh As. dan kaumnya yang mengabaikan
ketauhidan Allah Swt

‫ريهُ ۖ أَفَ ََل تَتَّ ُقو َن‬ ٍ ِٰ ِ َّ ‫ال ََي قَ ْوِم ا ْعبُ ُدوا‬
ُ ْ َ‫اَّللَ َما لَ ُك ْم م ْن إلَه غ‬ َ ‫وحا إِ َ َٰل قَ ْوِم ِه فَ َق‬
ً ُ‫َولَ َق ْد أ َْر َسلْنَا ن‬
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia berkata:
"Hai kaumku, sembahlah oleh kamu Allah, (karena) sekali-kali tidak ada Tuhan
bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?" (Qs.
Al-Mukminun: 23)

Allah Swt menerangkan dalam ayat ini tentang utusan yang bernama Nuh
As. yang menyeru kepada kaumnya agar tidak menyembah selain kepada Allah
Swt. Tidak ada yang berhak disembah melainkan Allah Swt. Hujan tidak akan
turun, buah-buahan tidak aka keluar dari pohonnya, hewan-hewan tidak akan
memberikan manfaat, melainkan atas izin dan kuasa Allah Swt. Tidak ada yang
bisa menyelamatkan dan membinasakan seseoarang melainkan Allah Swt. maka
dari itu tidakkah kita bertaqwa kepada Allah Swt?!

Maka dengan adanya nikmat-nikmat yang telah Allah berikan kepada kita,
baik yang kita minta ataupun tidak. Agar kita bertakwa kepada Allah Swt,
mengikuti apa-apa yang diperintahkan dan menjauhi apa-apa yang dilarang.

49
IV | NABI NUH DAN KAUMNYA

ِ َ ‫ال الْم ََلُ الَّ ِذين َك َفروا ِمن قَوِم ِه ما ٰه َذا إََِّّل ب‬
َ ‫ش ٌر مثْ لُ ُك ْم يُ ِري ُد أَ ْن يَتَ َفض‬
‫َّل َعلَْي ُك ْم َول َْو‬ َ َ َ ْ ْ ُ َ َ َ ‫فَ َق‬
ِ ِ ‫اَّلل َِلَنْ ز َل م ََلئِ َكةً ما َُِس ْعنَا ِِبٰ َذا ِِف‬
‫ني‬
َ ‫آِبئنَا ْاِل ََّول‬
َ َ َ َ َ َُّ ‫اء‬ َ ‫َش‬
Maka pemuka-pemuka orang yang kafir di antara kaumnya menjawab: "Orang
ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, yang bermaksud hendak menjadi
seorang yang lebih tinggi dari kamu. Dan kalau Allah menghendaki, tentu Dia
mengutus beberapa orang malaikat. Belum pernah kami mendengar (seruan
yang seperti) ini pada masa nenek moyang kami yang dahulu. (Qs. Al-
mukminun: 24)

Para pembesar-pembesar dari kaum nabi Nuh As. sepakat untuk kufur atas
nabi Nuh As. mereka tidak setuju dengan nabi Nuh As. sebagai utusan dari Allah
Swt. mereka meremehkan utusan Allah Swt. mereka menuduh nabi Nuh As
bahwasanya dia menginginkan derajat yang lebih tinggi diantara kaumnya serta
dituduh bahwa adanya keinginan untuk memimpin mereka dengan cara
mengaku-ngaku sebagai utusan tuhan.

Kaumnya tidak mempercayai bahwa ada utusan dari Allah Swt dari
kalangan manusia. Mereka berkata: Dan kalau Allah menghendaki, tentu Dia
mengutus beberapa orang malaikat. Belum pernah kami mendengar (seruan yang
seperti) ini pada masa nenek moyang kami yang dahulu. Mereka merasa
sombong dan merasa jauh lebih baik dari pada nabi Nuh As. sehingga mereka
amat sangat meremehkan nabi Nuh As.

Jika kita perhatikan ayat ini, kaum nabi Nuh As. bukan menyalahkan seruan
yang dibawa atau sesuatu yang disampaikan oleh nabi Nuh As. mereka tidak
memperhatikan benar atau salahnya sesuatu yang disampaikan nabi Nuh As.
Akan tetapi mereka meremehkan serta menolak yang membawa risalah itu yaitu
nabi Nuh As. menurut mereka, kalau saja seruan ini benar datangnya dari Allah
Swt, mengapa tidak malaikat saja yang menyampaikan seruan ini. Ini semua
menunjukkan bahwa mereka mempunyai sifat sombong karena merasa lebih baik
dari pada nabi Nuh As.

50
IV | NABI NUH DAN KAUMNYA

Dari ayat diatas dapat kita ambil pelajaran bahwasanya dianjurkan bagi kita
untuk mendengarkan dan mematuhi segala perkataan yang baik, bukan melihat
dari sapa yang perkataan itu keluar. Selama perkataan itu baik maka ikutilah
walaupun keluar dari pada orang yang tidak dikagumi, dan jika perkataan itu
tidak baik maka jauhilah walaupun perkataan tersebut keluar dari orang yang
dikagumi.

ٍ ‫َّت ِح‬
‫ني‬ ٰ َّ ‫صوا بِ ِه َح‬ ِ ِِ
ََ َ‫إِ ْن ُه َو إََِّّل َر ُج ٌل به جنَّةٌ ف‬
ُ َّ‫َتب‬
“la tidak lain hanyalah seorang laki-laki yang berpenyakit gila, maka tunggulah
(sabarlah) terhadapnya sampai suatu waktu".(Qs. Al-Mukminun: 25)

Bukan hanya saja mereka menolak nabi Nuh As. akan tetapi mereka
menganggap nabi Nuh sebagai orang yang gila atau orang yang tertutup akalnya
yang menginginkan perubahan. Maka tunggulah dia mati atau sembuh dari
kegilaannya36.

Dalam ayat ini kita bisa ambil pelajaran tentang dasar-dasar ilmu
masyarakat. Jika suatu masyarakat yang mempunyai kebiasaan atau ideologi
yang salah dan kesalahan itu sudah menjadi satu-kesatuan dengan masyarakat
tersebut, kemudian seseoarang yang belum dikenal di masyarakat tersebut
muncul untuk menyampaikna kebenaran, maka penduduk situ akan langsung
menolaknya dan berat menerimanya. Bahkan akan ada tuduhan-tuduhan yang
menyakitkan hati dari penduduk tersebut.

ِ ‫ب انْصرِن ِِبَا َك َّذب‬


‫ون‬ُ ْ ُ ِ ‫ال َر‬
َ َ‫ق‬

36
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2009) Vol. 8, Hal.
355

51
IV | NABI NUH DAN KAUMNYA

Nuh berdoa: "Ya Tuhanku, tolonglah aku, karena mereka mendustakan aku".
(Qs. Al-Mukminun: 26)

Datangnya tuduhan yang bertubi-tubi serta cacian-cacian dari kaumnya


yang menekan nabi Nuh As. akan tetapi nabi Nuh As. tidak membalasnya dengan
cacian ataupun hinaan, Melihat dan mengalami apa yang terjadi pada beliau,
sedangkan nabi Nuh As, sangat yakin bahwa dirinya adalah utusan Allah Swt.
maka, nabi Nuh As. mengadu semuanya kepada Allah Swt dengan meminta
petunjuk dan pertolongan-Nya37.

Maka dari itu, nabi Nuh As kecewa terhadap balasan dari kaumnya, beliau
bersabar atas kaumnya sekitar 950 tahun, akan tetapi yang beriman hanya sedikit
saja, maka beliau berdoa kepada Allah Swt untuk meminta pertolongan Allah
38
Swt dari kamunya dan kehancuran kaumnya karena mendustakannya .
Sebagaimana firman Allah Swt:

ِ َ‫وب فَانْ ت‬
‫ص ْر‬ ٌ ُ‫فَ َدعا َربَّهُ أَِن َمغْل‬
“Maka dia (Nuh) mengadu kepada tuhannya, Sesungguhnya aku telah
dikalahkan, maka tolonglah” (Qs. Al-Qamar: 10).

Dan firman-Nya juga dalam Al-Quran:

ِ ِ ِ ‫ب َّل تَ َذر علَى ْاِلَر‬


ِ ‫و قال نوح َر‬
َ ‫ض م َن الْكاف ِر‬
ً‫ين َد ََّيرا‬ ْ َ ْ
Dan Nuh AS berkata Ya tuhanku, janganlah engkau biarkan seorang pun
diantara orang-orang kafir itu tinggal diatas bumi. (Qs. Nuh: 26)

Dari ayat diatas dapat kita ambil pelajaran bahwasanya jika kita
menginginkan pertolongan maka minta lah pertolongan kepada Allah Swt.
jangan meminta pertolongan kepada selain-Nya seperti dukun, dsb

37
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Singapura: Kertajaya Printing Industries, 2003) Hal.
4782
38
Wahbah Zuhaili, Tafsir Al-Munir, (Dimaskus: Dar Al-Fikar Al-Maasir 1418 H)
Jild. 18 Hal 34

52
IV | NABI NUH DAN KAUMNYA

‫ك فِ َيها ِم ْن‬ ْ ُ‫اسل‬


ْ َ‫ُّور ۙ ف‬
ُ ‫اء أ َْم ُرََن َوفَ َار التَّ ن‬ ِ ِ ِ َ ‫اصنَ ِع الْ ُفل‬
َ ‫ْك ِِبَ ْعيُننَا َوَو ْحينَا فَإذَا َج‬ ْ ‫َن‬ ِ ‫فَأَوحي نَا إِلَي ِه أ‬
ْ َْ ْ
‫ين ظَلَ ُموا ۖ إِ َُّنُ ْم‬ ِ َّ ِ ِ ِ
َ ‫ك إََِّّل َم ْن َسبَ َق َعلَْيه الْ َق ْو ُل م ْن ُه ْم ۖ َوََّل َُتَاط ْب ِِن ِِف الذ‬ ِ ْ َ‫ني اثْ ن‬
َ َ‫ني َوأ َْهل‬ ِ ْ ‫ُك ٍل َزْو َج‬
‫ُم ْغ َرقُو َن‬
Lalu Kami wahyukan kepadanya: "Buatlah bahtera di bawah penilikan dan
petunjuk Kami, maka apabila perintah Kami telah datang dan tanur telah
memancarkan air, maka masukkanlah ke dalam bahtera itu sepasang dari tiap-
tiap (jenis), dan (juga) keluargamu, kecuali orang yang telah lebih dahulu
ditetapkan (akan ditimpa azab) di antara mereka. Dan janganlah kamu
bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim, karena sesungguhnya
mereka itu akan ditenggelamkan. (Qs. Al-Mukminun: 27)

Allah Swt memberikan petunjuk dan arahan agar nabi Nuh As. dan
kaumnya untuk membuat bahtera. Dalam tafsir Al-Azhar bahwasanya konon
nabi Nuh As. membuat bahteranya di tempat yang jauh dari air. Sehingga
bertambah kuatlah tuduhan gila atau kurangnya akan dari para pemuka-pemuka
kaumnya39. Akan tetapi hati nabi Nuh As. tetap teguh dan yakin karena semua
yang belia lakukan adalah perintah Allah Swt.

Nabi Nuh As. membuat bahtera atas petunjuk dan pengawasan Allah Swt.
Allah Swt memberikan petunjuk dalam pembuatan bahtera tersebut serta
mengawasi pembuatannya. Karena pembuatan bahtera atau perahu pada saat itu
belum populer, bahkan belum dikenal. Beliau membuat perahu tersebut sampai
selesai.

Maka persiapkanlah isi ataupun penumpang yang akan masuk ke dalam


perahu tersebut yaitu ahli keluarga nabi Nuh As. yang beriman kepada Allah Swt
dan segala binatang, baik yang jinak atau yang liar, burung-burung yang jinak
dan yang liar, yang jantan dan yang betina. Tatkala air telah memancar dari

39
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Hal. 4783

53
IV | NABI NUH DAN KAUMNYA

bawah bumi dan hujanpun turun dari langit. Maka, semua yang ada didalam
behtera tersebut akan aman dan selamat.

Sedangkan orang-orang yang tidak beriman dari keluarga nabi Nuh As.
seperti anak dan istrinya tidak dapat memasuki bahtera tersebut40. Dan tidak ada
satupun yang dapat menolong mereka. Bahkan, nabi Nuh As. pun tidak dapat
memberikan pertolongannya. Dan mereka yang tidak beriman akan tenggelam.

ِ ِ ِ َ ‫َّلل الَّ ِذي َن‬


َِِّ ‫ْك فَ ُق ِل ا َْلم ُد‬
ِ ‫ك َعلَى الْ ُفل‬
َ ‫ََّاَن م َن الْ َق ْوم الظَّال ِم‬
‫ني‬ َْ َ ‫ت َوَم ْن َم َع‬
َ ْ‫ت أَن‬ ْ ‫فَِإذَا‬
َ ْ‫استَ َوي‬
Apabila kamu dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas bahtera
itu, maka ucapkanlah: "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami
dari orang-orang yang zalim". (Qs. Al-Mukminun: 28)

Ketika nabi Nuh As. beserta orang yang beriman kepada Allah Swt dan
binatang-binatang yang berada di dalam kapal akan selamat. Maka janganlah
lupa bersyukur kepada Allah swt dan mengucapkan: “Segala puji bagi Allah
yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim”

Syeih Wahbah Zuhaili mengutip pendapat Ibnu Abbas dalam kitabynya


yaitu: yang berada di dalam bahtera adalah 80 orang, yaitu Nuh As. dan istrinya
yang selain yang tenggelam dan tiga orang anaknya yaitu Sam, Ham, Yafis, dan
tiga orang istri-istri mereka. dan 72 orang sisanya Dan setiap makhluk itu adalah
keturunan dari makhluk-makhluk yang ada di bahtera41.

Dapat kita ambil pelajaran dari ayat ini bahwasanya ketika kita
mendapatkan suatu anugrah dalam bentuk apapun, maka teteplah selalu ingat
siapa yang memberi kita nikmat, janganlah kufur atas nikmat yang telah Allah

40
Ibnu Katsir, Tafsir Al-Quran Al-Adhim, (Beirut: Dar Al-Fikr 2009) Hal. 1271
41
Wahbah Zuhaili, Tafsir Al-Munir, (Dimaskus: Dar Al-Fikar Al-Maasir 1418 H)
Jild. 18 Hal 35

54
IV | NABI NUH DAN KAUMNYA

Swt anugrahkan untuk kita. Bersyukurlah terhadap apa yang telah Allah swt
anugrahkan.

ِ ِ ‫َوقُل َر‬
َ ‫ري ال ُْم ْن ِزل‬
‫ني‬ َ ْ‫ب أَنْ ِزل ِِْن ُم ْن َزًَّل ُمبَ َارًكا َوأَن‬
ُ ْ ‫ت َخ‬ ْ
Dan berdoalah: Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan
Engkau adalah sebaik-baik Yang memberi tempat". (Qs. Al-Mukminun: 29)

Allah swt memerintahkan untuk untuk memilihkan tempat berlabuhnya


kapal tersebut kepada tempat berlabuh yang baik dan berkah ketika air sudah
mulai surut. Allah Swt memerintahkan agar nabi Nuh As. tawakkal kepada Allah
Swt dalam melabuhkan bahteranya.

Karena yang ahli untuk menentukan suatu tempat berlabuh bukanlah dari
orang lain, melainkan hanya Allah Swt yang dapat menentukan tempat berlabuh
yang baik dan diridhai, maka dari itu serahkanlah segala urusan dan tawakkalah
kepada Allah Swt.

ِ ٍ َ ِ‫إِ َّن ِِف ٰذَل‬


َ ‫ك َآل ََيت َوإِ ْن ُكنَّا ل َُم ْب تَل‬
‫ني‬
Sesungguhnya pada (kejadian) itu benar-benar terdapat beberapa tanda
(kebesaran Allah), dan sesungguhnya Kami menimpakan azab (kepada kaum
Nuh itu). (Qs. Al-Mukminun: 30)

Kejadian ini adalah sebuah tanda bahwa adanya peraturan-peraturan yang


telah Allah Swt tetapkan dan berlaku di dunia ini dalam segala waktu. Yang mana
barangsiapa yang melanggarnya atau menolak seruan kebenaran dikarenakan
mengikuti hawa nafsu dalam diri, maka akan datang kehancuran atau hukuman
dari Allah Swt.

55
IV | NABI NUH DAN KAUMNYA

Kemenangan bagi siapa saja yang beriman kepada nabi Nuh As. dan
kehancuran kaumnya yang yang mendustakannya adalah suatu tanda kebenaran
nabi atas apa yang beliau bawa dari Allah Swt. Allah Swt dapat melakukan segala
sesuatu atas kehendaknya dan Allah Swt dan maha berkuasa atas segalah hal,
serta Maha mengetahui akan segalanya. 42

Nabi Nuh As diutus oleh Allah Swt kepada kaumnya agar mereka
menyembah Allah Swt, akan tetapi mereka menolak dan mendustakan nabi Nuh
As, bahkan mereka sampai mencela nabi Nuh As sebagai orang gila atau kurang
akal.

Nabi Nuh As diperintahkan oleh Allah Swt untuk membuat suatu bahtera
yang akan diisi oleh binatang-binatang baik yang jinak ataupun yang liar dan
juga siapa saja yang beriman. yang bertujuan untuk menyelamatkan orang-orang
yang beriman dari adzab yang akan ditimpakan kepada kaumnya yang
mendustakannya.

42
Ibnu Katsir, Tafsir Al-Quran Al-Adhim, (Beirut: Dar Al-Fikr 2009) Hal. 1272

56
‫‪5‬‬
‫‪PEL A JARAN DARI KAUM‬‬

‫‪TERDAHULU‬‬

‫)‪(QS. AL-MUKMINUN 31-43‬‬


‫”‪“Umair Abdul Aziz‬‬

‫آخ ِرين (‪ )31‬فَأَرسلْنَا فِي ِهم رسوًَّل ِم ْن هم أ ِ‬


‫َن ا ْعبُ ُدوا‬ ‫ِِ‬ ‫ُُثَّ أَنْ َ ِ‬
‫ُْ‬ ‫ْ َُ‬ ‫َْ‬ ‫شأ ََْن م ْن بَ ْعده ْم قَ ْرًَن َ َ‬
‫ِ ِ ِ َّ ِ‬ ‫اَّللَ َما لَ ُك ْم ِم ْن إِلَ ٍه غَ ْريُهُ أَفَ ََل تَتَّ ُقو َن (‪َ )32‬وقَ َ‬
‫ال الْ َم ََلُ م ْن قَ ْومه الذ َ‬
‫ين َك َف ُروا‬ ‫َّ‬

‫ش ٌر ِمثْ لُ ُك ْم ََيْ ُك ُل‬ ‫اه ْم ِِف ا َْلَيَاةِ ُّ‬ ‫ِ ِ ِ ِ‬


‫الدنْيَا َما َه َذا إََِّّل بَ َ‬ ‫َوَك َّذبُوا بِل َقاء ْاآلخ َرة َوأَتْ َرفْ نَ ُ‬

‫ش ًرا ِمثْ لَ ُك ْم إِنَّ ُك ْم إِذًا‬


‫ب ِِمَّا تَ ْش َربُو َن (‪َ )33‬ولَئِ ْن أَطَ ْعتُ ْم بَ َ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ِمَّا ََتْ ُكلُو َن م ْنهُ َويَ ْش َر ُ‬

‫ُّم َوُك ْن تُ ْم تُ َر ًاِب َو ِعظَ ًاما أَنَّ ُك ْم ُُمَْر ُجو َن (‪)35‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َْلَاس ُرو َن (‪ )34‬أَيَع ُد ُك ْم أَنَّ ُك ْم إِذَا مت ْ‬
‫وت َوََْنيَا َوَما‬ ‫وع ُدو َن (‪ )36‬إِ ْن ِه َي إََِّّل َحيَاتُنَا ُّ‬
‫الدنْيَا ََنُ ُ‬ ‫ات لِ َما تُ َ‬
‫ات َه ْي َه َ‬
‫َه ْي َه َ‬
V | PELAJARAN DARI KAUM TERDAHULU

ِ ِ َِّ ‫) إِ ْن هو إََِّّل رجل افْ ََتى َعلَى‬37( ‫ََْنن ِِبَب عوثِني‬


َ ِ‫اَّلل َكذ ًِب َوَما ََْن ُن لَهُ ِِبُْؤمن‬
‫ني‬ َ ٌ ُ َ َُ َ ُْ ُ
ِِ ٍ ِ‫ال َع َّما قَل‬ ِ ‫ب انْصرِن ِِبَا َك َّذب‬
َ ‫صبِ ُح َّن ََندم‬
)40( ‫ني‬ ْ ُ‫يل لَي‬ َ َ‫) ق‬39( ‫ون‬ُ ْ ُ ِ ‫ال َر‬
َ َ‫) ق‬38(
ِ ِ ِ
َ ‫اء فَ بُ ْع ًدا ل ْل َق ْوم الظَّال ِم‬
َ ْ‫) ُُثَّ أَن‬41( ‫ني‬
‫شأ ََْن‬ ُ َ‫الص ْي َحةُ ِِب َْلَ ِق فَ َج َعلْن‬
ً َ‫اه ْم غُث‬ َّ ‫َخ َذ ِْتُ ُم‬
َ ‫فَأ‬

)43( ‫َجلَ َها َوَما يَ ْستَأ ِْخ ُرو َن‬ ٍ ِ


َ ‫) َما تَ ْسبِ ُق م ْن أ َُّمة أ‬42( ‫ين‬
َ ‫آخ ِر‬
ِ
ً ‫م ْن بَ ْع ِد ِه ْم قُ ُر‬
َ ‫وَن‬

31. Kemudian, Kami jadikan sesudah mereka umat yang lain


32. lalu Kami utus kepada mereka, seorang Rasul dari kalangan mereka
sendiri (yang berkata): "Sembahlah Allah oleh kamu sekalian,
sekali-kali tidak ada Tuhan selain daripada-Nya. Maka mengapa
kamu tidak bertakwa (kepada-Nya).
33. dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan
yang mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang
telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia: "(Orang)
ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, Dia Makan dari apa
yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu minum.
34. dan Sesungguhnya jika kamu sekalian mentaati manusia yang
seperti kamu, niscaya bila demikian, kamu benar-benar (menjadi)
orang-orang yang merugi.
35. Apakah ia menjanjikan kepada kamu sekalian, bahwa bila kamu
telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, kamu
Sesungguhnya akan dikeluarkan (dari kuburmu)?43
36. jauh, jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada
kamu itu,
37. kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita
mati dan kita hidup44 dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi,
38. ia tidak lain hanyalah seorang yang mengada-adakan kebohongan
terhadap Allah, dan Kami sekali-kali tidak akan beriman
kepadaNya".

43
Maksudnya: dikeluarkan dalam Keadaan hidup sebagai waktu di dunia.
44
Maksudnya: di samping sebagian dari manusia meninggal dunia, Maka ada
manusia yang lain dilahirkan.

58
V | PELAJARAN DARI KAUM TERDAHULU

39. Rasul itu berdoa: "Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka
mendustakanku."
40. Allah berfirman: "Dalam sedikit waktu lagi pasti mereka akan
menjadi orang-orang yang menyesal."
41. Maka dimusnahkanlah mereka oleh suara yang mengguntur dengan
hak dan Kami jadikan mereka (sebagai) sampah banjirMaka 45
kebinasaanlah bagi orang-orang yang zalim itu.
42. kemudian Kami ciptakan sesudah mereka umat-umat yang lain.46
43. tidak (dapat) sesuatu umatpun mendahului ajalnya, dan tidak (dapat
pula) mereka terlambat (dari ajalnya itu).

‫أترفناهم‬ : kami mewahkan mereka

‫افَتى – يفَتي على‬ : memalsukan, membuat-buat, mereka-reka

‫ليُصبحن‬ : sungguh mereka akan menjadi

‫فأخذِتم‬ : lalu menimpa mereka

‫صيحة‬ : jeritan, suara keras

‫غثاء‬ : sampah, kering

Ayat sebelumnya menjelaskan bagaimana kondisi umat Nabi terdahulu,


yaitu Nabi Nuh as. Yang mana, mereka menentang dan mendustakan apa yang
di perintahkan kepada mereka oleh Allah swt melalui Nabi Nuh as. Hal ini
memberikan gambaran kepada kita bahwa sebagai makhluk sudah seharusnya
kita menyembah dan mengesakan tuhan kita.

Siksa yang terjadi atas umat yang membangkang Nabi Nuh as itu bukanlah
suatu kebetulan. Akan tetapi, itu adalah ketetapan Allah yang berlaku atas

45
Maksudnya: demikian buruknya akibat mereka, sampai mereka tiada berdaya
sedikitpun, tak obahnya sebagai sampah yang dihanyutkan banjir, Padahal tadinya mereka
bertubuh besar-besar dan kuat-kuat.
46
Maksudnya: kaum Nabi saleh, kaum Nabi Luth, dan kaum Nabi Syu'aib.

59
V | PELAJARAN DARI KAUM TERDAHULU

masyarakat yang membangkang kepada Nabi dan Rasul. Hal inilah yang
dijelaskan oleh ayat di atas dan ayat-ayat berikutnya.

)31( ‫ين‬ َ ‫شأ ََْن ِم ْن بَ ْع ِد ِه ْم قَ ْرًَن‬


َ ‫آخ ِر‬ َ ْ‫ُُثَّ أَن‬
Setelah Allah membinasakan kaum Nuh as, Allah dengan jelas
mengatakan bahwa ia menciptakan umat-umat lain setelah kaum Nabi Nuh, yaitu
kaum ‘Ad kaumnya Nabi Hud as, kaum Stamud kaumnya Nabi Shaleh, dan kaum
Madyan yaitu kaumnya Nabi Syu’aib. Dari ketiga kaum ini, Ibnu ‘Abbas
berpendapat bahwa kaum di sini yang paling kuat adalah kaumnya Nabi Hud,
yaitu kaum ‘Ad. Karna dalam sejarah setelah Nabi Nuh as ialah Nabi Hud as. 47

)32( ‫اَّللَ َما لَ ُك ْم ِم ْن إِل ٍَه غَ ْريُهُ أَفَ ََل تَتَّ ُقو َن‬ ِ ‫فَأَرسلْنَا فِي ِهم رسوًَّل ِم ْن هم أ‬
َّ ‫َن ا ْعبُ ُدوا‬ ُْ َُ ْ َْ
Para mufassir memberikan beberapa pendapat tentang Nabi siapa yang
di utus, ada yang mengatakan bahwasanya ia adalah Nabi Shaleh as, hal tersebut
dikarnakan kaum Nabi Shaleh juga di timpa oleh suara yang mengguntur, dan
mereka binasa atasnya, seperti yang Allah katakan dalam akhir kisah mereka.

.‫فأخذِتم الصيحة ِبَلق‬


Namun pendapat yang paling kuat adalah Nabi Hud as. 48 Mufassir yang
berpendapat bahwasanya Nabi yang di utus pada ayat ini adalah Nabi Hud as.

47
Ibnu ‘Abbas, tanwiru al-Miqbas min tafsiri ibni ‘Abbas, Maktabah Syamella hal 286
48
Muhammad abdul lathif bin al-khatib, audhahu tafasir, maktabah syamela, juz
1 hal 415

60
V | PELAJARAN DARI KAUM TERDAHULU

Mereka beralasan dengan firman Allah yang terdapat dalam surat al-a’raf ayat
69;49

ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ‫اء ُك ْم ذ ْك ٌر م ْن َرب ُك ْم َعلَى َر ُج ٍل م ْن ُك ْم ليُ ْنذ َرُك ْم َواذْ ُك ُروا إ ْذ َج َعلَ ُك ْم ُخلَ َفاء‬
َ ‫أ ََو َعج ْب تُ ْم أَ ْن َج‬
َِّ ‫آَّلء‬
‫اَّلل ل ََعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُحو َن‬ ٍ ُ‫ِم ْن بَ ْع ِد قَ ْوِم ن‬
ْ ‫وح َوَزا َد ُك ْم ِِف‬
َ َ ‫اْلَل ِْق بَ ْسطَةً فَاذْ ُك ُروا‬
Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan
dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk memberi
peringatan kepadamu? dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah
menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah
lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan
perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah
supaya kamu mendapat keberuntungan.

Syeikh Mutawalli as-Sya’rawi memberikan komentar; “apabila engkau di


hadapkan dengan perbedaan mendasar seperti ayat di atas, maka janganlah
engkau termakan atasnya, karna ayat tersebut memang menunjukkan dapat
terjadinya perbedaan pandangan. Dan ayat di atas memberi hak kepada setiap
mujtahid untuk berijtihad”50

Dalam ayat ini Allah menggunakan redaksi “fie” dalam berbagai ayat kita
temukan Allah menggunakan redaksi “ila” , hal ini mengidentikasi bahwa rasul
yang datang adalah orang yang dekat dengan kalian, kalian mengenalnya,
mengetahui perangannya.51

Seperti yang kita ketahui, bahwasanya pengutusan Rasul terhadap suatu


kaum diantaranya ialah sebagai utusan Allah, sebagaimana yang terangkum
dalam surat al-Baqarah ayat 151;

49
Muhammad Sayyid Thantowi, Tafsir al-wasith lil qur’ani al-karim, Mesir; der an-
Nahdhah, cet 1, juz 10 hal 30
50
Syeikh Mutawalli as-Sya’rawi, Tafsir as-Sya’rawi, maktabah syamella, juz 16
hal 344
51
Abu thayyib Muhammad shadiq khan,Fathu al-bayan fie maqashidi al-qur’an,
(Bairut; al-‘asriyyah pres), juz 9 hal 116

61
V | PELAJARAN DARI KAUM TERDAHULU

َ‫اب َوا َْلِ ْك َمة‬ ِ ِ ِ ِ ‫َكما أَرسلْنَا فِي ُكم رسوًَّل ِم ْن ُكم ي ْت لُو َعلَي ُكم‬
َ َ‫آَيتنَا َويُ َزكي ُك ْم َويُ َعل ُم ُك ُم الْكت‬
َ ْ ْ َ ْ َُ ْ َْ َ
‫َويُ َعلِ ُم ُك ْم َما ََلْ تَ ُكونُوا تَ ْعلَ ُمو َن‬
sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah
mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami
kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan
Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.

Sama halnya apa yang terjadi pada kaum ‘Ad, Allah mengutus Nabi Hud
as. Tak lain tak bukan untuk menyerukan kepada kaumnya meng-esakan Allah

semata. Seraya berkata kepada kaumnya; "Sembahlah Allah oleh kamu sekalian,
sekali-kali tidak ada Tuhan selain daripada-Nya. Maka mengapa kamu tidak
bertakwa (kepada-Nya).” Nabi Hud as menyerukan kaumnya untuk menyembah
Allah, karna tidak ada tuhan selainNya. Dan mengapa kalian tidak takut kepada
Allah dengan sebenar-benarnya takut? karna sesungguhnya ‘adzab Allah itu
nyata.52

‫اه ْم ِِف ا َْلَيَاةِ الدُّنْ يَا َما َه َذا‬ ِ ِ ِ ِ ِ َّ ِ ِ ِ


ُ َ‫ين َك َف ُروا َوَك َّذبُوا بِل َقاء ْاآلخ َرة َوأَتْ َرفْ ن‬
َ ‫ال ال َْم ََلُ م ْن قَ ْومه الذ‬ َ َ‫َوق‬
)33( ‫ب ِِمَّا تَ ْش َربُو َن‬ ِ ِ ِ َ ‫إََِّّل ب‬
ُ ‫ش ٌر مثْ لُ ُك ْم ََيْ ُك ُل ِمَّا ََتْ ُكلُو َن م ْنهُ َويَ ْش َر‬َ
Setelah Nabi Hud as menyeru kepada kaumnya untuk menyembah
Allah, sebagian dari pemuka-pemuka mereka berkata kepada sebagian yang lain.
"(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, Dia Makan dari apa
yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu minum” Dengan jelas
mereka menentang apa yang di serukan Nabi Hud as, sebagai pembangkan sudah
tentu mereka memiliki sifat yang jelek. Setidaknya ayat ini menjelaskan perihal
buruk yang di lakukan oleh kaum ‘Ad. Yaitu menyekutukan Allah, tidak percaya

52
Muhammad as-Syirazi al-Baidhawi, Anwaru at-Tanzil wa asraru at-Takwil, Dar
ihyau at-turats pres, juz 4 hal 86

62
V | PELAJARAN DARI KAUM TERDAHULU

kepada hari akhir, dan mencintai dunia yang mengedepankan hawa nafsu mereka
belaka, serta meremehkan dan tidak mempercayai utusan Allah. 53

Mereka sangatlah meremehkan kedatangan Nabi Hud as, dan


menyamakannya dengan manusia biasa bahkan mengejek karna Nabi Hud as
tidak memiliki kelebihan yang menjadi pertanda kenabiannya. Dan ia tak pantas
menjadi Nabi, Karna itu janganlah kalian mendengarkan apa yang di
katakannya.54

ِ َ‫شرا ِمثْ لَ ُكم إِنَّ ُكم إِ ًذا َْل‬


)34( ‫اس ُرو َن‬ ِ
ْ ْ ً َ َ‫َولَئ ْن أَطَ ْعتُ ْم ب‬

Pemuka mereka terus memberikan pandangan negatif kepada sebagian


yang lain, setelah sebelumnya mengatakan bahwa Nabi Hud as merupakan
manusia yang sama dengan mereka nan biasa, memakan dan meminum apa yang
mereka makan dan minum. Selanjutnya para pemuka tersebut mengatakan agar
mereka tidak mengikuti apa yang di ajak oleh Nabi Hud as, kalau tidak mereka
akan merasakan kerugian.

Kerugian yang mereka maksud adalah kerugian yang diakibatkan oleh


kepercayaan tentang keesaan Allah dan hari Kemudian. Ini karena mereka
merasa bahwa kepercayaan itu menghalangi mereka bersenang-senang dalam
hidup dunia ini dengan mengandalkan perolehan yang lebih baik di akhirat.
Padahal menurut mereka akhirat tidak pernah akan ada wujudnya. Hidup hanya
hidup di dunia dan kesenangan hanya kesenangan duniawi sehingga, bila mereka

53
Fakhruddin ar-Razi, Mafatihu al-Ghaib, Maktabah Syamella, juz 23 hal 275
54
Mukhtashar fii tafsiri al-Qur’an al-Karim, Maktabah Syamella, juz 1 hal 344

63
V | PELAJARAN DARI KAUM TERDAHULU

tidak bersenang-senang, mereka akan rugi. Pandangan semacam inilah yang


dianut oleh semua yang tidak percaya adanya hari Kemudian. 55

ِ َ ‫ات هي ه‬ ِ ِ ِ
‫وع ُدو َن‬
َ ُ‫ات ل َما ت‬ َ ْ َ َ ‫) َه ْي َه‬35( ‫أَيَع ُد ُك ْم أَنَّ ُك ْم إِ َذا مت ُّْم َوُك ْن تُ ْم تُ َر ًاِب َوعظَ ًاما أَنَّ ُك ْم ُُمَْر ُجو َن‬
‫َتى‬ََ ْ‫) إِ ْن ُه َو إََِّّل َر ُج ٌل اف‬37( ‫ني‬
ِ ُ ُ‫) إِ ْن ِه َي إََِّّل َحيَاتُنَا الدُّنْ يَا ََن‬36(
َ ‫وت َوََْنيَا َوَما ََْن ُن ِِبَْب عُوث‬
ِِ ِ َِّ ‫َعلَى‬
)38( ‫ني‬ َ ‫اَّلل َكذ ًِب َوَما ََْن ُن لَهُ ِِبُْؤمن‬
Lebih dan lebih lagi, para pemuka mereka terus memberikan hasutan-
hasutan yang membuat sebagian dari mereka ragu akan kenabian yang dibawa
oleh Nabi Hud as. Mereka melanjutkan dengan mengatakan; “Apakah ia
menjanjikan kepada kamu sekalian, bahwa bila kamu telah mati dan telah
menjadi tanah dan tulang belulang, kamu Sesungguhnya akan dikeluarkan (dari
kuburmu)?” dengan alasan bahwa hal demikian mustahil akan terjadi, sungguh
sangat tidak masuk akal dan belum pernah terjadi sebelumnya. Yang nampak
adalah orang yang mati tidak akan bangkit lagi, mengapa kalian akan percaya
tentang kebangkitan tersebut?. Terlebih keadaan kalian setelah kematian menjadi
tulang belulang dan debu kemudian kalian di bangkitkan seperti keadaan sedia
kala. Dengan itu nampak sangat jelas bahwa mereka mengingkari perihal akan
terjadinya hari kebangkitan, yang mana itu merupakan janji Allah, bahwa setiap
manusia kelak akan di bangkitkan. Allah menegaskan dalam firmannya;

ٍ ‫اد أُ ْخ ِف َيها لِتُ ْج َزى ُك ُّل نَ ْف‬


)15( ‫س ِِبَا تَ ْس َعى‬ ُ ‫اعةَ آتِيَةٌ أَ َك‬ َّ ‫إِ َّن‬
َ ‫الس‬
Segungguhnya hari kiamat itu akan datang, aku merahasiakan (waktunya) agar
supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan.56

55
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: pesan dan keserasian al-Qur’an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal 366
56
Al-Qur’an surat Taha ayat 15

64
V | PELAJARAN DARI KAUM TERDAHULU

Imam Thabari menjelasakan bahwa pengulangan kata “sesungguhnya


kalian” dalam ayat ke-35 merupakan hal yang biasa dalam keseharian bangsa
Arab, apa bila yang pertama di hapus atau yang kedua di hapus hal tersebut tidak
akan merubah makna asli.57

Mereka terus menganggap bahwa keadaan tersebut sungguh tidak akan


pernah terjadi dan sungguh sangat jauh dari akal manusia. Tentu mereka enggan
untuk beranjak dari fikirannya yang menggap bahwa kehidupan hanya terjadi di
dunia ini dan enggan mengakui kekuasaan Allah yang telah menciptakan
manusia dan seluruh alam semesta ini.

Bahkan mereka terus mempertegas keingkaran mereka dengan


mengatakan; “kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita
mati dan kita hidup 58 dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi” mereka
hanya menggap bahwa ada sebagian yang meninggal dan ada lagi yang lahir,
tanpa mempercayai bahwa kelak akan di hidupkan kembali dan
59
mempertanggung jawabkan apa yang telah di lakukan di kehidupan dunia

Dalam puncaknya para pemuka kaum ‘Ad tidak hanya mengingkari


akan terjadinya hari akhir, akan tetapi mereka juga melemparkan tuduhan kepada
Nabi Hud as, bahwa ia berbuat dusta kepada Allah seraya Mereka berkata; “dan
bukanlah ia hanyalah seorang manusia biasa yang berdusta kepada Allah, dan
mengaku bahwa Allah telah mengutusnya sebagai Rasul, dan berdusta dengan
apa yang ia serukan atas-Nya, sesungguhnya kami tidak akan
mempercayainya”.60

57
Muhammad ibnu Jarir at-Thabari, Jami’u al-Bayan fi Takwili al-Qur’an,
Maktabah Syamella, juz 19 hal 29
58
Maksudnya: di samping sebagian dari manusia meninggal dunia, Maka ada
manusia yang lain dilahirkan
59
Tanwiru al-Miqbas min Tafsiri Ibni ‘Abbas, hal 287
60
Ibrahim al-Qhattan, Taysir at-tafsir li al-Qhattan,Maktabah Syamella, juz 2 hal
476

65
V | PELAJARAN DARI KAUM TERDAHULU

ِ ‫ب انْصرِن ِِبَا َك َّذب‬


)39( ‫ون‬ُ ْ ُ ِ ‫ال َر‬
َ َ‫ق‬
Sebagai manusia biasa, tentu apabila apa yang kita omongkan kepada
manusia lain tak kala mereka menghiraukannya, tentu sebagai sifat manusiawi
akan timbul rasa kekecewaan yang mendalam. Sama halnya apa yang dirasakan
oleh Nabi Hud as, ketika para kaumnya tidak menganggap apa yang ia serukan
dan mereka menentangnya bahkan mengatakan ia sebagai pendusta, sudah tentu
Nabi Hud akan merasakan keputus asa-an. Seketika itu pula Nabi Hud as berdoa
kepada Allah “ya tuhanku tolonglah aku karena mereka mendustakan aku” atau
“ya tuhanku tolonglah aku atas kaumku yang telah mendustakan aku terhadap
apa yang aku serukan kepada mereka untuk beriman kepada-Mu, mengesakan-
Mu, dan perjumpaan dengan-Mu hari kiamat kelak”61

Apakah rahasia dari ayat di atas yang menghilangkan huruf panggilan “ya
annida”?, bahkan kita tidak akan menjumpai “ya annida” yang bersangkutan
dengan doa kepada Allah dalam al-Qur’an. Dalam kaedah ilmu Balaghah, arti
dari “nida” adalah menghendaki menghadapnya seseorang dengan
menggunakan huruf yang mengganti lafadz saya memanggilmu, Salah satunya
“yaa”. Kata “yaa” dalam kaedah Balaghah memiliki arti panggilan terhadap
orang yang jauh.62 Sementara di dalam al-Qur’an semua lafadz doa huruf “Yaa”
di buang, itu mengidentifikasi bahwasanya Allah itu dekat, bahkan Allah
menjelaskan bahwa diriNya lebih dekat dari urat nadi manusia.

ِِ ٍ ِ‫ال َع َّما قَل‬


َ ‫صبِ ُح َّن ََندم‬
)40( ‫ني‬ ْ ُ‫يل لَي‬ َ َ‫ق‬

61
Wahbah bin Musthafa az-Zuhaili, Tafsir al-Munir, Maktabah Syamella, juz 17
hal 43
62
Ali al-Tarim dan Musthafa Amin, terjemahan al-Balaghatu al-Wadhihah,
Bandung, sinar baru algensindo, 2016, hal 299

66
V | PELAJARAN DARI KAUM TERDAHULU

Setelah Nabi Hud as merasa dirinya tak sanggup lagi atas perilaku yang di
lakukan kaumnya terhadap dirinya, tentu sebagai sifat manusiawi ingin rasanya
keluar dengan secepat cepatnya dari zona yang tidak nyaman. Allah pun
menjawab Do’a Nabi Hud as, : "Dalam sedikit waktu lagi pasti mereka akan
menjadi orang-orang yang menyesal." Allah seakan berkata; “sabarlah dan
jangan kau tergesa-gesa, karna sebentar lagi dalam waktu dekat mereka semua
akan merasakan penyesalan atas apa yang mereka perbuat terhadapmu dahulu
kala”63

ِ ِ ِ
َ ‫اء فَ بُ ْع ًدا ل ْل َق ْوم الظَّال ِم‬
)41( ‫ني‬ ُ َ‫الص ْي َحةُ ِِب َْلَ ِق فَ َج َعلْن‬
ً َ‫اه ْم غُث‬ َّ ‫َخ َذ ِْتُ ُم‬
َ ‫فَأ‬
Maka mereka di musnahkan dengan adzab yang tidak ada bandingnya,
yaitu dihancurkan suara yang mengguntur dengan dahsyatnya. Mereka dijadikan
seakan sampah banjir besar yang tidak berfaedah sama sekali, maka orang-orang
dzalim itu menjadi binasa. Dalam surat al-Haqqah ayat enam sampai delapan
Allah mengambarkan kebinasaan kisah kaum ‘Ad;

‫وما‬
ً‫س‬ ٍ ِ ٍ
ُ ‫َّرَها َعلَْي ِه ْم َس ْب َع لَيَال َوَثََانيَةَ أ َََّيم ُح‬
ٍِ
َ ‫) َسخ‬6( ‫ص ٍر َعاتيَة‬َ ‫ص ْر‬ َ ‫يح‬ ٍ ‫َوأ ََّما َعا ٌد فَأ ُْهلِ ُكوا بِ ِر‬
)8( ‫) فَ َه ْل تَ َرى ََلُْم ِم ْن َِبقِيَ ٍة‬7( ‫از ََنْ ٍل َخا ِويٍَة‬
ُ ‫ص ْر َعى َكأ ََُّنُ ْم أَ ْع َج‬ ِ
َ ‫َتى الْ َق ْو َم ف َيها‬
ََ َ‫ف‬
6. Adapun kaum 'Aad Maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat
dingin lagi Amat kencang,
7. yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan
delapan hari terus menerus; Maka kamu Lihat kaum 'Aad pada waktu itu
mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah
kosong (lapuk).
8. Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal di antara mereka 64

63
Ni’matillah bin Mahmud an-Nakhjuwani, fawatihu al-ilahiyyah wa mafatihu al-
Ghaibiyah, juz 1 hal 569
64
Maksudnya: mereka habis dihancurkan sama sekali dan tidak punya
keturunan.

67
V | PELAJARAN DARI KAUM TERDAHULU

Muhammad Ali as-Shabuni memberikan komentar; “Allah meng-adzab


mereka karna kedilan Allah, yang di sebabkan hasil perbuatan mereka, bukanlah
karena ke-Dzaliman Allah kepada suatu kaum.”65

َ ‫آخ ِر‬
)42( ‫ين‬ ً ‫شأ ََْن ِم ْن بَ ْع ِد ِه ْم قُ ُر‬
َ ‫وَن‬ َ ْ‫ُُثَّ أَن‬
” patah tumbuh hilang berganti” itulah pribahasa yang mendekati benar
adanya apa yang Allah kehendaki di alam jagat raya ini, setelah Allah
membinasakan kaum ‘Ad akibat perbuatan kedzaliman yang mereka perbuat,
Allah menciptakan umat-umat lainnya. Beberapa Mufassirin berpendapat umat
tersebut adalah umat Bani Israil. Ada juga yang mengatakan umat tersebut adalah
kaum Stamud kaumnya Nabi Shaleh, dan kaum Madyan yaitu kaumnya Nabi
Syu’aib. Dan setiap umat memiliki kadar waktu yang telah di tentukan, tidak
akan dipercepat kehancuranya dan tidak pula di perlama keberadaanya. 66 Ibnu
‘abbas berpendapat bahwa kadar satu “qarn” menyamai dengan delapan puluh
tahun lamanya67

)43( ‫َجلَ َها َوَما يَ ْستَأ ِْخ ُرو َن‬ ٍ ِ


َ ‫َما تَ ْسبِ ُق م ْن أ َُّمة أ‬
Dalam ayat ini Allah denga tegas menjelaskan bahwa tidak ada satu
umat pun yang dapat mempercepat ajal atau kehancuran mereka, dan tidak dapat
sedetikpun menundanya. Senada dengan apa yang Allah firmankan dalam al-
Qur’an; “tiap-tiap umat mempunyai batas waktu;68 Maka apabila telah datang
waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak

65
Muhammad Ali as-Shabuni, Shafwatu at-Tafasir, juz 2 hal 283
66
Ibrahim al-Qhattan, Taysir at-tafsir li al-Qhattan, juz 2 hal 477
67
Tanwiru al-Miqbas min Tafsiri Ibni ‘Abbas, hal 287
68
Maksudnya: tiap-tiap bangsa mempunyai batas waktu kejayaan atau
keruntuhan.

68
V | PELAJARAN DARI KAUM TERDAHULU

dapat (pula) memajukannya.” Semua itu berlaku sesuai dengan ketentuan Allah
saw yang maha kuasa, yang mengatur alam ini dengan segala isinya dengan
tertib, teratur dan lancar. 69 Sudah pasti yang kekal hanyalah Dzat Allah yang
maha abadi, seluruh ciptaanya pasti akan binasa dan hancur.

Hidup mewah dan makmur seharusnya bukan menjauhkan kita dari dzat
yang maha kaya, akan tetapi sudah seharusnya menjadikan kita menjadi semakin
dekat kepada sang pemilik jagat raya. Jika Allah telah menggambarkan tentang
keadaan kaum terdahulu yang binasa akibat kedzaliman yang mereka perbuat,
alangkah ruginya jika termasuk kedalam golongan yang sama derajatnya dengan
mereka. Allah mengisahkan kisah-kisah umat terdahulu bukanlah menjadikan al-
Qur’an sebagai kitab sejarah, akan tetapi agar kaum setelahnya dapat mengambil
pelajaran berharga darinya dan semoga kita dapat mengambil hikmah di balik
kisah Nabi Hud as dan ka‫عة‬nya.

69
Muhammad Sayyid Thantowi, Tafsir al-wasith lil qur’ani al-karim, juz 10 hal 36

69
V | PELAJARAN DARI KAUM TERDAHULU

70
6
E T I K A D A K WA H

(QS. AL-MUKMINUN 44-50)


“M. Jihad Abdullah”

‫ضا‬ َ ‫اء أ َُّمةً َر ُسوَُلَا َك َّذبُوهُ فَأَتْ بَ ْعنَا بَ ْع‬


ً ‫ض ُه ْم بَ ْع‬ َ ‫ُُثَّ أ َْر َسلْنَا ُر ُسلَنَا تَ ْ ََتى ُك َّل َما َج‬
‫ارو َن‬ ِ ٍ ِ ِ ‫وجعلْنَاهم أَح‬
ُ ‫َخاهُ َه‬
َ ‫وسى َوأ‬
َ ‫) ُُثَّ أ َْر َسلْنَا ُم‬44( ‫يث فَ بُ ْع ًدا ل َق ْوم ََّل يُ ْؤمنُو َن‬
َ ‫اد‬ َ ْ ُ ََ َ
ِ ِ ِ ٍ َ‫ِِبَيتِنَا وس ْلط‬
‫ني‬ ْ َ‫) إِ ََل ف ْر َع ْو َن َوَملَئِه ف‬45( ‫ني‬
َ ‫استَ ْك َْبُوا َوَكانُوا قَ ْوًما َعال‬ ٍ ِ‫ان ُمب‬ َُ َ

ُ ُ‫) فَ َك َّذب‬47( ‫ش َريْ ِن ِمثْلِنَا َوقَ ْوُم ُه َما لَنَا َعابِ ُدو َن‬
‫وُهَا فَ َكانُوا‬ َ َ‫) فَ َقالُوا أَنُ ْؤِم ُن لِب‬46(

‫) َو َج َعلْنَا‬49( ‫اب لَ َعلَّ ُه ْم يَ ْهتَ ُدو َن‬ ِ ِ ِ


َ َ‫وسى الْكت‬
َ ‫) َولََق ْد آتَ ْي نَا ُم‬48( ‫ني‬
َ ‫م َن ال ُْم ْهلَك‬

)50( ‫ني‬ ِ َ‫اُهَا إِ ََل رب وةٍ ذ‬


ٍ ‫ات قَ را ٍر َوَم ِع‬ ُ َ‫آويْن‬
َ َ َْ َ ‫ابْ َن َم ْرََيَ َوأ َُّمهُ آيَةً َو‬
44. kemudian Kami utus (kepada umat-umat itu) Rasul-rasul Kami berturut-
turut. tiap-tiap seorang Rasul datang kepada umatnya, umat itu
mendustakannya, Maka Kami perikutkan sebagian mereka dengan
sebagian yang lain. dan Kami jadikan mereka buah tutur (manusia), Maka
kebinasaanlah bagi orang-orang yang tidak beriman.
VI | ETIKA DAKWAH

45. kemudian Kami utus Musa dan saudaranya Harun dengan membawa
tanda-tanda (kebesaran) Kami, dan bukti yang nyata
46. kepada Fir'aun dan pembesar-pembesar kaumnya, Maka mereka ini takbur
dan mereka adalah orang-orang yang sombong.
47. dan mereka berkata: "Apakah (patut) kita percaya kepada dua orang
manusia seperti kita (juga), Padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah
orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?"
48. Maka (tetaplah) mereka mendustakan keduanya, sebab itu mereka adalah
Termasuk orang-orang yang dibinasakan.
49. dan Sesungguhnya telah Kami berikan Al kitab (Taurat) kepada Musa,
agar mereka (Bani Israil) mendapat petunjuk.
50. dan telah Kami jadikan (Isa) putera Maryam beserta ibunya suatu bukti
yang nyata bagi (kekuasaan kami), dan Kami melindungi mereka di suatu
tanah Tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan
sumber-sumber air bersih yang mengalir.

‫اه ْم‬
ُ َ‫ضا َو َج َعلْن‬ َ ‫اء أ َُّمةً َر ُسوَُلَا َك َّذبُوهُ فَأَتْ بَ ْعنَا بَ ْع‬
ً ‫ض ُه ْم بَ ْع‬ َ ‫َتى ُك َّل َما َج‬
َ ْ َ‫ُُثَّ أ َْر َسلْنَا ُر ُسلَنَا ت‬
)44( ‫يث فَ بُ ْع ًدا لِ َق ْوٍم ََّل يُ ْؤِمنُو َن‬ ِ ‫أَح‬
َ ‫اد‬ َ
44. kemudian Kami utus (kepada umat-umat itu) Rasul-rasul Kami berturut-
turut. tiap-tiap seorang Rasul datang kepada umatnya, umat itu
mendustakannya, Maka Kami perikutkan sebagian mereka dengan sebagian
yang lain. dan Kami jadikan mereka buah tutur (manusia), Maka
kebinasaanlah bagi orang-orang yang tidak beriman.
Pada Ayat ini Allah SWT mengenceritakan bahwa telah datang umat-
umat secara bergantian begitu pula dengan Rasul yang mendampingi tiap umat.
Dan pada saat itu pula setiap rosul pasti akan berhadapan dengan orang-orang
yang menentangnya. Maka Rosul akan berjuang untuk terus menyebarkan
dakwah kepada umatnya walaupun dicerca dan ditentang oleh kaum yang
Zhalim. Karena setiap masing-masing umat itu ada yang mendustakan Rasul-
Nya, Maka Allah membinasakan mereka dengan. Terus menerus seperti itu
hingga masa Rasulullah SAW. Kemudian kisah-kisah yang tertinggal dari
mereka menjadi sebuah hikayat dan pelajaran bagi umat-umat setelahnya.

72
VI | ETIKA DAKWAH

Dengan memahami ayat ini kita dapat mengetahui bahwasanya Jika kita
mengeluh akan pertentangan dari oknum-oknum terhadap dakwah kita, maka
sepatutnya kita mencamkan dalam diri kita bahwasanya dari sejak dahulu
pertentangan dari orang-orang yang diajak kepada kebaikan memang sudah
terjadi berturut-turut dari masa ke masa. Sehingga mengukuhkan hati dan niat
seorang pendakwah untuk menjadi tahan banting dan kokoh daripada gangguan
pihak lain. Sebagaimana tercantum dalam banyak ayat di Al-Qur’an, Allah SWT
memerintahkan Rasulallah saw.untuk banyak bersabar dalam menanggapi
perkataan dari orang - orang kafir :

ِ ‫س َوقَ ْبل الْغُر‬


‫وب‬ ُ َ ِ ‫الش ْم‬ َ ِ‫فاصِ ْْب َعلَ ٰى َما يَ ُقولُو َن َو َسبِ ْح ِِبَ ْم ِد َرب‬
َّ ‫ك قَ ْب َل طُلُو ِع‬ ْ
“Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan dan bertasbihlah
sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam”.
(Surah Qaaf: 39)

ٍ َ‫َخاهُ َهارو َن ِِبَيتِنَا وس ْلط‬


ٍ ِ‫ان ُمب‬
)45(,‫ني‬ ُ َ َ ُ َ ‫وس ٰى َوأ‬ َ ‫ُثَّ أ َْر َسلْنَا ُم‬
45. kemudian Kami utus Musa dan saudaranya Harun dengan membawa tanda-
tanda (kebesaran) Kami, dan bukti yang nyata
Pertama-tama yang kita pelajari dari ayat tersebut adalah hendaknya
seorang pendakwah memiliki bekal dalam dalam berdakwah, apakah itu bekal
yang berfisat materi atau bukan. Karena setiap nabi pun tidaklah diutus kecuali
Allah memberikan bekal kepada mereka, seperti pada ayat ini , yakni “Kami utus
Musa dan saudaranya Harun dengan membawa tanda-tanda (kebesaran) Kami,
dan bukti yang nyata”.

73
VI | ETIKA DAKWAH

‫ش َريْ ِن ِمثْلِنَا‬
َ َ‫) فَ َقالُوا أَنُ ْؤِم ُن لِب‬46( .‫ني‬ِ
َ ‫ْبوا َوَكانُوا قَ ْوًما َعال‬
َُ ‫استَ ْك‬
ِِ ِ
ْ َ‫ إ ِِ َ َٰل ف ْر َع ْو َن َوَملَئه ف‬#

)47(. ‫ني‬ ِ ِ ُ ُ‫ فَ َك َّذب‬.‫َوقَ ْوُم ُه َما لَنَا َعابِ ُدو َن‬


َ ‫وُهَا فَ َكانُوا م َن ال ُْم ْهلَك‬
46. kepada Fir'aun dan pembesar-pembesar kaumnya, Maka mereka ini takbur
dan mereka adalah orang-orang yang sombong.
47. dan mereka berkata: "Apakah (patut) kita percaya kepada dua orang
manusia seperti kita (juga), Padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah
orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?"
Setelah Allah SWT mengingatkan bahwa sebelum umat-umat terdahulu
terdapat umat-umat dan rasulnya beserta penentangan mereka, maka pada ayat
ini salah satu daripadanya, menceritakan kisah Nabi Musa AS dan Nabi Harun
AS menghadapi Firaun dan para petingginya. Ketika Nabi Musa berusaha untuk
mengajak Firaun dan para pengikutnya dengan membawa bukti-bukti yang nyata
serta hujjah-hujjah yang kuat.

Dakwah Nabi Musa pun mulai dikumandangkan, akan tetapi respon


dari Firaun dan para petingginya malah bersikap sombong terhadap dakwah
Nabi, dan keadaan mereka sebelumnya pun memang sudah angkuh dengan
kezhaliman. Sehingga hal ini mendorong mereka untuk sombong pula terhadap
Rasul Allah dan membangkang terhadap tuhannya.

Kemudian pada ayat ke 47 diceritakan perihal cercaan mereka terhadap


Rasul yang diutus kepada mereka dengan ucapan: "Apakah (patut) kita percaya
kepada dua orang manusia seperti kita (juga), Padahal kaum mereka (Bani Israil)
adalah orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?"

Setelah menyimak ayat 47 dapat diketahui bahwa Firaun dan para


petingginya itu enggan untuk menerima dakwah Nabi Musa AS karena dua hal:

Pertama, Karena memandang sisi Zhohir seorang Nabi yang mana mereka
adalah seorang manusia, ini merupakan pemahaman mereka yang keliru, karena

74
VI | ETIKA DAKWAH

mereka menafikan sifat kemanusiaan dari kerasulan dan Nubuwwah. Inilah yang
menampakkan kebodohan mereka terhadap cabang-cabang dari hakikat sifat
kemanusiaan dan tingkatannya, bagaimana mungkin mereka tidak ridho akan
kenabian seorang manusia tetapi mereka ridho akan terhadap tuhan yang hanya
terbuat dari kayu, batu dll.

Kedua, Karena mereka memandang rendah orang-orang yang berasal dari


kaum yang rendah, karena mereka berfikir bahwa sangat tidak pantas seseorang
sepertimereka untuk mengikuti orang yang berasal dari kalangan yang lebih
lemah.

Oleh karena itu, ayat ini mengajarkan kita untuk tidak pernah
menganggap remeh seseorang atas dasar apapun. Karena sesungguhnya allah
maha tau kelebihan seeorang itu daripada kita. Kita tidak berhak untuk
menghakimi seseorang hanya arena permasalahan penampilan zhahir atau latar
belakang seseorang. Dalam surat Al Hujurat, Allah Ta’ala memberikan kita
petunjuk dalam berakhlak yang baik,

‫س ٍاء‬ ِ ِ ِ‫َي أَيُّها الَّ ِذين آَمنُوا ََّل يس َخر قَوٌم ِمن قَ وٍم َعسى أَ ْن ي ُكونُوا َخ ْريا ِم ْن هم وََّل ن‬
َ ‫ساءٌ م ْن ن‬
َ َ ُْ ً َ َ ْ ْ ْ ْ َْ َ َ َ َ
ِ
‫ريا م ْن ُه َّن‬
ً ْ ‫سى أَ ْن يَ ُك َّن َخ‬
َ ‫َع‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik
dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan
lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” (QS. Al Hujurat: 11).

Ayat ini pula mengajarkan kita untuk tidak belaku sombong, karena
sifat Sombong rentan akan penyakit hati-penyakit hati yang lain seperti ujub,
riya, hasud dll. Tentu kita ingat bahwa Kesombongan adalah awal maksiat yang
ada.dan tidak heran kesombongan menjadi salah satu penyebab menentangnya
umat terdahulu terhadap dakwah rasul mereka. Rasulullah Saw bersabda dalam

75
VI | ETIKA DAKWAH

hadist: Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Nabi
shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

‫ب أَ ْن يَ ُكو َن‬ُّ ‫الر ُج َل ُُِي‬ َ َ‫ال ذَ َّرةٍ ِم ْن كِ ٍْْب ق‬


َّ ‫ال َر ُج ٌل إِ َّن‬ ُ ‫ََّل يَ ْد ُخ ُل ا ْجلَنَّةَ َم ْن َكا َن ِِف قَ ْلبِ ِه ِمثْ َق‬
‫س‬ِ ‫ط النَّا‬ُ ‫ْب بَطَُر ا َْلَ ِق َوغَ ْم‬ ِ َ ‫ب ا ْجلم‬ ِ ‫َج‬ ِ َّ ‫ال إِ َّن‬
ُ ْ ‫ال الْك‬ َ َ ُّ ‫يل ُُي‬ ٌ َ َ‫اَّلل‬ َ َ‫سنَةً ق‬
َ ‫سنًا َونَ ْعلُهُ َح‬ َ ‫ثَ ْوبُهُ َح‬
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat
kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana
dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau
menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong
adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim no. 91)

An Nawawi rahimahullah dalam Syarh Hadist muslim berkata, “Hadist ini


berisi larangan dari sifat sombong yaitu menyombongkan diri kepada manusia,
merendahkan mereka, serta menolak kebenaran”

Setelah menjelaskan sikap dan respon Firaun dan para petingginya


terhadap dakwah Nabi Musa dan Nabi Harun AS, Allah SWT mengatakan bahwa
mereka pula adalah orang-orang yang diyang dibinaskan karena mereka
mendustakan Nabi mereka. Maka mreka pun termasuk umat-umat terdahulu
yang kisahnya diceritakan dari masa ke masa.

‫اُهَا إِ َ َٰل‬ ِ
َ ‫ َو َج َعلْنَا ابْ َن َم ْرََيَ َوأ َُّمهُ آيَةً َو‬.)49(‫اب ل ََعلَّ ُه ْم يَ ْهتَ ُدو َن‬
ُ َ‫آويْ ن‬ َ َ‫وسى الْكت‬
َ ‫َولَ َق ْد آتَ ْي نَا ُم‬
ِ ‫رب وةٍ َذ‬
ٍ ‫ات قَ را ٍر َوَم ِع‬
.)50(‫ني‬ َ َ َْ
49. dan Sesungguhnya telah Kami berikan Al kitab (Taurat) kepada Musa, agar
mereka (Bani Israil) mendapat petunjuk.
50. dan telah Kami jadikan (Isa) putera Maryam beserta ibunya suatu bukti yang
nyata bagi (kekuasaan kami), dana Kami melindungi mereka di suatu tanah
Tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan
sumber-sumber air bersih yang mengalir.

76
VI | ETIKA DAKWAH

Setelah disebutkan dakwah Nabi Musa dan Nabi Harun as kepada


Firaun dan orang-orangnya beserta kisah tentang penentangan mereka terhadap
Rasul dan akhirnya mereka binasa oleh adzab Allah, Selanjutnya dilengkapi
dengan Kisah Nabi Musa yang Allah anugrahi dengan Kitab Taurat.

Nabi Musa AS dianughrahi Kitab Taurat setelah hancurnya Firaun dan


terbebasnya kaum Bani Israil dari cengkramanya. Karena pada saat itu sudah
memungkinkan bagi Nabi Musa untuk menegakkan Syariat kepada kaum Bani
Israil, maka Allah SWT menjanjikan untuk menurunkan kepadanya Taurat
selama sempat puluh hari. Sehingga dengan turunnya taurat ini, mereka dapat
mengetahui akan rincian daripada perintah dan larangan Allah SWT dan lebih
mengenal tuhannya.

Hal ini mengajarkan kita bahwasanya dalam berdakwah, kita perlu


memerhatikan celah dan kesempatan paling bagus untuk dapat diterima
masyarakat secara lebih lapang. Jangan sampai mehakimi mereka dengan sebuah
hukum yang berat saat mereka masih lemah dan rentan terhadap ajakan. Karena
rasullah SAW mengajarkan kita untuk berdakwah secara bertahap.

Ketahilah bahwa dalam menyampaikan dakwah harus dilakukan secara


bertahap, ini mengamalkan hadits Mu’adz bin Jabal ketika beliau diutus oleh
Nabi Shallallahu’alaihi wasallam ke Yaman, dan juga hadits-hadits yang semisal,
yang diriwayatkan oleh sejumlah rawi dari Ibnu Umar radhiallahu’anhu, ia
berkata: Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda kepada Mu’adz ketika itu:

‫ فإذا جئتهم فادعهم أن يشهدوا أن َّل إله إَّل هللا وأن‬، ‫إنك ستأيت قوما من أهل الكتاب‬
‫ فإن هم أطاعوك بذلك فأخْبهم أن هللا قد فرض عليهم مخس صلوات‬، ‫َمم ًدا رسول هللا‬
‫ فإن هم أطاعوا لك بذلك فأخْبهم أن هللا قد فرض عليهم صدقة‬، ‫ِف كل يوم وليلة‬
، ‫ فإن هم أطاعوا لك بذلك فإَيك وكرائم أمواَلم‬، ‫تؤخذ من أغنيائهم فَتد على فقرائهم‬
‫واتق دعوة املظلوم ؛ فإنه ليس بينها وبني هللا حجاب‬

77
VI | ETIKA DAKWAH

“Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum Ahli Kitab. Ketika engkau
datangi mereka, maka ajaklah mereka untuk bersyahadat laailaha illallah wa
anna muhammadan rasulullah. Jika mereka mau menaatinya, maka setelah itu
kabarkanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka
shalat lima waktu setiap hari. Jika mereka mau menaatinya, maka kabarkanlah
kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka zakat yang
diambil dari orang-orang kaya untuk diberikan kepada orang-orang miskin. Jika
mereka mau menaati hal itu maka berhati-hatilah engkau terhadap harta
berharga mereka, dan hindarilah doanya yang dizhalimi, karena sungguh tidak
ada penghalang antara dia dengan Allah” (HR. Bukhari 1458, Muslim 19).

Pada ayat selanjutnya Allah SWT menyampaikan Akan kekuasaannya


yang sempurna dengan menghidupkan Nabi Isa AS tanpa seorang Ayah dan
menjadikan Maryam dapat melahirkan tanpa dicampuri oleh manusia lain. Ini
merupakan Hal yang di luar nalar dan kekuasaan Allah yang tidaj terbantahkan.

Adapun yang dimaksud dengan daratan tinggi disini terletak di Palestia,


adapula yang berpendapat bahwa daerah itu adalah kawasan Damaskus. Bahkan
adapula yang menyebut Mesir sebagai tempat yang dimaksud.

Kedua ayat ini menjadi pelengkap daripada kisah sebelumnya yang


menceritakan kisah umat-umat terdahulu dan kekuasaan Allah atas mereka,
maka pada ayat ini allah SWT mempertegas kekuasaanya.

78
7
M A S YA R A K AT I D E A L

(QS. AL-MUKMINUN 51-59)


“Sofyan Solehuddin”

ِ ِ ‫ات وا ْعملُوا‬
ِ ِ
ٌ ‫صاَلًا إِِن ِِبَا تَ ْع َملُو َن َعل‬
‫) َوإِ َّن‬51( ‫يم‬ َ َ َ َ‫الر ُس ُل ُكلُوا م َن الطَّيِب‬
ُّ ‫ََيأَيُّ َها‬
ِ ‫ه ِذ ِه أ َُّمت ُكم أ َُّمةً و‬
ِ ‫اح َد ًة وأ َََن ربُّ ُكم فَاتَّ ُق‬
‫) فَ تَ َقطَّعُوا أ َْم َرُه ْم بَ ْي نَ ُه ْم ُزبُ ًرا ُك ُّل‬52( ‫ون‬ ْ َ َ َ ْ ُ َ
‫سبُو َن أ َََّنَا‬ ٍ ‫) فَ َذ ْرُه ْم ِِف غَ ْمرِِتِ ْم َح ََّّت ِح‬53( ‫ب ِِبَا لَ َديْ ِه ْم فَ ِر ُحو َن‬
ٍ ‫ِح ْز‬
َ ‫َُي‬
َْ ‫) أ‬54( ‫ني‬ َ
ِ ‫اْلَ ْري‬
‫) إِ َّن‬56( ‫ات بَ ْل ََّل يَ ْشعُ ُرو َن‬ ٍ ‫َُنِ ُّد ُهم بِ ِه ِم ْن َم‬
َ ِ‫ال َوبَن‬
َ ْ ‫سارِعُ ََلُ ْم ِِف‬
َ ُ‫) ن‬55( ‫ني‬ ْ
)58( ‫ت َرِبِِ ْم يُ ْؤِمنُو َن‬
ِ ‫) والَّ ِذين ُهم ِِبَي‬57( ‫الَّ ِذين ُهم ِمن َخ ْشي ِة رِبِِم م ْش ِف ُقو َن‬
َ ْ َ َ ُْ َ َ ْ ْ َ

)59( ‫ين ُه ْم بَِرِبِِ ْم ََّل يُ ْش ِرُكو َن‬ ِ َّ


َ ‫َوالذ‬
51. Allah berfirman, “Wahai para rasul! Makanlah dari makanan yang baik-
baik, dan kerjakanlah amal saleh. Sungguh, Aku Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.
52. Dan sungguh, (agama Tauhid/Islam) inilah agama kamu semua, agama
yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.
VII | MASYARAKAT IDEAL

53. Kemudian mereka terpecah belah dalam urusan (agama)nya menjadi


beberapa golongan. Setiap golongan (merasa) bangga dengan apa yang
ada pada mereka (masing-masing).
54. Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai waktu yang
ditentukan.
55. Apakah mereka mengira bahwa Kami memberikan harta dan anak-anak
kepada mereka itu (berarti bahwa),
56. Kami segera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? (Tidak),
tetapi mereka tidak menyadarinya.
57. Sungguh, orang-orang yang karena takut (azab) Tuhannya, mereka sangat
berhati-hati,
58. dan mereka yang beriman dengan ayat-ayat Tuhannya (Al Qur’an),
59. dan mereka yang tidak mempersekutukan Tuhannya,

Manusia mempunyai naluri insani dalam dirinya untuk membentuk


masyarakat ideal. masyarakat yang mengharapkan dan mencita-citakan sesuatu
yang damai dan sejahtera. Dalam membentuk konsep seperti ini perlu kiranya
sinergitas dalam diri masyarakat tersebut yang berawal dari individual menuju
jalinan kebersamaan.

Lebih dalam dari pada itu, ada dua visualisasi yang ditawarkan oleh
alquran untuk membentuk konsep masyarakat ideal. Konsep ini lebih kepada
perbaikan intern perorangan terlebih dahulu sebelum terjun pada perbaikan
masyarakat tersebut.

Dua konsep yang ditawarkan alquran ini adalah konsep perbaikan


jasmani dan konsep perbaikan ruhaniyah. Kedua konsep ini sudah ada di surah
al-Mukminun ayat 51 di atas. Untuk konsep jasmani, alquran mendeskripsikan
dengan menyuguhkan testimoni makanan yang baik. Makanan yang baik di sini
perlu dikaji secara mendalam mengingat bahasa yang digunakan adalah at-
Thaibat. Arti yang pas untuk kata ini belum bisa dipastikan namun para mufasir
berusaha menginterpretasikannya pada banyak arti, salah satunya yaitu makanan
yang sehat, makanan yang bergizi dan lezat maupun makanan yang berpengaruh
positif pada kesehatan. Sedangkan untuk konsep kedua yaitu berupa membentuk

80
VII | MASYARAKAT IDEAL

keruhanian yaitu dengan beramal yang baik seperti solat puasa maupun amal-
amal kebajikan yang lainnya.

Secara sederhana mungkin kedua konsep ini tidak ada kaitannya


terbentuknya masyarkat ideal. Namun kalau kita mengambil hikmahnya dengan
pertimbangan atas pandangan yang jauh kedepan dapat memunculkan stigma
posotif.

Mari kita kaji dan Analisa, yang dicita-citakan oleh masyarakat adalah
keadilan, kedamaian, kesejahteraan. Itu semua dapat dibantu dan diwujudkan
salah satunya dengan terlebih dahulu memperhatikan perbaikan diri. Berbicara
tentang perbaikan diri bukan lagi berbicara tentang penyebab orang tersebut
susah berbuat baik karena sejatinya semua orang itu punya naluri baik sehingga
dapat disimpulkan bahwa awal yang terlintas dalam pikiran dan naluri manusia
itu baik. Jadi sekarang kita lebih menekankan dan masuk pada persoalan
mekanisme atas langkah-langkah yang benar untuk membentuk kepribadian
yang baik. Yaitu diawali dengan mengkonsumsi hal-hal yang dihalalkan lagi baik
dan bergizi.

Makanan halal dalam islam mungkin lintasan sementara dalam akal


orang mukmin hanya pada sesuatu ketentuan yang sudah ada dalam syareat
namun kalau dikaji pada dunia medis dapat dideteksi bahwa sesuatu yang halal
itu justru memang ada unsur positif dalam tubuh manusia, baik itu berupa
protein, vitamin dan enzim. Ketika manusia mengkonsumsi yang seperti itu pasti
tubuh mereka akan menerima dengan baik dan akan berdampak positif terhadap
perkembangan tubuh dan akalnya. Setelah itu terbentuklah tubuh yang sehat
yang pada nantinya akan membantu mengeluarkan akal yang sehat pula, dan
dengan akal yang sehat ini akan memunculkan tindakan yang sehat pula, dan
dengan tindakan yang sehat ini akan membantu perbaikan perorangan dalam

81
VII | MASYARAKAT IDEAL

masyarakat yang nantinya akan ada titik puncak yaitu membentuk masyarakat
ideal. Itu semua hanya dilihat dari satu sisi. Yaitu konsep jasmaniyah.

Sedangkan konsep ruhaniyah alquran menawarkan solusi aktiv yaitu


berusaha melakukan perbuatan bijak, entah itu sebagai hamba maupun sebagai
mahluk sosial. Pada intinya, semua itu ada timbal balik kepuasan spiritual yang
nantinya akan berefek positif pada kerangka berfikir dan akan bertindak positif
pula pada perbuatannya. Dan perbuatan ini nantinya berdampak positif pada
keberlangsungan bermasyarkat.

Melihat dari konsep kedua tadi dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
ada harapan membuat masyarakat ideal dengan memperbaiki problematika
dirinya terlebih dahulu.

Huruf inna mengandung penekanan di dalamnya, artinya bisa jadi ada


sesuatu yang menjanggal entah berupa keraguan atau ada ketidakberesan kondisi
di dalamnya. Keraguan ini dalam konteks integritas umat yang belum terwujud
pada saat itu. Seharusnya sebagai mahluk sosial harus ada persatuan baik
persatuan visi dan misi di dalamnya. Walau pada ayat ini menspesifikasi pada
persoalan agama yang dituntut percaya akan satu agama (yaitu agama tauhid
agamanya nabi-nabi terdahulu), perlu ada satu visi dan misi yang sama dan
menyatukan seluruh golongan, dibantu dengan doktrin agama agar bertaqwa
(rasa takut yang membuat takutnya tersebut semakin dekat dengan yang ditakuti
yaitu Allah). Persatuan ini perlu dan sengaja dideskripsikan dalam alquran agar
ada pencegahan perpecahan sebelum terjadi.

Keinginan alquran pun untuk menyatukan umat tidak seindah yang


dibayangkan karena dari pihak manusia ada yang meresponnya dengan tidak
baik sehingga terjadilah pada ayat ke 53 yaitu umat terpecah belah entah karena
persoalan beda visi atau memang sengaja memisahkan diri.

82
VII | MASYARAKAT IDEAL

Untuk menjadi bangsa yang besar seharusnya mereka mengerti bahwa


kesadaran akan persatuan itu penting apalagi sama-sama dalam satu naungan
agama. Kesadaran ini adalah tindak lanjut dari semangat persatuan berbangsa
dan bernegara dengan alternatif perwujudan masyarakat ideal.

Jika persatuan tidak dijalankan dan dijaga dengan baik maka yang
terjadi adalah tinggal tunggu bom waktu yang akan meledak menghancurkan
tatanan norma dan nilai dalam bermasyarakat. Kondisi inilah yang merusak
konsep masyarakat ideal.

Masyarakat ditipu oleh setan dengan ilusi duniawi. Ilusi itu


digambarkan dalam alquran dengan anak dan harta. Dua contoh ini perwujudan
matrealistis, artinya mereka belum memahami esensi hidup, bahwa kesuksesan
hidup bukan dilihat dari itu semua melainkan dari efek perbaikan umat atas
amanah anak dan harta tadi.

Jika manusia tidak bisa memahami amanah anak dan harta ini maka
yang ada akan berefek buruk pada masyarakat. Persatuan dan kesatuan akan
hancur hanya karena pembelaan terhadap anak dan harta yang terlalu berlebihan
apalagi tidak menjalankan amanah yang baik atas pemberian anak dan harta tadi.

Perbaikan dan kebaikan (berupa masyarakat ideal) akan dianugrahkan


kepada manusia oleh Allah ketika mereka memahami dan mensyukuri segala
pemberiannya tanpa tertipu oleh cover pemberian terebut.

Setiap manusia mendambakan terwujudnya sebuah masyarakat yang ideal


di sekitanya. Pada ayat 57 sampai 59 ini alquran memberikan ciri-ciri yang
nantinya bisa dijadikan tolak ukur untuk kedepannya bagi siapa saja yang mau

83
VII | MASYARAKAT IDEAL

menggapai masyarakat ideal. Ada tiga karakteristik yang ada pada masyarakat
ideal yaitu:

Menyadari konsekuensi hukum

Sebagai mana pada ayat 57 yaitu orang-orang yang karena takut (azab)
tuhan mereka sangat berhati-hati. Isyarat ayat ini adalah orang yang menyadari
konsekuensi pelanggaran hukum akan berhati-hati melakukan kejahatan
sehingga dengan sikap seperti ini bisa membantu mewujudkan masyarakat ideal.

Menaati hukum

Pada ayat 58 yang artinya mereka yang beriman pada ayat-ayat tuhannya
(alquran), merupakan gambaran sikap manusia yang baik yaitu beriman pada
ayat-ayat tuhan sedangkan kalau ditarik pada ranah masyarakat ideal, mereka
berkarakter selalu taat dan mengindahkan hukum tersebut. Setiap peraturan
hukum atau norma yang ada di dalam masyarakat diindahkan dan ditaati maka
dapat membuat suasana masyarakat yang ideal.

Makhluk teosentris

Hal yang juga mendukung supaya membuat suasana masyarakat yang ideal
adalah menjadi hamba yang sangat yakin akan pertolongan tuhannya sehingga
tidak ada kata putus asa dalam menapaki kehidupan. Itu adalah salah satu ciri-
ciri mahluk teosentris (mahluk yang berketuhanan)

84
‫‪8‬‬
‫‪S T R AT E G I J I T U D A L A M‬‬

‫‪B E R KO M P E T I S I‬‬

‫)‪(QS. AL-MUKMINUN 57-73‬‬


‫”‪“M. Irfan Hidayat‬‬

‫ت َرِبِِ ْم يُ ْؤِمنُو َن‬


‫إِ َّن الَّ ِذين ُهم ِمن َخ ْشي ِة رِبِِم م ْش ِف ُقو َن (‪ )57‬والَّ ِذين ُهم ِِبَي ِ‬
‫َ َ ْ َ‬ ‫َ ْ ْ َ َ ْ ُ‬

‫وِبُ ْم َو ِجلَةٌ‬ ‫َّ ِ‬ ‫ِ ِِ‬ ‫َّ ِ‬


‫ين ُه ْم ب َرِب ْم ََّل يُ ْش ِرُكو َن (‪َ )59‬والذ َ‬
‫ين يُ ْؤتُو َن َما آتَ ْوا َوقُلُ ُ‬ ‫(‪َ )58‬والذ َ‬
‫اْلَ ْري ِ‬
‫ات َو ُه ْم ََلَا َسابُِقو َن‬ ‫اجعُو َن (‪ )60‬أُولَئِ َ‬
‫أ ََُّنُم إِ ََل رِبِِم ر ِ‬
‫سا ِرعُو َن ِِف ْ َ‬
‫ك يُ َ‬ ‫َ ْ َ‬ ‫ْ‬
‫اب يَ ْن ِط ُق ِِب َْلَ ِق َو ُه ْم ََّل يُظْلَ ُمو َن‬ ‫ِ‬
‫سا إََِّّل ُو ْس َع َها َولَ َديْنَا كتَ ٌ‬ ‫(‪َ )61‬وََّل نُ َكلِ ُ‬
‫ف نَ ْف ً‬
‫ك ُه ْم ََلَا َع ِاملُو َن‬ ‫ال ِمن ُد ِ‬
‫ون َذلِ َ‬ ‫ٍِ‬
‫وِبُ ْم ِِف غَ ْم َرة م ْن َه َذا َوََلُ ْم أَ ْع َم ٌ ْ‬
‫(‪ )62‬بَ ْل قُلُ ُ‬
‫َتفِي ِه ْم ِِبل َْع َذ ِ‬
‫اب إِذَا ُه ْم ََْيأ َُرو َن (‪ََّ )64‬ل ََتْأ َُروا الْيَ ْو َم‬ ‫(‪َ )63‬ح ََّّت إِذَا أ َ‬
‫َخ ْذ ََن ُم ْ َ‬
‫آَيِيت تُ ْت لَى َعلَْي ُك ْم فَ ُك ْن تُ ْم َعلَى أَ ْع َقابِ ُك ْم‬ ‫ِ‬
‫ت َ‬ ‫إِنَّ ُك ْم منَّا ََّل تُ ْن َ‬
‫ص ُرو َن (‪ )65‬قَ ْد َكانَ ْ‬
VIII | STRATEGI JITU DALAM BERKOMPETISI

‫) أَفَ لَ ْم يَ َّدبَّ ُروا الْ َق ْو َل أ َْم‬67( ‫ين بِ ِه َس ِام ًرا َِتْ ُج ُرو َن‬
َ ‫) ُم ْستَ ْكِ ِْب‬66( ‫صو َن‬
ِ
ُ ‫تَ ْنك‬

‫) أ َْم ََلْ يَ ْع ِرفُوا َر ُسوََلُ ْم فَ ُه ْم لَهُ ُم ْن ِك ُرو َن‬68( ‫ني‬ِ ِ


َ ‫آِب َء ُه ُم ْاِل ََّول‬
َ ‫اء ُه ْم َما ََلْ ََيْت‬
َ ‫َج‬
ِ ِ ِِ
َ ‫اء ُه ْم ِِب َْلَ ِق َوأَ ْكثَ ُرُه ْم لل‬
‫) َولَ ِو‬70( ‫ْح ِق َكا ِرُهو َن‬ َ ‫) أ َْم يَ ُقولُو َن به جنَّةٌ بَ ْل َج‬69(
‫اه ْم بِ ِذ ْك ِرِه ْم‬ ِ
ُ َ‫ض َوَم ْن في ِه َّن بَ ْل أَتَ ْي ن‬
ُ ‫ات َو ْاِل َْر‬
ُ ‫الس َم َاو‬
َّ ‫ت‬ِ ‫اتَّبع ا َْل ُّق أ َْهواء ُهم لََفس َد‬
َ ْ َ َ َ ََ
‫ري‬
ُ ْ ‫ري َو ُه َو َخ‬ َ ِ‫اج َرب‬
ٌْ ‫ك َخ‬ ُ ‫فَ ُه ْم َع ْن ِذ ْك ِرِه ْم ُم ْع ِر‬
ُ ‫) أ َْم تَ ْسأَ َُلُ ْم َخ ْر ًجا فَ َخ َر‬71( ‫ضو َن‬
ٍ ‫صر‬
)73( ‫اط ُم ْستَ ِق ٍيم‬ ِ ِ ُ ُ‫ك لَتَ ْدع‬
َ َّ‫) َوإِن‬72( ‫ني‬ ِ َّ
َ ‫وه ْم إ ََل‬ َ ‫الرا ِزق‬
57. Sungguh, orang-orang yang karena takut (azab) Tuhannya, mereka sangat
berhati-hati,
58. dan mereka yang beriman dengan ayat-ayat Tuhannya (Al Qur’an),
59. dan mereka yang tidak mempersekutukan Tuhannya,
60. Dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan
hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka
akan kembali kepada Tuhannya,
61. Mereka itu bersegera dalam kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-
orang yang lebih dahulu memperolehnya.
62. Kami tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya,
dan pada sisi Kami ada suatu catatan yang menuturkan dengan
sebenarnya, dan mereka tidak dizalimi (dirugikan).
63. Tetapi, hati mereka (orang-orang kafir) itu dalam kebodohan dari
(memahami Al Qur’an) ini, dan mereka mempunyai (kebiasaan banyak
mengerjakan) perbuatan-perbuatan lain (buruk) yang terus mereka
kerjakan.
64. Sehingga apabila Kami timpakan siksaan kepada orang-orang yang hidup
bermewah-mewah di antara mereka, seketika itu mereka berteriak-teriak
meminta tolong.
65. Janganlah kamu berteriak-teriak meminta tolong pada hari ini! Sungguh,
kamu tidak akan mendapat pertolongan dari kami.
66. Sungguh, ayat-ayat-Ku (Al Qur’an) selalu dibacakan kepada kamu, tetapi
kamu selalu berpaling ke belakang,

86
VIII | STRATEGI JITU DALAM BERKOMPETISI

67. Dengan menyombongkan diri dan mengucapkan perkataan-perkataan keji


terhadapnya (Al Qur’an dan Nabi) pada waktu kamu bercakap-cakap pada
malam hari.
68. Maka tidakkah mereka menghayati firman (Allah), atau apakah karena
telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek
moyang mereka terdahulu?
69. Ataukah mereka tidak mengenal Rasul mereka (Muhammad), karena itu
mereka mengingkarinya?
70. Atau mereka berkata, "Orang itu (Muhammad) gila." Padahal, dia telah
datang membawa kebenaran kepada mereka, tetapi kebanyakan mereka
membenci kebenaran.
71. Dan seandainya kebenaran itu menuruti keinginan mereka, pasti binasalah
langit dan bumi, dan semua yang ada di dalamnya. Bahkan Kami telah
memberikan peringatan kepada mereka, tetapi mereka berpaling dari
peringatan itu.
72. Atau engkau (Muhammad) meminta imbalan kepada mereka? Sedangkan
imbalan dari Tuhanmu lebih baik, karena Dia pemberi rezeki yang terbaik.
73. Dan sungguh engkau benar-benar telah menyeru mereka kepada jalan
yang lurus.

‫ين ُه ْم ِم ْن َخ ْشيَ ِة َرِبِِ ْم ُم ْش ِف ُقو َن‬ ِ َّ


َ ‫إِ َّن الذ‬
57. Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab)
Tuhan mereka,

Maksudnya selalu merasa takut, was-was, kawatir akan perilakunya yang


tidak bisa mengimbangi anugerah Allah kepadanya. Kawatir akan keadilan Allah
kepadanya. Semua itu muncul karena rasa takut mereka kepada Allah. Dengan
perasaan ini dia lebih berhati-hati lagi menjalani kehidupan.

‫ت َرِبِِ ْم يُ ْؤِمنُو َن‬


ِ ‫والَّ ِذين ُهم ِِبَي‬
َ ْ َ َ
58. Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka,

Beriman dengan ayat-ayat Allah,baik ayat-ayat Al Qur'an atau ayat yang


tersebar di alam semesta dan mentaburinya dengan seksama.

87
VIII | STRATEGI JITU DALAM BERKOMPETISI

‫ين ُه ْم بَِرِبِِ ْم ََّل يُ ْش ِرُكو َن‬ ِ َّ


َ ‫َوالذ‬
59. Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka
(sesuatu apapun),

Dia tidak mempersekutukan Allah dengan apapun. Dia tahu bahwa hal itu
adalah kezaliman terbesar terhadap Zat yang memeliharanya dan memberikan
semua kebaikan kepadanya.

ِ ‫وِبم و ِجلَةٌ أ ََُّنُم إِ ََل رِبِِم ر‬


‫اجعُو َن‬ ِ َّ
َْ َ ْ َ ْ ُُ ُ‫ين يُ ْؤتُو َن َما آتَ ْوا َوقُل‬
َ ‫َوالذ‬
60. Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan
hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan
kembali kepada Tuhan mereka.

Dia memberikan kepada orang lain apa yang dia bisa berikan dari berbagai
kebaikan. Betapapun demikian hatinya masih tidak tenang, karena kawatir Allah
tidak berkenan dengan apa yang dia lakukan.

ِ ‫اْلَ ْري‬
‫ات َو ُه ْم ََلَا َسابُِقو َن‬ َ ِ‫أُولَئ‬
َ ْ ‫سا ِرعُو َن ِِف‬
َ ُ‫ك ي‬
61. Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah
orang-orang yang segera memperolehnya.

Amal qalbi atau getaran hati yang penuh dengan keimanan sangat
berpengaruh dalam perilaku dan mendapat apresiasi yang besar dari Allah.
Merekalah yang berada di garda terdepan dari hamba-hamba Allah yang akan
beruntung di akhirat nanti.

Maksud dari kelima ayat di atas adalah menjelskan ciri-ciri orang mukmin
yang dapat diaplikasikan kepada prinsip hidup menjadi orang nomor satu.

88
VIII | STRATEGI JITU DALAM BERKOMPETISI

Pertama takut kepada Allah, kedua iman kepada Allah dan ayat-ayat Allah,
ketiga tidak menyekutukan Allah, keempat bersedekah, kelima menjadi garda
terdepan. Jadi apabila kita jadikan konsep prinsip kehidupan untuk menjadi
orang nomor satu adalah kita harus sigap (hati-hati) karena takut, lalu percaya
kepada diri sendiri dan kepada apapun yang menjadi penopang diri, selanjutnya
kita harus fokus (tidak menyekutukan) serta berbagi peluang supaya kita dapat
mengevaluasi diri dan yang terakhir semangat disipin yang tinggi.

Sungguh orang-orang yang segan terhadap Tuhan mereka, serta orang-


orang yang mengimani ayat-ayat Tuhan mereka, juga orang-orang yang tidak
mempersekutukan Tuhan mereka, maupun orang-orang yang menyisihkan hal-
hal yang mereka berikan dengan nurani tersadar bahwa mereka akan berpulang
kepada Tuhan mereka, itulah golongan yang layak untuk memperoleh berbagai
kebaikan, demikianlah golongan yang layak meraih hal-hal tersebut.

‫اب يَ ْن ِط ُق ِِب َْلَ ِق َو ُه ْم ََّل يُظْلَ ُمو َن‬ ِ


ٌ َ‫سا إََِّّل ُو ْس َع َها َولَ َديْنَا كت‬ ُ ِ‫َوََّل نُ َكل‬
ً ‫ف نَ ْف‬
62. Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan
pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka
tidak dianiaya.

Setelah Allah menyebutkan kesegeraan mereka terhadap kebaikan,


mungkin ada yang mengira bahwa apa yang diminta dari mereka dan dari selain
mereka adalah perkara yang tidak disanggupi atau perkara berat, maka Allah
menerangkan dalam ayat di atas, bahwa Dia tidak membebani seseorang kecuali
sesuai dengan kemampuannya.

Yakni sesuai kemampuannya dan tidak menghabiskan semua kekuatannya


karena rahmat dan hikmah-Nya agar manusia semua dapat melakukannya.
Contoh dalam hal ini adalah dalam masalah shalat, apabila seseorang tidak
sanggup shalat sambil berdiri, maka ia boleh shalat sambil duduk, dan apabila

89
VIII | STRATEGI JITU DALAM BERKOMPETISI

sesorang tidak sanggup berpuasa, ia boleh berbuka. Maksudnya, kitab tempat


malaikat-malaikat menuliskan perbuatan-perbuatan seseorang, baik atau buruk,
yang akan dibacakan pada hari kiamat (lihat surat Al-Jatsiyah ayat 29). Oleh
karena itu pahala kebaikan mereka tidak dikurangi dan keburukannya tidak
ditambah.

‫ك ُه ْم ََلَا َع ِاملُو َن‬ ِ ‫ال ِمن ُد‬


َ ِ‫ون ذَل‬ ٍِ
ْ ٌ ‫وِبُ ْم ِِف غَ ْم َرة م ْن َه َذا َوََلُ ْم أَ ْع َم‬
ُ ُ‫بَ ْل قُل‬
63. Tetapi hati orang-orang kafir itu dalam kesesatan dari (memahami
kenyataan) ini, dan mereka banyak mengerjakan perbuatan-perbuatan (buruk)
selain daripada itu, mereka tetap mengerjakannya.

Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan bahwa hati orang-orang


kafir berada dalam kebodohan dan kezaliman, kelalaian dan berpaling yang
menghalangi mereka dari sampai kepada Al Quran, sehingga mereka tidak
mengambil petunjuk darinya, dan sedikit pun dari Al Qur’an tidak sampai ke hati
mereka, sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Dan apabila kamu membaca Al
Quran niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman
kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup,-- Dan Kami adakan
tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak
dapat memahaminya. dan apabila kamu menyebut Tuhanmu saja dalam Al
Quran, niscaya mereka berpaling ke belakang karena bencinya,” (Terj. Al
Israa’: 45-46) Oleh karena hati mereka berada dalam kebodohan terhadap Al
Qur’an, sehingga mereka mengerjakan perbuatan-perbuatan kufur dan
menentang syara’ yang mengharuskan mereka diazab.

Oleh karena itu, janganlah mereka mengira bahwa azab tidak akan
menimpa mereka, karena Allah memberi tangguh mereka agar bertambah dosa
mereka sehingga mereka mendapatkan balasan yang sempurna.

90
VIII | STRATEGI JITU DALAM BERKOMPETISI

ِ ‫َتفِي ِه ْم ِِبل َْع َذ‬


‫اب إِذَا ُه ْم ََْيأ َُرو َن‬ َ ‫َح ََّّت إِذَا أ‬
َ ْ ‫َخ ْذ ََن ُم‬
64. Hingga apabila Kami timpakan azab, kepada orang-orang yang hidup
mewah di antara mereka, dengan serta merta mereka memekik minta tolong.

Maksudnya azab di akhirat, yaitu orang-orang kaya dan para tokoh


mereka.

‫نص ُرو َن‬ُ‫ت‬ ‫َّل‬


َ ‫َّا‬
‫ن‬ ِ ‫ََّل َ َۡتَرواْ ۡٱلي ۡو ۖم إِنَّ ُكم‬
‫م‬
َ َ َ ُ
65. Janganlah kamu memekik minta tolong pada hari ini. Sesungguhnya kamu
tiada akan mendapat pertolongan dari kami.

Janganlah kamu memekik minta tolong pada hari ini. Sesungguhnya


kamu tiada akan mendapat pertolongan dari kami.

ِ ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ
ُ ‫قَد َكانَت َءايَٰ َِّت تُت لَ ٰى َعلَي ُكم فَ ُكنتُم َعلَ ٰٰٓى أَع َقٰبِ ُكم تَنك‬
‫صو َن‬
66. Sesungguhnya ayat-ayatKu (Al Quran) selalu dibacakan kepada kamu
sekalian, Maka kamu selalu berpaling ke belakang,

Mungkin seseorang bertanya, “Apa sebab yang membuat mereka


seperti ini keadaannya?”. Agar kamu beriman dan mendatanginya, namun
ternyata kamu tidak melakukannya. Padahal sekiranya kamu mengikuti Al
Qur’an, niscaya kamu akan maju ke depan. Sebaliknya, jika kamu berpaling
darinya, maka kamu akan mundur ke belakang dan berada dalam kedudukan
yang rendah.

91
VIII | STRATEGI JITU DALAM BERKOMPETISI

ۡ ً۬ ۡ ۡ
‫ين بِ ِهۦ َسٰ ِم ًرا َِت ُج ُرو َن‬ِ ِ
َ َ‫ُمست‬
‫ْب‬ ‫ك‬
67. Dengan menyombongkan diri terhadap Al Quran itu dan mengucapkan
perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu kamu bercakap-cakap di malam
hari.

Ada yang berpendapat, bahwa maksudnya mereka menyombongkan


diri dengan merasa bahwa mereka lebih berhak terhadap baitullah dan tanah
haram, sedangkan selain mereka tidak berhak, sehingga mereka lebih utama
daripada orang lain.

Jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang mendustakan adalah berpaling


dari Al Quran dan satu sama lain saling mengingatkan agar tidak mendengarkan
Al Qur’an dan menimbulkan kegaduhan ketika Al Qur’an dibacakan, lihat
Fushshilat: 26. Mereka berkumpul membicarakan yang buruk, sehingga sudah
sepantasnya mereka ditimpa azab, dan jika azab itu sudah datang, maka mereka
tidak memiliki penolong yang menolong mereka dari azab serta ditambah
mendapat celaan karena perbuatan itu seperti yang disebutkan pada ayat 64 dan
65.

ِ‫ت ءاِبٰٓءهم ۡٱِل ََّول‬


ِ ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ
‫ني‬
َ ُ ُ َ َ َ َ ‫ٰٓء ُهم َّما ََل‬
‫َي‬ َ ‫أَفَ لَم يَدَّبَّ ُرواْ ٱل َقو َل أَم َجا‬
68. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Perkataan (Kami), atau Apakah
telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek
moyang mereka dahulu?

Yang menunjukkan kebenaran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa


sallam. Sesungguhnya jika mereka mau mentadabburi, maka mereka tentu akan
beriman, akan tetapi musibahnya adalah mereka berpaling darinya. Ayat ini
menunjukkan, bahwa mentadabburi Al Qur’an akan membawa seseorang kepada

92
VIII | STRATEGI JITU DALAM BERKOMPETISI

kebaikan dan melindungi dari keburukan, dan tidak ada yang menghalangi
mereka untuk mentadabburinya melainkan karena hati mereka terkunci.

Yakni apakah yang menghalangi mereka beriman karena mereka


kedatangan rasul dan kitab yang tidak datang kepada nenek moyang mereka, lalu
mereka lebih ridha menempuh jalan nenek moyang mereka dan menentang
semua yang datang menyelisihinya, sehingga mereka mengatakan seperti yang
Allah beritakan, “Dan Demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu
seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang
yang hidup mewah di negeri itu berkata, "Sesungguhnya kami mendapati bapak-
bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut
jejak-jejak mereka".-- (Rasul itu) berkata, "Apakah (kamu akan mengikutinya
juga) sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih (nyata) memberi
petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?"
Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kamu diutus
untuk menyampaikannya." (Terj. Az Zukhruf: 23-24)

ِ ‫أ َۡم ََۡل ي ۡع ِرفُواْ رسوََل ۡم فَ ه ۡم لَهُ ۥ م‬


‫نك ُرو َن‬ ُ ُ ُ َُ َ
69. Ataukah mereka tidak Mengenal Rasul mereka, karena itu mereka
memungkirinya?

Yakni apakah alasan mereka mengingkarinya adalah karena Rasul


tersebut (Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam) tidak mereka kenal,
mereka katakan, “Kami tidak mengenalnya dan kami tidak mengetahui
kejujurannya sehingga biarkan kami memperhatikan keadaannya dan bertanya
kepada orang yang berilmu.” Bukankah tidak demikian? Bukankah mereka kenal
Rasul mereka, bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah
orang yang terkenal jujur, amanah, dan berakhlak mulia, bahkan sebelum Beliau
diutus, mereka menggelari Beliau dengan Al Amin (orang yang terpercaya).

93
VIII | STRATEGI JITU DALAM BERKOMPETISI

Oleh karena itu, mengapa mereka tidak membenarkannya ketika Beliau


membawa kebenaran yang agung dan kejujuran yang jelas?

ۡ ۡ ۡ
‫ٰٓء ُهم بِٱَلَ ِق َوأ ْكثَ ُرُه ۡم لِل َح ِق َكٰ ِرُهو َن‬ ۡ ِ ِِ
َ ‫أَم يَ ُقولُو َن بهۦ جنَّةُ بَل َجا‬
70. Atau (apakah patut) mereka berkata: "Padanya (Muhammad) ada penyakit
gila." sebenarnya Dia telah membawa kebenaran kepada mereka, dan
kebanyakan mereka benci kepada kebenaran itu.

Yaitu Al Qur’an yang di dalamnya menerangkan tauhid dan ajaran-


ajaran yang mulia yang dibenarkan oleh akal yang sehat dan fitrah yang selamat.
Lantas, mengapa Beliau disebut orang gila? Padahal Beliau berada di atas
ketinggian dalam hal ilmu, akal dan akhlak mulia.

Inilah alasan mereka menolak kebenaran, yaitu benci kepada kebenaran.


Kebenaran yang paling agung adalah beribadah hanya kepada Allah saja dan
meninggalkan sesembahan selain Allah. Oleh karenanya, ketika mereka diajak
kepadanya, mereka merasa heran dan berkata, “Mengapa ia menjadikan tuhan-
tuhan itu Tuhan yang satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang
sangat mengherankan.” (Terj. Shaad: 5)

‫اه ْم بِ ِذ ْك ِرِه ْم فَ ُه ْم‬ ِ


ُ َ‫ض َوَم ْن في ِه َّن بَ ْل أَتَ ْي ن‬
ُ ‫ات َو ْاِل َْر‬
ُ ‫الس َم َاو‬
َّ ‫ت‬ِ ‫ولَ ِو اتَّبع ا َْل ُّق أ َْهواء ُهم لََفس َد‬
َ ْ َ َ َ ََ َ
ُ ‫َع ْن ِذ ْك ِرِه ْم ُم ْع ِر‬
‫ضو َن‬
71. Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit
dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. sebenarnya Kami telah
mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka
berpaling dari kebanggaan itu.

94
VIII | STRATEGI JITU DALAM BERKOMPETISI

Jika seorang bertanya, “Mengapa kebenaran itu tidak selalu sesuai dengan
keinginan mereka agar mereka beriman dan segera tunduk?” Maka jawabannya
adalah ayat di atas.

Bagaimana tidak binasa dan hancur jika yang satu berkeinginan begini,
sedangkan yang satu lagi berkeinginan begitu. Di samping itu, hawa nafsu atau
keinginan mereka cenderung untuk bersenang-senang tidak memperhatikan
maslahat kedepan, pengetahuan mereka terbatas, bahkan nafsu itu biasanya
menyuruh kepada kejahatan dan kezaliman, kecuali nafsu yang diberi rahmat
oleh Allah. Oleh karena itu, jika kebenaran itu menuruti keinginan mereka tentu
hancurlah dunia.

Ada pula yang mengartikan, “Bahkan Kami telah mendatangkan kepada


mereka kebanggaan dan kemuliaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling
dari kebanggaan itu.” Sehingga maksudnya, jika mereka mau mengikuti Al
Qur’an, maka keadaan mereka menjadi tinggi, mulia dan terhormat. Al Qur’an
merupakan nikmat besar yang Allah berikan kepada hamba-Nya, namun mereka
membalasnya dengan menolak dan berpaling, maka bukannya mereka menjadi
tinggi dan terhormat, bahkan menjadi rendah dan terhina, lagi memperoleh
kerugian.

ِ َّ ‫ك َخ ۡ ۖ ً۬ري وهو َخ ۡري‬


َ ‫ٱلرٲ ِزق‬
‫ني‬ ِ ‫أ َۡم تَ ۡسَلُ ُه ۡم َخ ۡر ًً۬جا فَ َخر‬
ُ َ ُ َ ٌ َ ‫اج َرب‬ َُ
72. Atau kamu meminta upah kepada mereka?", Maka upah dari Tuhanmu
adalah lebih baik, dan Dia adalah pemberi rezki yang paling baik.

Maksudnya, apakah yang menghalangi mereka untuk mengikutimu adalah


karena engkau meminta imbalan dari mereka? Padahal engkau tidak meminta
imbalan dari mereka. Dengan demikian, mereka tidak memiliki alasan yang
dapat dipertanggungjawabkan untuk menolak yang hak. Yang dimaksudkan

95
VIII | STRATEGI JITU DALAM BERKOMPETISI

imbalan dari Allah adalah rezeki yang dianugrahkan Allah di dunia, dan pahala
di akhirat.

ً۬ ِ ۡ
‫ص َرٲ ٍط ُّم ۡستَ ِق ًٍ۬يم‬ ‫وه ۡم إِ َ َٰل‬ َ َّ‫َوإِن‬
ُ ‫ك لَتَد ُع‬
73. Dan Sesungguhnya kamu benar-benar menyeru mereka kepada jalan yang
lurus.

Di ayat-ayat sebelumnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan


sebab-sebab yang mengharuskan mereka untuk beriman, demikian pula
menyebutkan penghalangnya serta menerangkan batilnya penghalang tersebut
satu persatu. Dia menerangkan, bahwa diri mereka yang jahil yang menyebabkan
mereka tidak memahami Al Qur’an, tidak mau memikirkan isi Al Qur’an,
mengikuti nenek moyang mereka yang salah, ditambah dengan mengatakan kata-
kata yang keji terhadap rasul mereka. Selanjutnya, Allah menyebutkan perkara-
perkara yang dapat membuat mereka beriman, yaitu mentadaburi Al Qur’an,
menerima nikmat Allah, melihat pribadi rasul-Nya Muhammad shallallahu
'alaihi wa sallam, dan bahwa Beliau sama sekali tidak meminta upah atas
seruannya, bahkan ajakan Beliau manfaat dan maslahatnya untuk mereka, dan
bahwa Beliau mengajak mereka ke jalan yang lurus, mudah ditempuh oleh semua
orang, menyampaikan kepada maksud dan tujuan, lurus dalam ‘aqidahnya dan
mudah diamalkan. Seruannya kepada mereka ke jalan yang lurus mengharuskan
orang yang menginginkan yang hak untuk mengikutinya, karena kebenarannya
didukung oleh akal dan fitrah serta sejalan dengan maslahat.

Oleh karena itu, jalan manakah yang mereka tempuh jika tidak mengikuti
orang yang berada di atas jalan yang lurus? Jelas sekali, jika mereka menempuh
jalan selainnya, maka mereka telah menyimpang dari jalan yang lurus sehingga
mereka tersesat. Yaitu agama Islam, di mana jika diamalkan ajaran-ajarannya,
maka akan dapat menyampaikan seseorang kepada Allah dan kepada surga-Nya.

96
VIII | STRATEGI JITU DALAM BERKOMPETISI

Maksud dari dua belas ayat di atas (QS al-Mu’minun: 62-73) adalah Kami
tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya; bahwa pada
sisi Kami ada suatu Kitab yang menguji Kebenaran sehingga mereka tidak
diperlakukan zalim, tetapi kalbu orang-orang kafir itu berada dalam pertentangan
tentang hal demikian bahkan mereka banyak melakukan tindakan-tindakan jahat
yang terus mereka lakukan; sampai ketika Kami timpakan Azab terhadap orang-
orang yang hidup mewah di antara mereka, serta merta mereka menjerit meminta
pertolongan, “Janganlah kalian memekik minta tolong pada hari ini sungguh
kalian takkan mendapat pertolongan dari Kami, Sungguh ayat-ayatKu telah
diserukan kepada kalian, namun kalian berpaling menjauh sambil
menyombongkan diri terhadap hal yang demikian lalu kalian mempergunjingkan
hal yang demikian secara mendustakan” maka belumkah mereka memperhatikan
perkataan ini ataukah telah tersampaikan kepada mereka, hal-hal yang tidak
pernah tersampaikan kepada leluhur mereka terdahulu? ataukah mereka tidak
mengenali Rasul mereka, sehingga mereka memungkiri orang itu? ataukah
mereka mengatakan: “pada dirinya ada kesintingan” yang sebenarnya orang itu
membawa Kebenaran kepada mereka, namun sebagian besar mereka membenci
Kebenaran tersebut,

Andai kata Kebenaran menuruti kecenderungan mereka, tentulah langit


maupun bumi mengalami kekacauan maupun segala yang berada di dalamnya;
yang sebenarnya Kami telah menghadirkan himbauan kepada mereka, tetapi
mereka meremehkan himbauan itu.

Ataukah kamu menuntut upah dari mereka? maka karunia dari Tuhanmu
adalah yang terbaik sebab Dialah Pemberi karunia Terbaik, bahwasanya kamu
benar-benar mengajak mereka menuju Jalan Lurus, sungguh orang-orang yang
tidak mengimani Akhirat benar-benar menyimpang terhadap Jalan tersebut,
sekiranya Kami belas kasihani mereka sehingga Kami hapuskan kesukaran pada
diri mereka, tentulah mereka akan terus terhuyung-huyung dalam penyimpangan

97
VIII | STRATEGI JITU DALAM BERKOMPETISI

mereka, bahwa telah Kami timpakan Azab kepada mereka namun mereka tidak
tunduk kepada Tuhan mereka, serta mereka tidak merendah diri, sampai apabila
Kami bukakan untuk mereka suatu gerbang Azab yang teramat keras, seketika
mereka berputus asa.

98
‫‪9‬‬
‫‪B A L A S A N K E PA D A K A U M‬‬

‫‪PEMBANGKANG‬‬

‫)‪(QS. AL-MUKMINUN 74-83‬‬


‫”‪“Dwiki Arief Rahmadi‬‬

‫اه ْم َوَك َش ْفنَا‬ ‫ِ‬ ‫وإِ َّن الَّ ِذين ََّل ي ْؤِمنُو َن ِِب ْآل ِخرةِ َع ِن ِ ِ ِ‬
‫الص َراط لَنَاكبُو َن (‪َ )74‬ولَ ْو َرْحْنَ ُ‬ ‫َ‬ ‫َ ُ‬ ‫َ‬
‫َخ ْذ ََن ُه ْم ِِبل َْع َذ ِ‬
‫اب فَ َما‬ ‫َما ِبِِ ْم ِم ْن ُ‬
‫ض ٍر لَلَ ُّجوا ِِف طُغْيَاُنِِ ْم يَ ْع َم ُهو َن (‪َ )75‬ولََق ْد أ َ‬
‫اب َش ِد ٍ‬
‫يد‬ ‫استَ َكانُوا لَِرِبِِ ْم َوَما يَتَ َ‬
‫ض َّرعُو َن (‪َ )76‬ح ََّّت إِذَا فَتَ ْحنَا َعلَْي ِه ْم َِب ًِب ذَا َع َذ ٍ‬ ‫ْ‬

‫ص َار َو ْاِلَفْئِ َد َة‬ ‫سو َن (‪َ )77‬و ُه َو الَّ ِذي أَنْ َ‬ ‫ِِ ِ‬ ‫ِ‬
‫الس ْم َع َو ْاِلَبْ َ‬
‫شأَ لَ ُك ُم َّ‬ ‫إ َذا ُه ْم فيه ُم ْبل ُ‬
‫قَلِ ًيَل َما تَ ْش ُك ُرو َن (‪َ )78‬و ُه َو الَّ ِذي ذَ َرأَ ُك ْم ِِف ْاِل َْر ِ‬
‫ض َوإِلَْي ِه َُتْ َ‬
‫ش ُرو َن (‪)79‬‬
IX | BALASAN KEPADA KAUM PEMBANGKANG

‫) بَ ْل قَالُوا‬80( ‫َّها ِر أَفَ ََل تَ ْع ِقلُو َن‬ ُ ِ‫َو ُه َو الَّ ِذي ُُْييِي َوُْي‬
ُ ‫يت َولَهُ ا ْختِ ََل‬
َ ‫ف اللَّْي ِل َوالن‬

‫) قَالُوا أَإِ َذا ِم ْت نَا َوُكنَّا تُ َر ًاِب َو ِعظَ ًاما أَإِ ََّن لَ َم ْب عُوثُو َن‬81( ‫ال ْاِل ََّولُو َن‬
َ َ‫ِمثْ َل َما ق‬

)83( ‫ني‬ِ ِ ‫) لََق ْد و ِع ْد ََن ََْنن وآِب ُؤََن ه َذا ِمن قَبل إِ ْن ه َذا إََِّّل أ‬82(
َ ‫َساطريُ ْاِل ََّول‬
َ َ ُْ ْ َ َ َُ ُ
74. Dan sungguh orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat benar-benar
telah menyimpang dari jalan (yang lurus).
75. Dan sekiranya mereka Kami kasihani, dan Kami lenyapkan malapetaka
yang menimpa mereka, pasti mereka akan terus menerus terombang-
ambing dalam kesesatan mereka.
76. Dan sungguh Kami telah menimpakan siksaan kepada mereka, tetapi
mereka tidak mau tunduk kepada Tuhannya, dan (juga) tidak merendahkan
diri.
77. Sehingga apabila Kami bukakan untuk mereka pintu azab yang sangat
keras, seketika itu mereka menjadi putus asa.
78. Dan Dialah yang telah menciptakan bagimu pendengaran, penglihatan,
dan hati nurani. Tetapi sedikit sekali kamu bersyukur.
79. Dan Dialah yang menciptakan dan mengembangbiakkan kamu di bumi dan
kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.
80. Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan Dialah yang
(mengatur) pergantian malam dan siang. Tidakkah kamu mengerti?
81. Bahkan mereka mengucapkan perkataan yang serupa dengan apa yang
diucapkan oleh orang-orang terdahulu.
82. Mereka berkata, "Apakah betul, apabila Kami telah mati dan telah menjadi
tanah dan tulang belulang, kami benar-benar akan dibangkitkan kembali?
83. Sungguh, yang demikian ini sudah dijanjikan kepada kami dan kepada
nenek moyang kami sejak dahulu, ini hanyalah dongeng orang-orang
terdahulu! "
84. Katakanlah (Muhammad), "Milik siapakah bumi, dan semua yang ada di
dalamnya, jika kamu mengetahui?"

ِ ‫الصر‬
‫اط لَنَاكِبُو َن‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َّ
َ ‫َوإِ َّن الذ‬
َ ‫ين ََّل يُ ْؤمنُو َن ِبآلخ َرة َع ِن‬
“Dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat
benar-benar menyimpang dari jalan (yang lurus).” (Al Mu’minun: 74)

100
IX | BALASAN KEPADA KAUM PEMBANGKANG

ِ ‫الصر‬
‫اط‬ ِ
َ : ia adalah jalan yang lurus yang mengarahkan ke tujuan dengan usaha
yang lebih sedikit, waktu yang lebih sedikit dan membawa kepada sebaik-
baiknya tujuan

‫لَنَاكِبُو َن‬: yakni orang-orang yang menentang jalannya atau tidak

lurus/seimbang70

Yakni benar-benar membelok, melampaui batas, dan menyimpang dari


jalan yang lurus. Dikatakan oleh orang-orang Arab, "Nakaba Fulanun anit tariq
(si Fulan menyimpang dari jalan yang semestinya)," yakni bila ia menyimpang
darinya menuju ke jalur lain.

Firman Allah Swt.:

ِ
ُ ‫ش ْفنَا َما ِبِِ ْم ِم ْن‬
‫ض ٍر لَلَ ُّجوا ِِف طُ ْغيَاُنِِ ْم يَ ْع َم ُهو َن‬ َ ‫اه ْم َوَك‬
ُ َ‫َول َْو َرْحْن‬
“Andai kata Kami belas kasihani mereka, dan Kami lenyapkan kemudaratan
yang mereka alami, benar-benar mereka akan terus menerus terombang-ambing
dalam keterlaluan mereka.” (Al Mu’minun: 75)

‫لَلَ ُّجوا‬: dapat diartikan dengan ‫ متادوا‬yang artinya tetap pada tuntutanya atau
melanjutkan.
‫طُغْيَاِنِِ ْم‬: melewati batas
Kata ‫ اللجوا‬bersal dari kata ‫ ل‬yang berarti tetap, terus menerus kendati tidak

berubah dan berulang-ulang. Dari sini, ombka dan gelombang dinamai ‫ جلة‬karena

ia terus menerus tanpa henti dan turun naik, bergulung-gulung dan


menghempaskan air. Redaksi ini menunjukan betapa keras kepala dan bejaat hati

70
Mutawalli Al-Sya’rawi, Tafsir As-Sya’rawi. Maktabah Syamilah, hal:6212

101
IX | BALASAN KEPADA KAUM PEMBANGKANG

kaum musyrikin itu hingga petaka yang menimpa mereka tidak berperan dama
dekali dan tidak mengubah pola hidup mereka.71

Allah SWT menjadikan pada semua hal memiliki keputusan atas batasan-
batasanya tidak kurang bdan tidak lebih. Apabila kta mengikuti keputusan atas
batasan yang Allah berikan dan kita istiqomah didalamnya maka alur hidup kita
akan lurus dan lancar tanpa hambatan. Dan apabila melampaui batas pada satu
hal saja, maka akan rusak alur hidup itu. Bahakan air pun yang Allah ciptakan
sebagai sumber kehidupan, jika melampaui batas, maka akan meneggelamkan
dan menghancurkan keseimbangan dari hidup72

Allah Swt. menceritakan tentang kemilitanan mereka dalam kekafirannya,


bahwa seandainya Allah melenyapkan mudarat yang menimpa mereka dan
memberikan pengertian kepada mereka tentang Al-Qur'an, tentulah mereka tidak
mau tunduk kepadanya dan tentulah mereka tetap berada dalam kekafiran,
keingkaran, dan keterlaluan mereka. Seperti yang diungkapkan dalam ayat lain
melalui firman-Nya:

ُ ‫َُسَ َع ُه ْم لَتَ َولَّ ْوا َو ُه ْم ُم ْع ِر‬ ِ َّ ‫ولَو َعلِم‬


‫ضو َن‬ ْ ‫ِلُسَ َع ُه ْم َول َْو أ‬ ً ْ ‫اَّللُ في ِه ْم َخ‬
ْ ‫ريا‬ َ َْ
“Kalau sekiranya Allah mengetahui kebaikan pada mereka, tentulah Allah
menjadikan mereka dapat mendengar. Dan jikalau Allah menjadikan mereka
dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga, sedangkan mereka
memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu).” (Al-Anfal: 23)

Dan firman Allah Swt.:

ِِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ب ِِب ََيت َربِنَا َونَ ُكو َن م َن ال ُْم ْؤمن‬
.‫ني‬ َ ‫َول َْو تَ َرى إِ ْذ ُوق ُفوا َعلَى النَّا ِر فَ َقالُوا ََي ل َْي تَ نَا نُ َر ُّد َوَّل نُ َكذ‬
ِ ‫ادوا لِما ُُنُوا َع ْنهُ وإِ َُّنُم لَ َك‬
‫ َوقَالُوا إِ ْن‬.‫اذبُو َن‬ ِ
ْ َ َ ُ ‫بَ ْل بَ َدا ََلُ ْم َما َكانُوا ُيُْفو َن م ْن قَ ْب ُل َول َْو ُردُّوا ل ََع‬
ِ ِ
َ ‫ه َي إَِّل َحيَاتُنَا الدُّنْ يَا َوَما ََْن ُن ِِبَْب عُوث‬
‫ني‬

71
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Lentera Hati: Ciputat,2010) jilid.8, hal
397
72
Mutawalli Al-Sya’rawi, Tafsir As-Sya’rawi. Maktabah Syamilah, hal 6213

102
IX | BALASAN KEPADA KAUM PEMBANGKANG

“Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu
mereka berkata, "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan
ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman, "(tentulah
kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan). Tetapi (sebenarnya) telah
nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya.
Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa
yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu
adalah pendusta-pendusta. Dan tentu mereka akan mengatakan (pula), "Hidup
hanyalah kehidupan kita di dunia saja, dan kita sekali-kali tidak akan
dibangkitkan.” (Al-An'am: 27-29)

Hal ini termasuk ke dalam ilmu Allah yang mengetahui segala sesuatu yang
tidak akan terjadi, dan bagaimanakah akibatnya seandainya hal itu terjadi.

Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa setiap kalimat


yang diawali dengan kata lau menunjukkan makna tidak akan terjadi selama-
lamanya.

ِ ‫َخ ْذ ََن ُه ْم ِِبل َْع َذ‬


‫اب‬ َ ‫َولَ َق ْد أ‬
Dan sesungguhnya Kami telah pernah menimpakan azab kepada mereka (Al
Mu’minun: 76)

Maksudnya Kami telah menguji mereka dengan berbagai macam musibah


dan bencana.

َ َ‫استَ َكانُوا لَِرِبِِ ْم َوَما يَت‬


‫ض َّرعُو َن‬ ْ ‫فَ َما‬
“maka mereka tidak tunduk kepada Tuhan mereka, dan (juga) tidak memohon
(kepada-Nya) dengan merendahkan diri.” (Al Mu’minun: 76)

Ayat di atas menyatakan bahwa Allah SWT telah menimpakan adzab


yang tidak terlalu pedih kepada mereka melalui beraneka cobaan seperti
penyakit, kelaparan dan pembunuhan, maka mereka tetap tidak bergeming
merubah sikap mereka untuk tunduk kepada tuhan mereka, yagn selama ini baik

103
IX | BALASAN KEPADA KAUM PEMBANGKANG

terhadap mereka. Yaitu jika perlakuan Allah terhadap mereka seperti yang
disebut diatas sudah menunjukan kebaikan Allah.73

Maka hal itu tidak membuat mereka sadar dari kekafirannya dan sikap
mereka yang menentang, bahkan mereka berkelanjutan dalam kesesatannya
selama mereka berada. Dengan kata lain, mereka tidak pernah tunduk patuh.

‫ض َّرعُو َن‬
َ َ‫َوَما يَت‬
“dan (juga) tidak memohon (kepada-Nya) dengan merendahkan diri.” (Al
Mu’minun: 76)

Yakni tidak pernah berdoa (memohon) sebagaimana disebutkan dalam ayat


lain melalui firman-Nya:

َّ ‫وِبُ ْم َوَزيَّ َن ََلُُم‬


‫الش ْيطَا ُن َما َكانُوا يَ ْع َملُو َن‬ ُ ُ‫ت قُل‬
ْ ‫س‬ ِ ِ
َ َ‫ض َّر ُعوا َولَك ْن ق‬
َ َ‫ْسنَا ت‬
ُ ‫اء ُه ْم َِب‬
َ ‫فَ لَ ْوَّل إ ْذ َج‬
Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk
merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati
mereka telah menjadi keras. (Al-An'am: 43)

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul
Husain, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Hamzah Al-Marwazi,
telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada
kami ayahku, dari Yazid An-Nahwi, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang
mengatakan bahwa Abu Sufyan datang kepada Rasulullah Saw., lalu berkata,
"Hai Muhammad, saya memohon kepadamu demi Allah dan demi pertalian
persaudaraan, sesungguhnya kami telah memakan 'alhaz (yakni bulu unta dan
darah karena paceklik yang berkepanjangan)." Maka Allah Swt. menurunkan
firman-Nya: Dan sesungguhnya Kami telah pernah menimpakan azab kepada
mereka, maka mereka tidak tunduk. (Al Mu’minun: 76).74

73
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Lentera Hati: Ciputat,2010) jilid.8, hal
398
74
Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Katsir. Maktabah Syamilah. Hal 487

104
IX | BALASAN KEPADA KAUM PEMBANGKANG

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Nasai dari Muhammad ibnu
Aqil, dari Ali ibnul Husain, dari ayahnya dengan sanad yang sama. Asal hadis
berada pada kitab Sahihain, disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah
mendoakan kebinasaan atas kaum Quraisy ketika mereka membangkang yaitu:

ِ ِ َّ
"‫ف‬
َ ‫وس‬
ُ ُ‫س ْب ِع ي‬ َ ‫"الل ُه َّم أَع ِِن َعلَْي ِه ْم ب‬
َ ‫س ْب ٍع َك‬
Ya Allah, tolonglah aku dalam menghadapi mereka dengan (menimpakan)
musim tujuh tahun paceklik seperti pacekliknya Nabi Yusuf (kepada mereka).

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul
Husain, telah menceritakan kepada kami Salamah ibnu Syabib, telah
menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ibrahim, dari Umar ibnu Kisan, telah
menceritakan kepadaku Wahb ibnu Umar ibnu Kaisan yang mengatakan bahwa
Wahb ibnu Munabbih pernah ditahan. Maka berkatalah seorang laki-laki dari
kalangan anak-anaknya, "Maukah aku bangunkan sebuah tenda dari kain bulu,
hai Abu Abdullah?" Ia menjawab bahwa dirinya sedang mengalami suatu jenis
dari azab Allah, dan Allah telah berfirman: Dan sesungguhnya Kami telah pernah
menimpakan azab kepada mereka, maka mereka tidak tunduk kepada Tuhan
mereka, dan (juga) tidak memohon (kepada-Nya) dengan merendahkan diri. (Al
Mu’minun: 76)

Kemudian Wahb melakukan puasa tiga hari berturut-turut. Ketika


dikatakan kepadanya, "Hai Abu Abdullah, puasa apakah yang kamu lakukan
ini?" Ia menjawab, "Saya ditimpa suatu cobaan, maka saya melakukan sesuatu."
Maksudnya, penjara telah menempatkan dirinya dalam posisi orang yang sedang
diu i, maka ia menambahkan ibadahnya, yakni agar berbeda dengan sikap orang-
orang kafir.

105
IX | BALASAN KEPADA KAUM PEMBANGKANG

Firman Allah Swt.:

ِ ِِ ٍِ ِ ٍ ِ
ُ ‫َح ََّّت إذَا فَ تَ ْحنَا َعلَْي ِه ْم َِب ًِب ذَا َع َذاب َشديد إذَا ُه ْم فيه ُم ْبل‬
‫سو َن‬
“Hingga apabila Kami bukakan untuk mereka suatu pintu yang ada azab yang
amat sangat (di waktu itulah) tiba-tiba mereka menjadi putus asa.” (Al
Mu’minun: 77)

Yakni manakala datang menimpa mereka perintah (azab) Allah dan kiamat
datang kepada mereka dengan sekonyong-konyong, yang menyebabkan mereka
mengalami azab Allah tanpa mereka duga-duga sebelumnya, tiba-tiba mereka
merasa putus asa dari semua kebaikan dan putus harapan dari semua keadaan
yang mengenakkan, serta terputuslah semua cita-cita dan harapan mereka.75

Dalam tafsir Al-Misbah diilustrasikan bahwa pintu disisni bagaikan


dibelakang pintu terhdapat musuh yang sangat banyak dan ketika terbuka maka
musuh langsung menerjang dan menyiksa mereka. Juga diilustrasikan seperti
tembok yang menghalangi Api ataupun air, yang dimana jika tembok itu jebol
maka air atau api itu akan melanda mereka dan membinasakn segalanya.76

Selanjutnya Allah menyebutkan nikmat-nikmat-Nya kepada semua hamba-


Nya, bahwa Dia telah menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati bagi
mereka; yang dengan kesemuanya itu mereka dapat mengingat segala sesuatu
dan mengambil pelajaran dari semua yang ada di alam semesta berupa tanda-
tanda yang menunjukkan keesaan Allah, dan bahwa Dialah yang melakukan
segala sesuatunya.atas kehendak-Nya sendiri.

75
Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Katsir. Maktabah Syamilah. Hal 487
76
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Lentera Hati: Ciputat,2010) jilid.8, hal
398

106
IX | BALASAN KEPADA KAUM PEMBANGKANG

Firman Allah Swt.:

‫قَلِيَل َما تَ ْش ُك ُرو َن‬


“Amat sedikitlah kalian bersyukur.” (Al Mu’minun: 78)

Artinya alangkah sedikitnya syukur kalian kepada Allah atas semua nikmat
yang dilimpahkan-Nya kepada kalian. Sama pengertiannya dengan apa yang
disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain:

ِِ َ ‫ص‬
َ ‫ت ِِبُْؤمن‬
‫ني‬ ِ ‫َوَما أَ ْكثَ ُر الن‬
ْ ‫َّاس َول َْو َح َر‬
Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat
menginginkannya. (Yusuf: 103)

‫ص َر َو ْٱِلَفِْ َدةَ قَلِ ًيَل َّما تَ ْش ُك ُرو َن‬


َٰ ْ‫ٱلس ْم َع َو ْٱِلَب‬
َّ ‫شأَ لَ ُك ُم‬ ٰٓ ‫َو ُه َو ٱلَّ ِذ‬
َ ‫ى أَن‬
Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran,
penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur. (Al Mu’minun: 79)

Pada ayat diatas bahkan disetiap kalimat pada Al-Quran urutan kata
Sam’un di awal dan kemudian diikuti dua kalimat setelahnya yaitu Bashor dan
Fuad. Karena itu adalah perurutan yuang sangat tepat, bahwa dalam ilmu
kedokteran pendegaranlah yang berfungsi terlebih dahulu mendahului indar
pengelihatan, dimana indra pengelihatan baru berfungsi pada bulan ketiga dan
menjad sempuran saat menginjak bulan keenam. Begitu juga hati atau Fuad yang
berfungsi jauh setelah kedua indra tersebut, dimana yang berfungsi sebagai
pemilah yang baik dan buruk.

Dipilihnya bentuk jamak pada kalimat Bashor dan Fuad yaitu bahwa
dalam pendengaran semu orang akan mendegar hal yang sama, tetapi saat
melewati taham pengelihatan akan terlahir persepektif dan pandagan yang
berbeda, entah dari latar belakang atau sebagainya. Begitu juga cara kerja hati

107
IX | BALASAN KEPADA KAUM PEMBANGKANG

manusia yang tidak berpatok pada satu keadaan, dimana ada saat senang dan
sedih. Urutan tersebut juga dapat dipahami menjadi jalur manusia dalam menilai
suatu hal.77

Kemudian Allah SWT. menyebutkan tentang kekuasaan-Nya Yang Maha


besar dan pengaruh-Nya Yang Mahaperkasa terhadap makhluknya, bahwa
Dialah yang telah menciptakan mereka dan menyebarkan mereka ke segala
penjuru dunia dengan berbagai macam bangsa, bahasa, dan sifat-sifat mereka.
Kemudian pada hari kiamat Dia akan menghimpunkan orang-orang yang
terdahulu dan orang-orang yang terkemudian dari mereka di suatu tempat yang
telah dimaklumi pada hari yang tertentu. Maka tiada seorang pun dari mereka
yang tertinggal, baik yang kecil maupun yang besar, baik yang laki-laki maupun
perempuan, baik yang terhormat maupun yang hina; semuanya dihidupkan
kembali sebagaimana penciptaan semula. Karena itulah disebutkan oleh firman-
Nya:

ُ ِ‫َو ُه َو الَّ ِذي ُُْييِي َوُْي‬


‫يت‬
“Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan.” (Al-Mu’minun: 80)

Yaitu menghidupkan kembali tulang belulang mereka yang telah hancur


dan mematikan semua umat.

ُ ِ‫َولَهُ ا ْخت‬
َ ‫َلف اللَّْي ِل َوالن‬
‫َّها ِر‬
dan Dialah yang (mengatur) pertukaran malam dan siang. (Al-Mu’minun: 80)

Yakni berdasarkan perintah-Nyalah ditundukkan malam dan siang hari;


masing-masing dari keduanya mengejar yang lainnya dengan cepat secara silih
berganti, tidak pernah berhenti dan tidak pernah terpisah oleh suatu waktu pun

77
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Lentera Hati: Ciputat,2010) jilid.8, hal
405

108
IX | BALASAN KEPADA KAUM PEMBANGKANG

yang menyela-nyelai keduanya. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui
firman-Nya:

ٍ َ‫َّها ِر وُكلٌّ ِِف فَ ل‬ ِ َّ ِ


‫ك يَ ْسبَ ُحو َن‬ َ َ ‫س يَ ْن بَغي ََلَا أَ ْن تُ ْد ِر َك الْ َق َم َر َوَّل الل ْي ُل َساب ُق الن‬ َّ ‫ََّل‬
ُ ‫الش ْم‬
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat
mendahului siang. (Yasin: 40)

Adapun firman Allah Swt.:

‫أَفََل تَ ْع ِقلُو َن‬


“Maka apakah kalian tidak memahaminya?” (Al Mu’minun: 80)

Maksudnya apakah kalian tidak berakal yang menunjukkan kepada kalian


akan Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui yang mengalahkan segala
sesuatu dan Mahaagung atas segala sesuatu, serta tunduk kepada-Nya segala
sesuatu?

Kemudian Allah Swt. berfirman, menceritakan tentang orang-orang yang


ingkar kepada hari berbangkit, yaitu orang-orang yang meniru sikap para
pendahulu mereka yang mendustakannya:

‫ قَالُوا أَئِ َذا ِم ْت نَا َوُكنَّا تُ َر ًاِب َو ِعظَ ًاما أَئِنَّا ل ََم ْب عُوثُو َن‬.‫اِلولُو َن‬
َّ ‫ال‬َ َ‫بَ ْل قَالُوا ِمثْ َل َما ق‬
“Sebenarnya mereka mengucapkan perkataan yang serupa dengan perkataan
yang diucapkan oleh orang-orang dahulu kala. Mereka berkata, "Apakah betul,
apabila kami telah mati dan kami telah menjadi tanah dan tulang belulang,
apakah sesungguhnya kami benar-benar akan dibangkitkan?” (Al Mu’minun:
81-82)

Ayat diatas mengisyaratkan bahwa mereka yang bertaklid buta kepada


leluhur dan generasi terdahulu merupakan penghalang bagi pencapaina
kebenaran serta pengantar bagi keterpakuan dalam keterbathilan dan
keterbelakangan. Ucapan kaum musyrikin pada ayat selanjuutnya yang
menyebut kematian sekaligus menyatakan “menjadi tana dan tulan belulang”

109
IX | BALASAN KEPADA KAUM PEMBANGKANG

bertujuan menggambarkan lebih jelas lagi kemustahilan kehidupan dan


kebangkitan setelah kematian itu.78

‫ني‬ِ َّ ‫اطري‬
ِ ‫لَ َق ْد و ِع ْد ََن ََْنن وآِب ُؤََن ه َذا ِمن قَبل إِ ْن ه َذا إَِّل أ‬
َ ‫اِلول‬ ُ ‫َس‬َ َ ُْ ْ َ َ َ ُ ُ
"Sesungguhnya kami dan bapak-bapak kami telah diberi ancaman (dengan) ini
dahulu, ini tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang-orang dahulu
kala.” (Al Mu’minun; 83)

ِ ‫أَس‬: ialah omongan/perkataan dusta yang tidak memiliki kebenaran


‫اطري‬ َ
(dongeng)79
Maksudnya, hari berbangkit itu suatu hal yang mustahil. Sesungguhnya
orang yang memberitahukannya hanyalah menukil dari kitab-kitab terdahulu dan
disebutkan bahwa berita itu ditentang oleh umat di masanya. Pengingkaran dan
pendustaan terhadap hari berbangkit ini sama dengan yang ada di dalam firman-
Nya yang menceritakan berita mereka:

ِ‫اهرة‬ ِ ‫ فَِإ ََّنَا ِهي زجرةٌ و‬.ٌ‫اسرة‬


ِ َّ ‫ فَِإذَا هم ِِب‬.ٌ‫اح َدة‬ ِ ِ َ ‫ قَالُوا تِل‬.ً‫أَئِ َذا ُكنَّا ِعظَ ًاما ََِنرة‬
َ ‫لس‬ ُْ َ ََْ َ َ ‫ْك إذًا َك َّرةٌ َخ‬ َ
“Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kami telah menjadi tulang belulang
yang hancur lumat? Mereka berkata, "Kalau demikian, itu adalah suatu
pengembalian yang merugikan.” Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah
dengan satu kali tiupan saja, maka dengan serta merta mereka hidup kembali di
permukaan bumi.” (An-Nazi'at: 11-14)

Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:

ِ
ُ‫ب لَنَا َمثََل َونَ ِس َي َخ ْل َقه‬
َ ‫ض َر‬
َ ‫ َو‬.‫ني‬ ٌ ِ‫يم ُمب‬ ِ ٍ
ٌ ‫سا ُن أ َََّن َخلَ ْقنَاهُ م ْن نُطْ َفة فَِإذَا ُه َو َخص‬
َ ْ‫أ ََوََلْ يَ َر اإلن‬
ِ ِ ٍ َ ْ‫يم قُ ْل ُُْييِ َيها الَّ ِذي أَن‬ ِ ِ َ‫ال من ُُييِي ال ِْعظ‬
ٌ ‫شأ ََها أ ََّو َل َم َّرة َو ُه َو ب ُك ِل َخل ٍْق َعل‬
‫يم‬ ٌ ‫ام َوه َي َرم‬
َ ْ ْ َ َ َ‫ق‬

78
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Lentera Hati: Ciputat,2010) jilid.8, hal
413
79
Mutawalli Al-Sya’rawi, Tafsir As-Sya’rawi. Maktabah Syamilah, hal 6227

110
IX | BALASAN KEPADA KAUM PEMBANGKANG

“Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari


setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi musuh yang nyata? Dan dia
membuat perumpamaan bagi Kami dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata,
"Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?"
Katakanlah, "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang
pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.” (Yasin: 77-79)

Bahwa orang-orang yang telah melewati batas itu sangat keterlaluan,


bahakan peringatan Allah pun diabaikanya, padahal peringatan itu berbuntuk
adzab. Barulah jika diberi adzab yang dapat memusnahkan bahkan
membinasakan dimana mereka tidak bisa menghindarinya, baru mereka merasa
bersalah. Seperti jika kita salah masuk tol, tidak ada puter balik ataupun belok,
tetapi kita akan terus terbawa arus tol hingga akhir atau jalan keluar.

Allah sangat menyayangi hambanya, yaitu saat Hambanya berbuat dosa


maka Allah tidak akan langsung mengadzabnya. Bahkan setingkat kaum yang
musyrik yang melewati bataspun tidak langsung Allah musnahkan, tetapi diberi
Adzab yang kecil terlebih dahulu. Bau jika mereka mengacuhkanya maka
seketika Allah akan membinasakan mereka

Allah telah memberi banyak nimat, bahkan sekalipun setelah kaum yang
diazdab, Allah masih berfikir untuk melihat perubahan hambanya, tapi jika kita
terjebak dalam taqlid buta kepada leluhur kita yang terdahulu, maka
sesungguhnya, pendegaran, pengelihatan bahkan hatipun tidak akan menoleh
kepada kebenaran

111
IX | BALASAN KEPADA KAUM PEMBANGKANG

112
‫‪10‬‬
‫‪SANGGAHAN TERHADAP ORANG‬‬

‫‪KAFIR‬‬

‫)‪(QS. AL-MUKMINUN 84-92‬‬


‫”‪“Kasis Darmawan‬‬

‫قُل لِم ِن ْاِلَرض ومن ِفيها إِ ْن ُك ْن تم تَعلَمو َن (‪ )84‬سي ُقولُو َن َِِّ‬


‫َّلل قُ ْل أَفَ ََل تَ َذ َّك ُرو َن‬ ‫ََ‬ ‫ُْ ْ ُ‬ ‫ْ َ ْ ُ ََ ْ َ‬
‫ش الْع ِظ ِيم (‪ )86‬سي ُقولُو َن َِِّ‬ ‫السماو ِ‬
‫َّلل‬ ‫ََ‬ ‫ب ال َْع ْر ِ َ‬
‫الس ْب ِع َوَر ُّ‬
‫ات َّ‬ ‫ب َّ َ َ‬
‫(‪ )85‬قُ ْل َم ْن َر ُّ‬

‫ار َعلَْي ِه‬ ‫ِ‬ ‫ٍ‬ ‫قُ ْل أَفَ ََل تَتَّ ُقو َن (‪ )87‬قُ ْل َم ْن بِيَ ِد ِه َملَ ُك ُ‬
‫وت ُك ِل َش ْيء َو ُه َو َُي ُ‬
‫ري َوََّل َُيَ ُ‬
‫اه ْم ِِب َْلَ ِق‬ ‫إِ ْن ُك ْن تم تَعلَمو َن (‪ )88‬سي ُقولُو َن َِِّ‬
‫ََّن تُ ْس َح ُرو َن (‪ )89‬بَ ْل أَتَ ْي نَ ُ‬
‫َّلل قُ ْل فَأ َّ‬ ‫ََ‬ ‫ُْ ْ ُ‬
‫ب ُك ُّل‬ ‫ِ ٍِِ‬ ‫اذبو َن (‪ )90‬ما َّاَتَ َذ َّ ِ ٍ‬
‫ِ‬
‫َوإِ َُّنُ ْم لَ َك ُ‬
‫اَّللُ م ْن َولَد َوَما َكا َن َم َعهُ م ْن إلَه إ ًذا لَ َذ َه َ‬ ‫َ‬

‫ص ُفو َن (‪َ )91‬ع ِاَل‬ ‫ض سبحا َن َِّ‬


‫اَّلل َع َّما ي ِ‬
‫َ‬ ‫إِلَ ٍه ِِبَا َخلَ َق َولَ َع ََل بَ ْع ُ‬
‫ض ُه ْم َعلَى بَ ْع ٍ ُ ْ َ‬

‫ادةِ فَ تَ َع َاَل َع َّما يُ ْش ِرُكو َن (‪)92‬‬ ‫الْغَْي ِ‬


‫ب َو َّ‬
‫الش َه َ‬
X | SANGGAHAN TERHADAP ORANG KAFIR

84. Katakanlah (Muhammad), "Milik siapakah bumi, dan semua yang ada di
dalamnya, jika kamu mengetahui?"
85. Mereka akan menjawab, "Milik Allah." Katakanlah, "Maka apakah kamu
tidak ingat?"
86. Katakanlah, "Siapakah Tuhan yang memiliki langit yang tujuh dan yang
memiliki 'Arsy yang agung?"
87. Mereka akan menjawab, "Milik Allah." Katakanlah, "Maka mengapa kamu
tidak bertakwa?"
88. Katakanlah, "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan segala
sesuatu. Dia melindungi, dan tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-
Nya, jika kamu mengetahui?"
89. Mereka akan menjawab, "Milik Allah." Katakanlah, "(Kalau demikian),
maka bagaimana kamu sampai tertipu?"
90. Padahal Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, tetapi mereka
benar-benar pendusta.”
91. Allah tidak mempunyai anak, dan tidak ada tuhan (yang lain) bersama-Nya,
(sekiranya tuhan banyak), maka masing-masing tuhan itu akan membawa
makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan
mengalahkan sebagian yang lain. Mahasuci Allah dari apa yang mereka
sifatkan itu,
92. (Dialah Tuhan) yang mengetahui semua yang gaib dan semua yang tampak,
Mahatinggi (Allah) dari apa yang mereka persekutukan.

)85( ‫َّلل قُ ْل أَفَ ََل تَ َذ َّك ُرو َن‬ َِِّ ‫) سي ُقولُو َن‬84( ‫قُل لِم ِن ْاِلَرض ومن فِيها إِ ْن ُك ْن تم تَعلَمو َن‬
ََ ُ ْ ُْ َ ْ ََ ُ ْ َ ْ
ِ ِ ِ
‫) َسيَ ُقولُو َن ََّّلل قُ ْل أَفَ ََل تَتَّ ُقو َن‬86( ‫ش ال َْعظ ِيم‬ ِ ‫ب ال َْع ْر‬ُّ ‫الس ْب ِع َوَر‬ ِ
َّ ‫الس َم َاوات‬ َّ ‫ب‬ ُّ ‫قُ ْل َم ْن َر‬
ٍ
)88( ‫ار عَلَْي ِه إِ ْن ُك ْن تُ ْم تَ ْعلَ ُمو َن‬ ِ
ُ ‫وت ُك ِل َش ْيء َو ُه َو َُي‬
ُ َ‫ري َوََّل َُي‬ ُ ‫) قُ ْل َم ْن بِيَ ِدهِ َملَ ُك‬87(
)89( ‫ََّن تُ ْس َح ُرو َن‬ َِِّ ‫سي ُقولُو َن‬
َّ ‫َّلل قُ ْل فَأ‬ ََ
84. Katakanlah (Muhammad), "Milik siapakah bumi, dan semua yang ada di
dalamnya, jika kamu mengetahui?"
85. Mereka akan menjawab, "Milik Allah." Katakanlah, "Maka apakah kamu
tidak ingat?"
86. Katakanlah, "Siapakah Tuhan yang memiliki langit yang tujuh dan yang
memiliki 'Arsy yang agung?"
87. Mereka akan menjawab, "Milik Allah." Katakanlah, "Maka mengapa kamu
tidak bertakwa?"
88. Katakanlah, "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan segala
sesuatu. Dia melindungi, dan tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-
Nya, jika kamu mengetahui?"

114
X | SANGGAHAN TERHADAP ORANG KAFIR

89. Mereka akan menjawab, "Milik Allah." Katakanlah, "(Kalau demikian),


maka bagaimana kamu sampai tertipu?"

Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw. agar membantah para


penggingkar hari kiamat yang menguraikan dalih pengingkaranya pada ayat-ayat
yang lalu. Kini, Allah berfirman: Wahai Nabi Muhammad, katakanlah kepada
musyrikin Mekkah dan siapa pun yang meragukan keniscayaan Kiamat: "Milik
siapakah, yakni siapakah yang menciptakan, mengatur, dan menguasai secara
hakiki bumi ini, dan demikian juga siapa, yakni makhluk yang hidup dan berakal
yang ada padanya? Jika kamu mengetahui, maka jawablah pertanyaan ini!
Karena tidak ada jawaban yang tepat untuk pertanyaan itu dan karena mereka
pun sadar bahwa Allah adalah Pemilik mutlak, tentu saja mereka akan menjawab
tanpa menunggu lama bahwa Itu adalah kepunyaan Allah. Katakanlah: Kalau
memang jawaban kamu demikian, maka apakah kamu tidak ingat dan sadar
bahwa siapa yang demikian itu sifat dan kekuasaannya pastilah kuasa
membangkitkan manusia setelah kematian mereka?" Katakanlah: "Siapakah
Tuhan Pemilik dan Pengatur langit yang tujuh dan Tuhan Pemilik Arsy
singgasana yang agun Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah:
"Jika kamu mengakui hal itu, maka apakah kamu tidak bertaqwa yakni berusaha
menghindar dari siksa-Nya dengan melaksanakan tuntunan Nya? Katakanlah:
"Siapakah yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia
melindungi, memelihara, dan memenangkan siapa yang dikehendaki-Nya dan
tidak adayang dapat dilindungi sehingga tertolak dari siksa-Nya bila Dia
menetapkan untuk menyiksa? Jika kamu mengetahui, jawablah pertanyaan ini!"
Di sini pun mereka, yakni kaum musyrikin itu akan menjawab: "Kepunyaan Dia
yakni Allah”karena itu Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk mengecam
mereka, katakanlah wahai Muhammad "Maka bagaimana sehingga kamu ditipu
oleh hawa nafsu dan bujukan setan, lalu tidak taat kepada-Nya dan menduga
bahwa kebangkitan setelah kematian tidak mungkin terjadi?"

115
X | SANGGAHAN TERHADAP ORANG KAFIR

Kata (‫ ) َم ْن‬man pada firman-Nya ‫يها‬ِ


َ ‫ َوَم ْن ف‬wa man fiha’ in/dan siapa ada
padanya digunakan bagi makhluk hidup dan berakal. Agaknya, ayat ini memilih
kata tersebut karena jika telah terbukti kepemilikan Allah ayat terhadap makhluk
hidup yang berakal, tentu yang tidak berakal bahkan benda- benda mati pun lebih
dimiliki dan dikuasai-Nya. Berbeda dengan bila dinyatakan malapa yang
digunakan menunjuk benda-benda tak bernyawa karena kepemilikan benda tak
bernyawa belum dapat dijadikan bukti tentang kepemilikan yang hidup apalagi
yang berakal.80

Ayat 86 bertanya tentang "Siapakah tuhan langit yang tujuh”. Jawaban


mereka, sebagaimana terbaca pada ayat 87, bukan menyebut siapa Dia, padahal
pertanyaan dengan kata "siapa" menuntut penyebutan nama tetapi mereka
menjawab bahwa itu adalah "kepunyaan Allah” Jawaban mereka seperti itu
agaknya karena pengertian Rabb mereka pahami dalam arti pemilik dan Pengatur
sehingga wajar jika mereka menyatakan bahwa Pemiliknya adalah Allah. Ada
pendapat lain yang dikemukakan oleh Ibn 'Asyur, Menurutnya, jawaban mereka
itu disebabkan mereka enggan berkata bahwa Tuhan Pengendali dan Pengatur
langit dan bumi adalah Allah karena mereka percaya bahwa malaikat adalah
pengatur pengatur langit dan bumi yang telah diberi wewenang oleh Allah untuk
maksud tersebut. Dari sini, mereka hanya mengakui kepemilikan Allah terhadap
ketujuh langit bukan pengaturan-Nya Itu pula sebabnya dalam talbiyah kaum
musyrikin, ketika melaksanakan ibadah haji, mereka mengumandangkan bahwa:
"Labbaika la syarika laka illa syarikun huwa ka tamlikhu wa ma malak"
(kuperkenankan panggilan-Mu, kecuali sekutu bagimu yang Engkau miliki dan
dia tidak memiliki).

80
M. Quraish Shihab, Tafsir Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 415.

116
X | SANGGAHAN TERHADAP ORANG KAFIR

Kata (‫وت‬
ُ ‫ ) َملَ ُك‬malaktut asalnya dari kata (‫ )ملك‬milk/kepemilikan. Patron kata
itu tidak dikenal dalam kaidah bahasa Arab. Bahasa aslinya menggunakan patron
tersebut untuk menunjukkan kemantapan dan kekukuhan. Atas dasar itu, kata
malakut dipahami dalam arti kekuasaan dan kepemilikan yang amat kukuh,
mantap, lagi sempurna.

Kepemilikan Allah terhadap langit dan bumi, yakni seluruh alam raya,
mengandung juga makna kekuasaan dan wewenang penuh dalam mengaturnya
serta tidak dapat dialihkan atau dicabut oleh pihak lain. sebagaimana
kepemilikan makhluk. Kalaulah kita berkata bahwa manusia memiliki matanya,
itu berarti dia sendiri yang menggunakannya. Dia melihat atas perintah yang
bersumber dari dirinya. Jika ada yang memintanya melihat tetapi dia enggan, dia
tidak akan melihatnya. Kalau kita berkata demikian, itulah ilustrasi kepemilikan
wewenang dan pengaturan yang tentu saja tidak sepenuhnya sama dengan makna
kepemilikan Allah swt. yang jauh lebih besar daripada segala yang besar.

Dalam QS. Yasin (36]: 83, Allah menegaskan bahwa "Mahasuci Allah
yang dalam genggaman tangan-Nya malakut segala sesuatu. "Hal itu demikian
karena sebagaimana dijelaskan oleh ayat sebelumnya bahwa: "Sesungguhnya
Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya jadilah maka
terjadilah ia.”

Ayat 84 dan 88 ditutup dengan firman-Nya: "Jika kamu mengetahui” Ini


mengesankan bahwa mereka sebenarnya mengingkari sesuatu yang demikian
jelas yang tidak dapat dipungkiri oleh siapa pun yang memiliki sedikit
pengetahuan. Sedang, ditutupnya ayat 87 dengan “Apakah kamu tidak bertaqwa"
mengisyaratkan bahwa keterhindaran dari siksa Allah hanya dapat melaksanakan
tuntunan-Nya, antara lain mengesakan Allah diperoleh dengan dan mengakui
keniscayaan hari Kemudian. Pada ayat ini, sungguh amat tepat mereka diancam

117
X | SANGGAHAN TERHADAP ORANG KAFIR

karena telah didahului oleh bukti kekuasaan-Nya yang mereka akui sendiri, yakni
yang disebut oleh ayat sebelumnya.

Penyusunan urutan pertanyaan ayat-ayat di atas mencerminkan


peningkatan dari yang mudah dan sederhana hingga yang luas dan sulit. Ia
dimulai dengan pertnayaan tentang bumi dan makhluk-makhluk yang dapat
mereka saksikan (ayat 84) kemudian meningkat berbicara tentang langit dan
mereka Arsy yang berada sangat jauh dan diluar jangkauan pengetahuan manusia
(ayat 86, kemudian diakhiri dengan pertanyaan menyangkut seluruh makhluk
Allah sebagaimana diisyaratkan oleh kata malakut dan kata kulli syai (segala
sesuatu) (ayat 88).

Enam ayat di atas (84-89) yang mengandung tiga argumen pokok, di


samping membuktikan kuasa Allah membangkitkan manusia setelah
kematiannya, juga membuktikan keesaan-Nya dalam mengendalikan dan
mengatur alam raya. Karena, siapa yang memiliki secara mutlak, tentu Dia dapat
melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya terhadap kepemilikannya dan
kehendaknya itu tidak terhalangi. Penggunaan kata Rabb pada ayat-ayat di atas
mendukung apa yang dikemukakan ini karena kata tersebut berarti Pemilik yang
berkuasa dan mampu secara potensial dan aktual mampu untuk bertindak.

ِ ‫بل أَتَي نَاهم ِِب َْل ِق وإِ َُّنُم لَ َك‬


)90( ‫اذبُو َن‬ ْ َ َ ُْ ْ َْ
90. Padahal Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, tetapi mereka
benar-benar pendusta.”

Pertanyaan-pertanyaan yang mengandung kecaman yang dikemukakan


oleh ayat-ayat yang lalu membuktikan bahwa kepercayaan yang mereka ucapkan
tentang hari Kebangkitan bahwa: "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-
orang dahulu kala"(ayat 83) sama sekali tidak benar. Di sisi lain, kalau bukti-
bukti yang dijelaskan di atas yang juga mereka akui menunjukkan kuasa Allah

118
X | SANGGAHAN TERHADAP ORANG KAFIR

membangkitkan manusia setelah kematiannya. Maka, apa yan disampaikan


Rasul itu bukanlah kebohongan atau kebatilan, tetapi kebenaran. Nah, ayat ini
menyampaikan satu pernyataan yang tidak perlu didiskusikan lagi sudah
demikian jelas. Ayat ini menegaskan bahwa Sebenarnya Kami, melalui para
rasul yang Kami utus, telah membawa kebenaran mutlak dan sempurna serta
menerangkannya kepada mereka, melalui utusan-utusan itu, dan sesungguhnya
mereka ornag-orang kafir itu benar-benar pembohong yang mantap lagi banyak
kebohongan mereka, antara lain ketika menyatakan bahwa hari Kebangkitan
tidak akan terjadi dan bahwa Allah memiliki sekutu atau anak.

Kata al yang bergandengan dengan ‫ َح ِق‬sehingga terbaca ‫ ا ْْلَ ِق‬mengandung

makna kesempurnaan dan kemutlakan, yakni kebenaran sempurna dan mutlak.


Demikian banyak ulama. Penutup ayat 89 yang lalu menggunakan redaksi
persona kedua denga menyatakan: "Maka bagaimana sehingga kamu ditipu”
sedang redaksi ayat 90 ini menggunakan bentuk persona yang sebenarnya
membicarakan siapa yang menjadi orang kedua pada ayat lalu. Pengalihan
redaksi ini mengesankan murka Allah terhadap mereka sehingga mereka
diabaikan dan tidak lagi diajak berdialog oleh-Nya.81

ُ ‫ب ُك ُّل إِل ٍَه ِِبَا َخلَ َق َول ََع ََل بَ ْع‬


‫ض ُه ْم َعلَى‬ ٍِِ ِ ٍ ِ َّ ‫ما َّاَتَ َذ‬
َ ‫اَّللُ م ْن َولَد َوَما َكا َن َم َعهُ م ْن إلَه إ ًذا لَ َذ َه‬ َ
)92( ‫ادةِ فَ تَ َع َاَل َع َّما يُ ْش ِرُكو َن‬ ِ ‫) َع ِاَل الْغَْي‬91( ‫ص ُفو َن‬ َِّ ‫ض سبحا َن‬
ِ ‫اَّلل َع َّما ي‬
َّ ‫ب َو‬
َ ‫الش َه‬ َ َ ْ ُ ٍ ‫بَ ْع‬
91. Allah tidak mempunyai anak, dan tidak ada tuhan (yang lain) bersama-Nya,
(sekiranya tuhan banyak), maka masing-masing tuhan itu akan membawa
makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan
mengalahkan sebagian yang lain. Mahasuci Allah dari apa yang mereka
sifatkan itu,

81
M. Quraish Shihab, Tafsir Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 419.

119
X | SANGGAHAN TERHADAP ORANG KAFIR

92. (Dialah Tuhan) yang mengetahui semua yang gaib dan semua yang tampak,
Mahatinggi (Allah) dari apa yang mereka persekutukan.

Ayat yang lalu mengecap kaum musyrikin itu sebagai pembohong


pembohong. Kebohongan mereka itu antara lain dalam kepercayaan mereka
bahwa Allah swt. memiliki sekutu dan anak. Hal tersebut dibantah sambil
membuktikan kebatilannya. Dapat juga dikatakan bahwa sebelum ini telah
dikemukakan sekian argumen yang, di samping membuktikan kuasa Allah
membangkitkan, juga membuktikan keesaan-Nya. Nah, setelah membuktikan
keesaan itu, ayat-ayat di atas secara tegas menafikan adanya sekutu bagi Allah,
baik dalam bentuk anak maupun selain anak. Ayat di atas menyatakan bahwa:
Allah sekali-kali tidak mempunyai satu anak pun, baik malaikat, atau siapa dan
apa pun, dan sekali kali tidak ada yakni tidak pernah bisa ada tuhan penguasa
dan pengendali alam raya yang lain karena jika demikian, yakni seandainya ada
tuhan beserta-Nya, pasti masing-masing tuhan itu akan pergi dengan membawa
apa yang dia ciptakan yakni akan menguasai dan mengendalikan ciptaannya
masing- serta menghalangi tuhan yang lain menguasai dan mengendalikan
makhluk itu. Dan pasti juga sebagian mereka, yakni sebagian dari tuhan-tuhan
itu, akan bertikai dan mengalahkan sebagian yang lain, seperti yang terjadi antara
para penguasa di dunia, dan itu mengakibatkan kehancuran alam raya Sungguh
Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan, yakni semua penyifatan yang
bertentangan dengan kebenaran. Dia Yang Maha Mengetahui semua yang gaib
dan semua yang tampak. Maka Mahatinggi dan Agung Dia dari segala apa yang
mereka persekutukan seperti kepercayaan orang-orang kafir itu.82

Ayat di atas terlebih dahulu menafikan adanya anak bagi Allah, baru
kemudian menafikan adanya sekutu. Ini, menurut Ibn 'Asyur, karena walaupun

82
M. Quraish Shihab, Tafsir Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 419.

120
X | SANGGAHAN TERHADAP ORANG KAFIR

sebagian besar kaum musyrikin Arab mempersekutukan Allah dan hanya sedikit
di antara mereka yang percaya bahwa malaikat adalah anak- Nya, karena dalih
yang percaya tentang adanya anak bagi-Nya relatif lebih kuat daripada dalih yang
mempersekutukan-Nya dengan berhala-berhala, yang relatif lebih kuat dalihnya
itulah yang didahulukan. Kekuatan dalih itu disebabkan malaikat yang mereka
percaya sebagai anak-anak Tuhan adalah tersembunyi sehingga sulit dibuktikan
kemakhlukan dan hudust kebaharuannya, yakni sulit dibuktikan bahwa satu
ketika mereka pernah tiada atau pasti akan tiada. Ini berbeda dengan berhala-
berhala yang disaksikan keadaannya dalam kehidupan nyata.

Thabathabai berpendapat bahwa mendahulukan anak, baru sekutu


berpendapat bahwa didahulukannya adalah dalam rangka menyebut yang khusus
terlebih dahulu, baru yang umum. Ini karena tidak semua yang mereka percaya
sebagai sekutu mereka percaya juga sebagai anak.

Kata (‫) َولَ ند‬diterjemahkan anak laki-laki, tetapi sebenarnya bahasa

mengunakan dalam arti anak secara mutlak, baik laki-laki mapun perempuan.
Dalam konteks kepercayaan musyrikin Mekkah yang mereka maksud dengan
akan adalah malaikat-malaikat yang juga mereka duga berjenis kelamin feminim.

Menurut Ibn Asyur, firman-Nya pada ayat 92: "Dia Maha Mengetahui
semua yang gaib dan semua yang nampak bertujuan menampik dugaan siapa
yang boleh jadi berkata: "Kemandirian setiap tuhan dengan ciptaannya tidak
mengharuskan adanya keunggulan dan ketinggian satu tuhan atas tuhan yang ain
akibat adanya satu tuhan yang mengatur dan mengendalikan sesuatu yang
bersifat tinggi jika dibandingkan dengan tuhan yang mendapat tugas untuk
mengatur sesuatu yang berada di bawahnya. Ia tidak mengharuskan keunggulan
dan ketinggian itu karena boleh jadi tuhan-tuhan itu tidak mengetahui adanya
keunggulan tersebut karena masing-masing sibuk dengan ciptaannya. Dugaan ini
ditampik oleh ayat 92 itu yang seakan-akan berkata: Kalaupun masing-masing

121
X | SANGGAHAN TERHADAP ORANG KAFIR

tuhan tidak mencipta apa yang diciptakan oleh tuhan lain, tuhan mestinya tidak
mungkin tidak mengetahui karena pengetahuan tidak bertabrakan (yakni tidak
mustahil saya mengetahui apa yang Anda juga ketahui, berbeda dengan ciptaan).
(Mustahil Anda mandiri menciptakan satu hal yang juga secara mandiri sesuatu
itu diciptakan oleh pencipta lain Nah, jika demikian, tuhan A tidak mungkin tidak
mengetahui ciptaan tuhan B dan tidak mungkin juga dia tidak mengetahui
keunggulan keunggulan yang ada, dan tentu saja yang mengetahui
keunggulannya akan merasa lebih tinggi daripada tuhan yang mengetahui pula
ketidakunggulannya dan keunggulan tuhan yang lain. Dengan demikian, ayat 92
di atas adalah lanjutan dari argumentasi ketiadaan sekutu bagi Allah dan karena
itu ia ditutup dengan kata maka yang disusul dengan natijah terakhirnya yaitu
Mahatinggi Dia dari apa yang mereka peresekutukan.

122
‫‪11‬‬
‫‪T U N T U N A N D A N H A R A PA N‬‬

‫‪MANUSIA KELAK‬‬

‫)‪(QS. AL-MUKMINUN 93-100‬‬


‫”‪“Septi Aji Fitra Jaya‬‬

‫ِ ِ‬
‫ب فَ ََل ََتْ َعل ِِْن ِِف الْ َق ْوم الظَّال ِم َ‬
‫ني (‪)94‬‬ ‫ب إِ َّما تُ ِريَِِن َما يُ َ‬
‫وع ُدو َن (‪َ )93‬ر ِ‬ ‫قُل َر ِ‬
‫ْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫وإِ ََّن َعلَى أَ ْن نُ ِري َ ِ‬
‫السيِئَ َة ََْن ُن‬ ‫ك َما نَع ُد ُه ْم لََقاد ُرو َن (‪ )95‬ا ْدفَ ْع ِِبلَِِّت ه َي أ ْ‬
‫َح َس ُن َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫الشي ِ‬ ‫ِ‬ ‫ب أَعوذُ بِ َ ِ‬ ‫أَ ْعلَم ِِبَا ي ِ‬
‫اط ِ‬
‫ني (‪َ )97‬وأَعُوذُ‬ ‫ك م ْن َُهَ َزات َّ َ‬ ‫ص ُفو َن (‪َ )96‬وقُ ْل َر ِ ُ‬ ‫ُ َ‬
‫ب ارِجع ِ‬ ‫ِ‬ ‫ب أَ ْن َُْي ُ ِ‬ ‫بِ َ‬
‫ون‬‫ال َر ِ ْ ُ‬
‫ت قَ َ‬
‫َح َد ُه ُم ال َْم ْو ُ‬
‫اء أ َ‬
‫ض ُرون (‪َ )98‬ح ََّّت إذَا َج َ‬ ‫ك َر ِ‬

‫ت َك ََّل إِ َُّنَا َكلِ َمةٌ ُه َو قَائِلُ َها َوِم ْن َوَرائِ ِه ْم بَ ْرَز ٌ‬


‫خ‬ ‫يما تَ َرْك ُ‬ ‫(‪ )99‬لَعلِي أَ ْعمل ِ ِ‬
‫صاَلًا ف َ‬
‫َُ َ‬ ‫َ‬

‫إِ ََل يَ ْوِم يُْب َعثُو َن (‪)100‬‬


‫‪93. Katakanlah (Muhammad), "Ya Tuhanku, seandainya Engkau hendak‬‬
‫‪memperlihatkan kepadaku azab yang diancamkan kepada mereka,‬‬
XI | TUNTUTAN DAN HARAPAN MANUSIA KELAK

94. Ya Tuhanku, maka janganlah Engkau jadikan aku dalam golongan orang-
orang zalim."
95. Dan sungguh, Kami kuasa untuk memperlihatkan kepadamu (Muhammad)
apa yang Kami ancamkan kepada mereka.
96. Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan (cara) yang lebih baik, Kami
lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan (kepada Allah).
97. Dan katakanlah, "Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari
bisikan-bisikan setan,
98. dan aku berlindung (pula) kepada Engkau Ya Tuhanku, agar mereka tidak
mendekati aku."
99. (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang
kematian kepada seseorang dari mereka, Dia berkata, "Ya Tuhanku,
kembalikanlah aku (ke dunia),
100. Agar aku dapat berbuat amal saleh yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali
tidak! Sungguh itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan di hadapan
mereka ada barzakh (dinding) sampal pada hari mereka dibangkitkan.

ِٰ ِ ِ ِ
َْ ‫ِْن ِِف الْ َق ْوم الظل ِم‬
)٩٤( ‫ني‬ ِ
ْ َِ‫قُ ْل َّرب ا َّما تُ ِري‬
ْ ِ ‫) َرب فَ ََل ََتْ َعل‬٩٣( ۙ ‫ِن َما يُ ْو َع ُد ْو َن‬
Katakanlah (Muhammad), “Ya Tuhanku, seandainya Engkau hendak
memperlihatkan kepadaku apa (azab) yang diancamkan kepada mereka. Ya
Tuhanku, maka janganlah Engkau jadikan aku dalam golongan orang-orang
zalim.

Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar berdoa
memohon kepadanya supaya dijauhkan dari orang-orang kafir yang aniaya itu
bila hendak mengazab mereka, jangan dibinasakan bersama mereka, agar
diselamatkan dari siksaan dan kemurkaannya, dan menjadikannya golongan
orang yang diridhai. Perintah supaya berdoa seperti ini diajarkan Allah karena
musibah dan malapetaka yang ditimpakan Allah kepada orang-orang durhaka
dan aniaya kadang-kadang juga menimpa orang-orang yang tidak bersalah,

124
XI | TUNTUTAN DAN HARAPAN MANUSIA KELAK

karena mereka hidup bersama dalam masyarakat atau suatu negara. Ini sesuai
dengan firman Allah:

Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang
yang zalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-
Nya.(Al-Anfal (8): 25)

Menurut riwayat Imam Ahmad dan At-Tirmidzi doa Nabi Muhammad


SAW dalam hal ini berbunyi:

‫وإذا أرد ت بقوم فتنة فتوفِن إليك غري مفتون‬


Dan jika engkau ingin menimpakan fitnah kepada suatu kaum, maka
wafatkanlah hamba kepada engkau dalam keadaan tidak ikut terkena fitnah.
(HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Hadist ini dimasukkan dalam kategori hadist shahih oleh at-Tirmidzi.


Diceritakan dari al-Hasan, bahwasannya allah swt menginformasikan kepada
nabi-nya bahwa diaakan menimpakan malapetaka kepada umat beliau. Namun
Allah tidak memberitahukan kepada beliau kapan waktunya. Lalu Allah swt
memerintahkan kepada nabi untuk supaya memanjatkan doa seperti yang
tercantum dalam ayat ini.

Tuntunan memanjatkan doa tersebut bertujuan untuk memperbesar pahala


beliau dan supaya beliau senantiasa ingat kepada tuhannya, sekaligus
mengajarkan doa itu kepada kita.

Nabi Muhammad SAW sebenarnya sudah tahu bahwasannya Allah SWT


tidak akan membiarkan beliau berada di tengah-tengah kaum yang dzalim ketika
adzab menimpa mereka. Meskipun begitu Allah tetap memerintahkan kepada
beliau agar memanjatkan do’a tersebut dengan tujuan untuk memperbesar pahala
beliau dan supaya beliau senantiasa berdzikir dan ingat kepada Allah di setiap
waktu dan kesempatan. Maka tuntunan perintah agar selalu berdo’a bermunajat
dan mengingat Allah inilah yang kemudian sampai kepada umatnya, sebagai

125
XI | TUNTUTAN DAN HARAPAN MANUSIA KELAK

wujud kasih sayang Rasulullah kepada umatnya, bahwasannya hanya kepada


Allahlah kita meminta pertolongan.

Kemudian pengulangan penyebutan kata Rabbi di sini bertujuan untuk


semakin menambah nuansa perendahan diri dalam berdo’a, dimana manusia
hanyalah makhluk yang lemah tanpa kekuasaan keagungan Allah tiada yang
dapat kita banggakan dan sombongkan.

ِ
َ َ‫َوا ََّن َع ٰلٰٓى اَ ْن نُّ ِري‬
)٩٥( ‫ك َما نَعِ ُد ُه ْم لَ ٰق ِد ُرْو َن‬
Dan sungguh, Kami kuasa untuk memperlihatkan kepadamu (Muhammad) apa
yang Kami ancamkan kepada mereka.

Allah menjelaskan kepada Nabi Muhammad, bahwa Dia Kuasa


memperlihatkan kepadanya siksaan yang akan ditimpakan kepada orang kafir itu
sehingga Nabi Muhammad dapat melihat sendiri bagaimana dahsyatnya dan
hebatnya siksaan Allah. Tetapi karena rahmat dan kasih sayangnya kepada umat
Muhammad, Allah tidak menjatuhkan siksa itu dengan segera (di dunia ini),
tetapi sudah menjadi ketetapannya bahwa siksaan itu akan menimpa mereka di
akhirat, karena mungkin kelak ada di antara mereka atau keturunan mereka yang
akan sadar dan beriman kepada Allah dan Rasulnya. Oleh sebab itu, Nabi
Muhammad jangan terlalu bersedih hati atas tindakan dan perlakuan orang kafir
terhadapnya dan kaum Muslimin yang memang dalam keadaan lemah dan tak
berdaya.

Seandainya kami berkehendak, niscaya kami perlihatkan kepadamu apa


yang kami timpakan kepada mereka berupa malapetaka, bala, ujian, dan cobaan.
Akan tetapi, kami menundanyasampai batas waktu yang telah ditentukan. Sebab
ada sebagian dari keturunan mereka yang nantinya akan beriman.

126
XI | TUNTUTAN DAN HARAPAN MANUSIA KELAK

Pemusnahan total hanya terjadi bila ilmu Allah mengatakan bahwa tidak
ada lagi gunanya menyeru mereka, bahkan keturunan setelah mereka. Inilah yang
terjadi pada kaum Nabi Nuh AS;

“Sesungguhnya jika engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan


menyesatkan hamba-hambamu dan mereka tidak akan melahirkan selain anak
yang berbuat maksiat lagi sangat kafir.” (Q.S. Nuh (71): 27)

Penggunaan bentuk jamak dengan kata Kami pada ayat di atas untuk
mengisyaratkan adanya keterlibatan selain Allah dalam memperlihatkan
siksaannya itu. Siksa tersebut boleh jadi melalui malaikat atau kaum muslimin,
dan juga bisa melalui cara-cara lain yang beranekaragam. Sedangkan kata Kami
yang dikaitkan dengan ancaman, antara lain untuk menunjukkan keterlibatan
Rasulullah SAW melalui ayat-ayat Al-Qur’an dan As-Sunnah yang berbicara
tentang ancaman itu.

ِ ‫السيِئَ َۗةَ ََْنن اَ ْعلَم ِِبَا ي‬


)٩٦( ‫ص ُف ْو َن‬ َّ ‫س ُن‬ ِ َِّ‫اِ ْدفَع ِِبل‬
َ ُ ُ َ ‫ِت ه َي اَ ْح‬
ْ ْ
Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan (cara) yang lebih baik. Kami lebih
mengetahui apa yang mereka sifatkan (kepada Allah).

Kemudian Allah memberikan tuntunan kepada Nabi Muhammad


bagaimana cara yang sebaik-baiknya menghadapi sikap kaum musyrik itu. Di
antaranya, Nabi harus tetap bersikap lemah lembut terhadap mereka dan jangan
sekali-kali membalas kejahatan dengan kejahatan, kekerasan dengan kekerasan
karena memang belum waktunya bersikap demikian. Bila mereka mencemooh
dan mencaci maki hendaknya Nabi memaafkan ucapan-ucapan mereka yang
tidak pada tempatnya itu, karena ucapan itu tidak mengenai sasarannya tetapi
hendaklah dibalas dengan kata-kata yang mengandung patunjuk dan ajaran
dengan mengemukakan dalil-dalil dan alasan yang masuk akal. Bila mereka
hendak melakukan tindakan penganiayaan, hindari mereka dan jauhi sedapat

127
XI | TUNTUTAN DAN HARAPAN MANUSIA KELAK

mungkin kesempatan yang membawa kepada tindakan seperti itu dan hendaklah
dihadapi dengan penuh kesabaran dan ketabahan.

Nabi juga diperintahkan untuk menunjukkan kepada mereka bahwa beliau


memang seorang kesatria yang tidak ada niat sedikit pun untuk mencelakakan
mereka. Dengan sikap lemah lembut dan kebijaksanaan itu, mereka tidak akan
merajalela terhadap kaum Muslimin. Lambat laun mereka yang keras seperti batu
itu akan menjadi lembut dan menyadari sendiri kesalahan yang sudah mereka
lakukan. Nabi juga diminta untuk meyakini dalam hati bahwa Allah mengetahui
semua ucapan dan tindakan mereka. Allah lebih mengetahui apa saja yang
mereka lakukan dan apa saja yang tersembunyi dalam dada mereka. Sesuai
dengan petunjuk ini Allah berfirman dalam ayat yang lain:

Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan
cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu
dan dia akan seperti teman yang setia. (Q.S. Fussilat (41): 34)

Anas bin Malik berkata mengomentari ayat ini, "Seorang laki-laki


mengatakan terhadap saudaranya hal yang tidak-tidak." Maka dia menjawab,
"Jika ucapanmu itu bohong maka saya memohon kepada Allah supaya Dia
mengampuni kebohonganmu itu. Jika ucapanmu itu benar maka saya memohon
kepada Allah supaya mengampuniku."

Lalu Allah katakan: Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan,
wahai Muhammad, kami tahu segala apa yang telah mereka lakukan kepadamu,
bahkan telah kami hitung secara detail. Telah kami siapkan balasan yang
setimpal bagi mereka, kamu tidak perlu ambil pusing lagi. Dengan begini, Allah
ingin menjauhkan Nabi Muhammad dari beban psikilogis dan bereaksi secara
negatif. Bukankah ketika ada yang bersikap buruk atas kita, kita berusaha
mengumpulkan keberanian untuk membalasnya, padahal bukan sifat kita
membahas keburukan dengan keburukan. Ini tentu menjadi satu beban psikis
yang berat bagi kita.

128
XI | TUNTUTAN DAN HARAPAN MANUSIA KELAK

Allah ingin Nabinya tetap tenang dan rileks, maka urusan orang-orang yang
buruk terhadap beliau, biar Allah yang tangani, karena Allah lebih mengetahui
tetang segala rencana mereka.

Ayat ini jika dikontekstualisasikan pada saat ini dengan pendekatan tafsir
maqosid dapat kita ambil hikmah dan pelajaran yang berharga bagi kita semua,
contohnya dalam hal perdagangan atau dalam hal jual-beli anatara pedagang dan
pembeli. Nabi Muhammad SAW beliau adalah seorang pedagang, dagangan
beliau laris dan orang senang untuk berinteraksi dengannya hal ini tidak lain
karena sifat beliau yang ramah dan sabar juga jujur terhadap pelanggannya.
Pernyataan ini sesuai dengan ayat (97) yaitu sifat yang baik terhadap pembelinya,
melayani dengan senang hati sehingga berdampak positif terhadap perdagangan
beliau.

Hal serupa seperti ini juga sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-
hari, ketika kita hendak berbelanja tentunya kita mempunyai alasan kenapa kita
lebih memilih toko A dari pada toko B atau toko C. Dari sisi penyambutan
terhadap pembeli mungkin Toko A lebih ramah dibanding toko yang lain, atau
dari sisi tempat dan penyajian barang belanjaan lebih memadai dan baik menerut
si pembeli Fulan, tetapi menurut yang lain tidak. Ini menandakan bahwa berbuat
baik dan ramah kepada siapa saja orang yang kita kenal sangatlah penting, dalam
Islam juga diajarkan bahwa memuliakan tamu tergolong adab Islam, akhlaq para
nabi dan tata krama orang-orang mulia.

Dengan ini marilah kita jadikan diri kita sebagai orang yang mulia, salah
satu caranya dengan memuliakan tamu, bersifat baik kepada siapa saja orang
yang kita kenali.

)٩٨( ‫ض ُرْو ِن‬ ِ ْ ‫الش ٰي ِط‬


َ ِ‫) َواَعُ ْوذُ ب‬٩٧( ۙ ‫ني‬ ِ ‫ك ِمن َُهَ ٰز‬
ِ ‫ك َر‬
ُ ‫ب اَ ْن َُّْي‬ َّ ‫ت‬ ْ َ ِ‫ب اَعُ ْوذُ ب‬
ِ ‫َوقُل َّر‬
ْ

129
XI | TUNTUTAN DAN HARAPAN MANUSIA KELAK

Dan katakanlah, “Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-
bisikan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, agar
mereka tidak mendekati aku.

Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad supaya dia
selalu berlindung kepada-Nya dari bisikan-bisikan setan dan dari godaan-
godaannya, dan supaya setan itu selalu jauh daripadanya dan tidak dapat masuk
ke dalam hatinya untuk memperdayakannya.

Setan selalu ingin turut campur, menunjukkan bahwa dia selalu bersama
kita, dia dengki atas kebaikan yang kita buat, maka dia mendorong dan
membujuk kita untuk membalas dendam terhadap orang yang berbuat buruk
kepada kita. Manakala setan menyusup dengan bisikan mautnya, kita harus
berlindung kepada Allah agar terhindar darinya. Tapi demi lebih berhati-hati
lagi, kita bahkan harus berlindung pada Allah dari sekedar kehadiran setan,
meskipun tidak mengganggu dan menggoda. Jangan pernah mau setan hadir
bersamamu.

Kata hamazat adalah bentuk jamak dari kata hamazatu, yang pda mulanya
berarti menolak atau mendorong dengan tangan. Hamazat asy-syayathin berarti
dorongan-dorongan setan, yakni bisikan-bisikannya yang muncul dalam benak
guna mendorong kepada keburukan. Memang setan saat menggoda dan merayu,
mendorong seseorang dengan keras untuk melakukan pelanggaran. Itu sebabnya
sehingga yang terdorong dinamai juga terjerumus dalam kesulitan,dosa, bahkan
ke neraka. Penggunaan bentuk jamak di sini memberi kesan bahwa setan, bila
datang merayu, itu dilakukannya bukan hanya sekali, tetapi berkali-kali. Jika ia
gagal di kali pertama, ia akan melanjutkannya. Dan jika di kali pertama ia
berhasil, ia pun akan melanjutkan rayuannya sehingga kedurhakaan manusia
beralih dari satu tinggkat ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Itu pula yang mungkin
diisyaratkan oleh kata Khutwat asy-syaithan, langkah-langkah setan, yakni yang
berpindah dari satu posisi ke posisi yang lain.

130
XI | TUNTUTAN DAN HARAPAN MANUSIA KELAK

Sedangkan pengulangan kata Rabbi pada ayat ini sama halnya dengan ayat
sebelumnya, yakni merupakan upaya pendekatan diri permohonan kepada Allah
SWT.

َۗ ِ ‫) لَعلِ ٰٓي اَ ْعمل ص‬٩٩( ۙ ‫ب ارِجعو ِن‬ ۤ ِ


ُ ‫اَلًا فِ ْي َما تَ َرْك‬
‫ت َك ََّل‬ َ َُ ْ َ ْ ُ ْ ِ ‫ال َر‬ َ َ‫ت ق‬ ُ ‫َح َّٰٰٓت اذَا َجاءَ اَ َح َد ُه ُم ال َْم ْو‬
ۤ َۗ ۤ
)١٠٠( ‫خ اِ َٰل يَ ْوِم يُ ْب َعثُ ْو َن‬ ِ
ٌ ‫ا َُّنَا َكلِ َمةٌ ُه َو قَا ِٕىلُ َها َوِم ْن َّوَرا ِٕى ِه ْم بَ ْرَز‬
(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian
kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku
(ke dunia). Agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan.”
Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan
di hadapan mereka ada barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan.

Pada ayat ini Allah memberitahukan tentang kata-kata yang diucapkan oleh
orang kafir ketika menghadapi maut, walaupun kata-kata itu tidak dapat didengar
oleh orang-orang yang hadir ketika itu. Orang kafir itu meminta kepada Allah
supaya dia jangan dimatikan dahulu dan dibiarkan hidup seperti sediakala agar
dia dapat bertobat dari kesalahan dan kedurhakaannya dan dapat beriman dan
mengerjakan amal yang baik yang tidak dikerjakannya selama hidupnya.

Kata irjiun berbentuk jamak, padahal kata sebelumnya tunggal dan


merupakan do’a yang ditunjukkan kepada rabb/tuhan Yang Maha Esa itu.
Sementara ulama’ berpendapat bahwa bentuk jama’ tersebut sevagai bentuk
pengagunggan kepada mukhattab (lawan bicara, dan di sini adalah Allah SWT)
yakni, kembalikanlah hamba ke dunia. Dan permohonan kembali kepada

131
XI | TUNTUTAN DAN HARAPAN MANUSIA KELAK

kehidupan dunia ini tidak hanya terjadi kepada orang-orang kafir saja, tetapi
orang mukmin juga demikian.

Sedangkan kata barzakh dari segi pengertian kebahasaan adalah pemisah


anatara dua hal. Dalam Al-Qur’an kata itu ditemukan dua kali, pertama berbicara
tentang pemisahan anatara air sungai dengan air laut yaitu firmannya dalam surat
A-Rahman ayat 19-20. Ayat kedua yang menggunakan kata barzakh adalah ayat
di atas yang menguraikan keadaan orang-orang durhaka setelah kematiannya.
Yang dimaksud di sini adalah waktu yang menjadi pemisah antara dunia dan
alam akhirat, yaitu saaat kebangkitan dari kubur.

Dalam kehidupan sehari penyesalan selalu ada di akhir karena di awal itu
pendaftaran, dengan ini kami memberikan sub judul dengan segudang harapan
manusia di hari kelak. Kenapa yang di khitobkan di sini adalah manusia? Padahal
ayat ini sedang berbicara mengenai kaum kafir, dengan pendekatan tafsir
maqosid yang terkandung pada kedua ayat ini akan kami uraikan.

Pada hari akhir kelak bukan saja orang-orang kafir yang akan memohon
kepada Allah untuk diberi kesempatan hidup di dunia untuk memperbaiki amalan
perbuatannya, karena penyesalan ketika menyia-nyiakan waktu kesempatan
hidup di dunia untuk berbuat baik. Hal ini juga akan terjadi kepada kita umat
muslim yang mungkin ketika di dunia belum merasa maksimal dalam berbuat
amal kebaikan, jikalau penyesalan itu di tempatkan di awal maka tidak akan ada
orang yang menyia-nyiakan kesempatan hidup di dunia untuk beramal shaleh,
kita semua akan berbondong-bondong untuk berbuat kebajikan karena kita sudah
mengetahui hasil penyesalannya, maka marilah kita selalu waspada dalam
menjalani kehidupan sehari-hari menggunakan kesempatan sebaik mungkin
semaksimal mungkin.

Dalam kegiatan keseharian sering kita tidak maksimal dan ini mungkin kita
tidak menyadarinya, ayat ini bermaksud bahwa kejadian yang telah berlalu kita
jalani tidak akan dapat kemabali terulang, dan barulah kita menyadari

132
XI | TUNTUTAN DAN HARAPAN MANUSIA KELAK

penyesalannya akan berharganya sebuah waktu dan kesempatan tetapi


kebanykan dari kita semua mengabaikan akan hal berharga tersebut. Sekiranya
kita sedikit saja diberi kesempatan waktu atau dikemabalikan waktu yang telah
berlalu kita akan melakukan kegiatan keseharian kita dengan baik agar tercapai
hasil yang baik dan maksimal, akan tetapi itu semua hanyalah omongan yang
diucapkan sebagai dalih saja pada nyatanya semua itu tidak akan pernah terjadi,
jikalah itu terjadi pengulangan waktu maka kita juga tidak akan memanfaatka
waktu tersebut dengan baik dan maksimal untuk menutupi kekurangan yang
telah kita lakukan.

Demikianlah kami mengungkapkan maksud dari kedua ayat di atas, semoga


kita semua tidak termasuk orang-orang yang menyiakan waktu berlalu begitu
saja karena Al-Qur’an sudah jelas menggambarkan bagaimana keadaan orang-
orang kafir yang menyesal akan kelalaian mereka terhadap kehidupan dunia.
Marilah kita selalu bermuhasabah diri atau mengintropeksi diri kita akan
kesempatan waktu yang diberikan Allah kepada kita, sejatinya kehidupan dunia
hanyalah kehidupan sementara, hanya mampir untuk menyiapkan kehidupan
yang kekal abadi kelak yaitu kehidupan di akhirat. Waallahu A’lam bi Showab.

133
XI | TUNTUTAN DAN HARAPAN MANUSIA KELAK

134
‫‪12‬‬
‫‪S TA N D A R D A N TO L A K U K U R‬‬
‫‪K E S E L A M ATA N D I A K H I R AT‬‬

‫)‪(QS. AL-MUKMINUN 101-111‬‬


‫”‪“M. Sidiq Purwanto‬‬

‫ٍِ‬ ‫فَِإ َذا نُِف َخ ِِف ُّ‬


‫اءلُو َن (‪ )101‬فَ َم ْن‬
‫سَ‬ ‫الصوِر فَ ََل أَنْ َس َ‬
‫اب بَ ْي نَ ُه ْم يَ ْوَمئذ َوََّل يَتَ َ‬
‫ت موا ِزينُهُ فَأُولَئِ َ َّ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ت َم َوا ِزينُهُ فَأُولَئِ َ‬
‫ين‬
‫ك الذ َ‬ ‫ك ُه ُم ال ُْم ْفل ُحو َن (‪َ )102‬وَم ْن َخ َّف ْ َ َ‬ ‫ثَ ُقلَ ْ‬

‫َّار َو ُه ْم فِ َيها‬ ‫َخ ِسروا أَنْ ُفسهم ِِف جهن ِ‬


‫وه ُه ُم الن ُ‬
‫َّم َخال ُدو َن (‪ )103‬تَ ْل َف ُح ُو ُج َ‬
‫َُ ْ ََ َ‬ ‫ُ‬
‫آَيِيت تُ ْت لَى َعلَْي ُك ْم فَ ُك ْن تُ ْم ِِبَا تُ َك ِذبُو َن (‪ )105‬قَالُوا‬ ‫ِ‬
‫َكاَلُو َن (‪ )104‬أَ ََلْ تَ ُك ْن َ‬
‫ني (‪َ )106‬ربَّنَا أَ ْخ ِر ْجنَا ِم ْن َها فَِإ ْن عُ ْد ََن‬‫ت َعلَي نَا ِش ْقوتُنَا وُكنَّا قَ وما َ ِ‬
‫ضال َ‬ ‫َ َ ًْ‬ ‫َربَّنَا غَلَبَ ْ ْ‬
XII | STANDAR DAN TOLAK UKUR KESELAMATAN

‫) إِنَّهُ َكا َن فَ ِري ٌق ِم ْن‬108( ‫ون‬


ِ ‫ال ا ْخسئُوا فِيها وََّل تُ َك ِلم‬
ُ َ َ
ِ ِ
َ َ َ‫) ق‬107( ‫فَإ ََّن ظَال ُمو َن‬
)109( ‫ني‬ ِ ِ ‫الر‬
َ ‫اْح‬ َّ ‫ري‬ َ ْ‫آمنَّا فَا ْغ ِف ْر لَنَا َو ْار َْحْنَا َوأَن‬ ِ ِ
ُ ْ ‫ت َخ‬ َ ‫عبَادي يَ ُقولُو َن َربَّنَا‬

ْ َ‫س ْوُك ْم ِذ ْك ِري َوُك ْن تُ ْم ِم ْن ُه ْم ت‬


‫) إِِن‬110( ‫ض َح ُكو َن‬ ِ ُُ‫فَ َّاَتَ ْذَت‬
َ ْ‫وه ْم س ْخ ِراَي َح ََّّت أَن‬
ُ

)111( ‫ص َْبُوا أ ََُّنُ ْم ُه ُم الْ َفائُِزو َن‬


َ ‫َج َزيْتُ ُه ُم الْيَ ْو َم ِِبَا‬
101. Apabila sangkakala ditiup, maka tidak ada lagi pertalian keluarga di
antara mereka pada hari itu (hari kiamat), dan tidak ada pula mereka
saling bertanya.
102. Barang siapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah
orang-orang yang beruntung.
103. Dan barang siapa yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka mereka
itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam
neraka Jahannam.
104. Wajah mereka dibakar api neraka, dan mereka di neraka itu dalam
keadaan muram dengan bibir yang cacat.
105. (Dikatakan kepada mereka), “Bukankah ayat-ayat-Ku telah dibacakan
kepadamu, tetapi kamu selalu mendustakannya?”
106. Mereka berkata, "Ya Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami,
dan kami adalah orang-orang yang sesat.
107. Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami darinya (kembalikanlah kami ke dunia),
jika kami masih juga kembali (kepada kekafiran), sungguh, kami adalah
orang-orang yang zalim."
108. Allah berfirman, "Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah
kamu berbicara dengan Aku.”
109. Sungguh, ada segolongan dari hamba-hamba-Ku berdoa (di dunia), "Ya
Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami
rahmat, Engkau adalah pemberi rahmat yang terbaik.”
110. Lalu kamu jadikan mereka buah ejekan, sehingga kamu lupa mengingat
Aku, dan kamu selalu menertawakan mereka,
111. Sungguh, pada hari ini Aku memberi balasan kepada mereka, karena
kesabaran mereka; sungguh mereka itulah orang-orang yang memperoleh
kemenangan."

136
XII | STANDAR DAN TOLAK UKUR KESELAMATAN

Pada ayat sebelumnya Al-Quran menjelaskan tentang bagaimana keadaan


orang-orang kafir ketika dihadapkan dengan kematian mereka meminta untuk
diberi kesempatan kedua agar dapat berbuat kebajikan namun, hal itu cuman
dalih mereka saja, tidak ada kesempatan bagi mereka dan dihadapan mereka
adalah barzakh sampai mereka dibangkitkan pada hari kemudian nanti.
Kemudian pada ayat selanjutnya Allah SWT menjelaskan bagaiman keadaan
orang-orang dihari kebangkitan nanti.

ٍِ ُّ ‫فَِإ َذا نُِف َخ ِِف‬


)101( ‫اءلُو َن‬
َ‫س‬ َ َ‫ب بَ ْي نَ ُه ْم يَ ْوَمئذ َوََّل يَت‬ َ ْ‫الصوِر فَ ََل أَن‬
َ ‫سا‬
“Apabila sangkakala ditiup maka tidak ada lagi pertalian keluarga di antara
mereka pada hari itu (hari Kiamat), dan tidak (pula) mereka saling bertanya”.
(Al-Mu’minun 101)

Pada ayat di atas Allah SWT menjelaskan bahwa pada saat sangkakala
ditiup, tiupan pertama, semua yang hidup segera mati dan tiupan yang kedua,
semua manusia dibangkitkan dari kuburnya, yakni alam barzakh, maka mereka
akan datang sendiri-sendiri, ayah melupakan anak dan istrinya, istri dan anaknya
pun demikian. Tidak ada lagi pertalian nasab diantara mereka yang mereka bisa
banggakan atau menjadi sarana untuk saling membantu. Dan tidak pula mereka
saling bertanya karena mereka sibuk dengan diri mereka sendiri atau saling
membantu satu sama lain karena telah jelas segala sesuatu akan kembali kepada
Allah SWT.

Ketika Al-Qur’an menjelaskan pada saat sangkakala ditiup tidak ada lagi
pertalian nasab pada hari itu, menurut Asy-sya’rawi, bukan meniadakan pertalian

137
XII | STANDAR DAN TOLAK UKUR KESELAMATAN

nasab dalam hal ikatan darah. Memang pada saat itu tidak ada lagi istilah ayah
dengan anak, namun yang dimaksud adalah kegunaan dan fungsi dari ikatan
nasab itu sendiri. Sebagaimana di dunia ayah menjaga anaknya, saudara menjaga
saudara lainnya, dan sebagainya. Namun di Akhirat tidak lagi berlaku hal seperti
itu.83

Namun ketiadaan fungsi nasab itu sendiri tidak berlaku bagi Rasulullah
SAW, sebagaimana hadits yang dirujuk dalam tafsir Al-Munir, 84

‫تنقطع القيامة يوم اِلنصاب وإن ينشطها ما ينشطنيو يغيظها ما يغيظِن مِن بضعة فاطمة‬
‫صهري و سبِب و نسِب غري‬
“Fathimah adalah bagian dari diriku, apa yang membuatnya marah dan benci
itu juga yang membuatku marah dan benci, dan apa yang membuatku bahagia
itu juga yang membuatku bahagia. Dan sesungguhnya pertalian nasab terputus
pada hari kiamat kecuali nasabku, ikatan kekerabatanku, dan ikatan
mushaharahku”.

ِ َّ َ ِ‫ت موا ِزينُه فَأُولَئ‬ ِ َ ِ‫ت َم َوا ِزينُهُ فَأُولَئ‬


‫ين‬
َ ‫ك الذ‬ ُ َ َ ْ ‫) َوَم ْن َخ َّف‬102( ‫ك ُه ُم ال ُْم ْفل ُحو َن‬ ْ َ‫فَ َم ْن ثَ ُقل‬
)104( ‫اَلُو َن‬ ِ ‫) تَ ْل َفح وجوههم النَّار وهم فِيها َك‬103( ‫َخ ِسروا أَنْ ُفسهم ِِف جهنَّم َخالِ ُدو َن‬
َ َُْ ُ َُُ ُ ُ ُ َ ََ ْ َُ ُ
”Barangsiapa berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang
yang beruntung. Dan barang siapa ringan timbangan (kebaikan)nya, maka
mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di
dalam neraka Jahanam. Wajah mereka dibakar api neraka, dan mereka di
neraka dalam keadaan muram dengan bibir yang cacat.” (Al-Mu’minun 102-
104)

Kemudian Allah menjelaskan bagaimana keadaan orang-orang yang


bahagia dan beruntung serta orang-orang yang sengsara dan merugi, dinyatakan
bahwa barang siapa yang amal-amal kebajikannya lebih berat dari pada amal-

83
Mutawalli Sya’rawi, terjemahan Tafsir Sya’rawi, (Medan : Duta Azhar, 2011)
hlm : 517
84
Wahbah al-Zuhaili, Tafsir al-Munir, (Beirut: Darul Fikr, 1991) hlm: 105

138
XII | STANDAR DAN TOLAK UKUR KESELAMATAN

amal buruknya meskipun terpaut satu amal kebaikan mereka itulah orang-orang
yang beruntung yang mendapatkan apa yang diinginkan dan dicari. Mereka
selamat dari neraka dan mereka dimasukkan ke dalam surga.

Dan barang siapa yang amalan-amalan buruknya lebih berat dari amalan-
amalan kebaikannya, mereka itulah orang-orang yang merugi dan celaka. Karena
hal itu mereka dimasukkan kedalam nereka dan kekal selama-lamanya. Dalam
hal ini terdapat petunjuk yang jelas tentang pengertian keabadian orang-orang
kafir di neraka. 85

Penggunaan bentuk jamak pada kata mawazinuh menurut al-biqa'i,


sebagaimana yang dikutip QuraishShihab, dipahami sebagai isyarat bahwa setiap
amalan mempunyai timbangan khusus yang digunakan sehingga semua amalan
benar-benar menghasilkan ketepatan dan ini menunjukkan betapa besar
kekuasaan Allah SWT.86

Khasiru amfusahum terambil dari kata khasira yakni merugi. Ayat ini
menyatakan bahwa orang-orang kafir merugikan dirinya sendiri. Kerugian itu
terjadi akibat hilangnya keuntungan yang diharapkan dan puncaknya hilangnya
modal. Dalam hal ini modalnya adalah diri sendiri. Jika mereka kehilangan
modal itu berarti mereka tidak bisa melakukan aktivitas apapun. Penggalan ayat
ini bermaksud melukiskan bagaimana sirnanya harapan orang musyrikin
terhadap perolehan syafaat dari apa yang mereka sembah selain Allah swt. 87

Karena kerugian yang mereka raih karena diri mereka sendiri, maka Allah
mengecam mereka, dan melemparkan tanggung jawab perbuatan mereka sendiri
terhadap diri mereka sendiri. Azab ini terjadi bukan tanpa aba-aba, tetapi terjadi
setelah adanya peringatan dari Rasulullah SAW yang membawa ajaran tentang

85
Wahbah al-Zuhaili, Tafsir al-Munir, (Beirut: Darul Fikr, 1991) hlm: 106
86
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) hlm: 446
87
Ibid hlm: 449

139
XII | STANDAR DAN TOLAK UKUR KESELAMATAN

pahala kepatuhan dan balasan penyelewengan, namun semua ini tidak mereka
indahkan.

)105( ‫آَيِيت تُ ْت لَى َعلَْي ُك ْم فَ ُك ْن تُ ْم ِِبَا تُ َك ِذبُو َن‬


َ ‫أَََلْ تَ ُك ْن‬
”Bukankah ayat-ayat-Ku telah dibacakan kepadamu, tetapi kamu selalu
mendustakannya?”. (Al-Mu’minun 105)

Karena kesalahan mereka sendiri sehingga menerima siksaan dan azab.


Manusia tidak bisa bedalih setelah datangnya rasul, dan tidak pula bisa mengelak
lagi setelah datangnya ajaran. Ketika penghuni neraka bersiap memasukinya,
Allah berkata “ apakah belum pernah datang kepadamu, rasul-rasul diantaramu
yang membacakan kepadamu ayat-ayat tuhanmu.” (QS az-Zumar:71)

Ayat ini membuktikan bahwa mereka sendirilah yang bersalah terhadap diri
mereka sendiri, karena apa yang ditimpakan kepada mereka bukan sesuatu hal
yang mengejutkan, sebab semua telah diinformasikan sebelumnya malalui rasul
yang diutus oleh Allah SWT. Bukankah peringatan yang buruk adalah sesuatu
bentuk nikmat.

Ayat dapat dipakai untuk menyatakan fenomena alam yang dapat


mengarahkan manusia menuju bukti akan keberadaan Allah yang
menciptakannya secara luar biasa, juga dipakai untuk menyatakan mukjizat yang
membuktikan kebenaran Rasul, juga untuk menyatakan segala sesuatu yang
berbicara tentang hukum, itulah Al-Qur’an Al-Karim.88

Setelah mereka diperlihatkan siksaan yang amat pedih kemudian mereka


berdalih dengan penuh harapan agar memperoleh pengampunan atau keringanan

88
Mutawalli Sya’rawi, terjemahan Tafsir Sya’rawi, (Medan : Duta Azhar, 2011)
hlm : 526

140
XII | STANDAR DAN TOLAK UKUR KESELAMATAN

sebagaimana halnya seseorang yang menyesal dan bertaubat dalam kehidupan


ini,

‫) َربَّنَا أَ ْخ ِر ْجنَا ِم ْن َها فَِإ ْن ُع ْد ََن فَِإ ََّن‬106( ‫ني‬ِ َ ‫ت علَي نا ِش ْقوتُنا وُكنَّا قَ وما‬
َ ‫ضال‬ ً ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ‫قَالُوا َربَّنَا غَلَب‬
)107( ‫ظَالِ ُمو َن‬
“Mereka berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami,
dan kami adalah orang-orang yang sesat. Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami
darinya (kembalikanlah kami ke dunia), jika kami masih juga kembali (kepada
kekafiran), sungguh, kami adalah orang-orang yang zhalim.” (Al-Mu’minun
106-107)

Kata Syiqwah pada ayat ini diartikan dengan kesengsaraan antonim dari
kebahagian. Kata ini menggunakan patron yang menunjukkan keadaan. Sebelum
kata ini terdapat kata ghalabat yang berarti mengalahkan sehingga penggalan
ayat ini berarti bahwa kesengsaraan yang melekat pada diri mereka mengalahkan
kebahagiaan. Menurut Quraish Shihab, penggalan ayat ini berarti sebuah
pengakuan bahwa sebenarnya diri mereka berpotensi untuk memperoleh
kebahagiaan. Akan tetapi terjadi pertarungan antara keduanya, dalam hal ini
kesengsaraan, mampu menundukkan kebahagiaan. Hal tersebut tentu saja karena
mereka mengikuti rayuan setan dan hawa nafsu serta mengabaikan panggilan dan
tuntunan ilahi.89

Maka dari itu mereka meminta agar dikeluarkan dari neraka sehingga
mereka bisa memperbaiki kesalahan-kesalahan yang pernah mereka lakukan
sebelumnya. Jika mereka mengulangi kesalahan yang sama, mereka berkata, “
sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zdalim. Namun dalam ayat lain
Allah telah menerangkan sifat mereka,

89
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) hlm: 450

141
XII | STANDAR DAN TOLAK UKUR KESELAMATAN

ِ ‫ادوا لِما ُُنُوا َعنْهُ وإِ َُّنُم لَ َك‬


)28( ‫اذبُو َن‬ ْ َ َ ُ ‫ُردُّوا ل ََع‬
“Seandainya mereka dikembalikan ke dunia, tentu mereka akan mengulang
kembali apa yang telah dilarang mengerjakannya. Mereka itu sungguh
pendusta.” (Al-An’am 28)

ِ ‫ال ا ْخسئُوا فِيها وََّل تُ َكلِم‬


)108( ‫ون‬ ُ َ َ َ َ َ‫ق‬
”Dia (Allah) berfirman, “Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah
kamu berbicara dengan Aku.” (Al-Mu’minun 108)

Lalu Allah SWT pun menanggapi perkataan mereka itu. Allah SWT berkata
kepada orang-orang kafir ketika mereka memohon agar bisa keluar dari neraka
dan kembali lagi ke dunia, “ tetaplah kalian tinggal di dalam neraka dalam
keadaan hina dina. Diamlah kalian semua dan tidak usah meminta-minta hal itu
lagi sebab tidak ada jawaban untuk kalian, tidak akan dipenuhi permintaan kalian
itu, dan tidak ada yang kembali lagi ke dunia”.

Kata ikhsa’u digunakan untuk menghardik dan menghina sambil


memerintahkan diam. Pada ayat ini, kata tersebut dimaksudkan sebagai
penghinaan sekaligus memutus harapan mereka. Pada ayat sebelumnya Allah
mengajukan pertanyaan kepada mereka, namun pertanyaan tersebut bukanlah
untuk dijawab melainkan bertujuan untuk menambahkan penyesalan mereka.
Akan tetapi mereka malah memohon dan meminta permohonan yang panjang
dan tidak berguna. Maka dari itu Allah SWT menghardik dan menyuruh mereka
diam.90

ِ ِ ‫الر‬ َ ْ‫آمنَّا فَا ْغ ِف ْر لَنَا َو ْار َْحْنَا َوأَن‬ ِ ِ ِ


)109( ‫ني‬
َ ‫اْح‬ َّ ‫ري‬
ُ ْ ‫ت َخ‬ َ ‫) إِنَّهُ َكا َن فَ ِري ٌق م ْن عبَادي يَ ُقولُو َن َربَّنَا‬

90
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) hlm: 452

142
XII | STANDAR DAN TOLAK UKUR KESELAMATAN

“Sesungguhnya ada segolongan dari hamba-hamba-Ku berdoa, “Ya Tuhan


kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat,
Engkau adalah pemberi rahmat yang terbaik.” (Al-Mu’minun 109)

Ucapan dan doa kaum mukminin yang direkam ayat ini , pada hakikatnya,
adalah taubat dan permohonan ampun serta limpahan rahmat khusus berupa
surga. Para pendurhaka sebelum ini bermohon juga telah bertaubat dan
mengharapkan pengampunan ilahi serta mendambakan surgany. Hanya saja,
kaum mukmin memohon ketika mereka masih hidup di dunia sambil
mempersiapkan bekal dan dengan menghiasi diri dengan kesabaran. 91

Sedangkan orang-orang kafir baru bermohon setelah kematian mereka,


tidak pula mnyiapkan diri atau membawa bekal dan tidak juga bersabar, bahkan
mereka memperuntutkan hawa nafsu. Dari sini wajar jika doa kaum beriman
dikabulkan dan doa para pendurhaka ditolak, karena bukan saja waktu berdoa
mereka berbeda akan tetapi persiapan mereka juga bertolak belakang.

Dari ayat ini kita bisa mngambil pelajaran bahwa bagaimana kekuatan doa
itu sangat luar biasa, namun disisi lain kita juga harus berusaha agar doa yang
kita panjatkan sesuai dengan amal perbuatan yang kita kerjakan.

ْ َ‫س ْوُك ْم ِذ ْك ِري َوُك ْن تُ ْم ِم ْن ُه ْم ت‬


)110( ‫ض َح ُكو َن‬ ِ ُُ‫فَ َّاَتَ ْذَت‬
َ ْ‫وه ْم س ْخ ِراَي َح ََّّت أَن‬
ُ
“Lalu kamu jadikan mereka buah ejekan, sehingga kamu lupa mengingat Aku,
dan kamu (selalu) menertawakan mereka”. (Al-Mu’minun 110)

Kemudian pada ayat ini menceritakan bagaimana orang-orang mukmin


yang lemah menjadi buah ejekan kaum kafir. Bahkan mereka disibukkan dengan
hal ini, sampai mereka tidak sempat berfikir dan merenung tentang apa yang

91
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) hlm: 452

143
XII | STANDAR DAN TOLAK UKUR KESELAMATAN

diyakini oleh orang-orang yang mereka olok-olok. Inilah makna dari ayat ini
bahwa “kesibukan kalian mengejek mereka menjadikan kalian melupakan aku.92

Ayat ini juga berkaitan dengan ayat lainnya,

)30( ‫) َوإِذَا َم ُّروا ِبِِ ْم يَتَ غَ َام ُزو َن‬29( ‫ض َح ُكو َن‬ ِ َّ ِ ِ َّ
ْ َ‫آمنُوا ي‬
َ ‫ين‬
َ ‫َج َرُموا َكانُوا م َن الذ‬ َ ‫إِ َّن الذ‬
ْ ‫ين أ‬
‘‘Sesungguhnya orang-orang yang berdosa adalah mereka yang dahulu
menertawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila mereka (orang-orang
yang beriman) melintas di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan
matanya.” (Al-Muthaffifin 29-30)

)111( ‫ْبوا أ ََُّنُ ْم ُه ُم الْ َفائُِزو َن‬ َ ‫إِِن َج َزيْ تُ ُه ُم الْيَ ْو َم ِِبَا‬
َُ ‫ص‬
”sesungguhnya pada hari ini Aku memberi balasan kepada mereka, karena
kesabaran mereka; sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang memperoleh
kemenangan”. (Al-Mu’minun 111)

Kemudian Allah SWT menginformasikan ganjaran yang Dia berikan


kepada para hamba-hambanya yang shalih. Kesabaran orang-orang mukmin
dalam menghadapi ejekan dan olokan, dibalas dengan kemuliaan dan nikmat dari
Allah. Janji ini tidak boleh diabaikan oleh setiap muslim. Dia harus selalu
menanamkan dalam dirinya tentang balasan kesabaran ini. Harus selalu dan
senantiasa merenungkan beratnya kesabaran atas penindasan. Dengan besarnya
nikmat yang dijanjikan sebagai buah dari kesabaran tersebut. 93

Kata bi dalam kata bima shabaru tidak dipahami dalam arti sebab kerena
anugrah surga dan aneka nikmatnya bukanlah disebabkan amal perbuatan
seseorang , sebagaimana hadits yang dirujuk dalam tafsir al-Mishbah, bahwa
Rasulullah menegaskan hal ini ketika bersabda “ tidak seorangpun yang masuk

92
Mutawalli Sya’rawi, terjemahan Tafsir Sya’rawi, (Medan : Duta Azhar, 2011)
hlm : 528
93
Mutawalli Sya’rawi, terjemahan Tafsir Sya’rawi, (Medan : Duta Azhar, 2011)
hlm : 529

144
XII | STANDAR DAN TOLAK UKUR KESELAMATAN

ke surga karena amalnya,” beliau ditanya: walau engkau Rasulullah?, beliau


menjawab: walau aku, kecuali jika Allah melimpahkan rahmat-Nya
kepadaku”.94

Dari pembahasan di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa amalan-amalan


mempunyai timbangan masing-masing, shalat mempunyai timbangan khusus,
begitupun ibadah lainnya. Dan kevalidannya tidak dapat diragukan lagi karena
yang menjadi penghitungnya adalah Sang Maha Adil, yaitu Allah SWT sendiri.

Kemudian terdapat anjuran agar seorang muslim hendaknya


memperbanyak doa, sebagaimana bukti kekuatan doa itu sangat luar biasa,
namun disisi lain kita juga harus berusaha agar doa yang kita panjatkan sesuai
dengan amal perbuatan yang kita kerjakan.

Selanjutnya terdapat pesan bahwa dimasukkannya seseorang ke dalam


surge bukan karena amal perbuatannya melainkan karena rahmat Allah yang
diberikan kepadanya.

94
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) hlm: 454

145
XII | STANDAR DAN TOLAK UKUR KESELAMATAN

146
‫‪13‬‬
‫‪TUJUAN HIDUP MANUSIA‬‬

‫)‪(QS. AL-MUKMINUN 112-118‬‬


‫”‪“M. Nur Assiddiq Wijaya‬‬

‫ض يَ ْوٍم‬
‫ني (‪ )112‬قَالُوا لَبِثْ نَا يَ ْوًما أ َْو بَ ْع َ‬
‫ِ‬
‫ض َع َد َد سنِ َ‬
‫ال َك ْم لَبِثْ تُ ْم ِِف ْاِل َْر ِ‬
‫قَ َ‬

‫ال إِ ْن لَبِثْ تُ ْم إََِّّل قَلِ ًيَل لَ ْو أَنَّ ُك ْم ُك ْن تُ ْم تَ ْعلَ ُمو َن (‪)114‬‬


‫ين (‪ )113‬قَ َ‬ ‫فَ ِ ِ‬
‫اسأَل ال َْعاد َ‬
‫ْ‬

‫اَّللُ ال َْملِ ُ‬
‫ك‬ ‫أَفَ َح ِس ْب تُ ْم أ َََّنَا َخلَ ْقنَا ُك ْم َعبَ ثًا َوأَنَّ ُك ْم إِلَْي نَا ََّل تُ ْر َجعُو َن (‪ )115‬فَ تَ َع َاَل َّ‬

‫آخ َر ََّل‬ ‫ش الْ َك ِر َِي (‪ )116‬ومن ي ْدع مع َِّ‬


‫اَّلل إِ ََلًا َ‬ ‫ا َْلَ ُّق ََّل إِلَ َه إََِّّل ُه َو َر ُّ‬
‫ب ال َْع ْر ِ‬
‫ََ ْ َ ُ َ َ‬
‫بُ ْرَها َن لَهُ بِ ِه فَِإ ََّنَا ِحسابُهُ ِع ْن َد َربِ ِه إِنَّهُ ََّل يُ ْف ِل ُح الْ َكافِرو َن (‪َ )117‬وقُل َر ِ‬
‫ب ا ْغ ِف ْر‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫ني (‪)118‬‬ ‫الر ِ ِ‬
‫اْح َ‬ ‫َو ْار َح ْم َوأَنْ َ‬
‫ت َخ ْريُ َّ‬
‫"?‪112. Allah berfirman, "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi‬‬
‫‪113. Mereka menjawab, "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka‬‬
‫"‪tanyakanlah kepada mereka yang menghitung.‬‬
XIII | TUJUAN HIDUP MANUSIA

114. Allah berfirman, "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan hanya sebentar
saja, jika kamu benar-benar mengetahui."
115. Maka apakah kamu mengira, bahwa Kami menciptakan kamu main-main
(tanpa ada maksud), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada
Kami?
116. Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenarnya; tidak ada Tuhan yang
berhak disembah selain Dia, Tuhan (yang memiliki) 'Arsy yang mulia.
117. Dan barang siapa menyembah tuhan yang lain selain Allah, padahal tidak
ada suatu bukti pun baginya tentang itu, maka perhitungannya hanya pada
Tuhannya. Sungguh, orang-orang kafir itu tidak akan beruntung.
118. Dan katakanlah (Muhammad), "Ya Tuhanku, berilah ampun dan berilah
rahmat, Engkaulah pemberi rahmat yang terbaik."

‫ين‬ ِ ِ َ‫) قَالُوا لَبِثْ نَا ي وما أَو ب عض ي وٍم ف‬112( ‫ض َع َد َد ِسنِني‬ ِ ‫ال َك ْم لَبِثْ تُ ْم ِِف ْاِل َْر‬
َ ‫اسأَل ال َْعاد‬
ْ َْ َ ْ َ ْ ً َْ َ َ َ‫ق‬
)114( ‫ال إِ ْن لَبِثْ تُ ْم إََِّّل قَلِ ًيَل ل َْو أَنَّ ُك ْم ُك ْن تُ ْم تَ ْعلَ ُمو َن‬
َ َ‫) ق‬113(
112. Allah berfirman, "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?"
113. Mereka menjawab, "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka
tanyakanlah kepada mereka yang menghitung."
114. Allah berfirman, "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan hanya sebentar
saja, jika kamu benar-benar mengetahui."

ْ ِ‫ ) لَب‬dalam ayat diatas yang berarti ‫ اللبثة‬yaitu yang


Menggunakan kata ( ‫ث‬

bermakna ‫ التوقف اليسري‬yang berarti Berhenti sebentar 95


. jadi Alquran dalam

ِ ‫ِِف ْاْل َْر‬


pengambilan kata nya sangat tepat ketika disandingkan dengan maksud ‫ض‬

yang berarti hidup didunia . memang kita hidup didunia ini hanya lah sementara
hanya sebuah singgahan dalam perjalanan.

Allah Swt. berfirman, mengingatkan kepada mereka tentang apa yang tekah
mereka sia-siakan dalam usia mereka yang pendek itu selama di dunia, bahwa

95
Ahmad warson munawwir, Kamus Al- Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
( Surabaya : Pustaka Progressif, 1997) Hal. 1247

148
XIII | TUJUAN HIDUP MANUSIA

mereka tidak mau taat kepada Allah Swt. dan tidak mau menyembah-Nya
semata. Seandainya mereka bersabar dalam menger-jakan perintah tersebut
selama di dunia yang waktunya relatif pendek itu, tentulah mereka memperoleh
keberuntungan sama dengan apa yang diperoleh oleh kekasih-kekasih Allah Swt.
yang bertakwa. 96

Yakni kalau kalian mengetahui, tentulah kalian tidak akan memilih dunia
yang fana dengan meninggalkan akhirat yang kekal97, tentulah kalian tidak akan
memperlakukan diri kalian dengan perlakuan seburuk ini, dan tentulah kalian
tidak berhak mendapat murka Allah dalam waktu yang relatif pendek itu. Dan
seandainya kalian bersabar dalam menjalani ketaatan kepada Allah dan
menyembah-Nya seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang beriman,
tentulah kalian akan beruntung memperoleh keberhasilan yang sama seperti
mereka.

Tapi Thabtha’i berpendapatat bahwa yang di maksud dengan Berapa lama


kamu tinggal itu adalah tentang berapa lama mereka tinggal di alam kubur bukan
seperti pendapatnya ulama yang mengatakan berapa lama mereka tinggal hidup
didunia atau pun didunia dan diakhirat. 98

Setelah orang – orang yang berdosa ditempatkan dalam neraka


jahanam, datanglah kepada mereka pertanyaan berapalama kamu tinggal di dunia
dahulunya ? dengan penuh insyaf mereka menjawab bahwa hanya sehari atau
setengah hari saja. Malaikat dan manusia yang telah diberi ilmu pengetahuan
lebih tau berapa lama mereka hidup. 99

96
Ibnu Katsir, Lubaabut Tafsiir Min ibni Katsiir, ( Bogor : Pustaka imam Syafi’I,
2007 ) Hal. 613
97
Imam Jalaluddin Al-Mahaly dan Assuyuti, Tafsir Jalalain, ( Bandung : Sinar
Baru Algensindo, 2006 ) Hal. 222
98
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, ( Jakarta : Lentera Hati, 2002 ) Hal.
268
99
Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar jilid 6, ( Singapore: Pustaka Nasional, 200 3
) Hal. 4849

149
XIII | TUJUAN HIDUP MANUSIA

‫ك ا َْلَ ُّق ََّل‬ ُ ِ‫اَّللُ ال َْمل‬


َّ ‫) فَ تَ َع َاَل‬115( ‫أَفَ َح ِس ْب تُ ْم أ َََّنَا َخلَ ْقنَا ُك ْم َعبَ ثًا َوأَنَّ ُك ْم إِل َْي نَا ََّل تُ ْر َجعُو َن‬
‫آخ َر ََّل بُ ْرَها َن لَهُ بِ ِه فَِإ ََّنَا‬
َ ‫اَّلل إِ ََلًا‬ َِّ ‫) ومن ي ْدع مع‬116( ‫ش الْ َك ِر َِي‬ ِ ‫ب ال َْع ْر‬ ُّ ‫إِلَهَ إََِّّل ُه َو َر‬
َ َ ُ َ ْ ََ
ِ ِ ‫الر‬ َ ْ‫ب ا ْغ ِف ْر َو ْار َح ْم َوأَن‬ ِ ‫) َوقُل َر‬117( ‫ح الْ َكافِرو َن‬ ِ ِِ ِ ِ
‫ني‬
َ ‫اْح‬ َّ ُ‫ت َخ ْري‬ ْ ُ ُ ‫سابُهُ ع ْن َد َربه إِنَّهُ ََّل يُ ْفل‬ َ‫ح‬
)118(
115. Maka apakah kamu mengira, bahwa Kami menciptakan kamu main-main
(tanpa ada maksud), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada
Kami?
116. Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenarnya; tidak ada Tuhan yang
berhak disembah selain Dia, Tuhan (yang memiliki) 'Arsy yang mulia.
117. Dan barang siapa menyembah tuhan yang lain selain Allah, padahal tidak
ada suatu bukti pun baginya tentang itu, maka perhitungannya hanya pada
Tuhannya. Sungguh, orang-orang kafir itu tidak akan beruntung.
118. Dan katakanlah (Muhammad), "Ya Tuhanku, berilah ampun dan berilah
rahmat, Engkaulah pemberi rahmat yang terbaik."
Kata ‫' َعبَ ثا‬abatsan/sia-sia, yakni perbuatan yang tidak bermanfat. Pernyataan

ayat di atas menunjukkan keniscayaan adanya hari Pembalasan. Karena dalam


kehidupan dunia ini, terbukti ada manusia yang baik dan berlaku adil dan ada
pula yang sebaliknya. Seandainya Allah tidak memberi balasan kepada masing-
masing sesuai dengan amal perbuatannya, maka tentu hal tersebut
mengakibatkan sia-sianya kebaikan yang berbuat baik Demikian juga harapan
mereka yang belum terbalas kekejaman para penganiaya.

Yakni apakah kalian menduga bahwa kalian diciptakan dengan main-main,


tanpa tujuan, tanpa berkehendak, dan tanpa hikmah dari Kami? Menurut
pendapat lain agar kalian hidup main-main dan berbuat sia-sia seperti Aku
menciptakan binatang ternak, tiada pahala dan tiada siksaan. Sesungguhnya
Kami ciptakan kalian tiada lain hanyalah untuk beribadah dan mengerjakan
perintah-perintah Allah Swt.100

100
Ibnu Katsir, Lubaabut Tafsiir Min ibni Katsiir, ( Bogor : Pustaka imam Syafi’I,
2007 ) Hal. 614

150
XIII | TUJUAN HIDUP MANUSIA

Kata (‫ب ال َْع ْر ِش‬


ُّ ‫)ر‬
َ Rabbil 'arsy telah diuraikan pada ayat 86 surah ini. Rujuklah
ke sana. Di sini 'arsy disifati dengan kata (‫ )الْ َك ِرمي‬al-karim. Sedang di beberapa

tempat yang lain seperti pada ayat 86 dengan al-'azhim. Perbedaan itu karena
perbedaan konteks. Pada ayat ini konteksnya adalah limpahan anugerah Allah,
sehingga lebih digunakan kata (‫ ) َك ِرمي‬karim yang mengandung makna keutamaan,

kemuliaan, serta keistimewaan sesuai obyeknya. Sedang di sana, konteksnya


adalah uraian tentang agungnya kuasa-Nya, yang tepat adalah kata Azhim /
Agung.101

Pada Penutup Surat ini datanglah seruan Allah Kepada Rasul agar
dibukanya inti kaji yang sebenanya, dengan berupa permohonan kepada Tuhan.
Surat ini diberi nama "Al-Mu'minun", sejak dari awal sampai ke ujung
membicarakan tentang alat perjuangan kaum yang percaya.

Sebab itu tidaklah heran jika di akhir Surat dibukakan rahasia yang se-
benarnya. Yaitu bahwasanya ampunan dan kasih Tuhan melebihi dari segala-
galanya. Jika pun Tuhan mengancam akan menyiksa, namun pintu ampun dai
kasih masih tetap terbuka. Dan lagi orang yang beriman, betapa pun ancaman
siksa karena dosanya, imannya kepada Tuhan menyebabkan dia selalu men-
dekati Tuhan juga.

Sebab kasih Tuhan melebihi dari kasihnya segala yang mendakwakan


kasih. Segala kasih makhluk sesama makhluk selalu mengandung pengharapan
keuntungan diri sendiri, namun kasih Tuhan meliputi juga kepada orang durhaka
kepadaNya. abid yang fasik! mencari jalan ialah akal pemberian Tuhan juga.
Anugerah sinar matahari di kala terbitnya sama dirasai oleh orang yang Apabila

101
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, ( Jakarta : Lentera Hati, 2002 ) Hal.
271

151
XIII | TUJUAN HIDUP MANUSIA

seorang yang 'ashi berbuat durhaka, yang dipergunakannya mencari jalan ialah
akal dari Allah juga. 102

Sejahat-jahat jalan yang ditempuh oleh seseorang hamba, namun di sudut


hati sanubarinya masih berkelap-kelip pelita hudan, petunjuk dari kebenaran.
Satu waktu pelita itu akan menyinari kembali hidup makhluk yang sesat itu.

Bila ditinjau dari jalur periwayatannya hadis ini berpredikat mursal. Akan
tetapi, Abu Isa At-Turmuzi di dalam kitab Jami'-nya telah meriwayatkannya
dengan menyandarkannya kepada Imran ibnul Husain, dari ayahnya, dari
Rasulullah Saw., lalu disebutkan hal yang semisal.

Firman Allah Swt.:

}‫ني‬ ِ ِ ‫الر‬
َ ‫اْح‬ َ ْ‫ب ا ْغ ِف ْر َو ْار َح ْم َوأَن‬
َّ ُ‫ت َخ ْري‬ ِ ‫{وقُل َر‬
ْ َ
Dan katakanlah, "Ya Tuhanku, berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau
adalah Pemberi rahmat yang paling baik.” (Al Mu’minun: 118)

Melalui ayat ini Allah memberi petunjuk kepada Nabi-Nya tentang apa
yang harus diucapkan dalam berdoa kepada-Nya. Ampunan artinya Allah
menghapus dosa-dosanya dan menyembunyikannya dari manusia. Rahmat
artinya diberikan bimbingan dan taufik oleh Allah dalam semua ucapan dan
perbuatannya. Dan ulama menjadikan objek pengampunan dan diberinya
Rahmat oleh Allah adalah orang-orang yang mukmin.

102
Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar jilid 6, ( Singapore: Pustaka Nasional, 200 3
) Hal. 4855

152
XIII | TUJUAN HIDUP MANUSIA

Surat Al Mu'minuun dimulai dengan sifat-sifat yang dipunyai oleh seorang


mu'min yang ber- bahagia hidup di dunia dan di akhirat. Sekalipun Allah tidak
membeda-bedakan pemberian rezki di dunia ini kepada manusia apakah ia
mu'min atau kafir, tetapi kebahagiaan yang sebenarnya hanya diberikan kepada
orang-orang yang mu'min di akhirat kelak.

Kemudian dikemukakan apa yang telah dialami oleh para nabi dan kaum-
kaum kepada siapa mereka diutus; orang-orang yang mengikuti nabi selalu
mendapat pertolongan dari Allah, sedang orang-orang yang mengingkari nabi
dihancurkan dan dimusnahkan Allah agar menjadi i'tibar bagi umat-umat yang
datang kemudian.

Setelah menggambarkan kedahsyatan hari kiamat, maka surat ini ditutup


dengan menggam- barkan hasil yang diperoleh oleh orang-orang mu'min dan
orang-orang kafir di akhirat nanti.

Sehingga kita dapat simpulkan dari penjabaran pada surah al-mukminun


diatas bahwa kita hidup didunia ini hanya sementara . jangan lah kita tukar
kehidupan kita yang sesunguhnya yang Abadi yaitu di akhirat . dan harus kita
ingat selalu awal tujuan Allah menciptakan kita yaitu semata-mata hanya untuk
beribadah kepadanya. Oleh karna itu lah kita harus kembali kepada tuhan
semesta alam dengan berserah diri kepada Allah swt. Dengan selalu memohon
ampun dan rahmat darinya.

153
XIII | TUJUAN HIDUP MANUSIA

154
14
D A K WA H E R A M I L L E N I A L

(QS. NUH 1-5)


“Muhammad Ade Sevtian”

ِ ‫ك ِمن قَ ب ِل أَ ْن َيْتِي هم َع َذ‬ ِ ِِ


)1( ‫يم‬
ٌ ‫اب أَل‬
ٌ ْ َُ َ ْ ْ َ ‫وحا إِ ََل قَ ْومه أَ ْن أَنْذ ْر قَ ْوَم‬
ً ُ‫إِ ََّن أ َْر َسلْنَا ن‬

‫) يَغْ ِف ْر‬3( ‫ون‬ ِ ِ


ِ ‫َطيع‬
ُ ‫اَّللَ َواتَّ ُقوهُ َوأ‬
َّ ‫َن ا ْعبُ ُدوا‬ ٌ ِ‫ال ََي قَ ْوم إِِن لَ ُك ْم نَ ِذ ٌير ُمب‬
ِ ‫) أ‬2( ‫ني‬ َ َ‫ق‬

ِ َِّ ‫َجل‬ ِ ِ
‫َّر لَ ْو‬
ُ ‫اء ََّل يُ َؤخ‬
َ ‫اَّلل إ َذا َج‬
ِ
َ َ ‫س امى إ َّن أ‬ َ ‫لَ ُك ْم م ْن ذُنُوبِ ُك ْم َويُ َؤخ ْرُك ْم إِ ََل أ‬
َ ‫َج ٍل ُم‬
‫) فَ لَ ْم يَ ِز ْد ُه ْم‬5( ‫ت قَ ْوِمي لَْي ًَل َو َُنَ ًارا‬
ُ ‫ب إِِن َد َع ْو‬
ِ ‫ال َر‬
َ َ‫) ق‬4( ‫ُك ْن تُ ْم تَ ْعلَ ُمو َن‬

)6( ‫ُد َعائِي إََِّّل فِ َر ًارا‬


1. “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan
memerintahkan): ‘Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya
azab yang pedih’,(1)
2. Nuh berkata: ‘Hai kaumku, Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan
yang menjelaskan kepada kamu’,(2)
XIV | DAKWAH ERA MILLENIAL

3. (yaitu) Sembahlah olehmu Allah, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah


kepadaKu’,(3)
4. Niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan
menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan.
Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat
ditangguhkan, kalau kamu Mengetahui.(4)
5. Nuh berkata: ‘Ya Tuhanku Sesungguhnya aku telah menyeru kaumku
malam dan siang,(5)
6. Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran)’.(6)”

ِ ‫ك ِمن قَ ب ِل أَ ْن َيْتِي هم ع َذ‬ ِ ِِ


)1( ‫يم‬
ٌ ‫اب أَل‬
ٌ َ ْ َُ َ ْ ْ َ ‫وحا إِ ََل قَ ْومه أَ ْن أَنْذ ْر قَ ْوَم‬
ً ُ‫إِ ََّن أ َْر َسلْنَا ن‬
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan
memerintahkan): ‘Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab
yang pedih’,(1)

Ayat ini diawali dengan lafadz ‫إِ ََّّن أ َْر َسلْنَا‬yang mana kata inna merupakan

bentuk jamak. Artinya kita dianjurkan untuk berjamaah. Bahwasanya hidup ini
tidak bisa sendirian, manusia adalah makhluk sosial artinya butuh satu dengan
yang lainnya. Orang yang berjamaah itu mendapat keuntungan lebih besar
daripada sendirian. Lihat saja dalam perkara ibadah solat, semakin banyak
jamaah maka semakin baik untuk diri kita, mengapa demikian? karena apabila
satu orang saja khusyuk dalam solat berjamaah maka yang lain akan mendapat
pahala khusyuk tersebut. Sebaliknya jika kita solat sendiri hanya akan mendapat
satu pahala saja, kalau kita benar-benar khusyuk. Bagaimana kalau tidak?

Dalam hal berdakwah kita juga dianjurkan untuk berjamaah, tidak bisa
sendirian. Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Nuh as. Untuk
memberi peringatan kepada kaumnya. Karena ketika indzar (peringatan) telah
disampaikan kepada kaumnya, apabila mereka tidak mengikuti maka akan
mendapat siksa yang pedih. Mengingat bahwa Nabi Nuh lahir dari kalangan

156
XIV | DAKWAH ERA MILLENIAL

biasa, maka kaum Nya banyak yang lebih memilih mengikuti pembesar-
pembesar mereka yang kaya raya.103

Jika kita merujuk pada konteks zaman now sekarang, maka dalam
menyampaikan dakwah kepada umat hendaklah memiliki kekuatan lahir dan
bathin. Tidak membedakan siapa saja pendengarnya, baik golongan atas,
menengah, maupun orang miskin. Setiap Ustadz juga harus kuat dalam hal
berdakwah kepada orang kelas atas (kaya) meskipun Ustadz tersebut dari
kalangan orang biasa. Jangan gengsi berdakwah kepada orang-orang kaya
meskipun ketika berdakwah ke tempat mereka kita hanya menggunakan motor
butut, bukan mobil.

ِ
ٌ ِ‫ال ََي قَ ْوم إِِن لَ ُك ْم نَ ِذ ٌير ُمب‬
)2( ‫ني‬ َ َ‫ق‬
Artinya: “Nuh berkata: ‘Hai kaumku, Sesungguhnya aku adalah pemberi
peringatan yang menjelaskan kepada kamu,”(2)

Ayat ini diawali lafadzh ‫ال‬


َ َ‫ق‬, yang mana dakwah yang paling standar adalah

dengan perkataan, karena dalam hadis disebutkan:

“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran hendaklah ia merubah


dengan tangan nya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika ia masih tidak
mampu, maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR.
Muslim)104

Hadis di atas membuktikan dalam menyampaikan kebaikan dengan


menolak kemungkaran yang paling standar ialah dengan lisan. Akan tetapi juga

103
Wahbah Al-Zuhaili, Tafsir al-Munir¸ Terjemahan: Abdul Hayyie al-Kattani,
dkk., (Jakarta: Gema Insani), Jilid 15, h. 163
104
Shohih Muslim

157
XIV | DAKWAH ERA MILLENIAL

harus bilmau’idzoh al-hasanah (nasehat yang baik) dan tidak memaksa agar
tidak terjadi perdebatan yang berlanjut pada pertumpahan darah.

Selanjutnya terdapat lafadzh ‫قَ ْوِم‬artinya Nabi Nuh as. diperintahkan untuk

berdakwah menyampaikan peringatan (‫ )نَ ِذير‬hanya pada kaumnya saja. Jika kita

melihat sekarang bahwa seorang Kiai harus fokus dalam berdakwah kepada
Pondok Pesantren dan masyarakat serta bangsa. Seandainya seorang Kiai
mengikuti politik legislatif secara tidak langsung ia akan kehilangan fokus, akan
sibuk dengan politik. Kalau sudah seperti ini siapa yang mengisi pengajian di
Pondok Pesantren dan Masyarakat?

Karna itu, sudah ada porsinya masing-masing. Kiai fokus dengan


dakwahnya dan Politikus fokus dengan tugasnya. Tugas Kiai ialah menasehati
para Politikus agar mereka tidak mereka tidak melakukan kebatilan seperti
korupsi dan lain sebagainya. Jika seperti ini maka akan terjadilah sistem
keseimbangan dalam bermasyarakat dan bernegara.

ِ
ِ ‫َطيع‬ ِ‫أ‬
)3( ‫ون‬ُ ‫اَّللَ َواتَّ ُقوهُ َوأ‬
َّ ‫َن ا ْعبُ ُدوا‬
Artinya: “(yaitu) Sembahlah olehmu Allah, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah
kepadaKu.”(3)

Pada ayat ketiga surah Nuh ini diperintahkan kepada kaumnya untuk
menyembah dan bertakwa kepada Allah dan taat kepada Nabi Nuh. Ayat ini
menggunakan huruf ‘athaf waw yang salah satu maknanya limuthlaq al-jam’i
yakni masing-masing kata ayat diatas tidak bisa dipisahkan dan

158
XIV | DAKWAH ERA MILLENIAL

diprioritaskan. 105 Yang menjadi pertanyaan dalam ayat ini adalah mengapa
dalam hal ketaatan mereka diperintahkan untuk mentaati Nabi Nuh bukan Allah?

Taat adalah perintah yang dilaksanakan dengan sepenuh hati. Taat itu boleh
selain Allah yakni kepada Rasul.106 Artinya kalau seseorang sudah taat kepada
Rasul maka otomatis ia melaksakan perintahkan Allah yakni dengan bentuk
melaksanakan ibadah dan senantiasa bertakwa. Jika kita kontekstualkan dalam
hal berdakwah, artinya sebagai muslim kita selayaknya mengikuti pedoman al-
Qur’an melalui Ulama setempat sebagai penerus risalah kenabian.

ِ َِّ ‫َجل‬ ِ ِ ِ ِ
َ ‫يَ ْغف ْر لَ ُك ْم م ْن ذُنُوبِ ُك ْم َويُ َؤخ ْرُك ْم إِ ََل أ‬
‫َّر ل َْو ُك ْن تُ ْم‬
ُ ‫اء ََّل يُ َؤخ‬
َ ‫اَّلل إذَا َج‬ َ َ ‫س امى إ َّن أ‬
َ ‫َج ٍل ُم‬
)4( ‫تَ ْعلَ ُمو َن‬
Artinya: “Niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan
menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya
ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu
Mengetahui.”(4)

Ayat ini berbicara tentang pengampunan Allah atas dosa-dosa yang


dilakukan kaum Nuh, dan menangguhkan hukuman sampai waktu yang
ditentukan. Bila perilaku kedzhaliman manusia disuatu tempat sudah terlalu
berlebihan, maka Allah akan mengazab kelompok manusia itu di dunia,
sebagaimana kaum Nabi Nuh as yang di azab oleh Allah swt.

Melihat tersebut seharusnya kita harus mentaati perintah para Ulama.


Sebagai Masyarakat Indonesia kita harus taat pada Majelis Ulama Indonesia
(MUI), karena merekalah yang bertugas mengatasi permasalahan-permasalahan
keagamaan di Indonesia. Ibarat Kereta Api, mereka para MUI sebagai Lokomotif

105
Ahmad Husnul Hakim, Kaidah-kaidah Penafsiran, (Depok: Lingkar Studi al-
Qur’an, cet. 2017), h. 10
106
Al-Jurjani, At-Ta’rifaat, (Daar Ibn al-Jauzi: Kairo, 2018), h. 151

159
XIV | DAKWAH ERA MILLENIAL

sedangkan kita yang mengisi setiap gerbong-gerbong yang ada, karena mereka
yang mengerti kemana Kereta Api harus pergi.

)5( ‫ت قَ ْوِمي ل َْي ًَل َو َُنَ ًارا‬


ُ ‫ب إِِن َد َع ْو‬
ِ ‫ال َر‬
َ َ‫ق‬
Artinya: “Nuh berkata: ‘Ya Tuhanku Sesungguhnya aku telah menyeru kaumku
malam dan siang,”(5)

Ayat kelima berbicara tentang curhat (curahan hati) seorang Nabi yakni
Nuh as. bahwa ia sudah melaksanakan dakwah siang dan malam. Artinya Nabi
telah memberikan peringatan kepada kaumnya. Ada yang mentaati dan ada yang
mengingkari. Lailalan wa Naharon maksudnya sebagai pendakwah hendaklah
bersungguh-sungguh dalam berdakwah, baik siang maupun malam. Karena
sejatinya pendakwah itu harus ikhlas. Salah satu makna keikhlasan bagi seorang
pendakwah ialah, mampu menempatkan pengikut dan pencela di tempat yang
sama, artinya tidak ada kesan yang timbul di dalam hati si pendakwah disaat
sebagian orang taat kepadanya, sementara yang lain meningkarinya.

160
15
B E R D A K WA H K A R E N A A L L A H

(QS. NUH 6-10)


“Muhammad Syukron bin Makmur ”

‫َصابِ َع ُه ْم‬ ِ ِ ِ ِ
َ ‫) َوإِِن ُكلَّ َما َد َع ْو ُِتُ ْم لتَ غْف َر ََلُ ْم َج َعلُوا أ‬6( ‫فَ لَ ْم يَ ِز ْد ُه ْم ُد َعائي إََِّّل ف َر ًارا‬

‫) ُُثَّ إِِن َد َع ْو ُِتُ ْم‬7( ‫استِ ْكبَ ًارا‬ ِ َ ْ‫استَ غ‬ ِِ


ْ ‫استَ ْك َْبُوا‬
ْ ‫َص ُّروا َو‬
َ ‫ش ْوا ثيَ َاِبُ ْم َوأ‬ ْ ‫ِِف آ َذاُن ْم َو‬

‫استَ غْ ِف ُروا َربَّ ُك ْم‬ ُ ‫) فَ ُقل‬9( ‫ت ََلُ ْم إِ ْس َر ًارا‬


ْ ‫ْت‬ ُ ‫َس َرْر‬ ُ ‫) ُُثَّ إِِن أَ ْعلَْن‬8( ‫ِج َه ًارا‬
ْ ‫ت ََلُ ْم َوأ‬

)10( ‫إِنَّهُ َكا َن غَ َّف ًارا‬


6. tetapi seruanku itu tidak menambah (iman) mereka, justru mereka lari (dari
kebenaran).
7. Dan sesungguhnya aku setiap kali aku menyeru mereka (untuk beriman)
agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jarinya ke
telinganya dan menutupkan bajunya (ke wajahnya) dan mereka tetap
(mengingkari) dan sangat menyombongkan diri.
8. Lalu sesungguhnya aku menyeru mereka dengan cara terang-terangan.
9. Kemudian aku menyeru mereka secara terbuka dan dengan diam-diam,
10. maka aku berkata kepada mereka, 'Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu,
sungguh, Dia Maha Pengampun,
XV | BERDAKWAH KARENA ALLAH

‫فَ لَ ْم يَ ِز ْد ُه ْم ُد َعائِي إََِّّل فِ َر ًارا‬


maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). (Nuh: 6)

Yaitu setiap kali aku seru mereka untuk mendekati perkara yang hak, maka
mereka makin lari darinya dan makin jauh menyimpang darinya. Sehingga
dakwah Beliau tidak ada faedahnya, karena faedah yang diharapkan dari dakwah
adalah tercapainya maksud atau sebagiannya.

‫ش ْوا ثِيَ َاِبُ ْم‬ ِِ ِ ِ


ْ ‫َصابِ َع ُه ْم ِِف آ َذاُن ْم َو‬
َ ‫استَ ْغ‬ َ ‫َوإِِن ُكلَّ َما َد َع ْو ُِتُ ْم لتَ غْف َر ََلُ ْم َج َعلُوا أ‬
Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau
mangampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam
telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya). (Nuh: 7)

Yakni mereka menutupi telinganya agar tidak dapat mendengar seruan yang
aku tujukan kepada mereka. jika mereka memenuhi seruan itu Engkau akan
mengampuni mereka. Hal ini menunjukkan, bahwa maslahatnya adalah untuk
mereka sendiri, tetapi mereka menolaknya dan tetap di atas kebatilan. Seperti
halnya yang dilakukan oleh orang-orang kafir Quraisy, yang disebutkan oleh
firman-Nya:

‫آن َوالْغَ ْوا فِ ِيه ل ََعلَّ ُك ْم تَغْلِبُو َن‬


ِ ‫قال الَّ ِذين َك َفروا ََّل تَسمعوا َِل َذا الْ ُقر‬
ْ َُْ ُ َ َ ‫َو‬
Dan orang-orang yang kafir berkata, "Janganlah kamu mendengar dengan
sungguh-sungguh akan Al-Qur’an ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya,
supaya kamu dapat mengalahkan (mereka ( ". (Fushshilat: 26)

Adapun firman Allah Swt:

‫ش ْوا ثِيَ َاِبُ ْم‬


َ ‫استَ ْغ‬
ْ ‫َو‬

162
XV | BERDAKWAH KARENA ALLAH

Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa mereka


menyembunyikan jati dirinya agar Nuh tidak mengenal mereka. Sa'id ibnu Jubair
dan As-Saddi mengatakan bahwa mereka menutupi kepalanya agar tidak dapat
mendengar apa yang dikatakan Nuh.

‫َص ُّروا‬
َ ‫َوأ‬
dan mereka tetap (mengingkari)

Yakni mereka terus-menerus dalam kemusyrikan dan kekafirannya yang


berat lagi sangat parah.

‫استِ ْكبَ ًارا‬


ْ ‫ْبوا‬
َُ ‫استَ ْك‬
ْ ‫َو‬
dan menyombongkan diri dengan sangat

Mereka menolak, tidak mau mengikuti perkara yang hak dan tidak mau
tunduk kepadanya karena mereka benci kepada Beliau dan kepada apa yang
Beliau serukan.

‫ُُثَّ إِِن َد َع ْو ُِتُ ْم ِج َهار‬


Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara
terang-terangan. (Nuh: 8)

Maksudnya, dengan terang-terangan di kalangan mereka tanpa sembunyi-


sembunyi Dakwah ini dilakukan setelah dakwah dengan cara diam-diam tidak
berhasil, Beliau memperdengarkan kepada mereka semua.

ُ ‫ُُثَّ إِِن أَ ْعلَْن‬


‫ت ََلُ ْم‬
kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) secara terbuka. (Nuh: 9)

‫ت ََلُ ْم إِ ْس َر ًارا‬
ُ ‫َس َرْر‬
ْ ‫َوأ‬
dan dengan diam-diam.

163
XV | BERDAKWAH KARENA ALLAH

Nuh dalam seruannya memakai cara yang beragam dengan maksud agar
seruannya lebih berkesan pada mereka. Setelah melakukan dakwah secara diam-
diam kemudian secara terang-terangan namun tidak juga berhasil, maka Nabi
Nuh ‘alaihis salam melakukan kedua cara itu sekaligus. Ini menunjukkan
perhatian dan sikap nasihat dalam diri Beliau serta menggunakan berbagai cara
agar mereka mau menerima dakwahnya.

‫استَ ْغ ِف ُروا َربَّ ُك ْم إِنَّهُ َكا َن غَ َّف ًارا‬


ْ ‫ْت‬
ُ ‫فَ ُقل‬
maka aku berkata (kepada mereka), "Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu,
sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun”. (Nuh: 10)

Yakni kembalilah kamu ke jalan-Nya dan tinggalkanlah apa yang kamu


biasa lakukan itu dan bertobatlah kamu kepadanya. Karena sesungguhnya barang
siapa yang bertobat kepada-Nya, niscaya Dia menerima tobatnya, sekalipun
dosa-dosanya besar dalam kekafiran dan kemusyrikannya. Beliau mendorong
mereka agar mereka mau diampuni dosa-dosanya, mendapatkan pahala dan
terhindar dari siksa. Pada ayat selanjutnya, Beliau mendorong mereka agar
meraih kebaikan di dunia, yaitu dalam kata-kata, “Niscaya Dia akan
menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu,”

164
16
M E M P E R K U AT I M A N D E N G A N

AYAT K E B E S A R A N A L L A H

(QS. NUH 11-14)


“Nur Ilham Arifuddin”

ٍ ‫( وْيُْ ِد ْد ُكم ِِبَمو ٍال وبنِني وََْيعل لَ ُكم جن‬11) ‫السماء َعلَْي ُكم ِم ْدرارا‬ ِ
‫َّات‬ َ ْ ْ َ َ َ ََ َْ ْ َ ًَ ْ َ َ َّ ‫يُ ْرس ِل‬
َِِّ ‫( ما لَ ُكم ََّل تَرجو َن‬12) ‫وََيعل لَ ُكم أ َُْنَارا‬
‫( َوقَ ْد َخلَ َق ُك ْم‬13) ‫َّلل َوقَ ًارا‬ ُْ ْ َ ً ْ ْ َْ َ
(14)‫أَط َْو ًارا‬
11. Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu,
12. dan memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu
kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.
13. Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?
14. Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa
tingkatan kejadian.

Pada ayat sebelumnya Allah mengabarkan bagaimana Nabi Nuh berdakwah


ditengah-tengah kaumnya dengan waktu yang cukup lama yaitu selama 950
tahun. Dengan sabar beliau mendakwahi kaumnya tentang ketauhidan dan
XVI | MEMPERKUAT IMAN DENGAN AYAT KEBESARAN ALLAH

melarang mereka berbuat syirik. Pada ayat sebelumnya dijelaskan bagaimana


Nabi Nuh menyuruh kaumnya untuk memohon ampun kepada Allah atas
kemusyrikan yang telah mereka lakukan. Menyuruh kaumnya untuk beriman
kepada Zat pemberi ni’mat.

‫اء َعلَْي ُك ْم ِم ْد َر ًارا‬ َّ ‫يُ ْر ِس ِل‬


َ ‫الس َم‬
"Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu".

(Niscaya Dia akan mengirimkan hujan) pada saat itu mereka sedang
mengalami kekeringan karena terlalu lama tidak ada hujan (kepada kalian
dengan lebat) dengan deras.107

Maksudnya, hujan yang terus-menerus dan sangat lebat; karena itulah maka
disunatkan membaca surat ini dalam salat istisqa (memohon hujan) mengingat
maknanya sangat relevan dengannya.

Hal yang sama telah dilakukan oleh Amirul Mu’minin Umar ibnul Khattab
r.a., bahwa dia menaiki mimbar untuk memanjatkan doa istisqa, maka tiada yang
dibacanya selain dari istigfar dan membaca beberapa ayat dalam istigfarnya yang
antara lain adalah ayat ini: maka aku berkata (kepada mereka),’ ‘Mohonlah
ampunan kepada Tuhan-mu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun,
niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu.” (Nuh: 10-
11)

Kemudian Umar berkata, “Sesungguhnya aku telah menunggu-nunggu


datangnya hujan melalui bintang-bintang yang merupakan pertanda akan
datangnya hujan.” Ibnu Abbas dan lain-lainnya mengatakan bahwa datanglah

107
Tafsir Jalalain, hal. 474

166
XVI | MEMPERKUAT IMAN DENGAN AYAT KEBESARAN ALLAH

awan secara beriringan, sebagian darinya berurutan dengan sebagian yang


lainnya.108

Aku menyampaikan kepada kaumku, ‘Mintalah ampunan atas kemaksiatan


dan kekafiran kalian kepada Tuhan. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun atas
dosa-dosa hamba-Nya yang bertobat. Dia akan mengirim kepada kalian hujan
yang lebat, memberikan kalian harta dan anak yang merupakan hiasan dunia,
kebun- kebun yang dapat kalian nikmati keindahan dan buah-buahannya serta
sungai-sungai yang dapat kalian gunakan untuk mengairi tanaman dan 167
ember minum ternak.109

ٍ ‫وْيُْ ِد ْد ُكم ِِبَمو ٍال وبنِني وََْيعل لَ ُكم جن‬


‫َّات َوََْي َع ْل لَ ُك ْم أ َُْنَ ًارا‬ َ ْ ْ َ َ َ ََ َ ْ ْ َ
“Dan memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-
kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (Nuh: 12)

(Dan membanyakkan harta dan anak-anak kalian dan mengadakan


untuk kalian kebun-kebun) 167ember-ladang (dan mengadakan pula bagi kalian
sungai-sungai) yang mengalir di dalamnya.110

Semuanya itu dengan syarat apabila kamu bertobat kepada Allah dan
memohon ampun kepada-Nya serta taat kepada-Nya, maka Dia akan
memperbanyak rezeki kalian dan menyirami kalian dengan keberkahan dari
langit dan menumbuhkan bagi kalian keberkatan bumi sehingga bumi menjadi
subur menumbuhkan tetanamannya, dan menyuburkan bagi kalian air susu
ternak kalian dan memberimu banyak harta dan anak-anak dan menjadikan bagi

108
Tafsir Ibnu Katsir, hal. 233
109
M. Quraish Shihab, Juz 14, hal. 346
110
Tafsir Jalalain, hal. 474
111
Tafsir Ibnu Katsir, 4, hal. 233

167
XVI | MEMPERKUAT IMAN DENGAN AYAT KEBESARAN ALLAH

kalian kebun-kebun yang di dalamnya terdapat berbagai macam buah-buahan


dan di tengah-tengah (celah-celah)nya dibelahkan bagi kalian sungai-sungai
yang mengalir. Ini merupakan seruan dengan memakai metode targib. Kemudian
beralih dengan cara tarhib dalam seruannya kepada mereka. 111

َِِّ ‫ما لَ ُكم ََّل تَرجو َن‬


‫َّلل َوقَ ًارا‬ ُْ ْ َ
Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? (Nuh: 13)

(Mengapa kalian tidak mengharapkan keagungan dari Allah?) tidak


mengharapkan Allah mengangkat derajat kalian, agar kalian beriman kepada-
Nya.

Ibnu Abbas mengatakan bahwa kalian tidak mengagungkan Allah dengan


pengagungan yang sebenar-benarnya. Dengan kata lain, mengapa kamu tidak
takut kepada pembalasan dan azab-Nya.112

Mengapa kalian tidak mengagungkan Allah dengan sebenar-benarnya—


sehingga kalian dapat berharap mendapat kemuliaan diselamatkan dari azab—
padahal Dia telah menciptakan kalian dengan beberapa tahapan, mulai dari air
mani, segumpal darah, segumpal daging kemudian menjadi tulang dan
daging?113

‫َوقَ ْد َخلَ َق ُك ْم أَط َْو ًارا‬

112
Tafsir Ibnu Katsir, hal. 233
113
M. Quraish Shihab, Juz 14, hal. 346

168
XVI | MEMPERKUAT IMAN DENGAN AYAT KEBESARAN ALLAH

“Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan


kejadian? “(Nuh: 14)

(Padahal sesungguhnya Dia telah menciptakan kalian dalam beberapa


tingkatan kejadian) lafal athwaaran bentuk jamak dari lafal thaurun, artinya
tahap; yakni mulai dari tahap air mani terus menjadi darah kental atau alaqah,
hingga menjadi manusia yang sempurna bentuknya. Dan memperhatikan
kejadian makhluk-Nya seharusnya menuntun mereka iman kepada yang telah
menciptakannya.114

Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah dari nutfah, kemudian
menjadi ‘alaqah, kemudian menjadi segumpal daging. Demikianlah menurut apa
yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Ikrimah, Qatadah, Yahya ibnu Rafi’, As-Saddi,
dan Ibnu Zaid.115

Mengapa kalian tidak mengagungkan Allah dengan sebenar-benarnya


sehingga kalian dapat berharap mendapat kemuliaan diselamatkan dari azab
padahal Dia telah menciptakan kalian dengan beberapa tahapan, mulai dari air
mani, segumpal darah, segumpal daging kemudian menjadi tulang dan
daging?116

114
) Tafsir Jalalain, hal. 474
115
) Tafsir Ibnu Katsir, hal. 233
116
) M. Quraish Shihab, Juz 14, hal. 346

169
XVI | MEMPERKUAT IMAN DENGAN AYAT KEBESARAN ALLAH

170
17
FENOMENA-FENOMENA

KEALAMAN

(QS. NUH 15-18)


“Muhammad Fadhlan Saefuddin”

)15( ‫ات ِطبَاقًا‬


ٍ ‫اَّلل س ْبع َُسَاو‬
َ َ َ َُّ ‫ف َخلَ َق‬
َ ‫) أَ ََلْ تَ َرْوا َك ْي‬14( ‫َوقَ ْد َخلَ َق ُك ْم أَط َْو ًارا‬

ِ ‫اَّللُ أَنْبَ تَ ُك ْم ِم َن ْاِل َْر‬


‫ض‬ َّ ‫) َو‬16( ‫اجا‬ ِ ‫الشم‬
َ ْ َّ ‫ورا َو َج َع َل‬
ً ‫س س َر‬
ِ
ً ُ‫َو َج َع َل الْ َق َم َر في ِه َّن ن‬
ِ ِ
ً ‫) ُُثَّ يُعي ُد ُك ْم ف َيها َو ُيْ ِر ُج ُك ْم إِ ْخ َر‬17( ‫نَبَ ًاًت‬
)18( ‫اجا‬
15. Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh
langit berlapis-lapis?
16. Dan di sana Dia menciptakan bulan yang bercahaya dan menjadikan
matahari sebagai pelita (yang cemerlang)?
17. Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah, tumbuh (berangsur-angsur),
18. Kemudian Dia akan mengambalikan kamu ke dalamnya (tanah) dan
mengeluarkan kamu (pada hari kiamat) dengan pasti.
XVII | FENOMENA-FENOMENA KEALAMAN

ِ ِ ٍ
‫س‬
َ ‫الش ْم‬ ً ُ‫) َو َج َع َل الْ َق َم َر في ِه َّن ن‬15( ‫اَّللُ َس ْب َع َُسَ َاوات طبَاقًا‬
َّ ‫ورا َو َج َع َل‬ َّ ‫ف َخلَ َق‬
َ ‫أَََلْ تَ َرْوا َك ْي‬
)16( ‫اجا‬ ِ
ً ‫س َر‬
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah men- ciptakan tujuh langit
berlapis-lapis? (15) dan di sana Dia telah menciptakan bulan yang bercahaya
dan menjadikan matahari sebagai pelita (yang cemerlang)?(16)”.

Ayat-ayat dalam pembahasan ini adalah kelanjutan dari dakwah Nabi Nuh
yang mana pada ayat-ayat sebelumnya Nabi Nuh mengajak kaumnya untuk
memperhatikan dirinya. Pada ayat 15-16 ini Nabi Nuh mengajak kaumnya untuk
memperhatikan alam raya, yang dimulai dengan langit.

Dalam ayat ini Allah menyebutkan bahwa Dia menciptakan tujuh langit
dengan berlapis-lapis. Makna dari tujuh langit itu sendiri merupakan sesuatu
yang belum jelas hakikatnya bagi sebagian besar masyarakat. Beragam
penjelasan yang dikemukakan para mufassir ketika mereka menguraikan
maknanya, masing-masing menerangkan artinya sesuai dengan pengetahuan dan
keyakinannya. Misalnya saja Al-Maraghi, dalam karyanya Tafsirul Maraghi,
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tujuh langit itu adalah tujuh planet
dalam tata surya kita, selain bumi dan bulan. Sedangkan Hamka, dalam Tafsir
Al-Azhar, berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh adalah untuk
menunjukkan adanya benda-benda langit yang sangat banyak jumlahnya.
Dengan demikian, tujuh itu bukan untuk menunjukkan bilangan enam ditambah
satu, tetapi untuk menunjukkan sesuatu yang sangat banyak.

172
XVII | FENOMENA-FENOMENA KEALAMAN

Thibaqan dalam ayat ini merupakan hal (penjelas keadaan) yang dapat
diartikan dalam beberapa makna. Kata ini dapat disebut untuk menyatakan
keadaan benda-benda di alam raya yang jumlahnya sangat banyak, dan dapat
pula diartikan sebagai keadaan benda-benda yang diciptakan itu bertingkat-
tingkat. Makna yang lebih sesuai dari kata tersebut pada ayat ini adalah bahwa
Allah telah menciptakan benda-benda di alam raya ini yang jumlahnya tidak
sedikit “dalam keadaan bertingkat-tingkat”. Pengertiannya, yang satu lebih jauh
dari lainnya, karena yang satu berada lebih atas dari lainnya. Jadi, benda-benda
di alam raya ini, atau langit yang berada diatas kita, pada hakikatnya adalah yang
satu lebih jauh tingkat keberadaannya dari yang lain.

Selanjutnya pada ayat berikutnya yaitu ayat ke 16, Allah SWT


menyebutkan bahwa Dia telah menjadikan bulan bercahaya dan matahari sebagai
pelita (bersinar). Memang pada dasarnya susah membedakan antara sinar dan
cahaya, akan tetapi Al-Quran telah menjelaskan bedanya sinar dan cahaya, dan
mengilustrasikan matahari sebagai sinar dan bulan sebagai cahaya.

Dapat kita pahami bahwa adanya perbedaan antara sinar dan cahaya, sinar
merupakan sesuatu yang terpancar langsung dari benda yang terbakar, sehingga
memiliki sinar dengan sendirinya. Sedangkan cahaya merupakan sesuatu yang
terpancar akibat pantulan benda yang terkena sinar tersebut. Jika dilihat secara
umum, sinar dan cahaya sama-sama digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang
memancar dari benda-benda yang terang, dan membantu manusia untuk dapat
melihat benda-benda yang dilalui oleh pancaran tersebut.
Hanya saja, pada siang hari matahari menyinari kehidupan manusia, sesuai
dengan sinar yang dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup, baik itu manusia,
tumbuhan, maupun hewan. Dan bulan bercahaya di malam hari, sehingga dapat
memberi cahaya di kala kegelapan, dan menempatkan tempat peredaran yang
dilaluinya, di setiap malamnya berada pada satu orbit.

173
XVII | FENOMENA-FENOMENA KEALAMAN

Kenapa kita dapat melihat bulan pada malam hari? Itu karena pada saat itu,
posisi belahan bumi membelakangi matahari, sehingga kita berhadap ke bulan,
dan hanya terpancar pantulan bulan yang berasal dari sinar matahari. Begitu juga
ketika siang hari, kita menghadap ke arah matahari, sinar matahari lebih kuat
daripada cahaya pantulan bulan yang berasal dari sinar matahari.

Dari pemaparan diatas dapat kita pahami bahwa sinar lebih dahsyat
daripada cahaya, sebagaimana halnya matahari dan bulan. Sinar lebih besar
pengaruhnya atas penglihatan, sedangkan bulan lebih mudah direspon.Bisa
dikatakan matahari lebih tajam dan bulan penuh kelembutan.

Oleh karena itu, dapat kita ibaratkan bahwa petunjuk Allah seperti halnya
bulan, yang penuh dengan kelembutan, petunjuk Allah dalam hal kekafiran
ibaratkan cahaya pada kegelapan, sehingga ada yang mengikuti cahaya tersebut
dan ada pula yang tidak (sesat).

Jika seandainya petunjuk Allah seperti matahari, maka tidak akan ada orang
kafir satu orang pun, karena sinar matahari tidak akan menyisakan suatu tempat
untuk gelap, berbeda dengan cahaya yang dipancarkan oleh bulan. Dari ayat
tersebut Allah menjelaskan bahwa begitu besar kekuasaanNya, Allah
menjelaskan keadaan matahari dan bulan, dan juga menjelaskan penetapan
waktu, adanya pergantian waktu, sehingga didapatkan manfaat adanya
pergantian siang dan malam.

ِ ِ ِ ‫اَّللُ أَنْ بَ تَ ُك ْم ِم َن ْاِل َْر‬


ً ‫) ُُثَّ يُعي ُد ُك ْم ف َيها َوُيْ ِر ُج ُك ْم إِ ْخ َر‬17( ‫ض نَبَ ًاًت‬
)18( ‫اجا‬ َّ ‫َو‬
Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya,(17).
Kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu
(daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya.(18).

174
XVII | FENOMENA-FENOMENA KEALAMAN

Setelah dalam ayat sebelumnya, yakni ayat 15-16 Allah SWT menyinggung
kuasa-Nya dalam penciptaan langit dan pembahasan mengenai bulan dan
matahari, dalam ayat ini Allah menyinggung bumi dalam konteks yang
berhubungan langsung dengan penciptaan serta pertumbuhan manusia.

Dalam ayat ini penciptaan manusia digambarkan seperti tanaman yang


tumbuh dari tanah. Hakikat ini dimaksudkan, agar hati mereka merasakan adanya
kekuasaan Allah yang menciptakan mereka dari tanah dan mengembalikan
mereka ke tanah lagi. Juga supaya untuk mengingatkan tentang penciptaan kakek
kita Nabi Adam as. yang berasal dari tanah, sekaligus mengisyaratkan kebutuhan
manusia kepada makanan yang tumbuh di bumi, yang mana dengan makanan itu
manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik.

Pertumbuhan manusia serupa dengan pertumbuhan tanaman/tumbuhan.


Dari satu sisi ini menunjukkan kesatuan asal usul kehidupan di bumi, dan bahwa
manusia serupa dengan tumbuh-tumbuhan dalam unsur-unsur kejadiannya. Dari
unsur-unsur pokok itu dia makan dan tumbuh berkembang, sehingga manusia
adalah tumbuhan dari jenis tumbuhan bumi ini. Allah menganugerahkan kepada
manusia kehidupan sebagaimana Dia menganugerahkan kepada tumbuh-
tumbuhan kehidupan yang serupa.

175
XVII | FENOMENA-FENOMENA KEALAMAN

Sungguh Allah telah menciptakan alam semesta dengan amat sempurna,


dengan penuh keseimbangan terhadap isinya, baik itu di langit maupun di bumi.
Termasuk matahari dan bulan, matahari yang bersinar dan bulan yang bercahaya.

Manusia diciptakan dari tanah akan dikembalikan ke tanah, tapi perjalanan


manusia tidak berhenti di tanah. Ada hal besar yang harus
dipertanggungjawabkan oleh kita semua, yaitu terkait dengan amalan dan
perbuatan kita selama hidup di dunia ini. Setelah itu manusia terbagi menjadi
dua golongan, yaitu adakalanya naik ke surga, dan adakalanya terbenam dalam
neraka.

176
‫‪18‬‬
‫‪A N A L O G I K E H I D U PA N K E I M A N A N‬‬

‫)‪(QS. NUH 19-28‬‬


‫”‪“M. Syukron Ali Habibie‬‬

‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫اَّللُ َج َعل لَ ُكم ْاِل َْر َ ِ‬


‫ال‬
‫اجا (‪ )20‬قَ َ‬
‫ساطًا (‪ )19‬لتَ ْسلُ ُكوا م ْن َها ُسبُ ًَل ف َج ً‬
‫ضبَ‬ ‫َو َّ َ ُ‬
‫ِ‬ ‫ب إِ َُّنُ ْم َع َ‬
‫ص ْوِن َواتَّبَ عُوا َم ْن ََلْ يَ ِز ْدهُ َمالُهُ َوَولَ ُدهُ إ ََّّل َخ َ‬
‫س ًارا (‪َ )21‬وَم َك ُروا‬ ‫وح َر ِ‬
‫نُ ٌ‬

‫وث‬
‫اعا َوََّل يَغُ َ‬ ‫م ْكرا ُكبَّارا (‪ )22‬وقَالُوا ََّل تَ َذر َّن ِ‬
‫آَلَتَ ُك ْم َوََّل تَ َذ ُر َّن َوداا َوََّل ُس َو ً‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ ً ً‬
‫ض ََل ًَّل (‪ِِ )24‬مَّا‬
‫ني إََِّّل َ‬ ‫ِ ِ‬
‫ريا َوََّل تَ ِزد الظَّال ِم َ‬‫وي عو َق ونَسرا (‪ )23‬وقَ ْد أ َ ُّ ِ‬
‫َضلوا َكث ً‬ ‫َ‬ ‫ََُ َ ْ ً‬
‫ون َِّ‬‫َخ ِطيئَاِتِِم أُ ْغ ِرقُوا فَأُ ْد ِخلُوا ََنرا فَ لَم ََِي ُدوا ََلُم ِمن ُد ِ‬
‫ال‬ ‫اَّلل أَنْ َ‬
‫ص ًارا (‪َ )25‬وقَ َ‬ ‫ْ ْ‬ ‫ً ْ‬ ‫ْ‬
‫ك إِ ْن تَ َذرُهم ي ِ‬
‫ضلُّوا‬ ‫ين َد ََّي ًرا (‪ )26‬إِنَّ َ‬ ‫ِ‬ ‫ب ََّل تَ َذر علَى ْاِلَر ِ ِ‬
‫وح َر ِ‬
‫ْ ُْ‬ ‫ض م َن الْ َكاف ِر َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ َ‬ ‫نُ ٌ‬
XVIII | ANALOGI KEHIDUPAN KEIMANAN

ِ َّ ‫ب ا ْغ ِفر ِِل ولِوالِ َد‬ ِ ِ ِ ِ


َ ِ ‫ي َول َم ْن َد َخ َل بَ ْي‬
‫ِت‬ َ َ ْ ِ ‫) َر‬27( ‫اد َك َوََّل يَل ُدوا إ ََّّل فَاج ًرا َك َّف ًارا‬
َ َ‫عب‬
ِ ِ ِ ِ ِ ‫م ْؤِمنا ولِل‬
)28( ‫ني إََِّّل تَبَ ًارا‬ َ ِ‫ْم ْؤمن‬
َ ‫ني َوال ُْم ْؤمنَات َوََّل تَ ِزد الظَّال ِم‬ ُ َ ً ُ
19. Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan,
20. agar kamu dapat pergi kian-kemari di jalan-jalan yang luas.
21. Nuh berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka durhaka
kepada(perintah)ku, dan mereka mengikuti orang-orang yang harta dan
anak-anaknya hanya menambah kerugian baginya,
22. dan mereka melakukan tipu-daya yang sangat besar.”
23. Dan mereka berkata, "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan
(penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu
meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa', Yaghuts,
Ya'uq dan Nasr".
24. Dan sungguh, mereka telah menyesatkan banyak orang; dan janganlah
Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan.
25. Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu
dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong selain
Allah.
26. Dan Nuh berkata, "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di
antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.
27. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan
menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka hanya akan melahirkan anak-
anak yang jahat dan tidak tahu bersyukur.
28. Ya Tuhanku! ampunilah aku, ibu-bapakku, dan siapa pun yang memasuki
rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan
perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang
zalim itu selain kehancuran.”

‫ب إِ َُّنُ ْم‬
ِ ‫وح َر‬ ِ ِ ِ ِ َ ‫اَّللُ َج َعل لَ ُكم ْاِل َْر‬
ٌ ُ‫ال ن‬
َ َ‫) ق‬20( ‫اجا‬ ً ‫) لتَ ْسلُ ُكوا م ْن َها ُسبُ ًَل ف َج‬19( ‫ساطًا‬ َ ‫ضب‬ ُ َ َّ ‫َو‬
ِ
)22( ‫) َوَم َك ُروا َم ْك ًرا ُكبَّ ًارا‬21( ‫س ًارا‬ َ ‫ص ْوِن َواتَّبَ ُعوا َم ْن ََلْ يَ ِز ْدهُ َمالُهُ َوَولَ ُدهُ إ ََّّل َخ‬
َ ‫َع‬
19. Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan,
20. agar kamu dapat pergi kian-kemari di jalan-jalan yang luas.
21. Nuh berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka durhaka
kepada(perintah)ku, dan mereka mengikuti orang-orang yang harta dan
anak-anaknya hanya menambah kerugian baginya,
22. dan mereka melakukan tipu-daya yang sangat besar.”

178
XVIII | ANALOGI KEHIDUPAN KEIMANAN

Ayat diatas, adalah bagian daripada ayat-ayat kauniyyah (kebesaran Tuhan


dalam cipataanNya) pada surah ini.

Apa yang ingin ditekankan pada ayat ini adalah bagaimana Tuhan
menjadikan Bumi ini bagai hamparan (datar) bagi mahkluk yang berjalan
diatasnya, meski dengan bentuk bumi yang bundar. Apabila ditelisik lebih dalam,
maka kita dapat menemukan pelajaran bahwa Tuhan sedang mengajarkan kita
tentang perbedaan hakikat dan perspektif dengan ayat ini. Apabila dikaitkan
dengan ilmu ketauhidan. Maka ayat ini menjadi alasan yang kuat akan adanya
Zat Tuhan, yang diluar jangakauan panca indra manusia.

Sebagaimana kebanyakan manusia berkesimpulan bahwa Tuhan tidak ada


dikarenakan ketidak mampuan mereka menerka eksistensi Tuhan dengan piranti
akal mereka. Sebagaimana manusia melihat bumi datar, dan kemudia
berkesimpulan bahwa bumi ini berbentuk sebagaimana ia terlihat. Padahal
apabila manusia melihat bumi dari antariksa, maka ia akan mengatakan bahwa
bentuk bumi itu tidak datar.

Dengan ini maka Tuhan mencoba mengajarkan manusia suatu cara untuk
menjangkau wujudNya dengan cara selain akal, yakni jalan spiritual. Inilah
pesan yang diajarkan Nabi Nuh kepada manusia, tidak hanya kepada kaumnya.
Ajaran seperti ini adalah hal yang tidak mengenal kata usang. Baik manusia
zaman dahulu sampai sekarang, sudah menjadi naluri mereka untuk
mengembangkan kemampuan akal mereka. Oleh sebab itu risalah Tuhan turun
guna membantu manusia untuk menemukan cahaya iman.

Pada ayat selanjutnya, dijelaskan tentang tujuannnya dihamparkan bumi


adalah guna memudahkan sarana dan prasarana kehidupan makhluk yang tinggal
didalamnya. Tentu kita tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya hidup
diatas sebuah bola yang berputar pada porosnya dan pada saat yang bersamaan
berputar mengelilingi orbitnya. Namun Tuhan menggunakan kekuasaannya

179
XVIII | ANALOGI KEHIDUPAN KEIMANAN

sehingga kita melihat dunia ini bagai hamparan walau dalam bentuknya yang
tidak datar.

Bilamana dengan datarnya dunia membuat manusia mampu hidup dengan


aman dan tentram diatasnya, maka begitu pula dengan keimanan. Orang yang
hidup dengan keimanan akan cenderung merasakan kenyamanan walau dalam
kesulitan. Mengapa demikian, karena orang yang beriman selalu menyadari
hakikatnya sebagai mahkluk yang lemah. Maka ia tidak akan memaksa kesulitan
itu untuk menjadi mudah, melainkan ia akan meminta Dzat Penguasa Alam Raya
guna membantunya melalui segala kesulitan. Maka dengan itu orang yang
beriman akan senantiasa berada dalam sugesti positif berkat doa dan keyakinan
yang ia andalkan dalam segala situasi dan kondisi.

Sejak lama, para pakar dari berbagai disipilin keilmuan meneliti


perbandingan dampak kebahagiaan pada orang yang beragama dan non
beragama (agnostik, ateis). Menurut Pavol Kosnàç, seorang peneliti Sosiologi
ada paling tidak 5 faktor yang menyebabkan orang beragama lebih bahagia
daripada orang tidak

1. Rasa Keanggotaan

Orang-orang beragama cenderung hidup dalam suatu hubungan rasa


persaudaraan. Perasaan ini cenderung membuat umat beragama selalu
memberikan support satu sama lain sehingga sikap egoisme diantara umat
beragama cenderung lebih kecil. Ini sebagaimana pesan Nabi yang mengajarkan
kita agar senantiasa bersama dalam jamaah (kelompok mayoritas).

2. Coping Strategy

Dalam instilah psikologi, ini diartikan sebagai perilaku manusia untuk


cenderung beradaptasi. Ini dikaitkan dengan kecenderungan umat beragama
dalam menyikapi masalah tidak dengan menyalahkan diri sendiri melainkan
mencari alasan atau sebab terjadinya. Jadi kala terjadi suatu masalah, maka orang

180
XVIII | ANALOGI KEHIDUPAN KEIMANAN

beragama cenderung akan beranggapan bahwa sesuatu terjadi pasti dengan


alasan atau ataa kehendak Tuhan.

3. Sikap Optimisme dan Kerelaan.

Ini ada kaitannya dengan poin satu, dimana sikap komunal daripada umat
beragama cenderung memicu rasa kebahagiaan. Sudah terbukti secara ilmiah
bahwasanya apabila orang-orang berkumpul pada suatu tempat, manusia dalam
kondisi tersebut cenderung melepaskan enzim oxitocine. Rasa solidaritas antara
umat beragama juga mendorong umat beragama senantiasa tolong menolong
antara sesama.

4. Kesehatan Jasmani dan Rohani.

Dalam menjalankan ibadah, umat beragama sejatinya menstimulasi sugesti


positif dalam diri individu. Itulah sebabnya meditasi sangat membantu kesehatan
neuropsikologis manusia, sama halnya seperti ibadah dimana manusia menjalin
koreneksi dengan Sang Pencipta. Terlebih dalam ibadah khususnya umat
muslim, seperti Shalat¹, Puasa, Zakat, dan lain-lain telah terbukti memberikan
dampak positif bukan hanya secara spiritual jasmani rohani, namun secara
sosial.117

5. Keteraturan Gaya Hidup.

Inilah yang menjadi manfaat aturan-aturan agama, yang dimana


membentuk pola hidup pemeluknya agar terhindar dari semua pengaruh negatif
semisal sex bebas, alkoholisme, penyalah gunaan obat-obatan terlarang dsb.

Namun argumentasi diatas sering disalah artikan, kala agama pada saat ini
sering diidentikkan dengan keburukan pemeluknya. Terlebih dengan banyaknya
konflik sektarian antar agama. Maka hal yang perlu digaris bawahi adalah agama

117
Lukman Hakim Sektiawan, Kejaiban Sholat Menurut Ilmu Kesehatan Cina,
Jakarta: Mizania, hal 185

181
XVIII | ANALOGI KEHIDUPAN KEIMANAN

tidak bisa secara sembarangan dinilai hanya dengan mengambil sampel perilaku
pemeluknya. Karena agama adalah konsep yang diberikan Tuhan kepada
manusia untuk diimplementasikan dengan mudah terkena berbagai macam bias.
Sebagaimana agama sering kali dijadikan kendaraan politik, atau motivasi
separatisme, terorisme. Namun apabila ditelisik kembali, motifasi negatif para
pelaku kejahatan atas dasar agama adalah orang-orang yang terindikasi
menganut ideologi-ideologi radikal yang mereka gunakan untuk menafsirkan
ajaran agama.118

‫َضلُّوا‬ ِ
َ ‫) َوقَ ْد أ‬23( ‫وث َويَعُو َق َونَ ْس ًرا‬ َ ُ‫اعا َوََّل يَغ‬ ً ‫َوقَالُوا ََّل تَ َذ ُر َّن آَلَتَ ُك ْم َوََّل تَ َذ ُر َّن َوداا َوََّل ُس َو‬
‫) ِِمَّا َخ ِطيئَاِتِِ ْم أُ ْغ ِرقُوا فَأُ ْد ِخلُوا ََن ًرا فَ لَ ْم ََِي ُدوا ََلُ ْم‬24( ‫ض ََل ًَّل‬ َ ‫ني إََِّّل‬ ِ ِ
َ ‫ريا َوََّل تَ ِزد الظَّال ِم‬
ِ
ً ‫َكث‬
)25( ‫ص ًارا‬ َِّ ‫ون‬ ِ ‫ِمن ُد‬
َ ْ‫اَّلل أَن‬ ْ
23. Dan mereka berkata, "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan
(penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu
meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa', Yaghuts,
Ya'uq dan Nasr".
24. Dan sungguh, mereka telah menyesatkan banyak orang; dan janganlah
Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan.
25. Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu
dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong selain
Allah.

Pada ayat ini, dijelaskan tentang umat Nabi Nuh as., yang kukuh dalam
kesesatan mereka, yang dengan kekukuhan mereka maka kesesatan itu
mengkristal di diri mereka.

Ayat ini masih memiliki kaitan dengan ayat sebelumnya, yakni ayat 23
tentang

118
Arvund Sharma, The World's Religion After September 11, London:
Greenwood. hal 94

182
XVIII | ANALOGI KEHIDUPAN KEIMANAN

Ayat 23 surah Nuh menjelaskan tentang tradisi ibadah kaum Nuh dan nenek
moyangnya. Dalam Tafair Ibnu Katsir dijelaskan bahwasanya nama-nama
berhala diatas adalah nama sesembahan orang arab pada masa kaum Nuh. Dan
adapun narasi ayat diatas adalah ajaran atau tradisi yang diajarkan orang tua pada
keturunannya guna menjunjung tradisi penyembahan berhala.

Apabila ditarik pada permasalahan doktrinasi agama, maka ini berkorelasi


dengan hadist baginda Nabi saw., tentang proses awal manusia hingga memeluk
agama tertentu adalah kontribusi orang tua;

‫كل مولود يولد على الفطرة فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو ْيجسانه‬


“Setiap anak dilahirkan dlm keadaan fitrah (Islam), maka kedua orang
tuanyalah yg menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi.” (HR. al-Bukhari
& Muslim)

Begitu pula yang terjadi pada manusia umumnya, mereka akan mengikuti
ajaran agama yang diamalkan oleh orang tua mereka. Dan semua orang
menginginkan anak mereka memeluk ajaran yang sama dengan mereka, bukan
ajaran benar (kalau itu bertentangan dengan ajaran mereka). Maka kita melihat
banyak sekali orang tua musyrik yang anaknya masuk islam pada zaman Baginda
Nabi saw., yang mati-matian mengerahkan segala cara guna mengembalikan
anak mereka pada ajaran nenek moyang. Bagi mereka, ini adalah bukti kasih
sayang orang tua terhadap anak karena mereka tidak menginginkan berpisah atau
berseberangan dengan anak mereka. Misal diantaranya adalah sosok sahabat
Saa'd bin Abi Waqqash yang ibunya bersumpah untuk berpuasa guna menarik
simpati anaknya yang sudah masuk islam.

Dalam masyarakat pada masa kini, orang tua banyak mengorbankan materi
guna membangun fondasi keimanan pada anak-anak mereka. Orang-orang tua
dari umat muslim mengirim anak-anak mereka ke pesantren dan sekolah agama
dengan harapan anak mereka menjadi muslim. Begitu pula dengan umat Yahudi,

183
XVIII | ANALOGI KEHIDUPAN KEIMANAN

mereka mengirim anak mereka ke Synangogue. Umat Kristiani mengirim anak


mereka ke Kolase dan Gereja hingga ke institusi Evangelisme. Umat Hindu
mengirim anak-anak mereka ke pura-pura dan Umat Buddha mengirim anak
mereka ke Vihara dan kuil-kuil retret. Semua itu guna menjaga keimanan mereka
agar sama dengan keimanan orang tua mereka.

Pada ayat 24, dijelaskan tentang orang-orang dzalim yang gencar


mengkampanyekan doktrin agama mereka pada kaum Mukmin pengikut Nabi
Nuh as. Dengan mengaitkan penjelasan ayat sebelumnya dengan ayat ini, maka
kita bisa mengambil kesimpulan bahwa pendoktrin atau kelompok yang fanatik
adalah kelompok yang cenderung sesat.

Walau dalam ajaran islam, sikap doktrin itu adalah dilarang dan setiap
individu memiliki kebebasan dan tanggung jawab atas perbuatan mereka. Sikap
doktrin adalah bertentangan dengan pokok ajaran agama yakni 'tidak memaksa'
sebagaiamana yang didengungkan Al-Quran;

ِ ‫ََّل إِ ْكراهَ ِِف‬


‫الدي ِن‬ َ
"Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam)". [Surat Al-Baqarah 256]

Terlebih dengan adanya pesta demokrasi tahun depan yang pasti akan
memecah kesatuan umat menjadi kubu-kubu pendukung calon tertentu, maka hal
yang telah jerjadi di Car Free Day minggu kemari seharusnya tidak terjadi.
Sangat ironis dimana sesama muslim melakukan persekusi atas muslim lainnya
hanya kerena berbeda pilihan politik.

Pada ayat ini, dijelaskan bahwa kesesatan mereka berakibat diadzabnya


mereka, Kaum Nuh as. Secara umum ayat ini menjelaskan tentang hukum sebab
akibat. Jadi, ini merupakan hukuman bagi orang-orang yang kukuh dalam
kesesatan bahwasanya balasan mereka adalah neraka.

184
XVIII | ANALOGI KEHIDUPAN KEIMANAN

Pada masa kini, para pendoktrin dan para fanatik Agama sekarang
mendapat stigma negatif di masyarakat umum disebabkan geliat mereka tang
meresagkan dan cara penyampaian ajaran mereka yang jauh dari prinsip akhlak
mulia. Ini merupakan hukuman sosio-psikologis bagi mereka golongan ekstrimis
baik golongan Kanan maupun Kiri.

Dalam kasus persekusi CFD, sebagian tersangka telah diinvestigasi oleh


pihak berwajib atas tindakan mereka. Oleh sebab itu maka sudah selayaknya kita
memilih menjadi umat yang moderat dalam menjalani kehidupan.

ِ ِ ِ ‫ب ََّل تَ َذر علَى ْاِلَر‬


ِ ‫وح َر‬
َ ‫ض م َن الْ َكاف ِر‬
‫ين َد ََّي ًرا‬ ْ َ ْ ٌ ُ‫ال ن‬
َ َ‫َوق‬
Dan Nuh berkata, “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di
antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.

Pada ayat ini, dijelaskan tentang doa Nabi Nuh atas kaumnya yang ingkar.
Sekilah kita mengangkap nada keputus-asaan pada ayat ini, namun kita tidak
selayaknya berasumsi bahwa Nabi Nuh adalah Nabi yang cepat berputus asa.
Doa ini adalah doa yang dipanjatkan Nabi Nuh diujung nafas terakhir dakwahnya
kepada kaum yang diamanatinya, selama 950 tahun.

Masa itu adalah masa yang terlampau panjang apabila dibandingakan


dengan Para Anbiya yang lain. Doa ini dipanjatkan Nabi Nuh kala ia tidak
menemukan cara apapun guna menyadarkan kaumnya dari kesesatan, hingga
satu-satunya pilihan adalah menjaga keimanan umatnya yang susah beriman
dengan mendoakan kebinasaan terhdapat Kuamnya yang tidak beriman.

Dan lagipula Allah swt., Mengabulkan permintaan beliau sehinggan dapat


difahami bahwa kehancuran bagi umat tersebut adalah murni keredhoan Allah
atas mereka.

185
XVIII | ANALOGI KEHIDUPAN KEIMANAN

186
‫‪19‬‬
‫‪B E R I TA PA L S U‬‬

‫)‪(QS.NUR 11-20‬‬
‫”‪“M. Rifqy Anisul Fuad‬‬

‫صبَةٌ ِم ْن ُك ْم ََّل ََتْ َسبُوهُ َش ارا لَ ُك ْم بَ ْل ُه َو َخ ْريٌ لَ ُك ْم‬ ‫إن الَّ ِذين جاءوا ِِبإلفْ ِ‬
‫ك ُع ْ‬ ‫َ َ ُ‬ ‫َّ‬

‫ِ‬ ‫اإلُث والَّ ِذي تَو ََّل كِ ِ‬ ‫لِ ُك ِل ام ِر ٍئ ِم ْن هم ما ا ْكتس ِ‬


‫يم‬
‫اب َعظ ٌ‬
‫ْبهُ م ْن ُه ْم لَهُ َع َذ ٌ‬
‫َ َْ‬ ‫ب م َن ِْ َ‬
‫ُْ َ َ َ َ‬ ‫ْ‬
‫(‪ )11‬لَوَّل إِ ْذ َُِسعتُموهُ ظَ َّن الْم ْؤِمنُو َن والْم ْؤِمنَ ُ ِ ِ‬
‫ات ِبَنْ ُفس ِه ْم َخ ْ ً‬
‫ريا َوقَالُوا َه َذا‬ ‫َ ُ‬ ‫ُ‬ ‫ُْ‬ ‫ْ‬

‫لش َه َد ِاء فَأُولَئِ َ‬


‫ك‬ ‫اء فَِإ ْذ ََلْ ََيْتُوا ِِب ُّ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ك ُمبِ ٌ‬
‫ني (‪ )12‬لَ ْوَّل َجاءُوا َعلَْيه ِِب َْربَ َعة ُش َه َد َ‬ ‫إِفْ ٌ‬
‫ِ‬
‫اآلخرةِ‬ ‫ضل َِّ‬
‫اَّلل َعلَْي ُك ْم َوَر ْْحَتُهُ ِِف ُّ‬ ‫ِ‬ ‫ِع ْن َد َِّ‬
‫الدنْيَا َو َ‬ ‫اَّلل ُه ُم الْ َكاذبُو َن (‪َ )13‬ولَ ْوَّل فَ ْ ُ‬
‫ضتُم ِف ِيه َع َذاب َع ِظيم (‪ )14‬إِ ْذ تَلَ َّقونَهُ ِِبَل ِ‬
‫ْسنَتِ ُك ْم َوتَ ُقولُو َن‬ ‫ْ‬ ‫ٌ‬ ‫ٌ‬ ‫س ُك ْم ِِف َما أَفَ ْ ْ‬
‫لَ َم َّ‬

‫يم (‪َ )15‬ولَ ْوَّل‬ ‫ِِبَفْ و ِاه ُكم ما لَيس لَ ُكم بِ ِه ِعلْم وََتْسبونَه هيِنًا وهو ِع ْن َد َِّ ِ‬
‫اَّلل َعظ ٌ‬ ‫ٌ َ َُ ُ َ َ َُ‬ ‫َ َْ ْ َ ْ‬
XIX | BERITA PALSU

)16( ‫يم‬ ِ َ َ‫إِ ْذ َُِس ْعتُ ُموهُ قُلْتُ ْم َما يَ ُكو ُن لَنَا أَ ْن نَتَ َكلَّ َم ِِبَ َذا ُس ْب َحان‬
ٌ ‫ك َه َذا ُِبْتَا ٌن َعظ‬
ِ ‫اَّلل لَ ُكم اآلَي‬ ِ ِ ِ ِ ُ ‫اَّلل أَ ْن تَع‬ ِ
‫ت‬ َ ُ َُّ ‫ني‬ َ ِ‫ودوا ل ِمثْله أَبَ ًدا إِ ْن ُك ْن تُ ْم ُم ْؤمن‬
ُ َِ‫) َويُب‬17( ‫ني‬ ُ َُّ ‫يَعظُ ُك ُم‬
ِ َّ ِ ِ ِ ‫) إِ َّن الَّ ِذ‬18( ‫اَّلل َعلِيم ح ِكيم‬
‫آمنُوا ََلُ ْم‬ َ ‫يع الْ َفاح َشةُ ِِف الذ‬
َ ‫ين‬ َ ‫ين ُُيبُّو َن أَ ْن تَش‬
َ ٌ َ ٌ َُّ ‫َو‬
ِ ‫الدنْيا و‬
َّ ‫اآلخ َرةِ َو‬ ِ ‫َع َذ‬
‫ض ُل‬
ْ َ‫) َولَ ْوَّل ف‬19( ‫اَّللُ يَ ْعلَ ُم َوأَنْ تُ ْم ََّل تَ ْعلَ ُمو َن‬ َ َ ُّ ‫يم ِِف‬
ٌ ‫اب أَل‬
ٌ
ِ ٌ ‫اَّلل رء‬ َِّ
َّ ‫اَّلل َعلَْي ُك ْم َوَر ْْحَتُهُ َوأ‬
)20( ‫يم‬
ٌ ‫وف َرح‬ُ َ ََّ ‫َن‬
11. Sesungguhnya orang yang membawa berita bohong itu adalah dari
golongan kamu juga. Janganlah kamu mengira berita itu buruk bagi
kamu bahkan itu baik bagi kamu. Setiap orang dari mereka akan
mendapat balasan dari dosa yang diperbuatnya. Dan barang siapa di
antara mereka yang mengambil bagian terbesar (dari dosa yang
diperbuatnya), dia mendapat azab yang besar (pula).
12. Mengapa orang-orang mukmin dan mukminat tidak berbaik sangka
terhadap diri mereka sendiri ketika kamu mendengar berita bohong itu
dan berkata, "Ini adalah suatu berita bohong yang nyata."
13. Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak datang membawa empat
orang saksi? Oleh karena mereka tidak membawa saksi-saksi, maka
mereka itu dalam pandangan Allah orang-orang yang berdusta.
14. Dan seandainya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya
kepadamu di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang
besar, disebabkan oleh pembicaraan kamu tentang hal itu (berita
bohong itu).
15. (Ingatlah) ketika kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut
dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit
pun, dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan
Allah itu soal besar.
16. Dan mengapa kamu tidak berkata, ketika mendengarnya, "Tidak pantas
bagi kita membicarakan ini. Mahasuci Engkau, ini adalah kebohongan
yang besar."
17. Allah menasehati kamu agar (jangan) kembali mengulangi seperti itu
selama-lamanya, jika kamu orang beriman.
18. Dan Allah menjelaskan ayat-ayat-(Nya) kepada kamu. Dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha bijaksana.

188
XIX | BERITA PALSU

19. Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang sangat


keji itu (berita bohong) tersiar di kalangan orang-orang yang beriman,
mereka mendapat azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
20. Dan kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu
(niscaya kamu akan ditimpa azab yang besar). Sungguh, Allah Maha
Penyantun dan Maha Penyayang.
21. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah setan. Barang siapa mengikuti langkah-langkah
setan, maka sesungguhnya dia (setan) menyuruh mengerjakan
perbuatan yang keji dan mungkar. Kalau bukan karena karunia Allah
dan rahmat-Nya kepadamu, niscaya tidak seorang pun di antara kamu
bersih (dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi
Allah membersihkan siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.
22. Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan
kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan
memberi (bantuan) kepada kerabat(nya), orang-orang miskin dan
orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, dan hendaklah mereka
memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah
mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Islam menghendaki terbentuknya masyarakat yang bersih dan terhormat,


jauh dari perbuatan-perbuatan negatif yang merusak sendi-sendinya. Sehingga
masyarakat mampu berperan pula sebagai pendidik bagi warganya.

Tersebarnya isu-isu negatif ke tengah masyarakat akan sangat berdampak


luas pada fungsi pendidikan terutama pembinaan akhlaq. Dan isu negatif yang
paling sensitif menyebar di masyarakat adalah isu perzinaan. Keresahan dan
goncangan akan mengganggu dinamika masyarakat.

Islam telah berusaha maksimal meminimalisir penyebaran isu-isu negatif


itu. Namun jika terjadi pula muncul isu negatif tentang seseorang, Islam
mengajarkan untuk menghentikan isu itu dan pihak yang diisukan untuk pandai
mengambil pelajaran.

189
XIX | BERITA PALSU

Tuduhan perselingkuhan itu dituduhkan pada Aisyah ra, oleh kaum


munafiq dan melibatkan tokoh-tokoh penting dalam Islam, seperti Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebagai suami, Abu Bakar As Shiddiq ayah Aisyah
dan sahabat terdekat Nabi, Shafwan ibn Al Mu’aththil seorang veteran Badr,
seperti yang diterangkan dalam sababun nuzul ayat 11 sampai 20 ini.

Kata “ifk” digunakan untuk menunjukkan pembicaraan yang lebih dusta


dan lebih palsu. Ada yang mengartikannya dengan iftira’ (berita yang mengada-

ada). Ada pula yang mengartikannya dengan buhtan (fitnah).

Haditsul ifki telah memberi pelajaran yang sangat berharga bagi masyarakat
muslim dalam menjaga akhlaknya dari ketergelinciran. Dalam peristiwa itu pula
terjadi pembuangan kebiasan buruk masyarakat dalam menyebarkan berita tanpa
ada ilmu dan keyakinan yang pasti. Firman Allah:

ٍ ‫ري لَ ُك ْم لِ ُك ِل ْام ِر‬ ِ ‫كع‬ ِ َّ


‫ئ‬ ٌْ ‫سبُوهُ َش ارا لَ ُك ْم بَ ْل ُه َو َخ‬ ْ ُ ِ ْ‫ين َجاءُوا ِِب ِْإلف‬
َ ْ‫صبَةٌ م ْن ُك ْم ََّل ََت‬ َ ‫إِ َّن الذ‬
‫ب ِم َن ا ِْإل ُِْث‬
َ‫س‬
ِ
َ َ‫م ْن ُه ْم َما ا ْكت‬
Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari
golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk
bagimu,bahkan ia adalah baik bagimu. Tiap-tiap orang dari mereka mendapat
balasan dari dosa yang dikerjakan. (QS. An Nur/24: 11)

Peristiwa haditsul ifki yang kelihatan sangat merugikan itu tetap memiliki
nilai positif bagi kaum mu’minin, yaitu :

1. Orang-orang yang menjadi sasaran fitnah, yaitu Aisyah, Rasulullah, Abu


Bakar dan Shafwan bin Al Mu’aththil, dapat bersabar karena mengharapkan
ridha Allah. Inilah cara orang-orang beriman dalam menyikapi kezaliman yang
menimpa dirinya.

190
XIX | BERITA PALSU

2. Dengan munculnya tuduhan ini ke permukaan maka terbuktilah siapa


yang benar dan siapa yang dusta. Jika haditsul ifki tidak muncul maka akan
menjadi pertanyaan sejarah yang krusial.

3. Menunjukkan kehormatan dan kemuliaan orang-orang yang menjadi


sasaran fitnah ini. Ayat-ayat Al Qur’an yang turun secara khusus membersihkan
Aisyah ra. dari tuduhan itu sudah sangat jelas menunjukkan kedudukan Ummul
Mu’minin ini di hadapan Allah.

4. Peristiwa ini menjadi batu uji keimanan dan kekufuran seseorang.


Penyikapan terhadap peristiwa ini menjadi salah satu ukuran keimanan.

Dan umat Islam dapat keluar dari semua serangan itu dengan kemenangan
besar. Menahan luka yang dalam, memelihara kesabaran dengan kebesaran jiwa.
Serangan isu yang sedemikian dahsyatnya tidak mampu mempengaruhi
kesabaran dan pertahanan mereka. Penderitaan dan kepedihan yang dialami
Nabi, Aisyah, Abu Bakar, dan kaum muslimin pada waktu itu bisa dinggap
sebagai penderitaan terberat dalam sejarah hidup mereka. Dan haditsul ifki
adalah ancaman terbesar yang dihadapi Islam dalam sejarahnya. Peristiwa seperti
ini akan mudah diredam, jika saja kaum muslimin memiliki cara efektif dalam
menghadapai persoalan seperti ini. Cara efektif menghadapi persoalan seperti ini
dengan dua hal penting yaitu bertanya kepada hati nurani, dan mencari
pembuktian faktual.

Jika seandainya kaum muslimin mau bertanya kepada diri sendiri pada
waktu itu, dengan kembali kepada fitrahnya yang lurus, maka persoalannya akan
lain. Firman Allah:

ٌ ِ‫ك ُمب‬
ٌ ْ‫ريا َوقَالُوا َه َذا إِف‬ ِ ِ ُ َ‫لَوََّل إِ ْذ َُِسعتموهُ ظَ َّن الْم ْؤِمنُو َن والْم ْؤِمن‬
‫ني‬ ً ْ ‫ات ِبَنْ ُفس ِه ْم َخ‬ ُ َ ُ ُ ُْ ْ

191
XIX | BERITA PALSU

Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mu’minin


dan mu’minat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa
tidak) berkata: “Ini adalah suatu berita bohong yang nyata”. (QS. An Nur/24:
12)

Inilah langkah pertama yang seharusnya dilakukan kaum muslimin


menghadapi berita seperti itu, husnuzon (berbaik sangka) pada diri sendiri.
Memposisikan diri dalam ketidak mungkinan seperti itu. Apalagi kepada isteri
Nabi yang dikenal sangat bersih, dan seorang laki-laki sahabat mujahid fi
sabilillah. Mereka adalah bagian dari diri kita sendiri.

Berbaik sangka kepada seorang mukmin jauh lebih utama dibandingkan


terhadap diri sendiri. firman Allah:

ٌ‫ض الظَّ ِن إِ ُْث‬ ِ ِ‫َي أَيُّها الَّ ِذين آَمنوا اجتنِبوا َكث‬
َ ‫ريا م َن الظَّ ِن إِ َّن بَ ْع‬
ً ُ َ ْ َُ َ َ َ
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. (QS. Al Hujurat/49: 12)

Tuduhan berselingkuh kepada Aisyah r.a. adalah tuduhan terbesar dalam


sejarah Islam, karena tuduhan itu menyerang kepada orang yang selama ini
dikenal sebagai lambang kebersihan dan kesucian.

Maka sangat tidak logis dan sangat tidak realistis ketika masalah yang
sebesar itu dapat lolos dan beredar di tengah-tengah masyarakat tanpa saksi yang
kuat dan bukti nyata. Firman Allah :

ِ ِ َ ِ‫لشه َد ِاء فَأُولَئ‬


ِ ‫اَّلل هم الْ َك‬ ِ ِ
‫اذبُو َن‬ ُ ُ َّ ‫ك ع ْن َد‬ َ ُّ ‫ل َْوََّل َجاءُوا َعلَْيه ِِب َْربَ َعة ُش َه َداءَ فَِإ ْذ ََلْ ََيْتُوا ِِب‬
Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang
saksi atas berita bohong itu? Oleh karena mereka tidak mendatangkan saksi-
saksi maka mereka itulah pada sisi Allah orang-orang yang dusta. (QS.
AnNur/24: 13)

192
XIX | BERITA PALSU

Ketidak mampuan mereka untuk mendatangkan bukti dan saksi


menunjukkan bahwa berita itu adalah berita bohong.

Dua langkah ini, yaitu: bertanya kepada hati nurani dan pengukuhan dengan
bukti dan saksi, dilupakan kaum muslimin pada saat mereka menghadapi
haditsul-ifki. Konspirasi jahat untuk menghujat Rasulullah dan keluarganya
dapat menyebar di Madinah selama satu bulan penuh.

Jika saja bukan karena rahmat dan kasih sayang Allah, tentulah kaum
muslimin layak mendapatkan azab yang pedih karena kelalaian mereka dalam
menyikapi persoalan ini.

Dari itulah Allah memperingatkan agar hal serupa tidak terjadi di kemudian
hari. Firman Allah :

ِِ ِِ ِ َّ ‫يَ ِعظُ ُك َم‬


َ ‫اَّللُ أَ ْن تَعُو ُدوا ل ِمثْله أَبَ ًدا إِ ْن ُك ْن تُ ْم ُم ْؤمن‬
‫ني‬
Allah memperingatka kamu agar (jangan) kembali berbuat yang seperti itu
selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman. (QS. An Nur/24:17)

Allah menasehati dengan cara yang halus dan mendidik, sesuai dengan
keadaan kaum muslimin yang sangat peka terhadap teguran, setia dengan
perintah dan cerdas mengambil pelajaran. Kesetiaan untuk tidak mengulang
kesalahan itu dikaitkan dengan iman sebagai garansinya.

Sesungguhnya peristiwa haditsul ifki telah memberi pelajaran penting bagi


kaum muslimin dalam membangun masyarakat, yaitu :

a. Sterilisasi masyarakat muslim dari isu-isu yang meresahkan, berupa


ucapan-ucapan jorok atau tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar.

b. Sikap yang benar terhadap kehormatan sesama muslim, terutama dalam


menjaga mulut/bicara.

193
XIX | BERITA PALSU

c. Mengembangkan budaya husnuzon (berbaik sangka) kepada sesama


muslim.

d. Mengajarkan adab Islam dalam mendengar sesuatu yang tidak berguna,


dengan memposisikan diri sebagai orang yang tidak layak mendengarkannya,
apalagi ikut menyebarkannya.

Haditsul-ifki adalah pelajaran pahit bagi kaum muslimin yang sedang


tumbuh pada waktu itu. Hanya dengan anugerah dan rahmat Allah mereka
terbebas dari azab dan hukuman Allah.

Fitnah yang demikian adalah perbuatan yang sudah selayaknya


mendapatkan azab yang pedih. Firman Allah:

ِ ِ ِ ْ َ‫س ُكم ِِف ما أَف‬ ِ ِ َِّ ‫ضل‬


‫يم‬
ٌ ‫اب َعظ‬
ٌ ‫ضتُ ْم فيه َع َذ‬ َ ْ َّ ‫اَّلل َعلَْي ُك ْم َوَر ْْحَتُهُ ِِف الدُّنْ يَا َو ْاآلَخ َرة ل ََم‬ ُ ْ َ‫َول َْوََّل ف‬
Sekiranya tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia
dan akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu
tentang berita bohong itu. (QS. An Nur/24: 14)

Pendidikan berikutnya yang Allah berikan kepada kaum muslimin ketika


mendengar berita-berita bohong seperti itu adalah dengan mengingat hukuman
Allah. Cara inilah yang disebut sebagai nasehat terberat bagi kaum muslimin

Allah SWT mengancam orang-orang yang suka menyebarkan keburukan


dengan menuduh wanita-wanita muhshanat melakukan perselingkuhan dengan
azab Allah di dunia dan akhirat. Firman Allah :

ِ
ِ‫َخرة‬ ِ ‫شةُ ِِف الَّ ِذين آَمنوا ََلم ع َذ‬ ِ ‫إِ َّن الَّ ِذين ُُِيبُّو َن أَ ْن تَ ِشيع الْ َف‬
َ ‫يم ِِف الدُّنْ يَا َو ْاآل‬
ٌ ‫اب أَل‬
ٌ َ ُْ ُ َ َ َ ‫اح‬ َ َ
َّ ‫َو‬
‫اَّللُ يَ ْعلَ ُم َوأَنْ تُ ْم ََّل تَ ْعلَ ُمو َن‬
Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji
itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih
di dunia dan akhirat. Dan Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.
(QS. An Nur/24: 19)

194
DAF TAR PUS TAKA

Abdul lathif bin al-khatib, Muhammad. Audhahu Tafasir. Maktabah Syamela

Al-Baidhawi, Muhammad al-Syirazi. Anwaru at-Tanzil wa asraru at-Takwil,


Dar ihya al-turats

Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail. Shahih Bukhari. Beirut : Dar Thouq Al-
Najah.

Al-Baihaqi, Abu Bakr. Sunan al-Kubra. Beirut: DKI.

Al-Ghazali, Abu Hamid. Bidayatul Hidayah. Kairo : Maktabah Makbouly.

Al-Jurjani. 2018. At-Ta’rifaat. Daar Ibn al-Jauzi: Kairo

Al-Maraghi, Mustafa. 1946. Tafsir al-Maraghi. Mesir: Mustofa al-Babi al-


Halabi.

Al-Maraghi, Mustafa. 1993 . Terjemah Tafsir Al-Maraghi . Semarang: PT


KaryaThoha

Al-Nasai.Sunan Kubro. Beirut: Resalah Publisher.

Al-Razi, Fakhruddin, Mafatihu al-Ghaib. Maktabah Syamella

Al-Suyuti, Jalaluddin, dan Jalaluddin al-Mahalli. Tafsir Jalalain. Beirut: Darul


Kutub al-amaliyah.
Ali Al-Shabuni, Muhammad. Shafwatu at-Tafasir, Maktabah Syamella

Al-Sya’rawi, Mutawalli. 1997 Tafsir asy-Sya’rawi. Maktabah Syamilah.

Al-Thabari, Muhammad Ibnu Jarir. Jami’u al-Bayan fi Takwili al-Qur’an,


Maktabah Syamella

Al-Tarim, Ali dan Musthafa Amin. 2016. Terjemahan al-Balaghatu al-


Wadhihah.Bandung; Sinar Baru Algensindo

Al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, Beirut: Dar al-Garb al-Ismaly.

Al-Zuhaili, Wahbah. 1997. Tafsir al-Munir. Damaskus: Dar al-Fikr.

Bahreiysi, Salim dan Said Bahreisy. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir
.Surabaya: PT. Bina Ilmu

Bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh , Abdullah bin Muhammad. 1414 H.
Tafsir Ibnu Katsir. Mesir: Mu’assah Daar Al-Hilal Kairo.

Fairuzzabadi, Muhammad. Tanwiru al-Miqbas min Tafsiri Ibni ‘Abbas.


Maktabah Syamela

Faqih Imani, Kamal. 2006. Tafsir Nurul Qur’an, Penerjemah Ahsin Muhammad.
Jakarta: Al-Huda.

Hamka. 2003. Tafsir Al-Azhar, Singapura: Kertajaya Printing Industries

Husnul Hakim, Ahmad. 2017. Kaidah-kaidah Penafsiran. Depok: Lingkar


Studi al-Qur’an

Ibrahim Al-Qhattan, Taysir at-tafsir li al-Qhattan, Maktabah Syamella

196
Katsir,Ibnu. Tafsir Al-Quran Al-Adhim, Beirut: Dar Al-Fikr

Muhammad shadiq khan, Abu Thayyib. Fathu al-bayan fie maqashidi al-qur’an.
Bairut; al-‘asriyyah

Munawwir, Ahmad warson. 1997. Kamus Al- Munawwir Arab-Indonesia


Terlengkap, Surabaya : Pustaka Progresif

Muslim. Shahih Muslim. Beirut: Dar Ihya al-Turats.

Sayyid Thantowi, Muhammad. Tafsir al-wasith lil qur’ani al-karim. Mesir; Der
an-Nahdhah

Sektiawan, Lukman Hakim. Kejaiban Sholat Menurut Ilmu Kesehatan Cina.


Jakarta: Mizania

Sharma, Arvund The World's Religion After September 11, London:


Greenwood

Shihab, Quraish. 2002. Tafsir al-Misbah,. Jakarta: Lentera Hati.

Shihab, Quraish. 2012. Tafsir al-Lubab. Jakarta: Lentera Hati

197

Anda mungkin juga menyukai