Anda di halaman 1dari 28

SEJARAH

PERKEMBANGAN HADITS

Create by :

Rachmat Bagus W (1400012207)


Latri Rahayu Nur S. (1400012215)
Nur Fitrianingsi (1400012226)
Istiwinarsih (1400012236)
Yunita Ratna Panca S. (1400012252)
Andi Prabowo (1400012263)
PETA KONSEP
Sejarah
Perkembangan Hadits

Pra Kodifikasi Kodifikasi Pasca Kodifikasi

Masa Sahabat Kecil Sistemasi


Masa Rasulullah Penyaringan
– Tabi’in Besar Penyusunan

Masa Khulafa’ al
Penyempurnaan
Rasydin
PRA KODIFIKASI
KODIFIKASI  pembukuan : pengumpulan
Jadi, kodifikasi hadits dapat diartikan sebagai proses pengumpulan atau
pembukuan hadits, yang pada mulanya tidak diperbolehkan untuk ditulis dan
dibukukan.

Membicarakan sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis bertujuan unuk mengangkat


fakta dan peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah SAW kemudian secara periodik pada masa
masa sahabat dan tabi’in serta masa masa berikutnya.
A. MASA RASULULLAH
1. MASA PENYEBARAN HADITS

Apabila membicarakan hadis pada masa Rasulullah SAW berarti membicarakan hadis pada awal
pertumbuhannya. Maka dalam uraiannya akan berkaitan langsung dengan pribadi Rasulullah SAW
sebagai narasumber hadis. Rasulullah SAW telah membina umatnya selama 23tahun. Masa ini
merupakan kurun waktu turunnya wahyu sekaligus di-wurud-kannya hadis. Keadaan ini sangat
menuntut keseriusan dan kehati hatian para sahabat sebagai ahli waris pertama ajaran Islam.
Lanjutan.......
Penyebaran Hadits pada masa ini sangat cepat, selain dari mulut ke mulut, para
sahabat, penyebaran juga dilakukan oleh para pedagang muslim ke belahan dunia.
Hal tersebut sesuai perintah Nabi untuk menyebarkan apapun yang mereka
ketahui, beliau bersabda :

‫“ “ ليبلغ الشاهد منكم الغائب فرب مبلغ أوعى من سامع‬


“Hendaknya orang yang menyaksikan hadits di antara kamu menyampaikannya
pada yang tidak hadir (dalam majlis ini). Karena boleh jadi, banyak orang yang
menerima hadits (dari kamu) lebih memahami dari pada (kamu sendiri) yang
mendengar (langsung dariku).
Faktor pendukung penyebaran hadits ke dunia
1. Semangat dan kesungguhan Rasulullah SAW dalam menyampaikan dakwah dan
menyebarkan Islam.
2. Watak Islam dan sistem kehidupan baru yang dibawanya, yang membuat
manusia bertanya-tanya tentang hukum Islam, rasulnya, dan sasaran-
sasarannya.
3. Semangat para sahabat Rasulullah SAW
4. Ummahat al-Mukmin (istri-istri Rasululloh)
5. Para utusan, delegasi dan pejabat Rasullulah SAW.
6. Peristiwa Fathu Makkah (pembebasan kota Mekkah).
7. Haji Wada’.
2. PENULISAN HADITS DAN PELARANGANNYA

Penyebaran pada masa Nabi dilakukan dari mulut ke mulut (lisan), dikarenakan banyaknya para
sahabat yang belum bisa menulis hadist. Selain itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pelarangan penulisan dan pembukuan hadits, yaitu :
a. Khawatir terjadi kekaburan antara ayat al-Quran dan hadist Rasul.
b. Khawatir cenderung menulis hadits tanpa diucapkan dan di telaah maknanya.
c. Khawatir orang – orang awam hanya berpedoman pada hadist saja.

Izin menulis hadits secara khusus diberikan setelah fathu Makkah, hanya kepada sebagian sahabat
yang sudah dipercaya.
B. MASA KHULAFA’ AL-RASYIDIN
1. MASA PEMERINTAHAN ABU BAKAR & UMAR BIN KHATTAB
Banyak sahabat yang berpindah ke kota di luar Madinah, sehingga memudahkan
penyebarannya, sekaligus membahayakan bagi otentitas hadits tersebut. Sehingga
Abu Bakar dan Umar Bin Khattab menetapkan adanya aturan yang membatasi
periwayatan hadits.
2. MASA USMAN BIN AFFAN & ALI BIN ABI THALIB

Secara umum kebijakannya tidak berada dengan kebijakan khalifah sebelumnya,


namun langkah yang di ambil tidaklah setegas Umar Bin Khattab.
B. MASA SAHABAT KECIL – TABI’IN BESAR

Periode ini disebut ‘Ashr Intisyar al-Riwayah ila Al-Amslaar’ (masa


berkembang dan meluasnya periwayatan hadis) . Para sahabat kecil
dan tabiin yang ingin mengetahui hadis-hadis Nabi SAW diharuskan
berangkat ke seluruh pelosok wilayah Daulah Islamiyah untuk
menanyakan hadis kepada sahabat-sahabat besar yang sudah tersebar
di wilayah tersebut. Dengan demikian, pada masa ini, di samping
tersebarnya periwayatan hadis ke pelosok-pelosok daerah Jazirah
Arab, perlawatan untuk mencari hadis pun menjadi ramai.
Adapun lembaga-lembaga hadis yang menjadi pusat
bagi usaha penggalian, pendidikan,dan
pengembangan hadis terdapat di:
1.        Madinah,
2.        Mekah,
3.        Bashrah,
4.        Syam,
5.        Mesir,

Pada periode ketiga ini mulai muncul usaha pemalsuan oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab. Hal ini terjadi setelah wafatnya Ali r.a. Pada masa ini, umat Islam mulai
terpecah-pecah menjadi beberapa golongan: Pertama, golongan ‘Ali Ibn Abi Thalib, yang
kemudian dinamakan golongan Syi'ah. Kedua, golongan khawarij, yang menentang ‘Ali, dan
golongan Mu'awiyah, dan ketiga; golongan jumhur (golongan pemerintah pada masa itu).
ERA KODIFIKASI
Proses kondifikasi hadith yang di maksud adalah proses pembukuan hadith secara
resmi dalam hal ini hal ini adalah khalifah Umar bin Abdul al-Aziz.Beliau merasakan
adanya kebutuhan yang sangat mendesak untuk memelihara perbendaraan sunah.
Abu Na’im menuliskan dalam bukunya Tarikh isbahan bahwa kalifa Umar bin Abdul
al-Aziz mengirimkan pesan :

“Perhatikan atau periksalah hadis hadis Rasulullah SAW kemudian


tuliskanlah! Aku khawatir akan lenyapnya ilmu dengan meninggalnya
para ulama (par ahlinya). Dan janganlah kamu terima , kecuali hadis
Rasulullah SAW… “
Motif Umar bin Abdul Aziz

1.Kekhawatiran akan hilang Hadis dari perbendaharaan masyarakat, sebab


belum dibukukan.
2. Untuk membersihkan dan memelihara Hadis dari Hadis-hadis maudhu'
(palsu) yang dibuat orang-orang untuk mempertahankan ideologi golongan
dan mazhab.
3.Tidak adanya kekhawatiran lagi akan tercampurnya Al-Qur’an dan
hadis,  keduanya sudah bisa dibedakan. Al-Qur’an telah dikumpulkan
dalam satu mushaf dan telah merata diseluruh umat Islam.
4. Ada kekhawatiran akan hilangnya hadis karena banyak ulama Hadis
yang gugur dalam medan perang.
Pembukuan Hadis abad II, III, IV H

 Kodifikasi Hadis Pada abad kedua :


Menurut Fatchur Rahman motif utama khalifah ‘Umar bin ‘Abdul Aziz berinisiatif
untuk mendewankan Hadis adalah :
a. Kemauan beliau yang kuat untuk tidak membiarkan Hadis seperti waktu yang
sudah-sudah. Karena beliau khawatir hilang dan lenyapnya Hadis dari
perbendaharaan masyarakat, disebabkan belum didewankannya dalam dewan
hadis.
b. Kemauan beliau yang keras untuk membersihkan dan memelihara Hadis dari
hadis-hadis maudlu’ yang dibuat oleh orang-orang untuk mempertahankan
ideologi golongannya dan mempertahankan mazhabnya, yang sejak tersiar
sejak awal berdirinya kekhalifahan ‘Ali bin Abi Thalib r.a.
Lanjutan.......

C. Alasan tidak terdewannya Hadis secara resmi di zaman Rasulullah


SAW. Dan Khulafaur Rasyidin, karena adanya kekhawatiran bercampur
aduknya dengan Al-Quran, telah hilang, disebabkan Al-Quran telah
dikumpulkan dalam satu mushaf dan telah merata di seluruh pelosok. Ia
telah di hafal di otak dan diresapkan di hati sanubari beribu-ribu orang.
D. Kalau di zaman Khulafaur Rasyidin belum pernah dibayangkan dan
terjadi peperangan antara orang muslim dengan orang kafir, demikian
juga perang saudara orang-orang muslim, yang kian hari kian menjadi-
jadi, yang sekaligus berakibat berkurangnya jumlah ulama ahli hadits,
maka saat itu juga konfrontasi tersebut benar-benar terjadi.
Untuk menghilangkan kekhawatiran akan hilangnya Hadits dan
memelihara Hadits dari bercampuranya dengan hadits-hadits palsu,
‘Umar bin Abdul Aziz mengintruksikan pada seluruh pejabat dan ‘ulama
yang memegang kekuasaan di wilayah keuasaannya untuk
mengumpulkan Al-Hadits. Intruksi itu berbunyi:
‫أنظروا إلى حد يث رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فاجمعوا‬
“Telitilah hadits Rasulullah SAW. kemudian kumpulkan !”
Beliau menginstruksikan kepada walikota madinah, Abu
Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm (117 H.), untuk
mengumpulkan hadits yang ada padanya dan pada tabi’iy
wanita, ‘Amrah binti abdu al-Rahman.
‫أكتب إلي بما ثبت عند ك من حد يث رسول الله صلى‬
‫الله عليه وسلم بحد يث عمرة فإني خشيت دروس العلم‬
‫وذهاب‬
“Tulislah hadits untukku, hadits Rasulullah saw. Yang ada
padamu dan hadits ‘Amrah (binti Abdul Rahman). Sebab
aku takut hilangnya dan punahnya ilmu.” (riwayat Ad-
Darimi).
Kitab Hadis yang masyhur :
•Al-Muwaththa - Imam Malik pada 144 H - atas anjuran khalifah al-Mansur.
Jumlah hadis yang terkandung dalam kitab ini kurang lebih1.720 hadis.
•Musnad al-Syafi'i - mencantumkan seluruh hadis dala kitab "al-Umm".
•Mukhtalif al-Hadits - karya Imam Syafi'i - menjelaskan cara-cara menerima
hadits sebagai hujjah, menjelaskan cara-cara mengkompromikan hadits-hadits
yang kontradiksi satu sama lain.
 Kodifikasi Hadis Pada abad ketiga

Pada pertengahan abad ini, mulai muncul kitab-kitab hadits yang hanya
memuat hadits-hadits shahih, pada perkembangannya dikenal dengan
“kutubu al-sittah” yaitu:
1. Pada pertengahan abad ini, mulai muncul kitab-kitab hadits yang
hanya memuat hadits-hadits shahih, pada perkembangannya dikenal
dengan “kutubu al-sittah” yaitu:
2.Shahih al-Muslim, karya al-Imam Muslim bin Hajjaj bin Muslim al-
Qusyairy (204-261 H.)
3.Sunan Abu Dawud , karangan Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’as bin
Ishaq al-Sajastani (202-275 H.)
Lanjutan......

4. Sunan al-Tirmidzi, karangan Abu Isa Muhammad bin Isa bin Surah al-Tirmidzi (200-
279 H.)
5. Sunan al-Nasa’i, karangan Abu Abdu al-Rahman bin Suaid ibnu Bahr al-Nasa’iy (215-
302 H.)
6. Sunan Ibnu Majah, karangan Abu Abdillah ibnu Yazid ibnu Majah (207-273 H.) Pada
abad ke-3, yang berperan adalah generasi setelah tabi’in.
Telah diusahakan untuk memisahkan hadis yang shahih dari Al-Hadits yang
tidak shahih sehingga tersusun 3 macam kitab hadis, yaitu :

•Kitab Shahih - (Shahih Bukhari, Shahih Muslim)

•Kitab Sunan - (Ibnu Majah, Abu Dawud, Al-Tirmizi, Al-Nasai,  Al-Darimi) -


berisi hadis shahih dan hadis dha'if yang tidak munkar.

•Kitab Musnad - (Abu Ya'la, Al Humaidi, Ali Madaini, Al Bazar, Baqi bin
Mukhlad, Ibnu Rahawaih) - berisi berbagai macam hadis tanpa penelitian dan
penyaringan dan hanya digunakan para ahli hadis untuk bahan perbandingan
 Kodifikasi Hadis pada Abad Keempat

Abad keempat ini merupakan abad pemisah antara Ulama


Mutaqaddimin, yang dalam menyusun hadits mereka berusaha sendiri
menemui para sahabat atau para tabi’in penghafal hadits dan kemudian
menelitinya sendiri, dengan Ulama Muta-akhkhirin yang dalam
usahanya dalam menyusun kitab-kitab hadits, mereka hanya menukil
dari kitab-kitab yang telah disusun oleh Ulama Mutaqaddimin.

•AL-HAKIM. Beliau banyak karangannya, antara lain: Al-Mustadrak ‘Ala al-


Shahihain.
•AD-DARUQUTNI (wafat tahun 385 H). Beliau banyak karangannya antara lain: al-
Ilzamat.
•IBNU HIBBAN (wafat tahun 354 H). Beliau banyak karangannya antara lain: al-
Musnad al-Shahih atau al-Anwa’ wa al-Taqasim.
 Pembukuan Hadis abad V H hingga sekarang
pada abad V ini dikenal dengan Ashru al-Jami’ wa al-Tartib ( masa
menghimpun dan menertibkan susunanya)

•Metode Pembukuan Hadits


Metode pembukuan hadits pada awal mulanya masih bercampur antara hadits Nabi
dengan perkataan para sahabat dan fatwa tabi’in. Dan di antra kitab-kitab yang
muncul pada masa itu adalah:
 
1. Al-Muwaththa’ yang ditulis oleh Imam Malik,
2. Al-Mushannaf oleh Abdul Razzaq bin Hammam Ash-Shan’ani
3. As-Sunnah ditulis oleh Abd bin Mansur
4. Al-Mushannaf dihimpun oleh Abu Bakar bin Syaibah, dan
5. Al-Musnad Asy-Syafi’i
PASCA KODIFIKASI
1. PERIODE PENYARINGAN HADITS
(ABAD III H)
Yaitu dimana tidak ditulis kecuali hadits hadits Nabi SAW saja, sehingga mulai disususun
kitab kitab musnad sehingga muncul ide ide untuk mengumpulkan yang shahih saja yang
dipelopori oleh Imam Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Bardzibah al-Bukhari.
Diantara kitab-kitab hadits yang sudah tersusun waktu itu adalah :
a. Mushannaf bin Said bin Manshur (227 H)
b. Mushannaf Ibnu Abi Syaibah (235 H)
c. Musnad Imam Ahmad bin Hanbal (241 H)
d. Shahih Al Bukhari (251 H)
e. Shahih Muslim (261 H)
2. PERIODE PENYEMPURNAAN (ABAD IV H)
Yaitu pemisahan antara mutaqaddimin (salaf) yang metode mereka dalam
meneliti perawi.
Kitab – kitab hadits yang termasyur pada abad ini adalah :
a. Shahih Ibnu Khuzaimah (311 H)
b. Shahih Abu Awwanah (316 H)
c. Shahih Ibnu Hibban (354 H)
d. Mu’jamul Kabir, Ausath dan Shaghir, oleh At-Thabarni (360 H)
3. PERIODE SISTEMISASI PENYUSUNAN
KITAB HADITS (ABAD -V H)
Yaitu dengan mengklasifikasikan hadits, cara mengumpulkannya, kandungannya
dan tema-tema yang sama. Disamping itu juga mensyarah dan meringkas kitab –
kitab hadits sebelumnya, sehingga muncullah berbagai kitab hadits hukum seperti :
a. Sunanul Kubra, al – Baihaqi (384-458 H)
b. Muntaqal Akhbar, Majduddin al – Harrani (652 H)
c. Bulughul Maram min Adillatil Ahkam, Ibnu Hajar al Asqalani (352 H)

Anda mungkin juga menyukai