1. Memelihara Agama
2. Memelihara Akal
3. Memelihara Nyawa
4. Memelihara Harta
5. Memelihara Keturunan
Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka waktu
tertentu dari individu dan pihak lain dimana Bank mempunyai hak untuk mengelola dan
menginvestasikan dana tersebut dengan pembagian hasil investasi berdasarkan
kesepakatan.
HIPOTESIS
H1 = Tingkat dana syirkah temporer berpengaruh positif terhadap kinerja maqasid syariah
bank syariah
H2 = Jumlah anggota dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja maqasid syariah
bank syariah
H3 = Jumlah anggota dewan pengawas syariah berpengaruh positif terhadap kinerja maqasid
syariah bank syariah
H4 = Rangkap jabatan dewan pengawas syariah berpengaruh negatif terhadap kinerja
maqasid syariah bank syariah
H5 = Jumlah anggota komite audit berpengaruh positif terhadap kinerja maqasid syariah bank
syariah
H6 = Jumlah rapat komite audit berpengaruh positif terhadap kinerja maqasid syariah bank
syariah
Menurut Cadbury Commitee of United Kingdom (1922) :” Seperangkat peraturan
yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak
kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya
yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang
mengarahkan dan mengendalikan perusahaan”. Muh. Effendi (2009) dalam bukunya The Power
of Good Corporate Governance, pengertian GCG adalah suatu sistem pengendalian internal
perusahaan yang memiliki tujuan utama mengelola risiko yang signifikan guna memenuhi tujuan
bisnisnya melalui pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang
saham dalam jangka panjang.
Soekrisno Agoes (2006), Tata Kelola Perusahaan yang baik adalah : Sistem yang
mengatur hubungan peran Dewan Komisaris, peran Direksi, pemegang saham, dan pemangku
kepentingan lainnya. Disebut juga sebagai suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan
perusahaan, pencapaiannya dan penilaian kinerjanya. Wahyudi Prakarsa (dalam Sukrisno
Agoes,2006) menjelaskan tatakelola perusahaan yang baik adalah “Mekanisme administratif
yang mengatur hubungan-hubungan antara manajemen perusahaan, komisaris, direksi,
pemegang saham, dan kelompok-kelompok kepentingan yang lain. Dimana hubungan ini
dimanifestasikan dalam bentuk aturan permainan dan sistem insentif sebagai kerangka kerja
yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan, cara pencapaian tujuan serta pemantauan
kinerja yang dihasilkan”.
Dari pendapat pakar diatas dapat dikatakan bahwa good corporate governance (GCG)
adalah seperangkat peraturan yang mengatur, mengelola dan mengawasi hubungan antara para
pengelola perusahaan dengan stakeholders disuatu perusahaan untuk meningkatkan nilai
perusahaan. Perusahaan yang melakukan peningkatan pada kualitas GCG menunjukan
peningkatan penilaian pasar, sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan kualitas GCG,
cenderung menunjukan penurunan pada penilaian pasar (Cheung, 2011).
Kita sering mendengar banyak perusahaan yang terpuruk karena tata pemerintahan sebuah
perusahaan tersebut tidak baik sehingga banyak fraud atau praktik korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN) yang terjadi, sehingga terjadinya krisis ekonomi dan krisis kepercayaan para
investor, yang mengakibatkan tidak ada investor yang mau membeli saham perusahaan
tersebut. artinya, bisa dikatakan jika perusahaan tersebut tidak menerapkan Corporate
Governance dengan baik.
Secara singkat, ada lima aspek yang dinilai dalam kerangka penilaian GCG versi FCGI ini, yaitu:
Dalam hak-hak pemegang saham, antara lain kita dapat memberikan evaluasi, apakah perusahaan telah:
menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dalam kurun waktu 6 bulan setelah
akhir tahun buku, sesuai dengan pasal 65 ayat 2 UU Perusahaan Terbatas;
menyerahkan kepada pemegang saham pemberitahuan mengenai Rapat Tahunan Pemegang
Saham sekurang-kurangnya 28 hari sebelum RUPS diselenggarakan;
mendorong para pemegang saham untuk menghadiri RUPS dan memanfaatkan hak suara mereka;
memberikan kesempatan yang cukup kepada para pemegang saham untuk menyampaikan
pertanyaan di RUPS; dll.
Dalam kebijakan GCG antara lain kita dapat menilai sendiri apakah perusahaan telah:
memiliki aturan tertulis tentang GCG di mana dijelaskan hak-hak pemegang saham, tugas dan
tanggung jawab Dewan Direksi dan Dewan Komisaris;
menyediakan akses bagi publik untuk mengetahui kebijakan perusahaan mengenai investor publik;
membentuk sebuah organ yang bertanggung jawab (misalnya Dewan Komisaris) untuk memastikan
bahwa perusahaan mematuhi aturan GCG yang telah ditetapkan;
memiliki aturan perilaku / etika bagi karyawan secara tertulis;
menginformasikan dan melaksanakan dengan baik aturan perilaku / etika tersebut; dll.
Dalam praktik GCG ini antara lain kita dapat menguji apakah di dalam perusahaan:
Dewan Direksi mengadakan rapat berkala secara teratur dengan Dewan Komisaris;
ada rencana strategis dan rencana operasional yang memberi petunjuk kepada Dewan Direksi dan
Dewan Komisaris untuk melaksanakan tugas dan fungsi mereka;
Dewan Direksi dan Dewan Komisaris telah diberikan pelatihan atau mempunyai latar belakang yang
tepat, yang memungkinkan mereka untuk melakukan tugas-tugas mereka;
anggota Dewan Komisaris dan Dewan Direksi tidak terlibat konflik kepentingan;
ada sistem penilaian kinerja Dewan Direksi maupun Dewan Komisaris; dll.
menyediakan akses yang sama bagi pemegang saham dan analis keuangan;
memberikan penjelasan yang tepat tentang risiko usaha;
mengungkapkan remunerasi Dewan Direksi dan Dewan Komisaris dengan benar;
mengungkap transaksi pihak terkait;
menyajikan hasil kinerja keuangan dan manajemen analisis melalui internet; dll.