Anda di halaman 1dari 66

Berpikir adalah fungsi akal.

Dengan berpikir, manusia memanfaatkan akalnya


untuk memahami hakikat segala sesuatu. Hakikat segala sesuatu adalah
kebenaran, dan kebenaran yang sejati adalah Allah Swt. Dengan berpikir,
manusia mengenal Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Maka, berpikir
adalah awal perjalanan ibadah yang tanpa-Nya ibadah menjadi tak bernilai.

Jika berkaitan dengan ibadah suadah ada ketentuan yang terperinci dari Allah
Swt. Adapun dalam kehidupan ini banyak sekali masalah yang kita hadapi
selain ibadah. Salah satu cara menyelesaikan masalah tersebut adalah
dengan bermusyawarah.

Musyawarah adalah suatu kelaziman fitrah manusia dan termasuk tuntutan


stabilitas suatu masyarakat. Musyawarah bukanlah tujuan pada asalnya,
melainkan disyariatkan dalam agama islam untuk mewujudkan keadilan di
antara manusia dan juga untuk memilih perkara yang paling baik bagi
mereka sebagai perwujudan tujuan-tujuan syariat dan hukum-hukumnya.

Sebagai warga negara yang baik, dalam bermusyawarah kita harus


mengedepankan kepentingan bersama, jangan hanya mengedepankan
kepentingan pribadi. Berikan masukan dengan berpikir secara kritis dan
menghormati perndapat orang lain.

1. Makna Berpikir Kritis

Berpikir kritis, sifat ini adalah sikap dan perilaku yang berdasarkan data dan
fakta yang valid (sah) serta argumen yang akurat. Warga negara yang
demokrat hendaknya selalu bersikap kritis, baik terhadap kenyataan empiris
(realitas sosial,budaya, dan politik) maupun terhadap kenyataan
supraempiris (agama, mitologi, dan kepercayaan). Sikap kritis juga harus
ditujukan pada diri sendiri. Sikap kritis pada diri sendiri itu tentu disertai
sikap kritis terhadap pendapat yang berbeda. Tentu saja sikap kritis ini harus
didukung oleh sikap yang bertanggung jawab terhadap apa yang drkritisi.

berpikir kritis

Sikap kritis dalam suasana demokrasi juga perlu didukung dengan


kemampuan untuk menyelesaikan masalah secara damai. Masalah yang
berasal dari perbedaan pendapat dapat berujung konflik, untuk itu perlu
ditekankan penyelesaian masalah dilakukan dengan damai bukan kekerasan.

2. Makna Bersikap Demokratis


Pengertian demokrasi dapat dilihat dari tinjauan (etimologis) dan istilah
(terminologis). Secara etimologis, demokrasi terdiri dari dua kata yang
berasal dari bahasa Yunani yaitu demos yang berarti rakyat atau penduduk
suatu tempat dan cratein atau cratos yang berarti kekuasaan atau
kedaulatan. Adapun secara terminologis, demokrasi adalah bentuk
mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan
kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk dijalankan
oleh pemerintahan negara tersebut.

makna bersikap demokratis

Dengan demikian, makna demokrasi sebagai dasar hidup bermasyarakat dan


benegara mengandung pengertian bahwa rakyatlah yang memberikan
ketentuan dalam masalah-masalah mengenai kehidupannya, termasuk
dalam hal kebijakan negara karena kebijakan tersebut akan menentukan
kehidupan rakyat. Maka, negara yang menganut sistem demokrasi adalah
negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat.
Dari segi organisasi, demokarasi berarti pengorganisasiannegara yang
dilakukan rakyat sendiri atau atas persetujuannrakyat karena kedaulatan
berada di tangan rakyat.

Dalam agama islam, sejatinya tidak dikenal istilah demokrasi. Orang-orang


islam hanya mengenal kebebasan (al-hurriyah) yang merupakan pilar utama
demokrasi yang diwarisi semenjak zaman nabi Muhammad saw., termasuk
didalamnya kebebasan memilih pemimpin, mengelola negara secara
bersama-sama (syura), kebebasan mengkritisi penguasa, dan kebebasan
berpendapat.

Baca juga : Materi Agama Kelas XII semester 1 kurtilas lengkap.

Basis empiriknya, demokrasi dan agama memiliki perbedaan yang mendasar.


Demokrasi berasal dari pergumulan pemikiran filosofis manusia, sedangkan
agama berasal dari wahyu. Meskipun keduanya dikatakan berbeda dalam
basis empirik, dalam kaitan berbasis dialektis agama dapat memberikan
dukungan positif terhadap demokrasi dan demokrasi sendiri dapat
memberikan peluang bagi proses pendewasaan kehidupan bernegara.

Dukungan positif yang diberikan bukan berarti mutlak bahwa semua menurut
demokrasi adalah benar. Islam juga mencerminkan demokrasi, tetapi islam
tidak mengenal paham demokrasi yang memberikan kekuasaan besar
kepada rakyat untuk menetapkan segala hal. Piagam Madinah yang
dimunculkan oleh Nabi Muhammad saw. dan umat islam di Madinah
merupakan konsep pertama di dalam dunia islam mengenai demokrasi.

Makna demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat,
kemudian melindungi semua kepentingan rakyat. Jadi, islam sebenarnya
identik dengan demokrasi, tetapi demokrasi dalam islam memiliki perbedaan-
perbedaan dengan demokrasi yang dicetuskan.

3. Ayat-ayat Alquran tentang Berpikir Kritis dan Bersikap Demokratis

1. Surah Ali 'Imran Ayat 190-191

﴾۱۹‫ب ﴿ە‬ ِ َ‫ت أِّل ُ ۟ولِى ٱأْل َ ْل ٰب‬


ٍ ۢ َ‫ار َل َءا ٰي‬ِ َ‫ف ٱلَّي ِْل َوٱلنَّه‬ِ َ‫ٱختِ ٰل‬
ْ ‫ض َو‬ِ ْ‫ت َوٱأْل َر‬ ِ ‫ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬ِ ‫إِ َّن فِى َخ ْل‬
‫ت‬ِ ‫ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬ ِ ‫ُون فِى َخ ْل‬ َ ‫ين يَ ْذ ُكر‬
َ ‫ُون ٱهَّلل َ قِ ٰيَ ًۭما َوقُعُو ۭ ًدا َو َعلَ ٰى ُجنُوبِ ِه ْم َويَتَفَ َّكر‬ َ ‫ٱلَّ ِذ‬
۱۹۱﴿ ‫ار‬ ِ َّ‫اب ٱلن‬ َ ‫ك فَقِنَا َع َذ‬ َ َ‫ت ٰهَ َذا ٰبَ ِطاًۭل ُسب ٰ َْحن‬ ِ ْ‫َوٱأْل َر‬
َ ‫ض َربَّنَا َما َخلَ ْق‬

Artinya: “Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian


malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang
berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk,
atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau
menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab
neraka.” (QS. Ali-‘Imran: 190-191).

Dalam ayat 190 menjelaskan bahwa sesungguhnya dalam tatanan langit dan
bumi serta keindahan perkiraan dan keajaiban ciptaan-Nya juga dalam silih
bergantinya siang dan malam secara teratur sepanjang tahun yang dapat
kita rasakan langsung pengaruhnya pada tubuh kita dan cara berpikir kita
karena pengaruh panas matahari, dinginnya malam, dan pengaruhnya yang
ada pada dunia flora dan fauna merupakan tanda bukti yang menunjukan
keesaan Allah Awt., kesempurnaan pengetahuan dan kekuasaannya.

2. Surah Ali 'Imran Ayat 159

‫ْف‬ ُ ‫فَع‬  ‫ك‬ َ ۖ ِ‫ب ٰال ْنفَضُّ ْوا ِم ْن َح ِول‬


ِ ‫ت فَظَّا َغلِظَ ْالقَ ْل‬َ ‫ت لَهُ ْم ۖ َولَ ْو ُك ْن‬َ ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِّم َن هللاِ لِ ْن‬
ۚ ‫ت فَتَ َو َّكلْ َعلَى‬
ُّ‫هللاِ إِ َّن هللاَ ي ُِحب‬ َ ‫اورْ هُ ْم فِ ْي ْاألَ ْم ِر ۖ فَإِ َذا َع َز ْم‬ِ ‫َع ْنهُ ْم َوآ ْستَ ْغفِرْ لَهُ ْم َو َش‬
‫ْال ُمتَ َو ِّكلِي َْن‬
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah swt-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkan ampunan bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu, dan apabila kamu telah membulatkan tekad maka berdakwahlah kepada
Allah swt, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya”. (QS. Ali Imran: 159).

Surah Ali 'Imran ayat 159 membahas tentang tata cara melakukan musyawarah.
Ayat ini diturunkan sebagai teguran terhadap sikap para sahabat Rasulullah Saw.
yang telah menyepakati keputusan musyawarah dalam menerapkan strategi Perang
Uhud, tetapi mereka melanggar kesepakatan tersebut. Oleh karena sikap
melanggar dari keputusan musyawarah dalam Perang Uhud, kaum muslimin
menjadi sulit mengalahkan musuh.

A.  Makna Saling Menasehati dan Berbuat


Ihsan
Nasihat berasal dari bahas Arab, dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia  nasihat diartikan  secara
sederhana mauizah yaitu; ajaran atau
pelajaran yangbaik; atau diartikan anjuran
(petunjuk, peringatan, teguran) yang baik,
kehendak baik. Saling menasihati berarti saling
menganjurkan kebaikan, saling menghendaki
kebaikan, dan saling mengingatkan.  Dalam al-
Qur’an tidak didapati kata nasihat kecuali akar
kata seperti kata  nashahû  ‫ص حُوا‬َ ‫ َن‬  yang berarti
ikhlas nasihat kepada Allah  dalam QS. Al-
Taubah/9: 91  dan
kata Nâshihunberarti  penasehat
dalam QS. Al-A’raf/7: 68.
Kata “nasihat” banyak disebutkan dalam
beberapa Hadis di antaranya Hadis yang
diriwayatkan oleh  Muslim dari  Tamim al-Dariy,
Rasulullah saw bersabda:
َ ‫يح ُة قُ ْل َنا لِ َمنْ َقا َل هَّلِل ِ َولِ ِك َت ِاب ِه َول َِرسُولِ ِه َوأِل َ ِئ َّم ِة ْالمُسْ لِم‬
‫ِين َو َعا َّمت ِِه ْم‬ َ ِ‫ال ِّدينُ ال َّنص‬
)‫(صحيح مسلم‬

Agama itu nasihat, kami bertanya: Untuk siapa ?


Beliau menjawab untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-
Nya, para pimpinan kaum msulimin dan
umumnya kaum msulimin. (HR. Muslim)
            Mayoritas isi kandungan agama adalah
nasihat. Ada beberapa pengertian nasihat yang
berbeda bergantuk konteks kepada siapa nasihat
itu diberika. Al-Khathabiy dan ulama lain
memberikan arti nasihat sebagaimana  yang
dikutib oleh al-Nawawi pada sayarah Muslim
sebagai berikut:
1.      Nasihat untuk Allah diartikan beriman kepada
Allah dan tidak menyekutukan-Nya, mematuhi
segala perintah dan menjauhi segala larangan-
Nya.
2.      Nasihat bagi kitab Allah, maknanya beriman
keagungan kalam Allah al-Qur’an, membaca,
memahami dan mengamalkannya
3.      Nasihat kepada Rasul-Nya, maknanya
mengimani kebenarannya, patuh segala yang
datang dari padanya dan menghidupkan Sunah-
sunahnya
4.      Nasihat terhadap para pimpinan umat Islam,
artinya membantu mereka dalam melaksanakan
kebenaran, taat segala perintahnya dan
memberikan masukan saran secara sopan jika
mereka menyimpang.
5.      Nasihat kepada kaum muslimin semuanya,
artinya memberikan petunjuk dan bimbingan
kepada mereka untuk kemaslahatan dunia dan
akhirat serta mencegah gangguan mereka.[1]
Kata  Nasihat  
sinonim  mauizhah sebagaimana yang
disebutkan akar kata pada QS. Lukman/31 : 13
mauizhanya Lukman terhadap anaknya.
            Sedangkan Ihsan secara sederhana 
diartikan berbuat baik. Berbuat baik adakalanya
dalam ibadah dan adakalanya bermuamalah
dengan sesame manusia. Ihsan dalam ibadah
sebagaimana Hadis Rasulillah ketika ditanya oleh
Jibril:
َ َّ ‫هللا َكأَنــ‬
‫ َفإِنْ َل ْم َت ُكنْ َت َراهُ َفإِ َّن ُه‬،ُ‫ـك َت َراه‬ ِ َ‫ أَنْ َتعْ بُد‬: ‫اإلحْ َساِن َقا َل‬ َ
ِ ‫َقا َل َفأ ْخ ِبرْ ِنيْ َع ِن‬
)‫…(رواه مسلم‬   ‫ك‬ َ ‫َي َرا‬
Kemudian dia berkata lagi, “Beritakan  padaku
tentang Ihsan”. Lalu Rasul bersabda: “Kamu
menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-
Nya, dan jika kamu tidak dapat melihat-Nya
maka sesungguhnya Allah melihat kamu”…(HR.
Muslim)
Ihsan dalam ibadah berarti membaguskan
ibadah, yaitu menyembah Allah seolah melihat-
Nya atau kalau tidak bisa sesungguhnya Allah
melihat kita. Maknanya  usahakan ibadahnya
dibuat yang paling bagus dengan menjaga adab
dan tata kramanya baik lahir maupun batin,
terutama, keikhlasan,  kekhusyu’an  dan ke
khudhu’annya. Sedangkan ihsan berbuat baik
dalam bermuamalah dengan sesama saudara 
dengan shilatur rahim, membantu kerepotan dan
kekurangannya.

B.     Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi  Tentang


Saling Nasehat dan Ihsan
Firman Allah dalam QS. Lukman/31 : 13-14
tentang nasihat
)13( ‫ظ ْل ٌم َعظِ ي ٌم‬ ُ ‫ك َل‬ ُ ‫َوإِ ْذ َقا َل لُ ْق َمانُ اِل ْب ِن ِه َوه َُو َيع‬
َ ْ‫ِظ ُه َيا ُب َنيَّ اَل ُت ْش ِركْ ِباهَّلل ِ إِنَّ ال ِّشر‬
ْ‫ْن أَ ِن ا ْش ُكر‬ َ ‫ان ِب َوالِدَ ْي ِه َح َم َل ْت ُه أ ُ ُّم ُه َوهْ ًنا َع َلى َوهْ ٍن َوف‬
ِ ‫ِصالُ ُه فِي َعا َمي‬ َ ‫ص ْي َنا اإْل ِ ْن َس‬
َّ ‫َو َو‬
)14( ‫ْك إِ َليَّ ْالمَصِ ي ُر‬ َ ‫لِي َول َِوالِ َدي‬

Kosa kata:
ُ ‫ َيع‬ = memberi nasihat akan dia , memberi
‫ِظ ُه‬
mau’izhah kepadanya
ُ ‫ َل‬ = sungguh kegelapan, penganiayaan
‫ظ ْل ٌم‬
‫صالُ ُه‬
َ ‫و ِف‬ =bersapih
َ dari susuan
Terjemahan:
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya:"Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar". (QS. 31:13)
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat
baik) kepada dua orang ibubapanya; ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah-tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-
Kulah kembalimu. (QS. 31:14)

Firman Allah QS.  al-Baqarah/2: 83 tentang


berbuat ihsan. Namun di sini paparkan QS. al-
Nisa/4 : 36    mengingat  QS.  al-Baqarah/2: 83
sudah dibahas pada bab sebelumnya KD 3.5.
materi kelas 3 SMP tentang tata kraman dan
sopan santun. Pada bab ini diganti dengan ayat
yang senada atau hamper sama kandungannya.
‫ْن إِحْ َس ا ًنا َو ِب ذِي ْالقُ رْ َبى َو ْال َي َت ا َمى‬ ِ ‫َواعْ ُب ُدوا هَّللا َ َواَل ُت ْش ِر ُكوا ِب ِه َش ْي ًئا َو ِب ْال َوالِ دَ ي‬
‫يل‬
ِ ‫الس ِب‬
َّ ‫ْن‬ ِ ‫ب َواب‬ِ ‫ب ِب ْال َج ْن‬
ِ ‫الص ا ِح‬
َّ ‫ب َو‬ ِ ‫ار ْال ُج ُن‬ ِ ‫ار ذِي ْالقُرْ َبى َو ْال َج‬ ِ ‫ِين َو ْال َج‬ِ ‫َو ْال َم َساك‬
‫ان م ُْخ َتااًل َف ُخورً ا‬ َ ‫ت أَ ْي َما ُن ُك ْم إِنَّ هَّللا َ اَل ُيحِبُّ َمنْ َك‬ْ ‫َو َما َم َل َك‬

Kosa Kata:
‫إِحْ َسا ًنا‬ = berbuat baik
‫ار ذِي ْالقُرْ َبى‬
ِ ‫و ْال َج‬ =
َ tetangga dekat
ِ ‫ب ِب ْال َج ْن‬
‫ب‬ ِ ‫والصَّا ِح‬ =
َ tetangga  yang jauh
Terjemahan:
Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan
berbuat baiklah kepada dua orang tua ibu-bapa,
karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang
jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba
sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membangga-
banggakan diri.(QS.2:

      Hadis  tentang  memberi mau’izhah adalah


sebagaimana   Hadits berikut:
‫صلَّى هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َي ْو ًم ا َبعْ َد‬ َ ِ ‫ار َي َة َقا َل َو َع َظ َنا َرسُو ُل هَّللا‬ ِ ‫ْن َس‬ ِ ‫اض ب‬ ِ ‫َعنْ ْال ِعرْ َب‬
‫ت ِم ْن َها ْالقُلُوبُ َف َقا َل َر ُج ٌل‬ ْ ‫ت ِم ْن َها ْال ُعيُونُ َو َو ِج َل‬ ْ ‫ِيغ ًة َذ َر َف‬
َ ‫صاَل ِة ْال َغدَا ِة َم ْوعِ َظ ًة َبل‬ َ
ِ ُ ‫إِنَّ َه ِذ ِه َم ْوعِ َظ ُة م َُو ِّد ٍع َف َم َاذا َتعْ َه ُد إِ َل ْي َن ا َي ا َر ُس و َل هَّللا ِ َق ا َل أ‬
ِ ‫وص ي ُك ْم ِب َت ْق َوى هَّللا‬
‫اخ ِتاَل ًف ا َك ِث يرً ا‬ ْ ‫اع ِة َوإِنْ َع ْب ٌد َح َب ِش يٌّ َفإِ َّن ُه َمنْ َي ِعشْ ِم ْن ُك ْم َي َرى‬ َّ ‫الس مْ ع َو‬
َ ‫الط‬ َّ ‫َو‬
ِ
ُ ِ ‫َوإيَّا ُك ْم َومُحْ دَ َثا‬
‫ك ِم ْن ُك ْم َف َع َل ْي ِه ِب ُس َّنتِي َو ُس َّن ِة‬ َ ِ‫ك َذل‬ َ ‫ضاَل َل ٌة َف َمنْ أَ ْد َر‬ ِ ‫ت اأْل م‬
َ ‫ُور َفإِ َّن َها‬ ِ
ٌ ‫يس ى َه َذا َح د‬
‫ِيث‬ َ
َ ِ‫ِّين َعضُّوا َع َل ْي َها ِبال َّن َوا ِج ِذ َق ا َل أ ُب و ع‬ َ ‫ِين ْال َم ْه ِدي‬
َ ‫ْال ُخ َل َفا ِء الرَّ اشِ د‬
)‫صحِي ٌح ُ (أخرجه الترمذي‬ َ ٌ‫َح َسن‬

Dari `Irbadh bin sariyah berkata : Rasulullah


saw pernah memberikan mauizhah kepada kita
pada suatu hari setelah shalat shubuh dengan
nasihat yang mengharukan sehingga
meneteskan air mata dan membuat hati menjadi
takut. Maka ada seorang laki-laki bertanya :
“Apakah ini mauizhah terakhir apa yang engkau
sampaikan kepada kita Ya Rasulullah ?” Beliau
bersabda : Aku wasiatkan kepada kalian
hendaklah taqwa kepada Allah, mendengar dan
taat kepada pimpinan sekalipun ia seorang
hamba Habsyi (berkulit hitam).  Sesungguhnya
siapa di antara kalian yang hidup nanti akan
melihat banyak perpecahan dan perbedaan,
jauhilah hal-hal yang baru sesungguhnya ia
adalah sesat. Barang siapa di antara kalian yang
mendapatinya maka ikutilah sunnahku dan
sunnah khulafaur-Rasyidin yang mendapat
petunjuk, gigitlah dengan gigi gerahammu. (HR.
al-Turmudzi, Hadis Hasan Shahih)
  
C.  Nasihat  Bersyukur Kepada Allah,
Sebagaimana dijelaskan  pada QS. Lukman/31
: 13-14 tentang nasehat Lukman al-Hakim
kepada anaknya. Lukman al-Hakim adalah
seorang ahli hikmah bukan seorang Nabi yang
diberi wahyu.[2] Al-Hikmah artinya paham agama
diberi akal yang kritis dan selalu benar.[3] Isi
nasihat agar anak kesayangannya beryukur
kepada Allah  tidak meyekutukan-Nya  (tidak
syirik) dengan sesuatu karena susungguhnya
syirik itu suatu penganiayaan  yang agung.
Nasihat syukur kepada anak Lukman 
sebagaimana perintah Allah kepada Lukman agar
bersyukur kepada-Nya atas segala nikmat yang
telah diberikannya. Perintah syukur dengan tegas
disebutkan pada ayat sebelumnya yakni  QS.
Lukman/31 : 12.
َّ‫ان ْال ِح ْك َم َة أَ ِن ا ْش ُكرْ هَّلِل ِ َو َمنْ َي ْش ُكرْ َفإِ َّن َما َي ْش ُك ُر لِ َن ْفسِ ِه َو َمنْ َك َف َر َفإِن‬
َ ‫َو َل َق ْد آ َت ْي َنا لُ ْق َم‬
‫هَّللا َ َغنِيٌّ َحمِيد‬
Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat
kepada Luqman, yaitu:"Bersyukurlah kepada
Allah.Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada
Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk
dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak
bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya
lagi Maha Terpuji". (QS. 31:12)

Perintah bersyukur kepada Allah juga diulangi


dan diperkuat pada ayat 14 Surat Lukman   ْ‫أَ ِن ا ْش ُكر‬
‫لِي‬  hendaklah engkau bersyukur kepada-Ku.
Bersyukur kepada Allah berarti taat dan taqwa
kepadanya, sebagaimana mau’izhah Nabi kepada
para sahabat dengan suatu mau’izhah yang
meneteskan air mata dan menggetarkan hati
agar para sahabat taqwa kepada Allah swt. Rasul
bersaabda:ِ ‫أُوصِ ي ُك ْم ِب َت ْق َوى هَّللا‬  Aku wasiatkan kepada
kalian agar takwa kepada Allah.
                      Isi mau’izhah yang diberikan Nabi
Muhammd pada Hadis di atas realisasi syukur
kepada Allah  yaitu  taqwa, taat kepada pimpinan
sekalipun dipimpin seorang hamba yang  rendah
berkulit hitam dan berpegang teguh kepada
Sunah nabi dan Sunah para sahabat Khulafaur
Rasyidin.

D. Nasihat  Berterima Kasih Kepada Kedua


Orang Tua
Redaksi  ayat di atas menunjukkan betapa agung
dan tingginya bersyukur  kepada kedua orang
tua yang dijatuhkan setelah perintah
menyembah kepada Allah. Orang tua adalah
manusia pertama dan utama di antara sekian
banyak manusia yang lebih berhak manerima
kebaikan dari  anak-anaknya. Karena sebab
adanya orang tua inilah anak menjadi ada.
Andaikata tidak ada orang tua,  anak tidak
mungkin wujud di bumi ini. Dari orang tua inilah
anak lahir, karena kasih sayang orang tua inilah
anak bisa hidup dengan sempurna, dengan
perhatian orang tua inilah anak menjadi dewasa  
bahkan dengan kesungguhan orang tua inilah
anak menjadi orang yang pandai dan berkat do’a
orang tua inilah anak menjadi orang  sukses.
Karena besar jasa orang tua inilah mulai
mengandung yang sangat berat dan menyusui
selama 2 tahun. Anak diperintah bersyukur,
hormat da patuh kepada kedua orang tua setelah
bersyukur kepada Allah.  Firman Allah QS.
Lukman/31 : 13-14
َ ‫أَ ِن ا ْش ُكرْ لِي َول َِوالِدَ ي‬
‫ْك إِ َليَّ ْالمَصِ ي ُر‬
Hendaklah kamu bersyukur kepada-Ku dan
kepada kedua orang tuamu dan kepada-Kulah
tempat kembali
 Anak sekalipun menjadi pejabat teratas tetap
harus hormat kepada orang tua. Anak sekalipun
menjadi orang pandai  dan lebih pandai dari pada
orang tuanya tetap harus taat kepada orang tua.
Orang tua ibarat seperti al-Qur’an sekalipun
sudah rusak tetap harus dihormati tidak boleh
dihina, diremehkan  dan diinjak-injak apalagi  al-
Qur’an yang masih bagus.
D.    Berbuat Ihsan Kepada Allah

Perintah berbuat Ihsan (berbuat baik)  secara


seimbang, yakni berbuat ihsan kepada Allah dan
berbuat Ihsan kepada manusia sebagaimana
Allah firmankan pada QS. al-Nisa/4 : 36 

ِ ‫َواعْ ُب ُدوا هَّللا َ َواَل ُت ْش ِر ُكوا ِب ِه َش ْي ًئا َو ِب ْال َوالِ َدي‬


 ‫ْن إِحْ َسا ًنا‬

Dan sembahlah Allah jangan kamu sekutukan Dia


dengan sesuatu dan berbuat baiklah kepada
kedua orang tua. Ibadah kebada Allah berarti:
‫ والخش وع‬، ‫عب ادة هّللا هى الخض وع ل ه وتمكين هيبت ه وعظمت ه من النفس‬
‫لسلطانه فى السر والجهر‬

Ibadah kepada Allah adalah tunduk (khudhu’)


kepada-Nya dan menghayati dalam jiwa akan 
kehaibatan da keagungan-Nya  serta khusyu’
terhadap kerajaan-Nya baik dalam sembunyi
maupun terbuka.[4]
 Pengertian ibadah di atas sudah memasukkan
makna ihsan kepada Allah yakni beribadah
secara khudhu’ dan khusyu’. Perintah
menyembah kepada Allah, artinya taat segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya
dengan rasa rendah hati, dan rendah diri disertai
rasa cinta dan agung. Ihsan dalam beribadah
maknanya sebagaimana penjelasan di atas 
menyembah kepada Allah dengan sebaik-baiknya
dengan menjalankan wajib dan sunah-sunahnya
bahkan adab-adabnya, menjauhi yang
membatalkan, yang haram dan yang makruh.
Ihsan dalam ibadah adalah melaksanakan ibadah
dengan sebaik-baiknya yakni dengan khusyu’
dan khudhu’. Ibadah yang baik adalah ibadah
yang dikerjakan  seolah-olah melihat Allah atau
Allah meliht engkau.

E.     Berbuat  Ihsan Kepada Sesama Manusia


Berbaut Ihsan atau berbuat baik  dengan
sesama manusia setelah berbuat baik dengan
Allah swt. Berbuat ihsan sesuai dengan urutan
dalam al-Qur’an mesti orang tua terlebih dahulu
kemudian yang terdekat dan yang
terdekat.Urutannya sesuai dengan urutan al-
Qur’an yaitu:
1.            Kedua orang tua, dialah yang melahirkan
dan membesarkan menjadi manusia yang
sempurna.
2.            Kerabat, orang yang dekat hubungan
keturunan seperti anak, cucu, saudara kandung,
paman, bibik dan seterusnya. Mereka lebih
berhak menerima ihsan (kebikan) dari
saudaranya, karena mereka orang yang terdekat
kepada orang tua.Berbuat Ihsan kepda kerabat
setelah berbuat ihsan kepada kedua orang tua
dan setelah berbuat ihsan kepada Allah swt.
Al-Maraghiy mengatakan, jika seseorang telah
melakukan ihsan kepada Allah, maka lulurs
imannya dan baik amalnya. Jika seseorang telah
melaksanakan hak-haka orang tua dengan baik,
maka menjadi baik pula rumah tangganya dan
kemuarganya. Dan jika penghuni rumah itu
saling berbuat baik kepada kerabtnya, maka
rumah tangga itu memiliki potensi yang besar
untuk membentuk persatuan umat.[5]
3.            Yatim, seorang anak yang ditinggal wafat
bapaknya. Bapak yang menjadi harapan masa
depannya telah tiada, sementara sang ibu tidak
semampu bapak untuk mencukupi dan
memenuhi kehidupan sang anak, terutama
dalam pendidika masa  depan si anak. Tanggung
jawab ihsan dipikulkan kepada seluruh umat
Islam yang ada kamampuan. Dalam ayat ini
kedudukan yatim disandingkan dengan
kerabatlum kerabat da yakni setelah kerabat dan
sebelum miskin, seolah yatim dijadikan bagian
kerabat kaum muslimin.
4.            Miskin, orang yang tidak memiliki
pekerjaan tetap dan tidak mampu mencukupi
kebutuhan keluarganya. Miskin perlu mendapat
ihsan dari kaum muslimin agar kondisi
masyarakat mendapat ketenangan dan tidak
timbul pencurian atau kejahatan. Miskin ada dua
macam; miskin yang uzur karena kelemahannya
tidak mampu berusaha perlu mendapaat ihsan.
Kedua miskin yang tidak uzur orang yang miskin
karena hidup berpoya-poya, bentuk ini perlu
mendapat nasihat dan petunjuk mencari
pekerjaan.
5.            Tetangga dekat, sebagian ahli Tafsir ada
yang mengartikan tetangga yang masih ada
hubungan kerabat atau tetangga yang dekat
rumahnya sebagian pendapat sorang muslim
6.            Tetangga jauh, tetangga yang jauh
rumahnya tetpi masih dinamai tetangga atau
diartikan perantau) singkatnya tetangga baik
dekat maupun jauh.
Sebagian pendapat tetangga jauh adalam non
muslim seperti Yahudi dan Nashrani. Sebagian
pendapat mengatakan tetangga adalah 40 
rumah di berbagai arah, atau mereka yang
mendengar adzan.
7.            Teman sejawat, teman sepekerja, teman 
musafir, teman, murid, dan istri.[6] 
8.            Budak, seorang berstatus budak.

G. Bentuk-Bentuk Perbuatan Ihsan Kepada


Sesama Manusia
Bentuk berbuat Ihsan  dengan sesama manusia
dalam berbagai bentuk,ucapan, perbuatan dan
sikap, secara moral maupun material dan social
yang disebut dengan shialaturahim. Pengertian
Shilaturrahim secara terminologi menurut  al-
Shan`ani dan Ibn al-Atsir adalah sebagai berikut :
‫ من ذوى النسب واألصهار‬ ‫صلة الرحم كناية عن اإلحسان الى األقربين‬
‫والتعطف عليهم والرفق بهم والرعاية ألحوالهم وكذلك ان بعدوا أي أساءوا‬. 

 Artinya : “Shilat al-rahim adalah suatu


ungkapan  perbuatan baik terhadap kerabat baik
karena keturunan atau persambungan,
perbuatan kasih sayang, dan pemeliharaan
kondisi mereka sekalipun berbuat jahat.”[7] 

            Pengertian Shilat al-rahim di atas


menunjukkan adanya akumulasi perbuatan
baik (ihsan)  yang mencakup segala perbuatan
baik karena konteksnya dalam hubungan sosial
(mu`amalah) bukan dalam ibadah[8] yang
bersifat lebih umum baik lahir dan batin, bersifat
materi dan immateri, tanpa batasan bentuk dan
ruang waktu tertentu. Demikian juga dalam shilat
al-rahim mempunyai rasa tanggung jawab yang
lebih besar terhadap kerabat, keluarga, dan
sanak famili, baik dalam  moral  dan material,
sosial dan agama yang didasarkan pada kasih
sayang  yang lebih tinggi pula, karena mereka
adalah bagian dari darah daging yang dilahirkan
dari kandungan (rahim) sang ibunya
sendiri.    Jadi shilat al-rahim bukan identik
dengan berlebaran yang diartikan secara sangat
sederhana yakni  kunjungan, pertemuan, dan
minta maaf atau halal bi halal, apa lagi  dibatasi
pada saat-saat tertentu saja. Mungkin dapat
dikatakan bahwa unshur-unshur dalam
berlebaran dan dalam halal bi halal terdapat
bagian dari shilat al-rahim.
H. Rangkuman
Makna nasehat beragam intinya anjuran
(petunjuk, peringatan, teguran) yang baik,
kehendak baik. Saling menasihati berarti saling
menganjurkan kebaikan, saling menghendaki
kebaikan, dan saling mengingatkan. Kata
“nasihat” banyak disebutkan dalam beberapa
Hadis di antaranya Hadis yang diriwayatkan oleh 
Muslim bahwa agama itu nasihat. Sedangkan
Ihsan secara sederhana  diartikan berbuat baik.
Berbuat baik adakalanya dalam ibadah dan
adakalanya bermuamalah dengan sesama
manusia.
            Isi kandungan QS. Lukman/31 : 13-14
bersyukur kepada Allah dan bersyukur kepada
kdua orang tua. Syukur kepada Allah berarti
taqwa, taat kepada pimpinan sekalipun dipimpin
seorang hamba yang  rendah berkulit hitam dan
berpegang teguh kepada Sunah nabi dan Sunah
para sahabat Khulafaur Rasyidin. Sedang
bersyukur kepada kedua orang tua adalah
hormat da patuh  mereka.  Isi kandungan QS. al-
Nisa/4 : 36 Perintah berbuat Ihsan (berbuat baik) 
secara seimbang, yakni berbuat ihsan kepada
Allah dan berbuat Ihsan kepada manusia;dua
orang tua ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat
dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu
sabil dan hamba sahayamu. Bentuk bererbuat
Ihsan  dengan sesama manusia dalam berbagai
bentuk,ucapan, perbuatan dan sikap, secara
moral maupun material dan social yang disebut
dengan shialaturahim.

[1] Al-Nawawiy, Muslim bi Syarh al-Nawawiy, (Cairo : Dâr al-Fajr, 1420),  juz 2, h.38-39


[2] Abu al-Fidâ’  al-Dimasyqiy, Tafsir al-Qur’an al-Azhîm (Tafsir Ibnu Katsîr), (ttp. Dar
Thibah, 1999), h. 412
[3] Al-Jazairiy, Aisar al-Tafâsîr, h. 412
[4] Al-Maraghi, Tafsir Syeikh al-Maraghiy, (Mesir: al-halabiy, tth), h. 32
[5] Al-Maraghiy, Tafsir al-Maraghiy, h. 32
[6] M al-Syaukaniy, Fath al-Qadîr…, h.
[7] al-Shan`ani,  Subul al-Salam, (Semarang : Thaha Putra, tth.), Juz 4, h. 160
[8] Ihasan ada kalanya dalam  ibadah dan dalam mu`amalah. Ihsan dalam ibadah,
sebagaimana jawaban Nabi ketika ditanya oleh Jibril : “Apa itu Ihsan ?”  “Ihsan
adalah   engkau menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya atau   sesungguhnya Allah
melihat engkau.” (HR. Bukhari dan Muslim).  Sedangkan  Ihsan dalam mu`amalah
sebagaimana penjelasan  beberapa ayat al-Qur’an  yang perintah berbuat  ihsan kepada
orang tuan, kerabat, miskin, tetangga dekat, tetangga  jauh,  teman sejawat, dan lain-
lain. Lihat : QS. Al-Baqarah/2: 83 dan al-Nisa/4: 36. Ihsan  dalam mu`amalah inilah yang
dimaksudkan dalam shilaturrahim.

Kiamat merupakan peristiwa dasyat yang maha luar bisa di alam semesta, karena setelah peristiwa
tersebut tidak ada lagi kehidupan di muka bumi. Semua mahluk Allah dari manusia, binatang, dan
segala is bumi akan binasa. Hanya seizin Allah Zat Yang Maha Hidup. Lalu kenapa Peristiea itu
terjadi????? Semua tidak ada yang mengetahui kecuali Aalh SWT. Namun meski Allah merahasiakan
waktu datangnya hari kiamat, Allah telah mewahyukan kepada nabi Muhammad SAW, sejumlah
peristiwa dan pertanda tertentu datangnya Hari Kiamat. Sejumlah pertanda tertentu menunjukan
datangnya hari kiamat . Sejumlah pertanda mengisyaratkan sangat dekatnya hari kiamat itu antara
lain dari peperangan dan kekacauan yang jumlahnya semakin meningkat hingga menghancurkan
kota –kota besar, dari gempa hingga perkembangan imlu pengetahuan dan teknologi. Apa lagi
tanda-tanda hari kiamat itu?? Untuk mengetahuai Simak materi berikut ini :

A. Pengertian Iman Kepada Hari Kiamat


Yang di maksud beriman kepada hari kiamat/ akhir adalah mempercayai bahwa seluruh alam
semesta dan segala isinya pada suatu saat nanti akan mengalami kehancuran dan mengakui bahwa
setelah kehidupan di dunia ini akan ada kehidupan yang kekal yakni di akhirat nanti. Keperayaan
kepada hari kiamat merupakan masalah sam’iyyat, yakni masalah yang kita ketahui dan kita percayai
berdasarkan dalil yang ada dalam Al-Quran dan hadis. Hari akhir yakni hari dimana seluruh
kehidupan yang ada di alam semesta ini berakhir, hanya Allah-lah yang maha kekal. Berikut dalil
yang menjelaskan adanya hari akhir Yakni:

1. Surat An-Naml Ayat 87

“ Dan (ingatlah) hari (ketika) di tiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang ada di bumi, di langit
dan segala yang ada di bumi, kecuali siapa yang di kehendaki Allah SWT. Dan semua akan datang
menghadap-Nya dengan merendahkan Diri.”

2. Surat Al-Infitar ayat 1-3

“Apabila langit terbelah , dan bintang- bintang jatuh berserakan, dan apabila lautan di jadikan
meluap”

3. Sutat Al- Muzzamil ayat 14

“Pada haribumi dan gunung-gunung bergoncangan, dna menjadikan gunung-gunung itu tumpukan-
tumpukan pasir yang berterbangan”.

Materi Pendidikan Agama Beriman Kepada Hari Kiamat

B. Kiamat Sugra dan Kiamat Kubra

1. Kiamat Sugra

Kiamat Sugra berarti kiamat kecil. Seperti kematian, gempa bumi, gunung meletus, banjir dan
lain-lain. Kiamat sugra di sebit juga kiamat kecil, yaitu berakhirnya kehidupan masing- masing
mahluk. Setiap mahluk yang hidup akan menemui kematian. Binatang- binatang akan mati setelah
masa hidupnya selesai. Tumbuh- tumbuhan juga akan mengalami hal yang sama, demikian juga
manusia. Hal itu seperti yang di jelaskan Alaah dalam surah Ali Imran Ayat 185,“ Tiap –tiap yang
berjiwa akan merasakan mati. Dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalahdi sempurnakan
pahalamu. Barang siapa di jatuhakan dari neraka dan di masukan ke dalam surga, maka
sesungguhnya iatelah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanya kesenangan yang
memberdayakan.”

Kematian adalah terpisahnya antara jasmani dan rohani. Jasmani kembali ke asala yakni tanah.
Dan rohan kembali kealam kubur (alam Barzah). Alam kubur adalah alam tempat hidup umat
manusia setelah mati sampai merea kembali di bangkitkan oleh Allah dan tiba waktunya hari
perhitungan atas amal perbuatan mereka ketika di dunia. Ada dua kelompok manusia di Alam
barzah, yaitu :

a. Kelompok yang memperoleh kenikmatan dan rida Allah SWT. Adalah kempok orang mukmin yang
saleh. Ia akan bisa menjawab semua pertanyaan yang i ajukan dengan baik tanpa ada rasa takut dan
gentar. Kemudian Allah SWT, memperlihatkan kepadanya salah satu pintu surga tempat tinggalnya
nanti yang penuh dengan kebahagiaan dan kenikmatan.

b. Kelompok yang memperoleh murka dari Allaw SWT. Adalah kelompok orang –orang yang kafir . Ia
mendengar segala pertanyaan malaikat Mungkar dan malaikat Nangkir itu, tetapi ia tidak bisa
menjawabnya. Kemudian AllahSWT, memperlihatkan kepadanya salah satu pintu neraka dengan
berbagai macam siksaan.

2. Kiamat Kubra

Kiamat Kubra ( kerusakan besar) adalah hancurnya Alam semesta dengan segala isinya. Keadaan
alam semesta dan segala isinya pada waktu terjadi kiamat banyak di jelaskan Allah dalam Al-Quran.
Kapankah terjadinya hari kiamar kubra itu ? Hanya Allah saja yang mengetahui. Tidak ada satu
mahluk pun yang mengetahuinya termasuk para malaikat Allah. Setelah kiamat kubra terjadi maka
malaikat Israfil akan meniup sangkakala untuk yang kedua kalinya. Hal ini pertanda Allah akan
membangkitkan dan menghidupkan kembali manusia yang paling akhir yang hidup du muka bumi
akan bangkitnya dari alam kubur. Peristiwa ini di namakan Yaumul ba’ast.

C. Tanda- tanda Hari Kiamat

Tanda – tanda kiamat ada 2 yakni:

1. Tanda –tanda Kecil


Tanda-tanda kecil hari kiamat antara lain:

a. Hamba sahaya perempuan di kawini oleh tuannya.

b. Ilmu agama di anggap sudah tidak penting lagi.

c. Tersebarnya perzinaan karena memperoleh izin dari penguasa.

d. Minuman keras merajalela.

e. Jumlah wanita lebih banyak daripada laki- laki dengan perbandingan 50:1.

f. Adanya dua golongan besar yang saling membunuh, tetapi sama-sama mengaaku dirinya
memperjuangkan agama islam.

g. Lahirnya Dajal ( tukang dusta) yang mengaku dirinya utusan Allah SWT, dan banyak berbohong
serta menipu dan menganggap baik sesuatu yang buruk dna menggambarkan sesuatu tidak baik
dengan gambaran yang memikat hati.

h. Banyak terjadi gempa bumi

i. Fitnah muncul di mana- mana

j. Pembunuhan merajalela

k. Banyak manusia yang menginginkan dirinya mati.

2. Tanda – tanda Besar

Tanda-tanda besar kiamat antara lain:

a. Matahri muncul dari barat

b. Munculnya binatang ajaib yang bisa berbicara

c. Rusaknya Kakbah

d. Lenyapnya Al-Quran

e. Seluruh manusia menjadi kafir

f. Munculnya Yakjut Makjut

D. Kehidupan Setelah Hari Kiamat


1. Yaumul Ba’ast

Yaumul ba’ast adalah bangitnya seluruh mahluk hidup dari kuburnya. Semua manusia bi bangkitkan
dari kubur . Kebangkitan ini di tandai dengan peniupan sangkakala oleh malaikat Israil.

2. Yaumul Mahsyar

Pada saat itu mausia di kumpulkan di suatu tempat yang sangat luas yang dinamakan Padang
Mahsyar. Di tempat inilah seluruh manusia di kumpulkan oleh Allah.

3. Yaumul Hisab

Setelah semua manusia di kumpulkan di padang makhsyar maka mereka akan di hisab, di hitung dan
di timbang semua amal perbuatan ketika di dunia. Pada saat itulah keadilan Allah akan benar- benar
terbukti semua amal perbuatannya karna Allah maha Adil. Pada saat itulah manusia tidak bisa
mengelak atas semua perbuatannya pada saat di dunia. Dan mereka akan mendapatkan balasan atas
masing- masing perbuatannya ketika di dunia dan tidak ada satu pun yang di rugikan.

4. Yaumul Jaza’

Setelah tahap penghitungan selesai, maka tibalah saatnya putusan Allah untuk memberi balasan.
Inilah yang di namakan Yaumul Jaza’. Pada saat itu, Allah akan memberikan balasan secara adil
kepada semua manusia sesuai dengan amal perbuatannya pada saat di dunia.

ila kamu mengamati orang-orang dan teman-teman di sekelilingmu, maka akan terlihat bahwa Allah
SWT telah menciptakan setiap manusia dalam keadaan yang tidak sama antara yang satu dengan
yang lain. Ada yang laki-laki dan ada pula yang perempuan, ada yang tampan dan ada yang kurang
tampan, ada yang cantik dan ada pula yang kurang cantik. Ada yang berambut pirang, berambut
hitam, ada yang berambut lurus, dan ada pula yang keriting. Ada yang berkulit putih, sawo matang,
dan ada yang berkulit hitam. Ada sangat cerdas dan ada pula orang yang idiot. Seseorang tidak
pernah meminta dilahirkan untuk menjadi bangsa Indonesia, bangsa Malaysia, Cina, Arab, Amerika,
atau bangsa manapun. Semua itu merupakan ketetapan penciptaan Allah SWT yang sering kita sebut
dengan takdir.

Bagaimana manusia menyikapi takdir Allah SWT tersebut ? Untuk lebih memahaminya simaklah
pembahasan mengenai iman kepada Qadha dan Qadar berikut ini !
A. Ciri Beriman Kepada Qadha dan Qadar.

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang dihadapkan kepada kenyataan hidup yang dialaminya.
Kenyataan itu kadang ada yang berbentuk positif dan terkadang negatif, seperti :

• ada yang memuaskan ada yang tidak,

• ada yang menyenangkan ada yang menyusahkan,

• ada yang menurut kita baik ada yang buruk, dan sebagainya.

Bagi orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apapun kenyataan dan peristiwa yang
dialaminya, akan ditanggapi dan diterima secara positif. Sebaliknya, bagi orang yang tidak beriman
kepada qadha dan qadar, kenyataan apapun yang diterima ditanggapi dan diterima secara negatif.

Contoh :

• Orang beriman yang tertimpa musibah menanggapi kenyataan ini dengan kesabaran dan
ketabahan. Kesabaran dan ketabahan merupakan sika positif yang dinilai Allah SWt dengan pahala.
Jadi, selama dia sabar dan tabah, selama itu pula pahalanya terus mengalir.

• Orang beriman ketika mendapatkan keberuntungan besar bersyukur dan merasa bahwa semua itu
karunia dari Allah SWT. Untuk itu ia ingin berbagi kepada orang lain dengan menafkahkan sebagian
keuntungannya tersebut.

• Orang yang tidak beriman ketika mendapat musibah merasa bahwa dirinya tidak berguna lagi. Dia
merasa putus asa dan akhirnya melampiaskannya dengan berbagai macam perbuatan yang merusak,
seperti melamun, merokok, mengkonsumsi narkoba, bahkan ada yang bunuh diri.

• Orang yang tidak beriman ketika mendapat keuntungan bisnis yang berlimpah malah
menggunakannya untuk berfoya-foya. Dia merasa bahwa yang didapatnya itu semata-mata
merupakan prestasi yang harus diraakan dan dia berhak dan bebas menggunakan sesuka hatinya.

Dengan memahami contoh-contoh tersebut, yakinkah kamu bahwa beriman kepada qadha dan
qadar mempunyai peranan penting dalam kehidupan? Kalau yakin, tentu kamu ingin meningkatkan
keimananmu kepada qadha dan qadar. Bagaimana ciri-ciri orang yang beriman kepada qadha dan
qadar? Berikut ini merupakan ciri orang yang beriman kepada qadha dan qadar.

1. Selalu menyadari dan menerima kenyataan.


Iman kepada qadha dan qadar dapat menumbuhkan kesadaran yang tinggi untuk menerima
kenyataan hidup. Karena yang terjadi adalah sudah pada garis ketentuan Allah pada hakekatnya
bencana atau rahmat itu semata-mata dari Allah SWT. Firman Allah SWT :

Artinya : “Katakanlah: “Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Allah
menghendaki bencana atasmu, atau menghendaki rahmat untuk dirimu dan orang-orang munafik itu
tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah”. (QS. al-Ahzab : 17)

2. Senantiasa bersikap sabar.

Orang yang beriman kepada qadha dan qadar akan senantiasa menerima segala sesuatu dengan
penuh kesabaran, baik dalam situasi yang sempit atau susah dan tetap bersabar dalam situasi
senang atau bahagia. Dengan demikian orang yang beriman kepada takdir Allah SWT senantiasa
dalam keadaan yang stabil jiwanya.

Artinya : “Apakah manusia itu mengira mereka akan dibiarkan, sedang mereka tidak diuji lagi ?”. (QS.
al-Ankabut : 2)

Wujud ujian dan cobaan bisa berupa tiadanya biaya pendidikan, fisik yang lemah, penyakit, orang
tua meninggal, dilanda bencana alam, dan sebagainya. Perhatikan firman Allah berikut :

Artinya : “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar.” (QS. al-Baqarah : 155)

Renungkan ayat 155 surat al-Baqarah, yaitu supaya memberi berita gembira kepada orangorang
yang sabar. Memang dalam menghadapi cobaan diperlukan sikap sabar. Tanpa sikap sabar akan sulit
manusia mencapai sukses.

3. Rajin dalam berusaha dan tidak mudah menyerah.

Agar seseorang terus giat berusaha ia pun yakin bahwa segala hasil usaha manusia selalu
diwaspadai, dinilai, serta diberi balasan. Firman Allah :

Artinya : “Dan bahwasannya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan di perlihatkan (kepadanya). Kemudian
akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasannya kepada
Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu)”. (QS an-Najm : 39-42)
4. Selalu bersikap optimis, tidak pesimis.

Keyakinan terhadap Qadha dan Qadar dapat menumbuhkan sikap yang optimis tidak mudah putus
asa. Karena ia yakin walau sering gagal, pasti suatu saat akan berhasil sehingga tidak akan berputus
asa. Firman Allah SWT :

Artinya : “…dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidaklah berputus asa
dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS. Yusuf : 87)

5. Senantiasa menerapkan sikap tawakal.

Tawakal (berserah diri0 kepada Allah SWT akan tumbuh pada diri seseorang jika ia meyakini bahwa
segala sesuatu telah dikehendaki Allah. Allah Maha bijaksana sehingga menurut keyakinannya Allah
tidak mungkin menyengsarakannya. Allah sumber kebaikan sehingga tidak mungkin Allah
menghendaki hamba-Nya kepada keburukan. Firman Allah SWT :

Artinya : “Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu. Tidak ada satu
binatang melata pun, melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di
atas jalan yang lurus.” (QS. Hud : 56).

B. Hubungan Qadha dan Qadar

Beriman kepada qadha dan qadar merupakan rukun iman yang keenam. Qadha adalah ketentuan
akan kepastian yang datangnya dari Allah SWT terhadap segala sesuatu sejak zaman azali, yaitu sejak
zaman sebelum sesuatu itu terjadi. Segala sesuatu yang terjadi telah diketahui Allah SWT terlebih
dahulu karena Dialah yang merencanakan serta yang menentukannya. Seluruh makhluk, baik
malaikat, syetan, jin, maupun manusia tidak akan mengetahui rencana-rencana Allah SWT tersebut.

Manusia punya rencana, tetapi Allah SWT yang menentukan. Ungkapan ini merupakan salah satu
bentuk cara memahami qadha dan qadar Allah SWT. Manusia memang diberi kemampuan untuk
berbuat dan berpikir, namun kedudukan Allah SWT dan kekuasaan-Nya adalah di atas segala-
galanya.

Ketentuan Allah SWT ini merupakan hak mutlak (absolut), tanpa campur tangan siapapun dan dari
manapun. Oleh karena itu manusia harus mau menerima kenyataan. Kemampuan manusia terbatas
pada ikhtiar untuk mengatasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Sedangkan berhasil atau
gagal, ini merupakan kekuasaan Allah SWT semata. Rasulullah saw bersabda :

Artinya : “Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a katanya: baginda s.a.w bersabda: Allah SWT
mengutus Malaikat ke dalam rahim. Malaikat berkata: Wahai Tuhan! Ia masih berupa air mani.
Setelah beberapa waktu Malaikat berkata lagi: Wahai Tuhan! Ia sudah berupa segumpal darah.
Begitu juga setelah berlalu empat puluh hari Malaikat berkata lagi: Wahai Tuhan! Ia sudah berupa
segumpal daging. Apabila Allah SwT membuat keputusan untuk menciptakannya menjadi manusia,
maka Malaikat berkata: Wahai Tuhan! Orang ini akan diciptakan lelaki atau perempuan? Celaka atau
bahagia? Bagaimana rezekinya? Serta bagaimana pula ajalnya? Segala-galanya dicatat ketika masih
di dalam kandungan ibunya”.(HR Bukhari dan Muslim)

Qadar adalah ketentuan-ketentuan Allah SWT yang telah berlaku bagi setiap makhluk sesuai dengan
ukuran dan ketentuan yang telah dipastikan oleh Allah SWT sejak zaman azali. Oleh karena itulah,
baik buruknya telah direncanakan terlebih dahulu oleh Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT :

Artinya : “Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.” (QS Ar Ro’du: 8)

Dari pengertian hadis dan ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa qadha dan qadar atas diri
manusia telah diputuskan oleh Allah SWT sebelum manusia ada atau dilahirkan ke dunia ini. Dalam
kehidupan sehari-hari, istilah qadha dan qadar biasa disebut juga dengan takdir. Jadi, beriman
kepada qadha dan qadar dapat dikatakan pula dengan beriman kepada takdir.

Takdir baru dapat diketahui oleh manusia dengan kenyataan atau peristiwa yang yang telah terjadi,
contoh :

1. Terjadinya musibah bencana tsunami di Aceh pada tanggal 26 Desember tahun 2004 yang
merenggut ratusan ribu korban meninggal dunia. Sebelum kejadian tersebut tak ada seorangpun
yang mengetahuinya.

2. Dalam suatu kejadian kecelakaan yang menewaskan seluruh penumpang ternyata ada seorang
bayi yang selamat. Menurut ukuran akal, si bayi adalah makhluk yang sangat lemah dan tidak
mampu mencari perlindungan, tetapi malah dia yang selamat. Sementara penumpang lain yang
sudah dewasa dan dapat berusaha menyelamatkan diri malah meninggal dunia.

3. Ada seorang yang dilahirkan dari keluarga yang sangat miskin. Orang sekampung memperkirakan
anak tersebut kelak juga akan menjadi miskin seperti orang tuanya. Namun, setelah anak tersebut
dewasa ternyata menjadi orang yang pandai berdagang, sehingga dia menjadi orang yang kaya.

Contoh-contoh di atas hanyalah merupakan bagian kecil ari peristiwa-peristiwa yang berkaitan
dengan takdir Allah SWT. Masih banyak sekali peristiwa yang bisa kita pahami sebagai perwujudan
dari qadha dan qadar dari Allah SWT. Namun dari berbagai contoh di atas menunjukkan bahwa
qadha dan qadar Allah SWT akan tetap berlaku kepada setiap makhluk-Nya. Oleh karena itu, orang
beriman harus meyakini dengan sepenuh hati akan adanya qadha dan qadar. Firman Allah SWT :

Artinya : “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (takdir) Yang
Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”. (QS. Yasin : 38)
Dalam surat al-Hadid ayat 22, Allah juga berfirman :

Artinya : “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri,
melainkan telah tertulis dalam kitab (lauhul mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya
yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. al-Hadid : 22)

C. Contoh dan Macam-macam Takdir.

Meskipun segala sesuatu yang terjadi di jagat raya ini sudah ditentukan oleh Allah sejak zaman azali,
tetapi pemberlakuan takdir Allah tersebut ada juga yang mengikutsertakan peran makhluk-Nya.
Karena itulah, takdir dibagi menjadi dua, yaitu takdir mubram dan takdir mu’allaq :

1. Takdir Mubram

Dalam bahasa Arab, mubram artinya sesuatu yang sudah pasti, tidak dapat dielakkan. Jadi, takdir
mubram merupakan ketentuan mutlak dari Allah SWT yang pasti berlaku atas setiap diri manusia,
tanpa bisa dielakkan atau di tawar-tawar lagi, dan tanpa ada campur tangan atau rekayasa dari
manusia.

Contoh takdir mubram antara lain :

Waktu ajal seseorang tiba

Usia seseorang

Jenis kelamin seseorang

Warna darah yang merah

Bumi mengelilingi matahari

Bulan mengelilingi bumi

Jika Allah sudah menetapkan bahwa seseorang akan mati pada suatu hari, di suatu tempat, pada jam
sekian, maka orang tersebut pasti akan mati pada saat dan tempat yang sudah ditentukan itu. Ia
tidak akan bisa lari atau bersembunyi dari malaikat Izrail, meskipun ia berada di dalam sebuah
tembok benteng yang sangat kokoh. Allah SWT. berfirman :

Artinya : “Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, meskipun kamu di dalam
benteng yang tinggi lagi kokoh…” (QS. an-Nisa : 78)
2. Takdir Mu’allaq

Dalam Bahasa Arab, mu’allaq artinya sesuatu yang digantungkan. Jadi, takdir mu’allaq berarti
ketentuan Allah SWT yang mengikutsertakan peran manusia melalui usaha atau ikhtiarnya. Dan
hasilnya aakhirnya tentu saja menurut kehendak dan ijin dari Allah SWT. Allah SWT. berfirman :

Artinya : “…Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…” (QS. ar-Ra’d : 11)

Beberapa contoh takdir mu’allaq antara lain adalah kekayaan, kepandaian, dan kesehatan. Untuk
menjadi pandai, kaya, atau sehat, seseorang tidak boleh hanya duduk berpangku tangan menunggu
datangnya takdir tapi ia harus mengambil peran dan berusaha. Untuk menjadi pandai kita harus
belajar; untuk menjadi kaya kita harus bekerja keras dan hidup hemat; dan untuk menjadi sehat kita
harus menjaga kebersihan. Tidak mungkin kita menjadi pandai kalau kita malas belajar atau suka
membolos. Demikian juga kalau kita ingin kaya, tetapi malas bekerja dan suka hidup boros; atau kita
ingin sehat, tetapi kita tidak menjaga kebersihan lingkungan, maka apa yang kita inginkan itu tak
mungkin terwujud.

Sebagaimana ciri orang yang beriman kepada qadha dan qadar di atas, orang yang meyakini takdir
Allah SWT, tidak boleh pasrah begitu saja kepada nasib karena Allah SWT memberikan akal yang bisa
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Allah SWT juga memberikan tubuh dalam
bentuk sebaik-baiknya untuk digunakan sarana berusaha.

Dengan demikian, jelaslah bahwa beriman kepada qadha dan qadar Allah bukan berarti kita hanya
pasrah dan duduk berpangku tangan menunggu takdir dari Allah; melainkan juga berusaha yang giat
sepenuh hati mengubah nasib sendiri, berupaya bekerja dengan keras mencapai apa yang kita
citacitakan

PERNIKAHAN DALAM PANDANGAN ISLAM

PERNIKAHAN DALAM PANDANGAN ISLAM

(Risalah Nikah)

Seiring dengan kemajuan manusia modern, yang ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi, nilai-nilai kebenaran
yang hakiki semakin tergeser dari kehidupan perilaku modern.

Pada akhirnya umat Islam semakin tidak mengerti, memahami, bahkan tidak memperdulikan lagi
terhadap syari'at yang mestinya menjadi panutan dan pegangan bagi mereka (umat Islam).
Pernikahan yang dalam Islam dianggap sebuah kegiatan yang sakral dan telah diberi rambu-
rambunya oleh Allah SWT demi kebaikan manusia itu sendiri, sekarang terasa sekali tidak
dilaksanakan sesuai keinginan Allah sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah saw, bahkan umat
Islam malah condong meniru nilai dan perilaku Barat yang kenyataannya adalah tidak sesuai dengan
syari'at Islam, atau mungkin dengan cara-cara mengikuti nenek moyang mereka; yang kalau tidak
mau dikatakan bid'ah/kurafat, tetapi pada prakteknya banyak yang tidak sesuai dengan syari'at Islam
yang sudah jelas dan berpahala serta mengandung keberkahan dari Allah SWT.

"Katakanlah (Muhammad), "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku ! niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu" dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS.
Ali Imran (3) : 31).

"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebagian dari orang-orang yang diberikan Al
Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman." (QS.
Ali Imran (3) : 100).

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu sehingga kamu mengikuti agama
mereka. Katakanlah:"Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)". Dan
sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahan datang kepadamu, maka
Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu." (QS. Al Baqarah (2) : 120)

"Barang siapa yang membuat-buat dalam urusan (agama) kami ini amalan yang bukan darinya, ia
tertolak." (HR. Bukhari dan Muslim).

Untuk itu, pada kesempatan yang berbahagia ini, kami mencoba mempersembahkan sebuah risalah
tentang pernikahan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw.

Risalah ini hanyalah satu usaha kecil dari sebuah proyek besar dalam

penyadaran umat dan memberikan pemahaman yang benar dalam rangka


pembinaan umat, sehingga ajaran Islam yang begitu kompleks dan luas tidak lagi asing di tengah-
tengah umatnya sendiri, atau bahkan dihujat oleh umat Islam itu sendiri, karena umat yang salah
dalam memahami atau mungkin ketidaktahuannya terhadap ajaran (agama)nya sendiri.

Kami juga berharap dan memohon agar Bapak/Ibu/Saudara/Saudari yang telah membaca dan
memahami risalah ini, agar menularkan pemahamannya kepada saudara dan handai taulan lainnya,
agar mereka tidak salah dalam menyikapi sebuah kegiatan yang sebenarnya ada dalam ajaran Islam.

Atas semua perhatian dan dukungan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari kami ucapkan terima kasih yang
tak terhingga, dan hanya Allah SWT yang dapat membalas dengan balasan yang belipat ganda, amin.

"Barangsiapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan
barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan
seimbangdengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).
Katakanlah:"Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama
yang benar; agama Ibrahim yang lurus; dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang
musyrik". Katakanlah : "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupki dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam, tiada sekutu baginya;dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan
aku adalah orang yang

pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (QS. Al An'am (6) : 160 - 163)

PERNIKAHAN : ANTARA FITRAH & IBADAH

Maha Suci Allah yang telah menciptakan manusia berpasang-pasangan satu dengan yang lainnya,
dan menyatukan keduanya dalam taqwa, serta menumbuhkan darinya rasa tenteram dan kasih
sayang. Shalawat serta salam semoga selalu allah curahkan kepada teladan umat yang telah
mengembalikan harkat manusia kembali pada fitrahnya.

Islam sebagai ajaran yang sesuai dengan fitrah, telah mensyari'atkan adanya pernikahan bagi setiap
manusia. Dengan pernikahan seseorang dapat memenuhi kebutuhan fitrah insaniyahnya
(kemanusiaannya) dengan cara yang benar sebagai suami isteri, lebih jauh lagi mereka akan
memperoleh pahala disebabkan telah melaksanakan amal ibadah yang sesuai dengan syari'at Allah
SWT.
Pernikahan dalam pandangan Islam, bukan hanya sekedar formalisasi hubungan suami isteri,
pergantian status, serta upaya pemenuhan kebutuhan fitrah manusia. Pernikahan bukan hanya
sekedar upacara sakral yang merupakan bagian dari daur kehidupan manusia. Pernikahan
merupakan ibadah yang disyari'atkan oleh Allah SWT melalui Rasul-Nya, maka tidak diragukan lagi
pernikahan adalah bukti ketundukan seseorang kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah tidak membiarkan
hamba- Nya beribadah dengan caranya sendiri. Allah yang Maha Rahman memberikan tuntunan
yang agung untuk melaksanakan ibadah ini, sebagaimana ibadah-ibadah yang lainnya (shalat, puasa,
zakat, haji, dsb.). Maka adalah sebuah kecerobohan, bila hamba-Nya yang ingin melaksanakan
ibadah yang suci ini (nikah) menodainya dengan bid'ah (yang tidak diajarkan oleh Islam) dan khurafat
(hal-hal yang membawa kepada kemusyrikan terhadap Allah), sehingga mencabut status aktivitas itu
dari ibadah menjadi mafsadat/dosa. Adalah sebuah kemestian bagi setiap muslim untuk berusaha
menyempurnakan ibadahnya semaksimal mungkin, tak terkecuali dengan sebuah proses dan
kegiatan pernikahan. Kesemuanya itu dilakukan agar hikmah dan berkah ibadah dari ibadah itu
dapat dirahmati oleh Allah Azza wa Jalla.

RESEPSI PERNIKAHAN (WALIMAH)

Walimah berasal dari kata Al-Walam yang bermakna Al-Jamu' (berkumpul), karena setelah acara
tersebut dibolehkan berkumpul suami isteri. Menurut Ibnu Arabi, istilah walimah mengandung
makna sempurna dan bersatunya sesuatu. Istilah walimah biasanya dipergunakan untuk istilah
perayaan syukuran karena terjadinya peristiwa yang menggembirakan. Lebih lanjut istilah walimah
akhirnya dipakai sebagai istilah untuk perayaan syukuran pernikahan.

Sebahagian ulama berpendapat, bahwa hukum penyelenggaran walimah itu adalah sunnah
muakkadah (dianjurkan) berdasarkan hadits perintah Rasulullah saw kepada Abdurrahman bin Auf.

"Selenggarakanlah walimah, walaupun dengan seekor kambing!"

ADAB WALIMAH
Seperti yang telah diungkap sebelumnya, bahwa pernikahan adalah sebuah acara ritual dan ibadah
yang tentu telah diatur oleh Allah SWT lewat Rasul-Nya, maka yang perlu kita perhatikan dalam
adab-adab terselenggaranya acara tersebut agar tetap dalam ridho Allah SWT, yaitu :

1. Bertujuan untuk melaksanakan ibadah

Tidak dibenarkan melaksanakan walimah dan menghadirinya dengan didasari kepentingan-


kepentingan lain selain untuk mencari ridho Allah SWT, karena hanya dengan niat yang ikhlas-lah
segala amalan kita mendapat pahala dan ridho Allah, sehingga melahirkan keberkahan dalam meniti
kehidupan selanjutnya.

"Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang
tergantung apa yang ia niatkan..." (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Menghindari kemaksiatan

Karena ibadah yang satu ini melibatkan pribadi dan orang lain, maka harus sangat diperhatikan
beberapa hal yang mungkin dapat menimbulkan kemaksiatan yang sengaja, maupun tanpa sengaja
dilakukan oleh pelaksana, maupun undangan yang datang, untuk itu ada beberapa catatan yang
harus diperhatikan sehingga kita terbebas dari kemaksiatan kepada Allah; Sang Pencipta kita :

a. Jangan melupakan fakir miskin dalam mengundang tamu.

"Makanan paling buruk adalah makanan dalam walimah, dimana orang- orang kaya diundang
makan, sedangkan orang-orang miskin tidak diundang." (HR. Muslim dan Baihaqi)

b. Menghindari perbuatan syirik dan khurafat.

Dalam masyarakat kita terdapat banyak kebiasaan dan hal-hal yang dilandasi oleh kepercayaan
terhadap selain Allah SWT, walaupun sering kita mendengar bahwa hal-hal tersebut hanya
perantara, tetapi tetap karena Rasul-Nya tidak mencontohkan, bahkan Allah SWT telah jelas- jelas
melarangnya, maka jangan dilaksanakan.
"Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada
beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan." (QS. Al
Jin (72) : 6)

"Barang siapa mendatangi dukun atau peramal, dan percaya kepada ucapannya, maka ia telah
mengkufuri apa yang telah diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw." (HR. Abu Daud)

"Barang siapa membatalkan maksud keperluannya karena ramalan hari

mujur, maka ia telah syirik kepada Allah." (HR. Ahmad).

c. Tidak bercampur baur antara tamu pria dan wanita.

Hikmah tidak bercampur baurnya antara tamu pria dan wanita adalah untuk menghindari terjadinya
zina mata dan zina hati; dan inilah tindakan preventif (pencegahan) dari perbuatan selanjutnya.

"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan
suatu jalan yang buruk." (QS. Al Israa' (17) : 32)

Katakanlah kepada laki-laki yang beriman:"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan


memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". Katakanlah kepada wanita yang beriman:"Hendaklah
mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka
menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka.Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung kedada mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali
kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera- putera mereka,
atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara laki-
laki mereka, atau putera- putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-
budak yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.Dan janganlah mereka
memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.Dan bertaubatlah
kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An Nuur (24) : 30 - 31)
Perlu diingat menahan sebagian pandangan ini berarti bukan selalu menunduk, tetapi menahan
pandangan dari apa-apa yang dilarang oleh Allah SWT untuk dilihat oleh kita.

"Dua mata itu bisa berzina, dan zinanya ialah melihat (yang bukan mahramnya)." (HR. Bukhari)

Dan salah satu bentuk yang bisa menimbulkan gejolak syahwat dan menghantarkan kepada
perzinaan (hati/persetubuhan) adalah berjabat tangan antara orang yang bukan mahramnya.

"Barang siapa yang berjabat tangan dengan selain mahramnya maka akan mendapat murka dari
Allah Azza wa Jalla." (HR. Ibnu Baabawih)

Untuk membantu terlaksananya hal tersebut di atas, maka sangat diperlukan sebuah pelengkap agar
kita (para tamu) dapat menjaga pandangan pada apa yang Allah larang; yaitu dengan pemisahan
ruangan tamu untuk pria dan wanita atau memakai hijab (tirai) antara tamu wanita dan pria,
sebagaimana Rasulullah contohkan pada waktu Rasulullah menikah dengan Zainab binti Jahsyi di
Madinah, yang merupakan sebab turunnya surat Al Ahzab atau 53.

Hal ini jangan dianggap hal yang mengada-ada dan asing, karena telah dijelaskan di awal, bahwa
walimah merupakan sebuah aktifitas dari sekian aktifitas yang termasuk ibadah, maka iapun sama
dengan ibadah- ibadah yang lainnya memiliki aturan main; contoh nyata adalah shalat, dimana
dalam shalat terjadi pemisahan antara pria dan wanita; juga kegiatan pengajianpun demikian, jadi
sangat wajar dan sebuah ajaran dari Allah yang Maha Mengetahui kekurangan dan kelebihan
manusia serta mengetahui apa yang terjadi bila manusia hanya berpijak pada prasangka dan
keyakinannya; yang pada dasarnya manusia itu makhluk yang lemah dan tidak mengetahui yang
ghaib dan akibat dari perbuatannya.

Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang
(kehidupan) akhirat adalah lalai. (QS. Ar Ruum (30) : 7)

Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; maka siapakah
yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang
penolongpun. (QS. Ar Ruum (30) : 29)

d. Menghindari hiburan yang merusak nilai ibadah.


Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk
menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-
olokan.Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. (QS. Luqman (31) : 6)

e. Menghindari dari perbuatan mubazir.

Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang
yang dalam perjalanan:dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah
sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS. Al Israa' (17) : 27)

f. Saling menghormati dan berkata yang baik.

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata baik, barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah menghormati tetangganya, barangsiapa yang
beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah menghormati tamunya." (HR. Bukhari dan Muslim)

g. Memberikan ucapan selamat dan mendo'akan kedua mempelai.

Disunnahkan kita untuk mengucapkan do'a ketika kita berjabat tangan dengan sang pengantin.

"Apabila salah seorang saudaramu menikah ucapkanlah :

"Baarokallohu laka, wabaaroka 'alaika, wa jama'a bainakuma fii khoir" artinya : "Semoga Allah SWT
memberkahimu dan mudah-mudahan Allah mengekalkan berkah atasmu serta menghimpun kalian
berdua di dalam kebaikan." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).

Atau do'a Rasulullah kepada Ali bin Abi Thalib ketika menikah dengan Fatimah Az-Zahrah (putri
Rasulullah) :
"Semoga Allah mengimpun yang terserak dari kalian berdua, memberkahi kalian berdua; dan kiranya
Allah meningkatkan kualitas keturunannya, menjadikan pembuka rahmat, sumber ilmu dan hikmah,
pemberi rasa aman bagi umat."

ADAB MAKAN PADA ACARA WALIMAH

1. Tidak berlebih-lebihan

"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah,
dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-
lebihan." (QS. Al A'raaf (7) :31)

2. Menggunakan tangan kanan

"Dari Khafsah, bahwasanya Rasulullah telah menggunakan tangan kanan sewaktu makan dan minum
serta berpakaian, sedang tangan lainnya untuk selain itu." (HR. Abu Daud)

3. Jangan makan-minum sambil berdiri

"Dari Anas, bahwasanya Nabi saw telah melarang seseorang sambil berdiri, Qatadah bertanya
kepada Anas : "Bagaimana jika makan sambil berdiri?" jawabnya : "Tentunya yang demikian itu
sangat buruk dan jahat." (HR. Muslim)

Demikianlah risalah ini kami susun, mudah-mudahan kita dapat memahaminya dengan pemahaman
yang benar tanpa dilandasi prasangka buruk dalam mempelajari Al Islam yang sangat sempurna
(mencakup segala aspek) dalam ajarannya, sehingga kita dapat mengamalkannya secara konsisten
dan konsekuen, amin.

------------------------------------------------------------------
Abu Muhammad Abdullah bin Amr bin Ash ra, berkata, bahwa Rasulullah bersabda : "Tidak beriman
seseorang sehingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa." Hadits Shahih dalam kita Al
Hujjah

"Apapun yang aku larang untuk kalian, jauhilah ! dan apapun yang aku perintahkan untuk kalian
lakukan, kerjakanlah semampu kalian ! Sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum
kalian adalah banyaknya pertanyaan dan perselisihan mereka terhadap nabi-nabi mereka." HR.
Bukhari dan Muslim PENGERTIAN FAWATIHUS SUWAR DAN KHATIMUS SUWAR

Pengertian Fawatihus Suwar.

Secara etimilogis, fawatih al Suwar berartipembukaan-pembukaan surat, karena posisinya berada di


awalsurat-surat dalam Al Qur’an. Apabila dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah, huruf tersebut sering
dinamakan dengan Ahruf Muqatta’ah (huruf-huruf yang terpisah) karena posisi dari huruf tersebut
yang cenderung menyendiri dan tidak bergabung membentuk suatu kalimat secara kebahasaan. Dari
segi pembacaannya pun, tidaklah berbeda dari lafazh yang diucapkan pada huruf hijaiyah. Manna
Khalil Al Qhatthan dalam kitabnya Mabahits fi ulumil Qur’an mengidentikan fawatihus suwardengan
huruf-huruf yang terpisah (Al ahruful muqotho’ah). Menurut Ibnu Abi Al Asba’, seperti dikutip
Ahmad bin Musthafa, bahwa pembuka-pembuka surat itu untuk menyempurnakan dan
memperindah bentuk-bentuk penyampaian, dengan sarana pujian atau melalui huruf-huruf.

Pengertian Khawatimus Suwar

Khawatim merupakan bentuk jamak dari kata khatimah, yang berarti penutup atau penghabisan.
Secara bahasa, khawatim al-suwar berarti penutup surat-surat Al Qur’an. Menurut istilah khawatim
al-suwar adalah ungkapan yang menjadi penutup dari surat-surat al Qur’an yang memberi isyarat
berakhirnya pembicaraan sehingga merangsang untuk mengetahui hal-hal yang dibicarakan
sesudahnya.

MACAM-MACAM FAWATIHUS SUWAR DAN KHAWATIMUS SUWAR


Berikut adalah pemaparan yang diutarakan oleh Al Qasthalani :

a. Pembukaan dengan pujian kepada Allah (al-istiftahbil al tsana). Pujian kepada Allah ada dua
macam, yaitu :

1) Menetapkan sifat-sifat terpuji dengan menggunakan salah satu lafal berikut :

Memakai lafal hamdalah yakni dibuka dengan‫ الحمدهلل‬, yang terdapat dalam 5 surat yaitu : Q.S. Al
Fatihah, Al An’am, Al Kahfi, Saba, dan Fathr.

Memakai lafal ‫تبارك‬, yang terdapat dalam 2 surat yaitu : Q.S. Al Furqon dan Al Mulk.

2) Mensucikan Allah dari sifat-sifat negatif (tanzih‘ans sifatin naqshin) dengan menggunakan lafal
tasbih terdapat dalam 7 surat yaitu : Q.S. Al Isra, al A’la, al Hadid, al Hasyr, as shaff, al jum’ah, dan at
Taghabun.

b. Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus-putus (Al AhrufulMuqoto’ah).

c.Pembukaan dengan panggilan (al istiftah bin nida).

d.Pembukaan dengan kalimat (jumlah) khabariyah (al istiftah bi al jumal al khabariyah).

Jumlah khabariyah dalam pembukaan surat ada dua macam, yaitu :

Jumlah Ismiyyah

Jumlah Fi’liyyah

e. Pembukaan dengan sumpah (al istiftah bil qasam).

f. Pembukaan dengan syarat (al istiftah bis syarat).

g. Pembukaan dengan kata kerja perintah (al istiftah bil amr).

h. Pembukaan dengan pertanyaan (al istiftah bil istifham).

i. Pembukaan dengan do’a (Al Istiftah bid du’a).

j. Pembukaan dengan alasan (al istiftah bit ta’lil).


NO.

FAWATIH AL-SUWAR

NAMA SURAT

1.

‫الم‬

Al-Baqarah, Ali Imran, al-Ankabut, al-Rum, Luqman dan al-Sajadah

2.

‫المص‬

Al-A’raf

3.

‫الر‬

Yunus, Hud, Yusuf, Ibrahim, al-Hijr

4.
‫المر‬

Al-Ra’d

5.

‫كهيعص‬

Maryam

6.

‫طه‬

Tha ha

7.

‫طس‬

Al-Naml

8.

‫طسم‬

Al-Syu’ara, al-Qashash
9.

‫يس‬

Ya Sin

10.

‫ص‬

Shad

11.

‫حم‬

Al-Mu’min, Fushshilat, al-Zukhruf, al-Dukhan, al-Jatsiyah, al-Ahqaf

12.

‫حمعسق‬

Al-Syura

13.

‫حق‬
Qaf

13.

‫ن‬

Al-Qalam

Macam-macam Khawatimus Suwar

Imam As Suyuthi dalam membahas khawatim al-suwar tidak begitu rinci sebagaimana menerangkan
fawatihus suwar. Ia menerangkan beberapa bentuk term sebagai penutup dari surat-surat tersebut.
Di situ diterangkan bahwa penutup surat diantaranya berupa : do’a, wasiat, faroidl, tahmid, tahlil,
nasihat-nasihat, janji dan ancaman, dll.

Menurut sementara penelitian terhadap penutup surat-surat al Qur’an sedikitnya Kahawatimus


suwar ada 18 macam yaitu :

a. Penutup dengan mengagungkan Allah (At Ta’dzim) terdapat dalam 17 surat, yaitu : 1). Q.S. Al
Maidah, 2). Al Anfal, 3). Al Anbiya, 4). An Nur, 5). Lukman, 6). Fathr, 7). Fushilat. 8). Al Hujurat, 9). Al
Hadid, 10). Al Hasyr, 11). Al Jum’ah, 12). Al Munafiqun, 13). At Thaghabun, 14).At Thalaq, 15). Al Jin,
16). Al Mudatsir, 17). Al Qiyamah, dan 18). At tin.

b. Penutupan dengan anjuran ibadah dan tasbih, terdapat dalam 6 surat, yaitu : 1). Q.S. al A’raf, 2).
Hud, 3). Al Hijr, 4). At Thur, 5). An Najm, dan 6). Al ‘Alq.

c. Penutupan dengan pujian (at Tahmid). Terdapat dalam 11 surat. Yakni : 1). Q.S. Al Isra, 2). An
Naml, 3). Yasin, 4). As Shaff, 5). As Shafat, 6). AzZumar, 7). Al Jatsiyah, 8). ArRahman, 9). Al Waqi’ah,
10). Al Haqqah, dan 11). AnNashr.

d. Penutupan dengan do’a, terdapat dalam 2 surat, yaitu : 1) Q.S. Al Mu’minun, 2). Al Baqoroh.

e. Penutupan dengan wasiat, terdapat dalam 7 surat, yaitu : 1). Ar Rum, 2). Ad Dukhan, 3). As Shaff,
4). Al A’la, 5). Al Fajr, 6). Ad Duha, 7). Al ‘Ashr.
f. Penutupan dengan perintah dan masalah taqwa, terdapat dalam 3 surat, yaitu : Q.S. Ali Imron, An
Nahl, dan Al Qomar.

g.Penutupan dengan masalah kewarisan, terdapat dalam surat : Q.S. AnNisa.

h. Penutupan dengan janji dan ancaman, di antaranya terdapat dalam surat : Q.S. Al Mujammil, Al
Humazah, dll.

i. Penutupan dengan hiburan bagi Nabi saw, terdapat dalam Q.S. Al Kautsar, Al Kafirun, dll.

j. Penutupan dengan sifat-sifat Al Qur’an, seperti dalam surat : Q.S. Yusuf, Q.S. Shad, dan Q.S. Al
Qolam.

k.Penutupan dengan bantahan (al jadl), terdapat dalam surat : Q.S. ArRa’d.

l. Penutupan dengan ketauhidan, terdapat dalam surat : Q.S. At Taubah, Q.S. Ibrahim, Q.S. Al Kahfi,
Q.S. Al Qashash, dll.

m.Penutupan dengan kisah, terdapat dalam surat : Q.S. Maryam, at Tahrim, ‘Abasa, dan Al Fil.

n.Penutupan dengan anjuran jihad, terdapat dalam surat : Q.S. Al Haj.

o. Penutupan dengan perincian maksud, seperti terdapat dalam surat : Q.S. Al Fatihah, As Syu’ara,
At Takwir, dll.

p. Penutupan dengan pertanyaan, seperti dalam surat : Q.S. Al Mulk dan Al Mursalat.

Kontroversi seputar Al-Ahraf Al-Muqatha’ah

Dalam Al-qur’an terdapat 29 surat yang diawali dengan huruf-huruf muqatha’ah,yaitu huruf-huruf
yang membentuk sebuah kalimat yang tidak bisa diartikan dan dipahami,namun huruf–huruf ini
merupakan rahasia dari rahasia-rahasia yng terkandung dalam al-qur’an yang hanya Allah yang tahu.

PENDAPAT PARA MUFASSIR

Para mufassir berbeda pendapat tentang pengertian dari huruf-huruf muqatha’ah dalam al-qur’an al
karim seperti dalam tafsir ibnu katsir bahwa para mufassir berbeda pendapat dalam arti huruf
muqatha’ah, huruf muqatha’ah merupakan yang termasuk rahasia dari ilmu Allah dan hanyalah
Allah yang tahu akan hakikat tersebut,begitu juga pendapat tersebut tertulis dalam kitab aysar
tafasir.
Adapun dalam tafsir al mizan disebutkan 11 pendapat para mufassir tentang huruf muqatha’ah yang
dinukilkan dari thabrasi dalam majma’ul bayan, dan berikut poin-poin penting tentang pendapat
para mufassir: ia merupakan mutasyabihaat (yang tidak diketahu artinya) dan tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Allah SWT. Merupakan nama dari surat yang jatuh padanya huruf
tersebut.seperti alif lam mim,maka ia merupakan nama lain dari surat al-baqarah. Ia merupakan
nama dari nama-nama Al-qur’an secara keseluruhan.

ia merupakan nama dari nama-nama Allah. Ia merupakan nama-nama Allah yang terpotong,dan
akan menjadi nama Allah jikalau digabung,seperti alif lam ra’,ha mim,nun maka akan menjadi Ar-
rahman seperti diriwayatkan dari sa’id ibnu jabir.

dalam al-amtsal diriwayatkan hadits dari imam Husain as: “para kaum kafir quraisy dan yahudi tidak
mempercayai Al-qur’an dan meeka berkata ‘ini merupakan sihir’ maka Allah berfirman :”alif lam
mim….dst, (dalam surat al-baqarah)dan wahai Muhammad ini merupakan kitab yang aku turunkan
padamu ialah huruf muqatha’ah yaitu alif, lam, mim.dan merupakan huruf-huruh dari bahsa
kalian,maka datangkanlah yang seperti itu jika kalian banar”

Huruf muqatha’ah yang terdapat diawal surat maryam didalam al-amstal disebutkan bahwa huruf-
huruf muqatha’ah tersebut mengandung arti nama dari nama Allah yaitu kaf (kafii) berarti maha
mencukupi ha’ (hādi) berarti petunjuk ya’ (waliy) ‘ain (alīm) berarti maha mengetahui dan shad
(shadiqul wa’di) berarti maha menepati janji.

Namun sebagian mufassir menafsirkan huruf-huruf ini pada peristiwa yang menimpa Al-husain as di
karbala dengan pengertian ha’ berarti halaka itrah annabiy musibah agung yang menimpa keluarga
nabi SAW, ya’ berarti yazid,pemerintah dhalim yang berkuasa di zaman al-husain,’ain berarti athasy,
kehausan yang menimpa Al-husain dan keluarganya di karbala, shad berarti shabar, kesabaran yang
sangat agung Al-husain, keluarganya dan sahabatnya demi menegakkan islam yang dibawa rasulullah
SAW. Huruf muqatha’ah ada pada awal surat,dan setelahnya sebagian banyak menerangkan
keagungan Al-qur’an, dan hal ini menunjukkan bahwa huruf tersebut sebagai bukti dari keagungan
al-qur’an sebagai mukjizat sepanjang zaman,dan tak ada yang mampu menandinginya.

Urgensi Studi Fawatihus Suwar

Al-Qur’an memiliki banyak keistimewaan dari segi makna dan kebahasaan. Fawatihus suwar
merupakan salah satu realitas keistimewaan misterius yang terdapat di dalam Al Qur’an. Pemaparan
tentang Fawatihus suwar khusunya menyangkut al huruf al muqatta’ah tidak banyak bahkan hampir
tidak ada yang berhasil mengungkap latar belakang ataupun keterangan yang valid yang secara
historis bisa membuktikan hubungan-hubungan fawatihus suwar.

Dari segi makna, memang banyak sekali penafsiran-penafsiran spekulatif terhadap huruf-huruf itu.
Dikatakan spekulatif, karena penafsiran-penafsiran mengenai hal itu tidak didahului pengungkapan
konteks historisnya. Lain halnya dengan fawatihus suwar dalam bentuk lain misalnya Al Qasam
(sumpah), An Nida’ (seruan), Al Amr (perintah), Al Istifham (pertanyaan) dan lain-lain. Para pengkaji
lebih bergairah menyajikannya, seperti kitab tafsir Bintusy Syathi’. Pesan-pesan moralnya juga lebih
bisa dimaknai secara rasional.

Urgensi telaah terhadap Fawatihus suwar tidak terlepas dari konteks penafsiran Al Qur’an.
Penggalian-penggalian makna yang terlebih dahulu memalui karakter bab ini akan memberikan
nuansa tersendiri, baik yang didasarkan kepada data historis yang kongkrit ataupun penafsiran yang
menduga-duga. Lebih dari itu kita tentu meyakini eksistensi Al Qur’an kebesarannya, keagungannya,
juga rahasia kemu’jizatannya. Penjelasan Hukum Mad Beserta Contohnya

1. Mad T habi’i ( ‫) َم ْد َط ِبيعِي‬

Apabila ada alif ( ‫ ) ا‬terletak sesudah fathah atau ya’ sukun ( ‫ ) ي‬sesudah kasrah ( ―ِ ) atau wau ( ‫) و‬
sesudah dhammah ( ―ُ ) maka dihukumi mad thabi’i . Mad artinya panjang , thabi’i artinya : biasa.

Cara membacanya harus sepanjang dua harakat atau disebut satu alif contoh :

‫ س ِم ْي ٌع‬- ‫ َيقُ ْو ُل‬- ٌ‫ك َتا ب‬

2. Mad Wajib Muttashil ( ‫) َم ْد َوا ِجبْ ُم َّتصِ ْل‬

Apabila ada mad thabi’i bertemu dengan hamzah ( ‫ ) ء‬didalam satu kalimat atau kata. Cara
membacanya wajib panjang sepanjang 5 harakat atau dua setengah kali mad thabi’i ( dua setengah
alif ).

Contoh : ‫ ِجيْ َء‬- ‫ َجآ َء‬- ‫َس َوآ ٌء‬

3. Mad Jaiz Munfashil ( ‫) َم ْد َجائِز ُم ْن َفصِ ْل‬

Apabila ada mad thabi’i bertemu dengan hamzah (‫ ) ء‬tetapi hamzah itu dilain kalimat . Jaiz artinya :
boleh . Munfashil artinya terpisah .

Cara membacanya boleh seperti mad wajib muttashil, dan boleh seperti mad thobi’i saja .

Contoh : ‫َوﻻَأ ْن ُت ْم ِب َما أ ُ ْن ِز َل‬

4. Mad Lazim Mutsaqqal Kilmi ( ‫) َم ْدﻻَ ِز ْم ُم َث َّق ْل ك ِْلمِي‬

Apabila ada mad thabi’i bertemu dengan tasydid di dalam satu perkataan, maka cara membacanya
harus panjang selama 3 kali Mad Thabi’i atau 6 harakat.
Contoh : ‫ّاخ ُة‬ َ ِّ‫َوﻻَالضَّآل‬
َ ‫ين اَلص‬

5. Mad Lazim Mukhaffaf Kilmi ( ‫) َم ْدﻻَ ِز ْم م َُخ َّفف ك ِْلمِي‬

Apabila ada mad thobi’I bertemu dengan huruf mati (sukun), maka cara membacanya sepanjang 6
harakat .

Contoh ‫آﻻَن‬

6. Mad Layyin ( ‫) َم ْد لَين‬

Apabila ada wau sukun ( ‫ ) و‬atau ya’ sukun ( ‫ ) ي‬sedang huruf sebelumnya yaitu berharakat fathah,
maka cara membacanya sekedar lunak dan lemas .

Contoh : ٌ‫َريْبٌ َخ ْوف‬

ِ ‫) َم ْد‬
7. Mad ‘Aridl Lissukun ( ‫عارضْ لِلسُّكوُ ِن‬

Apabila ada waqaf atau tempat pemberhentian membaca sedang sebelum waqaf itu ada Mad
Thobi’i atau Mad Lein, maka cara membacanya ada 3 macam :

a. Yang lebih utama dibaca panjang seperti mad wajib muttashil ( 6 harakat ).

b. Yang pertengahan dibaca empat harakat ya’ni du kali mad thobi’i..

c. Yang pendek ya’ni boleh hanya dibaca seperti mad thobi’i biasa .

ِ ‫بَصِ ْي ٌر َخالِد ُْو َن وال َّن‬


Contoh : ‫اس َس ِم ْي ٌع‬

8. Mad Shilah Qashirah ( ‫) َم ْد صِ لَة َقصِ ي َْرة‬

Apabila ada haa dhamir ( ‫ ) ﻪ‬sedang sebelum haa tadi ada huruf hidup (berharakat), maka cara
membacanya harus panjang seperti mad thobi’i.

Contoh : ‫ان ﻻَ َش ِريْك لَ ُه‬


َ ‫ِا َّن ُه َك‬

9. Mad Shilah Thawilah ( ‫) َم ْد صِ لَة َط ِو ْيلَة‬

Apabila ada Mad Qashirah bertemu dengan hamzah ( ‫) ء‬, maka membacanya seperti Mad Jaiz
Munfashil .

Contoh : ُ‫عِ ْن َدهُ ِاﻻَّ ِب ْاذنِه لَ ُه اَ ْخلَ َده‬


10. Mad ‘ Iwadl ( ‫) َم ْد عِ َوض‬

Apabila ada fathatain yang jatuh pada waqaf (pemberhentian) pada akhir kalimat, maka cara
membacanya seperti mad thobi’i.

Contoh : ‫َسم ْيعًا َبصيْرً ا َعلِ ْيمًا َحكِيمًا‬

11. Mad Badal ( ‫) َم ْد َب َد ْل‬

Yaitu apabila ada hamzah ( ) bertemu dengan Mad , maka cara bacanya seperti Mad Thobi’i.

Contoh : ٌ‫آ َد َم إيْماَن‬

Badal artinya ganti. Karena yang sebenarnya huruf mad yang ada tadi asalnya hamzah yang jatuh
sukun kemudian diganti menjadi ya atau alif atau wau .

‫ آ َد َم‬asalnya ‫أَ ْأ َد َم‬

‫ ِٳ ْي َمان‬asalnya ٌ‫ِٳ ْئ َمان‬

12. Mad Lazim Harfi Musyabba’ ( ‫الز ْم َحرْ فِ ُم َشبَّع‬


ِ ‫) َم ْد‬

Yaitu apabila pada permulaan surat dari Al-Qur’an terdapat salah satu atau lebih Dari antara huruf
yang delapan, ya’ni

‫ ق – ص – ع – س – ل – ك – م‬- ‫ ن‬, cara membacanya seperti

Mad Lazim yaitu 6 harakat .

Contoh : ‫َوالقلَم آلم ن يس‬

13. Mad Lazim Harfi Mukhaffaf ( ‫الزم َحرفِ م َُخ َّفف‬


ِ ‫) َم ْد‬

Yaitu apabila ada permulaan surat dari Al-Qur’an ada terdapat salah satu atau lebih dari antara huruf
yang lima ya’ni :

‫ر‬-‫ﻫ‬-‫ح–ي–ط‬

Cara bacanya seperti mad thobi’i Contoh :

‫حم الم‬

14. Mad Tamkien ( ‫ ) َم ْد َت ْم ِكيْن‬Yaitu :


Apabila ada ya’ sukun ( ْ‫ ) ي‬yang didahului dengan ya’ yang bertasydid dan harakatnya kasra, dan
cara membacanya ditepatkan dengan t

Contoh : ‫ال َن ِب ّيي َْن حُي ِّي ْي ُت ْم‬

15. Mad Farq ( ‫) َم ْد َفرْ ق‬

Yaitu bertemunya dua hamzah yang satu hamzah istifham dan yang kedua hamzah washol pada lam
alif ma’rifat, cara membacanya sepanjang 6 harakat .

َّ ‫قُ ْل ٰءاﷲُ اذ َِن لَ ُك ْم ٰٰءاﷲُ َخ ْي ٌراَمّا ُي ْش ِر ُكون قُ ْل ٰٰء‬


ِ ‫الذ َك َري‬
Contoh : ‫ْن‬

endahuluan

Arab Pegon (Pego) asalnya berasal dari huruf Arab Hijaiyah, yang kemudian disesuaikan dengan
aksara (abjad) Indonesia (Jawa). Kata pegon dalam kamus Bausastra mempunyai arti tidak murni
Bahasa Jawa.

Huruf Pegon lahir dikalangan pondok pesantren untuk memaknai atau menerjemahkan kitab – kitab
berbahasa Arab kedalam bahasa Jawa/Indonesia untuk mempermudah penulisannya, karena
penulisan Arab dimulai dari kanan ke kiri begitu pula menulisan Pegon, sedangkan penulisan Latin
dimulai dari kiri ke kanan.

Menurut satu pendapat, penemu huruf Pegon adalah Sunan Ampel1, sedangkan menurut pendapat
lain Imam Nawawi2 Banten, hal ini dikuatkan dari sejarah pada masa penjajahan banyak sekali
terjadi penindasan, perampasan hak dan penyiksaan. Maka timbulah “Gerakan Anti Penjajah”.
Pemberontakan terhadap pemerintahan penjajah terjadi dimana – mana, termasuk didalamnya
kaum muslimin sampai – sampai para ‘ulama dan kyai berfatwa “haram memakai apapun dari
penjajah” termasuk tulisannya. Dalam situasi ini, dengan cerdas Imam Nawawi menyesuaikan
bahasa Jawa dengan huruf – huruf Arab yang dinamakan aksara Pegon (Pego).

Demikianlah sedikit uraian arti, penemu dan latar belakang ditemukannya aksara Pegon. Selanjutnya
akan diuraikan kaidah menulis dan membaca aksara Pegon yang diambil dari buku “Pakem Tanah
Jawa Induk Ramalan dan Kisah Ekspedisi Syeikh Subakir3 ke Pulau Jawa” dengan sedikit perubahan.
Agar penulisan Pegon kita (para SayThon) dapat diseragamkan.

Sastra Pegon

Huruf Hijaiyyah
‫الخ‬........ ‫ا ب ت ث ج ح خ‬

Aksara Arab yang diambil untuk aksara Pegon

‫اب ت ج د ر س ط ع ف ك ل م ن و ه ي‬

Transkripsi huruf Pegon kedalam huruf Jawa dan Latin (abjad)

No

Aksara Jawa

Aksara Latin

Aksara Pegon

01

Ha

H/A

‫ أ‬/‫ه‬

02

Na

‫ن‬

03

Ca

‫چ‬

04

Ra

‫ر‬

05

Ka

K
‫ك‬

06

Da

‫ڎ‬

07

Ta

‫ت‬

08

Sa

‫س‬

09

Wa

‫و‬

10

La

‫ل‬

11

Pa

‫ڤ‬

12

Dha

Dh
‫ڎ‬

13

Ja

‫ج‬

14

Ya

‫ي‬

15

Nya

Ny

‫ۑ‬

16

Ma

‫م‬

17

Ga

‫ڮ‬

18

Bha

‫ب‬

19

Tha

Th
‫ط‬

20

Nga

Ng

‫ڠ‬

Huruf Pegon ini merupakan huruf konsonan sebelum digandeng dengan huruf vokal dan sandangan
huruf lain. Untuk menjadikan huruf vokal maka harus ditambahkan huruf vokal yaitu :

Alif (‫ )ا‬: untuk bunyi A

Ya (‫ )ي‬: untuk bunyi I

Wawu (‫ )و‬: untuk bunyi u

Serta harus ditambah sandangan (bantu) yaitu fathah (َ) , pȇpȇt (~) dan Hamzah (‫)ء‬.

Kaidah – kaidah aksara Pegon

Huruf JIM (‫ )ج‬ditambah 2 titik menjadi/dibaca CA/C

Huruf FA (‫ )ف‬ditambah 2 titik menjadi/dibaca PA/P

Huruf DAL (‫ )د‬diberi 3 titik di atas menjadi/dibaca DHA/DH

ket : titik diletakkan diatas untuk keseragaman dengan ‫ذ‬

Huruf YA (‫ )ي‬ditambah 2 titik menjadi/dibaca NYA/NY

Huruf KAF (‫ )ك‬ditambah 3 titik dibawah menjadi/dibaca GA/G

Huruf AIN (‫ )ع‬ditambah 3 titik diatas menjadi/dibaca NGA/NG

ket : titik diletakkan diatas agar seragam dengan ‫غ‬

Huruf HA aksara Pegonya ada dua yaitu HA (‫ )ه‬dan alif (‫)ا‬, karena HA dapat dibaca A contoh hayu
dibaca ayu, hana dibaca ana.

Huruf Pegon ditambah alif (‫ )ا‬berbunyi A, contoh ‫ها‬/‫ أ‬maka dibaca ha/a

Huruf Pegon diberi alif (‫ )ا‬berbunyi Ó (dalam bahasa Jawa) seperti bunyi O pada kata Gógó (tanaman
padi pada lahan kering) dan berbunyi A dalam bahasa Indonesia, namun di beberapa daerah Jawa
sering juga dibaca A :

‫ ا‬+ ‫ ه‬dibaca HO dalam bahasa Jawa

HA dalam bahasa Indonesia


Contoh : ‫ سورابايا‬Suroboyo : Jawa

Surabaya : Indonesia.

Huruf Pegon ditambah YA (‫ )ي‬berbunyi I contoh

‫ ني‬: ‫ ي‬+ ‫ ن‬dibaca NI

‫ جي‬: ‫ ي‬+ ‫ج‬dibaca JI

‫ كي‬: ‫ي‬+‫ ك‬dibaca KI

Contoh : NIKI ditulis ‫نيكي‬

Huruf Pegon diberi tambahan Wawu (‫ )و‬berbunyi U

‫ أو‬: ‫ و‬+ ‫ أ‬dibaca U

‫ هو‬: ‫ و‬+ ‫ ه‬dibaca HU

‫ نو‬: ‫ و‬+ ‫ ن‬dibaca NU

Contoh : KUKU ditulis ‫كوكو‬:

Huruf Pegon di Fathah dan digandeng dengan (‫ )ي‬dibaca É, seperti E pada kata énak, pédé, saté.

‫ اَي‬: ‫ي‬+ َ‫ ا‬dibaca E

‫ َهي‬: ‫ي‬+ ‫ َه‬dibaca HE

‫ َني‬:‫ ي‬+ ‫ َن‬dibaca NE

Contoh : Enak : ‫اَيناك‬

Juga dibaca Ё seperti pada kata peyek, remeh, teh, namun dalam bahasa Indonesia tetap dibaca É.

Contoh : Peyek : ‫ڤيييك‬

Huruf Pegon di Fathah dan digandeng dengan Wawu (‫ )و‬untuk bunyi O, seperti pada kata ijo, bojo,
loro, soto.

‫ اَو‬: ‫و‬+ َ‫ ا‬dibaca O

‫ َنو‬: ‫و‬+ ‫ َن‬dibaca NO

‫ َهو‬: ‫و‬+ ‫ َه‬dibaca HO

َ َ‫وجو ل‬
Contoh : Bojo loro : ‫ورو‬ َ ‫َب‬

Soto Babat : ‫َسو َتو بابات‬


Huruf Pegon diberi sandangan Pȇpȇt (~) atau tidak diberi sandangan apapun dibaca Ê seperti bunyi e
pada kata sejuk, seger, semar, semangka.

‫ آ‬atau ‫ ا‬dibaca E

‫ ۿ‬atau ‫ ه‬dibaca HE

‫ ن‬atau ‫ ن‬dibaca NE

Contoh : Negara :‫ نڮارا‬atau ‫نڮارا‬

Semangka : ‫سماڠكا‬atau ‫سماڠكا‬

Penulisan Sastra Pegon dengan konsonan rangkap

Penulisan konsonan rangkap pengucapannya seolah – olah ada bunyi E (Pȇpȇt), maka jika diucapkan
perlahan – lahan akan terasa bunyi E (Pȇpȇtnya).

Contoh :

Program, jika dibaca perlahan akan terasa perogram.

Struktur, jika dibaca perlahan akan terasa seteruktur.

Cara penulisan konsonan rangkap dengan Huruf Pegon adalah dengan mengembalikan bunyi E
(Pȇpȇt) yang seolah – olah ada pada konsonan rangkap tersebut.

Contoh :

Kata program maka jika ditulis Pegon menjadi ‫ڨروڮرام‬,

Praduga menjadi ‫ڨراڎوڮا‬.

Struktur menjadi ‫ ستروكتور‬.

Kaidah Hamzah (alif) diawal kalimah

Alif diberi Hamzah diatas dibaca A/O contoh : ono ditulis ‫أنا‬.

Alif diberi Hamzah dibawah dibaca I contoh : ini ditulis ‫إني‬.

Alif diberi Hamzah diatas dan Wawu (‫ )أو‬dibaca U contoh : udara ditulis ‫أوڎارا‬

Alif diberi Hamzah dibawah dan Ya’ (‫ )ي‬dibaca E, contoh : Enak ditulis ‫يناكإ‬

Alif tanpa Hamzah dan Wawu dibaca O contoh : Orang ditulis : ‫اوراڠ‬

Alif tanpa Hamzah, tanpa Wawu dan tanpa Ya’ dibaca E, contoh elang ditulis ‫االڠ‬

Alif diberi Hamzah diatas dan Ya’ dibaca E. Contoh : Epson ditulis ‫أيڨسان‬

Catatan :
Kaidah menyambung Huruf – huruf Pegon sama dengan kaidah menyambung huruf – huruf
Hijaiyyah.

Bahasa Indonesia atau Jawa yang diserap dari bahasa Arab tetap ditulis aslinya. Contoh : kata "Islam"
harus ditulis ‫ اسالم‬bukan ‫ ايسالم‬, kata “Batin” ditulis ‫ باطن‬bukan ‫باطين‬.

Penutup

Demikian kaidah – kaidah yang dapat kami sampaikan, apabila ada kesalahan atau kekurangan
dalam penulisan maupun penyampaian harap segera melapor yang bersangkutan. Semoga
bermanfa’at apa yang kita pelajari bersama ini. Amien.

1 Jare-jare, beliau adalah perintis pondok pesantren di Jawa.

. Pengertian hukum bacaan “Al” Syamsiyah.

Apabila “Al” (‫ )ال‬atau alif lam mati yang bertemu dengan salah satu huruf Syamsiyah ( ‫ث ص ر ت ض ذ‬
‫ ) ن د س ط ظ ز ش ل‬dan dibacanya lebur/idghom (bunyi “al’ tidak dibaca).

2. Ciri-ciri hukum bacaan “Al” Syamsiyah:

• Dibacanya lebur/idghom

• Ada tanda tasydid/siddah ( ّ ) di atas huruf alif lam mati

• ٰ ‫ اَلض‬،‫اَلرَّ ِح ْي ُم‬
Contoh Bacaan “Al” Syamsiyah: ‫ُّحى‬

3. Pengertian hukum bacaan “Al” Qamariyah

Apabila “Al” (‫ )ال‬atau alif lam mati bertemu dengan salah satu huruf Qamariyah ( ‫ا ب غ ح ج ك و خ ف‬
‫ ) ع ق‬dan dibacanya jelas/izhar.

4. Ciri-ciri hukum bacaan “Al” Qomariyah:

• Dibacanya jelas/izhar

• Ada tanda sukun ( ْ / ) di atas huruf alif lam mati

• Contoh Bacaan “Al” Qomariyah: ْ‫ اَ ْل َهادِى‬،ُ‫َو ْال َحمْ د‬


Hukum Bacaan Alif Lam Syamsiah dan Qamariah

Pada kesempatan kali ini, maz upin akan berbagi ilmu tajwid tentang hukum bacaan lam ta'rif.
Sedangkan lam ta'rif itu terdiri dari 2 macam yaitu alif lam syamsiah dan alif lam qamariah.
Pembahasannya meliputi: pengertian, huruf-hurufnya, cara membaca dan disertai dengan
contoh contohnya.

Langsung saja, berikut ini Hukum Bacaan Alif Lam Syamsiah dan Qamariah yang bisa kita
pelajari dengan mudah dan gampang. Sebelum melanjutkan, silahkan baca juga Macam-macam
Waqaf dan Contohnya atau Hukum Bacaan Mad dan Contohnya Lengkap.

Hukum Bacaan Alif Lam Syamsiah dan Qamariah:

1. Alif Lam Syamsiah

Pembagian lam ta'rif yang pertama adalah alif lam syamsiyah yang berarti alif lam (‫ )ال‬yang
dirangkai atau bertemu dengan salah satu huruf syamsiyah. Huruf-huruf lam syamsiah ada 14,
yaitu: ‫ت ث د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ل ن‬

Cara Membacanya adalah huruf lam tidak dibaca (dileburkan) dan huruf syamsiah setelah lam
harus di tasydid ( ‫) ـّــ‬. Contohnya ‫ الـ َّشمْ سِ َي ُة‬dibaca asyamsiah bukan alsamsiah.

Pada dasarnya huruf alif yang mengikuti huruf lam tidak berharakat. Namun, jika di awal kalimat
(ibtida’), huruf alif tersebut diberi harakat fathah, tetapi jika di tengah kalimat, huruf alifnya tidak

ِ ْ‫( اَلرَّ ح‬Alif lam pertama, berada di awal maka alif tersebut diberi
diberi harakat. Contoh: ‫مـن الرَّ ح ِِيم‬
harakat atas. Sedangkan alif lam kedua berada di tengah kalimat dan alifnya tidak diberi
harakat.)

Berikut contoh bacaan alif lam syamsiah


1. ‫ ال‬Bertemu dengan ‫ ت‬Contohnya: ‫ ال َّت َك ُاث ُر‬Cara bacanya: at-takasur
َّ
2. ‫ ال‬Bertemu dengan ‫ث‬ Contohnya:  ُ‫الثاقِب‬ Cara bacanya: ats-tsaqib
3. ‫ ال‬Bertemu dengan ‫د‬ Contohnya:  ُ‫ال ِّديْن‬ Cara bacanya: ad-din
ِّ
4. ‫ ال‬Bertemu dengan ‫ذ‬ Contohnya: ‫الذ ْك ُر‬ Cara bacanya: az-zikr
5. ‫ ال‬Bertemu dengan ‫ر‬ Contohnya:  ُ‫الرَّ حْ مَن‬ Cara bacanya: ar-rahman
6. ‫ ال‬Bertemu dengan ‫ز‬ Contohnya: ‫الز ْي ُت ْون‬ Cara
َّ bacanya: az-zaitun
7. ‫ ال‬Bertemu dengan ‫س‬ Contohnya: ‫ال َّس ِم ْي ُع‬ Cara bacanya: as-sami`
8. ‫ ال‬Bertemu dengan ‫ش‬ Contohnya:   ُ‫ال َّشمْ س‬ Cara bacanya: asy-syamsu
9. ‫ ال‬Bertemu dengan ‫ص‬ Contohnya: ‫ات‬
ُ َ‫الصَّالِح‬ Cara bacanya: sh-shalihaat
10.‫ ال‬Bertemu dengan ‫ض‬ Contohnya:  ُ‫الضَّالِّيْن‬ Cara bacanya: adh-dhaalin
َّ
11.‫ ال‬Bertemu dengan ‫ط‬ Contohnya: ‫الطاعَ ُة‬ Cara bacanya: ath-tha`ah
َّ
12.‫ ال‬Bertemu dengan ‫ظ‬ Contohnya:  َ‫الظالِ ِم ْين‬ Cara bacanya: azh-zhalimin
13.‫ ال‬Bertemu dengan ‫ل‬ Contohnya: ُ‫الَّ ْليل‬ Cara bacanya: al-lail
14.‫ ال‬Bertemu dengan ‫ن‬ Contohnya:  ُ‫ال َّناس‬ Cara bacanya: an-naas

BACA JUGA: "DOWNLOAD PANDUAN BELAJAR TAJWID"

2. Alif lam Qamariyah

Pembagian lam ta'rif yang kedua adalah Alif lam syamsiyah yang berarti alif lam (‫ )ال‬yang
dirangkai dengan salah satu huruf qamariyah. Sedangkan huruf-huruf alif lam qamariah ada 14
yaitu: ‫ا ب ج ح خ ع غ ف ك ق م و هـ ي‬

Cara Membacanya adalah huruf lam di beri sukun sehingga suaranya jelas. Contohnya ‫ ْال َقم َِر َي ُة‬di
baca al qamariah

Seperti halnya alif lam syamsiyah, jika di awal kalimat (ibtida’) huruf alifnya diberi harakat atas,
tetapi jika di tengah kalimat, huruf alifnya tidak diberi harakat. Contoh: َ‫ ( اَ ْلـحَ مْ ُد هّلل ِ رَ بِّ ْالـعَ الَمِين‬Alif lam
pertama, berada di awal maka alif tersebut diberi harakat atas. Sedangkan alif lam kedua berada
di tengah kalimat dan alifnya tidak diberi harakat).

Berikut contoh alif lam qamariah

1. ‫ ال‬Bertemu dengan ‫ ا‬Contohnya: َ‫ ْاألَح‬Cara bacanya: al-ahad


2. ‫ ال‬Bertemu dengan ‫ب‬ Contohnya: ‫ ْالبَصِ ْي ُر‬ Cara bacanya: al-bashir
3. ‫ ال‬Bertemu dengan ‫ج‬ Contohnya:  ُ‫اِلجَ مَال‬ Cara bacanya: al-jamal
ْ
4. ‫ ال‬Bertemu dengan ‫ح‬ Contohnya: ُ‫الحَ مْ د‬ Cara bacanya: al -hamdu
ْ
5. ‫ ال‬Bertemu dengan ‫خ‬ Contohnya: ‫ال َخ ْي ُر‬ Cara bacanya: al-khair
ْ
6. ‫ ال‬Bertemu dengan ‫ع‬ Contohnya: ‫العَ صْ ُر‬ Cara bacanya: al-`ashr
ْ
7. ‫ ال‬Bertemu dengan ‫غ‬ Contohnya: ‫الغَ فُ ْو ُر‬ Cara bacanya: al-ghafur
ْ
8. ‫ ال‬Bertemu dengan ‫ف‬ Contohnya: ُ‫الفِ ْيل‬ Cara bacanya: al-fiil
9. ‫ ال‬Bertemu dengan ‫ق‬ Contohnya: ‫ارعَ ُة‬ ْ
ِ ‫ال َق‬ Cara bacanya: al-qari`ah
10.‫ ال‬Bertemu dengan ‫ك‬ Contohnya: ‫ ْال َك ْو َث ُر‬ Cara bacanya: al-kautsar
ْ
11.‫ ال‬Bertemu dengan ‫م‬ Contohnya:  ُ‫الم ُْؤمِن‬ Cara bacanya: al-mukmin
12.‫ ال‬Bertemu dengan ‫و‬ Contohnya:   ُ‫ ْا َلوهَّاب‬ Cara bacanya: al- wahab
ْ
13.‫ ال‬Bertemu dengan ‫هـ‬ Contohnya: ُ‫ال ُهم ََزة‬ Cara bacanya: al- hamzah
ْ
14.‫ ال‬Bertemu dengan ‫ي‬ Contohnya: ‫الي َْو ُم‬ Cara bacanya: al-yaum

Dari penjelasan alif lam syamsiah dan alif lam qamariah diatas, maka depat disimpulkan
bahwasannya perbedaan keduanya adalah:

 Syamsiah, Lam nya tidak berharakat sedangkan Qamariah, Lam nya berharakat sukun
 Syamsiah, Lam nya tidak dibaca sedangkan Qamariah, Lam nya dibaca jelas
 Untuk Syamsiah, Lam dileburkan ke dalam huruf syamsiyah yang ada sesudahnya
sehingga huruf syamsiyah tersebut diberi tasydid. Sedangkan untuk Qamariah, Karena
lam berharakat sukun, maka huruf qamariyah yang ada sesudahnya tidak diberi tasydid.

Sekian pembahasa Hukum Bacaan Alif Lam Syamsiah dan Qamariah dari maz upin. Semoga
bermanfaat untuk kita semua. Wasaalam
PENGERTIAN HAMZAH WASHAL
Hamzah Washal berupa Hamzah secara pengucapan dan berupa Alif secara tulisan.
Diucapkan ketika menjadi permulaan saja. dan gugur ketika berada pada tengah-tengah
penuturan kalimat, sekiranya didahului oleh satu huruf atau satu kalimah.
Hamzah Washal adalah Hamzah zaidah berfungsi sebagai perantara atau penyambung
kepada pengucapan huruf mati atau sukun yang berada setelahnya. Hamzah Washal
terdapat pada kalimah fi’il, kalimah isim maupun kalimah huruf.
Hamzah Washal yang terdapat pada kalimah Fi’il:
1. Terdapat pada Fi’il Madhi dan Fi’il Amar dari fi’il 5 huruf atau 6 huruf (Khumasiy dan Sudasiy)
LIHAT   TABEL NO. 1:
2. Terdapat pada Fi’il  Amar dari fi’il 3 huruf
LIHAT TABEL NO. 2:
Hamzah Washal yang terdapat pada kalimah Isim :
1. Terdapat pada kalimah isim Masdar dari fi’il 5 huruf atau 6 huruf
LIHAT   TABEL NO. 1:
2. Terdapat pada kalimah isim sepuluh atau sebutan al-Asmaul-‘Asyarah ( ‫)األسماء العشرة‬.
LIHAT TABEL NO. 3:
Hamzah Washal yang terdapat pada kalimah Huruf:
1. Hanya terdapat pada satu Kalimah Huruf yaitu AL (‫ )ال‬ yang berfungsi mema’rifatkan Isim
Nakirah ataupun AL zaidah.
LIHAT TABEL NO. 4:

PENGERTIAN HAMZAH QATHA’


Hamzah Qatha’ berupa Hamzah yang selalu diucapkan dengan ber-harkah fathah,
dhammah atau kasrah. Tidak gugur pengucapannya baik di awal permulaan kalimat atau
ditengah-tengah kalimat. Dan tidak gugur sekalipun berada diantara dua kalimah yang
tersambung. tertulis di atas Alif bilamana berharkah fathah atau dhammah, dan dibawah
Alif bilamana berharkah kasrah. Bentuknya seperti bentuk kepala Ain (‫)ء‬. Hamzah Qatha’
terdapat pada selain kategori kalimah-kalimah yang telah disebutkan diatas sebagai
Hamzah washal. baik pada kalimah Fi’il, Kalimah Isim dan Kalimah Huruf.
Hamzah Qatha’ yang terdapat pada kalimah Fi’il:
1. Terdapat pada Fi’il Madhi 4 huruf yang berwazan ‫أَ ْف َع َل‬
LIHAT TABEL NO. 5:
2. Terdapat pada Fi’il Mudhari’ yang diawali Hamzah Mudhara’ah (tanda mutakallim/orang pertama
tunggal)
LIHAT   TABEL NO. 5:
3. Terdapat pada Fi’il Amar 4 huruf yang berwazan ‫أَ ْفعَ َل‬
LIHAT TABEL NO. 5:
4. Terdapat pada Fi’il Madhi Tsulatsi Bina’ Mahmuz  (bisa dilihat di page belajar i’lal subpage
bentuk bina’)
LIHAT   TABEL NO. 6:
Hamzah Qataha’ yang terdapat pada kalimah Isim :
1. Semua kalimah Isim yang berawalah Hamzah , tentunya Hamzah Qatha’, selain pada “Isim yg
sepuluh” dan “Isim Masdar dari kalimah Fi’il Khumasi dan Sudasi”
LIHAT   TABEL NO. 8:
Hamzah Qatha’ yang terdapat pada kalimah Huruf:
1. Semua Kalimah Huruf yang berawalah Hamzah tentunya Hamzah Qatha’, kecuali huruf “AL”
Pema’rifah.
LIHAT TABEL NO. 7:

HAMZAH WASHAL TABLE NO. 1, Fi’il Madhi, Fi’il Amar dan Isim Masdar
dari bangsa 5-6 huruf.
ISIM MASDAR KHUMASI FI’IL AMAR KHUMASI FI’IL MADHI KHUMASI

َ ‫ْانك‬
‫ِس َار ًا‬ ْ ‫ا ِْن َك‬
‫سِر‬ ‫ْان َك َس َر‬
ً‫اعا‬
َ ‫اجت َِم‬
ْ ْ ‫ا ِْج َت‬
‫مِع‬ ‫اج َت َم َع‬
ْ
‫مِر َار ًا‬
َ ‫اح‬ْ ‫ا ِْح َم َّر‬ ‫اح َم َّر‬
ْ
ISIM MASDAR SUDASI FI’IL AMAR SUDASI FI’IL MADHI SUDASI

َ ‫است ِْخ َر‬


ً‫اجا‬ ْ ‫ا ِْس َت ْخ ِر ْج‬ ‫اس َت ْخ َر َج‬
ْ
َ ‫شِي‬
ً‫شا َبا‬ ْ ‫اع‬ْ َ ‫ش ْو‬
‫ش ْب‬ َ ‫ا ِْع‬ َ ‫ش ْو‬
‫ش َب‬ َ ‫اع‬
ْ
‫اج َل َّواذ ًا‬
ْ ‫ا ِْج َل َّو ْذ‬ ‫اج َل َّو َذ‬
َ
‫مِير َار ًا‬
َ ‫اح‬ ْ ‫ا ِْح َم َّار‬ ‫اح َم َّار‬
ْ
َ ‫اح ِر ْن َج‬
ً‫اما‬ ْ ‫ا ِْح َر ْن َج ْم‬ ‫اح َر ْن َج َم‬
ْ
ْ ‫ا ْق‬
‫شِع َر َار ًا‬ ‫عِر‬
َّ ‫ش‬ َ ‫ِا ْق‬ َ ‫ا ْق‬
‫ش َع َّر‬
HAMZAH WASHAL TABLE NO. 2, Fi’il Amar dari Tsulatsi
FI’IL AMAR TSULATSI FI’IL AMAR TSULATSI FI’IL   AMAR TSULATSI

‫ِا ْف َت ْح‬ ‫ض ِر ْب‬


ْ ‫ِإ‬ ُ ‫اُ ْن‬
‫ص ْر‬

‫سِب‬
ْ ‫ا ِْح‬ ُ ‫اُ ْح‬
‫س ْن‬ ‫ا ِْع َل ْم‬
HAMZAH WASHAL TABLE NO. 3, Al-Asma ‘Asyarah/Isim Sepuluh
ASMA’ ASYARAH ASMA’ ASYARAH ASMA’ ASYARAH

‫ْام َر َأ ٌة‬ ‫ا ِْم ُر ُؤ‬ ٌ‫ا ِْبن‬

‫ا ِْث َن ْي ِن‬ ‫ا ِْس ٌم‬ ‫ا ِْب َن ٌة‬

‫ا ِْث َن َت ْي ِن‬ ٌ ‫ا ِْس‬


‫ت‬ ‫ْاب ُن ُم‬

‫ْاي ُمنُ هللا‬ × ×


HAMZAH WASHAL TABLE NO. 4, Huruf AL = ‫ال‬
AL AL GHALABAH AL ZAIDAH
MA’RIFAT

ُ ‫َا َّلر ُجل‬ ‫َا ْل َم ْدِي َن ُة‬ ْ ‫َا َّل‬


‫ذِي‬

‫َا ْل ُم ْؤمِن‬ ‫َا ْل َع َق َبة‬ َ‫َاآلن‬


HAMZAH QATHA’ TABLE NO. 5, Fi’il Madhi dan Fi’il Amar Tsulatsi Ruba’i
wazan ‫ َأ ْف َع َل‬dan semua Fi’il Mudhari’ dg tanda Mutakallim
FI’IL AMAR SEMUA FI’IL MUDHARI’ DG HAMZAH FI’IL MADHI
RUBA’I MUDHARA’AH RUBA’I

‫َأ ْك ِر ْم‬ ‫َأ ْف َت ُح – أُ ْك ِر ُم – َأ َت َع َّل ُم – َأ ْس َت ْخ ِر ُج‬ ‫َأ ْك َر َم‬


HAMZAH QATHA’ TABLE NO. 6, Fi’il Tsulatsi Bina’ Mahmuz
FI’IL MADHI TSULATSI FI’IL MADHI TSULATSI FI’IL MADHI TSULATSI
MAHMUZ MAHMUZ MAHMUZ

‫َأدَ َم‬ ‫َأ َخ َذ‬ ‫َأ َم َر‬

‫َأ َث َر‬ ‫َأ ِث َم‬ َ ‫َأد‬


‫ُب‬
HAMZAH QATHA’ TABLE NO. 7, Semua kalimah Huruf selain ‫ال‬
KALIMAH KALIMAH KALIMAH KALIMAH KALIMAH
HURUF HURUF HURUF HURUF HURUF

‫ِإ َّال‬ ‫ِإ َلى‬ ‫ِإ ْذ‬ ‫ِإ َذ ْن‬ َ‫ِإ ْذما‬

‫َأ ْو‬ َّ‫ِإن‬ ‫ِإ ْن‬ َ‫َأما‬ ‫َأ ْم‬


HAMZAH QATHA’ TABLE NO. 8, Semua kalimah Isim Zhahir, Isim Dhamir
dan Idza Syarat. Selain hamzah Isim sepuluh dan Masdar Khumasi dan
Sudasi (dari Fi’il bangsa 5-6 Huruf).
IDZA ISIM DHAMIR ISIM DHAMIR ISIM ZHAHIR ISIM ZHAHIR
SYARAT

‫َإذا‬ ‫ْأن َت‬ ‫أ َنا‬ ‫َأ ْح َم ُد‬ ‫إبراه ِْي ُم‬


َ
Share this:
Macam-Macam Harakat
Posted by Alde on Thursday, March 31, 2011

Fathah
Fathah (‫)فتحة‬ adalah harakat yang berbentuk layaknya garis horizontal kecil ( َ ) yang
berada di atas suatu huruf Arab yang melambangkan fonem /a/. Secara harfiah, fathah itu
sendiri berarti membuka, layaknya membuka mulut saat mengucapkan fonem /a/. Ketika
suatu huruf diberi harakat fathah, maka huruf tersebut akan berbunyi /-a/, contonya
huruf lam (‫)ل‬ diberi harakat fathah menjadi /la/ (‫)ل‬.
َ

Huruf ya berharakat fathah.

Alif Khanjariah
Fathah juga ditulis layaknya garis vertikal seperti huruf alif kecil ( ٰ ) yang disebut
dengan mad fathahatau alif khanjariah yang melambangkan fonem /a/ yang dibaca agak
panjang. Sebuah huruf berharakat fathah jika diikuti olehAlif (‫)ا‬ juga melambangkan fonem
/-a/ yang dibaca panjang. Contohnya pada kata /laa/ (َ‫)ال‬

Alif khanjariah pada lafaz Allah.

Kasrah
Kasrah (Arab: (‫)كس„„رة‬ , kasrat) adalah harakat yang berbentuk layaknya garis horizontal
kecil ( ِ ) yang diletakkan di bawah suatu huruf arab, harakat kasrah melambangkan fonem
/i/. Secara harfiah, kasrah bermakna melanggar. Ketika suatu huruf diberi harakat kasrah,
maka huruf tersebut akan berbunyi /-i/, contonya huruf lam (‫)ل‬ diberi harakat kasrah
menjadi /li/ (‫)ل‬.
ِ
Sebuah huruf yang berharakat kasrah jika bertemu dengan huruf ya (‫) ى‬ maka akan
melambangkan fonem /-i/ yang dibaca panjang. Contohnya pada kata /lii/ ( ‫) ِلى‬
HUkum Bacaan Saktah, Tashil,
Isyamam, Naqal, dan Imaalah.
1. Saktah
    - Saktah adalah berhenti sebentar tanpa bernafas.
    - Lama berhenti sekitar 2 harakat atau 1 alif.
    - Contoh surah Ya-Siin ayat 52
2. Tshiil
    - Tashiil adalah huruf hamzah pertama yang siasa dibaca, sedangkan huruf hamzah yang
kedua dibaa       ringan ( suara antara huruf hamzah dan huruf alif tanpa mad).
    - contoh surah Fushilat ayat 44
3. Isyamam
    - Isyamam adalah sewaktu mendengungkan nun bertasyidi kedua bibir dihimpunkan kemuka
dan ditahan satu harakat.
    - contoh surah yusuf ayat 11
4. Naqal
    - Naqal adalah hamzah yang berbaris kasrah dari kata ismum dibuang kemudian barisnya
dipindah kepada lam yang sebelumnya beralif lam sehingga menjadi a-isymum kemudian
dihubungkan dengan kata sebelumnya Ba- hamzah- siin sehingga alif lam tidk berfungsi. dengan
kata lain :
   - Naqal adalah menghilangkan bunyi alif lam.
   - Contoh pada surah al hujurat ayat 11.
5. Imaalah
   - Imaalah adalah bacaan antara baris fathah dan dommah untuk huruf ra

Huruf yang berharakat kasra

Dammah
Dammah (‫)ض„„„„مة‬ adalah harakat yang berbentuk layaknya huruf waw (‫)و‬ kecil yang
diletakkan di atas suatu huruf arab ( ُ ), harakat dammah melambangkan fonem /u/. Ketika
suatu huruf diberi harakat dammah, maka huruf tersebut akan berbunyi /-u/, contonya
huruf lam (‫)ل‬ diberi harakat dammah menjadi /lu/ (ُ‫)ل‬.
Sebuah huruf yang berharakat dammah jika bertemu dengan huruf waw (‫) و‬ maka akan
melambangkan fonem /-u/ yang dibaca panjang. Contohnya pada kata /luu/ (‫)لـُو‬.

Huruf waw berharakat dammah

Sukun
Sukun (‫)س„„کون‬ adalah harakat yang berbentuk bulat layaknya huruf ha (‫)ه‬ yang ditulis di
atas suatu huruf Arab. Harakat sukun melambangkan fonem konsonan atau huruf mati dari
suatu huruf, misalkan pada kata mad (‫)مـ ْد‬yang
َ terdiri dari huruf mim yang berharakat
fathah (‫) َم‬ sehingga menghasilkan bunyi /ma/, dan diikuti dengan huruf dal yang
berharakat sukun (‫) ْد‬ yang menghasilkan konsonan /d/ sehingga menjadi /mad/.
Harakat sukun juga misa menghasilkan bunyi diftong, seperti /au/ dan /ai/, cotohnya pada
kata (‫)نـوْ ُم‬ yang
َ berbunyi /naum(u)/ yang berarti tidur, dan juga pada kata (‫) َلـيْن‬ yang
berbunyi /lain/ yang berati lain atauberbeda.

Harakat sukun.

Tasydid
Tasydid ( ‫)تشديد‬ atau syaddah ( ‫)شدة‬ adalah harakat yang berbentuk layaknya huruf w atau
seperti kepala dari huruf sin (‫)س‬ yang diletakkan di atas huruf arab (ّ) . Harakat tasydid
melambangkan penekanan pada suatu konsonan yang dituliskan dengan symbol konsonan
ganda, sebagai contoh pada kata ( ٌ‫)شـَـ َّدة‬ yang berbunyi /syaddah/ yang terdiri dari
huruf syin yang berharakat fathah ( ‫)ش‬ sehingga menghasilkan bunyi /sya/, diikuti dengan
huruf dal yang berharakat tasydid fathah ( ‫) َّد‬ yang menghasilhan bunyi /dda/, diikuti pula
dengan ta marbuta kata ( ٌ‫)ة‬ di akhir kata yang menghasilkan bunyi /h/, sehingga
menjadi /syaddah/.
 
Harakat tasydid.

Tanwin
Tanwin (bahasa Arab: ‫التنوين‬, “at tanwiin”) adalah tanda baca/diakritik/harakat pada tulisan
Arab untuk menyatakan bahwa huruf pada akhir kata tersebut diucapkan layaknya bertemu
dengan huruf nunmati. [1]

Penulisan
Harakat tanwin ditulis serupa dengan harakat lain, seperti fathah dengan
fathatan, kasrah dengan kasratan, dan dammah dengan dammatan.
 ‫َــًــ‬ : fathah dan fathatan;
 ‫ُــٌــ‬ : dammah dan dammatan;
 ‫ِــٍــ‬ : kasrah dan kasratan;
 

Anda mungkin juga menyukai