Jika berkaitan dengan ibadah suadah ada ketentuan yang terperinci dari Allah
Swt. Adapun dalam kehidupan ini banyak sekali masalah yang kita hadapi
selain ibadah. Salah satu cara menyelesaikan masalah tersebut adalah
dengan bermusyawarah.
Berpikir kritis, sifat ini adalah sikap dan perilaku yang berdasarkan data dan
fakta yang valid (sah) serta argumen yang akurat. Warga negara yang
demokrat hendaknya selalu bersikap kritis, baik terhadap kenyataan empiris
(realitas sosial,budaya, dan politik) maupun terhadap kenyataan
supraempiris (agama, mitologi, dan kepercayaan). Sikap kritis juga harus
ditujukan pada diri sendiri. Sikap kritis pada diri sendiri itu tentu disertai
sikap kritis terhadap pendapat yang berbeda. Tentu saja sikap kritis ini harus
didukung oleh sikap yang bertanggung jawab terhadap apa yang drkritisi.
berpikir kritis
Dukungan positif yang diberikan bukan berarti mutlak bahwa semua menurut
demokrasi adalah benar. Islam juga mencerminkan demokrasi, tetapi islam
tidak mengenal paham demokrasi yang memberikan kekuasaan besar
kepada rakyat untuk menetapkan segala hal. Piagam Madinah yang
dimunculkan oleh Nabi Muhammad saw. dan umat islam di Madinah
merupakan konsep pertama di dalam dunia islam mengenai demokrasi.
Makna demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat,
kemudian melindungi semua kepentingan rakyat. Jadi, islam sebenarnya
identik dengan demokrasi, tetapi demokrasi dalam islam memiliki perbedaan-
perbedaan dengan demokrasi yang dicetuskan.
Dalam ayat 190 menjelaskan bahwa sesungguhnya dalam tatanan langit dan
bumi serta keindahan perkiraan dan keajaiban ciptaan-Nya juga dalam silih
bergantinya siang dan malam secara teratur sepanjang tahun yang dapat
kita rasakan langsung pengaruhnya pada tubuh kita dan cara berpikir kita
karena pengaruh panas matahari, dinginnya malam, dan pengaruhnya yang
ada pada dunia flora dan fauna merupakan tanda bukti yang menunjukan
keesaan Allah Awt., kesempurnaan pengetahuan dan kekuasaannya.
Surah Ali 'Imran ayat 159 membahas tentang tata cara melakukan musyawarah.
Ayat ini diturunkan sebagai teguran terhadap sikap para sahabat Rasulullah Saw.
yang telah menyepakati keputusan musyawarah dalam menerapkan strategi Perang
Uhud, tetapi mereka melanggar kesepakatan tersebut. Oleh karena sikap
melanggar dari keputusan musyawarah dalam Perang Uhud, kaum muslimin
menjadi sulit mengalahkan musuh.
Kosa kata:
ُ َيع = memberi nasihat akan dia , memberi
ِظ ُه
mau’izhah kepadanya
ُ َل = sungguh kegelapan, penganiayaan
ظ ْل ٌم
صالُ ُه
َ و ِف =bersapih
َ dari susuan
Terjemahan:
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya:"Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar". (QS. 31:13)
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat
baik) kepada dua orang ibubapanya; ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah-tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-
Kulah kembalimu. (QS. 31:14)
Kosa Kata:
إِحْ َسا ًنا = berbuat baik
ار ذِي ْالقُرْ َبى
ِ و ْال َج =
َ tetangga dekat
ِ ب ِب ْال َج ْن
ب ِ والصَّا ِح =
َ tetangga yang jauh
Terjemahan:
Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan
berbuat baiklah kepada dua orang tua ibu-bapa,
karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang
jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba
sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membangga-
banggakan diri.(QS.2:
Kiamat merupakan peristiwa dasyat yang maha luar bisa di alam semesta, karena setelah peristiwa
tersebut tidak ada lagi kehidupan di muka bumi. Semua mahluk Allah dari manusia, binatang, dan
segala is bumi akan binasa. Hanya seizin Allah Zat Yang Maha Hidup. Lalu kenapa Peristiea itu
terjadi????? Semua tidak ada yang mengetahui kecuali Aalh SWT. Namun meski Allah merahasiakan
waktu datangnya hari kiamat, Allah telah mewahyukan kepada nabi Muhammad SAW, sejumlah
peristiwa dan pertanda tertentu datangnya Hari Kiamat. Sejumlah pertanda tertentu menunjukan
datangnya hari kiamat . Sejumlah pertanda mengisyaratkan sangat dekatnya hari kiamat itu antara
lain dari peperangan dan kekacauan yang jumlahnya semakin meningkat hingga menghancurkan
kota –kota besar, dari gempa hingga perkembangan imlu pengetahuan dan teknologi. Apa lagi
tanda-tanda hari kiamat itu?? Untuk mengetahuai Simak materi berikut ini :
“ Dan (ingatlah) hari (ketika) di tiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang ada di bumi, di langit
dan segala yang ada di bumi, kecuali siapa yang di kehendaki Allah SWT. Dan semua akan datang
menghadap-Nya dengan merendahkan Diri.”
“Apabila langit terbelah , dan bintang- bintang jatuh berserakan, dan apabila lautan di jadikan
meluap”
“Pada haribumi dan gunung-gunung bergoncangan, dna menjadikan gunung-gunung itu tumpukan-
tumpukan pasir yang berterbangan”.
1. Kiamat Sugra
Kiamat Sugra berarti kiamat kecil. Seperti kematian, gempa bumi, gunung meletus, banjir dan
lain-lain. Kiamat sugra di sebit juga kiamat kecil, yaitu berakhirnya kehidupan masing- masing
mahluk. Setiap mahluk yang hidup akan menemui kematian. Binatang- binatang akan mati setelah
masa hidupnya selesai. Tumbuh- tumbuhan juga akan mengalami hal yang sama, demikian juga
manusia. Hal itu seperti yang di jelaskan Alaah dalam surah Ali Imran Ayat 185,“ Tiap –tiap yang
berjiwa akan merasakan mati. Dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalahdi sempurnakan
pahalamu. Barang siapa di jatuhakan dari neraka dan di masukan ke dalam surga, maka
sesungguhnya iatelah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanya kesenangan yang
memberdayakan.”
Kematian adalah terpisahnya antara jasmani dan rohani. Jasmani kembali ke asala yakni tanah.
Dan rohan kembali kealam kubur (alam Barzah). Alam kubur adalah alam tempat hidup umat
manusia setelah mati sampai merea kembali di bangkitkan oleh Allah dan tiba waktunya hari
perhitungan atas amal perbuatan mereka ketika di dunia. Ada dua kelompok manusia di Alam
barzah, yaitu :
a. Kelompok yang memperoleh kenikmatan dan rida Allah SWT. Adalah kempok orang mukmin yang
saleh. Ia akan bisa menjawab semua pertanyaan yang i ajukan dengan baik tanpa ada rasa takut dan
gentar. Kemudian Allah SWT, memperlihatkan kepadanya salah satu pintu surga tempat tinggalnya
nanti yang penuh dengan kebahagiaan dan kenikmatan.
b. Kelompok yang memperoleh murka dari Allaw SWT. Adalah kelompok orang –orang yang kafir . Ia
mendengar segala pertanyaan malaikat Mungkar dan malaikat Nangkir itu, tetapi ia tidak bisa
menjawabnya. Kemudian AllahSWT, memperlihatkan kepadanya salah satu pintu neraka dengan
berbagai macam siksaan.
2. Kiamat Kubra
Kiamat Kubra ( kerusakan besar) adalah hancurnya Alam semesta dengan segala isinya. Keadaan
alam semesta dan segala isinya pada waktu terjadi kiamat banyak di jelaskan Allah dalam Al-Quran.
Kapankah terjadinya hari kiamar kubra itu ? Hanya Allah saja yang mengetahui. Tidak ada satu
mahluk pun yang mengetahuinya termasuk para malaikat Allah. Setelah kiamat kubra terjadi maka
malaikat Israfil akan meniup sangkakala untuk yang kedua kalinya. Hal ini pertanda Allah akan
membangkitkan dan menghidupkan kembali manusia yang paling akhir yang hidup du muka bumi
akan bangkitnya dari alam kubur. Peristiwa ini di namakan Yaumul ba’ast.
e. Jumlah wanita lebih banyak daripada laki- laki dengan perbandingan 50:1.
f. Adanya dua golongan besar yang saling membunuh, tetapi sama-sama mengaaku dirinya
memperjuangkan agama islam.
g. Lahirnya Dajal ( tukang dusta) yang mengaku dirinya utusan Allah SWT, dan banyak berbohong
serta menipu dan menganggap baik sesuatu yang buruk dna menggambarkan sesuatu tidak baik
dengan gambaran yang memikat hati.
j. Pembunuhan merajalela
c. Rusaknya Kakbah
d. Lenyapnya Al-Quran
Yaumul ba’ast adalah bangitnya seluruh mahluk hidup dari kuburnya. Semua manusia bi bangkitkan
dari kubur . Kebangkitan ini di tandai dengan peniupan sangkakala oleh malaikat Israil.
2. Yaumul Mahsyar
Pada saat itu mausia di kumpulkan di suatu tempat yang sangat luas yang dinamakan Padang
Mahsyar. Di tempat inilah seluruh manusia di kumpulkan oleh Allah.
3. Yaumul Hisab
Setelah semua manusia di kumpulkan di padang makhsyar maka mereka akan di hisab, di hitung dan
di timbang semua amal perbuatan ketika di dunia. Pada saat itulah keadilan Allah akan benar- benar
terbukti semua amal perbuatannya karna Allah maha Adil. Pada saat itulah manusia tidak bisa
mengelak atas semua perbuatannya pada saat di dunia. Dan mereka akan mendapatkan balasan atas
masing- masing perbuatannya ketika di dunia dan tidak ada satu pun yang di rugikan.
4. Yaumul Jaza’
Setelah tahap penghitungan selesai, maka tibalah saatnya putusan Allah untuk memberi balasan.
Inilah yang di namakan Yaumul Jaza’. Pada saat itu, Allah akan memberikan balasan secara adil
kepada semua manusia sesuai dengan amal perbuatannya pada saat di dunia.
ila kamu mengamati orang-orang dan teman-teman di sekelilingmu, maka akan terlihat bahwa Allah
SWT telah menciptakan setiap manusia dalam keadaan yang tidak sama antara yang satu dengan
yang lain. Ada yang laki-laki dan ada pula yang perempuan, ada yang tampan dan ada yang kurang
tampan, ada yang cantik dan ada pula yang kurang cantik. Ada yang berambut pirang, berambut
hitam, ada yang berambut lurus, dan ada pula yang keriting. Ada yang berkulit putih, sawo matang,
dan ada yang berkulit hitam. Ada sangat cerdas dan ada pula orang yang idiot. Seseorang tidak
pernah meminta dilahirkan untuk menjadi bangsa Indonesia, bangsa Malaysia, Cina, Arab, Amerika,
atau bangsa manapun. Semua itu merupakan ketetapan penciptaan Allah SWT yang sering kita sebut
dengan takdir.
Bagaimana manusia menyikapi takdir Allah SWT tersebut ? Untuk lebih memahaminya simaklah
pembahasan mengenai iman kepada Qadha dan Qadar berikut ini !
A. Ciri Beriman Kepada Qadha dan Qadar.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang dihadapkan kepada kenyataan hidup yang dialaminya.
Kenyataan itu kadang ada yang berbentuk positif dan terkadang negatif, seperti :
• ada yang menurut kita baik ada yang buruk, dan sebagainya.
Bagi orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apapun kenyataan dan peristiwa yang
dialaminya, akan ditanggapi dan diterima secara positif. Sebaliknya, bagi orang yang tidak beriman
kepada qadha dan qadar, kenyataan apapun yang diterima ditanggapi dan diterima secara negatif.
Contoh :
• Orang beriman yang tertimpa musibah menanggapi kenyataan ini dengan kesabaran dan
ketabahan. Kesabaran dan ketabahan merupakan sika positif yang dinilai Allah SWt dengan pahala.
Jadi, selama dia sabar dan tabah, selama itu pula pahalanya terus mengalir.
• Orang beriman ketika mendapatkan keberuntungan besar bersyukur dan merasa bahwa semua itu
karunia dari Allah SWT. Untuk itu ia ingin berbagi kepada orang lain dengan menafkahkan sebagian
keuntungannya tersebut.
• Orang yang tidak beriman ketika mendapat musibah merasa bahwa dirinya tidak berguna lagi. Dia
merasa putus asa dan akhirnya melampiaskannya dengan berbagai macam perbuatan yang merusak,
seperti melamun, merokok, mengkonsumsi narkoba, bahkan ada yang bunuh diri.
• Orang yang tidak beriman ketika mendapat keuntungan bisnis yang berlimpah malah
menggunakannya untuk berfoya-foya. Dia merasa bahwa yang didapatnya itu semata-mata
merupakan prestasi yang harus diraakan dan dia berhak dan bebas menggunakan sesuka hatinya.
Dengan memahami contoh-contoh tersebut, yakinkah kamu bahwa beriman kepada qadha dan
qadar mempunyai peranan penting dalam kehidupan? Kalau yakin, tentu kamu ingin meningkatkan
keimananmu kepada qadha dan qadar. Bagaimana ciri-ciri orang yang beriman kepada qadha dan
qadar? Berikut ini merupakan ciri orang yang beriman kepada qadha dan qadar.
Artinya : “Katakanlah: “Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Allah
menghendaki bencana atasmu, atau menghendaki rahmat untuk dirimu dan orang-orang munafik itu
tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah”. (QS. al-Ahzab : 17)
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar akan senantiasa menerima segala sesuatu dengan
penuh kesabaran, baik dalam situasi yang sempit atau susah dan tetap bersabar dalam situasi
senang atau bahagia. Dengan demikian orang yang beriman kepada takdir Allah SWT senantiasa
dalam keadaan yang stabil jiwanya.
Artinya : “Apakah manusia itu mengira mereka akan dibiarkan, sedang mereka tidak diuji lagi ?”. (QS.
al-Ankabut : 2)
Wujud ujian dan cobaan bisa berupa tiadanya biaya pendidikan, fisik yang lemah, penyakit, orang
tua meninggal, dilanda bencana alam, dan sebagainya. Perhatikan firman Allah berikut :
Artinya : “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar.” (QS. al-Baqarah : 155)
Renungkan ayat 155 surat al-Baqarah, yaitu supaya memberi berita gembira kepada orangorang
yang sabar. Memang dalam menghadapi cobaan diperlukan sikap sabar. Tanpa sikap sabar akan sulit
manusia mencapai sukses.
Agar seseorang terus giat berusaha ia pun yakin bahwa segala hasil usaha manusia selalu
diwaspadai, dinilai, serta diberi balasan. Firman Allah :
Artinya : “Dan bahwasannya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan di perlihatkan (kepadanya). Kemudian
akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasannya kepada
Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu)”. (QS an-Najm : 39-42)
4. Selalu bersikap optimis, tidak pesimis.
Keyakinan terhadap Qadha dan Qadar dapat menumbuhkan sikap yang optimis tidak mudah putus
asa. Karena ia yakin walau sering gagal, pasti suatu saat akan berhasil sehingga tidak akan berputus
asa. Firman Allah SWT :
Artinya : “…dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidaklah berputus asa
dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS. Yusuf : 87)
Tawakal (berserah diri0 kepada Allah SWT akan tumbuh pada diri seseorang jika ia meyakini bahwa
segala sesuatu telah dikehendaki Allah. Allah Maha bijaksana sehingga menurut keyakinannya Allah
tidak mungkin menyengsarakannya. Allah sumber kebaikan sehingga tidak mungkin Allah
menghendaki hamba-Nya kepada keburukan. Firman Allah SWT :
Artinya : “Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu. Tidak ada satu
binatang melata pun, melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di
atas jalan yang lurus.” (QS. Hud : 56).
Beriman kepada qadha dan qadar merupakan rukun iman yang keenam. Qadha adalah ketentuan
akan kepastian yang datangnya dari Allah SWT terhadap segala sesuatu sejak zaman azali, yaitu sejak
zaman sebelum sesuatu itu terjadi. Segala sesuatu yang terjadi telah diketahui Allah SWT terlebih
dahulu karena Dialah yang merencanakan serta yang menentukannya. Seluruh makhluk, baik
malaikat, syetan, jin, maupun manusia tidak akan mengetahui rencana-rencana Allah SWT tersebut.
Manusia punya rencana, tetapi Allah SWT yang menentukan. Ungkapan ini merupakan salah satu
bentuk cara memahami qadha dan qadar Allah SWT. Manusia memang diberi kemampuan untuk
berbuat dan berpikir, namun kedudukan Allah SWT dan kekuasaan-Nya adalah di atas segala-
galanya.
Ketentuan Allah SWT ini merupakan hak mutlak (absolut), tanpa campur tangan siapapun dan dari
manapun. Oleh karena itu manusia harus mau menerima kenyataan. Kemampuan manusia terbatas
pada ikhtiar untuk mengatasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Sedangkan berhasil atau
gagal, ini merupakan kekuasaan Allah SWT semata. Rasulullah saw bersabda :
Artinya : “Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a katanya: baginda s.a.w bersabda: Allah SWT
mengutus Malaikat ke dalam rahim. Malaikat berkata: Wahai Tuhan! Ia masih berupa air mani.
Setelah beberapa waktu Malaikat berkata lagi: Wahai Tuhan! Ia sudah berupa segumpal darah.
Begitu juga setelah berlalu empat puluh hari Malaikat berkata lagi: Wahai Tuhan! Ia sudah berupa
segumpal daging. Apabila Allah SwT membuat keputusan untuk menciptakannya menjadi manusia,
maka Malaikat berkata: Wahai Tuhan! Orang ini akan diciptakan lelaki atau perempuan? Celaka atau
bahagia? Bagaimana rezekinya? Serta bagaimana pula ajalnya? Segala-galanya dicatat ketika masih
di dalam kandungan ibunya”.(HR Bukhari dan Muslim)
Qadar adalah ketentuan-ketentuan Allah SWT yang telah berlaku bagi setiap makhluk sesuai dengan
ukuran dan ketentuan yang telah dipastikan oleh Allah SWT sejak zaman azali. Oleh karena itulah,
baik buruknya telah direncanakan terlebih dahulu oleh Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT :
Artinya : “Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.” (QS Ar Ro’du: 8)
Dari pengertian hadis dan ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa qadha dan qadar atas diri
manusia telah diputuskan oleh Allah SWT sebelum manusia ada atau dilahirkan ke dunia ini. Dalam
kehidupan sehari-hari, istilah qadha dan qadar biasa disebut juga dengan takdir. Jadi, beriman
kepada qadha dan qadar dapat dikatakan pula dengan beriman kepada takdir.
Takdir baru dapat diketahui oleh manusia dengan kenyataan atau peristiwa yang yang telah terjadi,
contoh :
1. Terjadinya musibah bencana tsunami di Aceh pada tanggal 26 Desember tahun 2004 yang
merenggut ratusan ribu korban meninggal dunia. Sebelum kejadian tersebut tak ada seorangpun
yang mengetahuinya.
2. Dalam suatu kejadian kecelakaan yang menewaskan seluruh penumpang ternyata ada seorang
bayi yang selamat. Menurut ukuran akal, si bayi adalah makhluk yang sangat lemah dan tidak
mampu mencari perlindungan, tetapi malah dia yang selamat. Sementara penumpang lain yang
sudah dewasa dan dapat berusaha menyelamatkan diri malah meninggal dunia.
3. Ada seorang yang dilahirkan dari keluarga yang sangat miskin. Orang sekampung memperkirakan
anak tersebut kelak juga akan menjadi miskin seperti orang tuanya. Namun, setelah anak tersebut
dewasa ternyata menjadi orang yang pandai berdagang, sehingga dia menjadi orang yang kaya.
Contoh-contoh di atas hanyalah merupakan bagian kecil ari peristiwa-peristiwa yang berkaitan
dengan takdir Allah SWT. Masih banyak sekali peristiwa yang bisa kita pahami sebagai perwujudan
dari qadha dan qadar dari Allah SWT. Namun dari berbagai contoh di atas menunjukkan bahwa
qadha dan qadar Allah SWT akan tetap berlaku kepada setiap makhluk-Nya. Oleh karena itu, orang
beriman harus meyakini dengan sepenuh hati akan adanya qadha dan qadar. Firman Allah SWT :
Artinya : “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (takdir) Yang
Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”. (QS. Yasin : 38)
Dalam surat al-Hadid ayat 22, Allah juga berfirman :
Artinya : “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri,
melainkan telah tertulis dalam kitab (lauhul mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya
yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. al-Hadid : 22)
Meskipun segala sesuatu yang terjadi di jagat raya ini sudah ditentukan oleh Allah sejak zaman azali,
tetapi pemberlakuan takdir Allah tersebut ada juga yang mengikutsertakan peran makhluk-Nya.
Karena itulah, takdir dibagi menjadi dua, yaitu takdir mubram dan takdir mu’allaq :
1. Takdir Mubram
Dalam bahasa Arab, mubram artinya sesuatu yang sudah pasti, tidak dapat dielakkan. Jadi, takdir
mubram merupakan ketentuan mutlak dari Allah SWT yang pasti berlaku atas setiap diri manusia,
tanpa bisa dielakkan atau di tawar-tawar lagi, dan tanpa ada campur tangan atau rekayasa dari
manusia.
Usia seseorang
Jika Allah sudah menetapkan bahwa seseorang akan mati pada suatu hari, di suatu tempat, pada jam
sekian, maka orang tersebut pasti akan mati pada saat dan tempat yang sudah ditentukan itu. Ia
tidak akan bisa lari atau bersembunyi dari malaikat Izrail, meskipun ia berada di dalam sebuah
tembok benteng yang sangat kokoh. Allah SWT. berfirman :
Artinya : “Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, meskipun kamu di dalam
benteng yang tinggi lagi kokoh…” (QS. an-Nisa : 78)
2. Takdir Mu’allaq
Dalam Bahasa Arab, mu’allaq artinya sesuatu yang digantungkan. Jadi, takdir mu’allaq berarti
ketentuan Allah SWT yang mengikutsertakan peran manusia melalui usaha atau ikhtiarnya. Dan
hasilnya aakhirnya tentu saja menurut kehendak dan ijin dari Allah SWT. Allah SWT. berfirman :
Artinya : “…Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…” (QS. ar-Ra’d : 11)
Beberapa contoh takdir mu’allaq antara lain adalah kekayaan, kepandaian, dan kesehatan. Untuk
menjadi pandai, kaya, atau sehat, seseorang tidak boleh hanya duduk berpangku tangan menunggu
datangnya takdir tapi ia harus mengambil peran dan berusaha. Untuk menjadi pandai kita harus
belajar; untuk menjadi kaya kita harus bekerja keras dan hidup hemat; dan untuk menjadi sehat kita
harus menjaga kebersihan. Tidak mungkin kita menjadi pandai kalau kita malas belajar atau suka
membolos. Demikian juga kalau kita ingin kaya, tetapi malas bekerja dan suka hidup boros; atau kita
ingin sehat, tetapi kita tidak menjaga kebersihan lingkungan, maka apa yang kita inginkan itu tak
mungkin terwujud.
Sebagaimana ciri orang yang beriman kepada qadha dan qadar di atas, orang yang meyakini takdir
Allah SWT, tidak boleh pasrah begitu saja kepada nasib karena Allah SWT memberikan akal yang bisa
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Allah SWT juga memberikan tubuh dalam
bentuk sebaik-baiknya untuk digunakan sarana berusaha.
Dengan demikian, jelaslah bahwa beriman kepada qadha dan qadar Allah bukan berarti kita hanya
pasrah dan duduk berpangku tangan menunggu takdir dari Allah; melainkan juga berusaha yang giat
sepenuh hati mengubah nasib sendiri, berupaya bekerja dengan keras mencapai apa yang kita
citacitakan
(Risalah Nikah)
Seiring dengan kemajuan manusia modern, yang ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi, nilai-nilai kebenaran
yang hakiki semakin tergeser dari kehidupan perilaku modern.
Pada akhirnya umat Islam semakin tidak mengerti, memahami, bahkan tidak memperdulikan lagi
terhadap syari'at yang mestinya menjadi panutan dan pegangan bagi mereka (umat Islam).
Pernikahan yang dalam Islam dianggap sebuah kegiatan yang sakral dan telah diberi rambu-
rambunya oleh Allah SWT demi kebaikan manusia itu sendiri, sekarang terasa sekali tidak
dilaksanakan sesuai keinginan Allah sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah saw, bahkan umat
Islam malah condong meniru nilai dan perilaku Barat yang kenyataannya adalah tidak sesuai dengan
syari'at Islam, atau mungkin dengan cara-cara mengikuti nenek moyang mereka; yang kalau tidak
mau dikatakan bid'ah/kurafat, tetapi pada prakteknya banyak yang tidak sesuai dengan syari'at Islam
yang sudah jelas dan berpahala serta mengandung keberkahan dari Allah SWT.
"Katakanlah (Muhammad), "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku ! niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu" dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS.
Ali Imran (3) : 31).
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebagian dari orang-orang yang diberikan Al
Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman." (QS.
Ali Imran (3) : 100).
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu sehingga kamu mengikuti agama
mereka. Katakanlah:"Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)". Dan
sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahan datang kepadamu, maka
Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu." (QS. Al Baqarah (2) : 120)
"Barang siapa yang membuat-buat dalam urusan (agama) kami ini amalan yang bukan darinya, ia
tertolak." (HR. Bukhari dan Muslim).
Untuk itu, pada kesempatan yang berbahagia ini, kami mencoba mempersembahkan sebuah risalah
tentang pernikahan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw.
Risalah ini hanyalah satu usaha kecil dari sebuah proyek besar dalam
Kami juga berharap dan memohon agar Bapak/Ibu/Saudara/Saudari yang telah membaca dan
memahami risalah ini, agar menularkan pemahamannya kepada saudara dan handai taulan lainnya,
agar mereka tidak salah dalam menyikapi sebuah kegiatan yang sebenarnya ada dalam ajaran Islam.
Atas semua perhatian dan dukungan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari kami ucapkan terima kasih yang
tak terhingga, dan hanya Allah SWT yang dapat membalas dengan balasan yang belipat ganda, amin.
"Barangsiapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan
barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan
seimbangdengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).
Katakanlah:"Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama
yang benar; agama Ibrahim yang lurus; dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang
musyrik". Katakanlah : "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupki dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam, tiada sekutu baginya;dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan
aku adalah orang yang
pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (QS. Al An'am (6) : 160 - 163)
Maha Suci Allah yang telah menciptakan manusia berpasang-pasangan satu dengan yang lainnya,
dan menyatukan keduanya dalam taqwa, serta menumbuhkan darinya rasa tenteram dan kasih
sayang. Shalawat serta salam semoga selalu allah curahkan kepada teladan umat yang telah
mengembalikan harkat manusia kembali pada fitrahnya.
Islam sebagai ajaran yang sesuai dengan fitrah, telah mensyari'atkan adanya pernikahan bagi setiap
manusia. Dengan pernikahan seseorang dapat memenuhi kebutuhan fitrah insaniyahnya
(kemanusiaannya) dengan cara yang benar sebagai suami isteri, lebih jauh lagi mereka akan
memperoleh pahala disebabkan telah melaksanakan amal ibadah yang sesuai dengan syari'at Allah
SWT.
Pernikahan dalam pandangan Islam, bukan hanya sekedar formalisasi hubungan suami isteri,
pergantian status, serta upaya pemenuhan kebutuhan fitrah manusia. Pernikahan bukan hanya
sekedar upacara sakral yang merupakan bagian dari daur kehidupan manusia. Pernikahan
merupakan ibadah yang disyari'atkan oleh Allah SWT melalui Rasul-Nya, maka tidak diragukan lagi
pernikahan adalah bukti ketundukan seseorang kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah tidak membiarkan
hamba- Nya beribadah dengan caranya sendiri. Allah yang Maha Rahman memberikan tuntunan
yang agung untuk melaksanakan ibadah ini, sebagaimana ibadah-ibadah yang lainnya (shalat, puasa,
zakat, haji, dsb.). Maka adalah sebuah kecerobohan, bila hamba-Nya yang ingin melaksanakan
ibadah yang suci ini (nikah) menodainya dengan bid'ah (yang tidak diajarkan oleh Islam) dan khurafat
(hal-hal yang membawa kepada kemusyrikan terhadap Allah), sehingga mencabut status aktivitas itu
dari ibadah menjadi mafsadat/dosa. Adalah sebuah kemestian bagi setiap muslim untuk berusaha
menyempurnakan ibadahnya semaksimal mungkin, tak terkecuali dengan sebuah proses dan
kegiatan pernikahan. Kesemuanya itu dilakukan agar hikmah dan berkah ibadah dari ibadah itu
dapat dirahmati oleh Allah Azza wa Jalla.
Walimah berasal dari kata Al-Walam yang bermakna Al-Jamu' (berkumpul), karena setelah acara
tersebut dibolehkan berkumpul suami isteri. Menurut Ibnu Arabi, istilah walimah mengandung
makna sempurna dan bersatunya sesuatu. Istilah walimah biasanya dipergunakan untuk istilah
perayaan syukuran karena terjadinya peristiwa yang menggembirakan. Lebih lanjut istilah walimah
akhirnya dipakai sebagai istilah untuk perayaan syukuran pernikahan.
Sebahagian ulama berpendapat, bahwa hukum penyelenggaran walimah itu adalah sunnah
muakkadah (dianjurkan) berdasarkan hadits perintah Rasulullah saw kepada Abdurrahman bin Auf.
ADAB WALIMAH
Seperti yang telah diungkap sebelumnya, bahwa pernikahan adalah sebuah acara ritual dan ibadah
yang tentu telah diatur oleh Allah SWT lewat Rasul-Nya, maka yang perlu kita perhatikan dalam
adab-adab terselenggaranya acara tersebut agar tetap dalam ridho Allah SWT, yaitu :
"Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang
tergantung apa yang ia niatkan..." (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Menghindari kemaksiatan
Karena ibadah yang satu ini melibatkan pribadi dan orang lain, maka harus sangat diperhatikan
beberapa hal yang mungkin dapat menimbulkan kemaksiatan yang sengaja, maupun tanpa sengaja
dilakukan oleh pelaksana, maupun undangan yang datang, untuk itu ada beberapa catatan yang
harus diperhatikan sehingga kita terbebas dari kemaksiatan kepada Allah; Sang Pencipta kita :
"Makanan paling buruk adalah makanan dalam walimah, dimana orang- orang kaya diundang
makan, sedangkan orang-orang miskin tidak diundang." (HR. Muslim dan Baihaqi)
Dalam masyarakat kita terdapat banyak kebiasaan dan hal-hal yang dilandasi oleh kepercayaan
terhadap selain Allah SWT, walaupun sering kita mendengar bahwa hal-hal tersebut hanya
perantara, tetapi tetap karena Rasul-Nya tidak mencontohkan, bahkan Allah SWT telah jelas- jelas
melarangnya, maka jangan dilaksanakan.
"Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada
beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan." (QS. Al
Jin (72) : 6)
"Barang siapa mendatangi dukun atau peramal, dan percaya kepada ucapannya, maka ia telah
mengkufuri apa yang telah diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw." (HR. Abu Daud)
Hikmah tidak bercampur baurnya antara tamu pria dan wanita adalah untuk menghindari terjadinya
zina mata dan zina hati; dan inilah tindakan preventif (pencegahan) dari perbuatan selanjutnya.
"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan
suatu jalan yang buruk." (QS. Al Israa' (17) : 32)
"Dua mata itu bisa berzina, dan zinanya ialah melihat (yang bukan mahramnya)." (HR. Bukhari)
Dan salah satu bentuk yang bisa menimbulkan gejolak syahwat dan menghantarkan kepada
perzinaan (hati/persetubuhan) adalah berjabat tangan antara orang yang bukan mahramnya.
"Barang siapa yang berjabat tangan dengan selain mahramnya maka akan mendapat murka dari
Allah Azza wa Jalla." (HR. Ibnu Baabawih)
Untuk membantu terlaksananya hal tersebut di atas, maka sangat diperlukan sebuah pelengkap agar
kita (para tamu) dapat menjaga pandangan pada apa yang Allah larang; yaitu dengan pemisahan
ruangan tamu untuk pria dan wanita atau memakai hijab (tirai) antara tamu wanita dan pria,
sebagaimana Rasulullah contohkan pada waktu Rasulullah menikah dengan Zainab binti Jahsyi di
Madinah, yang merupakan sebab turunnya surat Al Ahzab atau 53.
Hal ini jangan dianggap hal yang mengada-ada dan asing, karena telah dijelaskan di awal, bahwa
walimah merupakan sebuah aktifitas dari sekian aktifitas yang termasuk ibadah, maka iapun sama
dengan ibadah- ibadah yang lainnya memiliki aturan main; contoh nyata adalah shalat, dimana
dalam shalat terjadi pemisahan antara pria dan wanita; juga kegiatan pengajianpun demikian, jadi
sangat wajar dan sebuah ajaran dari Allah yang Maha Mengetahui kekurangan dan kelebihan
manusia serta mengetahui apa yang terjadi bila manusia hanya berpijak pada prasangka dan
keyakinannya; yang pada dasarnya manusia itu makhluk yang lemah dan tidak mengetahui yang
ghaib dan akibat dari perbuatannya.
Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang
(kehidupan) akhirat adalah lalai. (QS. Ar Ruum (30) : 7)
Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; maka siapakah
yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang
penolongpun. (QS. Ar Ruum (30) : 29)
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang
yang dalam perjalanan:dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah
sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS. Al Israa' (17) : 27)
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata baik, barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah menghormati tetangganya, barangsiapa yang
beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah menghormati tamunya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Disunnahkan kita untuk mengucapkan do'a ketika kita berjabat tangan dengan sang pengantin.
"Baarokallohu laka, wabaaroka 'alaika, wa jama'a bainakuma fii khoir" artinya : "Semoga Allah SWT
memberkahimu dan mudah-mudahan Allah mengekalkan berkah atasmu serta menghimpun kalian
berdua di dalam kebaikan." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Atau do'a Rasulullah kepada Ali bin Abi Thalib ketika menikah dengan Fatimah Az-Zahrah (putri
Rasulullah) :
"Semoga Allah mengimpun yang terserak dari kalian berdua, memberkahi kalian berdua; dan kiranya
Allah meningkatkan kualitas keturunannya, menjadikan pembuka rahmat, sumber ilmu dan hikmah,
pemberi rasa aman bagi umat."
1. Tidak berlebih-lebihan
"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah,
dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-
lebihan." (QS. Al A'raaf (7) :31)
"Dari Khafsah, bahwasanya Rasulullah telah menggunakan tangan kanan sewaktu makan dan minum
serta berpakaian, sedang tangan lainnya untuk selain itu." (HR. Abu Daud)
"Dari Anas, bahwasanya Nabi saw telah melarang seseorang sambil berdiri, Qatadah bertanya
kepada Anas : "Bagaimana jika makan sambil berdiri?" jawabnya : "Tentunya yang demikian itu
sangat buruk dan jahat." (HR. Muslim)
Demikianlah risalah ini kami susun, mudah-mudahan kita dapat memahaminya dengan pemahaman
yang benar tanpa dilandasi prasangka buruk dalam mempelajari Al Islam yang sangat sempurna
(mencakup segala aspek) dalam ajarannya, sehingga kita dapat mengamalkannya secara konsisten
dan konsekuen, amin.
------------------------------------------------------------------
Abu Muhammad Abdullah bin Amr bin Ash ra, berkata, bahwa Rasulullah bersabda : "Tidak beriman
seseorang sehingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa." Hadits Shahih dalam kita Al
Hujjah
"Apapun yang aku larang untuk kalian, jauhilah ! dan apapun yang aku perintahkan untuk kalian
lakukan, kerjakanlah semampu kalian ! Sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum
kalian adalah banyaknya pertanyaan dan perselisihan mereka terhadap nabi-nabi mereka." HR.
Bukhari dan Muslim PENGERTIAN FAWATIHUS SUWAR DAN KHATIMUS SUWAR
Khawatim merupakan bentuk jamak dari kata khatimah, yang berarti penutup atau penghabisan.
Secara bahasa, khawatim al-suwar berarti penutup surat-surat Al Qur’an. Menurut istilah khawatim
al-suwar adalah ungkapan yang menjadi penutup dari surat-surat al Qur’an yang memberi isyarat
berakhirnya pembicaraan sehingga merangsang untuk mengetahui hal-hal yang dibicarakan
sesudahnya.
a. Pembukaan dengan pujian kepada Allah (al-istiftahbil al tsana). Pujian kepada Allah ada dua
macam, yaitu :
Memakai lafal hamdalah yakni dibuka dengan الحمدهلل, yang terdapat dalam 5 surat yaitu : Q.S. Al
Fatihah, Al An’am, Al Kahfi, Saba, dan Fathr.
Memakai lafal تبارك, yang terdapat dalam 2 surat yaitu : Q.S. Al Furqon dan Al Mulk.
2) Mensucikan Allah dari sifat-sifat negatif (tanzih‘ans sifatin naqshin) dengan menggunakan lafal
tasbih terdapat dalam 7 surat yaitu : Q.S. Al Isra, al A’la, al Hadid, al Hasyr, as shaff, al jum’ah, dan at
Taghabun.
Jumlah Ismiyyah
Jumlah Fi’liyyah
FAWATIH AL-SUWAR
NAMA SURAT
1.
الم
2.
المص
Al-A’raf
3.
الر
4.
المر
Al-Ra’d
5.
كهيعص
Maryam
6.
طه
Tha ha
7.
طس
Al-Naml
8.
طسم
Al-Syu’ara, al-Qashash
9.
يس
Ya Sin
10.
ص
Shad
11.
حم
12.
حمعسق
Al-Syura
13.
حق
Qaf
13.
ن
Al-Qalam
Imam As Suyuthi dalam membahas khawatim al-suwar tidak begitu rinci sebagaimana menerangkan
fawatihus suwar. Ia menerangkan beberapa bentuk term sebagai penutup dari surat-surat tersebut.
Di situ diterangkan bahwa penutup surat diantaranya berupa : do’a, wasiat, faroidl, tahmid, tahlil,
nasihat-nasihat, janji dan ancaman, dll.
a. Penutup dengan mengagungkan Allah (At Ta’dzim) terdapat dalam 17 surat, yaitu : 1). Q.S. Al
Maidah, 2). Al Anfal, 3). Al Anbiya, 4). An Nur, 5). Lukman, 6). Fathr, 7). Fushilat. 8). Al Hujurat, 9). Al
Hadid, 10). Al Hasyr, 11). Al Jum’ah, 12). Al Munafiqun, 13). At Thaghabun, 14).At Thalaq, 15). Al Jin,
16). Al Mudatsir, 17). Al Qiyamah, dan 18). At tin.
b. Penutupan dengan anjuran ibadah dan tasbih, terdapat dalam 6 surat, yaitu : 1). Q.S. al A’raf, 2).
Hud, 3). Al Hijr, 4). At Thur, 5). An Najm, dan 6). Al ‘Alq.
c. Penutupan dengan pujian (at Tahmid). Terdapat dalam 11 surat. Yakni : 1). Q.S. Al Isra, 2). An
Naml, 3). Yasin, 4). As Shaff, 5). As Shafat, 6). AzZumar, 7). Al Jatsiyah, 8). ArRahman, 9). Al Waqi’ah,
10). Al Haqqah, dan 11). AnNashr.
d. Penutupan dengan do’a, terdapat dalam 2 surat, yaitu : 1) Q.S. Al Mu’minun, 2). Al Baqoroh.
e. Penutupan dengan wasiat, terdapat dalam 7 surat, yaitu : 1). Ar Rum, 2). Ad Dukhan, 3). As Shaff,
4). Al A’la, 5). Al Fajr, 6). Ad Duha, 7). Al ‘Ashr.
f. Penutupan dengan perintah dan masalah taqwa, terdapat dalam 3 surat, yaitu : Q.S. Ali Imron, An
Nahl, dan Al Qomar.
h. Penutupan dengan janji dan ancaman, di antaranya terdapat dalam surat : Q.S. Al Mujammil, Al
Humazah, dll.
i. Penutupan dengan hiburan bagi Nabi saw, terdapat dalam Q.S. Al Kautsar, Al Kafirun, dll.
j. Penutupan dengan sifat-sifat Al Qur’an, seperti dalam surat : Q.S. Yusuf, Q.S. Shad, dan Q.S. Al
Qolam.
k.Penutupan dengan bantahan (al jadl), terdapat dalam surat : Q.S. ArRa’d.
l. Penutupan dengan ketauhidan, terdapat dalam surat : Q.S. At Taubah, Q.S. Ibrahim, Q.S. Al Kahfi,
Q.S. Al Qashash, dll.
m.Penutupan dengan kisah, terdapat dalam surat : Q.S. Maryam, at Tahrim, ‘Abasa, dan Al Fil.
o. Penutupan dengan perincian maksud, seperti terdapat dalam surat : Q.S. Al Fatihah, As Syu’ara,
At Takwir, dll.
p. Penutupan dengan pertanyaan, seperti dalam surat : Q.S. Al Mulk dan Al Mursalat.
Dalam Al-qur’an terdapat 29 surat yang diawali dengan huruf-huruf muqatha’ah,yaitu huruf-huruf
yang membentuk sebuah kalimat yang tidak bisa diartikan dan dipahami,namun huruf–huruf ini
merupakan rahasia dari rahasia-rahasia yng terkandung dalam al-qur’an yang hanya Allah yang tahu.
Para mufassir berbeda pendapat tentang pengertian dari huruf-huruf muqatha’ah dalam al-qur’an al
karim seperti dalam tafsir ibnu katsir bahwa para mufassir berbeda pendapat dalam arti huruf
muqatha’ah, huruf muqatha’ah merupakan yang termasuk rahasia dari ilmu Allah dan hanyalah
Allah yang tahu akan hakikat tersebut,begitu juga pendapat tersebut tertulis dalam kitab aysar
tafasir.
Adapun dalam tafsir al mizan disebutkan 11 pendapat para mufassir tentang huruf muqatha’ah yang
dinukilkan dari thabrasi dalam majma’ul bayan, dan berikut poin-poin penting tentang pendapat
para mufassir: ia merupakan mutasyabihaat (yang tidak diketahu artinya) dan tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Allah SWT. Merupakan nama dari surat yang jatuh padanya huruf
tersebut.seperti alif lam mim,maka ia merupakan nama lain dari surat al-baqarah. Ia merupakan
nama dari nama-nama Al-qur’an secara keseluruhan.
ia merupakan nama dari nama-nama Allah. Ia merupakan nama-nama Allah yang terpotong,dan
akan menjadi nama Allah jikalau digabung,seperti alif lam ra’,ha mim,nun maka akan menjadi Ar-
rahman seperti diriwayatkan dari sa’id ibnu jabir.
dalam al-amtsal diriwayatkan hadits dari imam Husain as: “para kaum kafir quraisy dan yahudi tidak
mempercayai Al-qur’an dan meeka berkata ‘ini merupakan sihir’ maka Allah berfirman :”alif lam
mim….dst, (dalam surat al-baqarah)dan wahai Muhammad ini merupakan kitab yang aku turunkan
padamu ialah huruf muqatha’ah yaitu alif, lam, mim.dan merupakan huruf-huruh dari bahsa
kalian,maka datangkanlah yang seperti itu jika kalian banar”
Huruf muqatha’ah yang terdapat diawal surat maryam didalam al-amstal disebutkan bahwa huruf-
huruf muqatha’ah tersebut mengandung arti nama dari nama Allah yaitu kaf (kafii) berarti maha
mencukupi ha’ (hādi) berarti petunjuk ya’ (waliy) ‘ain (alīm) berarti maha mengetahui dan shad
(shadiqul wa’di) berarti maha menepati janji.
Namun sebagian mufassir menafsirkan huruf-huruf ini pada peristiwa yang menimpa Al-husain as di
karbala dengan pengertian ha’ berarti halaka itrah annabiy musibah agung yang menimpa keluarga
nabi SAW, ya’ berarti yazid,pemerintah dhalim yang berkuasa di zaman al-husain,’ain berarti athasy,
kehausan yang menimpa Al-husain dan keluarganya di karbala, shad berarti shabar, kesabaran yang
sangat agung Al-husain, keluarganya dan sahabatnya demi menegakkan islam yang dibawa rasulullah
SAW. Huruf muqatha’ah ada pada awal surat,dan setelahnya sebagian banyak menerangkan
keagungan Al-qur’an, dan hal ini menunjukkan bahwa huruf tersebut sebagai bukti dari keagungan
al-qur’an sebagai mukjizat sepanjang zaman,dan tak ada yang mampu menandinginya.
Al-Qur’an memiliki banyak keistimewaan dari segi makna dan kebahasaan. Fawatihus suwar
merupakan salah satu realitas keistimewaan misterius yang terdapat di dalam Al Qur’an. Pemaparan
tentang Fawatihus suwar khusunya menyangkut al huruf al muqatta’ah tidak banyak bahkan hampir
tidak ada yang berhasil mengungkap latar belakang ataupun keterangan yang valid yang secara
historis bisa membuktikan hubungan-hubungan fawatihus suwar.
Dari segi makna, memang banyak sekali penafsiran-penafsiran spekulatif terhadap huruf-huruf itu.
Dikatakan spekulatif, karena penafsiran-penafsiran mengenai hal itu tidak didahului pengungkapan
konteks historisnya. Lain halnya dengan fawatihus suwar dalam bentuk lain misalnya Al Qasam
(sumpah), An Nida’ (seruan), Al Amr (perintah), Al Istifham (pertanyaan) dan lain-lain. Para pengkaji
lebih bergairah menyajikannya, seperti kitab tafsir Bintusy Syathi’. Pesan-pesan moralnya juga lebih
bisa dimaknai secara rasional.
Urgensi telaah terhadap Fawatihus suwar tidak terlepas dari konteks penafsiran Al Qur’an.
Penggalian-penggalian makna yang terlebih dahulu memalui karakter bab ini akan memberikan
nuansa tersendiri, baik yang didasarkan kepada data historis yang kongkrit ataupun penafsiran yang
menduga-duga. Lebih dari itu kita tentu meyakini eksistensi Al Qur’an kebesarannya, keagungannya,
juga rahasia kemu’jizatannya. Penjelasan Hukum Mad Beserta Contohnya
Apabila ada alif ( ) اterletak sesudah fathah atau ya’ sukun ( ) يsesudah kasrah ( ―ِ ) atau wau ( ) و
sesudah dhammah ( ―ُ ) maka dihukumi mad thabi’i . Mad artinya panjang , thabi’i artinya : biasa.
Cara membacanya harus sepanjang dua harakat atau disebut satu alif contoh :
Apabila ada mad thabi’i bertemu dengan hamzah ( ) ءdidalam satu kalimat atau kata. Cara
membacanya wajib panjang sepanjang 5 harakat atau dua setengah kali mad thabi’i ( dua setengah
alif ).
Apabila ada mad thabi’i bertemu dengan hamzah ( ) ءtetapi hamzah itu dilain kalimat . Jaiz artinya :
boleh . Munfashil artinya terpisah .
Cara membacanya boleh seperti mad wajib muttashil, dan boleh seperti mad thobi’i saja .
Apabila ada mad thabi’i bertemu dengan tasydid di dalam satu perkataan, maka cara membacanya
harus panjang selama 3 kali Mad Thabi’i atau 6 harakat.
Contoh : ّاخ ُة َ َِّوﻻَالضَّآل
َ ين اَلص
Apabila ada mad thobi’I bertemu dengan huruf mati (sukun), maka cara membacanya sepanjang 6
harakat .
Contoh آﻻَن
Apabila ada wau sukun ( ) وatau ya’ sukun ( ) يsedang huruf sebelumnya yaitu berharakat fathah,
maka cara membacanya sekedar lunak dan lemas .
ِ ) َم ْد
7. Mad ‘Aridl Lissukun ( عارضْ لِلسُّكوُ ِن
Apabila ada waqaf atau tempat pemberhentian membaca sedang sebelum waqaf itu ada Mad
Thobi’i atau Mad Lein, maka cara membacanya ada 3 macam :
a. Yang lebih utama dibaca panjang seperti mad wajib muttashil ( 6 harakat ).
c. Yang pendek ya’ni boleh hanya dibaca seperti mad thobi’i biasa .
Apabila ada haa dhamir ( ) ﻪsedang sebelum haa tadi ada huruf hidup (berharakat), maka cara
membacanya harus panjang seperti mad thobi’i.
Apabila ada Mad Qashirah bertemu dengan hamzah ( ) ء, maka membacanya seperti Mad Jaiz
Munfashil .
Apabila ada fathatain yang jatuh pada waqaf (pemberhentian) pada akhir kalimat, maka cara
membacanya seperti mad thobi’i.
Yaitu apabila ada hamzah ( ) bertemu dengan Mad , maka cara bacanya seperti Mad Thobi’i.
Badal artinya ganti. Karena yang sebenarnya huruf mad yang ada tadi asalnya hamzah yang jatuh
sukun kemudian diganti menjadi ya atau alif atau wau .
Yaitu apabila pada permulaan surat dari Al-Qur’an terdapat salah satu atau lebih Dari antara huruf
yang delapan, ya’ni
Yaitu apabila ada permulaan surat dari Al-Qur’an ada terdapat salah satu atau lebih dari antara huruf
yang lima ya’ni :
ر-ﻫ-ح–ي–ط
حم الم
Yaitu bertemunya dua hamzah yang satu hamzah istifham dan yang kedua hamzah washol pada lam
alif ma’rifat, cara membacanya sepanjang 6 harakat .
endahuluan
Arab Pegon (Pego) asalnya berasal dari huruf Arab Hijaiyah, yang kemudian disesuaikan dengan
aksara (abjad) Indonesia (Jawa). Kata pegon dalam kamus Bausastra mempunyai arti tidak murni
Bahasa Jawa.
Huruf Pegon lahir dikalangan pondok pesantren untuk memaknai atau menerjemahkan kitab – kitab
berbahasa Arab kedalam bahasa Jawa/Indonesia untuk mempermudah penulisannya, karena
penulisan Arab dimulai dari kanan ke kiri begitu pula menulisan Pegon, sedangkan penulisan Latin
dimulai dari kiri ke kanan.
Menurut satu pendapat, penemu huruf Pegon adalah Sunan Ampel1, sedangkan menurut pendapat
lain Imam Nawawi2 Banten, hal ini dikuatkan dari sejarah pada masa penjajahan banyak sekali
terjadi penindasan, perampasan hak dan penyiksaan. Maka timbulah “Gerakan Anti Penjajah”.
Pemberontakan terhadap pemerintahan penjajah terjadi dimana – mana, termasuk didalamnya
kaum muslimin sampai – sampai para ‘ulama dan kyai berfatwa “haram memakai apapun dari
penjajah” termasuk tulisannya. Dalam situasi ini, dengan cerdas Imam Nawawi menyesuaikan
bahasa Jawa dengan huruf – huruf Arab yang dinamakan aksara Pegon (Pego).
Demikianlah sedikit uraian arti, penemu dan latar belakang ditemukannya aksara Pegon. Selanjutnya
akan diuraikan kaidah menulis dan membaca aksara Pegon yang diambil dari buku “Pakem Tanah
Jawa Induk Ramalan dan Kisah Ekspedisi Syeikh Subakir3 ke Pulau Jawa” dengan sedikit perubahan.
Agar penulisan Pegon kita (para SayThon) dapat diseragamkan.
Sastra Pegon
Huruf Hijaiyyah
الخ........ ا ب ت ث ج ح خ
اب ت ج د ر س ط ع ف ك ل م ن و ه ي
No
Aksara Jawa
Aksara Latin
Aksara Pegon
01
Ha
H/A
أ/ه
02
Na
ن
03
Ca
چ
04
Ra
ر
05
Ka
K
ك
06
Da
ڎ
07
Ta
ت
08
Sa
س
09
Wa
و
10
La
ل
11
Pa
ڤ
12
Dha
Dh
ڎ
13
Ja
ج
14
Ya
ي
15
Nya
Ny
ۑ
16
Ma
م
17
Ga
ڮ
18
Bha
ب
19
Tha
Th
ط
20
Nga
Ng
ڠ
Huruf Pegon ini merupakan huruf konsonan sebelum digandeng dengan huruf vokal dan sandangan
huruf lain. Untuk menjadikan huruf vokal maka harus ditambahkan huruf vokal yaitu :
Serta harus ditambah sandangan (bantu) yaitu fathah (َ) , pȇpȇt (~) dan Hamzah ()ء.
Huruf HA aksara Pegonya ada dua yaitu HA ( )هdan alif ()ا, karena HA dapat dibaca A contoh hayu
dibaca ayu, hana dibaca ana.
Huruf Pegon ditambah alif ( )اberbunyi A, contoh ها/ أmaka dibaca ha/a
Huruf Pegon diberi alif ( )اberbunyi Ó (dalam bahasa Jawa) seperti bunyi O pada kata Gógó (tanaman
padi pada lahan kering) dan berbunyi A dalam bahasa Indonesia, namun di beberapa daerah Jawa
sering juga dibaca A :
Surabaya : Indonesia.
Huruf Pegon di Fathah dan digandeng dengan ( )يdibaca É, seperti E pada kata énak, pédé, saté.
Juga dibaca Ё seperti pada kata peyek, remeh, teh, namun dalam bahasa Indonesia tetap dibaca É.
Huruf Pegon di Fathah dan digandeng dengan Wawu ( )وuntuk bunyi O, seperti pada kata ijo, bojo,
loro, soto.
َ َوجو ل
Contoh : Bojo loro : ورو َ َب
آatau اdibaca E
ۿatau هdibaca HE
نatau نdibaca NE
Penulisan konsonan rangkap pengucapannya seolah – olah ada bunyi E (Pȇpȇt), maka jika diucapkan
perlahan – lahan akan terasa bunyi E (Pȇpȇtnya).
Contoh :
Cara penulisan konsonan rangkap dengan Huruf Pegon adalah dengan mengembalikan bunyi E
(Pȇpȇt) yang seolah – olah ada pada konsonan rangkap tersebut.
Contoh :
Alif diberi Hamzah diatas dibaca A/O contoh : ono ditulis أنا.
Alif diberi Hamzah diatas dan Wawu ( )أوdibaca U contoh : udara ditulis أوڎارا
Alif diberi Hamzah dibawah dan Ya’ ( )يdibaca E, contoh : Enak ditulis يناكإ
Alif tanpa Hamzah dan Wawu dibaca O contoh : Orang ditulis : اوراڠ
Alif tanpa Hamzah, tanpa Wawu dan tanpa Ya’ dibaca E, contoh elang ditulis االڠ
Alif diberi Hamzah diatas dan Ya’ dibaca E. Contoh : Epson ditulis أيڨسان
Catatan :
Kaidah menyambung Huruf – huruf Pegon sama dengan kaidah menyambung huruf – huruf
Hijaiyyah.
Bahasa Indonesia atau Jawa yang diserap dari bahasa Arab tetap ditulis aslinya. Contoh : kata "Islam"
harus ditulis اسالمbukan ايسالم, kata “Batin” ditulis باطنbukan باطين.
Penutup
Demikian kaidah – kaidah yang dapat kami sampaikan, apabila ada kesalahan atau kekurangan
dalam penulisan maupun penyampaian harap segera melapor yang bersangkutan. Semoga
bermanfa’at apa yang kita pelajari bersama ini. Amien.
Apabila “Al” ( )الatau alif lam mati yang bertemu dengan salah satu huruf Syamsiyah ( ث ص ر ت ض ذ
) ن د س ط ظ ز ش لdan dibacanya lebur/idghom (bunyi “al’ tidak dibaca).
• Dibacanya lebur/idghom
• ٰ اَلض،اَلرَّ ِح ْي ُم
Contoh Bacaan “Al” Syamsiyah: ُّحى
Apabila “Al” ( )الatau alif lam mati bertemu dengan salah satu huruf Qamariyah ( ا ب غ ح ج ك و خ ف
) ع قdan dibacanya jelas/izhar.
• Dibacanya jelas/izhar
Pada kesempatan kali ini, maz upin akan berbagi ilmu tajwid tentang hukum bacaan lam ta'rif.
Sedangkan lam ta'rif itu terdiri dari 2 macam yaitu alif lam syamsiah dan alif lam qamariah.
Pembahasannya meliputi: pengertian, huruf-hurufnya, cara membaca dan disertai dengan
contoh contohnya.
Langsung saja, berikut ini Hukum Bacaan Alif Lam Syamsiah dan Qamariah yang bisa kita
pelajari dengan mudah dan gampang. Sebelum melanjutkan, silahkan baca juga Macam-macam
Waqaf dan Contohnya atau Hukum Bacaan Mad dan Contohnya Lengkap.
Pembagian lam ta'rif yang pertama adalah alif lam syamsiyah yang berarti alif lam ( )الyang
dirangkai atau bertemu dengan salah satu huruf syamsiyah. Huruf-huruf lam syamsiah ada 14,
yaitu: ت ث د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ل ن
Cara Membacanya adalah huruf lam tidak dibaca (dileburkan) dan huruf syamsiah setelah lam
harus di tasydid ( ) ـّــ. Contohnya الـ َّشمْ سِ َي ُةdibaca asyamsiah bukan alsamsiah.
Pada dasarnya huruf alif yang mengikuti huruf lam tidak berharakat. Namun, jika di awal kalimat
(ibtida’), huruf alif tersebut diberi harakat fathah, tetapi jika di tengah kalimat, huruf alifnya tidak
ِ ْ( اَلرَّ حAlif lam pertama, berada di awal maka alif tersebut diberi
diberi harakat. Contoh: مـن الرَّ ح ِِيم
harakat atas. Sedangkan alif lam kedua berada di tengah kalimat dan alifnya tidak diberi
harakat.)
Pembagian lam ta'rif yang kedua adalah Alif lam syamsiyah yang berarti alif lam ( )الyang
dirangkai dengan salah satu huruf qamariyah. Sedangkan huruf-huruf alif lam qamariah ada 14
yaitu: ا ب ج ح خ ع غ ف ك ق م و هـ ي
Cara Membacanya adalah huruf lam di beri sukun sehingga suaranya jelas. Contohnya ْال َقم َِر َي ُةdi
baca al qamariah
Seperti halnya alif lam syamsiyah, jika di awal kalimat (ibtida’) huruf alifnya diberi harakat atas,
tetapi jika di tengah kalimat, huruf alifnya tidak diberi harakat. Contoh: َ ( اَ ْلـحَ مْ ُد هّلل ِ رَ بِّ ْالـعَ الَمِينAlif lam
pertama, berada di awal maka alif tersebut diberi harakat atas. Sedangkan alif lam kedua berada
di tengah kalimat dan alifnya tidak diberi harakat).
Dari penjelasan alif lam syamsiah dan alif lam qamariah diatas, maka depat disimpulkan
bahwasannya perbedaan keduanya adalah:
Syamsiah, Lam nya tidak berharakat sedangkan Qamariah, Lam nya berharakat sukun
Syamsiah, Lam nya tidak dibaca sedangkan Qamariah, Lam nya dibaca jelas
Untuk Syamsiah, Lam dileburkan ke dalam huruf syamsiyah yang ada sesudahnya
sehingga huruf syamsiyah tersebut diberi tasydid. Sedangkan untuk Qamariah, Karena
lam berharakat sukun, maka huruf qamariyah yang ada sesudahnya tidak diberi tasydid.
Sekian pembahasa Hukum Bacaan Alif Lam Syamsiah dan Qamariah dari maz upin. Semoga
bermanfaat untuk kita semua. Wasaalam
PENGERTIAN HAMZAH WASHAL
Hamzah Washal berupa Hamzah secara pengucapan dan berupa Alif secara tulisan.
Diucapkan ketika menjadi permulaan saja. dan gugur ketika berada pada tengah-tengah
penuturan kalimat, sekiranya didahului oleh satu huruf atau satu kalimah.
Hamzah Washal adalah Hamzah zaidah berfungsi sebagai perantara atau penyambung
kepada pengucapan huruf mati atau sukun yang berada setelahnya. Hamzah Washal
terdapat pada kalimah fi’il, kalimah isim maupun kalimah huruf.
Hamzah Washal yang terdapat pada kalimah Fi’il:
1. Terdapat pada Fi’il Madhi dan Fi’il Amar dari fi’il 5 huruf atau 6 huruf (Khumasiy dan Sudasiy)
LIHAT TABEL NO. 1:
2. Terdapat pada Fi’il Amar dari fi’il 3 huruf
LIHAT TABEL NO. 2:
Hamzah Washal yang terdapat pada kalimah Isim :
1. Terdapat pada kalimah isim Masdar dari fi’il 5 huruf atau 6 huruf
LIHAT TABEL NO. 1:
2. Terdapat pada kalimah isim sepuluh atau sebutan al-Asmaul-‘Asyarah ( )األسماء العشرة.
LIHAT TABEL NO. 3:
Hamzah Washal yang terdapat pada kalimah Huruf:
1. Hanya terdapat pada satu Kalimah Huruf yaitu AL ( )ال yang berfungsi mema’rifatkan Isim
Nakirah ataupun AL zaidah.
LIHAT TABEL NO. 4:
HAMZAH WASHAL TABLE NO. 1, Fi’il Madhi, Fi’il Amar dan Isim Masdar
dari bangsa 5-6 huruf.
ISIM MASDAR KHUMASI FI’IL AMAR KHUMASI FI’IL MADHI KHUMASI
َ ْانك
ِس َار ًا ْ ا ِْن َك
سِر ْان َك َس َر
ًاعا
َ اجت َِم
ْ ْ ا ِْج َت
مِع اج َت َم َع
ْ
مِر َار ًا
َ احْ ا ِْح َم َّر اح َم َّر
ْ
ISIM MASDAR SUDASI FI’IL AMAR SUDASI FI’IL MADHI SUDASI
سِب
ْ ا ِْح ُ اُ ْح
س ْن ا ِْع َل ْم
HAMZAH WASHAL TABLE NO. 3, Al-Asma ‘Asyarah/Isim Sepuluh
ASMA’ ASYARAH ASMA’ ASYARAH ASMA’ ASYARAH
ِإ َّال ِإ َلى ِإ ْذ ِإ َذ ْن َِإ ْذما
Fathah
Fathah ()فتحة adalah harakat yang berbentuk layaknya garis horizontal kecil ( َ ) yang
berada di atas suatu huruf Arab yang melambangkan fonem /a/. Secara harfiah, fathah itu
sendiri berarti membuka, layaknya membuka mulut saat mengucapkan fonem /a/. Ketika
suatu huruf diberi harakat fathah, maka huruf tersebut akan berbunyi /-a/, contonya
huruf lam ()ل diberi harakat fathah menjadi /la/ ()ل.
َ
Alif Khanjariah
Fathah juga ditulis layaknya garis vertikal seperti huruf alif kecil ( ٰ ) yang disebut
dengan mad fathahatau alif khanjariah yang melambangkan fonem /a/ yang dibaca agak
panjang. Sebuah huruf berharakat fathah jika diikuti olehAlif ()ا juga melambangkan fonem
/-a/ yang dibaca panjang. Contohnya pada kata /laa/ (َ)ال
Kasrah
Kasrah (Arab: ()كس„„رة , kasrat) adalah harakat yang berbentuk layaknya garis horizontal
kecil ( ِ ) yang diletakkan di bawah suatu huruf arab, harakat kasrah melambangkan fonem
/i/. Secara harfiah, kasrah bermakna melanggar. Ketika suatu huruf diberi harakat kasrah,
maka huruf tersebut akan berbunyi /-i/, contonya huruf lam ()ل diberi harakat kasrah
menjadi /li/ ()ل.
ِ
Sebuah huruf yang berharakat kasrah jika bertemu dengan huruf ya () ى maka akan
melambangkan fonem /-i/ yang dibaca panjang. Contohnya pada kata /lii/ ( ) ِلى
HUkum Bacaan Saktah, Tashil,
Isyamam, Naqal, dan Imaalah.
1. Saktah
- Saktah adalah berhenti sebentar tanpa bernafas.
- Lama berhenti sekitar 2 harakat atau 1 alif.
- Contoh surah Ya-Siin ayat 52
2. Tshiil
- Tashiil adalah huruf hamzah pertama yang siasa dibaca, sedangkan huruf hamzah yang
kedua dibaa ringan ( suara antara huruf hamzah dan huruf alif tanpa mad).
- contoh surah Fushilat ayat 44
3. Isyamam
- Isyamam adalah sewaktu mendengungkan nun bertasyidi kedua bibir dihimpunkan kemuka
dan ditahan satu harakat.
- contoh surah yusuf ayat 11
4. Naqal
- Naqal adalah hamzah yang berbaris kasrah dari kata ismum dibuang kemudian barisnya
dipindah kepada lam yang sebelumnya beralif lam sehingga menjadi a-isymum kemudian
dihubungkan dengan kata sebelumnya Ba- hamzah- siin sehingga alif lam tidk berfungsi. dengan
kata lain :
- Naqal adalah menghilangkan bunyi alif lam.
- Contoh pada surah al hujurat ayat 11.
5. Imaalah
- Imaalah adalah bacaan antara baris fathah dan dommah untuk huruf ra
Dammah
Dammah ()ض„„„„مة adalah harakat yang berbentuk layaknya huruf waw ()و kecil yang
diletakkan di atas suatu huruf arab ( ُ ), harakat dammah melambangkan fonem /u/. Ketika
suatu huruf diberi harakat dammah, maka huruf tersebut akan berbunyi /-u/, contonya
huruf lam ()ل diberi harakat dammah menjadi /lu/ (ُ)ل.
Sebuah huruf yang berharakat dammah jika bertemu dengan huruf waw () و maka akan
melambangkan fonem /-u/ yang dibaca panjang. Contohnya pada kata /luu/ ()لـُو.
Sukun
Sukun ()س„„کون adalah harakat yang berbentuk bulat layaknya huruf ha ()ه yang ditulis di
atas suatu huruf Arab. Harakat sukun melambangkan fonem konsonan atau huruf mati dari
suatu huruf, misalkan pada kata mad ()مـ ْدyang
َ terdiri dari huruf mim yang berharakat
fathah () َم sehingga menghasilkan bunyi /ma/, dan diikuti dengan huruf dal yang
berharakat sukun () ْد yang menghasilkan konsonan /d/ sehingga menjadi /mad/.
Harakat sukun juga misa menghasilkan bunyi diftong, seperti /au/ dan /ai/, cotohnya pada
kata ()نـوْ ُم yang
َ berbunyi /naum(u)/ yang berarti tidur, dan juga pada kata () َلـيْن yang
berbunyi /lain/ yang berati lain atauberbeda.
Harakat sukun.
Tasydid
Tasydid ( )تشديد atau syaddah ( )شدة adalah harakat yang berbentuk layaknya huruf w atau
seperti kepala dari huruf sin ()س yang diletakkan di atas huruf arab (ّ) . Harakat tasydid
melambangkan penekanan pada suatu konsonan yang dituliskan dengan symbol konsonan
ganda, sebagai contoh pada kata ( ٌ)شـَـ َّدة yang berbunyi /syaddah/ yang terdiri dari
huruf syin yang berharakat fathah ( )ش sehingga menghasilkan bunyi /sya/, diikuti dengan
huruf dal yang berharakat tasydid fathah ( ) َّد yang menghasilhan bunyi /dda/, diikuti pula
dengan ta marbuta kata ( ٌ)ة di akhir kata yang menghasilkan bunyi /h/, sehingga
menjadi /syaddah/.
Harakat tasydid.
Tanwin
Tanwin (bahasa Arab: التنوين, “at tanwiin”) adalah tanda baca/diakritik/harakat pada tulisan
Arab untuk menyatakan bahwa huruf pada akhir kata tersebut diucapkan layaknya bertemu
dengan huruf nunmati. [1]
Penulisan
Harakat tanwin ditulis serupa dengan harakat lain, seperti fathah dengan
fathatan, kasrah dengan kasratan, dan dammah dengan dammatan.
َــًــ : fathah dan fathatan;
ُــٌــ : dammah dan dammatan;
ِــٍــ : kasrah dan kasratan;