KELOMPOK 1
1. Ambo Angka 3. Alif Bintang Prasetyo
2. Faril Dwi Putra 4. Yendra Fachrezi
3. Rahid Oktavian Pradana 5. Andika Pratama
A. Makna Q.S. Ali Imran [3]: 190-191 serta Hadis Terkait tentang Berpikir Kritis
Diantara nikmat yang diberikan oleh Allah Swt. kepada kita adalah nikmat berupa akal. Untu
mensyukuri nikmat tersebut, maka kita menggunakan akal kita untuk berpikir. Dengan berpikir
mak kecerdasan otak akan terasah. Orang yang berpikir kritis merupakan ciri orang yang
cerdas. Dalam ajara agama Islam, berpikir kritis bisa diartikan sebagai sikap dan tindakan yang
berusaha memahami ajara agama dari berbagai sumber.
Berpikir merupakan fungsi dari akal yang dianugerahkan kepada manusia. Kata berpikir
memiliki makna fungsi dari akal pikiran, yang berarti dengan berpikir maka seseorang dapat
memanfaatkan akal pikirya untuk bisa memahami apa saja kebenaran (hakikat) tentang segala
sesuatunya. Dengan berpikir, manusia akan mengenal Allah dan mendekatkan diri kepadaNya.
Berpikir merupakan awal perjalanan ibadah yang tanpaNya ibadah menjadi tak bernilai.
Adapun pengertian berpikir kritis adala suatu perilaku dan sikap yang pada dasarnya
berdasarkan dengan data serta fakta yang sah (valid) dan dibarengi dengan argumen
(pendapat) yang akurat. Warga negara yang demokrat hendakny selalu bersikap kritis, baik
terhadap kenyataan empiris (realitas sosial,budaya, dan politik) maupun terhadap kenyataan
supraempiris (agama, mitologi, dan kepercayaan).
Surah Ali-Imran adalah surah ke-3 dalam Al-Qur'an. Surah ini terdiri dari 200 ayat dan
termasuk surah Madaniyah. Sebutan lain surah Ali-Imran bersama surah al-Baqarah adalah az-
Zahrawan yang artinya dua yang cemerlang. Perhatikan surah Ali-Imran (3) 190-191 berikut.
ِإَّن ِفى َخ ْلِق ٱلَّس َٰم َٰو ِت َو ٱَأْلْر ِض َو ٱْخ ِتَٰل ِف ٱَّلْيِل َو ٱلَّنَهاِر َل َء اَٰي ٍت ُأِّل۟و ِلى ٱَأْلْلَٰب ِب
ٱَّلِذ يَن َيْذ ُك ُروَن ٱَهَّلل ِقَٰي ًم ا َو ُقُعوًدا َو َع َلٰى ُج ُنوِبِهْم َو َيَتَفَّك ُروَن ِفى َخ ْلِق ٱلَّس َٰم َٰو ِت َو ٱَأْلْر ض
َر َّبَنا َم ا َخ َلْقَت َٰه َذ ا َٰب ِط اًل ُسْبَٰح َنَك َفِقَنا َع َذ اَب ٱلَّناِر
Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam da siang
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau
menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka." (QS. Ali
Imran [3]: 190-191)
b. Kandungan Surah Ali-Imran [3] ayat 190-191
Dalam Q.S. Ali Imran Ayat 190 dijelaskan bahwa tatanan langit dan bumi serta dalam
bergantinya siang dan malam secara teratur sepanjang tahun menunjukkan keagungan Tuhan,
kehebatan pengetahuan dan kekuasaan-Nya. Langit dan bumi dijadikan oleh Allah bertingkat
dengan sangat tertib, bukan hanya semata dijadikan, tetapi setiap saat tampak hidup, semua
bergerak menurut orbitnya. Bergantinya malam dan siang, berpengaruh besar pada kehidupan
manusia dan segala yang bernyawa. Terkadang malam terasa panjang atau sebaliknya. Musim
pun yang berbeda. Musim dingin, panas, gugur, dan semi, juga musim hujan dan panas. Semua
itu menjadi tanda-tanda kebesaran dan keagungan Allah Swt bagi orang yang berpikir. Hal
tersebut tidaklah terjadi dengan sendirinya. Pasti ada yang mengaturnya yaitu Allah Swt..
Sementara itu, Q.S. Ali Imran Ayat 191 memberikan penjelasan pada orang-orang yang
cerdas dan berpikir tajam (Ulul Albab), yaitu orang yang berakal, selalu menggunakan
pikirannya, mengambil ibrah, hidayah, dan menggambarkan keagungan Allah. la selalu
mengingat Allah (berdzikir) di dalam keadaan apapun, baik di waktu ia berdiri, duduk atau
berbaring. Ayat ini menjelaskan bahwa ulul albab ialah orang-orang baik lelaki maupun
perempuan yang terus menerus mengingat Allah dengan ucapan atau hati dalam seluruh
situasi dan kondisi.
Umar ibn Khattab, khalifah kedua setelah Abu Bakar al-Shidiq, pernah berkata:
َم ْن َأْك َيُس: َفَقاَل َر ُجٌل ِم َن اَأْلْنَص اِر- أتيت النبي ﷺ َعاِش َر َع ْش َرِة
َأْكَثُر ُهْم ِذ ْك ًرا ِلْلَم ْو ِت َو َأَشُّد ُهْم: الَّناِس َو َأْك َرُم الَّناِس َياَرُسْو ُل ِهَّللا ؟ َفَقاَل
اْس ِتْعَداًدا َلُه ُأْو َلِئَك ُهُم اَألْك َياُس َذ َهُبوا بَش َرِف الُّد ْنَيا َو َك َر اَم ِة اآْل ِخ َرِة
Artinya: "Aku datang menemui Nabi saw. bersama sepuluh orang lalu salah seorang Anshar
bertanya: "Siapakah orang yang paling cerdas dan paling mulia wahai Rasulullah?" Nabi saw.
menjawab: "Orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya;
mereka itulah orang-orang cerdas, mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan
kehormatan akhirat." (HR Ibnu Majah)
Hikmah/manfaat dari adanya perilaku berpikir kritis di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Dapat menangkap makna dan hikmah dibalik semua ciptaan Allah Swt.
b. Dapat mengambil inspirasi dari semua ciptaan Allah Swt dalam mengembangkan Iptek.
c. Mengantisipasi terjadinya bahaya, dengan memahami gejala dan fenomena alam.
d. Semakin bersyukur kepada Allah Swt. atas anugerah akal dan fasilitas lain, baik yang
berada di dalam tubuh kita maupun yang ada di alam semesta.
e. Semakin bersemangat dalam mengumpulkan bekal untuk kehidupan di akhirat, dengan
meningkatkan amal salih dan menekan/meninggalkan kemaksiatan.
B. Makna Q.S. Ali Imran [3]: 159 serta Hadis Terkait tentang Bersikap Demokratis
Di dalam agama Islam, sejatinya tidak dikenal istilah demokrasi. Orang-orang Islam hanya
mengenal kebebasan (al-hurriyah) yang merupakan pilar atau tonggak utama demokrasi yang
diwarisi semenjak zaman Nabi Muhammad saw., termasuk didalamnya kebebasan memilih
pemimpin, mengelola negara secara bersama-sama (syura), kebebasan mengkritisi penguasa,
dan kebebasan berpendapat.
a. Syura merupakan suatu prinsip tentang cara pengambilan keputusan yang secara eksplisit
ditegaskan dalam Al-Qur'an.
b. Al-'Adalah ialah keadilan, artinya dalam menegakkan hukum termasuk rekrutmen dalam
berbagai jabatan pemerintahan harus dilakukan secara adil dan bijaksana.
c. Al-Musawah adalah kesejajaran, artinya tidak ada pihak yang merasa lebih tinggi dari yang
lain sehingga dapat memaksakan kehendaknya.
d. Al-Amanah adalah sikap pemenuhan kepercayaan yang diberikan seseorang kepada orang
lain.
e . Al-Masuliyyah adalah tanggung jawab.
Konsep demokrasi pada hakekatnya hampir sama dengan konsep musyawarah dalam Islam.
Namun, terdapat beberapa perbedaan diantara keduanya yang menyebabkan sebagian
masyarakat masih belum dapat menerima konsep demokrasi. Ada dua hal yang mendasari
perbedaan tersebut, di antaranya:
a. Demokrasi berasal dari negara Barat, sedangkan musyawarah dalam Islam berasal dari
negara timur,
b. Pengambilan keputusan dalam sistem demokrasi lebih menekankan pada suara terbanyak,
sedangkan keputusan musyawarah diambil berdasarkan kesepakan dan kesepahaman bersama
walaupun pendapat berasal dari sekelompok tokoh masyarakat.
Namun terlepas dari dua pemahaman tersebut, demokrasi dan musyawarah memiliki tujuan
yang sama yaitu menghasilkan keputusan yang dapat diterima oleh setiap kalangan mayoritas
dan kalangan minoritas. Musyawarah dan demokrasi merupakan dua metoda penyelesaian
masalah dalam kehidupan dunia yang mengalami perbedaan bahkan sangat berlawanan.
Musyawarah menghasilkan suatu keputusan yang disebut mufakat. Sedangkan demokrasi
menghasilkan suatu keputusan yang disebut penetapan pihak yang memenangkan atas dasar
pemilihan. Sementara itu, mufakat sebagai hasil keputusan musyawarah merupakan hasil
terbaik dari berbagai perbedaan dan kehendak dalam pemecahan masalah yang disepakati dan
ditetapkan secara bersama terhadap suatu persoalan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Demokrasi merupakan nilai dari Islam, yang memiliki makna dan hubungan yang erat. Adapun
makna yang terkandung dalam musyawarah adalah sebagai berikut: .
a. Setiap manusia memiliki kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama
b. Setiap orang tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain
c. Setiap orang mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama
d. Setiap orang menghormati dan menjunjung tinggi keputusan yang dicapai
e. sebagai hasil musyawarah Setiap orang mengutamakan kepentingan bersama diatas
kepentingan pribadi atau golongan
f. Setiap orang memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan permusyawaratan.
تَج َم ٍة ِم َن ِهللا ِلْنَت َلُهْم َو َلْو ُك نَت َفَظا َغ ِليَظ اْلَقْلِب اَل ْنَفُّض وا ِم ْن َح ْو ِلَك َفاْعُف َع ْنُهْم
َتْغ ِفْر َلُهْم َو َشاِو ْر ُهْم ِفي اَأْلْم ِر َفِإَذ ا َع َز ْم َت َفَتَو َّك ْل َع َلى ِهَّللا ِإَّن َهَّللا ُيِح ُّب اْلُم َتَو َّك ِليَن
Artinya: "Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap
merek Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekitar Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan
bermusyawarah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah
membulatkan tekad, ma bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang
bertawakal." (QS. Ali-Imran [3]:159)
b. Kandungan Surah Ali-Imran [3] ayat 159
Surah Ali-Imran ayat 159 secara garis besar membahas tentang musyawarah. Dalam Isla ada
yang dikenal dengan istilah syura atau musyawarah. Musyawarah adalah perundingan anta
pribadi atau golongan mengenai suatu masalah atau beberapa masalah dengan maksud untuk
mengambil keputusan atau kesepakatan bersama. Bermusyarawah untuk mencapai mufak
merupakan hal yang disyariatkan.
Surah Ali-Imran ayat 159 menjelaskan bahwa meskipun dalam keadaan genting, seperti
terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin dalam Perang Uhud
sehingga menyebabkan kaum muslimin menderita kekalahan, tetapi Rasulullah saw. tetap
lemah lembut dan tidak marah terhadap para pelanggar. Bahkan memaafkan dan
memohonkan ampu untuk mereka. Di samping itu, Rasulullah saw. juga senantiasa
bermusyawarah dengan para sahabatnya tentang hal-hal yang penting, terutama dalam
masalah peperangan.
Adapun kandungan surah Ali-Imran ayat 159 antara lain, sebagai berikut
Artinya: "Dari Abu Hurairah, ia berkata, Aku tak pernah melihat seseorang yang lebih sering
bermusyawarah dengan para sahabat dari pada Rasulullah saw." [HR. at-Tirmizi]
Hal-hal yang dapat kita manfaatkan dalam kehidupan sehari hari dari pelajaran ayat
berdemokrasi adalah:
a. Kita tidak boleh berkeras hati dan bertindak kasar dalam menyelesaikan suatu
permasalahan, tetapi harus bertindak dengan hati yang lemah lembut.
b. Kita harus berlapang dada, berperilaku lemah lembut, bersikap pemaaf dan berharap
ampunan Allah Swt.
c. Dalam kehidupan sehari-hari kita harus mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam
menyelesaikan setiap persoalan.
d. Apabila telah tercapai mufakat, kita harus menerima dan melaksanakan keputusan
musyawarah.