Hukum islam merupakan peraturan-peraturan atau seperangkat norma yang mengatur tingkah
laku manusia dalam suatu masyarakat yang merupakan hasil pemikiran (istimbath) para mujtahid
Islam yang didasarkan pada wahyu-wahyu Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an dan dijelaskan oleh
Rasulullah SAW melalui Sunnahnya.
Hukum Islam baik dalam pengertian syari‘at maupun fiqih dibagi ke dua bagian besar, yakni
bidang ibadah dan bidang muamalah. Ibadah adalah tata cara dan upacara yang wajib dilakukan
seorang muslim dalam berhubungan dengan Allah seperti menjalankan shalat, membayar zakat,
menjalankan ibadah puasa dan haji. Adapun muamalah dalam pengertian yang luas adalah ketetapan
Allah yang langsung berhubungan dengan kehidupan sosial manusia walaupun ketetapan tersebut
terbatas pada yang pokok-pokok saja.
Dari Hadits yang dikemukakan, para ulama menyimpulkan bahwa sumber hukum Islam ada
tiga, yakni Al-Qur’an, as-Sunnah dan akal fikiran orang memenuhi syarat untuk berijtihad. Akal
fikiran ini dalam kepustakaan hukum islam diistilahkan dengan “al-ra-yu”, yakni pendapat orang atu
orangorang yang memenuhi syarat untuk menentukan nilai dan norma pengukur tingkah laku manusia
dalam segala hidup dan kehidupan. Ketiga sumber itu merupakan rangkaian satuan dengan urutan
seperti yang sudah disebutkan. Al-Qur’an dan al-sunnah merupakan sumber utama ajaran Islam,
sedangkan “al-ra-yu” merupakan sumber tambahan atau sumber pengembanggan.
Adapun tujuan hukum Islam secara umum adalah untuk mencegah kerusakan pada mausia
dan mendatangkan kemashalatan bagi mereka, mengarahkan mereka kepada kebenaran untuk
mencapai kebahagiaan hidup manusia di dunia ini dan di akherat kelak. Abu Ishaq al-Shatibi
merumuskan lima tujuan hukum Islam, yakni memelihara Agama, jiwa, akal, keturunan dan harta
yang di sebut “maqashid al-khamsah. Kelima tujuan ini kemudian disepakati oleh para ahli hukum
Islam. Berikut adalah penjelasan dari lima tujuan hukum Islam:
1. Memelihara Agama
Agama adalah suatu yang harus di miliki oleh setiap manusia supaya martabatnya dapat
terangkat lebih tinggi dari makhluk lain, dan memenuhi hajat jiwanya. Beragama merupakan
kebutuhan manusia yang harus di penuhi, karena Agamalah yang dapat menyentuh nurani manusia.
2. Memelihara Jiwa
Menurut hukum islam jiwa harus di lindunggi. Untuk itu hukum Islam wajib memelihara hak
manusia untuk hidup dan mempertahankan hidupnya. Hukum Islam melarang pembunuhan sebagai
upaya menghilangkan jiwa manusia dan melindunggi berbagai sarana yang dipergunakan oleh
manusia untuk mempertahankan kemashalatan hidupnya.
3. Memelihara akal
Menurut hukum Islam seseorang wajib memelihara akalnya, karena akal mempunyai peranan
sangat penting dalam hidup dan kehidupan manusia.Dengan akalnya manusia dapat memahami
wahyu Allah baik yang terdapat dalam kitab suci maupun wahyu Allah yang terdapat dalam alam
(ayat-ayat kauniyah).
4. Memelihara Keturunan
Dalam hukum Islam, memelihara keturunan adalah hal yang sangat penting. Untuk itu dalam
hukum Islam untuk meneruskan keturunan harus melalui perkawinan yang sah menurut ketentuan
ketentuan yang ada dalam Al-Qur’an dan al-sunnah dan dilarang melakukan perbuatan zina.
5. Memelihara Harta
Menurut hukum Islam harta merupakan pemberian Allah kepada manusia untuk
melangsungkan hidup dan kehidupannya. Untuk itu manusia sebagai khalifah Allah di bumi di
lindungi haknya untuk memperoleh harta dengan cara-cara yang halal artinya sah menurut hukum dan
benar menurut ukuran moral.
KESIMPULAN
Hukum Islam adalah syariat yang berarti aturan yang diadakan oleh Allah untuk umat-Nya yang
dibawa oleh seorang Nabi SAW, baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah)
maupun hukum-hukum yang berhubungan dengan amaliyah (perbuatan) yang dilakukan oleh umat
Muslim semuanya.
Dari Hadits yang dikemukakan, para ulama menyimpulkan bahwa sumber hukum Islam ada tiga,
yakni Al-Qur’an, as-Sunnah dan akal fikiran orang memenuhi syarat untuk berijtihad.
Tujuan hukum islam sebagai kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat kelak.
Adapun 5 tujuan agama islam yaitu, Memelihara Agama, Memelihara Jiwa, Memelihara akal,
Memelihara Keturunan, dan Memelihara Harta.
D. KONSEP TUHAN DALAM AJARAN ISLAM
b. Animisme
Paham ini mempercayai bahwa roh-roh ysng terdapat dalam suatu jasad akan tetap aktif
(hidup) sekalipun jasadya sudah mati. Roh sebagai sesuatu yang hidup mempunyai rasa senang dan
mempunyai kebutuhan kebutuhan. Agar manusia tidak terkena efek negatif dari roh roh tersebut,
maka manusia harus menyediakan kebutuhan roh berupa sesajian.
c. Politeisme
Dalam kebudayaan yang serba dewa (politeisme) ini, semua gerak gerik manusia dalam
hidupnya ditentukan oleh dewa-dewa. Perkembangan pikiran manusia dapat membawa mereka
kepada suatu kepercayaan/keyakinan bahwa dalam hidup ini memang ada yang mengatur sesuai
bidang-bidangnya.
d. Henoteisme
Kepercayaan terhadap para dewa tentu tidak akan berkelanjutan sesuai dengan perkembangan
manusia. Semakin maju pemikiran manusia, semakin berpengaruh pula pada pemahaman akan adanya
kekuatan di luar dari kekuatan para dewa (politeisme). Dari sekian banyak dewa diadakan seleksi
yang pada akhirnya setiap bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan (Tuhan
tingkat nasional), namun juga masih mengakui tuhan bangsa lain.
3. Tuhan Menurut Agama Islam
Konsep Tuhan dalam agama Islam adalah Tauhid, pengertian Tauhid diambil dari kata :
Wahhada – Yuwahhidu – Tauhidan, yang artinya; mengesakan. Satu asal kata dengan kata wahid
yang berarti satu, atau kata ahad yang berarti esa. Dalam ajaran Islam, tauhid berarti keyakinan akan
ke-Esaan Allah. Kalimat tauhid ialah La ilaaha illallah, yang berarti tidak ada tuhan melainkan Allah.
Dalam perkembangan sejarah kaum muslimin, tauhid ini telah berkembang menjadi nama
salah satu cabang ilmu Islam yaitu Ilmu Tauhid. Suatu ilmu yang mempelajari dan membahas
masalah-masalah yang berhubungan dengan keimanan terutama yang menyangkut masalah keEsaan
Allah. Keseaan Allah meliputi hal-hal sebagai berikut :
- Ke-Esaan Allah dalam Zat-Nya.
- Ke-Esaan Allah dalam Sifat-Sifat-Nya.
- Ke-Esaan Allah dalam Berkehendak.
- Ke-Esaan Allah dalam Penciptaan-Nya.
- Ke-Esaan Allah dalam Wujud-Nya.
Pemurnian akidah Tauhid itu ialah menjaga dan memelihara iman dari segala sesuatu yang
dapat merusak dan mencemarinya. Seperti syirik, kufur (kekafiran), nifaq (kemunafikan), dan
khurafat (keyakinan-keyakinan terhadap pemberitaan pemberitaan bohong).
Syirik adalah lawan dari tauhid. Tauhid berarti mengesakan Allah, sedangkan syirik berarti
memperserikatkan-Nya dengan yang lain. Secara sederhana syirik itu dapat diartikan dengan sikap
atau tingkah laku yang pada intinya lahir dari suatu keyakinan tentang adanya kekuasaan lain yang
dapat menandingi bahkan melebihi kekuasaan Allah baik itu terdapat dalam hati maupun lahir dalam
bentuk tindakan nyata.
Al-Qur’an banyak mengungkapkan bentuk-bentuk syirik yang dipraktekkan oleh umat
manusia di sepanjang zaman. Praktek-praktek yang dimaksud antara lain:
a. Penyembahan yang semata-mata dihadapkan kepada selain Allah. Seperti penyembahan kepada
berhala (Q.S. 21 : 52), pohon-pohon, bulan, bintang dan matahari seperti yang terdapat di kalangan
umat di masa Nabi Ibrahim dan umat jahiliah sebelum masuk Islam. Atau seperti keyakinan orang-
orang majusi kepada dua kekuatan yang mereka sebut sebagai dewa (tuhan) cahaya yang diyakini
sebagai sumber dari segala kabaikan, dan dewa (tuhan) kegelapan yang diyakini sebagai sumber dari
segala kejahatan.
b. Menyekutukan Allah dengan sesuatu selain-Nya. Misalnya, keyakinan orang-orang Nasrani bahwa
Isa Al-Masih adalah anak Tuhan (Allah) dan roh kudus yang keduanya dianggap sebagai oknum
Tuhan (Q.S. 5 : 72-73).
c. Menjadikan pemimpin-pemimpin agama sebagai Tuhan. Sebagaimana dilakukan oleh orang-orang
Yahudi dan Nasrani (Q.S. 9 : 31).
d. Menjadikan hawa nafsu sebagai Tuhan (Q.S. 25 : 43). e. Keyakinan bahwa hidup di dunia hanya
tergantung pada masa sebagaimana keyakinan kaum dahriyyun /atheis (Q.S. 45 : 24). f. Sifat riya
dalam beramal/ibadah.
KESIMPULAN
Tuhan dipahami sebagai roh mahakuasa dan asas dari suatu kepercayaan. Tidak ada kesepakatan
bersama mengenai konsep ketuhanan, sehingga ada berbagai konsep ketuhanan meliputi
teisme, deisme, panteisme, dan lain-lain.
Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi yang nyata dan Esa,
Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta
alam.
Secara umum, arti Rahmatan Lil Alamin diartikan sebagai rahmat bagi seluruh alam. bnu
Katsir ketika menafsirlkan rahmatan lil alamin dalam QS. Al Anbiya: 107 berkata: “Muhammad saw
adalah rahmat bagi semua manusia, siapa saja yang menerimanya, berarti mereka mnesyukuri nikmat
besar ini, yaitu kasih sayang dan mereka akan bahagia di dunia dan akhirat. Sebaliknya siapa yang
menolaknya maka mereka akan sengsara di dunia dan akhirat”.
Sayid Qutb saat menafsirkan Surat Al-Anbiya: 107, mengatakan bahwa makna Rahmatan Lil
alamin adalah petunjuk bagi semua manusia, mengajak semua manusia kepada petunjuk, tapi kepada
mereka yang siap dan mau menerima petunjuk itu, walaupun kasih sayang diberikan oleh Allah swt
orang beriman dan yang tidak beriman.
Jadi Islam rahmatan lil alamin adalah Islam yang mengajarkan dan menyebarkan budaya dan
tsaqafah cinta, kedamaian dan kasih sayang, kelembutan dan penghormatan kepada seluruh manusia,
memberi petunjuk dan hidayah kepada mereka di seluruh dunia, melewati batas-batas kesukuan,
kebangsaan, Negara dan geografis.
a. Berperikemanusiaan (al-Insaniyah)
Kemanusiaan atau Insaniyah maksudnya adalah, bahwa Islam sesuai dan selalu
mengakomodir semua kebutuhan dan karakter manusia. Pembebanan ibadah, hukum, perintah dan
larangan dalam syariah Islam pasti sesuai dan selaras dengan kemampuan dan kebutuhan manusia.
b. Mendunia (al-alamiyah)
Yang dimaksud dengan mendunia atau global (al-alamiyah) adalah, bahwa syariah Islam
bersifat mendunia, tidak dibatasi oleh geografi wilayah tertentu, suku, ras dan bangsa tertentu atau
iklim serta geopolitik tertentu.
c. Komprehensif (as-syumul)
Komprehensif atau syumul adalah keseluruhan atau totalitas ajaran syariah Islam, meliputi
seluruh atau semua aspek kehidupan manusia di dunia dan akhirat.
d. Realistis (al-waqi’iyah)
Al-Waqi’iyah atau relaistis menurut Al-Qardhawi terkait karakteristik Islam bukan realistis
dalam pengertian barat yang terkait dengan filsafat materialisme, yang tidak percaya pada sesuatu
kecuali materi dan benda serta dapat dimanfaatkan dengan realistis pragmatis.
e. Toleransi dan Memudahkan (as-samhah dan at-taisir)
As-Samhah adalah memudahkan atau toleransi kepada orang lain. Adapun at-taisir adalah
kemudahan dan keringanan. Ibnu Manzur hampir menyamakan makna as-samhah dan at-taisir yaitu
kemudahan. Ibnu Asyur memaknai as-samahah adalah kemampuan berinteraksi dengan mudah dan
proporsional, atau sikap pertengahan antara memudah-mudahkan dan mempersulit.
KESIMPULAN
Islam rahmatan lil alamin adalah Islam yang sesuai dengan fitrah manusia, islam yang membawa
kasih sayang, cinta bukan kebencian, kedamaian bukan permusuhan. Islam rahmatan lilalamin adalah
Islam yang membawa kemudahan bukan kesulitan dan membawa solusi kehidupan bukan masalah
dan pertikaian.
Islam rahmatan lilalamin adalah ajaran Allah SWT yang paling mengetahui seluk beluk manusia,
karenanya dia menjadi ajaran dan ideology yang menyelamtkan manusia, mengajarkan saling
meghormati
DAFTAR PUSTAKA