Anda di halaman 1dari 4

NAMA : JUNICE ESTI PRATIWI

NPM : 2051040329

KELAS : A ( MANAJEMEN BISNIS SYARIAH)

MATA KULIAH : METODE STUDI ISLAM

DOSEN PENGAMPU : Dr. H. RUHBAN MASKUR, M,Pd.

Saudara jelaskan dengan singkat


1. Jelaskan Pengertian studi Islam ?
Jawab: Terminologi Studi Islam atau Kajian Islam, dalam maknaetimologis(bahasa),
adalah merupakan terjemahan dari istilah Dirasah Islamiyah dalam bahasa Arab, yang
dalam studi keislaman di Eropah disebut Islamic Studies. Dengan demikian, Studi
Islam (Kajian Islam) secara harfiah (bahasa) dapat dinyatakan sebagai “kajian tentang
hal-hal yang berkaitan dengan agama keislaman”, atau bisa dinyatakan sebagai“usaha
mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam”. Ringkasnya, Studi
Islam atau Kajian Islam secara bahasa dapat diartikan sebagai “kajian tentang hal-hal
mengenai agama Islam”.

2. Apa saja Ruang lingkup kajian studi Islam ?


Jawab: Dalam konteks Studi Islam, ada beberapa aspek tertentu dari Islam yang dapat
menjadi obyek studi, yaitu: Islam sebagai doktrin dari tuhan yang kebenarannnya bagi
pemeluknya sudah final, dalam arti absolut, dan diterima secara apa adanya.

Terdapat tiga wilayah keilmuan agama Islam yang dapat menjadi obyek studi Islam,
yaitu: Wilayah praktek keyakinan dan pemahaman terhadap wahyu yang telah
diinterpretasikan sedemikian rupa oleh para ulama, tokoh panutan masyarakat pada
umumnya. Wilayah praktek ini umumnya tanpa melalui klarifikasi dan penjernihan
teoritik keilmuan yang penting di sini adalah pengalaman. Wilayah tori-teori
keilmuan yang dirancang dan disusun sistematika dan metodologinya oleh para
ilmuan, para ahli, dan para ulama sesuai bidang kajiannya masing-masing. Apa yang
ada pada wilayah ini sebenarnya tidak lain dan tidak bukan adalah “teori-teori”
keilmuan agama Islam, baik secara deduktif dari nash-nash atau teks-teks wahyu,
maupun secara induktif dari praktek-praktek keagamaan yang hidup dalam
masyarakat era keNabian, sahabat, tabi’in maupun sepanjang sejarah perkembangan
masyarakat Muslim di manapun mereka berada. Telaah teoritis yang lebih popular
disebut metadiscourse, terhadap sejarah perkembangan jatuh bangunnya teori-teori
yang disusun oleh kalangan ilmuan dan ulama pada lapis kedua.

Wilayah pada lapis ketiga yang kompleks dan sophisticated ini lah yang
sesungguhnya dibidangi oleh filsafat ilmu-ilmu keislaman.Obyek kajian Islam adalah
substansi ajaran-ajaran Islam, seperti kalam, fikih dan taSawuf. Dalam aspek ini
agama lebih bersifat penelitian budaya hal ini mengingat bahwa ilmu-ilmu keislaman
semacam ini merupakan salah satu bentuk doktrin yang dirumuskan oleh penganutnya
yang bersumber dari wahyu Allah melalui proses penawaran dan perenungan.

3. Mengapa kita mempelajari studi Islam ?


Jawab: karena dengan mempelajari studi islam kita mampu menujukkan relasi Islam
dengan berbagai aspek kehidupan kita selain itu dengan mempelajari studi islam kita
dapat menentukan yang baik dan salah di kehidupan kita. Selain itu untuk
mempelajari secara mendalam apa sebenarnya (hakikat) agama Islam itu, dan
bagaimana posisi serta hubungannya dengan agama-agama lain dalam kehidupan
budaya manusia.

4. Jelaskan pengertian Agama baik menurut istilah maupun bahasa ?


Jawab: pengertian agama menurut bahasa :
Menurut H. Endang Saifudin Ansary dan Faisal Ismail. Ketiganya mempunyai
kesamaan, hanya saja berbeda asal bahasanya, yakni agama dari bahasa sansekerta,
religi dari Eropa/Inggris sedangkan ad diin dari bahasa ArabMenurut Sidi Gazalba,
ketiganya mempunyai perbedaan yakni agama serta religi erat kaitannya dengan
Tuhan seangkan ad diin hanya sebatas hubungan manusia dengan manusia.

Sedangkan agama menurut istilah:


Menurut Abul A’la Al Maududi menyatakan bahwa agama mempunyai 4 pengertian
sebagai berikut’
a.    Penyerahan diri terhadap sang Kuasa
b.    Penghambaan seseorang yang lemah terhadap yang lebih kuat
c.    Peraturang yang wajib di patuhi
d.    Perhitungan, pembalasan dari perbuatan manusia.

Menurut Budiman, Agama mempunyai 2 dimensi yang meliputi :


a.    Kepercayaan, percaya kepada yang ghoib serta adanya hari akhir
b.    Merupakan sesuatu yang mempengaruhi hidup manusia, sehingga agama ini
identik kaitannya dengan budaya.

Agama, merupakan sesuatu yang dapat merubah perilaku seseorang sebab, agama
berisi tentang aturan – aturan yang bisa membawa seseorang ke arah yang lebih baik.
Karena, setiap agama pastilah empunyai maksud – maksud tertentu agar penganutnya
menjadi lebih terarah. Walaupun sebenarnya banyak sekali agama yang tersebar saat
ini masih menjadi kontroversi. Selain itu, agama juga bisa jadi sumber konflik karena
menyangkut kepercayaan yang dipilih sehingga timbul perasaan agama kita menjadi
paling baik.

5. Perlukan agama bagi manusia ? mengapa ?


Jawab: Perlu, karena Seperti dikatakan Buya Hamka agama laksana tali kekang kuda
bagi manusia. Dimana ajaran-ajaran agama dan ibadah yang mesti dilaksanakan
menjadi alat bantu agar manusia tidak menggunakan akal untuk merusak
kemanusiaannya.
ada dua alasan yaitu:
Pertama. Manusia memiliki naluri ingin tahu. Dengan menggunakan panca indera,
akal dan jiwanya, sedikit demi sedikit pengetahuannya bertambah. Namun demikian,
keterbatasan panca indera dan akal menjadikan sekian banyak tanda tanya.yang
muncul dalam benaknya tidak terjawab. Hal ini dapat mengganggu perasaan dan
jiwanya, dan semakin mendesak pertanyaan tersebut semakin gelisah bila tidak
terjawab. Hal ini antara lain karena manusia memiliki.naluri ingin tahu. Kalau
demikian manusia membutuhkan informasi tentang apa yang tidak diketahuinya itu,
khususnya dalam hal-hal yang sangat mengganggu ketenangan jiwanya atau syarat
bagi kebahagiannya. Di sinilah informasi Tuhan itu datang (Agama itu dibutuhkan).

Kedua. Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia
tidak dapat hidup sendirian. Banyak kebutuhan yang tidak dapat dipenuhinya sendiri,
karena berbagai keterbatasan waktu, pengetahuan dan kemampuan yang lainnya.
Hidup manusia bagaikan lalu lintas, masing-masing ingin berjalan dengan selamat
sekaligus cepat sampai tujuan. Namun, karena kepentingan mereka berbeda-beda,
maka apabila tidak ada peraturan lalu lintas kehidupan, pasti akan terjadi benturan dan
tabrakan. Dengan demikian manusia membutuhkan peraturan demi lancarnya lalu
lintas kehidupan. Di sinilah Agama sangat diperlukan.

6. Jelaskan beberapa istilah nama menusia dalam Al-Quran ? ( al-Basyar, al-Insan dan
An-Nas)
Jawab: 1. Al-Basyar
Al-Basyar adalah gambaran manusia secara materi, yang dapat dilihat, memakan
sesuatu, berjalan, dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya. Manusia
dalam pengertian ini terdapat dalam Al-Qur’an sebanyak sekitar 35 kali di berbagai
surah.
Menurut M. Quraish Shihab, kata basyar terambil dari akar kata yang bermakna
penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata
basyarah yang berarti kulit. Al-Qur’an menggunakan kata basyar sebanyak 36 kali
dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna untuk menunjuk manusia
dari sudut lahiriahnya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya. Dengan
demikian, kata basyar dalam Al-Qur’an menunjuk pada dimensi material manusia
yang suka makan, minum, tidur, dan jalan-jalan. Dari makna ini lantas lahir makna-
makna lain yang lebih memperkaya definisi manusia. Dari akar kata basyar lahir
makna bahwa proses penciptaan manusia terjadi secara bertahap sehingga mencapai
tahap kedewasaan.

2. Al-Insan
Kata al-ins atau al-insan disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 65 kali, kata al-ins
senantiasa dipertentangkan dengan al-jinn (jin), yakni sejenis makhluk halus yang
tidak bersifat materi yang hidup diluar alam manusia, dan tidak tunduk kepada hukum
alam kehidupan manusia sebagaimana disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an
sebagai makhluk diciptakan dari api. Makhluk yang membangkang tatkala
diperintahkan untuk bersujud kepada Adam.

Kata al-insan bukan berarti basyar dan bukan juga dalam pengertian al-ins. Dalam
pemakaian Al-Qur’an, mengandung pengertian makhluk mukallaf (yang dibebani
tanggung jawab) mengemban amanah Allah untuk menjadi khalifah dalam rangka
memakmurkan bumi. Al-insan sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Alaq adalah
mengandung pengertian sebagai makhluk yang diciptakan dari segumpal darah,
makhluk yang mulia sebab memiliki ilmu, dan makhluk yang melampaui batas karena
telah merasa puas dengan apa yang ia miliki.
Potensi manusia menurut konsep al-Insan diarahkan pada upaya mendorong manusia
untuk berkreasi dan berinovasi (Jalaluddin, 2003: 23). Jelas sekali bahwa dari
kreativitasnya, manusia dapat menghasilkan sejumlah kegiatan berupa pemikiran
(ilmu pengetahuan), kesenian, ataupun benda-benda ciptaan. Kemudian melalui
kemampuan berinovasi, manusia mampu merekayasa temuan-temuan baru dalam
berbagai bidang. Dengan demikian manusia dapat menjadikan dirinya makhluk yang
berbudaya dan berperadaban.

Sementara itu, kata insan terambil dari kata ins yang berarti jinak, harmonis, dan
tampak. Musa Asy’arie menambahkan bahwa kata insan berasal dari tiga kata: anasa
yang berarti melihat, meminta izin, dan mengetahui; nasiya yang berarti lupa; dan al-
uns yang berarti jinak. Menurut M. Quraish Shihab, makna jinak, harmonis, dan
tampak lebih tepat daripada pendapat yang mengatakan bahwa kata insan terambil
dari kata nasiya (lupa) dan kata naasa-yanuusu (berguncang). Dalam Al-Qur’an, kata
insaan disebut sebanyak 65 kali. Kata insaan digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk
kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Bahkan, lebih jauh
Bintusy Syathi’ menegaskan bahwa makna kata insaan inilah yang membawa
manusia sampai pada derajat yang membuatnya pantas menjadi khalifah di muka
bumi, menerima beban takliif dan amanat kekuasaan.

3. An-Nas

Dalam konsep an-naas pada umumnya dihubungkan dengan fungsi manusia sebagai
makhluk sosial (Jalaluddin, 2003: 24). Tentunya sebagai makhluk sosial manusia
harus mengutamakan keharmonisan bermasyarakat. Manusia harus hidup sosial
artinya tidak boleh sendiri-sendiri Karena manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa
bantuan orang lain di sekitarnya. Jika kita kembali ke asal mula terjadinya manusia
yang bermula dari pasangan laki-laki dan wanita (Adam dan Hawa), dan berkembang
menjadi masyarakat dengan kata lain adanya pengakuan terhadap spesis di dunia ini,
menunjukkan bahwa manusia harus hidup bersaudara dan tidak boleh saling
menjatuhkan. Secara sederhana, inilah sebenarnya fungsi manusia dalam konsep an-
naas.

Anda mungkin juga menyukai