Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

GunamemenuhiTugas Mata Kuliah Aqidah Islam


DosenPenempuh Amany,S.sy,.M.H

DisusunOleh : Wawa Wildani


Budi

JURUSAN SYARIAH

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM SYARIAH CIKAJANG


A. Pengertian Agama dan Sejarah Manusia Beragama

Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.

Dalam bahasa Alquran “ din “ diartikan sebagai agama. Kata Din yang berasal dari akar
bahasa Arab dyn mempunyai banyak arti pokok, yaitu: keberhutangan, kepatuhan, kekuasaan,
kebijaksanaan dan kecenderungan alami atau tendensi.

Di dalam kamus bahasa Inggris terdapat kata yang oleh para ahli diterjemahkan dengan
“agama”, yaitu kata “Religion”. Disamping diterjemahkan dengan agama kata “religion” juga
diartikan dengan “kepercayaan kepada Tuhan dan dewa-dewa” serta “pemujaan kepada
Tuhan dan dewa-dewa”. Kata “Religion” oleh para ahli bahasa Inggris juga diberikan
sinonim dengan kata “Belief” dan “Faith” yang artinya keyakinan dan kepercayaan.

Sebuah agama biasanya melingkupi tiga persoalan pokok, yaitu:

1. Kredial (keyakinan), yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan supranatural yang
diyakini mengatur dan mencipta alam.
2. Ritual (peribadatan), yaitutingkah laku manusia dalam berhubungan dengan kekuatan
supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau pengakuan dan ketundukannya.
3. Sosial, yaitu aturan hidup bermasyarakat. Sistem nilai yang mengatur hubungan
manusia dengan manusia lainnya atau alam semesta yang dikaitkan dengan
keyakinanya tersebut.

Manusia terdiri atas dimensi fisik dan dimensi non fisik yang bersifat potensial. Dimensi fisik
terdiri atas berbagai domain rohaniyah yang saling berkaitan, yaitu jiwa ( phscye), pikiran
(ratio), dan rasa (sense). Dan keyakinan akan adanya Tuhan dicapai manusia melalui 3
pendekatan, antara lain:

1. Material experience of humanity, yaitu melalui kajian terhadap fenomena alam


semesta. Banyak kenampakan alam yang mengangumkan dan menunjukan kebesaran
sang pencipta.
2. Inner experience of humanity, yaitu melalui kesadaran batiniyyah.
3. Spiritual experience of humanity, yaitu didasarkan pada wahyu yang diturunkan oleh
Tuhan melalui utusannya.

Agama sangat dibutuhkan oleh manusia, karena melalui agama:

1. Mengarahkan, membimbing dan menunjukan kepada manusia tentang sumber yang


dapat dijadkan pegangan dalam meghadapi problema kehidupan serta cara yang harus
dilakukan untuk menyelesaikannya.
2. Mendidik manusia agar mempunyai sikap dan pendirian tertentu, jelas, positif dan
tepat.
3. Mendidik manusia berani menegakan kebenaran.
4. Memberikan tuntunan dan ajaran yang dibutuhkan manusia dan menumbuhkan sifat –
sifat utama seperti rendah hati, sopan santun dsb dan melarang sikap sebaliknya.
B. Arti dan Ruang Lingkup Agama Islam

Islam berasal dari kata as lama yang merupakan turunan dari kata assalmu, assalamu,
assalamatu yang artinya bersih dan selamat dari kecatatan lahir batin. Dari asal kata ini, dapat
diartikan bahwa dalam islam terkandung makna suci, bersih, tanpa cacat atau sempurna. Kata
islam juga dapat diambil dari kata assilmu dan assalmu yang berarti perdamaian dan
keamanan. Dari asal kata ini islam mengandung makna perdamaian dan keselamatan, karena
itu kata assalamu alaikum merupakan kata kecintaan seorang muslim pada orang lain, karena
itu islam selalu menebar doa dan kedamaian kepada sesama. Dari kata assalamu, assalmu dan
assilmu yang berarti menyerahkan diri, tunduk dan taat. Semua asal kata diatas berasal dari
tiga huruf, yaitu sin, lam dan mim (di baca salima) yang artinya sejahtera, tidak tercela dan
selamat.

Pengertian islam secara terminologis diungkapkan Ahmad Abdullah Almasdoosi (1962),


bahwa islam adalah kaidah hidup yang diturunkan kepada manusia sejak manusia digelarkan
di muka bumi dan terbina dalam bentuknya yang terakhir dan sempurna. Dalam Al – Quran
yang suci yang diwahyukan Tuhan kepada nabinya yang terakhir, yakni nabi Muhammad bin
Abdullah, satu kaidah hidup yang memuat tuntunan yang jelas dan lengkap mengenai aspek
hidup manusia, baik spiritual maupun material. Dari definisi itu dapat disimpulkan bahwa
islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT kepada manusia melalui rasul – rasulnya,
yang berisi hukum – hukum yang mengatur hubungan mansia dengan allah, manusia dengan
manusia, dan manusia dengan alam semesta.

Secara garis besar ruang lingkup agama islam menyangkut tiga hal pokok yaitu :

1. Aspek keyakinan yang disebut akidah, yaitu aspek credial atau keimanan terhadap
Allah SWT dan semua yang difirmankannya untuk diyakini.
2. Aspek norma atau hukum yang disebut syariah, yaitu aturan –aturan Allah SWT yang
mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusa dan dengan alam semesta.
3. Aspek perilaku yang disebut akhlak, yaitu sikap – sikap atau perilaku yang nampak
dari pelaksanaan akidah dan syariah.

Ketiga aspek tersebut tidaklah berdiri – sendiri, tetapi menyatu membentuk kepribadian yang
utuh pada diri seorang muslim. Hal ini diungkapkan secara tegas dalam firman Allah SWT.

di jelaskan dalam surat al baqarah ayat 208 : “Wahai orang – orang yang beriman masuklah
kamu dalam islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah – langkah setan.
Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata”. ( Al – Baqaarah, 2:208)

Antara akidah, syariah, dan akhlaq masing – masing saling berkaitan. Aqidah atau iman
merupakan keyakinan yang mendorong seorang mslim untuk melaksanakan syariah. Apabila
syariah telah dilaksanakan berdasarkan aqidah akan lahir akhlak. Oleh karena itu, iman tidak
hanya di dalam hati, tetapi ditampilkan dalam bentuk perbuatan. Dapat disimpulkan bahwa
aqidah merupakan landasan bagi tegak berdirinya syariah dan akhlak.

Selain agama Islam, adapula agama Zoroaster, yang diambil dari nama pendirinya Zoroaster.
Agama Budha (Budhisme) berasal dari nama “ Sidharta Gautama Budha” , Budha merupakan
gelar bagi Sidharta yang dianggap memperoleh penerangan agung. Agama Yahudi
(Judaisme) suatu agama yang dianut oleh orang – orang Yahudi (Jews), asal nama dari
Negara Juda (Judea). Agama Hindu merupakan kumpulan dari macam – macam agama dan
tanggapan tentang dunia dari orang – orang India. Agama Kristen merupakan agama yang
berasal dari pengajarnya atau yang dipujanya “Jesus Crist” dan pengikut – pengikut Kristus
disebut pula orang – orang Kristen.

C. Jenis – Jenis Agama

Dikaitkan dengan arti agama diatas maka sesungguhnya pengertian agama menjadi sangat
luas. Tiada seorang pun yang tidak menganut suatu ajaran agama. Boleh jadi seseorang
menyatakan dirinya tidak beragama namun pada hakikatnya ia telah membuat ajaran tertentu
yang menjadi agamanya.

Berdasarkan sumbernya agama dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

1. Agama wahyu: agama yang diterima oleh manusia dari allah sang pencipta melalui
malaikat Jibril dan disampaikan serta disebarkan oleh Rasul-Nya kepada umat
manusia. Wahyu – wahyu dilestarikan melalui Al – Kitab, suhuf ( lembaran –
lembaran bertulis) atau ajaran lisan. Misalnya agama Yahudi, Nasrani dan Islam.
2. Agama bukan wahyu: agama yang bersandar semata – mata kepada ajaran manusia
yang dianggap memiliki pengetahuan tentang kehidupan dalam berbagai aspek secara
mendalam.Agama bukan wahyu muncul dari perkembangan budaya suatu
masyarakat. Misalnya agama Hindu di India, Shinto di Jepang, agama budha yang
berpangkal pada Sidharta Gautama dan confuesianisme yang berpangkal pada ajaran
Kong Hu Chu, dan Zoroaster

Berdasarkan misi penyebarannya agama dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Agama misionari adalah agama yang menuntut penganutnya untuk menyebarkan


ajaran-ajarannya kepada manusia lainnya.
2. Agama bukan misionari adalah agama yang tidak menuntut penganutnya untuk
menyebarkan agamanya.

Secara fitriah manusia membutuhkan agama sebagai pegangan hidup, karena itu sejarah
agama sama panjangnya dengan sejarah manusia. Karena itu sejarah mencatat aneka macam
agama yang dianut oleh manusia sejak dahulu hingga sekarang ini. Baik agama yang berasal
dari olah pikir manusia (agama ardi atau agama budaya) maupun agama yang diturunkan oleh
wahyu (agama samawi) yang diterima rasul – rasul Tuhan.

Agama budaya umumnya bersifat politeistik atau mempercayai beberapa Tuhan, sedangkan
agama wahyu bersifat monoteistik atau meyakini satu Tuhan.

Agama-agama budaya umumnya menggunakan nama pencetusnya sebagai nama agamanya,


sedangkan agama wahyu penamaannya berdasarkan wahyu pula, tidak menggunakan nama
rasul yang menerimanya.

Agama –agama besar yang dianut umat manusia di dunia antara lain Yahudi, Nasrani, Hindu,
Budha dan Islam yang dikelompokan ke dalam agama samawi dan sebagian para ahli
mengelompokan agama Yahudi dan Nasrani tidak lagi dipandang agama samawi murni,
karena mereka berpendapat bahwa kitab suci kedua gama tersebut telah mengalami
perubahan, yaitu terdapatnya intervensi pemikiran menusia ke dalam kitab suci mereka
(Charles Adam dalam Daud Ali:73). Dari sudut ketuhananpun kedua agama tersebut tidak
lagi menganut monoteisme mutlak, misalnya menurut agama Nasrani, Tuhan yang satu terdiri
dari tiga oknum, yaitu Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan Ruhul Kudus. Sedangkan konsep
ketuhanan dalam Islam adalah tauhid atau monoteisme mutlak, dimana Tuhan itu Esa yang
tidak terbagi – bagi. Jadi dapat dikatakan bahwa agama Islam adalah agama samawi murni.
Agama Hindu dan Budha dikeleompokan kedalam agama budaya yang konsep ketuhanannya
politeistik.

Agama – agama selain Islam umumnya bersifat local untuk masyarakat tertentu, misalnya
Yahudi untuk Bani Israil saja. Sedangkan agama Islam ditunjukan untuk seluruh
manusiasepanjang zaman.

Agama Islam adalah agama wahyu yang berdasarkan tauhid, berbeda dengan monoteisme.
Tauhid atau keesaan Tuhan diketahui manusia berdasarkan kabar dari Tuhan sendirimelalui
firman yang disampaikan kepada Rasul-Nya. Sedangkan monoteisme lahir dari
perkembangan kepercayaan manusia terhadap Tuhan setelah melalui proses panjang
pengalaman manusia dari dinamisme, animisme,politeisme dan akhirnya monoteisme.

D. Risalah Islam

Agama Islam sesungguhnya adalah agama Allah SWT yang dulu dan sekarang. Menurut teori
evolusionisme Darwin menganggap manusia sebagai hasil dari evolusi hayat yang bertolak
dari makhluk bersel satu, maka Islam dalam rangka evolusi agama Allah berakhir dan
paripurna dalam pengakuan tugas Nabi Muhammad SAW. Beliaulah penutup Nabi dan
Rasul, karenanya membawa konsekuensi tugas universal dan abadi untuk seluruh manusia
hingga ke akhir zaman. Allah SWT menggariskan tujuan risalah dalam Alquran yang artinya
tiada kami utus engkau melainkan rahmat bagi sekalian alam.

Tugas Nabi Muhammad ialah pembawa rahmat bagi seluruh umat, maka itu pulalah risalah
agama yang dibawanya. Tegasnya risalah Islam ialah mendatangkan rahmat bagi seluruh
alam. Jadi kehadiran Islam di alam adalah membawa keselamatan, kesejahteraan dan
kebahagiaan manusia lahir dan batin. Baik secara perseorangan maupun secara bersama –
sama dalam masyarakat.

Kesempurnaan tujuan risalah Islam barulah terlaksana apabila pemeluknya dan manusia
lainnya yang bertetangga dengan Islam merasakan nikmatnya Islam. Jadi merealisasikan
risalah Islam ialah kita mewujudkan Islam menjadi syurga bagi manusia di dunia. Kebenaran
risalah Islam sebagai rahmat bagi manusia, terletak pada kesempurnaan Islamsendiri. Islam
adalah dalam kesatuan ajaran, ajaran yang satu dan lainnya mempunyai nisbat dan hubungan
yang saling berkaitan. Maka islam dapat kita lihat dalam tiga segi, yaitu aqidah, syariah dan
nizam.

Dalam suatu tinjauan, Islam adalah suatu aqidah atau keyakinan (kepercayaan). Nilai – nilai
yang diajarkan kebenarannya mutlak karena bersumber dari yang Maha mutlak. Maka segala
yang diizinkannya adalah suatu yang haq (benar), sedang segala yang ditentangmya adalah
batil.

Apabila Islam ditinjau dari segi lain, Islam adalah suatu syari’ah artinya sebagai suatu hukum
dan perundang – undangan. Al- Qur’an dan sunnah Rasullulah adalah dua sumber asasi dari
ajaran – ajaran Islam dan sekaligus menjadi sumber dan hukum perundang – undangan Islam.
Yang mengatur kehidupan manusia baik yang berhubungan dengan Tuhan maupun yang
berhubungan antar manusia atau dengan alam.

Islam adalah suatau nizam, yaitu cara hidup atau way of life. Islam sebagai suatu sistem dapat
kita lihat sebagai sistem iman, ibadah dan sistem akhlak.

Islam adalah agama keseimbangan, maka ajaran – ajaran Islam hendaknya diterapkan secara
seimbang, seimbang yang vertical dan horizontal. Dalam Al-Qur’an penuh dengan ayat – ayat
yang mengajarkan tentang keseimbangan. Ayat – ayat Al-Qur’an menyebut akhirat selalu
didahului dengan dunia dan kata iman selalu diikuti kata amal shaleh.

Agama yang diturunkan Allah SWT di muka bumi sejak nabi Adam sampai nabi Muhammad
SAW, adalah agama islam sebagaimana diungkapkan oleh ( Q.S. ali Imran, 3:19).

Artinya : “sesungguhnya agama disisi Allah adalah agama islam” .

Agama Islam ini telah merangkum semua bentuk kemaslahatan yang diajarkan oleh agama-
agama sebelumnya. Agama Islamini lebih istimewa dibandingkan agama-agama terdahulu
karena Islam adalah ajaran yang bisa diterapkan di setiap masa, di setiap tempat dan di
masyarakat manapun. Allah SWT berfirman kepada Rasulullah:

‫َو َأنَز ْلَنا ِإَلْيَك اْلِكَتاَب ِباْلَح ِّق ُمَص ِّدقًا ِّلَم ا َبْيَن َيَد ْيِه ِم َن اْلِكَتاِب َو ُمَهْيِم نًا‬

Artinya: “Dan Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab dengan benar sebagai pembenar
kitab-kitab yang terdahulu serta batu ujian atasnya.” (QS. Al Maa’idah: 48)

Maksud dari pernyataan Islam itu cocok diterapkan di setiap masa, tempat dan masyarakat
adalah dengan berpegang teguh dengannya tidak akan pernah bertentangan dengan kebaikan
umat tersebut di masa kapan pun dan di tempat manapun. Bahkan dengan Islamlah keadaan
umat itu akan menjadi baik. Akan tetapi bukanlah yang dimaksud dengan pernyataan Islam
itu cocok bagi setiap masa, tempat dan masyarakat adalah Islam tunduk kepada kemauan
setiap masa, tempat dan masyarakat.

Agama Islam adalah agama yang benar. Sebuah agama yang telah mendapatkan jaminan
pertolongan dan kemenangan dari Allah SWT bagi siapa saja yang berpegang teguh
dengannya. Allah swt berfirman:

‫ُهَو اَّلِذ ي َأْر َسَل َر ُسوَلُه ِباْلُهَدى َوِد يِن اْلَح ِّق ِلُيْظِهَرُه َع َلى الِّديِن ُك ِّلِه َو َلْو َك ِر َه اْلُم ْش ِرُك وَن‬

Artinya: “Dia lah Zat yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa Petunjuk dan
Agama yang benar untuk dimenangkan di atas seluruh agama-agama yang ada, meskipun
orang-orang musyrik tidak menyukainya.” (QS. Ash Shaff: 9)

Allah SWT berfirman,

‫َو َعَد ُهَّللا اَّلِذ يَن آَم ُنوا ِم نُك ْم َو َع ِم ُلوا الَّصاِلَح اِت َلَيْسَتْخ ِلَفَّنُهم ِفي اَأْلْر ِض َك َم ا اْسَتْخ َلَف اَّلِذ يَن ِم ن َقْبِلِه ْم َو َلُيَم ِّك َنَّن َلُهْم ِد يَنُهُم اَّلِذ ي‬
‫اْر َتَض ى َلُهْم َو َلُيَبِّد َلَّنُهم ِّم ن َبْع ِد َخ ْو ِفِهْم َأْم نًا َيْعُبُدوَنِني اَل ُيْش ِرُك وَن ِبي َش ْيئًا َو َم ن َكَفَر َبْع َد َذ ِلَك َفُأْو َلِئَك ُهُم اْلَفاِس ُقوَن‬
Artinya: “Allah benar-benar telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman serta
beramal salih diantara kalian untuk menjadikan mereka berkuasa di atas muka bumi
sebagaimana orang-orang sebelum mereka telah dijadikan berkuasa di atasnya. Dan Allah
pasti akan meneguhkan bagi mereka agama mereka, sebuah agama yang telah diridhai-Nya
untuk mereka peluk. Dan Allah pasti akan menggantikan rasa takut yang sebelumnya
menghinggapi mereka dengan rasa tenteram, mereka menyembah-Ku dan tidak
mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun. Dan barangsiapa yang ingkar sesudah itu,
maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An Nuur: 55)

Secara umum dapat dikatakan bahwasanya Islam memerintahkan semua akhlak yang mulia
dan melarang akhlak yang rendah dan hina. Islam memerintahkan segala macam amal shaleh
dan melarang segala amal yang jelek. Allah SWT berfirman,

‫ِإَّن َهّللا َيْأُم ُر ِباْلَع ْد ِل َو اِإل ْح َس اِن َو ِإيَتاء ِذ ي اْلُقْر َبى َو َيْنَهى َع ِن اْلَفْح َش اء َو اْلُم نَك ِر َو اْلَبْغ ِي َيِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُروَن‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat adil, ihsan dan memberikan nafkah
kepada sanak kerabat. Dan Allah melarang semua bentuk perbuatan keji dan mungkar, serta
tindakan melanggar batas. Allah mengingatkan kalian agar kalian mau mengambil
pelajaran.” (QS. An Nahl: 90).

Umat Islam dilarang menjadi umat pengekor, tetapi sebagai pengendali. Islam tidak condong
ke barat dan ke timur, melainkan Islam hadir di tengah – tengah mengajak seluruh benua, ras,
dan bangsa untuk berkiblat kepadanya. Islamlah yang harus memimpin jalannya sejarah
menuju kepada hidup dan kehidupan yang bahagia dalam rangka masyarakat yang sejahtera
dan bahagia di bawah naungan Allah SWT. Betapa tinggi fungsi umat Islam di tengah –
tengah kancah kehidupan manusia. Allah SWT berfirman yang artinya: kamu adalah umat
yang paling baik, yang ditempatkan ke tengah – tengah manusia, untuk memimpin kepada
kebaikan, mencegah kemungkaran dan percaya penuh kepada Allah.

E. Misi Kehadiran Islam

Agama Islam memiliki misi, antara lain:

1. Mengajak manusia untuk tunduk dan patuh terhadap aturan – aturan yang ditetapkan
Allah SWT.
2. Membimbing manusia menemukan kedamaina lahir dan batin dan menciptakan
kedamaian hidup bersama.
3. Memberikan jaminan untuk mendapatkan keselamatan dan terbebas dari bencana
hidup, baik di dunia dan di akherat.

Secara lebih terperinci, pentingnya peran agama dalam kehidupan manusia dapat dipahami
dalam poin-poin berikut: Pertama, agama menghidupkan nilai luhur moralitas.
Diturunkannya agama kepada manusia mempunyai agenda menghidupkan moralitas dalam
rangka mengatur kehidupan manusia. Agama sangat mendukung nilai luhur yang menyeru
kepada prinsip kebaikan, seperti keadilan, kejujuran, toleransi, dan tolong-menolong.

Dalam proses kehidupan yang dijalani manusia, agama sangat mendukung untuk tindakan
kebaikan. Artinya, agama tidak hanya memberikan nilai-nilai yang bersifat moralitas, namun
juga menjadikannya sebagai fondasi keyakinan. Agama mensyarakatkan moralitas sebagai
bagian iman secara keseluruhan. Tak hanya moralitas yang ditekankan agama bersifat
mengikat kepada setiap penganutnya.

Abul Qosim Al-Khu'i menegaskan, tanpa bantuan agama, dapat dipastikan bahwa nilai-nilai
kebajikan atau moralitas tersebut niscaya akan kehilangan maknanya dan akan menjelma
menjadi serangkaian nasihat belaka yang bersifat tidak mengikat. Dengan kata lain, nilai-nilai
tanpa makna hanya bercorak nasihat tidak lebih dari sekedar anjuran atau seruan belaka,
misalnya, diucapkan seorang sahabat karib kita, sementara kita sendiri bebas untuk menerima
atau menolaknya.

Kedua, agama memberi kekuatan dalam menanggung penderitaan hidup. Agama


menghidupkan kekuatan dalam diri manusia untuk mampu menghadapi pelbagai penderitaan
hidup dan berperan sebagai benteng kokoh yang melindunginya dari serangan keputusasaan
dan hilangnya harapan. Berkat keimanan yang kuat dan keyakinan bahwa Allah pasti
memberi pertolongan, setiap masalah yang muncul dan setiap jalan buntu yang ditemui dalam
kehidupannya dapat dipecahkan dan diatasi. Alhasil, ia akan mampu menghindar dari
rongrongan keputusasaan dan kesia-siaan. (Nazwar, 2016)

Jadi, selain peran iman sebagai kekuatan pendorong/motivasi, tetapi juga merupakan faktor
yang memungkinkan manusia sanggup menghadapi dan menanggung cobaan hidup dengan
penuh ketegaran dan menyelamatkannya dari kepahitan akibat kegagalan dan kekecewaan
yang alami. Ketiga, agama menjadi pegangan dan pedoman hidup. Al-qur'an merupakan
pedoman hidup yang tidak pernah berubah setiap zaman. Meskipun terdapat berbagai
perbedaan tafsiran dalam memahaminya, namun tidak pernah ada perubahan dalam kitab suci
yang diyakini kebenarannya tersebut.

Pada faktanya, manusia tidak dapat hidup tanpa adanya pegangan atau pedoman yang
menjadi acuan dalam hidup. Karenya, ia akan cenderung berusaha mengisi hidupnya dengan
cara dan jenis pedoman hidup apapun, meski pedoman tersebut beserta nilai-nilai yang
dikandungnya itu keliru dan menyesatkan. Pada saat itu, kehidupan intelektualnya tidak diisi
dengan keyakinan yang masuk akal dan ajaran yang sehat. Dalam keadaan demikian, agama
dapat menjadi pegangan hidup dan intelektual dengan ajaran yang sehat dan mampu
menyelamatkan seseorang dari dorongan kecenderungan ke arah kesia-siaan dalam menjalani
kehidupan.

Keempat, agama mendorong kemajuan ilmu pengetahuan. Selain memberikan pedoman


hidup yang bersifat spiritual, agama juga mendorong kemajuan ilmu pengetahuan. Keyakinan
agama mengajarkan kepada manusia bahwa pengetahuan tak terbatas merupakan sumber dari
keteraturan alam yang berlaku di jagat raya ini (yang menjadi dasar dari teori ilmu
pengetahuan), yang diibaratkan sebagai sebuah buku maha besar yang dikarang seorang
sarjana yang sangat cerdas. Setiap halamannya yang berisi serangkaian paragraf dan kalimat,
mengandungi cahaya kebenaran yang mendorong kita untuk mempelajari dan
merenungkannya. (Nazwar, 2016)

Kelima, agama sebagai integrator (menyatu padukan), baik individual maupun sosial, dalam
arti bahwa agama mengintregasikan dan menyerasikan segenap aktivitas manusia, baik
sebagai perseorangan maupun anggota masyarakat, yaitu integrasi dan keserasian sebagai
insan yang taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, serta integrasi dan keserasian antara
manusia sebagai makhluk social dalam hubungannya dengan sesama dan lingkungannya.
Dengan kata lain, integrasi dan keserasian antara mengejar kebaikan dunia dan akhirat.

Keenam, agama sebagai sublimator (memperindah) agama menyandukan dan mengkuduskan


segala perbuatan manusia, sehingga perbuatan manusia, bukan hanya yang bersifat
keagamaan saja, tetapi setiap perbuatan dijalan kan dengan tulus ikhlas dan penuh
pengabdian karena keyakinan agama, bahwa segala pekerjaan yang baik merupakan bagian
pelaksanaan ibadah insan terhadap Sang pencipta atau al-kholiqnya atau Tuhan Yang Maha
Esa.

Ketujuh, agama sebagai sumber inspirasi (ilham) budaya bangsa Indonesia, melahirkan hasil
budaya fisik berupa cara pakaian yang sopan dan indah, gaya arsitektur, dan lain-lain, serta
hasil budaya nonfisik seperti seni budaya yang menafaskan agama kehidupan beragama yang
jauh dari syirik dan musyrik. (Youlie, 2013)

Dari sudut pandang teori fungsional, agama menjadi atau penting sehubungan dengan unsur-
unsur pengalaman manusia yan diperoleh dari ketidakpastian, ketidakberdayaan, dan
kelangkaan yang memang merupakan karakteristik fundamental kondisi manusia. Dalam hal
ini fungsinya ialah menyediakan dua hal. Pertama, suatu cakrawala pandang tentang dunia
luar yang tak terjangkau oleh manusia, dalam artian dimana deprivasi (pencabutan) dan
frustasi dapat dialami sebagai sesuatu yang mempunyai makna. Kedua, sarana ritual yang
memungkinkan hubungan manusia dengan hal diluar jangkauannya, yang memberikan
jaminan dan keselamatan bagi manusia mempertahankan moralnya.

Demikian peran agama yang telah menggerakkan peradaban manusia. Proses terbentuknya
kehidupan manusia sepanjang sejarah hingga saat ini, tidak dapat dilepaskan dari peran
agama. Dengan keimanan, agama telah mampu mengarahkan kehidupan manusia kepada
kehidupan yang baik, berkemajuan dan keharmonisan.

Faktor-Faktor Manusia Memerlukan Agama

Dr. Yusuf Al-Qaradhawy dalam bukunya “Madkhal li-Ma’rifatil Islam”-Pengantar


KajianIslam- menyebutkan paling tidak ada lima faktor yang menyebabkan manusia butuh
terhadap agama, lima faktor itu bisa dijabarkan sebagai berikut:

1. Kebutuhan akal terhadap pengetahuan mengenai hakikat eksistensi terbesar.

Betapapun cerdasnya manusia, jika hanya dengan akalnya ia tak akan bisa menjawab dengan
pasti pertanyaan: darimana ia berasal?, kemanakah ia setelah mejalani hidup ini? dan untuk
apa ia hidup?. Banyak filosof dan pemikir yang mencoba mencari jawaban pertanyaan-
pertanyaan ini, namun tak ada jawaban pasti yang dapat mereka berikan. Karenanya tak
mengherankan jika jawaban- jawaban itu berbeda-beda satu dengan yang lain. Ini terjadi
karena jawaban- jawaban yang mereka berikan hnya didasarkan pada asumsi-asumsi dan
prasangka. Jawaban pasti terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas, hanya bisa didapatkan
melui agama dan itu pun tidak semua agama. Sebab pada hakikatnya jawaban pasti itu adalah
berasal dari Tuhan yang menciptakan manusia dan jagat raya ini. Dan saat ini hanya Islamlah
yang mempunyai sumber autentik firman Tuhan, yaitu Al-Qur’an. Selain Al-Qur’an semua
sudah tercampur denganperkataan manusia, bahkan ada yang murni hasil karya manusia
namun dianggapfirmanTuhan.
2.Kebutuhan fitrah manusia

Bukti yang paling jelas menunjukkan bahwa secara fitrah manusia butuh terhadap agama
adalah kenyataan bahwa semua bangsa mengenal kepercayaan terhadap dzat yang dianggap
agung. Baik itu bangsa yang primitif maupun yang berperadaban, yang di barat maupun yang
di timur, yang kuno maupun yang modern. Sedangkan orang-orang yang mengaku tidak
percaya terhadap Tuhan, itu sebenarnya adalah hanya sebuah pelarian dari rasa kecewa
terhadap agama yang mereka lihat. Padahal yang salah adalah ajaran agama itu dan sama
sekali itutidak membuktikan bahwa Tuhan tidak ada.

Tentang kebutuhan fitri terhadap agama ini Allah berfirman :

‫ فطرت هللا التى فطر النا س عـليها‬, ‫فأقم وجهك للدين حنيفا‬

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah). (Tetaplah ata

fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu”.(Qs.Ar-Rum:30)

3. Kebutuhan manusia terhadap kesehatan jiwa dan kekuatan rohani

Kehidupan manusia tak selamanya mulus tanpa kerikil dan batu sandungan. Ada saat-saat
gembira, bahagia, damai dan tentram namun juga ada saat dimana ia sedih, gundah,
menderita dan tertimpa musibah. Disaat jiwa sedang dalam kondisi lemah seperti itulah
semakin terasa ia membutuhkan kekuatan yang bisa mengembalikan rasa bahagia, tentram
dan damai yang hilang. Atau paling tidak ia bisa menghadapi semua itu dengan jiwa yang
besar, ketabahan dankesadaran. Keyakinan dan keimanan terhadap agamalah sumber
kekuatan itu. Sebab hanya agamalah yang mengajarkan tentang kepercayaan terhadap takdir,
tawakkal, kesabaran, pahala dan siksa. Dengan kepercayaan terhadap takdir ia bisa dengan
mudah menerima kenyataan. Dengan tawakkal ia tidak akan terlalu kecewa jika ternyata jerih
payahnya tak sesuai dengan harapan. Dan dengan kepercayaan terhadap pahala dan siksa ia
akan bisa segera bangkit kembali tatkala didzalimi orang lain. Dengan kepercayaan semacam
itulah jiwa akan menjadi sehat dan rohani akan menjadi kuat.

Tentang kaitan antara agama dan kesehatan jiwa ini Dr. Karl Bang memberikan kesaksian:
“Setiap pasien yang berkonsultasi padaku semenjak tiga puluh tahun yang lalu yang berasal
dari seluruh penjuru dunia, ternyata sesungguhnya penyebab sakit mereka adalah kurangnya
keimanan dan goyahnya akidah mereka. Sementara mereka tidak akan mendapatkan
kesembuhan kecua lisetelah mereka mengembalikan keimanan mereka”.

4. Kebutuhan masyarakat terhadap motivasi dan disiplin akhlak.

Hukum dan peraturan jelas tidak bisa menjamin bahwa anggota sebuah masyarakat akan bisa
melaksanakan kebaikan, menunaikan kewajiban dan meninggalkan larangan. Sebab hukum
dan peraturan itu tidak bisa menciptakan motivasi dan menumbuhkan kedisiplinan. Karena
memanipulasi hukum adalah suatu hal yang mungkin terjadi dan mencurangi peraturan
adalah bukan hal sulit untuk dilakukan.

Hukum dan peraturan hanyalah sebuah perwujudan dari pengawasan eksternal, dan itu tidak
cukup sampai di situ. Masyarakat membutuhkan motivasi internal yang kita kenal dengan
hati nurani. Dengan membina hati nurani inilah seorang manusia akan termotivasi untuk
melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan dengan sukarela walaupun tanpa ada
pengawasan dari manusia dan tekanan dari hukum dan peraturan.

Peran pembinaan terhadap hati nurani inilah yang tak dapat dilakukan selain oleh agama.
Apalagi agama juga mengajarkan adanya “pengawasan melekat” oleh Tuhan terhadap seluruh
perbuatan manusia. Motivasi hati nurani dan “pengawasan melekat” seperti inilah yang bisa
menjamin suburnya nilai-nilai kebaikan dan akhlak mulia dalam masyarakat.Marilah kita
simak kata-kata Voltair berikut ini:

“Mengapa kalian meragukan eksistensi Tuhan, padahal kalau bukan karena Tuhanniscaya
istriku telah mengkhianatiku (berbuat serong) dan pembantuku telahmencuri hartaku”.

5. Kebutuhan masyarakat kepada solidaritas dan soliditas.

Agama sesungguhnya memiliki peran yang sangat besar urgensinya dalam mempererat
hubungan antara manusia satu sama lain, dalam status mereka semua sebagai hamba milik
satu Tuhan (Allah) yang talah menciptakan mereka dan dalam status mereka semua sebagai
anak dari satu bapak (Adam) yang telah menurunkan mereka, terlebih lagi dengan
persaudaraan akidah dan ikatan iman yang dibangun oleh agama diantara mereka.

Bahkan ikatan akidah dan keimanan ini mampu melampaui batas-batas bangsa, suku, warna
kulit, jenis kelamin dan melebihi ikatan darah dan kekerabatan. Maka tidak mengherankan
jika kita menemukan mereka mencintai yang lainnya sebagaimana ia mencintai dirinya
sendiri, rela mengorbankan nyawa demi saudaranya dan berlinang air mata karena
penderitaan saudaranya di negeri lain meskipun dipisahkan jarak beribu-ribu kilo meter.
Dengan cinta dan pengorbanan semacam itulah sebuah masyarakat menjadi solid dan kokoh
dalam menjalankan agama.

Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa di muka bumi ini sebagai makhluk yang paling
sempurna dibandingkan dengan makhluk lain. Melalui kesempurnaannya itu manusia bisa
berpikir, bertindak, berusaha, dan bisa menentukan mana yang benar dan baik. Di sisi lain,
manusia meyakini bahwa dia memiliki keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin ada
kekuatan lain, yaitu Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, sudah menjadi
fitrah manusia jika manusia mempercayai adanya Sang Maha Pencipta yang mengatur
seluruh sistem kehidupan di muka bumi. Dalam kehidupannya, manusia tidak bisa
meninggalkan unsur Ketuhanan. Manusia selalu ingin mencari sesuatu yang sempurna. Dan
sesuatu yang sempurna tersebut adalah Tuhan. Hal itu merupakan fitrah manusia yang
diciptakan dengan tujuan untuk beribadah kepada Tuhannya.

Demikian kiranya hajat manusia terhadap agama,sebagai pembawaan nalurinya sebagai


manusia, meskipun karena desakan – desakan sosial bisa jadi naluri ini menjadi
termarjinalkan dari kebutuhan manusia disamping kebutuhan – kebutuhannya yang bersifat
materi.

Anda mungkin juga menyukai