A. PENGERTIAN AGAMA
1. Agama secara etimologi / bahasa
Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, a "tidak" gama "kacau", tidak
kacau / teratur, secara umum bermakna "Cara Hidup". Dalam bahasa Inggris, agama
disebut religion; dalam bahasa Belanda disebut religie berasal dari bahasa latin
relegere berarti mengikat, mengatur, atau menggabungkan. Jadi religion atau religie
dapat diartikan sebagai aturan hidup yang mengikat manusia dan menghubungkan
manusia dengan Tuhan.
Secara etimologi berasal dari bahasa jawa ageman dengan arti, 1) pakaian,
ajarannya melindungi kita dari segala hal membahayakan, lebih dalam lagi melindungi
dari aib / aurat karena akan malu bila tanpa busana. Diharapkan juga ajarannya betul-
betul melekat (pegang teguh) dalam kehidupan seperti melekatnya pakian pada
tubuh. 2) pegangan, ajaran agama menjadi prinsip hidup yang dipegang teguh. 3)
gaman "senjata", yakni ketika ajaran agama sudah menjadi prinsip hidup kita, maka
juga kan menjadi senjata atau benteng bagi kita dari segala yang membahayakan fisik
maupun psikis, zhohir maupun bathin.
Dalam Al-Quran dan Hadis, agama disebut dengan kata diin / ad-diin, millah atau
syari'ah. Pertama, Kata diin secara bahasa berarti pembalasan, menundukkan, adat
kebiasaan, peraturan, atau hari pembalasan / hari kiamat. Kata diin dihubungkan
beberapa kata dalam Al-Quran
a. Diinul Islam berarti Agama Islam (QS. Ali-Imran: 85, Al-Maidah: 3)
b. Ad-Diinul Qayyim berarti Agama yang lurus (QS. At-Taubah: 36, Al-Bayyinah:5)
c. Diinullah berarti Agama Allah, (Ali-Imran: 83, An-Nashr: 2)
d. Ad-Diinul Haq berarti Agama yang benar, (QS. At-Taubah: 29 dan 33)
Kedua, Adapun kata millah berarti undang-undang atau peraturan. Terdapat
dalam QS. Al-An'am: 161, Al-Hajj: 78. Ketiga Sedangkan kata syari'ah berarti jalan
yang harus dilalui atau hukum. Terdapat dalam QS. Al-Jatsiyah: 18
2. Agama secara terminologi / istilah
Agama adalah suatu sistem kepercayaan / keyakinan, praktik, norma, dan nilai-
nilai yang berkaitan dengan pandangan seseorang tentang hubungan manusia
dengan kekuatan rohaniah atau kekuatan yang dianggap lebih tinggi, sering kali
dihubungkan dengan Tuhan, dewa-dewi, atau kekuatan kosmik.
Agama mencakup berbagai aspek kehidupan, tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dengan manusia serta lingkungannya. Termasuk
kepercayaan tentang asal-usul alam semesta, tujuan hidup manusia, etika, moralitas,
dan pandangan tentang kehidupan setelah kematian.
2. Agama Ardhi
Agama Ardhi merupakan agama yang timbul dari angan-angan khayal
manusia. Dinamakan agama thabi'iy ialah karena tabi'at manusia yang ingin
beragama, mengabdi dan memujakepada sesuatu yang dianggapnya Maha Kuasa,
bukan berasal dari wahyu.2 Misalnya agama Hindu-Buddha, Kong Hu Chu. Adapun
ciri-ciri agama ardhi yaitu:
1) Tidak Disampaikan Oleh Nabi dan Rasul dan Tidak Dapat Dipastikan
Kelahirannya. Berbeda dengan agama-agama Samawi, Agama Ardhi tidak
diyakini berasal dari wahyu ilahi yang disampaikan oleh para nabi atau rasul
utusan Tuhan. Kelahiran dan asal-usul ajaran Agama Ardhi tidak dapat dengan
pasti ditentukan.
2) Diciptakan oleh Tokoh Agama. Ajaran dalam Agama Ardhi dapat berasal dari
pemikiran atau kontribusi tokoh-tokoh agama atau spiritualitas, bukan dari wahyu
ilahi.
1
Agus Hakim, Perbandingan Agama Pandangan Islam Mengenai Kepercayaan : Majusi, Shabiah, Kristen, Hindu
dan Budha, (Bandung: Dipenegoro, 1982) hlm. 13
2
Ibid., hlm. 12
3) Berasal dari Daerah dan Kepercayaan Masyarakat. Agama Ardhi cenderung
tumbuh dan berkembang berdasarkan budaya, daerah, atau kepercayaan
masyarakat di suatu wilayah tertentu.
4) Tidak Memiliki Kitab Suci yang Diwariskan oleh Nabi atau Rasul. Agama
Ardhi umumnya tidak memiliki kitab suci seperti halnya agama-agama Samawi.
Ajaran dalam Agama Ardhi mungkin diwariskan secara lisan atau melalui tulisan-
tulisan tokoh-tokoh agama.
5) Jika Ada Kitab Suci, Isi Kitabnya Mengalami Perubahan Seiring Waktu. Jika
ada tulisan-tulisan atau kitab suci dalam Agama Ardhi, isi dan tafsirannya dapat
berubah seiring dengan perjalanan waktu dan perkembangan agama tersebut.
6) Ajarannya dapat Berubah-ubah Mengikuti Zaman. Ajaran dalam Agama Ardhi
dapat mengalami perubahan sesuai dengan perubahan pola pikir, nilai, dan
budaya masyarakat yang mengikuti agama tersebut.
7) Konsep Ketuhanannya Pantheisme, Dinamisme, dan Animisme. Agama
Ardhi cenderung memiliki beragam pandangan mengenai ketuhanan, seperti
pantheisme (keyakinan bahwa Tuhan ada di segala hal), dinamisme (keyakinan
bahwa ada roh atau kekuatan spiritual dalam alam), dan animisme (keyakinan
bahwa benda-benda alami memiliki roh atau kekuatan spiritual).
8) Ajarannya Tidak Universal. Ajaran dalam Agama Ardhi cenderung lebih
spesifik dan terbatas dalam cakupan, tidak memiliki tujuan universal seperti
agama-agama Samawi yang dianggap berlaku untuk seluruh umat manusia.
Pemahaman yang berbeda disampaikan oleh Muhammad Kamal Isa tentang
agama Samawi dan agama Ardhi. Muhammad Kamal Isa menjelaskan pengertian
agama Samawi persis sama dengan yang disampaikan oleh ahli theologi Islam yang
ada di Indonesia, akan tetapi ia berbeda pendapat ketika mengelompokan agama
Samawi, Muhammad Kamal Isa menyatakan bahwa agama Samawi itu hanya satu,
agama para nabi dan rasul mulai dari Nabi Adam AS sampai kepada Nabi
Muahammad SAW yaitu Islam. Sedangkan selain agama Islam diketegorikan
kedalam agama syayâthiîn (agama syethan-syethan). seperti agama Yahudi,
Nashrani, Majusi dan Shabiah.3
C. FUNGSI AGAMA
Fungsi agama dapat diartikan sebagai tujuan atau manfaat yang diharapkan dari
praktik keagamaaan, yaitu:
1. Membentuk arah dan pandangan hidup serta membentuk moralitas
2. Memberikan rasa ketenangan dan keamanan
3. Memberikan bimbingan spiritual
4. Meningkatkan kehidupan sosial
5. Memberikan dukungan dalam masa sulit
D. KOMPONEN AGAMA
Dikatakan agama bila memiliki 3 komponen yaitu: Konsep Teologi (tentang
ketuhanan) untuk menumbuhkan keimanan yang kokoh, Konsep ritual dan spiritual
disebut 'Ubudiyah (tata cara beribadah dan merenungi keagungan Tuhan) dan
Mu'amalah atau norma berkehidupan (tata krama sesama makhluk, tata cara
bersosial dan melestarikan alam sekitar) sebagai buah dari iman yang kokoh yakni
3
Kamal Muhammad Isya, al-‘Aqidah al-Islamiyah Safinah al-Najah, ( T.Tp., Dal al-Syuruq, T.Tt) hlm. 76
taqwa dalam arti amal sholih atau segela bentuk perbuatan benar dan baik menurut
syari'at Islam.
Pada aspek Teologi dan Ritual / 'Ubudiyah merupakan wilayah yang muthlaq,
tidak bisa diganggu gugat. Maksudnya tidak boleh bercampur baur dengan keyakinan
atau agama lain ketika praktiknya. Karena masing-agama juga memiliki konsep teologi
dan ritual. Dalam Islam tegas dinyatakan sebagaimana dalam QS. Al-Kafirun: 6
"bagimu agamu dan bagiku agamaku". Akan tetapi dalam bermu'alah / berkehidupan
dengan sesama, maka diperintahkan senantiasa berbuat baik meskipin berbeda
keyakinan dengan tetap mengedepankan dan berpedoman serta tidak melanggar
syari'at Islam.
4
Ulfat Aziz-Us-Samad, Agama-Agama Besar Dunia, Jakarta; Darul Kutub Islamiyah, 1970, hlm. 261
semua orang diperlakukan sama, tak ada perbedaan berdasar warna kulit, ras,
bahasa, kekayaaan, agama maupun jenis kelamin.
B. Hijrah ke Madinah
Berdakwah selama 13 tahun di mekkah, para penguasa zalim terusik dan takut
akan runtuhnya kezaliman dalam selruuh sendi kehidupan. Merencanakan
pembunuhan. Dengan izin Allah Nami Muhammad berhasil hijrah dengan selamat
menuju Madinah. 10 tahun berdakwah membawa perubahan besar pada seluruh
bidang. Dengan kedasyatan pasukan berkepribdian muslim menuju ke Mekkah tanpa
menumpahkan darah dan peperangan. Datang dengan kasih sayang, membawa
slogan "cintailah musuhmu". Akhirnya berhasil menguasai mekkah. Kejadian itu
dikenal dengan "fatkhul mekkah".
C. Pengertian Islam
Pengertian secara bahasa berasal dari beberapa kata,
1. as-salmu "damai" menjadi dasar kata "As-Salam" berarti kedamaian dan
ketentraman.
2. aslama-yuslimu-islaman "taat, patuh, berserah diri / amrohullah, memelihara
dengan keadaan selamat sentosa".
3. salim "sehat raga dan jiwa, bersih dan suci"
4. salam, "selamat, keselamatan, berarti takhiyyatan "penghormatan.
Dapat disimpulkan Islam mengandung arti patuh, tunduk, taat dan berserah diri
kepada Allah dalam upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup secara
zhahir maupun bathin, dunia maupun akhirat. Dilakukan atas kesadaran dan kemauan
diri sendiri, tanpa paksaan atau kepura-puraan, sebagai panggilan "fitrah diri" sebagai
makhluk yang sejak dalam kandungan menyatakan patuh dan tunduk kepada Allah
Subhanahu wata'ala.
Sudut pandang ketatabahasaan kata "Islam" menjadi kebutuhan semua umat
manusia bahkan seluruh makhluk hidup yakni kebahagiaan. Sipapun yang
membutuhkan kebahagiaan dan berusaha mewujudkan kebahagiaan, hakikatnya dia
"Islam". Islam menjadi agama yang sesuai dengan "fitrah" manusia. Secara istilah,
Islam berarti suatu nama agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada
manusia melalui seorang Nabi dan Rasul untuk umat manusia, khususnya melalui
Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam.
ِ “ ْاmengokohkan” atau
“kepercayaan atau keyakinan yang kuat”, al-ihkaamu ُإلحْ َكام
“menetapkan”, dan ar-rabthu biquw-wah ُربْط ُ ِبق َّوة
َّ “ الmengikat dengan kuat”. Secara
islitah disebut credo, creed, pengikraran keyakinan dari dalam hati, Jadi pengertian
aqidah adalah urusan yang mengikat wajib diyakini kebenarannya oleh hati,
menentramkan jiwa, dan menjadi keyakinan yang tidak bercampur dengan keraguan. 5
Pembahasan mengenai Akidah Islam terangkum pada arkanul iman / rukun iman
yang 6, 1) Iman kepada Allah, 2) Iman kepada para Malaikat, 3) Iman kepada Kitab-
kitab, 4) Iman kepada Nabi dan Rasul, 5) Iman kepada Hari kiamat, 6) Iman kepada
Takdir (Qodho' dan Qodar)
Akidah dalam Islam harus berpengaruh ke dalam segala aktivitas yang
dilakukan manusia, sehingga berbagai aktivitas tersebut bernilai ibadah. Dalam
hubungan ini Yusuf al-Qardawi mengatakan bahwa iman menurut pengertian yang
sebenarnya ialah kepercayaan yang meresap di dalam hati, dengan penuh keyakinan,
tidak bercampur dengan keraguan, serta memberi pengaruh bagi pandangan hidup,
tingkah laku dan perbuatan sehari-hari. Dengan demikian akidah Islam bukan lagi
sekedar keyakinan dalam hati, melainkan pada tahap selanjutnya harus menjadi
acuan dasar dalam bertingkah laku dan berbuat yang pada akhirnya akan
membuahkan amal shaleh.
2. Syari'ah
Syariat berasal dari Bahasa Arab, syara’a artinya memulai, mengawali,
memasuki, memahami. Ibnu Manzhur, seorang fuqaha, menjelaskan, syari’at,
syara’, dan musyarra’ah adalah tempat-tempat di mana air mengalir turun ke
dalamnya. Turunan kata Syari'at yaitu syaari'un berarti jalan, tuntunan menunjukan
kepada jalan kebenaran.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Syari'at adalah hukum agama
yang menetapkan peraturan hidup manusia.
َ ْ َ َ َ ٰ َ َ َ َ ْ َ َ َّ ُ
َاْل ْمر َف َّات ب ْع ه ا
Berikut ini beberapa kata syariat yang ditemukan dalam Al Quran:
ِ ِ ث م ج ع ل ن اك ع ل ى ش ِريع ٍة ِم ن
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari
urusan (agama itu)…” (QS. Al-Jatsiyah: 18)
ً ل ُك ٍّل َج َع ْل َن ا م ْن ُك ْم ش ْر َع ًة َوم ْن َه
اج ا ِ ِ ِ ٍ ِ
“Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang
terang.” (QS. Al-Maidah: 48)
ًالس ْب ت ِا ْذ َت ْأ ت ْي ه ْم ح ْي َت ُان ُه ْم َي ْو َم َس ْب ت ه ْم ُش َّرع ا
َّ ى ف نَ ُْْ َ ْ
ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِا ذ ي ع دو
“…ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada
mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan
air, …” (QS. Al-A’raf: 163)
َ َ َّ ً ُ ٰ َّ َ َ ٍّ َ ْ ُ َ َ َ َ
َوح ا َوال ِذ ي أ ْو َح ْي َن ا ِإ ل ْي َك الد ِين م ا وص ى ِب ِه ن
ِ شرع ل ك م ِم ن
“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan -
Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu…”
َ ْ َ ْ َ َ ٍّ َ ْ ُ َ ُ َ َ ُ َ َ ُ ْ ُ َ ْ َ
(QS. Asy-Syura: 13)
َّ
َُالل ه ْ
الد ِين م ا ل م ي أ ذ ن ِب ِه
ِ أ م ل ه م شركاء شرعوا ل ه م ِم ن
5
Drs. Muhammad Alim, M. Ag, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran Dan Kepribadian
Muslim, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. 2, hlm. 124
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang
mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?”
(QS. Asy-Syura: 21)
Dapat kita simpulkan syari'at dalam arti umum / luas adalah suatu sistem
hukum, Undang-undang dan norma yang mengatur aktifitas manusia supaya terarah
pada kebenaran dan kebaikan, ketentraman dan kedamaian. Dalam arti khusus /
sempit, Syari'at Islam yakni suatu suatu sistem hukum Allah yang mengatur
hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia dan alam
sekitar. Syari'at Islam bersumber Al Quran dan hadis serta ijma' ulama'.
Pembahasan Syariat berkaitan dengan ibadah yaitu amalan fisik atau aktifitas
kebaikan / amal shalih sebagai bentuk keimanan kepada Allah yakni berpegang teguh
mengamalkan ajaran Islam yang dibawa para Nabi. Pembahasan Syari'at secara
umum yakni berkaitan dengan rukun Islam yang 5, 1) Syahadat, 2) Sholat, 3) Zakat,
4) Puasa, 5) Haji bagi yang mampu.
Pembahasan syari'at menghasilkan produk dari hasil pemahaman ulama' yaitu
ilmu Fiqih / fiqh, secara bahasa berarti "paham", secara istilah sistem hukum yang
dihasilkan dari ijtihad para mujtahid. Fiqih di bagi dua, pertama, fiqhul ibadah / fikih
ibadah yang membahas tata cara beribadah / ritual hamba dengan Tuhannya.
Contohnya, fikih thaharah / bersuci, fikih sholat, fikih zakat, fikih puasa, fikih haji.
Kedua, fiqhul mu'amalah / fikih mu'amalah yakni aturan Allah yang mengatur
hubungan sesama manusia, dengan benda serta lingkungan. Terbagi menjadi dua
bagian secara umum yaitu, pertama, Al-Qanunul Khas (Hukum perdata), melipiti
mu'amalah / niaga, munakahat / pernikahan, waratsah / warisan. Kedua, AL-Qanunul
'Am (hukum publik), meliputi: Jinayah (hukum pidana), Khilafah (hukum kenegaraan),
jihad (hukum perang dan damai).
3. Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab Khuluq / khuluqun berarti perangai, tabi'at, dan
adat. Juga dari bahasa Arab Kholqun berarti buatan dan ciptaan.6
Ibnu Miskawaih mendefinisikan akhlak sebagai jiwa yang mendorong kepada
tindakan-tindakan tanpa melalui pertimbangan. Sedangkan Al-Ghozali mengatakan
bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, menimbulkan macam-macam
perbuatan tanpa pertimbangan.7
Bidang akhlak mempelajari tentang konsep ihsan. Kata Ihsan berasal dari kata
ahsana – yuhsinu - ihsanan, yang memiliki arti kebaikan, membaguskan, lebih
bermanfaat, lebih indah, kesenangan. Ihsan juga dapat diartikan sebagai
memperbaiki atau menjadikan baik.8
Dalam kamus, kata Ihsan mempunyai bentuk kata-kata dan berbeda makna,
diantaranya:9
1. Hasuna “Menjadi atau tampak sempurna, indah, bagus”
6
Drs. Muhammad Alim, M. Ag. hlm. 151.
7
Drs. H. Zubaidi, M. Pd, Akhlak dan Tasawuf, (Jogjakarta: Lingkar Media, 2015), hlm. 2.
8
A.W. Munawwir, Kamus al- Munawwir Arab- Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), hlm. 265.
9
Syekh Muhammad Hisyam Kabbani, Tasawuf dan Ihsan Antivirus Kebatilan dan Kezaliman, ( Jakarta : As-
Sunna Foundation of America, 1998 ), hlm. 31.
2. Ihsanan “(Berbuat secara) sempurna”
3. Ahsana “Ia melakukan suatu kebaikan yang besar”
4. Ihsan “Kebaikan”
5. Husna “Hadiah” atau “balasan baik”
6. Hasan “Sempurna, indah, bagus”
7. Hisanun “Sesuatu yang indah sempurna”.
Berbuat baik di dalam Al-Qur‟an telah dikatakan ada 2 bentuk, yaitu informasi
dan perintah. Informasi yang dimaksud menggunakan kata ya‟muru yang berarti
memerintahkan, dalam firman Allah surat An-Nahl: 90
َ ْ ْ َ ْ َ ْ ُ ُ ْ َ َ ّٰ َّ
..ان
َ ِ اْلحس
ِ ِان الله يأمر ِبالعد ِل و
"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan...”
Sedangkan dalam bentuk perintah, Al-Qur‟an menggunakan dua macam, yaitu
verba perintah, dalam firman Allah surat Al-Qashas: 77
َ ْ َ ُ ّٰ َ َ ْ َ ٓ َ َ ْ ْ َ َ
...ك
َ واح ِسن كما احسن الله ِالي...
"Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu"
Ihsan yang merupakan aspek ketiga dari pokok agama islam, dikenal sebagai
aspek rohani. Aspek ini dimaksudkan demi membangunkan kesadaran manusia
tatkala ia hendak menghubungkan bagian pertama dan kedua, serta memperingatkan
bahwa Allah senantiasa datang dan mengawasinya. Ia harus memperhitungkan hal
ini apabila berfikir dan melangkah. Ketika ia tidak dapat melihat Allah sebab tidak ada
seorang pun yang bisa melihat-Nya di kehidupan ini. Seorang muslim wajib terus
menumbuhkan dan melindungi kesadaran dalam hatinya bahwa Allah ada dan selalu
melihatnya. Ia perlu sadar bahwa Allah melihat kapan saja dan sampai-sampai hal
terkecil dari amalan dan keyakinan. Sedemikian itu, ia akan mendapat keadaan
sempurna, suatu keadaan apabila ia merasakan kegembiraan rohani dan cahaya
pengetahuan yang langsung dikasih Allah ke dalam hatinya.10
10
Syekh Muhammad Hisyam Kabbani, Tasawuf dan Ihsan Antivirus Kebatilan dan Kezaliman, hlm. 34.
hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui terhadap
apa yang kamu kerjakan.”. 2) Mujahadah, "bersungguh-sungguh" dengan daya
kemampuan dan kesadaran untuk melakukan kebaikan karena Allah, 3) Muroqobah,
"senantiasa dekat" dan merasakan kehadiran serta diawasi Allah. sebagaimana
dalam QS. Qaf: 16 "Dan kami dekat kepada dia daripada urat nadinya". Imam Al-
Ghozali memaknai muroqobah sama dengan ihsan "merasa melihat Allah, bila tidak
mampu merasa diawasi Allah".
Kedua, Ikhtiyar bathiniyah / spiritual. Tidak cukup kita hanya memperbanyak
ibadah, berikutnya bagaimana ibadah tersebut betul-betul menguatkan spiritual kita
kepada Allah. sehingga mampu merasakan keagungan Allah yang nyata. Maka
langkah-langkahnya yakni: 1) Takholli, 2) Tahalli, 3) Tajalli