Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama adalah persoalan keyakinan yang dipercaya mampu membawa
kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Masalah yang berhubungan
dengan agama terkadang menimbulkan konflik antar pemeluk agama. Apalagi
jika agamanya dibandingkan dengan agama lainnya dan jika berkaitan dengan
masalah keyakinan. Karena, beragama sudah menjadi darah dan daging di dalam
jiwa dan raga yang melekat erat dalam kehidupannya.
Sebagian pemeluk agama menyadari bahwa dari sekian banyak agama
yang ada di muka bumi pastilah ada agama yang paling benar dan lurus karena
tidaklah mungkin alam semesta ini mempunyai banyak Tuhan yang dipercaya
oleh masing-masing agama tersebut. Sehingga setelah menemukan agama yang
benar dan lurus itu, melakukan peralihan keyakinan (agama) dari agama lamanya
ke agama yang baru atau dalam psikologi agama disebut konversi agama.
Agama merupakan suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal,
dalam arti bahwa semua masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dan pola- pola
perilaku yang memenuhi syarat untuk disebut „agama‟ (religious).1 Ellis, tokoh
terapi kognitif behavioral menulis dalam Journal of Counseling and Clinical
Psychology terbitan 1980. Agama yang dogmatis, ortodoks dan taat (yang
mungkin kita sebut sebagai kesalehan) bertoleransi sangat signifikan dengan
gangguan emosional orang umumnya menyusahkan dirinya dengan sangat
mempercayai kemestian, keharusan dan kewajiban yang absolut.
Orang sehat secara emosional bersifat lunak, terbuka, toleran dan bersedia
berubah, sedang orang yang sangat relegius cenderung kaku, tertutup, tidak
toleran dan tidak mau berubah, karena itu kesalehan dalam berbagai hal sama
dengan pemikiran tidak rasional dan gangguan emosional.2 Banyak dari apa yang
berjudul agama termasuk dalam superstruktur, agama terdiri atas tipe-tipe simbol,
citra, kepercayaan dan nilai-nilai spesifik dengan mana makhluk manusia
menginterpretasikan eksistensi mereka, akan tetapi karena agama juga

1
mengandung komponen ritual maka sebagian agama tergolong juga dalam
struktur sosial.

B. Rumusan Masalah
1. Apa arti dari Agama tersebut?
2. Syarat-syaat apa saja yang ada di Agama?
3. Bagaimana dengan klasifikasi Agama?
4. Apa saja ciri-ciri Agama?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui arti dari Agama.
2. Untuk mengetahui apa saja syarat-syarat Agama.
3. Untuk mengetahui klasifikasi Agama.
4. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri Agama.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Arti Agama
Agama adalah sistem yang mengatur kepercayaan dan peribadatan Kepada
Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan budaya, dan
pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatana kehidupan.
Banyak agama memiliki mitologi, simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan
untuk menjelaskan makna hidup yang menjelaskan asal-usul kehidupan atau alam
semesta. Dari keyakinan mereka tentang kosmos dan sifat manusia, orang
memperoleh moralitas, etika, hukum agama atau gaya hidup yang disukai.
Menurut beberapa perkiraan, ada sekitar 4.200 agama di dunia.
Banyak agama yang mungkin telah mengorganisir perilaku, kependetaan,
definisi tentang apa yang merupakan kepatuhan atau keanggotaan, tempat-tempat
suci, dan kitab suci. Praktik agama juga dapat mencakup ritual, khotbah,
peringatan atau pemujaan tuhan, dewa atau dewi, pengorbanan, festival, pesta,
trance, inisiasi, jasa penguburan, layanan pernikahan, meditasi, doa, musik, seni,
tari, masyarakat layanan atau aspek lain dari kebudayaan manusia. Agama juga
mungkin mengandung mitologi.
Kata agama kadang-kadang digunakan bergantian dengan iman, sistem
kepercayaan atau kadang-kadang mengatur tugas; Namun, dalam kata-kata Émile
Durkheim, agama berbeda dari keyakinan pribadi dalam bahwa itu adalah
"sesuatu yang nyata sosial" Émile Durkheim juga mengatakan bahwa agama
adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang
berhubungan dengan hal yang suci. Sebuah jajak pendapat global 2012
melaporkan bahwa 59% dari populasi dunia adalah beragama, dan 36% tidak
beragama, termasuk 13% yang ateis, dengan penurunan 9 persen pada keyakinan
agama dari tahun 2005. Rata-rata, wanita lebih religius daripada laki-laki .
Beberapa orang mengikuti beberapa agama atau beberapa prinsip-prinsip agama
pada saat yang sama, terlepas dari apakah atau tidak prinsip-prinsip agama mereka
mengikuti tradisional yang memungkinkan untuk terjadi unsur sinkretisme.

3
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama adalah sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang
Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya. Kata "Agama" berasal dari bahasa Sanskerta,

āgama (आगम) yang berarti "tradisi". Kata lain untuk menyatakan konsep ini
adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja
re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi,
seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Menurut filolog Max Müller, akar kata bahasa Inggris "religion", yang
dalam bahasa Latin religio, awalnya digunakan untuk yang berarti hanya "takut
akan Tuhan atau dewa-dewa, merenungkan hati-hati tentang hal-hal ilahi,
kesalehan" ( kemudian selanjutnya Cicero menurunkan menjadi berarti "
ketekunan " ). Max Müller menandai banyak budaya lain di seluruh dunia,
termasuk Mesir, Persia, dan India, sebagai bagian yang memiliki struktur
kekuasaan yang sama pada saat ini dalam sejarah. Apa yang disebut agama kuno
hari ini, mereka akan hanya disebut sebagai "hukum".
Banyak bahasa memiliki kata-kata yang dapat diterjemahkan sebagai
"agama", tetapi mereka mungkin menggunakannya dalam cara yang sangat
berbeda, dan beberapa tidak memiliki kata untuk mengungkapkan agama sama
sekali. Sebagai contoh, dharma kata Sanskerta, kadang-kadang diterjemahkan
sebagai "agama", juga berarti hukum. Di seluruh Asia Selatan klasik, studi hukum
terdiri dari konsep-konsep seperti penebusan dosa melalui kesalehan dan upacara
serta tradisi praktis. Jepang pada awalnya memiliki serikat serupa antara "hukum
kekaisaran" dan universal atau "hukum Buddha", tetapi ini kemudian menjadi
sumber independen dari kekuasaan.
Tidak ada setara yang tepat dari "agama" dalam bahasa Ibrani, dan
Yudaisme tidak membedakan secara jelas antara, identitas keagamaan nasional,
ras, atau etnis. Salah satu konsep pusat adalah "halakha", kadang-kadang
diterjemahkan sebagai "hukum" ",yang memandu praktik keagamaan dan
keyakinan dan banyak aspek kehidupan sehari-hari.

4
B. Syarat-syarat Agama
Agama adalah satu sistem kepercayaan yang di peluk oleh umat manusia.
Sistem kepercayaan bukan suatu keyakinan yang di berikan oleh Allah SWT. Tapi
sistem kepercayaan yang di yakini oleh umat, siapapun umatnya kalau dia
memiliki kepercayaan, maka itu di sebut agama Allah. Tetapi bagaimana
kemudian, sebuah keyakinan itu bisa menjadi agama, setidaknya ada 5 syarat :
1. Harus memiliki Tuhan yang di sembah. Kepercayaan bisa di katakana
sebagai agama, jika kepercayan itu mempunyai Tuhan yang di sembah.
2. Harus memiliki Nabi
3. Harus memiliki Rasul
4. Harus memiliki kitab suci
5. Harus memiliki umat. Buat apa ada Tuhan, Nabi, Rasul, Kitab Suci, jika
tidak ada umatnya. Umat inilah yang kemudian menjadi salah satu juga
penentu keyakinan sebagai agama.

Agama sendiri juga terbagi menjadi agama Samawi dan agama Ardhi.
Agama Samawi adalah agama yang diturunkan dari langit, dengan kata
lain, Agama ini adalah agama yang jelas di turunkan oleh Allah melalui Rasulnya.
Tidaklah mungkin Allah menurunkan langsung kepada manusia tanpa ada
perantaranya. Agama ini terbagi menjadi :
1. Islam, yang di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
2. Nasrani, yang di turunkan kepada Nabi Isa as.
3. Yahudi, yang di turunkan kepada Nabi Musa
4. Agama yang diturunkan kepada Nabi Daud namun ajarannya tidak untuk
umatnya.

Agama Ardhi adalah agama yang dibuat oleh manusia sendiri karena
sebuah adat atau budaya dan berdasarkan pemikiran manusia itu sendiri. Agama
ini terbagai menjadi :
1. Agama Hindu

5
2. Agama Budha
C. Klasifikasi Agama
Agama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu :
1. Agama Samawi atau agama wahyu (revealed religion), Yaitu agama yang
dipercayai diwahyukan Tuhan melalui malaikat-Nya kepada utusan-Nya
yang dipilih dari manusia. Agama samawi mempunyai ciri-ciri:
a. Agama wahyu dapat dipastikan kelahirannya
b. Disampaikan melalui utusan atau Rasul Allah yang bertugas
menyampaikan dan menjelaskan lebih lanjut wahyu yang diterimanya
dengan berbagai cara dan dan upaya
c. Memiliki kitab suci yang keotentikannya bertahan tetap
d. Ajaran nya serba tetap,tetapi tafsiran dan pandangannya dapat berubah
dengan perubahan akal.
e. Konsep ketuhanannya monoteisme mutlak
f. Sistem nilai ditentukan oleh Allah sendiri yang diselaraskan dengan
ukuran dan hakekat kemanusiaan.
g. Melalui agama wahyu Allah memberi petunjuk, pedoman, tuntunan
dan peringatan kepada manusia dalam pembentukan insan kamil
(sempurna) yang bersih dari dosa.

2. Agama budaya (cultural religion)/ non wahyu disebut juga dengan agama
bumi yang artinya bersandar semata-mata kepada ajaran seorang manusia
yang dianggap memiliki pengetahuan tentang kehidupan dalam berbagai
aspeknya secara mendalam.Ciri-cirinya adalah:
a. Agama budaya tidak dapat dipastikan kelahirannya
b. Tidak disampaikan oleh utusan Tuhan (Rasul)
c. Umumnya tidak memiliki kitab suci
d. Ajarannya dapat berubah-ubah, sesuai dengan perubahan akal pikiran
penganutnya.
e. Konsep ketuhanannya: dinamisme, animisme, politheisme, dan paling
tinggi adalahonotheisme nisbif.

6
f. Nilai agama ditentukan oleh manusia sesuai dengan cita-cita,
pengalaman dan penghayatan masyarakat penganutnya
g. Pembentukan manusia disandarkan pada pengalaman dan penghayatan
masyarakat penganutnya yang belum tentu diakui oleh masyarakat
lain.(Muhammad Baud Ali, 1997:72)

Perbedaan ke2 agama ini dikemukakan Al Masdoosi dalam Living


Religious of the World sebagai berikut:
1. Agama wahyu berpokok pada konsep keesaan Tuhan, sedangkan agama
budaya tidak demikian
2. Agama wahyu beriman kepada Nabi, sedangkan agama budaya tidak
3. Agama wahyu sumber utamanya adalah kitab suci yang diwahyukan,
sedangkan agama budaya kitab suci tidak penting
4. Semua agama wahyu lahir di Timur Tengah, sedangkan agama budaya
lahir di luar itu
5. Agama wahyu lahir di daerah-daerah yang berada di bawah pengaruh ras
simetik
6. Agama wahyu memberikan arah yang jelas dan lengkap baik spiritual
maupun material,sedangkan agama budaya lebih menitik beratkan aspek
spiritual saja.
7. Ajaran agama wahyu jelas dan tegas, sedangkan agama budaya kabur dan
elastis

Sementara itu, dalam kajian keilmuan (scientific aproach), para ilmuwan


membedakan agama menjadi dua kelompok besar yaitu Spiritualisme dan
Materialisme.
1. Spiritualisme
Adalah agama penyembah sesuatu (zat) yang gaib yang tidak tampak
secara lahiriah, sesuatu yang tidak dapat dilihat dan tidak berbentuk.
Spiritualisme ini terbagi dalam beberapa kelompok yaitu :

7
a. Agama ketuhanan (theistic religion), yaitu agama yang para
penganutnya menyembah Tuhan (theos). Agama ini mempunyai
keyakinan bahwa Tuhan adalah tempat manusia menaruh kepercayaan,
dan kecintaan kepada-Nya merupakan kebahagiaan. Yang masuk
katagori ini yaitu :
1) Monoteisme, yaitu bentuk religi / agama yang berdasarkan kepada
kepercayaan terhadap satu Tuhan dan yang terdiri dari upacara-
upacara guna memuja Tuhan tadi.
2) Politeisme, yaitu bentuk religi yang didasarkan pada kepercayaan
akan adanya banyak Tuhan yang memiliki tradisi upacara
keagamaan guna memuja Tuhan-tuhan tadi.
b. Agama penyembah ruh, yaitu kepercayaan orang primitif kepada roh
nenek moyang, roh pemimpin, atau roh para pahlawan yang telah
meninggal. Yang termasuk kategori ini adalah :
1) Animisme, yaitu bentuk agama yang mendasarkan diri pada
kepercayaan bahwa disekeliling tempat tinggal manusia itu diam
berbagai macam roh yang berkuasa dan terdiri atas aktivitas
pemujaan.
2) Praanimisme (dinamisme) adalah bentuk agama yang berdasarkan
kepercayaan terhadap kekuatan sakti yang ada dalam segala hal.
Ada tiga bentuk penyembahan kekuatan alam yaitu :
a) Penyembahan terhadap gejala alam, seperti hujan, guntur,
gempa bumi, dan topan.
b) Penyembahan terhadap anasir-anasir alam, seperti tanah, air,
api, angin, dan udara,
c) Penyembahan kepada benda-benda alam sekeliling, dalam
bentuk :
(1) Animatisme, yaitu suatu kepercayaan bahwa benda-benda
dan tumbuh-tumbuhan di sekitar manusia itu berjiwa dan
bisa berfikir seperti manusia.
(2) Fetishme, yaitu suatu bentuk agama yang berdasarkan

8
kepercayaan akan adanya jiwa dalam benda-benda alam
tertentu dan mempunyai aktivitas keagamaan guna
memuja benda-benda berjiwa tadi.
(3) Agama penyembah binatang (animal worship), yaitu
kepercayaan orang-orang kuno dan orang-orang primitif
yang menganggap binatang-binatang tertentu memiliki
jiwa kesucian.
2. Agama Materialisme
Agama materialisme adalah agama yang mendasarkan
kepercayaannya terhadap adanya Tuhan yang dilambangkan dalam wujud
benda-benda material, seperti patung-patung manusia, binatang dan berhala-
berhala atau sesuatu yang dibangun dan dibuat untuk disembah.

D. Ciri-ciri Agama
1. Gampang (Mudah dikerjakan)
Ciri pertama kebenaran agama atau agama yang benar adalah
gampang. Agama yang benar harus tidak sulit dilaksanakan oleh pemeluknya.
Gampang itu artinya mudah, tidak rumit dan tidak menyulitkan. Agama itu
harus mudah agar pemeluknya sanggup malaksanakan ajarannya sesuai fitrah
dan kemampuannya sebagai manusia. Mungkinkah Tuhan menurunkan agama
yang sulit diikuti manusia? Jelas tidak mungkin. Jadi, ciri agama yang benar
harus gampang. Adalah tidak logis Tuhan membuat agama yang sulit dan
menyulitkan.
Dalam hal ini, Allah SWT menyatakan, Islam adalah agama yang
mudah. Misalnya, Allah SWT menyatakan Al-Qur’an itu telah dimudahkan
untuk mengambil pelajaran. Ungkapan ini diulang tiga kali dalam redaksi
bahasa yang sama, surat yang sama dalam tiga ayat yang berbeda: “Dan
sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka
adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Al-Qamar: 17, 32, 40).
Kemudian, “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesulitan bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya [puasa]

9
dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur” (Al-Baqarah: 185).
Karena agama yang benar itu cirinya gampang melaksanakan
ajarannya, maka logikanya, bila ada agama yang menyulitkan pemeluknya
berarti bukan agama yang benar. Itu pasti ciptaan manusia, bukan ajaran
Tuhan. Biasanya, yang menyulitkan atau membuat sulit urusan itu memang
manusia. Urusan dengan Tuhan itu gampang. Karena Tuhan yang
menciptakan manusia dan agar agama-Nya diikuti dan dilaksanakan manusia,
maka pasti ajaran Tuhan itu gampang.

2. Hampang (Ringan dibawa)


Sebagai kelanjutan dari gampang, maka ciri kebenaran agama yang
kedua adalahhampang (ringan). Ringan membawanya kemana-mana, tidak
berat dan merepotkan. Sejarawan ahli Indonesia dan Asia Tenggara, Anthony
Reid dalam buku masyhurnya Southeast Asia in the Age of Commerce,
Volume Two: Expansion and Crisis (1993), ketika menganalisis suksesnya
Islamisasi di Asia Tenggara misalnya menyebutkan bahwa salah satu faktor
mudahnya Islam diterima penduduk pribumi adalah aspek ”portability of
Islam” (ringannya Islam dijinjing atau dibawa-bawa kemana-mana).
Misalnya, pelaksanaan penyembahan kepada Tuhan yaitu shalat. Shalat bisa
dikerjakan dimana-mana: bisa di perjalanan, di bawah pohon, di lapangan, di
gedung, di kapal laut, di kapal udara, dalam bis dll, tidak harus di masjid.
Shalat juga tidak mengeluarkan biaya, fleksibel, bisa disesuaikan dengan
kondisi. Bisa berdiri, duduk atau berbaring. Sangat mudah. Masuk Islam juga
mudah, bisa di mana saja.
Cukup sadar, yakin dan mengucapkan dua kalimat syahadat. Proses
pengampunan dosa juga sangat mudah. Cukup dengan sadar diri, menyesali
dosa, bersungguh-sungguh tidak mengulanginya lagi. Selesai. Dosa
terampuni. Dengan semua ini, agama menjadi hampang, ringan saja, tidak
berat melaksanakan dan membawanya kemana-mana. Allah SWT
menegaskan, Islam adalah agama yang ringan. Nabi Muhammad SAW sendiri

10
dalam haditsnya: “Sesungguhnya Islam itu agama yang ringan. Barangsiapa
memperberat, maka ia akan dikalahkan oleh agama. Oleh karena itu
kerjakanlah agama menurut semestinya atau mendekati semestinya dan
bergembiralah serta beribadahlah (dengan memohon pertolongan Allah), di
waktu pagi, petang dan sebagian malam.” (HR. Bukhari)

3. Nimbang (Menghargai akal fikiran)


Ciri kebenaran agama yang ketiga adalah nimbang. Nimbang adalah
membuat pertimbangan yaitu kegiatan berfikir, merenung menganalisis
dengan menggunakan akal fikiran. Dengan kata lain, agama yang benar adalah
yang mendorong pengembangan akal fikiran. Bukan malah memasungnya.
Akal adalah ciptaan dan anugrah Tuhan, maka akal juga harus digunakan
dalam agama dan kehidupan. Disini lagi-lagi, Islam adalah agama yang tegas
menyatakan keharusan penggunaan akal dalam beragama untuk berfikir. Islam
sangat menghargai akal dan menempatkan akal ditempat yang penting dan
terhormat.
Dalam Al-Qur’an bertebaran pernyataan Allah SWT untuk
menggunakan akal: “Afalaa tatafakarun?” (kenapa kamu tidak berfikir?),
“Afalaa ta’qilun?” (Tidakkah kamu menggunakan akal?) dll. Ali bin Abi
Thalib berkata: “Addinu ‘aqlun la dina liman la aqla lahu”  (Agama itu akal,
tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal). Menggunakan dan
memaksimalkan penggunakan akal fikiran berarti memaksimalkan
kemanusiaan kita dan mensyukuri anugrah Tuhan berupa otak yang super
canggih. Penggunaan akal fikiran dalam kehidupan dilakukan untuk mencari
kebenaran, mengembangkan ilmu pengetahuan, untuk memajukan kualitas
kehidupan, untuk memajukan peradaban. Pengembangan akal fikiran
dilakukan untuk menguatkan agama, untuk mempertebal keyakinan, untuk
merenungkan keagungan ciptaan Tuhan.
Jadi, semakin maju akal fikiran, semakin berkembang ilmu
pengetahuan, semakin tinggi peradaban harus semakin meningkatkan
kesadaran akan kebesaran Tuhan dan kemudian bersikap rendah hati

11
merasakan ketakberartian dihadapan Maha Besarnya kekuasaan Tuhan. Bukan
sebaliknya, semakin angkuh dan sombong dan meninggalkan agamanya.
Kecuali, agama itu tidak berkualitas, tidak lengkap (misalnya hanya ritual atau
hanya spiritual saja). Ada agama yang menurut penganutnya saja tidak logis
atau tidak rasional, memasung akal pikiran dan tidak mendorong
perkembangan ilmu pengetahuan. Bila seseorang menyatakan penemuan ilmu
pengetahuan yang berlawanan dengan doktrin pemimpin agamanya, ia
dibunuh dan dibakar.
Dalam Islam, itu tidak pernah terjadi. Malah, Islam menurut
pengakuan semua pemeluknya, siapapun, sangat menghargai akal pikiran dan
penemuan ilmu pengetahuan setinggi apapun yang dijamin tidak akan
bertentangan dengan ajaran Islam, malah akan memperkuatnya. Agama yang
tidak menghargai akal pikiran dan temuan-temuan ilmiah modern adalah
agama yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan perubahan dan tidak bisa
mengikuti perkembangan zaman. Agama seperti itu semakin lama akan
semakin ditinggalkan pemeluknya seperti sekarang sudah banyak terjadi di
dunia Barat.

4. Beunang (Terasa manfaatnya)


Keempat, ciri kebenaran agama atau agama yang benar itu harus
beunang. Beunang itu terasa manfaatnya, terasa kegunaannya, jelas sekali
pentingnya. Bila ilmu pengetahuan dan peradaban semakin maju, tapi agama
malah semakin tidak dirasakan manfaatnya, semakin banyak ditinggalkan
pemeluknya, itu bukan agama yang benar. Agama yang benar itu harus
membimbing umat manusia hingga akhir zaman, hingga ilmu pengetahuan
dan peradaban maju setinggi-tingginya.
Agama harus berperan membimbing umat manusia dan mengarahkan
kehidupan agar kemajuan umat manusia tetap terjaga, terkontrol, tidak
semena-mena atau sewenang-wenang. Agama harus mampu menampung
korban-korban kemajuan zaman, meneguhkannya, menyembuhkannya,
menguatkannya dan seterusnya. Ucapan terkenal Albert Einstein memperkuat

12
peranan agama yang benar: ”Science without religion si lame, religion
without science is blind” (Ilmu tanpa agama adalah lumpuh, agama tanpa ilmu
adalah buta).

5. Baranang (Memberikan petunjuk)


Terakhir, ciri kebenaran agama itu adalah baranang, yaitu menerangi,
memberikan petunjuk, memberikan cahaya kebenaran. Semakin agama itu
dipelajari semakin menerangi pemeluknya, semakin mencerahkan, semakin
menguatkan keyakinan. Ada agama yang semakin dipelajari pemeluknya
secara rasional semakin tak masuk akal dan kemudian ditinggalkan. Dengan
baranang, masyarakat yang bodoh jadi pintar, yang salah jadi benar, yang
berada dalam kegelapan menjadi terang benderang, yang sesat menjadi berada
dalam jalan yang lurus, berada dalam petunjuk dan kebenaran.
Demikian pula, yang kasar menjadi lembut hatinya, yang biadab
menjadi santun, menjadi mengenal etika dan berakhlak mulia, yang berdosa
jadi taubat dan seterusnya. Itulah maksud baranang. Itulah ciri kebenaran
agama. Karena itu, bila ada agama yang mempertahankan kebodohan,
memasung pemeluknya dari menemukan kebenaran, tidak membuat yang
jahat jadi sadar, yang tersesat jadi lurus, yang bodoh jadi maju dan sebagainya,
maka itu bukan agama yang benar.[] (Endang Somalia dan Moeflich
Hasbullah, Kitab Paradigma Hikma Lima).

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan
keterbatasannya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa di luar
dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga.
Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa
manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain
atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng
Dumadi, De Weldadige, dan lain-lain.
Dengan demikian, agama adalah penghambaan manusia kepada Tuhannya.
Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia, penghambaan dan
Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok
pengertian tersebut dapat disebut agama.
Lebih luasnya lagi, agama juga bisa diartikan sebagai jalan hidup. Yakni
bahwa seluruh aktivitas lahir dan batin pemeluknya diatur oleh agama yang
dianutnya. Bagaimana kita makan, bagaimana kita bergaul, bagaimana kita
beribadah, dan sebagainya ditentukan oleh aturan/tata cara agama.

B. Saran
Meskipun penyusun menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu
penyusun perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penyusun.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami
harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Agama
https://taldebrooklyn.com/pengertian-agama/
https://id.scribd.com/presentation/406738513/Agama-dan-syarat-syarat-agama
http://khusnaaa.blogspot.com/2013/12/klasifikasi-agama.html
https://moeflich.wordpress.com/2015/07/13/inilah-ciri-ciri-agama-yang-benar/

15

Anda mungkin juga menyukai