OLEH :
MAHARANI PERTIWI
MONICA I SIMANULLANG
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang
telah melimpahkan rahmat, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ENZIM DAN
KOENZIM.Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ENZIM DAN KOENZIM ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................................... .1
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................................................5
Latar Belakang...........................................................................................................................5
Rumusan Masalah......................................................................................................................5
Tujuan
Pembahasan...............................................................................................................................5
BAB II
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
Karakteristik Enzim....................................................................................................................7
ORDE REAKSI........................................................................................................................15
BAB III
PENUTUP................................................................................................................................22
Kesimpulan...............................................................................................................................22
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Enzim terdiri dari apoenzim dan gugus prostetik. Apoenzim adalah bagian enzim yang
tersusun atas protein. Gugus prostetik adalah bagian enzim yang tidak tersusun atas protein.
Gugus prostetik dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu koenzim (tersusun dari bahan
organik) dan kofaktor (tersusun dari bahan anorganik).
Rumusan Masalah
2. Karakteristik, nomenklatur, serta factor yang dipergunakan dalam pengujian kerja enzim.
Tujuan Pembahasan
Makalah ini disusun dalam bertujuan untuk :
BAB II
PEMBAHASAN
Contoh enzim: ribonuklease, suatu enzim yang mengkatalisa hidrolisa RNA (asam
poliribonukleat); sitokrom, berperan dalam proses pemindahan electron; tripsin; katalisator
pemutus ikatan peptida tertentu dalam polipeptida.
Enzim disintesis dalam bentuk calon enzim yang tidak aktif, kemudian diaktifkan dalam
lingkungan pada kondisi yang tepat. Misalnya, tripsinogen yang disintesis dalam pankreas,
diaktifkan dengan memecah salah satu peptidanya untuk membentuk enzim tripsin yang aktif.
Bentuk enzim yang tidak aktif ini disebut zimogen.
Enzim berperan secara lebih spesifik dalam hal menentukan reaksi mana yang akan
dipacu dibandingkan dengan katalisator anorganik sehingga ribuan reaksi dapat berlangsung
dengan tidak menghasilkan produk sampingan yang beracun.
Enzim tersusun atas dua bagian. Apabila enzim dipisahkan satu sama lainnya
menyebabkan enzim tidak aktif. Namun keduanya dapat digabungkan menjadi satu, yang
disebut holoenzim. Kedua bagian enzim tersebut yaitu apoenzim dan koenzim.
1. Apoenzim
Apoenzim adalah bagian protein dari enzim, bersifat tidak tahan panas, dan berfungsi
menentukan kekhususan dari enzim. Contoh, dari substrat yang sama dapat menjadi senyawa
yang berlainan, tergantung dari enzimnya.
2. Koenzim
Koenzim disebut gugus prostetik apabila terikat sangat erat pada apoenzim. Akan
tetapi, koenzim tidak begitu erat dan mudah dipisahkan dari apoenzim. Koenzim bersifat
termostabil (tahan panas), mengandung ribose dan fosfat. Fungsinya menentukan sifat dari
reaksinya. Misalnya, Apabila koenzim NADP (Nicotiamida Adenin Denukleotid Phosfat)
maka reaksi yang terjadi adalah dehidrogenase. Disini NADP berfungsi sebagai akseptor
hidrogen.
Karakteristik Enzim
Setiap struktur (senyawa maupun molekul tertentu) yang berbeda, selalu mempunyai
sifat-sifat khas masing-masing. Selama menjalankan fungsinya tersebut, enzim memiliki
sifat-sifat sebagai berikut:
Enzim berfungsi mempercepat reaksi kimia atau sebagai penyebab dimulainya suatu
proses reaksi kimia dalam sel. Proses percepatan reaksi kimia oleh enzim dengan cara
menurunkan energi aktivasinya. Kemampuan enzim untuk memulai reaksi ikut berekasi dan
terbentuk kembali, pada akhir reaksi kimia itulah yang dapat mendorong berkurangnya
penggunaan energi aktivasi pada awal reaksi kimia. Contoh :saat amilase mempercepat reaksi
perombakan amilum, amilase tidak bereaksi dengan substrat menjadi bentuk lain (bentuknya
tetap), sehingga amilase dapat berfungsi kembali.
3. Protein
Enzim adalah suatu protein sehingga sifat-sifat enzim sama dengan protein, yaitu
dipengaruhi oleh suhu dan pH. Suhu akan berpengaruh pada bagian apoenzim (protein aktif),
dimana pada suhu yang rendah protein akan mengalami koagulasi dan pada suhu yang tinggi
akan menyebabkan denaturasi. Potensial Hidrogen (pH) mempengaruhi enzim pada bagian
protein terutama pada gugus karboksilat dan gugus amin pada asam amino penyusun
proteinnya.
Sebagian besar reaksi kimia dalam tubuh organisme (biokimiawi) bersifat reversibel.
Demikian juga kerja enzim sebagai biokatalisator. Artinya, enzim dapat mengkatalis reaksi
maju maupun reaksi kebalikannya. Dengan demikian, enzim tidak mempengaruhi arah suatu
reaksi. Enzim dapat membentuk senyawa baru maupun menguraikan suatu senyawa baru
tersebut menjadi senyawa lain. Contoh: enzim lipase mengubah gliserol dan asam lemak
menjadi lemak. Enzim lipase juga dapat mengubah lemak menjadi gliserol dan asam lemak.
5. Bekerja cepat
Enzim dapat bekerja cepat . Sifat kerja enzim ini disebabkan enzim hanya berfungsi
untuk menurunkan energi aktifasi pada awal reaksi kimia dalam sel.
Lingkungan yang dimaksud adalah suhu, pH, dan zat penghambat (inhibitor).
a. pH
Enzim bekerja optimal pada pH tertentu. Derajat keasaman (pH) yang tidak cocok
pada sifat kerja enzim akan dapat menyebabkan ionisasi dari gugus karboksil dan amin dari
bagian – bagian enzim yang tersusun atas protein (apoenzim) serta menyebabkan denaturasi.
Dengan demikian, terjadi perubahan struktur enzim dan tidak dapat bekerja dengan baik.
b. Suhu
Pada suhu tinggi enzim rusak dan pada suhu rendah (0oC atau dibawahnya) enzim
tidak bekerja meski tidak rusak. Pada suhu yang rendah sisi aktif (protein) yang terdiri dari
apoenzim akan mengalami koagulasi. Sementara itu, pada suhu yang tinggi bagian ini akan
mengalami denaturasi.
Inhibitor mempunyai struktur mirip substrat dan dapat bergabung dalam reaksi
enzimatik, sehingga aktivitas enzim menjadi terganggu. Inhibitor yang menghambat kerja
enzim pada sisi aktif disebut inhibitor kompetitif, sedangkan yang menghambat kerja enzim
pada sisi pasif disebut inhibitor non kompetitif
Nomenklatur Enzim
Lebih dari 4500 macam enzim telah ditemukan dalam organism hidup dan mungkin
akan terus bertambah dengan berlanjtnya penelitian. Enzim diberi nama dengan tambahan –
ase dan menunjukkan substrat yang ditindaknya dan tipe reaksi yang dikatalisisnya. Misal,
sitokrom oksidase (enzim respiratoris), mengoksidasi (mengambil satu electron dari satu
molekul sitokrom).
1. Suhu
reaksi yang dikatalisis oleh enzim akan meningkat seiring dengan kenaikan suhu 0 -
35 derajad celcius. Secara umum kenaikan 10 derajad celcius maka kecepatan reaksi menjadi
dua kali lipatnya dalam batas suhu yang wajar. Suhu ideal kerja enzim adalah 30 – 40 oC,
dengan suhu optimum 36 oC. Dibawah atau diatas suhu tersebut kerja enzim lemah bahkan
mengalami kerusakan. Enzim akan menggumpal (denaturasi) dan hilang kemampuan
katalisisnya jika dipanaskan.
2. Logam berat
Logam berat seperti Ag, Zn, Cu, Pb dan Cd, menyebabkan enzim menjadi tidak aktif.
3. Logam
Aktivitas enzim meningkat jika bereaksi dengan ion logam jenis Mg, Mn, Ca, dan Fe.
4. pH
Enzim bekerja pada pH tertentu, enzim hanya dapat bekerja pada pH yang ideal.
Enzim Ptialin hanya dapat bekerja pada pH netral, enzim pepsin bekerja pada pH asam
sedangkan enzim tripsin bekerja pada pH basa.Bagan kerja enzim dan pengaruhnya terhadap
pH
5. Konsentrasi
Semakin tinggi konsentrasi enzim maka kerja waktu yang dibutuhkan untuk suatu
reaksi semakin cepat, sedangkan kecepatan reaksi dalam keadaan konstan
Semakin tinggi konsentrasi substrat, semakin cepat kerja enzim, tapi jika kerja enzim telah
mencapai titik maksimal, maka kerja enzim berikutnya akan konstans.
vitamin dan hormon berpengaruh terhadap aktivitas kerja enzim. Hormon tiroksin
merupakan hormon yang mempengaruhi proses metabolisme tubuh. semakin tinggi
konsentrasi hormon tiroksi yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, makan semakin cepat proses
metabolisme dalam tubuh, demikian sebaliknya. Vitamin dalam tubuh berfungsi sebagai alat
pengaturan seluruh proses fisiologi dalam tubuh.
Aktivaor merupakan molekul yang mempermudah ikatan enzim antara enzim dengan
dan substrat. Inhibitor merupakan molekul yang menghambat ikatan antara enzim dengan
substrat. Ada dua macam inhibitor yaitu:
a. Inhibitor kompetitif
adalah inhibitor yang kerjanya bersaing dengan substrat untuk mendapatkan sisi aktif enzim.
Adalah inhibitor yang melekat pada tempat selain sisi aktif sehingga bentuk enzim
berubah dan substrat tidak dapat melekat pada enzim.
Berikut ini adalah teori yang menjelaskan tentang cara kerja enzim:
Sisi aktif enzim pada dasarnya mengandung sejumlah kecil asam amino sehingga
hanya molekul dengan bentuk tertentulah yang bisa menjadi substrat bagi enzim.
Pada teori ini, cara kerja enzim adalah dengan cara melakukan penyesuaian bentuk
supaya bisa berikatan dengan substrat. Tujuan dari penyesuaian bentuk ini adalah untuk
meningkatkan kecocokan dengan substrat sehingga membuat ikatan enzim dan substrat
menjadi lebih reaktif. Sisi aktif molekul enzim akan menjadi tempat melekatnya substrat
sehingga bisa membentuk molekul kompleks enzim - substrat. Molekul enzim akan berubah
ke bentuk semula setelah produk dihasilkan dan siap untuk menerima substrat baru yang lain
lagi.
SIFAT-SIFAT ENZIM
Terdapat berbagai macam peranan atau Fungsi dari pada enzim yakni :
Perubahan konsentrasi pereaksi per satuan waktu dapat dimanipulasi agar lebih cepat
atau lebih lambat, bahkan reaksi dihentikan. Untuk melakukan manipulasi kecepatan reaksi,
Anda perlu mengetahui faktor-faktor apa yang dapat memengaruhi kecepatan sutau reaksi.
Faktor-faktor tersebut adalah konsentrasi pereaksi, luas permukaan zat-zat yang bereaksi,
suhu reaksi, dan katalisator.
Pada pembahasan sebelumnya, kalian telah belajar faktor ukuran partikel zat padat
yang berpengaruh terhadap laju reaksi. Jika yang direaksikan dalam larutan, maka faktor
yang mempengaruhi laju reaksi adalah molaritas. Suatu larutan dengan molaritas tinggi tentu
mengandung molekul-molekul yang lebih rapat dibandingkan dengan molaritas larutan
rendah. Larutan dengan molaritas tinggi merupakan larutan pekat dan larutan dengan
molaritas rendah merupakan larutan encer. Pada larutan pekat, letak molekulnya rapat
sehingga sering terjadi tumbukan dibandingkan dengan larutan encer. Itulah sebabnya, jika
molaritas larutan yang direaksikan semakin besar, maka laju reaksinya juga semakin besar.
Dengan semakin kecil ukuran suatu materi, maka mengandung arti memperluas
permukaan sentuh materi tersebut. Bayangkan. Jika kalian mempunyai benda berbentuk
kubus dengan ukuran rusuk panjang, lebar, dan tinggi sama, yaitu 1 cm. Berapa luas
permukaan kubus tersebut? Secara matematika dapat dihitung bahwa luas permukaan kubus
sebesar 6 kali luas sisinya. Karena kubus mempunyai 6 sisi yang sama, maka jumlah luas
permukaannya adalah 6 × 1 cm × 1 cm = 6 cm2. Sekarang jika kubus tersebut dipotong
sehingga menjadi 8 buah kubus yang sama besar, maka keempat kubus akan mempunyai
panjang, lebar, dan tinggi masing-masing 0,5 cm. Luas permukaan untuk sebuah kubus
menjadi 6 × 0,5 cm × 0,5 cm = 1,5 cm2. Jumlah luas permukaan kubus menjadi 8 × 1,5
cm2 = 12 cm2. Jadi, dengan memperkecil ukuran kubus, maka luas permukaan total menjadi
semakin banyak. Hitunglah jika kubus diperkecil menjadi kubus-kubus yang lebih kecil
sehingga ukuran rusuknya menjadi 1 mm.
Pernahkah kalian minum es teh? Mengapa es teh dibuat dari air teh panas ditambah
gula baru kemudian diberi es batu? Mengapa tidak dari air teh dingin baru ditambah gula?
Jika kalian tanyakan hal itu kepada penjual es teh tentu akan dijawab bahwa gula akan lebih
cepat larut dalam air panas dibandingkan dengan air dingin, mengapa? Demikian halnya
dengan reaksi kimia. Reaksi kimia cenderung berlangsung lebih cepat pada Ssuhu yang lebih
tinggi. Demikian pula sebaliknya, kita juga bisa memperlambat reaksi dengan menurunkan
suhu. Misal proses pembusukan makanan atau buah-buahan dapat diperlambat dengan
mendinginkannya di lemari es atau freezer.
Mengapa dengan semakin tinggi suhu, laju reaksi semakin cepat? Suhu mempunyai
hubungan linear dengan gerakan molekul. Jika suhu semakin tinggi, maka molekul-molekul
dalam materi akan semakin cepat bergerak. Akibatnya frekuensi terjadinya tumbukan
semakin besar. Hal ini dapat mempercepat laju reaksi.
Adanya katalis positif dalam reaksi kimia mengakibatkan energi aktivasi reaksi
semakin kecil. Dengan demikian, kemungkinan terjadinya reaksi semakin besar. Bayangkan
jika kalian ingin menuju suatu tempat yang dihalangi sebuah gunung. Jalan yang satu harus
mendaki gunung, sedangkan jalan yang lain melewati terowongan yang menembus gunung,
mana yang lebih cepat? Jalan yang harus mendaki gunung digambarkan sebagai jalan tanpa
katalis, sedangkan jalan melalui terowongan adalah jalan dengan katalis. Dalam hal
ini terowongan merupakan suatu katalis.
Katalis adalah zat yang dapat memperbesar laju reaksi, tetapi tidak mengalami
perubahan kimia secara permanen, sehingga pada akhir reaksi zat tersebut dapat diperoleh
kembali.
Katalis mempercepat reaksi dengan cara menurunkan harga energi aktivasi (Ea). Katalisis
adalah peristiwa peningkatan laju reaksi sebagai akibat penambahan suatu katalis. Meskipun
katalis menurunkan energi aktivasi reaksi, tetapi ia tidak mempengaruhi perbedaan energi
antara produk dan pereaksi. Dengan kata lain, penggunaan katalis tidak akan mengubah
entalpi reaksi. Berdasarkan wujudnya, katalis dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
katalis homogen dan katalis heterogen.
a. Katalis homogen
Katalis homogen adalah katalis yang berada dalam fasa yang sama dengan molekul
pereaksi. Banyak contoh dari katalis jenis ini baik dalam fasa gas maupun dalam fasa cair
atau larutan.
b. Katalis heterogen
Katalis heterogen berada dalam fasa yang berbeda dengan pereaksi; biasanya ada
dalam bentuk padatan. Katalis heterogen biasanya melibatkan pereaksi fasa gas yang terserap
pada permukaan katalis padat.Terdapat dua jenis proses penyerapan gas pada permukaan
padat, yaitu adsorpsi (penyerapan zat pada permukaan benda) dan absorpsi (penyerapan zat
ke seluruh bagian benda).
ORDE REAKSI
Orde reaksi menentukan seberapa besar konsentrasi reaktan berpengaruh pada kecepatan
reaksi.
A. Temperatur.
B. Pelarut.
Banyak reaksi yang terjadi dalam larutan dan melibatkan pelarut. Sifat pelarut baik terhadap
reaktan, hasil intermediate, dan produknya mempengaruhi laju reaksi. Seperti sifat solvasi
pelarut terhadap ion dalam pelarut dan kekuatan interaksi ion dan pelarut dalam pembentukan
counter ion.
Adanya katalis dalam suatu sitem reaksi akan meningkatkan kecepatan reaksi disebabkan
katalis menurunkan energi aktifasi. Dengan penurunan energi aktifasi ini maka energi
minimum yang dibutuhkan untuk terjadinya tumbukkan semakin berkurang sehingga
mempercepat terjadinya reaksi.
E. Pengadukan
Energi aktivasi adalah jumlah minimum energi yang diperlukan untuk menghasilkan
sebuah reaksi. Tidak peduli eksotermiknya suatu reaksi, jika ada halangan energi aktivasi,
reaksi akan berlangsung sangat lambat.
Ketika logam Golongan II bereaksi membentuk oksida atau hidroksida, terlebih dahulu
terbentuk ion logam. Pembentukan ion ini melibatkan beberapa tahap reaksi yang
memerlukan masukan energi, untuk energi aktivasi reaksi. Tahapan reaksi ini melibatkan :
· Energi atomisasi dari logam. Ini adalah energi yang diperlukan untuk memecah ikatan
atom dalam logam.
· Energi ionisasi + yang pertama. Energi ini penting untuk mengubah atom logam
menjadi ion dengan muatan 2+.
Setelah tahapan tersebut, ada beberapa langkah dalam reaksi yang mengeluarkan energi,
menghasilkan keseluruhan reaksi eksotermik dan produk reaksi.
Grafik di bawah ini memperlihatkan efek dari tahap penyerapan energi pada reaksi unsur
Golongan II.
Perhatikan bahwa energi ionisasi mendominasi tahapan ini, terutama energi ionisasi
kedua. Energi ionisasi semakin menurun ke bawah Golongan, karena semakin ke bawah
logam semakin mudah membentuk ion, sehingga reaksi lebih mudah terjadi.
Rangkuman dalam peningkatan reaktivitas ke bawah Golongan
Reaksi lebih mudah terjadi jika energi yang dibutuhkan untuk membentuk ion positif kecil.
Ini terutama karena penurunan energi ionisasi ke bawah Golongan, menyebabkan rendahnya
energi aktivasi, dan reaksi yang lebih cepat.
Melalui stabilisasi keadaan transisi secara selektif, enzim menentukan satu dari
beberapa reaksi kimia yang mungkin berlangsung. Spesifisitas enzim berkaitan dengan
interaksi yang tepat dari substrat dengan enzim, ini merupakan hasil dari struktur tiga dimensi
dari protein enzim yang berbelit-belit. Aktivitas katalitik enzim bergantung juga pada
kehadiran molekul-molekul kecil yang disebut sebagai kofaktor. Bila kofaktornya berupa
molekul organik, maka secara khusus disebut sebagai koenzim.
Dalam setiap reaksi kimia, terdapat tahapan-tahapan tertentu yang harus dilewati oleh
suatu molekul hingga ia berubah menjadi produk. Mulai dari tahap awal, di mana ia belum
berubah, kemudian ada satu tahap di mana seluruh bagian atau fraksi molekul tersebut berada
dalam keadaan energi paling tinggi dan tahap di mana zat awal telah berubah menjadi
produk.
Suatu reaksi kimia, dimungkinkan untuk terjadi bila reaktannya mengandung energy
dalam yang mampu membawa semua fraksi molekul reaktan untuk melewati batasan energi
sehingga semua bagian molekulnya bisa berada pada keadaan transisi. Pada tahap ini,
molekul mempunyai peluang yang sama apakah ia akan berubah menjadi produk atau
kembali lagi membentuk reaktan.
Kecepatan reaksi tergantung pada banyaknya fraksi molekul yang berada pada
keadaan transisi ini. Semakin banyak, semakin cepat reaksi terjadi. Untuk mencapai hal ini,
dapat dilakukan antara lain dengan menaikkan temperatur reaksi sehingga energi kinetik
molekul-molekul pereaksi meningkat dan semakin banyak yang dapat melewati batasan
energi keadaan transisi. Cara lain yaitu dengan menggunakan katalis yang akan menurunkan
energi aktivasi sehingga semakin banyak molekul yang dapat mencapai keadaan transisi.
· Holoenzim
· Apoenzim/ apoprotein
· Gugus prostetik
· Koenzim
· Kofaktor
Keterangan:
· Beberapa enzim tidak membutuhkan molekul kimiawi lain untuk aktifitasnya, beberapa
membutuhkan à kofaktor / koenzim
• Koenzim à molekul organik (komplek) yang dibutuhkan enziim untuk melakukan fungsinya
• Koenzim atau kofaktor yang terikat sangat kuat bahkan terikat dengan ikatan kovalen
dengan enzim à gugus prostetik
•Bagian yang terdiri dari protein saja pada suatu enzim à Apoenzim / apoprotein
• Fungsi koenzim adalah sebagai karier sementara dari gugus fungsional yg berperan dalam
reaksi ensimatis tersebut.
Nama enzim sering kali diturunkan dari nama substrat ataupun reaksi kimia yang ia
kataliskan dengan akhiran -ase. Contohnya adalah laktase, alkohol
dehidrogenase (mengatalisis penghilangan hidrogen dari alkohol), dan DNA polimerase.
· EC 4 Liase: memutuskan berbagai ikatan kimia selain melalui hidrolisis dan oksidasi
Pada saat baru beberapa enzim yang dikenal, penamaan enzim dilakukan tanpa
memperhatikan acuan tertentu seperti emulsin, ptyalin. Penamaan tersebut tidak memberikan
informasi yang jelas.
Seiring dengan perkembangan zaman, dimana makin banyak enzim yang ditemukan,
para ahli biokimia berpendapat penamaan tersebut tidak memadai, ketika ditemukan berbagai
enzim yang mengatalisis reaksi yang berbeda terhadap substrat yang sama. Misalnya ada
beberapa enzim yang menggunakan glukosa 6 fosfat sebagai substrat yaitu fosfo heksosa
isomerase, glukosa 6 fosfatase, glukosa 6 fosfat dehidrogenase dan fosfoglukomutase.
Kenyataan tersebut dapat membingungkan, karena memberi nama yang sama pada enzim-
enzim yang berbeda. Pada perkembangan berikutnya, akhiran -ase tetap digunakan, tetapi
lebih ditekankan pada tipe reaksi yang dikatalisisnya (digunakan sebagai akhiran jenis reaksi
yang dikatalisisnya). Sebagai contoh, enzim dehidrogenase mengatalisis pengeluaran
hidrogen, sementara enzim transferase mengatalisis reaksi pemindahan gugus.
Dengan semakin banyaknya enzim yang ditemukan, ketidakjelasan juga semakin tak
terelakkan, dan kerap kali tidak jelas enzim mana yang tengah dibicarakan oleh seorang
penyelidik. Untuk mengatasi permasalahan ini, International Union of Biochemistry (IUB)
telah menyusun sebuah sistem yang kompleks tetapi tidak meragukan bagi peristilahan enzim
yang didasarkan pada mekanisme reaksi, tetapi nama yang lebih pendek dan sudah sering
digunakan sebelumnya tetap digunakan dalam buku ajar dan laboratorium klinik.
1. Enzim dibagi menjadi enam klas, berdasarkan jenis reaksi yang dikatalisisnya, masing-
masing di bagi lagi menjadi 4-13 subklas.
2. Nama enzim terdiri atas 2 bagian. bagian pertama menunjukkan substrat, sedangkan
bagian kedua menunjukkan tipe reaksi yang dikatalisisnya, ditambah akhiran –ase.
Sebagai substrat enzim tersebut adalah alkohol, NAD+ bertindak sebagai ko-substrat,
sedangkan oksidoreduktase menunjukkan bahwa enzim tersebut mengkatalisis reaksi
oksidasi-reduksi.
Sebagai contoh misalnya, enzim yang mengatalisis reaksi L-malat + NAD+ piruvat +
CO2 + NADH + H + diberi nama 1.1.1.37 L-malat: NAD+ oksidoreduktase (dekarboksilasi).
Enzim yang dimaksud mengkatalisis reaksi oksidasi reduksi yang disertai dengan pelepasan
CO2 (dekarboksilasi).
Bandingkanlah dengan enzim 1.1.1.37 L-malat: NAD+ oksidoreduktase yang mengkatalisis
reaksi berikut ini:
4. Setiap enzim mempunyai nomor kode (EC) yang terdiri dari 4 nomor. Nomor pertama
menunjukkan klas enzim yang bersangkutan (digit pertama), subklas (digit kedua), dan
subsubklas (digit ketiga). Digit keempat adalah untuk enzim spesifik. Sebagai contoh
misalnya enzim dengan EC 2.7.1.1. Enzim tersebut termasuk ke dalam klas 2 (transferase:
lihat pembagian klas enzim), subklas 7 (transfer fosfat), subsubklas 1 (alkohol merupakan
aseptor fosfat). Digit terakhir menunjukkan enzim yang bersangkutan, yaitu heksokinase atau
ATP: D-heksosa 6-fosfotrasferase, sebuah enzim yang mengatalisis pemindahan fosfat dari
ATP ke gugus hidroksil pada atom karbon keenam molekul glukosa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan organisme hidup di dalam protoplasma,
yang terdiri atas protein atau suatu senyawa yang berikatan dengan protein.
1. Apoenzim adalah bagian protein dari enzim, bersifat tidak tahan panas, dan berfungsi
menentukan kekhususan dari enzim.
2. Koenzim adalah kofaktor berupa molekul organik kecil yang mentranspor gugus kimia
atau elektron dari satu enzim ke enzim lainn ya.
KARAKTERISTIK ENZIM
3. Protein
5. Bekerja cepat
6. Kerja enzim dipengaruhi oleh lingkungan yaitu, pH, Suhu danInhibitor (Zat penghambat)
8. Enzim tidak terpengaruh oleh reaksi yang dikatalisisnya pada kondisi stabil
1. Suhu
2. Logam berat
3. Logam
4. pH
5. Konsentrasi
a. Inhibitor kompetitif
Sifat-sifat Enzim
Peranan Enzim
1. Reduksi
2. Dehidrasi
3. Oksidasi
4. Hidrolisis
5. Deminase
6. Dekarbolisasi
7. Fosforilasi
1. Holoenzim
2. Apoenzim/ apoprotein
3. Gugus prostetik
4. Koenzim
5. Kofaktor
DAFTAR PUSTAKA
· http://belajar-indah.blogspot.com/2009/08/pengertian-enzim.html
· http://id.wikipedia.org/wiki/Enzim
· colby 1985, ringkasan biokimia harper,alih bahasa :adji dharma, jakarta EGC