Anda di halaman 1dari 8

Wacana tumbuhan paku

Pakis Sayur, Tumbuhan Liar Kaya


Antioksidan

Pakis sayur (Diplazium esculentum). (Foto: tropicalplantbook.com)


SATUHARAPAN.COM – Pernah merasakan masakan pakis sayur? Pakis atau paku sayur,
menurut Wikipedia, merupakan sejenis tumbuhan paku atau pakis, yang biasa dimakan ental
mudanya sebagai sayuran oleh penduduk Asia Tenggara dan kepulauan di Samudera Pasifik.

Dalam tradisi kuliner Nusantara, pakis sayur cukup menonjol pemanfaatannya di beberapa
daerah. Masyarakat Minangkabau, misalnya, mengenal gulai pakis yang gurih dan rendang yang
sangat lezat. Bahkan di daerah Pasaman, rendang pakis menjadi menu wajib dalam setiap
perhelatan.

Di dalam tadisi kuliner Pontianak, pakis dimanfaatkan dalam bentuk tumisan, biasa dicampur
dengan ebi atau udang. Di Kalimantan Tengah, dikenal dengan nama kelakai, dibuat aneka
sayur atau bahkan keripik kelakai. Di Bali, sayur pakis kerap diolah sebagai urap yang
dinamakan jukut urab.
Pakis sayur inipun, banyak dikenal di beberapa negara sebagai sayuran, misalnya India, Nepal,
sampai di beberapa daerah di Amerika dan Kanada.

Paku sayur, seperti dikutip dari Makalah Etnobotani “Tumbuhan Liar sebagai Sayuran”, dari
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Halu Oleo Kendari, Sulawesi Tenggara, 2015, adalah sayuran
lokal yang saat ini banyak ditemukan dan dikonsumsi masyarakat. Jenis sayuran ini tidak
dibudidayakan secara khusus, dan beberapa di antaranya merupakan tumbuhan sayuran hutan
yang bersifat endemik, yang tumbuh liar tanpa campur tangan manusia.

Selain dimanfaatkan dalam beberapa tradisi kuliner, pakis sayur ini juga dikenal sebagai
tanaman obat, dan sudah dipercaya mampu menyembuhkan beberapa jenis penyakit. Di China,
tumbuhan pakis sudah seperti kebutuhan sehari-hari bagi sebagian besar masyarakat. Daun
pakis dipercaya berkhasiat untuk menyembuhkan luka, karena kandungan vitamin C-nya cukup
tinggi.

Nur Andarwulan dan RH Fitri Fradilla dari South East Asia Food and Agricultural Science and
Technology Center, Institut Pertanian Bogor (IPB) Bogor, dalam buku Senyawa Fenolik pada
Beberapa Sayuran Indigenous dari Indonesia (Penerbit Seafast Center IPB, 2012), dikutip
dari seafast.ipb.ac.id, meneliti kandungan asam fenolat pada 24 jenis sayuran indigenous
Indonesia yang berasal dari Jawa. Salah satu di antaranya pakis sayur.
Senyawa polifenol yang ada di sayuran, buah-buahan, dan teh, menurut dua peneliti itu, dapat
mencegah penyakit degeneratif. Salah satu senyawa polifenol yang banyak terdapat pada
sayuran, yaitu flavonoid dan asam fenolat. Asam fenolat merupakan antioksidan yang sangat
kuat dan memiliki aktivitas antibakteri, antivirus, antikarsinogenik, antiinflamasi, dan aktivitas
vasodilatory. Selain itu asam fenolat juga mempunyai peranan untuk melindungi dari kanker
dan penyakit jantung.

Berdasarkan penelitian, pakis sayur terbukti memiliki senyawa fenol tinggi yakni 61,56mg/100
gr, dan merupakan sumber antioksidan yang tinggi.

Pemerian Botani Tanaman Pakis Sayur


Pakis sayur, dikutip dari pllbfmipaunlam.wordpress.com, tumbuh di tanah, dengan tinggi
mencapai 2,5 m. Rimpang tegak, dapat mencapai 1 m. Bagian bawah ditutupi akar berwarna
gelap, bagian atas pakis sayur ditutupi sisik, sisik bergerigi, berwarna cokelat gelap, ujung agak
memanjang bertepi kehitaman.
Daun bergerombol di bagian ujung rimpang tegak. Panjang tangkai 50-70 cm, kehitaman pada
bagian pangkal, memucat ke bagian ujung, tidak berambut tetapi bersisik di bagian pangkal.
Helai daun keseluruhan berbentuk lanset, dengan sirip daun utama (pinnae) duduk menyirip
pada tulang daun utama (costa).

Sirip daun utama berbentuk tumpul di bagian dasar, lancip di bagian ujung, terdiri atas sirip
daun sekunder (pinnule) berbentuk lanset, mudah lepas, melengkung ke arah ujung tulang
daun utama, mempunyai 8-10 tulang daun lateral. Sori memanjang, menempati hampir seluruh
panjang tulang daun, dengan indusiun sempit di bagian tepi. Spora berbentuk ginjal.

Tumbuhan pakis juga bermacam-macam, ada yang tumbuh di daerah pengunungan dan ada
juga yang didaerah rawa.

Pakis yaitu tanaman berbentuk rumpun, yang biasanya tumbuh baik didaerah kering dan
lembap dan di bawah lingkungan yang teduh. Saat musim seminya (sekitaran April dan Mei),
pakis akan menumbuhkan tunas daun muda yang masih tetap kuncup dengan bentuk ujung
daun melengkung yang sama dengan kepala biola. Daun pakis muda yang dapat dipakai sebagai
sayur biasanya sebelum daun itu jadi mekar.

Tumbuhan pakis adalah merupakan salah satu kelompok tumbuhan yang tertua yang masih
dapat di jumpai di daratan. Diduga tumbuhan paku merupakan tumbuhan berkormus tertua
yang menghuni daratan bumi.

Pakis sayur memiliki nama ilmiah Diplazium esculentum. Dikutip dari stuartxchange.org, pakis
sayur memiliki nama lokal yakni dhenkir shaak (Bengali), guo gou cai jue (China), fougere a
legume (Prancis), ho'i'o (Hawai), pakis sayur (Indonesia), linguda, kothira (India), kuware-shida
(Jepang), phak kuut khaao (Thailand). Di Filipina, tumbuhan ini disebut paku-pako-paco, dan
Malaysia biasa disebut pucuk paku.
Pakis sayuran (Diplazium esculentum) dikutip dari gardeningknowhow.com, adalah spesies
yang ditemukan dan digunakan di Asia Timur sampai Asia Selatan dan Oseania.
Di China, tumbuhan pakis sayur sudah seperti kebutuhan sehari-hari bagi sebagian besar
masyarakat, karena daun pakis dipercaya berkhasiat untuk menyembuhkan luka. Hal itu
dikarenakan kandungan vitamin C-nya cukup tinggi, yaitu 30 mg per 100 g. Fungsi vitamin C
banyak berkaitan dengan pembentukan kolagen.

Di India itu, pakis sayur menjadi bahan utama dalam masakan kari, dan di Filipina
menjadi makanan pokok. Di Jepang digunakan dalam tumis dan dinamakan umum kuware-
shida, dan dibuat acar. Selain dikonsumsi di India, daun muda direbus sebagai sayuran untuk
efek pencahar. Daunnya juga digunakan untuk sakit kepala, nyeri, demam, luka, disentri, diare,
dan berbagai infeksi kulit.

Manfaat Herbal Tanaman Pakis Sayur


Tumbuhan pakis sayur dikutip dari avrdc.org, mengandung banyak serat dan nutrisi seperti,
antioksidan, antiinflamasi, serat (fiber), kaya akan nutrisi mikronutrien, beta karoten, asam
folat, mineral (Ca, Fe, dan P). Sumber kalsium, fosfor, besi dan vitamin B. Mencegah penyakit
kardiovaskular, kaya vitamin A sumber macronutrients, bahkan omega 3 yang biasanya
terdapat pada ikan.
Tim peneliti dari Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara, dikutip
dari uin-alauddin.ac.id, meneliti uji aktivitas antibakteri secara in vitro ekstrak etanol daun pakis
sayur pada mencit jantan galur Balb yang diinjeksi Salmonella typhi.
Sayuran pakis sayur, dipercaya bisa menghambat pertumbuhan Salmonella typhi. Penelitian itu
dilakukan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol daun pakis terhadap tikus jantan yang
telah terinfeksi bakteri Salmonella typhi. Sayuran ekstrak etanol daun pakis dengan 500
mg/kgbb dapat menurunkan 6,21 persen Salmonella typhi pada mencit jantan. Ekstrak etanol
daun pakis daun dengan variasi dosis tidak signifikan menurunkan jumlah koloni bakteri pada
tikus.
Tim peneliti dari Jurusan Farmasi Politeknik Unggulan Kalimantan dan Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Kalimantan Selatan, meneliti dan menguji efek
antiinflamasi ekstrak etanol herba pakis sayur (Diplazium esculentum, Swartz) terhadap mencit
jantan.
Herba pakis sayur secara empiris digunakan oleh masyarakat Kalimantan Tengah sebagai obat
antiinflamasi. Penelitian itu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efek antiinflamasi
ekstrak etanol pakis sayur yang diujikan dan mengetahui dosis yang dapat menunjukkan
potensi sebagai antiinflamasi.

Hasilnya menunjukkan ekstrak etanol pakis sayur terbukti memiliki efek antiinflamasi terhadap
mencit jantan yang diinduksi karagenin. Dosis potensial sebagai antiinflamasi adalah dosis
ekstrak etanol 125 mg/kgBB.

Tim peneliti dari Fakultas Farmasi Universitas Islam Bandung, mengidentifikasi pakis sayur telah
mengandung aktivitas antioksidan yang tinggi.

Firda Asmaul Husna dari Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang , meneliti uji
aktivitas antibakteri ekstrak methanol ental muda pakis sayur terhadap
pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli secara in vitro. Pakis sayur telah
banyak dikonsumsi dan digunakan oleh orang terdahulu untuk menyembuhkan berbagai
macam penyakit. Zat aktif pakis sayur berperan sebagai antibakteri sehingga dapat digunakan
sebagai terapi alternatif infeksi bakteri.
Hasil observasi di Rumah Sakit Syaiful Anwar Malang Jawa Timur pada bulan November 2015
menunjukkan jumlah pasien yang terinfeksi Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli meningkat dari tahun 2013 ke tahun 2014. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh
pemberian ekstrak metanol ental muda pakis sayur dalam berbagai konsentrasi telah
menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli secara in vitro.
Konsentrasi ekstrak metanol ental muda pakis sayur yang menghasilkan zona hambat paling
besar dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah konsentrasi 100 persen,
sedangkan konsentrasi ekstrak ental muda pakis sayur yang menghasilkan daya hambat paling
besar pada pertumbuhan Escherichia coli adalah konsentrasi 70 persen.
Adanya zona hambat yang terbentuk dikarenakan pakis sayur menghasilkan senyawa metabolit
sekunder berupa alkaloid, terpenoid, dan saponin yang dapat merusak dinding sel dan
mengganggu permeabilitas membran.

Tim peneliti dari Jurusan Farmasi Universitas Uttaranchal Dehdarun Uttarakhand India, meneliti
aktivitas antibakteri dari pakis sayur yang dipublikasikan dalam Jurnal Farmakogonos 3(21):77-
79 Tahun 2011. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menyaring berbagai tanaman yang
dilakukan pada aspek antimikroba. Jadi, untuk mengeksplorasi keampuhan tanaman ini,
penelitian berikut telah dilakukan.
Ekstrak pakis sayur dan alkohol diuji terhadap pertumbuhan beberapa bakteri patogen manusia
dan tumbuhan seperti Eschericia coli, Salmonella arizonae, Salmonella typhi, Staphylococcus
aureus. Hampir semua ekstrak terbukti efektif melawan bakteri ini. Hasil positif yang didapat
dibandingkan dengan antibiotik standar referensi Tetracycline.
Ditemukan bahwa ekstrak bila dicampur dalam proporsi yang sama dengan antibiotik lebih
efektif melawan bakteri daripada antibiotik saja.

Editor : Sotyati

Sumber : http://www.satuharapan.com/read-detail/read/pakis-sayur-tumbuhan-liar-kaya-
antioksidan
Yang Berduri Yang Bikin Cantik
Asri Wulandari, CNN Indonesia | Senin, 03/09/2018 07:58 WIB

Bagikan :

Ilustrasi kaktus. (CNN Indonesia/Hesti Rika)

Jakarta, CNN Indonesia -- Selama berabad-abad, kaktus menjadi tanaman hias yang setia
menemani banyak orang. Karakter 'anti-manja' yang dimiliki kaktus membuatnya menjadi tanaman
hias favorit banyak orang. Ia setia menghiasi sudut jendela atau meja kerja.

Namun, di zaman kiwari kaktus punya manfaat lebih dari sekadar tanaman hias. Kini, kaktus
menjelma nutrisi bagi kulit. Kandungan yang ada di dalam kaktus berubah menjadi produk makeup
hingga krim wajah.

Kaktus menjadi tren anyar dalam industri kecantikan, utamanya di Korea Selatan. Tengok saja krim
wajah keluaran Huxley--salah satu merek produk kecantikan asal Korea Selatan.

Lihat juga:
FOTO: Problematika Sampah di Bukit Kaktus di Cile

Laman The Cut sempat menyebut bahwa produk Huxley mengandung bahan baku yang digilai
milenial: kaktus pir berduri sebagai salah satu tanaman dari keluarga sukulen.

Huxley menjadi salah satu produk skin care yang dipilih para pramugari Korea. Mengapa? Kaktus
pir berduri yang berasal dari gurun adalah bahan yang paling tidak rewel dan ramah perjalanan.

Kaktus pir berduri, sebut The Cut, muncul sebagai produk skin care yang menjanjikan. Ekstrak daun
dan biji kaktus pir berduri mengandung banyak antioksidan dan vitamin E yang berfungsi untuk
melawan polusi. Vitamin E juga dikenal karena kemampuannya untuk melunakkan kulit yang paling
kering sekalipun.

"Minyak dari biji tanaman kaktus pir berduri adalah salah satu bahan yang paling mahal dan
berharga di pasar saat ini," ujar ahli kecantikan asal Brooklyn, Amerika Serikat, Lara Kaiser,
mengutip Well and Good.

Ekstrak dalam tanaman kaktus pir berduri mampu menghidrasi kulit secara maksimal,
menghilangkan kerutan, mengencangkan pori-pori dan bitnik-bintik hitam, serta membuat kulit lebih
bercahaya.

Tak cuma itu, tempat penyimpanan air tanaman sukulen yang mengandung gel ini menawarkan
kekuatan manfaat menenangkan dan melembabkan kulit.

Lihat juga:
Tanaman Bebas 'Manja' untuk Ruang Kerja

Meski terkesan anyar, namun khasiat tanaman sukulen berduri ini telah ada sejak dahulu kala. Kita
semua tahu berbagai produk kecantikan yang terbuat dari lidah buaya--yang juga termasuk ke
dalam keluarga sukulen--punya segudang manfaat untuk kulit.

Gel dalam daun lidah buaya telah digunakan untuk menenangkan iritasi kulit. Selain itu, gel lidah
buaya juga digunakan untuk menyembuhkan bekas luka selama berabad-abad.

Di India, lidah buaya dipercaya mampu mengobati infeksi pada kulit. Sementara di Cina, lidah buaya
disebut mampu memerangi penyakit jamur. Sedangkan di sejumlah negara bagian Barat, lidah
buaya tak terkalahkan untuk urusan meringankan rasa sakit akibat serangan matahari.

Namun, di luar lidah buaya, ada lebih banyak sukulen berduri yang juga punya segudang manfaat
untuk kulit, termasuk di antaranya kaktus pir berduri.

Sukulen adalah tumbuhan yang biasa tumbuh di daerah yang hangat dan kering. Mereka mampu
bertahan hidup dalam iklim ekstrem, serta memiliki kemampuan untuk menyimpan air.

"Jadi, tidak mengherankan jika sukulen menjadi bahan pelembab yang efektif," ujar dokter kulit,
Craig Kraffert mengutip Fashion Post.

Beberapa tanaman sukulen, termasuk kaktus pir berduri, umumnya dikenal sebagai ekstrak krokot
yang disebut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai obat prioritas. Selain itu, kaktus pir
berduri juga terbukti memiliki sifat anti-inflamasi dan anti-kanker. (asr/chs)

Sumber : https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180828164400-277-325566/yang-
berduri-yang-bikin-cantik

Tumbuhan biji terbuka

Anda mungkin juga menyukai