Oleh
NIM:
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................3
DAFTAR BACAAN..............................................................................................21
i
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai salah satu disiplin ilmu, bioetika belum genap berusia setengah
abad. Kurang lebih satu dekade sebelum kelahiran bioetika di Amerika Serikat,
jumlah penduduk yang pesat ikut menuntut perubahan pola pelayanan kesehatan,
manusia sebagai subjek penelitian tidak jarang menimbulkan masalah sosial dan
etis yang harus dipecahkan. Inilah latar belakang sosial yang mendorong Senator
of Health Science and Development. Melalui sebuah survei singkat diperoleh data
untuk meneliti apa dampak legal, sosial, dan etis dari penelitian medis.1
1
Lo B. 2005. Resolving Ethical Dilemmas: A Guide for Clinicians. USA: Lippincott
Williams & Wilkins.
1
Manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari
hubungan dengan manusia lain. Sebagai akibat dari hubungan yang terjadi di
Kelompok atau group adalah kumpulan dari individu yang berinteraksi satu sama
hubungan antar individu, atau bisa saja untuk keduanya. Sebuah kelompok suatu
Hak Asasi Manusia, yang lebih dikenal dengan istilah HAM merupakan
hak dasar yang utama sebagai seorang manusia. Sebagai warga negara, manusia
memiliki jaminan HAM yang wajib dijunjung tinggi oleh negara dan pemerintah
yang berkuasa di dalamnya. Aspek HAM ini mencakup aspek sipil, politik,
diaturnya. Di sini, pemerintah memiliki dua fungsi, sebagai aperture dan profesi.
Fungsi aperture terwujud dalam upaya perlindungan terhadap hak sipil serta hak
politik warga negara. Hak tersebut merupakan hak yang berada di generasi
dalam menyusuri tugas-tugasnya. Dengan izin dan peraturan yang dibuat sendiri
2
Komalasari V. 1989. Hukum dan Etika dalam Praktek Kedokteran. Jakarta: Sinar
Harapan.
2
manusia. Sesuai dengan asa subsidiaritas yang berarti pemerintah menitipkan
dilindungi profesi adalah hak ekonomi, sosial, dan budaya. Hak tersebut terdaftar
Hak sipil politik yang tegak dalam dunia kedokteran Indonesia dijalankan
dan dijunjung tinggi oleh assesing doctor. Assesing doctor merupakan dokter
yang bertugas untuk mengkaji hukum kedokteran sipil politik lebih dalam serta
dokter forensik (lebih spesifik). Sedangkan hak ekonomi, sosial, dan budaya, yang
salah satunya membahas mengenai arti pentingnya kesehatan dan segala yang
mengobati dan mendengarkan setiap keluhan pasien, serta menjaga erat hubungan
pasien dengannya.
Salah satu hak asasi manusia yang penting ialah hak moral. Hak moral ini
dapat diakui sebagai hak hukum, melalui proses justifikasi yang cukup panjang.
Proses ini dapat dilakukan oleh presiden ataupun DPR. Hak moral dalam dunia
3
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II
TINJAUAN TEORI
hukum itu merupakan pencerminan dari pada nilai-nilai yang berlaku dalam
mikro maupun pada skala makro, lagipula tentang dampaknya atas masyarakat
luas serta sistim nilainya kini dan masa mendatang. Bioetika bersifat
didengar, suara-suara yang berbeda direspon, dan dialog yang rasional dibuka.
3
William JR. Medical Ethics Manual. Yogyakarta: Pusat Studi Kedokteran Islam
Fakultas Kedokteran UMY. 2002
4
Istilah „etika‟ berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu bentuk tunggal kata
„etika‟ yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai
banyak arti yaitu: tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang,
kebiasaan/adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir; sedangkan arti
ta etha yaitu adat kebiasaan. Dengan demikian etika mengacu pada nilai nilai atau
aturan yang berlaku dalam suatu kelompok manusia atau manusia perorangan.
Melalui tinjauan etis, kita dapat menilai suatu tindakan atau perbuatan
dengan ilmu kedokteran itu sendiri. Bapak Ilmu Kedokteran yang berasal dari
Yunani yaitu Hipocrates (460-377 BC) telah meletakkan dasar untuk etika
dalam bidang praktek medik telah dikeluarkan oleh bangsa yang hidup
mencapai suatu keputusan etik diperlukan empat kaidah dasar moral dan
4
Sampurna B, Syamsu Z, Dwidja T.Bioetik dan Hukum Kedokteran: Etik pada akhir
kehidupan. Jakarta: Pustaka Dwipar; 2007
5
Samil RS. Etika Kedokteran Indonesia. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2001
6
Ibid
5
1. Prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak
perbuatan dengan sisi baik yang lebih besar daripada sisi buruk.
6
2.2 Konsep Dasar HAM (Hak Asasi Manusia)
pendapat ini walaupun ada perbedaan namun pada dasarnya mempunyai prinsip-
prinsip yang sama. HAM adalah hak-hak yang dimiliki oleh manusia yang telah
hidup masyarakat. Hak ini ada pada manusia tanpa membedakan bangsa, ras,
agama, golongan, jenis kelamin, karena itu bersifat asasi dan universal. Dasar dari
semua hak asasi adalah bahwa semua orang harus memperoleh kesempatan
tidak diberikan oleh Negara. Kebebasan ini berasal dari Tuhan yang melekat pada
ini dinyatakan bahwa HAM adalah hak kodrati yang diperoleh oleh setiap
manusia berkat pemberian Tuhan Seru Sekalian Alam, sesungguhnya tidak dapat
dipisahkan dari hakekat manusia. Oleh karena itu setiap manusia berhak
pribadi.9
7
Mariam Budiharjo. (1985). Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia
8
Majalah, What is Democracy, United State Information Agency, 1991.
9
Ibid
7
Filsuf-filsuf jaman Auflarung abad 17 – 18 HAM adalah hak-hak alamiah
karunia Tuhan yang dimiliki oleh semua manusia dan tidak dapat dicabut baik
yang melekat pada diri manusia yang sifatnya kodrati, universal dan abadi sebagai
karunia Tuhan Yang Maha Esa yang berfungsi untuk menjamin kelangsungan
Indonesia, HAM didefinisikan dalam piagam HAM yang diatur dalam Undang-
Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (UU 39/1999). Adapun
8
1945, Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), serta Deklarasi Universal
Pasal 11. Hak untuk diangap tidak bersalah sampai ada keputusan bersalah
Pasal 12. Bebas dari intervensi masalah pribadi, keluarga, rumah tangga, dan
korespondensi
Pasal 13. Hak untuk bergerak bebas di dalam negeri maupun di luar negeri
Pasal 14. Hak untuk mendapat perlindungan di negara lain dari penganiayaan
menggantinya
9
Pasal 20. Hak untuk berkumpul dan berasosiasi secara damai
Pasal 21. Hak untuk ikut serta dalam pemilu yang bebas
Pasal 23. Hak untuk bekerja yang diinginkan dan bergabung dengan persatuan
buruh
Pasal 27. Hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan budaya dan masyarakat
perkembangan penuh
Hugo Cabot dan Joseph A Kahl (1967): HAM adalah suatu sosiologi
10
Allo Liliweri (1997), Komunikasi Antar Pribadi, Citra Aditya Bakti, Bandung.
10
H. Bonner (1975): interaksi adalah hubungan antara dua atau lebih
individu manusia dan perilaku individu yang satu mempengaruhi, mengubah, dan
dengan orang lain dalam situasi kerja dan dalam organisasi kekaryaan. Ditinjau
11
Ferdinand Tonnies: menyatakan bahwa manusia dalam bermasyarakat mempunyai
1. Gemeinscaft, hal yang dialami oleh orang lain dirasakan sebagaimana terjadi
pada dirinya oleh karena pergaulannya yang sangat akrab. Sifatnya statis,
pengetahuan tentang factor social dan psikologi dalam penyesuaian diri manusia
sedemikian rupa sehingga penyesuaian diri itu terjadi dengan serasi selaras
menemukan konsep diri kita, mengetahui apa yang menjadi kelemahan kita,
11
Davis, Keith (1989), Human Behaviour At Work, 8th ed, Singapore: McGraw -
Hill,Inc.
12
Umar, Nimran (1999), Perilaku Manusia, Edisi II, Malang: CV. Citra Media.
12
yang tidak bisa kita ketahui tanpa masukan dari orang lain. Sehingga dengan
masukan itu kita dapat mengetahui siapa diri kita dan memperbaiki apa yang
Dunia luar yang tidak kita ketahui bisa kita dapatkan dan ketahui dengan
bergaul dengan orang lain,sehingga bisa membuka wawasan kita pada hal –
Dengan menjalin hubungan antar manusia kita sebagai makhluk social akan
13
Notoatmodjo S. 2012. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
14
Purwadianto, A. 2003. Kaidah Dasar Moral dan Teori Etika dalam Membingkai
Tanggungjawab Profesi Kedokteran. Jakarta: FK UI.
13
BAB III PEMBAHASAN
beberapa kasus, karena kondisi berbeda, satu prinsip menjadi lebih penting dan
sah untuk digunakan dengan mengorbankan prinsip yang lain. Keadaan terakhir
sebagai manusia yang memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasib diri
sendiri), dan kedua, setiap manusia yang otonominya berkurang atau hilang
15
Purwadianto A. 2004. Segi Kontekstual Pemilihan Prima Facie Kasus Dilema Etik
dan Penyelesaian Kasus Konkrit Etik. Prosiding Pertemuan Nasional Jaringan Bioetika &
Humaniora Kesehatan Indonesia III; 30 November-2
Desember 2004. Jakarta: FK UI.
16
Taher T. 2003. Medical Ethics: Manual Praktis Etika Kedokteran Untuk Mahasiswa,
Dokter dan Tenaga Kesehatan. Jakarta: Gramedia.
14
kesehatannya (patient welfare). Pengertian ”berbuat baik” diartikan bersikap
· General beneficence :
· Specific beneficence :
4. Menjamin nilai pokok : “apa saja yang ada, pantas (elok) kita bersikap
memilih pengobatan yang paling kecil risikonya dan paling besar manfaatnya.
15
- Minimalisasi akibat buruk
yang penting
minimal).
status perkawinan, serta perbedaan jender tidak boleh dan tidak dapat
yakni:
yang memerlukan/membahagiakannya)
16
Tujuan dari prinsip justice ini adalah menjamin nilai tak berhingga setiap
yang-baik
kepada:
18
Pellegrino ED. 2003. The Essence of Medical Ethics in Military Medical Ethics.
Washington: Walter Reed Army Medical Center.
17
1. Utilitarian à memaksimalkan kemanfaatan publik dengan strategi
d. Hukum (umum):
kondisi, dan toleransi, seorang dokter harus melakukan pemilihan 1 kaidah dasar
bioetik yang paling sesuai dengan kasus konkret yang ada. Inilah yang disebut
pemilihan berdasarkan asas prima facie. Bioetik yang saat ini masih terbatas pada
18
Ada satu bidang lagi yang diharapkan dapat mulai dikembangkan di
Indonesia, yakni mengenai etikolegal. Suatu saat nanti, etikolegal yang akan
kejelasan tentang pengaplikasian stem cell yang sampai saat ini masih menjadi
tanda tanya besar, dibolehkan atau tidak. Karena pada dasarnya, kita akan kembali
pada hak asasi manusia, yang dijabarkan dalam UU No. 39 tahun 1999,
”Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam
f. dan seterusnya.
19
3.2 Pernyataan Universal Mengenai Bioetika Dan Hak-Hak Asasi Manusia
Dalam cakupan Pernyataan ini, dalam keputusan atau tindakan yang diambil
atau dilaksanakan oleh mereka untuk mereka yang menjadi sasaran, prinsip-
masyarakat.
otonomi orang lain, harus dihormati. Untuk orang yang tidak mampu
Pasal 6. Kesepakatan
20
1. Intervensi kedokteran preventif, diagnostik dan terapeutik yang mana saja
ditarik kembali oleh orang yang berkenaan pada waktu yang bilamana saja
saja dan untuk alasan yang mana saja tanpa merugikan dan rasa menyalahi.
standar etika dan hukum yang berlaku di Negara, yang bersesuian dengan
3. Dalam hal penelitian yang sesuai yang dilaksanakan pada suatu kelompok
21
DAFTAR BACAAN
Allo Liliweri (1997), Komunikasi Antar Pribadi, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Davis, Keith (1989), Human Behaviour At Work, 8th ed, Singapore: McGraw -
Hill,Inc.
Komalasari V. 1989. Hukum dan Etika dalam Praktek Kedokteran. Jakarta: Sinar
Harapan.
Purwadianto, A. 2003. Kaidah Dasar Moral dan Teori Etika dalam Membingkai
Tanggungjawab Profesi Kedokteran. Jakarta: FK UI.
Purwadianto A. 2004. Segi Kontekstual Pemilihan Prima Facie Kasus Dilema Etik
dan Penyelesaian Kasus Konkrit Etik. Prosiding Pertemuan Nasional
Jaringan Bioetika & Humaniora Kesehatan Indonesia III; 30 November-2
Desember 2004. Jakarta: FK UI.
Pellegrino ED. 2003. The Essence of Medical Ethics in Military Medical Ethics.
Washington: Walter Reed Army Medical Center.
22
Sampurna B, Syamsu Z, Dwidja T.Bioetik dan Hukum Kedokteran: Etik pada
akhir kehidupan. Jakarta: Pustaka Dwipar; 2007
Samil RS. Etika Kedokteran Indonesia. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2001
Umar, Nimran (1999), Perilaku Manusia, Edisi II, Malang: CV. Citra Media.
William JR. Medical Ethics Manual. Yogyakarta: Pusat Studi Kedokteran Islam
Fakultas Kedokteran UMY. 2002
23