Anda di halaman 1dari 4

TAHAPAN DALAM MEDIASI

ILUSTRASI KASUS

Pasien menuntut RS dan dokter karena tidak menerapkan pelayanan sesuai SOP sehingga
terlambat diagnosis dan terapi.

Penyelesaian sengketa medis

Dasar aturan Pasal 6 UU 30/1999 Arbitrase & APS

• (1) Sengketa atau beda pendapat perdata dapat diselesaikan oleh para pihak melalui
alternatif penyelesaian sengketa yang didasarkan pada itikad baik dengan
mengesampingkan penyelesaian secara litigasi di Pengadilan Negeri.

• (2) Penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui alternatif penyelesaian sengketa
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselesaikan dalam pertemuan langsung oleh para
pihak dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari dan hasilnya dituangkan dalam
suatu kesepakatan tertulis.

• (3) Dalam hal sengketa atau beda pendapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak
dapat diselesaikan, maka atas kesepakatan tertulis para pihak, sengketa atau beda
pendapat diselesaikan melalui bantuan seorang atau lebih penasehat ahli maupun
melalui seorang mediator.

• (6) Usaha penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui mediator sebagaimana
dimaksud dalam ayat (5) dengan memegang teguh kerahasiaan, dalam waktu paling
lama 30 ( tiga puluh ) hari harus tercapai kesepakatan dalam bentuk tertulis yang
ditandatangani oleh semua pihak yang terkait.

• (7) Kesepakatan penyelesaian sengketa atau beda pendapat secara tertulis adalah final
dan mengikat para pihak untuk dilaksanakan dengan itikad baik serta wajib
didaftarkan di Pengadilan Negeri dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
penandatanganan.

• (8) Kesepakatan penyelesaian sengketa atau beda pendapat sebagaimana dimaksud dalam
ayat (7) wajib selesai dilaksanakan dalam waktu paling lama 30 ( tiga puluh) hari
sejak pendaftaran.

Pasal 60 Peraturan Pemerintah No 47 tahun 2013

Badan Pengawas Rumah Sakit Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1)
bertugas :

• a. mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban pasien di wilayahnya;


• b. mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban Rumah Sakit di wilayahnya;

• c. mengawasi penerapan etika Rumah Sakit, etika profesi, dan peraturan perundang-
undangan;

• d. melakukan pelaporan hasil pengawasan kepada Badan Pengawas Rumah Sakit


Indonesia;

• e. melakukan analisis hasil pengawasan dan memberikan rekomendasi kepada


Pemerintah Daerah untuk digunakan sebagai bahan pembinaan; dan

• f. menerima pengaduan dan melakukan upaya penyelesaian sengketa dengan cara


mediasi.

Ada dua jenis perundingan dalam proses mediasi yaitu positional based bargaining dan
interest best based bargaining. Positional based bargaining selalu dimulai dengan solusi. Para
pihak saling mengusulkan solusi dan saling tawar menawar sampai mereka menemukan satu titik
yang dapat diterima bagi keduanya. Sementara itu perundingan berdasarkan kepentingan dimulai
dengan mengembangkan dan menjaga hubungan. Para pihak mendidik satu sama lain akan
kebutuhan mereka dan bersama-sama menyelesaikan persoalan berdasarkan
kebutuhan/kepentingan. Pada strategi itu para perunding adalah pemecah masalah. Tujuannya
untuk mencapai kesepakatan yang mencerminkan kebutuhan/ kepentingan para pihak,
memisahkan antara orang dengan masalah, lunak terhadap orang dan keras kepada masalah,
kepercayaan dibangun atas dasar situasi dan kondisi, fokus pada kepentingan dan bukan pada
posisi, mencegah/ menghindari dari bottom line, membuat pilihan semaksimal mungkin,
mendiskusikan pilihan secara intensif, kesepakatan mengacu pada keinginan bersama,
menggunakan argumentasi dan alasan serta terbuka terhadap alasan perunding lawan. Para ahli
mediasi menganjurkan untuk menggunakan strategi perundingan berdasarkan kepentingan,
karena hasil akhir yang akan didapat oleh kedua belah pihak akan maksimal. Kiat strategi
perundingan berdasarkan kepentingan adalah people, interest, options, criteria (PIOC). Pada
people/orang: pisahkan antara orang dan masalah, pusatkan pikiran pada masalah bukan pada
mitra tanding. Para perunding melihat diri mereka sebagai mitra kerja yang harus bekerja sama
untuk menyelesaikan masalah. Interest/ kepentingan: titik-beratkan pada kepentingan bukan
kebutuhan, bukan apa yang saya inginkan atau tidak inginkan dan bukan mengapa saya inginkan
atau tidak inginkan. Options/pilihan: tidak terpaku pada satu pemecahan masalah, perbanyak
pilihan pemecahan masalah, hindari pemikiran bahwa pemecahan masalah hanya urusan mitra
runding, tentukan penyelesaian pada pemecahan yang memuaskan para pihak. Criteria/kriteria:
buat berdasarkan ukuran objektif, nilai pasar, ukuran ilmiah, ukuran profesional dan hukum.9
Agar proses mediasi dapat berjalan efektif diperlukan kemampuan untuk dapat “memetakan”
serta menganalisis bentuk konflik yang sedang dihadapi dan mencoba untuk merancang
pendekatan terefektif untuk mengatasinya. Pada dasarnya konflik bersumber dari lima hal yaitu:
masalah hubungan, masalah data, masalah kepentingan, masalah struktural dan perbedaan nilai.
Moore menggambarkan siklus konflik tersebut. Setelah dapat dipetakan konflik apa yang
sebenarnya terjadi diantara kedua belah pihak, maka dapat dilakukan pendekatan.

Adapun yang merupakan kewajiban dan tugas dari suatu mediasi dapat digolongkan menjadi 4
(empat) tahap, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap pertama : Menciptakan forum Dalam tahapan ini adapun hal-hal yang dilakukan
seorang mediator adalah sebagai berikut:
a. Rapat Gabungan
b. Statement pembukaan oleh mediator, dalam hal ini yang dilakukan mediator adalah:
1) Mendidik para pihak.
2) Menentukan aturan main pokok.
3) Membina hubungan dan kepercayaan.
c. Statement para pihak, dalam hal ini dilakuakn seorang mediator adalah:
1) Dengarkan pendapat (hearing).
2) Menyampaikan dan klarifikasi informasi.
3) Cara-cara interaksi.
2. Tahap kedua : Mengumpulkan dan membagi-bagi informasi Dalam tahapan ini adapun hal-
hal yang dilakukan seorang mediator adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan informasi selanjutnya.
b. Mengetahui lebih mendalam kemauan para pihak.
c. Membantu para pihak untuk dapat mengetahui kepentingannya.
d. Mendidik para pihak tentang cara tawar menawar penyelesaian masalah.
3. Tahap ketiga : Pemecahan masalah Dalam tahapan ini adapun hal-hal yang dilakukan
seorang mediator adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan agenda.
b. Kegiatan pemecah masalah.
c. Mempasilitasi kerjasama.
d. Identifikasi dan klarifikasi isu dan masalah.
e. Mengembangkan alternative dan pilihan-pilihan.
f. Memperkenalkan pilihan-pilihan tersebut.
g. Membantu para pihak untuk mengajukan, menilai dan memprioritaskan
kepentingankepentingannya.
4. Tahap keempat : Pengambilan keputusan Dalam tahapan ini adapun hal-hal yang dilakukan
seorang mediator adalah sebagai berikut:
a. Rapat-rapat bersama.
b. Melokalisir pemecahan masalah dan mengevaluasi pemecahan masalah
c. Membantu para pihak untuk memperkecil perbedaan-perbedaan.
d. Mengkonfirmasi dan klarifikasi kontrak.
e. Mendorong para pihak untuk membandingkan proposal penyelesaian masalah dengan
alternative diluar kontrak.
f. Mendorong para pihak untuk menghasilkan dan menerima pemecahan masaslah.
g. Mengusahakan formula pemecahan masalah yang win-win solution dan tidak hilang
muka.
h. Membantu para pihak untuk mendapatkan pilihannya.
i. Membantu para pihak untuk mengingat kembali kontraknya

Jika penyelesaian secara mediasi tidak menemui kesepakatan maka dapat dilakukan
gugatan melalui litigasi sesuai :

1. PS 1365 KUH PERDATA : Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian
kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,
menggantinya
2. PS 1366 KUH PERDATA : Juga yang disebabkan kelalaian
3. PS 1367 KUH PERDATA : Juga akibat respondeat superior
4. PS 1338 KUH PERDATA: WANPRESTASI
5. PS 1370 KUH PERDATA : Dalam hal kematian akibat kesengajaan atau kelalaian, ahli
waris berhak menuntut ganti rugi, yg dinilai menurut kedudukan & kekayaan kedua pihak
6. PS 1371 KUH PERDATA : Dalam hal luka / cacat, ganti rugi : biaya penyembuhan dan
kerugian akibat luka / cacat tersebut

Sanksi administrasi yang dapat dijatuhkan adalah pencabutan izin dokter sesuai dengan pasal 76
UU prakik kedokteran

Anda mungkin juga menyukai