Anda di halaman 1dari 4

SISTEM HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA DI INDONESIA

AHMAD SYAFIIQ MUKHLISUL IBAD


1213010008

Dr. H. Ramdani Wahyu Sururie, M.Ag., M. Si


Hukum Alternatif Penyelesaian Sengketa

PENGERTIAN SENGKETA
Sengketa adalah suatu situasi dimana ada pihak yang merasa dirugikan oleh pihak lain
yang kemudian pihak tersebut menyampaikan ketidakpuasan ini kepasa pihak kedua. Jika
situasi menunjukkan perbedaan pendapat, maka terjadilah apa yang dinamakan sengketa.
Didalam suatu sengketa pasti terdapat sebuah hubungan, baik hubungan secara langsung
maupun hubungan secara tidak langsung. Sengketa juga dapat diartikan keadaan yang
mencerminkan para pihak mempunyai masalah, yaitu menghendaki pihak lain berbuat atau
tidak berbuat sesuatu, tetapi pihak lain berbuat demikian
Pranata penyelesaian sengketa alternatif pada dasarnya merupakan suatu bentuk
penyelesaian sengketa diluar pengadilan yang didasarkan pada kesepakatan para pihak yang
bersengketa. Kesepakatan disini merupakan dasar dimana suatu sengketa dapat diajukan
kepada pihak atau lembaga diluar pengadilan. oleh karena itu alternatif penyelesaian sengketa
bersifat sukarela dan karenanya tidak dapat dipaksakan oleh satu pihak.
Sengketa alternatif adalah upaya penyelesaian sengketa dengan mengurangi campur
tangan (badan peradilan negara). Lebih mengutamakan penyelesaian secara kooperatif sesuai
pilihan para pihak sendiri, melalui inisiatif dan kemauan bersama, sebagai wujud aktualisasi
peran masyarakat dalam proses pengambilan keputusan.

SISTEM PENYELESAIAN SENGKETA


Terdapat dua cara dalam penyelesaian sengketa, yang pertama yaitu melalui litigasi
yang mana hal ini melalui proses yang cukup lama dan jika ada ketidak puasan maka bisa
mengajukan banding, kasasi, dan lain lain. Dalam proses ini juga biasa terjadi pertikaian
sehingga ada yang kalah dan menang dan tidak sedikit yang timbul karena adanya suap
meyuap kepada hakim, sehingga dapat menimbulkan ketidak jujuran. Proses litigasi juga
dilalui dengan harga yang mahal. Cara yang kedua adalah melalui Alternatif Penyelesaian
Sengketa dimana cara ini cenderung murah, dan hubungan tetap baik karena para pihak
menyelesaikan persoalannya secara sendiri, dan dilakukan sukarela tanpa adanya paksaan.
Alternatif penyelesaian sengketa dilakukan sesuai kebutuhan, dan bersifat rahasia, karena
hasil dari penyelesaian sengketa ini tidak dapat dipublikasikan. Dan proses ini juga bersifat
netral dan cepat. Banyak sisi positif yang di dapatkan dalam APS ini.
Bagaiman agar hasil dari APS ini mempunyai kekuatan hukum, maka ajukan hasil
keputusan APS tersebut ke pengailan untuk dibuatkan akta perdamaian, sehingga jika
melanggar atas perjanjian dari hasil APS ini. Pengadilan dapat melakukan exsekusi, dimana
hal ini juga harus dinyatakan dan disepakati oleh kedua belah pihak.
Penyelesaian sengketa melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa terdapat lima cara
yaitu :
1. Konsultasi, konsultasi merupakan suatu tindakan yang bersifat "personal" antara suatu
pihak tertentu (klien) dengan pihak lain yang merupakan pihak konsultan yang
memberikan pendapatnya kepada klien sesuai dengan keperluan dan
kebutuhan kliennya
2. Negosiasi, negosiasi merupakan proses upaya untuk mencari kesepakatan dengan
pihak lain, suatu proses interaksi dan komunikasi yang dinamis dan beraneka
ragam,dapat lembut dan bernuansa,sebagaimana manusia itu sendiri. Orang
bernegosiasi dalam situasi yang tak terhitung jumlahnya dimana mereka
membutuhkan atau menginginkan sesuatu yang dapat diberikan ataupun ditahan oleh
pihak ataupun orng lain, bila mereka menginginkan atau memperoleh kerjasama,
bantuan atau persetujuan orang lain, atau ingin menyelesaikan, atau mengurangi
persengketaan atau perselisihan.1
3. Mediasi, mediasi menurut pasal 6 ayat 3 atas kesepakatan tertulis para pihak sengketa
atau beda pendapat diselesaikan melalui bantuan seorang atau lebih penasehat ahli
maupun seorang mediator, mediasi adalah suatu proses alternatif penyelesaian
sengketa dimana pihak ketiga yang dimintakan bantuanya untuk membantu proses
penyelesaian sengketa bersifat pasif dan samasekali tidak berhak atau berwenang
untuk memberikan suatu masukan, terlebih lagi untuk memutuskan perselisihan yang
terjadi. jadi mediator hanya berfungsi sebagai penyambung lidah dari para pihak
yang bersengketa, merupakan salah satu bentuk negosiasi antara pihak yang
bersengketa, yang melibatkan pihak ketiga dengan tujuan membantu tercapainya
penyelesaian yang bersifat kompromistis. pihak ketiga yang ditunjuk membantu
menyelesaika sengketa disebut "mediator”. unsur-unsur mediasi diantaranya :
a) proses penyelesaian sengketa berdasarkan perundingan yang bersengketa di
dalam perundingan
b) mediator terlibat dan diterima oleh para pihak
c) mediator bertugas membantu para pihak yang bersengketa untuk mencari
penyelesaian
d) tujuan mediasi untuk mencapai atau menghasilkan kesepakatan yang dapat
diterima pihak-pihak yan bersengketa guna mengakhiri sengketa
4. Konsiliasi, konsiliasi dalam uu no.30/1999 adalah suatu tindakan atau proses untuk
mencapai perdamaian diluar pengadilan, untuk mencegah dilaksanakannya
proses litigasi (peradilan), tugas konsiliator yaitu : 1. konsiliator berkewajiban untuk
menyampaikan pendapatnya mengenai duduk persoalan dari masalah atau sengketa
yang dihadapi, 2. konsiliator tidak berhak untuk membuat keputusan (pasif).
keputusan akan diambil sepenuhnya oleh para pihak yang dituangkan dalam
bentuk kesepakatan.
5. Arbitrase, arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata khususnya
perdagangan diluar pengadilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang
dibuat secara tertulis oleh pihak yang bersengket (ps1angka 1uu no. 30/1999),
menetapkan bahwa dalam waktu 180 hari (6 bulan) pemeriksaan atas sengketa harus
diselesaikan kesepakatan dapat terjadi melalui komunikasi tertulis secara modern
serta disertai suatu catatan penerimaan. Arbitrase bersifat final & binding (mengikat),
pengadilan wajib karena jabatan (ex officio), menyatakan diri tidak berwenang bila
terdapat klausula arbitrase dalam suatu perjanjian (ps.3) 3. penawaran penyelesaian
sengketa melalui arbitras bisa melalui telex, telegram,faximile/email.

DINAMIKA HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA DI INDONESIA


Filosopi APS yaitu APS diperlukan sebagai " partner" bukan sebagai " kompetitor "
bagi lembaga Pengadilan,PSA juga bisa untuk menggantikan atau menyingkirkan peran
1
Nita Triana. 2019. Alternative dispute Resolution. Yogyakarta: Kaizen Sarana Edukasi. Hal 57
lembaga Pengadilan, APS bermanfaat mengurangi beban perkara di pengadilan, APS dan
upaya pencapaian efisien waktu, tenaga,dsb, APS aktualisasi peran serta masyarakat kearifan
lokal masing-masing lingkungan sosial, Confidentialitas subyek,substansi serta proses
pengadilan, APS sebagai refleksi otonomi dan kesetaraan para pihak, APS berbasiskan pada
itikad baik dan kesuka relaan para pihak untuk memenuhi kesepakatan, APS memberikan
fleksibilitas bagi para pihak untuk menentukan rancangan syarat dan bentuk penyelesaian
sengketa.
Peraturan-peraturan terkait alternatif penyelesaian sengketa
1. Sengketa Ketenagakerjaan (Undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan bagian ke 8 lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial)
2. Sengketa Konsumen (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen)
3. Sengketa Lingkungan Hidup (Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup)
4. Sengketa Asuransi (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 Tentang
Lembaga Alternatif Penyelesaian sengketa di Sektor Jasa Keuangan)
5. Sengketa Perbankan (Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah)
6. Sengketa Perkawinan (Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2008 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan)
7. Sengketa Persaingan Usaha (Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak sehat Pasal 38-46)

Peraturan perundang-undangan tentang APS :


1. Dalam bidang perdata umum diatur dalam pasal 3 ( 1) UU 14/1970 jo. UU 4/2004,serta
Pasal.130 HIR/ ps.154 RBg jo. Perma No.2/2003,Nomor.1 Tahun 2008 dan Nomor.1
Tahun 2016 ttg Prosedur Mediasi di Pengadilan
2. Dalam bidang perdata atau perdagangan UU Nomor 30 tahun 1999 tentang arbitrase dan
alternatif penyelesaian sengketa.
3. Dalam bidang lingkungan hidup diatur dalam UU nomor 23 tahun 1997 tentang
pengelolaan lingkungan hidup pasal 30 s/d
4. Dalam bidang konsumen diatur dalam undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen ; dalam bidang konstruksi diatur dalam UU Nomor 18 tahun
1999 tentang jasa konstruksi pasal 36,37 jo. Ps PP29/2000 diatur dalam UU No.30/2000
ttg Rahasia Dagang ps.11 s/d 12 dalam bidang desain industri diatur dalam UU
No.31/2000 ttg Desain Industri.
5. Dalam bidang desain tata letak sirkuit terpadu diatur dalam UU Nomor 32/2000 desain
tata letak sirkuit terpadu
6. Dalam bidang paten diatur dalam UU Nomor 14/2001 tentang paten ps.116 s/d 123
7. Dalam bidang merek diatur dalam UU Nomor 15/2001 ttg Merek ps.76 s/d 83
8. Dalam bidang penanaman modal diatur dalam UU Nomor 25/2007 ttg penanaman modal
pasal 32
9. Dalam bidang hak cipta diatur dalam UU Nomor 19/2002 tentang hak cipta pasal 55-66
10. Dalam bidang hubungan industrial UU Nomor 2/2004 tentang penyelesaian perselisihan
hubungan industrial
11. Penyelesaian sengketa tentang sumber daya air UU Nomor 7 Tahun tentang sumber daya
air pasal 88.
12. Penyelesaian sengketa ke olahragaan undang-undang nomor 3 tahun 2005 tentang sistem
keolahragaan nasional.

Anda mungkin juga menyukai