Anda di halaman 1dari 9

UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH METODE ALTERNATIF

PENYELESAIAN SENGKETA (MAPS)

Dosen:
Dr. Jaja Ahmad Jayus, SH., M.Hum.
Dr. H. Absar Kartabrata, SH., M.Hum.

DISUSUN OLEH:

FACHRY FAJAR ARTHABUDHI


NPM 218040004

HUKUM EKONOMI
KELAS B

SEMESTER III

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER ILMU HUKUM
UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG
2022
SOAL PERTANYAAN

1. Jelaskan mengenai teori penyelesaian sengketa dan ruang lingkup penyelesaian


sengketa berdasarkan piagam PBB?

2. Jelaskan bentuk-bentuk penyelesaian sengketa bisnis baik yang sifatnya mencegah


sengketa maupun penyelesaian sengketa?

3. Bagaimana hubungan lembaga pengadilan dengan lembaga Arbitrase menurut


William Fox dan bagaimana pengaturannya dalam UU tentang APS dan Arbitrase?

4. Apa yang dimaksud dengan Adaption Clause dan bagaimana bentuknya?

5. Jelaskan model mekanisme negosiasi dan mediasi dan kemukakan pula prinsip-
prinsip bernegosiasi dalam penyelesaian sengketa yang baik?

------- selamat bekerja -------

JAWABAN SOAL

1. Jelaskan mengenai teori penyelesaian sengketa dan ruang lingkup penyelesaian


sengketa berdasarkan piagam PBB?

Fungsi dari PBB dan negara-negara anggotanya untuk bersama-sama


menciptakan dan mendorong penyelesaian sengketa internasional khususnya
terhadap negara-negara anggotanya. Dasar atau landasan PBB dalam memelihara
perdamaian dan keamanan internasional termasuk dalam rangka penyelesaian
sengketa secara damai antar negara sesuai Pasal 1 ayat (1) Piagam PBB.

Tujuan PBB yang dicantumkan pada Pasal 1 ayat (1) tersebut menyatakan
bahwa memelihara perdamaian dan keamanan internasional dan untuk
mengadakan tindakan-tindakan bersama yang efektif untuk mencegah dan
melenyapkan ancaman-ancaman terhadap pelanggaran-pelanggaran perdamaian;
dan akan menyelesaikan dengan jalan damai, serta sesuai dengan prinsip-prinsip
keadilan.

Lebih lanjut dalam Pasal 2 terdapat dua kewajiban untuk menempuh cara-cara
penyelesaian sengketa secara damai yang pertama Pasal 2 ayat (3) Piagam PBB.
Pasal ini mewajibkan semua negara anggotanya untuk menempuh cara-cara
penyelesaian sengketa secara damai.
Kewajiban penyelesaian sengketa secara damai ini dijelaskan lebih lanjut oleh
Pasal 33 Piagam PBB yang menyatakan bahwa:

“Para pihak dalam suatu bersengketa yang nampaknya sengketa tersebut akan
membahayakan perdamaian dan keamanan internasional harus pertama-tama
mencari penyelesaian dengan cara negosiasi (perundingan), penyelidikan,
mediasi, konsiliasi, arbitrase, pengadilan, menyerahkannya kepada organisasi-
organisasi atau badan-badan regional, atau cara-cara penyelesaian damai
lainnya yang mereka pilih.”

Apabila merujuk pada pasal-pasal dan uraian tersebut diatas


berdasarkan Pasal 33 Piagam PBB saya berpendapat bahwa penyelesaian sengketa
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penyelesaian sengketa di luar pengadilan dan
penyelesaian sengketa melalui pengadilan. Secara garis besar, metode
penyelesaian sengketa dapat digolongkan dalam dua kategori yaitu cara-cara
penyelesaian secara damai dan cara-cara penyelesaian sengketa secara paksa atau
dengan kekerasan. Penyelesaian sengketa secara damai merupakan hukum positif
(ketentuan mengikat yang harus diberlakukan) bahwa penggunaan kekerasan
dalam hubungan antar negara sudah dilarang dan oleh karena itu sengketa-
sengketa internasional harus diselesaikan secara damai.

Pada pokoknya cara penyelesaian sengketa secara damai dibagi ke dalam dua
kelompok:

a) Penyelesaian secara diplomatik

Yakni negosiasi, penyelidikan, mediasi dan konsiliasi, di samping cara-


cara lainnya yang masih dimungkinkan dipilih atau diinginkan oleh para
pihak

b) Cara penyelesaian secara hukum (arbitrase dan pengadilan)

Penyerahan sengketa ke badan-badan regional atau cara-cara lainnya


yang menjadi pilihan para pihak, biasanya mengacu kepada badan-badan
peradilan yang terdapat dan diatur oleh berbagai organisasi internasional,
baik yang sifatnya global maupun regional. Seperti halnya arbitrase yaitu
suatu prosedur penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh suatu panel
yang terdiri atas wasit-wasit (arbiter).
Apabila para pihak sepakat akan menyelesaikan sengketa melalui arbitrase
maka penyelesaian tersebut hanya dapat dilakukan setelah para pihak sepakat atau
setuju untuk menuangkannya dalam suatu perjanjian (Arbitrations Clause).
Sedangkan penyelesaian melalui badan peradilan regional/internasional berarti
penyelesaian yang dihasilkan harus memberlakukan suatu kaidah-kaidah hukum.

2. Jelaskan bentuk-bentuk penyelesaian sengketa bisnis baik yang sifatnya mencegah


sengketa maupun penyelesaian sengketa?
Penyelesaian sengketa bisnis kebanyakan dilakukan menggunakan cara
litigasi atau penyelesaian sengketa melalui proses persidangan. Penyelesaian
sengketa tersebut diawali dengan pengajuan gugatan kepada pengadilan negeri
dan diakhiri dengan putusan hakim. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwasannya
penyelsaian sengketa bisni tidak serta merta harus melalui pengadilan. Dalam hal
ini penyelesaian sengketa bisnis dapat menempuh penyelesaian sengketa melalui
non litigasi.
Penyelesaian sengketa melalui jalur non litigasi adalah penyelesaian sengketa
yang dilakukan menggunakan cara-cara yang ada di luar pengadilan atau
menggunakan lembaga alternatif penyelesaian sengketa. Di Indonesia,
penyelesaian non litigasi ada dua macam, yakni Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa sesuai dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (UU AAPS).
a) Arbitrase
Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa mengatakan Arbitrase adalah cara
penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan
pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang
bersengketa.
Penyelesaian sengketa pada arbitrase dilakukan berdasarkan
persetujuan bahwa pihak bersengketa akan tunduk dan mentaati keputusan
yang diberikan oleh hakim atau para hakim yang mereka pilih atau mereka
tunjuk secara langsung. Oleh karena itu arbitrase disebut sebagai suatu
peradilan perdamaian, dimana para pihak yang bersengketa atau berselisih
menghendaki perselisihan mereka tentang hak-hak pribadi yang dapat mereka
kuasai sepenuhnya, diperiksa dan diadili oleh hakim yang adil yang tidak
memihak kepada salah satu pihak yang berselisih, serta menghasilkan
keputusan yang mengikat bagi kedua belah pihak.
b) Alternatif Penyelesaian Sengketa
Ada beberapa alternatif penyelesaian sengketa yang dapat ditempuh oleh
para pihak seperti:
(1). Negosiasi
Pasal 6 Ayat (2) Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa, mengatakan negosiasi adalah
Penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui alternatif
penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diselesaikan dalam pertemuan langsung oleh para pihak dalam waktu
paling lama 14 (empat belas) hari dan hasilnya dituangkan dalam suatu
kesepakatan tertulis.
(2). Mediasi
Penyelesaian sengketa melalui mediasi adalah suatu proses penyelesaian
sengketa berupa negosiasi untuk memecahkan masalah melalui pihak luar
yang netral dan tidak memihak, yang akan bekerja dengan pihak yang
bersengketa untuk membantu menemukan solusi dalam menyelesaikan
sengketa tersebut secara memuaskan kedua belah pihak. Pihak ketiga
yang netral tersebut disebut dengan mediator.
(3). Konsiliasi
Konsiliasi sebagai usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak
bersengketa agar mencapai kesepakatan guna menyelesaikan sengketa
dengan kekeluargaan. Konsiliasi sendiri hampir mirip dengan mediasi
merupakan suatu proses penyelesaian sengketa berupa negosiasi untuk
memecahkan masalah melalui pihak luar yang netral dan tidak memihak.
(4). Online Despute Resolution
Online Despute Resolution adalah cabang dari penyelesaian sengketa
(negosiasi, mediasi, arbitrase) yang inovatif dengan menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi penyelesaian
sengketa antara pihak dengan prinsip due process. Meliputi sengketa
personal, antar negara, baik diluar pengadilan maupun dalam pengadilan.
Manfaat dari ODR diantaranya adalah menawarkan penyelesaian yang
lebih efisien untuk kasus-kasus yang tidak mudah untuk dijangkau.
3. Bagaimana hubungan lembaga pengadilan dengan lembaga Arbitrase menurut
William Fox dan bagaimana pengaturannya dalam UU tentang APS dan Arbitrase?
Menurut William Fox ada 4 keadaan dimana campur tangan pengadilan
dimungkinkan dalam proses arbitrase yaitu:
a) Action To Stay Litigation (suatu gugatan yang meminta litigasi dihentikan dulu
menunggu arbitrase)
Sebagai contoh : Fachry melakukan suatu litigasi terhadap Asep, namun Asep
berpendapat bahwa terdapat klausula arbitrase yang harus dihormati dalam
perjanjian antara Fachry dan Asep, sehingga dalam hal ini Asep mengajukan
tuntutan agar proses litigasi dihentikan sementara menunggu hasil proses
arbitrase.
b) Action To Stay Arbitrase (menunda proses arbitrase)
Sebagai contoh: Bena memulai proses arbitrase, namun Soleh percaya bahwa
tidak ada alasan untuk melakukan arbitrase. Dalam hal ini Soleh mengajukan
tuntutan umtuk menghentikan proses atbitrase.
c) Action To Compel Arbitration (pihak meminta untuk memaksa arbitrase)
Sebagai cotoh: Joko menuntut Luhut agar melakukan proses arbitrase, akan
tetapi Luhut mengacuhkan permintaan Joko. Dalam hal ini Joko megajukan
tuntutan kepada pengadilan untuk memaksa Luhut agar menjalani arbitrase.
d) Action To Enforce Subpoena (pengadilan melakukan panggilan tertulis kepada
para pihak)
Sebagai contoh : Majelis Arbitrase memanggil Rista untuk menjadi saksi dalam
proses arbitrase, akan tetapi Rista mengacuhkan paggilan itu sehingga dalam
hal ini majelis arbitrase dapat meminta bantuan pengadilan untuk
menguatkan panggilan itu.
4. Apa yang dimaksud dengan Adaption Clause dan bagaimana bentuknya?
a) Variation And Change Clauses
Pencantuman klausula variasi dan perubahan dalam suatu kontrak yang
memberikan fleksibilitas kepada kontrak tersebut sehingga dimungkinkan
adanya perubahan-perubahan.
Contoh: perubahan pada spesifikasi bahan yang dipakai pada suatu kontrak
pengerjaan pengadaan barang/jasa.
b) Price Escalation Clause
Pencantuman klausula eskalasi harga ini yaitu untuk mengatasi masalah
yang berkaitan dengan ketidakpastian meningkatnya harga-harga. Klausula ini
memungkinkan pihak penjual mempertahankan margin profitnya meskipun
harga-harga naik dengan tajam.
c) Stabilization And Tax Clause
Pencantuman klausa ini membantu untuk melindungi para pihak dan
perubahan-perubahan yang terjadi akibat adanya kebijaksanaan politik
maupun perpajakan yang dilakukan oleh pemerintah.
d) Review Clause
Pencantuman klausa ini secara eksplisit memungkinkan dilakukannya
peninjauan kembali (Renegotiation) terhadap isi suatu kontrak yang dirasa
potensial menimbulkan sengketa ataupun dianggap kurang adil bagi para
pihak.
5. Jelaskan model mekanisme negosiasi dan mediasi dan kemukakan pula prinsip-
prinsip bernegosiasi dalam penyelesaian sengketa yang baik?
• NEGOSIASI
Negosiasi adalah suatu proses tawar-menawar atau pembicaraan untuk
mencapai suatu kesepakatan terhadap masalah tertentu yang terjadi di antara
para pihak. Alasan utamanya adalah karena dengan cara ini, para pihak dapat
mengawasi prosedur penyelesaian sengketanya. Setiap penyelesaiannya pun
didasarkan pada kesepakatan atau konsensus para pihak.
Negosiasi biasanya berbentuk konsultasi. Konsultasi sendiri merupakan
sebuah kegiatan saling bertukar pendapat untuk mendapatkan informasi awal
sebelum melakukan sesuatu guna mencegah timbulnya sengketa. Tidak ada
prosedur yang secara khusus mengatur tentang negosiasi. Apabila para pihak
sepakat untuk meyelesaikan sengketanya, maka akan dituangkan dalam
perjanjian bilateral antara pihak yang bersengketa.
Akan tetapi menurut pendapat saya dalam penyelesaian sengketa melalui
negosiasi ada beberapa kekurangan yaitu:
(1). Apabila pihak yang bersengketa kedudukannya tidak seimbang, pihak
yang kuat akan menekan pihak yang lemah.
(2). Proses yang sangat lambat dan memakan waktu yang lama.
(3). Apabila pihak yang bersengketa sangat keras terhadap pendiriannya,
proses ini akan berlarut-larut.
Prinsip-prinsip yang perlu dilakukan dalam bernegosiasi menurut pendapat
saya mencegah terjadinya perdebatan yang menimbulkan konflik, karena yang
harus di perhatikan adalah keuntungan para pihak bukan salah satu pihak demi
kepentingan bersama (win win solution)
• MEDIASI
Mediasi adalah intervensi terhadap suatu sengketa oleh pihak ketiga
(mediator) yang dapat diterima, tidak berpihak dan netral serta membantu para
pihak yang berselisih mencapai kesepakatan secara sukarela terhadap
permasalahan yang disengketakan. Menurut Rachmadi Usman, mediasi adalah
cara penyelesaian sengketa diluar pengadilan melalui perundingan yang
melibatkan pihak ketiga yang bersikap netral dan tidak berpihak kepada pihak-
pihak yang bersengketa serta diterima kehadirannya oleh pihak-pihak yang
bersengketa.
Mediator bertindak sebagai fasilitator. Hal ini menunjukkan bahwa tugas
mediator hanya membantu para pihak yang bersengketa dalam menyelesaikan
masalah dan tidak mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan.
Mediator berkedudukan membantu para pihak agar dapat mencapai
kesepakatan yang hanya dapat diputuskan oleh para pihak yang bersengketa.
Mediator tidak memiliki kewenangan untuk memaksa, tetapi berkewajiban
untuk mempertemukan para pihak yang bersengketa. Mediator harus mampu
menciptakan kondisi yang kondusif yang dapat menjamin terciptanya kompromi
diantara pihak-pihak yang bersengketa untuk memperoleh hasil yang saling
menguntungkan.
Turut mediator dalam penyelesaian sengketa didasari kesepakatan antara
pihak yang bersengketa pada akhir perundingan sang mediator memberikan
saran-saran guna penyelesaian sengketa, saran ini hanya bersifat rekomendatif
atau tidak mengikat para pihak yang bersengketa.
Kelebihan mediasi menurut pendapat saya yaitu pihak ketiga dalam mediasi
dapat menjadi penengah dan memberikan alternatif opini kepada para pihak
yang sedang bersengketa. Akan tetapi menurut pendapat saya mediasi pun
tidak luput dari kekurangan yaitu apabila mediator disini tidak dapat
menjalankan fungsinya secara baik atau tidak netral.

Anda mungkin juga menyukai