dan Arbistrase PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI ALTERNATIVE DISPUTE RESOLUTION ( ADR )
Dalam kegiatan perdagangan pada umumnya,
selalu dibentuk kontrak dagang yang mengatur beragam aspek yang harus dilakukan oleh para pihak. salah satu substansi yang mengatur kontrak dagang adalah bagaimana cara menyelesaikan sengketa yang mungkin akan terjadi di kemudian hari di antara para pihak Cara Menyelesaikan sengketa dalam dunia perdagangan Secara Umum : penyelesaian sengketa dalam kegiatan perdagangan yaitu : melalui lembaga peradilan dan melalui lembaga alternatif penyelesaian sengketa ( di luar lembaga peradilan ) sebagaimana yang telah diatur dalam substansi kontrak perdagangan ( choce of forum/ coice of juridiction) Secara khusus : penyelesaian sengketa dapat dibagi menjadi 3 yaitu : 1. Penyelesaian sengketa melalui negosiasi baik berupa negosiasi langsung maupun melalui pihak ketiga seperti mediasi dan konsiliasi 2. penyelesaian sengketa secara litigasi, baik yang bersifat nasional maupun internasional 3. Penyelesaian sengketa dengan menggunakan arbitrase baik yang bersifat ad- hoc maupun tidak Memahami Konsep Penyelesaian Sengketa M Husseyn Umar : menjelaskan bahwa alternatif penyelesaian sengketa dapat diartikan sebagai penyelesaian sengketa yang tidak melalui pengadilan yang terdiri dari : konsiliasi, negosiasi, mediasi dan arbitrase UU No 30 tahun 1999 tentang arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa mengambarkan Alternatif penyelesaian sengketa merupakan lembaga penyelesaian sengketa melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian sengketa di luar pengadilan dengan cara konsultasi, konsiliasi, negosiasi, mediasi dan arbitrase atau penilaian ahli Secara Sosiologis : alternatif penyelesaian sengketa di indonesia sudah berkembang dalam rangka menyelesaian berbagai sengketa. Meskipun model tampilan sederhana, tetapi efektif dan mampu menyelesaian sengketa antar para pihak dengan efektif. Hal ini selaras dengan UU No 30 tahun 1999, bahwa penyelesaian sengketa dilakukan melalui musyawarah para pihak yang bersengketa Penjelasan Istilah Negosiasi adalah proses komunikasi di mana dua pihak, masing – masing dengan tujuan dan sudut pandang mereka sendiri, berua a untuk mencapai kesepakatan yang memuaskan kedua belah pihak tersebut mengenai masalah yang sama (George M. Hartman, 1997) Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator (Pasal 1 butir 1 Perma No. 1 tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Menurut John W Head, mediasi adalah suatu prosedur penengahan di mana seseorang bertindak sebagai“kendaraan”untukberkomunikasi antar para pihak, sehingga pandangan mereka yang berbeda atas sengketa tersebut dapat dipahami dan mungkin didamaikan, tetapi tanggung jawab utama tercapainya suatu perdamaian tetap berada di tangan para pihak sendiri. Konsiliasi adalah proses penyelesaian sengketa dengan menyerahkan kepada suatu komisi orang- orang yang bertugas menguraikan/menjelaskan fakta-fakta dan (biasanya setelah mendengar para pihak mengupayakan agar mereka mencapai suatu kesepakatan) membuat usulan-usulan untuk suatu penyelesaian namun keputusan tersebut tidak mengikat. konsiliator mempunyai kewenangan yang aktif. PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI ARBITRASE Arbitrase berasal dari kata arbitrare ( bahasa latin ) yang berarti kekuasaan untuk menyelesaikan sesuatu perkara berdasarkan kebijaksanaan. Arbitrase secara yuridis telah dikenal dalam peraturan perundang-undangan indonesia yakni sejak berlakunya Reglement op de Burgerlijke Rechsvordering Penyelesaian sengketa arbitrase memiliki arti bahwa para pihak menyetujui untuk menyelesaikan sengketa tang dialami kepada pihak netral yang mereka pilih untuk membuat keputusan penyelesaian terhadap sengketa yang sedang mereka alami Sengketa yang dapat diselesaikan secara arbitrase hanya sengketa di bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasi sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa. Dengan kata lai, sengketa yang tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah sengketa yang menurut peraturan perundnag-undangan tidak dapat diadakan perdamaian Arbitrase merupakan isntitusi hukum alternatif bagi penyelesaian sengketa diluar pengadilan sebagaimana dalam apsal 1 ayat 1 UU no 39 tahun 1999 Munir Fuadi menjelaskan : Arbitrase merupakan suatu pengadiln swasta yang sering juga disebut dengan “ Pengadilan Wasit “ sehingga arbiter dalam peradilan arbitrase berfungsi selayaknya seorang wasit. Menurut Frank Elkouri dan Edna Elkouri , Arbitrase merupakan suatu proses yang mudah dan dipilih oleh para pihak secara sukarela untuk memutus perkara yang dilakukan oleh juru pisah yangnetral sesuai dengan pilihan di mana kepuitusan mereka berdasarkan dalil-dalil dalam perkara tersebut. Para pihak setuju sejak semula untuk menerima putusan tersebut secara final dan mengikat Subekti menjelaskan arbitrase merupakan penyelesaian suatu perselisihan oleh seorang dengan wasit yang secara bersama-sama ditunjuk oleh para pihak yang bersengketa dengan tidak melalui pengadilan. Bagi subekti arbitrase merupakan suatu proses penyelesaian sengketa oleh para pihak secara musyawarah dengan menunjuk pihak ketuga sebagai wasit sebagaimana yang telah dicantumkan dalam kontrak. Wiliam H.Gill, arbitrase diartikan sebagai alternatif penyelesaian sengketa atau kesalapahaman yang terjadi antar para pihak dengan menggunakan pihak ketiga, selain pengadilan yang berwenang. Dengan kata lain : Arbitrase merupakan suatu tindakan hukum di mana ada pihak yang menyerahkan sengketa antara dua orang atau lebih ataupun duakelompok atau lebih kepadan seseorang atau beberapa ahli yang disepakati bersama dalam suatu perjanjian arbitrase yang memiliki unsur-unsur sebagai berikut : 1. Penyelesaian melalui arbitrase harus dinyatakan dalam perjanjian 2. Perjanjian arbitrase harus dibuat secara tertulis 3. Perjanjian arbitrase tersebut merupakan perjanjian untuk menyelesaikan sengket yang dilaksanakan diluar peradilan umum Perjanjian Arbitrase Adalah suatu kesepakatan berupa klausul arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa, atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul sengketa.” (Pasal 1:3 UU No 30/1999). “Dalam hal disepakati penyelesaian sengketa melalui arbitrase dalam bentuk pertukaran surat, maka pengiriman teleks, telegram, faksimili, e-mail, atau dalam bentuk sarana telekomunikasi lainnya, wajib disertai dengan suatu catatan penerimaan oleh para pihak.” (Pasal 4 (3) UU No 30/1999 Pengadilan Negeri tidak berwenang untuk mengadili sengketa para pihak yang telah terikat dalam perjanjian arbitrase.” (Pasal 3 UU No 30/1999