PENDAHULUAN
1.3.Tujuan Penelitian
sengketa bisnis.
PEMBAHASAN
1. Memperoleh kesepakatan
2. Mendapatkan solusi
3. Mendapatkan keuntungan
2.3. Tipe-tipe negosiasi
2.Negosiasi non formal atau informal adalah sebuah bentuk dari negoisasi
yang terjadi pada saat kapanpun,dimanapun hingga siapapun.
2.Negosiasi tanpa pihak penengah dalam hal ini akan dilakukan tanpa
adanya pihak penengah sehingga akan tergantung dari orang yang
melakukan.
Ketentuan serupa diatur dalam Pasal 1851-1864 Bab ke-18 Buku III
BW tentang Perdamaian. Berdasarkan definisi yang diberikan dikatakan
bahwa Perdamaian adalah suatu persetujuan dengan mana kedua belah
pihak, dengan menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu barang,
mengakhiri suatu perkara yang sedang bergantung atau mencegah
timbulnya suatu perkara. Persetujuan perdamaian oleh BW diwajibkan
untuk dibuat secara tertulis, dengan ancaman tidak sah apabila tidak
dibuat secara tertulis.
A. Prinsip-Prinsip Negosiasi
Salah satu contoh untuk menyelesaikan proses dari badan arbitrase adalah
dengan negosiasi sebagai sarana paling banyak digunakan. Sarana ini telah
dipandang sebagai sarana yang paling efektif. Lebih dari 80% (delapan puluh
persen) sengketa di bidang arbitrase tercapai penyelesaiannya melalui cara ini.
Penyelesaiannya tidak winlose tetapi win-win. Karena itu pula cara penyelesaian
melalui cara ini memang dipandang yang memuaskan para pihak. Walaupun
Indonesia telah memiliki bentuk badan arbitrase, tapi jika dihadapkan pada
persoalan yang bersifat lintas negara masih banyak mengalami kegagalan. Hal ini
banyak disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya kurang profesionalnya para
arbiter dari Negara Indonesia dan wawasan tentang hukumnya masih lemah. 1
Negosiasi menurut Fisher dan Ury (1991) merupakan komunikasi dua arah
yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak
memiliki berbagai kepentingan yang sama maupun yang berbeda. Negosiasi
merupakan sarana bagi pihak-pihak yang mengalami sengketa untuk
mendiskusikan penyelesaiannya tanpa keterlibatan pihak ketiga penengah yang
tidak berwenang mengambil keputusan (mediasi), maupun pihak ketiga
pengambil keputusan (arbitrase dan litigasi).2
1
Yolanda Rahma Alviotika,dkk, “Karakteristik Dan Prinsip-Prinsip Dasar Badan Arbitrase
Internasional Dalam Menyelesaikan Kasus Perdata Lintas Negara”, Jurnal Rechstat – Publikasi
Fakultas Hukum UNSA - rechtstaat.unsa.ac.id hal. 2.
2
Cahya Palasari,dkk, Penyelesaian Sengketa Secara Damai Dalam Perspektif Hukum
Internasional, Volume 8 Nomor 2, Agustus 2022 P-ISSN: 2356-4164, E-ISSN: 2407-4276 Open
Access at:https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/jkh, hal. 4.
Secara umum teknik negosiasi dapat dibagi menjadi teknik negosiasi yang
kompetitif dan kooperatif (Williams, 1983), serta teknik yang bertumpu pada
posisi (Positional based) dan teknik yang bertumpu pada kepentingan (Interest
based) (Fisher dan Ury, 1991). Teknik negosiasi kadang juga dibedakan antara
negosiasi yang bersifat lunak (soft) dan bersifat keras (hard) (Fisher dan Ury,
1991). Pengertian teknik-teknik yang bersifat kompetitif pada dasarnya adalah
teknik yang bersifat keras. Demikian juga teknik yang bertumpu pada
kepentingan dasarnya merupakan teknik yang bersifat kooperatif.3
3
ibid, hal 5.
4
ibid.
sulitnya permasalahan-permasalahan yang timbul di antara negara, tepatnya
masalah yang berkaitan dengan ekonomi internasional. Selain itu jarang sekali
adanya persyaratan penetapan batas waktu bagi para pihak untuk
menyelesaikan sengketanya melalui negosiasi ini. Dan apabila dalam satu pihak
terlalu kuat pada pendiriannya. Situasi ini bisa berakibat tidak produktifnya
proses negosiasi. Prosedur yang terdapat dalam pelaksanaan negosiasi perlu
dibedakan seperti: negosiasi digunakan apabila suatu sengketa belum lahir
(konsultasi). Negosiasi digunakan jika suatu sengketa telah lahir, jadi prosedur
negosiasi ini merupakan proses penyelesaian sengketa oleh para pihak (dalam
artian negosiasi).5
bersifat alot (tough) di mana unsur-unsur yang menjadi ciri seorang negosiator
kompetitif adalah sebagai berikut:6
5
ibid.
6
CCE Canter, Penyelesaian Sengketa d Luar Pengadilan
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php /lexetsocietatis/article/view/14464/14037
Penggunaan strategi kompetitif ini biasanya diterapkan karena negosiator
yang menggunakan teknik ini tidak memiliki data yang baik dan akurat pada
dirinya sehingga harus mengkompensasikannya dengan teknik yang berlebihan
dan alot (Kahn dan Kohls, 1972 dalam William, 1983). Tujuan penggunaan teknik
kompetitif ini adalah sebagai suatu cara mengintimidasi lawan dalam memenuhi
permintaan dan tuntutan, membuat pihak lawan kehilangan kepercayaan diri,
mengurangi harapan pihak lawan, serta pada akhirnya pihak lawan menerima
kurang dari apa yang diharapkan sebelumnya. Kepedulian perunding kompetitif
hanyalah memaksimalkan nilai-nilai kesepakatan. 7
7
ibid.
8
ibid.
mencapai kesepakatan berjumlah 84% dan meneruskan penyelesaian kasus ke
pengadilan sejumlah 16 % bagi negosiator kompetitif tingkat keberhasilan
penyelesaian hanya mencapai 67% dari kasus mereka, dan 33% diselesaikan
melalui pengadilan. Jumlah yang diselesaikan melalui pengadilan bagi negosiator
kompetitif berarti dua kali lipat dari negosiator kooperatif (16% melawan 33%).
Angka statistik ini menunjukkan bahwa jumlah presentase kegagalan negosiasi
lebih besar dialami oleh negosiator kompetitif. Pengkategorian teknik negosiasi
lainnya yang diilustrasikan oleh Fisher dan Ury (1991) adalah teknik lunak (soft)
dan keras (hard). Teknik negosiasi lunak sangat menekankan pentingnya
membangun serta menjaga hubungan baik antar manusia. Pembinaan hubungan
baik seringkali menjadi tujuan dari penggunaan teknik ini. Corak negosiasi ini
banyak dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga dan antar sahabat. Proses
negosiasi lunak ini cenderung efisien, dalam pengertian cepat menghasilkan
kesepakatan. Namun demikian penggunaan teknik dengan mengandalkan corak
negosiasi ini mengandung risiko lahirnya kesepakatan yang bersifat semu serta
menghasilkan pola “menang-kalah”.9
9
ibid
10
Materi Negosiasi Pertemuan VI, Fakultas Hukum UNHAS, Dr. Winner Sitorus, SH,.MH,
SIKOLA., hal. 4.
POTENTIAL BASED
Mencari satu jawaban: sesuatu yang Mencari satu jawaban: sesuatu yang
dapat diterima secara menyenangkan harus diterima oleh perunding lawan
oleh pihak/perunding lawan
telah disepakatinya.
Teknik negosiasi yang berdasarkan tujuan atau teknik yang bertumpu pada
kepentingan (interest based) memiliki empat elemen dasar yaitu People (orang),
Interest (kepentingan), Options (solusi yang dikedepankan dalam proses
negosiasi), dan Objective Criteria. Untuk mudahnya, keempat elemen dasar ini
diistilahkan dengan PIOC, seperti terurai dalam diagram di bawah ini: 11
11
ibid., hal. 5.
antara orang kepentingan/kebutuhan terlebih dahulu kriteria dan
dan masalah bukan sebelum dibagi standar objektif
mempertahankan
• Konsentrasi dengan dan
posisi (bukan independen
serangan pada memperbanyak
pernyataan
bagi
masalah bukan pilihan-pilihan
pada “apa yang saya pemecahan
pada orang kesepakatan/
inginkan” atau “tidak masalah
solusi
• Pihak-Pihak
inginkan” akan tetapi • Market value
Pihak harus yang
pada
mencerminkan • Precedent
melihat diri
“mengapa saya
kepentingan • Scientific
mereka
menginginkan itu?” bersama
sebagai judgement
(shared interest)
mitra kerja • Professional
yang • Jangan terpaku
standard
pada
bahu
• Community
membahu satu jawaban
(single practice
“attacking” the
answer) • Law
problems
• Hindari pola
pikir
bahwa
memecahkan
problem mereka
adalah urusan
mereka
– short sighted,
self
concern- posisi
partisan-
argumen
partisan – one
sided
solutions
BAB III
PENUTUPAN
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran