Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : AFRI SASONGKO ADY PUTRA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042976975

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4409/ARBITRASE, MEDIASI,


NEGOISASI

Kode/Nama UPBJJ : 45/ YOGYAKARTA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, RISET DAN


TEKNOLOGI

UNIVERSITAS TERBUKA
1. Metode penyelesaian sengketa apakah yang bisa saudara sarankan pada kedua
pihak tersebut? Jelaskan pula tahapannya

Pada kasus tersebut terdapat sengketa bisnis yang merupakan bentuk sengketa
perdata yang dapat diselesaikan melalui jalur non litigasi (diluar pengadilan) dan
jalur litigasi (melalui pengadilan). Saat ini yang berkembang pada sengketa pelaku
bisnis adalah penyelesaian melalui gugatan perdata di Pengadilan Negeri dan
mengajukan permohonan Kepailitan dan PKPU apabila terdapat hutang yang
telah jatuh tempo.

Akan tetapi gugatan perdata melalui Pengadilan cukup memakan waktu lama
karena putusan di tingkat Pengadilan Negeri masih bisa diajukan banding ke
Pengadilan Tinggi hingga kasasi ke Mahkamah Agung. Dengan proses peradilan
yang lama dan berjenjang tersebut membuat para pelaku bisnis lebih senang
menempuh jalur non litigasi melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) atau
Alternative Dispute Resolution (ADR). Penyelesaian sengketa melalui APS ini telah
diatur dalam UU Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa. Pelaku bisnis UMKM dan penggiat industri kreatif sebenarnya dapat
melirik dan menggunakan forum alternatif penyelesaian sengketa untuk
menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Bentuk proses penyelesaian lewat forum
di luar pengadilan (out of court settlement) bisa lebih cepat dan memberikan
kenyamanan bagi kedua belah pihak.

Dalam forum alternatif penyelesaian sengketa selalu terbuka ruang bagi para pihak
untuk bermusyawarah mendapatkan solusi terbaik. Dalam Pasal 1 ayat 10 UU
30/1999 menjelaskan bahwa “Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga
penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati
para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi,
negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli”. Pada UU 30/1999 memang
tidak mengatur secara rinci mengenai teknis alternatif penyelesaian sengketa
tersebut kecuali untuk arbitrase, sehingga hal ini memunculkan berbagai pendapat
mengenai definisi dan penafsiran atas teknis pelaksanaan alternatif penyelesaian
sengketa tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka akan dijelaskan mengenai model
atau bentuk alternatif penyelesaian sengketa berdasarkan UU Nomor 30 Tahun
1999.

1. Negosiasi, dalam bahasa sehari-hari sering kita dengar dengan istilah


“berunding” atau “bermusyawarah”. Secara umum Negosiasi diartikan sebagai
upaya penyelesaian sengketa tanpa melalui proses peradilan dengan tujuan
mencapai kesepakatan bersama atas dasar kerjasama yang lebih harmonis dan
kreatif. Disini para pihak berhadapan langsung secara saksama dalam
mendiskusikan permasalahan yang mereka hadapi dengan cara kooperatif dan
saling terbuka.
2. Mediasi, forum mediasi sejatinya tidak terlepas dari esensi musyawarah mufakat
yang selama ini dipegang teguh oleh masyarakat Indonesia. Mediasi adalah
upaya penyelesaian sengketa para pihak dengan kesepakatan bersama melalui
mediator yang bersikap netral dan tidak membuat keputusan atau kesimpulan bagi
para pihak, tetapi menjadi fasilitator untuk terlaksananya dialog antar pihak
dengan suasana keterbukaan, kejujuran, dan tukar pendapat untuk mencapai
mufakat. Dengan kata lain, proses mediasi adalah proses di mana pihak luar yang
tidak memihak dan netral bekerja dengan pihak yang bersengketa untuk
membantu mereka memperoleh kesepakatan perjanjian secara memuaskan.
Umumnya Mediator berperan membantu merumuskan kesepakatan damai dalam
proses mediasi antara para pihak yang bersengketa tanpa menggunakan
cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.
3. Konsiliasi, Konsiliasi atau conciliation (Inggris) berarti : perdamaian, persesuaian,
ajakan (untuk berdamai); sedangkan kata conciliator diartikan “perantara
perdamaian”. Istilah Mediasi dan Konsiliasi sering digunakan saling menggantikan
karena hakikatnya hampir sama walau terdapat perbedaan di antara keduanya.
Keduanya merupakan cara penyelesaian sengketa yang para pihaknya secara
sukarela mencari penyelesaian melalui perundingan untuk menyelesaikan suatu
masalah dengan bantuan pihak ketiga yang tidak memihak. Konsiliasi memiliki
kesamaan dengan Mediasi. Kedua cara ini melibatkan pihak ketiga untuk
menyelesaikan sengketa secara damai. Konsiliasi dan Mediasi sulit dibedakan.
Istilahnya acapkali digunakan bergantian. Perbedaan kedua istilah ini yaitu
“Konsiliasi lebih formal daripada Mediasi”. Konsiliasi adalah proses penyelesaian
sengketa dengan menyerahkan kepada suatu komisi orang-orang yang
bertugas menguraikan/ menjelaskan fakta-fakta, dan biasanya setelah
mendengar para pihak dan mengupayakan agar mereka mencapai suatu
kesepakatan, membuat usulan-usulan penyelesaian, namun keputusan tersebut
tidak mengikat.
4. Arbitrase, Arbitrase berasal dari kata arbitrase (Latin), arbitrage (Belanda),
arbitration (Inggris), schiedpruch (Jerman) dan arbitrage (Prancis) yang berarti
kekuasaan untuk menyelesaikan sesuatu menurut kebijaksanaan atau
perdamaian oleh Arbiter atau Wasit.
Terkait dengan sengketa antara Sdr. Tomi dan Sdr. Tono dalam kasus di atas, ada
beberapa metode penyelesaian sengketa yang bisa ditempuh, terutama jika mereka
ingin memilih pendekatan yang sederhana. Salah satu metode yang paling
sederhana adalah negosiasi.

Adapun tahapan dalam Negoisasi yaitu:

Tahap 1 - Persiapan: Kedua pihak perlu mempersiapkan argumen, data, dan


dokumen yang mendukung posisi mereka. Mereka harus memahami kepentingan
masing-masing dan merumuskan proposal solusi yang dapat diterima oleh kedua
belah pihak.

Tahap 2 - Pertemuan: Pada pertemuan ini, Sdr. Tomi dan Sdr. Tono bisa duduk
bersama dan membahas sengketa mereka secara terbuka. Mereka harus
mendengarkan satu sama lain dengan baik, berbicara dengan sopan, dan
mencari solusi yang saling menguntungkan. Tujuannya adalah mencapai
kesepakatan damai.

Tahap 3 - Kesepakatan: Jika kedua belah pihak mencapai kesepakatan yang


dapat diterima, mereka harus merinci persetujuan tersebut secara tertulis,
termasuk jadwal pengiriman karet yang direvisi dan kompensasi jika diperlukan.

Tahap 4 - Implementasi: Setelah mencapai kesepakatan, kedua pihak harus


memastikan pelaksanaan kesepakatan tersebut sesuai dengan yang telah
disepakati.

2. Mengapa metode negosiasi dikatakan sebagai metode yang paling sederhana:

Tidak Memerlukan Litigasi: Negoisasi tidak melibatkan pengadilan atau prosedur


hukum yang kompleks, sehingga lebih cepat dan hemat biaya.

Kontrol Penuh: Dalam negosiasi, pihak yang terlibat memiliki kontrol penuh atas proses
dan hasil penyelesaian. Mereka dapat merumuskan solusi yang paling sesuai
dengan kebutuhan dan kepentingan mereka.

Biaya Rendah: Negosiasi cenderung lebih murah dibandingkan metode


penyelesaian sengketa lainnya seperti arbitrase atau litigasi, yang melibatkan biaya
pengacara dan proses hukum yang lebih panjang.
Sederhana: Negosiasi tidak memerlukan prosedur hukum yang rumit atau proses
berkepanjangan. Hal ini membuatnya menjadi metode yang paling sederhana. Namun,
negosiasi hanya efektif jika kedua pihak bersedia untuk bekerja sama mencapai
kesepakatan. Jika negosiasi tidak berhasil, mereka masih dapat mempertimbangkan
metode penyelesaian sengketa alternatif seperti mediasi, arbitrase, atau, sebagai opsi
terakhir, litigasi.

Referensi :
Modul HKUM4409 Universitas Terbuka
Yustisia Serfiyani, Cita. 2006. Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Kecil Dalam Proses
Adjudikasi Di Industri Jasa Keuangan (Legal Protection For Small Customers In
Adjudication Process In Financial Services Industry). Surabaya : Universitas
Airlangga

Anda mungkin juga menyukai