Anda di halaman 1dari 9

PROSES PENYELESAIAN SENGKETA HUKUM DAGANG DI INDONESIA

MELALUI JALUR NON LITIGASI

Haykal Afdhol Bagaskara


haykalbagas903@gmail.com
Fakultas Hukum Universitas Jember

PENDAHULUAN
Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor jasa yang dapat menunjang
peningkatan pendapatan masyarakat. Selain itu, perdagangan juga menunjang
kemajuan ekonomi dan stabilitas suatu negara. Sistem demokrasi yang dianut oleh
negara Indonesia mengakibatkan keterbukaan dan kebebasan individu dalam
melakukan dan bergerak di bidang perdagangan. Perdagangan merupakan suatu
kebebasan fundamental (fundamental freedom).1 Dengan kebebasan ini, semua orang
bebas untuk melakukan kegiatan atau aktivitas di bidang perdagangan.

Sebagai mahluk sosial yang melakukan hubungan antar individu berkaitan


dengan perdagangan tentunya dapat menimbulkan suatu konflik dagang. Perbedaan
kepentingan yang berbuah menjadi konflik jika tidak segera diselesaikan dengan baik
maka akan menjadi sengketa yang berkepanjangan. Kondisi yang dinamis tersebut
membuat manusia membutuhkan suatu solusi dalam menyelesaikan sengketa
tersebut.

Dalam hukum, secara umum dapat dilakukan proses penyelesaian sengketa


dagang melalui jalur litigasi atau melalui proses peradilan dan jalur non litigasi atau
melalui proses di luar pengadilan. Menurut Erman Rajagukguk, masyarakat
khususnya kaum bisnis lebih suka melakukan proses penyelesaian sengketanya untuk
diselesaikan melalui jalur non litigasi.2 Kondisi demikian karena dalam dunia
ekonomi modern yang sangat masif soal perdagangan, para pihak lebih

1
Grace Henni Tampongangoy, Arbitrase Merupakan Upaya Hukum Dalam Penyelesaian
Sengketa Dagang Internasional, Lex et Societas, Vol. 3, No. 1, Januari-Maret, 2015, Hlm. 160.
2
Erman Rajagukguk, Arbitrase dalam Putusan Pengadilan, (Jakarta: Chandra Pratama),
2000, Hlm. 30.

1
mementingkan nasib bisnis kedepannya dan sangat dipengaruhi oleh waktu dan
efektifitas proses penyelesaian sengketanya.

Maka dalam hal ini sesuai dengan latar belakang yang sudah penulis uraikan
di atas, penulis akan membuat makalah yang berjudul “Proses Penyelesaian
Sengketa Hukum Dagang Di Indonesia Melalui Jalur Non Litigasi”.

PEMBAHASAN

A. Pengaturan Penyelesaian Sengketa Non Litigasi


Proses penyelesaian sengketa non litigasi merupakan proses penyelesaian
sengketa melalui jalur di luar pengadilan, dan biasanya mengutamakan perdamaian
dan perancangan-perancangan kontrak yang baik. Proses penyelesaian sengketa
melalui jalur non litigasi meliputi bidang yang sangat luas dan mencakup seluruh
aspek kehidupan yang dapat diselesaiakan dengan cara hukum.3 Proses non litigasi
dapat menggabungkan hukum dan nurani sekaligus dalam prosesnya. Hukum dapat
dijalankan dan nurani orang juga turut tunduk demi sebuah solusi dan kesepakatan
bersama tanpa ada yang merasa dikalahkan.

Proses non litigasi identik dengan kata ‘win-win solution’, kerahasiaan para
pihak terjamin, cepat dalam hal prosedural dan administratif, dan menjaga hubungan
para pihak. Proses penyelesaian sengketa non litigasi biasanya disebut dengan
Alternative Dispute Resolution (ADR). Proses non litigasi identik dengan dunia
ekonomi modern, bisnis, dan globalisasi. Dalam persengketaan di dunia perdagangan
atau ekonomi modern menuntut adanya suatu proses yang informal procedure and be
put in motion quickly. Pada prinsipnya, dalam dunia perdagangan atau dunia bisnis
semua pihak yang melakukan kontrak atau perjanjian ada kalanya terjadi sebuah
kesalahan dalam hal tafsir yang menimbulkan perselisihan yang berujung konflik.
Terjadinya salah tafsir terkait kontrak menjadi faktor yang sangat krusial dalam
gagalnya perjanjian. Para pihak merasa saling dirugikan dan tidak sesuai ekspektasi

3
I Wayan Wiryawan dan I Ketut Artadi, Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan, (Bali:
Udayana University Press), 2010, Hlm. 3.

2
awal. Munculnya perselisihan antara para pihak tentunya menuntut adanya proses
perjanjian dan kesepakatan lagi dalam pelaksanaannya.

Proses penyelesaian sengketa perdagangan dan bisnis memerlukan cara-cara


yang cepat, efektif, efisien dan murah. Dengan modal rasa kepercayaan masing-
masing pihak satu sama lain, proses yang menggunakan forum informal ini dapat
berjalan lebih mudah karena hubungan batin para pihak juga mempermudah
prosesnya. Non litigasi lebih condong dalam proses dialog dan musyawarah dalam
menentukan resolusinya yang menjadi kesepakatan masing-masing pihak. Undang-
Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
(UU AAPS), dalam Pasal 1 ayat (10) telah menjelaskan bahwa Alternatif
Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat
melalui prosedur yang telah disepakati para pihak, yaitu melalui jalur di luar
pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi dan penilaian para
ahli.

Alternatif penyelesaian sengketa berdasarkan undang-undang merupakan


suatu tindakan yang independen di luar arbitrase, dan arbitrase oleh undang-undang
mempunyai ketentuan, cara dan syaratnya dalam memberlakukan formalitasnya,
namun keduanya memiliki kesamaan dalam bentuk sengketanya untuk diselesaikan
yaitu: sengketa atau beda pendapat dalam ruang lingkup hukum perdata di bidang
perdagangan; dan menurut undang-undang, sengketa tersebut dapat diajukan dengan
upaya perdamaian. Prayitna Abdurrasyid mengatakan bahwa suatu penyelesaian
sengketa non litigasi yang bisa memuaskan para pihak yang bersangkutan dapat
dilakukan melalui suatu combined processes of disputes resolution technique/
mechanism. Dengan menggunakan mekanisme pendahuluan, yaitu berupa negosiasi,
mediasi, konsiliasi dan determinasi dari ahli dapat dilaksanakan dengan tujuan
menghemat tenaga, waktu, biaya dan dapat menjamin keberlanjutan pelaksanaan
kontrak. Jika negosiasi, mediasi, penilaian ahli tidak berjalan dengan lancar dan
mengalami kegagalan, dapat dilanjutkan melalui jalan arbitrase dengan dibatasi oleh

3
waktu yang sudah ditetapkan undang-undang atau ketentuan yang putusan akhirnya
bersifat final dan mengikat para pihak.4

Dalam praktek dan aktivitas dunia perdata, khususnya ruang lingkup


perdagangan dan bisnis, masyarakat pada umumnya akan berhadapan dengan suatu
perjanjian dengan pilihan penyelesaian sengketa berupa litigasi atau melalui
pengadilan. Namun, saat ini dalam dunia perdagangan yang menuntut efektifitas
waktu dan biaya dapat memilih menggunakan sarana atau lembaga penyelesaian non
litigasi atau di luar jalur pengadilan sebagai pilihan sengketa yang mungkin akan
timbul dikemudian hari.

Proses penyelesaian sengketa non litigasi pada umumnya terdapat beberapa


cara yang dapat dipilih oleh masing-masing pihak yaitu:5

1. Negosiasi. Yaitu cara penyelesaian sengketa atau beda pendapat dengan cara
diskusi atau musyawarah secara langsung masing-masing pihak yang
bersangkutan dan hasilnya dapat diterima oleh para pihak tersebut. Resolusi
berdasarkan kesepakatan bersama yang bersifat win-win solution.

2. Mediasi. Yaitu upaya penyelesaian sengketa dengan melibatkan pihak ketiga atau
bisa disebut sebagai mediator yang sifatnya netral dan independen. Mediator
sifatnya hanya mengantarkan proses mediasi dan tidak berhak dalam memutus
hasil akhir mediasi. Hasil akhir sebuah resolusi tetap menjadi hak masing-masing
pihak. Sifat negosiasi dan mediasi hampir sama yaitu mencapai kata sepakat dan
hasil bersifat win-win solution.

3. Arbitrase. Adalah cara penyelesaian sengketa di luar pengadilan (non litigasi)


berdasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat oleh para pihak, dan dilakukan
oleh arbiter yang dipilih dan diberi wewenang dalam memutus sengketanya.

4
Prayitna Abdurrasyid, Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional di Luar
Pengadilan, Makalah Seminar Nasional Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas Kristen Satya
Wacana, Salatiga, 1996, Hlm. 45.
5
Dewi Tuti Muryati dan Rini Heryanti, Pengaturan Dan Mekanisme Penyelesaian Sengketa
Nonlitigasi Di Bidang Perdagangan, Jurnal Dinamika Sosbud, Vol. 13, No. 1, Juni, 2011, Hlm. 55.

4
Biasanya arbitrase identik dan dekat dengan penyelesaian sengketa di bidang
perdagangan.

Negosiasi dan mediasi lebih condong dalam prosesnya menggunakan


musyawarah mufakat dengan mendiskusikan perbedaan-perbedaan kepentingan para
pihak. Tujuannya adalah mencapai win-win solution yang memperhatikan hubungan
para pihak kedepannya. Hubungan para pihak dalam dunia perdagangan dan bisnis
bisa menjadi peluang yang lebih jika terjaga dengan baik. Kemungkinan-
kemungkinan positif, misalnya dapat bekerjasama atau kolaborasi dikemudian hari
sangat memungkinkan. Maka dari itu, hasil dari win-win solution lebih banyak
disukai oleh masyarakat yang dekat dengan dunia perdagangan atau bisnis. Untuk
berhasilnya penyelesaian sengketa ini terganting kepada itikad baik masing-masing
pihak dalam menjalankan hasil yang sudah menjadi kesepakatan bersama.
Sedangkan cara arbitrase yang identik dengan sebutan ‘Pengadilan Pengusaha’ yang
independen dalam menyelesaiakan sengketa para pihak sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan masing-masing pihak.6 Kecenderungan menggunakan proses arbitrase
dapat terlihat dalam kontrak-kontrak bisnis bagian klausul arbitrase.

B. Mekanisme Penyelesaian Sengketa Non Litigasi


Indonesia perlu mengembangkan dan mencari sistem Alternative Dispute
Resolution sebagai proses penyelesaian sengketa di luar pengadilan dalam
menghadapi tantangan zaman yang semakin berkembang dan kompleks, khususnya
dalam dunia perdagangan dan bisnis. Dunia perdagangan dan bisnis perlu mengkaji
dan mengembangkan berbagai bentuk ADR termasuk mekanismenya yang
disesuaikan dengan budaya Indonesia. Dengan demikian pemahaman-pemahaman
masyarakat mengenai penyelesaian sengketa non litigasi, manfaat dan kelebihan
negosiasi, mediasi dan arbitrase dapat berkembang dengan positif sehingga
kecenderungan menggunakan ADR lebih meningkat untuk mengurangi beban
pengadilan.

6
Gatot Soemartono, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka
Utama), 2006, Hlm. 4.

5
Mekanisme penyelesaian sengketa non litigasi diantaranya yaitu negosiasi;
mediasi; dan arbitrase dapat penulis jelaskan sebagai berikut:

1. Mekanisme Negosiasi

Negosiasi merupakan salah satu sarana bagi para pihak untuk mendiskusikan
terkait proses penyelesaian sengketanya tanpa adanya pihak ketiga. Negosiasi tidak
memerlukan adanya prosedural yang baku, tetapi para pihak bebas menentukannya
karena proses negosiasi dikontrol secara penuh oleh para pihak yang bersangkutan
saja. Menurut Garry Goodpaster, secara esensial terdapat tiga strategi dasar negosiasi
yaitu: bersaing (competiting); kompromi (compromising); kolaborasi pemecah
masalah (problem solving).7 Terdapat beberapa hal yang sangat mempengaruhi
keberhasilan dan jalannya negosiasi yaitu : kekuatan tawar-menawar; pola tawar-
menawar; strategi dalam tawar-menawar. Menurut Howard Raiffa sebagaimana yang
dikutip oleh Suyud Margono, terdapat tahapan-tahapan dalam melakukan negosiasi
yaitu: tahap persiapan; tahap tawaran awal; tahap pemberian konsesi; tahap akhir. 8
Agar suatu negosiasi dapat berjalan sesuai dengan ekspektasi dan berlangsung
dengan efektif dalam mencapai suatu kesepakatan yang stabil, ada beberapa kondisi
yang mempengaruhi negosiasi yaitu: willingness; preparedness; authoritative;
relative equal bargaining power.

2. Mekanisme Mediasi

Proses penyelesaian sengketa melalui mediasi juga memerlukan berbagai


tahapan yang harus dilalui. Menurut Jacquiline M. dan Nolan Haley ada beberapa
tahapan yang harus dilalui dalam proses mediasi yaitu: screening; mediator
describes process and role of mediator; dan mediator assist parties in drafting
agreement.

7
Garry Goodpaster, Tinjauan Terhadap Penyelesaian Sengketa, (Jakarta: Ghalia Indonesia),
1995, Hlm. 21-24.
8
Howard Raiffa, The Art and Science of Negotiation, Cambridge, (Massachusetts: Havard
University Press), 1982, dalam Suyud Margono, Hlm. 48-50.

6
Mekanisme penyelesaian sengketa mediasi perlu ditunjukkan suatu peranan
dan fungsi yang dijalankan oleh seorang mediator yang independen yaitu:
penyelenggara pertemuan para pihak; pemimpin diskusi dengan netral; memelihara
dan menjaga aturan mediasi; pengendali emosi para pihak; dan menjadi pendorong
pihak agar mengemukakan pandangannya. Selain itu mediator juga berperan untuk
mempersiapkan dan membuat notulensi; merumuskan titik temu atau kesepakatan
para pihak dalam proses penyelesaiannya; menyusun dan mengusulkan alternatif
pemecah masalah; membantu para pihak menganalisis alternatif pemecah masalah.
Menurut Fuller sebagaimana yang dikutip oleh Suyud Margono terdapat tujuh fungsi
mediator yaitu: sebagai katalisator; sebagai pendidik; sebagai penerjemah; sebagai
narasumber; sebagai penyandang berita jelek; sebagai agen realitas; dan sebagai
kambing hitam.9 Pelaksanaan mediasi sebenarnya tergantung kepada kondisi sosial
dan budaya masyarakat dimana para pihak berada. Secara umum, mediasi
memerlukan suatu tahapan dalam pelaksanaannya yaitu: tahapan pembentukan
forum; tahap pengumpulan dan pembagian informasi; tahap penyelesaian masalah;
tahap pengambilan keputusan.

3. Mekanisme Arbitrase

Secara umum, proses penyelesaian sengketa dengan jalan arbitrase tidak jauh
dengan proses di pengadilan. Persamaannya adalah sama-sama menggunakan
mekanisme adjudikasif yaitu pihak ketiga yang dilibatkan dapat memutus sengketa
para pihak. Dari sifat yang sama dengan pengadilan, maka bukan win-win solution
lagi yang ditawarkan, melainkan sebuah hasil win-lose solution. Walaupun memiliki
kemiripan dengan proses litigasi, tetapi arbitrase bersifat tertutup (privat) yaitu
mencakup kebebasan dalam memilih arbiter, bebas dalam pemilihan hukum, tempat
dan waktu penyelenggaraan arbitrase. Putusan yang diberikan oleh seorang arbiter
mirip dengan putusan hakim yang bersifat final dan berkekuatan hukum tetap.
Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa menjelaskan bahwa proses arbitrase memiliki tiga tahapan yaitu: tahap
persiapan; tahap pra pemeriksaan; tahap pelaksanaan. Proses penyelesaian sengketa

9
Ibid.

7
melalui arbitrase dapat juga dilakukan dengam menggunakan lembaga arbitrase
nasional atau internasional sesuai dengan kesepakatan para pihak.

PENUTUP
Proses penyelesaian sengketa melalui jalur non litigasi di bidang perdagangan
sudah tidak asing lagi saat ini. Dalam kehidupan ekonomi modern, siklus
perdagangan dan bisnis terus berputar dengan cepat sehingga dalam penyelesaian
sengketanya juga memerlukan proses yang mudah, efektif dan efisien. Proses
penyelesaian sengketa non litigasi di bidang perdagangan antara lain menggunakan
beberapa proses yaitu: negosiasi; mediasi; dan arbitrase. Negosiasi dan mediasi lebih
bersifat win-win solution, bersifat informal dan kehendak dalam memutuskan hasil
akhir berada di tangan para pihak. Sedangkan arbitrase menghasilkan win-lose
solution yang cenderung mirip dengan proses litigasi di pengadilan. Peran seorang
arbiter setara dengan peran hakim yang dapat memutus perkara dengan hasil final
dan berkekuatan hukum tetap.

Proses penyelesaian sengketa non litigasi khususnya lebih ditekankan kepada


masing-masing pihak. Permasalahan sengketa dagang tentunya semakin kompleks
dan luas ruang lingkupnya, maka dari itu proses non litigasi lebih ditekankan kepada
solusi, bukan menciptakan menang atau kalah. Bagi masyarakat Indonesia
khususnya, sebelum mengarah ke proses litigasi sebaiknya sengketa diselesaikan di
jalur non litigasi karena dapat meringankan beban pengadilan dan mempercepat
proses resolusi. Hubungan yang diciptakan melalui non litigasi lebih berpeluang
kepada menciptakan hubungan baik kedepannya bagi para pihak.

DAFTAR PUSTAKA
Dewi Tuti Muryati dan Rini Heryanti. 2011. Pengaturan Dan Mekanisme
Penyelesaian Sengketa Nonlitigasi Di Bidang Perdagangan. Jurnal Dinamika
Sosbud. Vol. 13. No. 1. Juni. Hlm. 55.

Erman Rajagukguk. 2000. Arbitrase dalam Putusan Pengadilan. (Jakarta: Chandra


Pratama). Hlm. 30.

Garry Goodpaster. 1995. Tinjauan Terhadap Penyelesaian Sengketa. (Jakarta:


Ghalia Indonesia). Hlm. 21-24.

8
Gatot Soemartono. 2006. Arbitrase dan Mediasi di Indonesia. (Jakarta: PT.Gramedia
Pustaka Utama). Hlm. 4.

Grace Henni Tampongangoy. 2015. Arbitrase Merupakan Upaya Hukum Dalam


Penyelesaian Sengketa Dagang Internasional. Lex et Societas. Vol. 3. No. 1.
Januari-Maret. Hlm. 160.

Howard Raiffa. 1982. The Art and Science of Negotiation. Cambridge.


(Massachusetts: Havard University Press). dalam Suyud Margono. Hlm. 48-
50.

I Wayan Wiryawan dan I Ketut Artadi. 2010. Penyelesaian Sengketa Di Luar


Pengadilan. (Bali: Udayana University Press). Hlm. 3.

Prayitna Abdurrasyid. 1996. Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional di


Luar Pengadilan. Makalah Seminar Nasional Hukum Bisnis. Fakultas
Hukum. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga. Hlm. 45.

Anda mungkin juga menyukai