PENDAHULUAN
Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor jasa yang dapat menunjang
peningkatan pendapatan masyarakat. Selain itu, perdagangan juga menunjang
kemajuan ekonomi dan stabilitas suatu negara. Sistem demokrasi yang dianut oleh
negara Indonesia mengakibatkan keterbukaan dan kebebasan individu dalam
melakukan dan bergerak di bidang perdagangan. Perdagangan merupakan suatu
kebebasan fundamental (fundamental freedom).1 Dengan kebebasan ini, semua orang
bebas untuk melakukan kegiatan atau aktivitas di bidang perdagangan.
1
Grace Henni Tampongangoy, Arbitrase Merupakan Upaya Hukum Dalam Penyelesaian
Sengketa Dagang Internasional, Lex et Societas, Vol. 3, No. 1, Januari-Maret, 2015, Hlm. 160.
2
Erman Rajagukguk, Arbitrase dalam Putusan Pengadilan, (Jakarta: Chandra Pratama),
2000, Hlm. 30.
1
mementingkan nasib bisnis kedepannya dan sangat dipengaruhi oleh waktu dan
efektifitas proses penyelesaian sengketanya.
Maka dalam hal ini sesuai dengan latar belakang yang sudah penulis uraikan
di atas, penulis akan membuat makalah yang berjudul “Proses Penyelesaian
Sengketa Hukum Dagang Di Indonesia Melalui Jalur Non Litigasi”.
PEMBAHASAN
Proses non litigasi identik dengan kata ‘win-win solution’, kerahasiaan para
pihak terjamin, cepat dalam hal prosedural dan administratif, dan menjaga hubungan
para pihak. Proses penyelesaian sengketa non litigasi biasanya disebut dengan
Alternative Dispute Resolution (ADR). Proses non litigasi identik dengan dunia
ekonomi modern, bisnis, dan globalisasi. Dalam persengketaan di dunia perdagangan
atau ekonomi modern menuntut adanya suatu proses yang informal procedure and be
put in motion quickly. Pada prinsipnya, dalam dunia perdagangan atau dunia bisnis
semua pihak yang melakukan kontrak atau perjanjian ada kalanya terjadi sebuah
kesalahan dalam hal tafsir yang menimbulkan perselisihan yang berujung konflik.
Terjadinya salah tafsir terkait kontrak menjadi faktor yang sangat krusial dalam
gagalnya perjanjian. Para pihak merasa saling dirugikan dan tidak sesuai ekspektasi
3
I Wayan Wiryawan dan I Ketut Artadi, Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan, (Bali:
Udayana University Press), 2010, Hlm. 3.
2
awal. Munculnya perselisihan antara para pihak tentunya menuntut adanya proses
perjanjian dan kesepakatan lagi dalam pelaksanaannya.
3
waktu yang sudah ditetapkan undang-undang atau ketentuan yang putusan akhirnya
bersifat final dan mengikat para pihak.4
1. Negosiasi. Yaitu cara penyelesaian sengketa atau beda pendapat dengan cara
diskusi atau musyawarah secara langsung masing-masing pihak yang
bersangkutan dan hasilnya dapat diterima oleh para pihak tersebut. Resolusi
berdasarkan kesepakatan bersama yang bersifat win-win solution.
2. Mediasi. Yaitu upaya penyelesaian sengketa dengan melibatkan pihak ketiga atau
bisa disebut sebagai mediator yang sifatnya netral dan independen. Mediator
sifatnya hanya mengantarkan proses mediasi dan tidak berhak dalam memutus
hasil akhir mediasi. Hasil akhir sebuah resolusi tetap menjadi hak masing-masing
pihak. Sifat negosiasi dan mediasi hampir sama yaitu mencapai kata sepakat dan
hasil bersifat win-win solution.
4
Prayitna Abdurrasyid, Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional di Luar
Pengadilan, Makalah Seminar Nasional Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas Kristen Satya
Wacana, Salatiga, 1996, Hlm. 45.
5
Dewi Tuti Muryati dan Rini Heryanti, Pengaturan Dan Mekanisme Penyelesaian Sengketa
Nonlitigasi Di Bidang Perdagangan, Jurnal Dinamika Sosbud, Vol. 13, No. 1, Juni, 2011, Hlm. 55.
4
Biasanya arbitrase identik dan dekat dengan penyelesaian sengketa di bidang
perdagangan.
6
Gatot Soemartono, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka
Utama), 2006, Hlm. 4.
5
Mekanisme penyelesaian sengketa non litigasi diantaranya yaitu negosiasi;
mediasi; dan arbitrase dapat penulis jelaskan sebagai berikut:
1. Mekanisme Negosiasi
Negosiasi merupakan salah satu sarana bagi para pihak untuk mendiskusikan
terkait proses penyelesaian sengketanya tanpa adanya pihak ketiga. Negosiasi tidak
memerlukan adanya prosedural yang baku, tetapi para pihak bebas menentukannya
karena proses negosiasi dikontrol secara penuh oleh para pihak yang bersangkutan
saja. Menurut Garry Goodpaster, secara esensial terdapat tiga strategi dasar negosiasi
yaitu: bersaing (competiting); kompromi (compromising); kolaborasi pemecah
masalah (problem solving).7 Terdapat beberapa hal yang sangat mempengaruhi
keberhasilan dan jalannya negosiasi yaitu : kekuatan tawar-menawar; pola tawar-
menawar; strategi dalam tawar-menawar. Menurut Howard Raiffa sebagaimana yang
dikutip oleh Suyud Margono, terdapat tahapan-tahapan dalam melakukan negosiasi
yaitu: tahap persiapan; tahap tawaran awal; tahap pemberian konsesi; tahap akhir. 8
Agar suatu negosiasi dapat berjalan sesuai dengan ekspektasi dan berlangsung
dengan efektif dalam mencapai suatu kesepakatan yang stabil, ada beberapa kondisi
yang mempengaruhi negosiasi yaitu: willingness; preparedness; authoritative;
relative equal bargaining power.
2. Mekanisme Mediasi
7
Garry Goodpaster, Tinjauan Terhadap Penyelesaian Sengketa, (Jakarta: Ghalia Indonesia),
1995, Hlm. 21-24.
8
Howard Raiffa, The Art and Science of Negotiation, Cambridge, (Massachusetts: Havard
University Press), 1982, dalam Suyud Margono, Hlm. 48-50.
6
Mekanisme penyelesaian sengketa mediasi perlu ditunjukkan suatu peranan
dan fungsi yang dijalankan oleh seorang mediator yang independen yaitu:
penyelenggara pertemuan para pihak; pemimpin diskusi dengan netral; memelihara
dan menjaga aturan mediasi; pengendali emosi para pihak; dan menjadi pendorong
pihak agar mengemukakan pandangannya. Selain itu mediator juga berperan untuk
mempersiapkan dan membuat notulensi; merumuskan titik temu atau kesepakatan
para pihak dalam proses penyelesaiannya; menyusun dan mengusulkan alternatif
pemecah masalah; membantu para pihak menganalisis alternatif pemecah masalah.
Menurut Fuller sebagaimana yang dikutip oleh Suyud Margono terdapat tujuh fungsi
mediator yaitu: sebagai katalisator; sebagai pendidik; sebagai penerjemah; sebagai
narasumber; sebagai penyandang berita jelek; sebagai agen realitas; dan sebagai
kambing hitam.9 Pelaksanaan mediasi sebenarnya tergantung kepada kondisi sosial
dan budaya masyarakat dimana para pihak berada. Secara umum, mediasi
memerlukan suatu tahapan dalam pelaksanaannya yaitu: tahapan pembentukan
forum; tahap pengumpulan dan pembagian informasi; tahap penyelesaian masalah;
tahap pengambilan keputusan.
3. Mekanisme Arbitrase
Secara umum, proses penyelesaian sengketa dengan jalan arbitrase tidak jauh
dengan proses di pengadilan. Persamaannya adalah sama-sama menggunakan
mekanisme adjudikasif yaitu pihak ketiga yang dilibatkan dapat memutus sengketa
para pihak. Dari sifat yang sama dengan pengadilan, maka bukan win-win solution
lagi yang ditawarkan, melainkan sebuah hasil win-lose solution. Walaupun memiliki
kemiripan dengan proses litigasi, tetapi arbitrase bersifat tertutup (privat) yaitu
mencakup kebebasan dalam memilih arbiter, bebas dalam pemilihan hukum, tempat
dan waktu penyelenggaraan arbitrase. Putusan yang diberikan oleh seorang arbiter
mirip dengan putusan hakim yang bersifat final dan berkekuatan hukum tetap.
Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa menjelaskan bahwa proses arbitrase memiliki tiga tahapan yaitu: tahap
persiapan; tahap pra pemeriksaan; tahap pelaksanaan. Proses penyelesaian sengketa
9
Ibid.
7
melalui arbitrase dapat juga dilakukan dengam menggunakan lembaga arbitrase
nasional atau internasional sesuai dengan kesepakatan para pihak.
PENUTUP
Proses penyelesaian sengketa melalui jalur non litigasi di bidang perdagangan
sudah tidak asing lagi saat ini. Dalam kehidupan ekonomi modern, siklus
perdagangan dan bisnis terus berputar dengan cepat sehingga dalam penyelesaian
sengketanya juga memerlukan proses yang mudah, efektif dan efisien. Proses
penyelesaian sengketa non litigasi di bidang perdagangan antara lain menggunakan
beberapa proses yaitu: negosiasi; mediasi; dan arbitrase. Negosiasi dan mediasi lebih
bersifat win-win solution, bersifat informal dan kehendak dalam memutuskan hasil
akhir berada di tangan para pihak. Sedangkan arbitrase menghasilkan win-lose
solution yang cenderung mirip dengan proses litigasi di pengadilan. Peran seorang
arbiter setara dengan peran hakim yang dapat memutus perkara dengan hasil final
dan berkekuatan hukum tetap.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi Tuti Muryati dan Rini Heryanti. 2011. Pengaturan Dan Mekanisme
Penyelesaian Sengketa Nonlitigasi Di Bidang Perdagangan. Jurnal Dinamika
Sosbud. Vol. 13. No. 1. Juni. Hlm. 55.
8
Gatot Soemartono. 2006. Arbitrase dan Mediasi di Indonesia. (Jakarta: PT.Gramedia
Pustaka Utama). Hlm. 4.