Anda di halaman 1dari 11

Lex Privatum Vol. VIII/No.

2/Apr-Jun/2020

TINJAUAN HUKUM MARITIM BERKAITAN memelihara kapal agar tetap laik laut, prinsip-
DENGAN TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT prinsip tanggung jawab berdasarkan kesalahan
ANGKUTAN KAPAL LAUT DALAM KEGIATAN dan praduga serta batas-batas tanggung jawab
PERDAGANGAN INTERNASIONAL1 yang diberikan pengangkut selama
Oleh: Yoshua Yudha Octavianus2 menjalankan tugasnya seperti : bencana alam,
Harold Anis3 pembajakan laut, terorisme, resiko kewajiban
Cornelis Dj. Massie4 nakhoda memberikan pertolongan kepada
orang-orang yang ada dalam bahaya khususnya
ABSTRAK bila kapalnya terlibat dalam tubrukan.
Tujuan dilakukannya penelitian yaitu untuk Kata kunci: hukum maritime; angkutan kapal
mengetahui bagaimana bentuk-bentuk laut;
tanggung jawab pengangkutan barang melalui
kapal laut secara internasional dan bagaimana PENDAHULUAN
pertanggungjawaban pihak pengangkut barang A. Latar Belakang Masalah
melalui laut berdasarkan hukum nasional Kemaritiman berbeda makna dengan
Indonesia yang dengan metode penelitian kelautan walaupun keduanya saling
hukum normatif disimpulkan: 1. Bentuk-bentuk berhubungan. Kemaritiman diartikan bagian
pertanggungjawaban pengangkutan melalui dari kegiatan manusia yang mengacu pada
laut secara Internasional mendapat pengaruh pelayaran, pengangkutan laut, perdagangan,
dari Kamar Dagang Internasional (ICC) yang navigasi, keselamatan pelayaran, kapal,
dalam perkembangannya telah mengeluarkan pencemaran laut, wisata laut, kepelabuhan baik
Incoterms terbaru tahun 2020 untuk nasional maupun internasional, sedangkan
mempermudah arus perdagangan internasional kelautan ialah hal-hal yang berhubungan
dalam hal ini mengatur di mana terjadi kegiatan wilayah laut yang meliputi permukaan
penyerahan barang, pihak mana berkewajiban laut, kolom air, dasar laut dan tanah
membayar biaya pengangkutan, pengurusan dibawahnya.5
pengangkutan hingga pengalihan resiko atas Pada umumnya perdagangan internasional,
barang tersebut khususnya terms yang pengirim atau eksportir yang akan mengirim
mengatur hal tersebut yakni : FAS (Free atau mengekspor barangnya ke luar negeri
Alongside Ship), FOB (Free on Board), CNF (Cost lebih memilih jasa angkutan laut, pernyataan ini
and Freight), CIF (Cost Insurance and Freight). didukung data dari Indonesia National
Tanggung jawab pihak pengangkut juga ditegas Shipowners Association (INSA) atau Asosiasi
pada hasil konvensi internasional The Hague Pelayaran Nasional mengatakan dimana 80%
Rules pada artikel III dan IV mengatur perdagangan internasional melalui laut,
kewajiban pengangkut dalam walaupun pengiriman melalui laut memiliki
menyelenggarakan tanggung jawabnya dan rentan waktu lebih lama namun dibalik itu
batas tanggung jawab yang diberikan kepada banyak keuntungan dalam menggunakan
pengangkut selama terselenggaranya transportasi laut yaitu: biaya murah, kapasitas
pengangkutan. 2. Pertanggungjawaban pihak angkutan yang besar, dan jarak tempuh
pengangkut barang melalui laut secara Hukum angkutan yang jauh. Namun disamping itu
Nasional Indonesia diatur dalam buku kedua terdapat resiko-resiko selama perjalanan
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Undang- melalui laut yang dapat terjadi mengakibatkan
Undang nomor 17 tahun 2008 tentang kerusakan atau kerugian atas barang dagangan.
Pelayaran, Peraturan Pemerintah nomor 51 Atas hal tersebut, pentingnya hukum maritim
tahun 2002 tentang Perkapalan. Aturan mengenai tanggung jawab pengangkutan
tersebut mengatur kewajiban pengangkut barang melalui laut agar barang sampai ke
dalam hal menjaga keselamatan barang, tujuan dengan selamat yang dapat menjadi

1 Artikel Skripsi. 5 Maritim News, “Urgensi Undang-Undang Kemaritiman


2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. untuk Poros Maritim Dunia”,
16071101408 http://maritimnews.com/2016/09/urgensi-uu-
3 Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum kemaritiman-untuk-poros-maritim-dunia/ diakses pada
4 Fakultas Hukum Unsrat, Doktor Ilmu Hukum tanggal 20 November 2019

176
Lex Privatum Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020

pegangan bagi pihak pengirim dan penerima terhadap syarat-syarat perdagangan


7
dalam proses perdagangan internasional. internasional tersebut.
Hasil yang telah diupayakan oleh badan
B. Rumusan Masalah internasional ini adalah berhasil disusunnya
1. Bagaimana bentuk-bentuk tanggung serangkaian aturan mengenai syarat-syarat
jawab pengangkutan barang melalui (dan penjabarannya) bagi perdagangan
kapal laut secara internasional? internasional (international commercial terms
2. Bagaimana pertanggungjawaban pihak atau disingkat dengan “Incoterms”). Dengan
pengangkut barang melalui laut kata lain, Incoterms diadakan untuk
berdasarkan hukum nasional Indonesia? memberikan suatu perangkat aturan
internasional untuk menerjemahkan syarat-
C. Metode Penelitian syarat perdagangan internasional yang sering
Metode Penelitian yang digunakan penulis kali dipakai. Karena itu, dengan adanya
adalah metode penulisan hukum normatif. terjemahan yang seragam, maka dapat
dihindari timbulnya bermacam-macam
PEMBAHASAN penafsiran terhadap syarat-syarat perdagangan
A. Bentuk-Bentuk Pertanggungjawaban internasional.
Pengangkutan Barang Melalui Laut Secara Incoterms mengalami perkembangan
Internasional disetiap dekade, pertama pada tahun 2000
1) International Commercial Terms 2020 mengalami perubahan pada tahun 2010 dan
Kegiatan ekspor maupun impor pastilah kemudian edisi terbaru dari International
terjadi kegiatan pengiriman barang (cargo) dari Chamber of Commerce (ICC) adalah tahun 2020.
suatu negara ke negara lain. Dalam proses Jenis-jenis Incoterms 2020 antara lain: Ex
pengiriman tersebut sangat mungkin timbul Works (EXW), Free Carrier (FCA), Cost Paid To
berbagai persoalan seperti hilang atau rusaknya (CPT), Carrier and Insurance Paid To (CIP),
barang atau bahkan yang paling buruk adalah Delivery at Place (DAP), Delivery at Place
tidak terlaksananya penyerahan barang. Unloaded (DPU), Delivery Duty Paid (DDP), Free
Masalah pengiriman barang juga penting Along Ship (FAS), Free on Board (FOB), Cost and
karena menyangkut beberapa hal seperti siapa Freight (CFR), Cost Insurance and Freight (CIF). 8
yang berkewajiban membayar ongkos angkut, Kesebelas term ini telah mengalami perincian
biaya penimbunan, biaya asuransi, siapa yang secara rigid dalam hal kewajiban dan tanggung
menanggung risiko hilang dan rusaknya serta jawab kepada masing-masing pihak yang timbul
kapan risiko tersebut beralih dari eksportir dari perjanjian pengangkutan perdagangan
kepada importir. Untuk menjamin hak dan internasional.
kewajiban semua pihak yang terlibat maka Dalam proses perdagangan internasional
perlu ada kontrak perdagangan yang memberi yang dapat memberikan pengaruh dalam
kepastian tentang hak, kewajiban dan tanggung perekonomian negara khususnya catatan
jawab mereka masing-masing.6 devisa negara, tentu pelaksanaannya dapat
Seringkali para pihak dalam suatu perjanjian dibilang sangat kompleks karena tidak sedikit
perdagangan internasional tidak menyadari melibatkan berbagai pihak dalam hal ini
adanya praktik-praktik perdagangan yang pengangkutan melalui laut seperti : Perusahaan
berbeda antara negaranya dengan negara lain. Pelayaran, Freight Forwarder, Bea Cukai, Bank,
Hal ini dapat menimbulkan salah paham, atau Pelabuhan dan berbagai pihak yang mendukung
bahkan sengketa yang hanya akan didalamnya.
menghamburkan waktu dan biaya yang tidak Dalam pelaksanaan salah satu prinsip dari
sedikit. Untuk mencegah hal buruk demikian perdagangan internasional kebebasan
itu, International Chamber of Commerce (ICC)
berupaya mengurangi perbedaan penafsiran 7 Adhitya Christanto, Penggunaan Incoterms dalam
Perjanjian Perdagangan Internasional, Lambung
Mangkurat Law Journal, volume 1, issue 2, September
2016, FH Universitas Lambung Mangkurat, hlm. 207
6 Gunawan Widjaja & Ahmad Yani. Transaksi Bisnis 8 Johnatas Montezuma, “Incoterms 2020”,

Internasional Ekspor-Impor & Imbal Beli, Jakarta: Rajawali https://internationalcommercialterms.guru/ , diakses


Pers, 2001, hlm. 139 pada tanggal 2 Januari 2020

177
Lex Privatum Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020

berkontrak eksportir dan importir didukung Bill of Lading freight forwarder bertindak
oleh aturan internasional dari Kamar Dagang sebagai agen dalam hal ini sebagai pengangkut
Internasional (ICC) yaitu Internasional atas transaksi dari eksportir (pengirim) dan
Commercial terms 2020. Incoterms 2020 sangat importir (penerima). Dengan demikian, term
membantu untuk melaksanakan pengangkutan dimana pengalihan resiko barang sejak
barang khususnya melalui laut, dalam hal penerimaan di samping kapal pada pelabuhan
pengaturan dimana terjadi penyerahan barang, pemuatan menjadikan freight forwarder
pihak mana berkewajiban membayar biaya sebagai pengangkut memiliki tanggung jawab
pengangkutan, pengurusan pengangkutan hukum atas barang terhadap prinsipalnya yaitu
hingga pengalihan resiko kerusakan atau penerima (importir).
kerugian atas barang. 2) FOB (Free on Board)
Internasional Commercial terms yang Free on Board (FOB) yang artinya bebas di
mengatur penyerahan barang muatan dan atas kapal. Term ini mengandung syarat bahwa
pengangkutan melalui laut yaitu FAS (Free kewajiban utama ekspotir menyerahkan
Alongside Ship), FOB (Free on Board), CNF (Cost barang sampai di atas kapal, menyiapkan ijin
and Freight), CIF (Cost Insurance and Freight). ekspor dan biaya yang diperlukan dalam
Dimana empat term tersebut menjadikan melakukan pemuatan di atas kapal atau
ekportir maupun importir memiliki hubungan mengurus clean on board recipt. Kewajiban
hukum dengan pihak pengangkut yang utama importir mengurus angkutan, membayar
menjadikan pengangkut memiliki tanggung freight dan menanggung asuransinya. Resiko
jawab terhadap barang dagangan tersebut, kerusakan atau kerugian atas barang berpindah
penjelasan lebih lanjut mengenai terms kepada importir setelah penyerahan barang
tersebut sebagai berikut : diatas kapal. 10
1) FAS (Free Alongside) Pada praktik tanggung jawab hukum
Free Along Side yang artinya bebas di pengangkut hampir sama dengan term Free
dermaga samping kapal ini memiliki syarat Alongside Ship (FAS) yang telah terurai di atas.
makna yang dimana penjual wajib Hanya saja yang membedakan eksportir kali ini
mengantarkan barang sampai dermaga di yang mengurus perijinan ekspor oleh kepabean
samping sisi sebelah kapal yang disediakan oleh serta mengurus dokumen dan biaya dalam
pembeli (importir) di pelabuhan embarkasi melakukan pemuatan di atas kapal yang sudah
(pemuatan). Penyerahan barang adalah di disiapkan oleh importir atau agen pengangkut
samping kapal maka segala hal milik dan resiko dari importir, yang menjadikan pengalihan
atas barang beralih kepada pembeli (importir) resiko barang atau tanggung jawab pengangkut
sejak penyerahan dilakukan di samping kapal. 9 terjadi saat barang sudah berada di atas kapal.
Pada praktiknya biasanya pembeli (importir) 3) CNF (Cost and Freight)
menggunakan jasa agen freight forwarder Cost and Freight (CNF) artinya ongkos dan
dalam pengurusan pengangkutan melalui kapal biaya pengangkutan. Term ini mengandung
laut, dengan demikian penyerahan barang syarat yang dimana kewajiban utama eksportir
tersebut diterima oleh freight forwarder dalam mengurus angkutan, membayar freight sampai
hal ini bertindak sebagai agen yang melindungi pelabuhan tujuan, menyiapkan ijin ekspor,
kepentingan prinsipalnya yaitu penerima pajak dan biaya yang diperlukan dalam
(eksportir). melakukan pemuatan. Resiko kerusakan atau
Freight forwarder disebut bertindak sebagai kerugian dari eksportir ke importir saat
prinsipal yang melakukan pemuatan barang melewati pagar kapal di pelabuhan pemuatan.
11
sampai diatas kapal dan pengurusan Ocean Bill
of Lading oleh Perusahaan Pelayaran, Pada praktiknya Cost and Freight Incoterms
menjadikan freight forwarder bertindak sebagai 2020 ini, eksportir mengunakan jasa agen
pengirim barang dan perusahaan pelayaran freight forwarder dalam hal mengurus
sebagai pengangkut. Perihal pengurusan House angkutan sampai ke pelabuhan tujuan serta

10 Hamdani & Haikal, Selak Beluk Perdagangan Ekspor


9Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Impor Jilid III,Jakarta: BUSHINDO,2018, hlm. 32
Bandung: PT Citra Aditya Bakti,2013, hlm.216 11 Hamdani & Haikal, Loc.cit

178
Lex Privatum Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020

kegiatan lain didalamnya. Dengan kata lain dan tentunya mempelancar arus perdagangan
freight forwarder sebagai pengangkut yang internasional.
memiliki tanggung jawab hukum kepada 2) The Hague Rules
eksportir maupun importir dalam hal menjaga Sepanjang abad ke-19, pengangkutan
keselamatan barang. Batas tanggung jawab barang melalui laut berkembang pesat akibat
freight forwarder kepada eksportir berakhir pertumbuhan bisnis dan perdagangan
sampai barang di atas kapal dan sudah siap internasional. Lahirnya The Hague Rules tahun
untuk berangkat, setelah itu pengangkut 1924 di Brusel sebagai konvensi internasional
bertanggung jawab dengan importir sampai diharapkan dapat menjaga kepentingan barang
barang di atas kapal pada pelabuhan tujuan dengan sebaik mungkin didasarkan pada
yang selanjutnya kewajiban impotir yaitu tanggung jawab pengangkut didalamnya.
mendapatkan dokumen pengangkutan, Konvensi ini diratifikasi oleh 86 negara
mengurus ijin impor oleh kepabeanan serta termasuk Amerika Serikat, Belanda, Inggris dan
melakukan bongkar muat di pelabuhan tiba. lain-lain. Pada perkembangannya, The Hague
4) CIF (Cost Insurance Freight) Rules telah diamandemen dengan protokol
Cost Insurance Freight (CIF) yang artinya Visby disebut dengan The Hague-Visby Rules
ongkos, premi asuransi dan biaya angkutan. 1968 yang diratifikasi oleh 24 negara seperti
Term ini mengandung syarat bahwa eksportir Inggris, Australia, Kanada, dan lain-lain.
wajib mengantarkan barang sampai ke Berdasarkan konvensi tersebut, tanggung
pelabuhan tujuan. Ongkos, premi asuransi jawab pengangkut dimulai sejak barang dimuat
dengan syarat minimum dan biaya diatas kapal dan berakhir saat keluar dari sling
pengangkutan dibayar oleh eksportir walaupun kapal (from leading to loading atau from tackle
demikian hak milik dan resiko kerugian atas to tackle. Ketentuan tersebut dijabarkan dalam
barang beralih kepada importir sejak barang Pasal I (e): Pengangkutan barang-barang
berada di kapal pada pelabuhan embarkasi dimuat ke dalam kapal sampai barang-barang
(pemuatan).12 dibongkar dari kapal (from end of tackle to end
Praktiknya hampir sama dengan term CNF of tackle). Jadi menurut ketentuan ini,
(Cost and Freight) yang membedakan hanya pengangkut bertanggung jawab sejak barang
eksportir wajib mengasuransikan barangnya diangkut di atas kapal, terkait pemeliharaan
selama perjalanan bersama pengangkut. kapal diatur dalam Pasal III sebagai berikut: 13
Dikarenakan segala resiko barang beralih di (1) Pengangkut berkewajiban sebelum dan
kapal pelabuhan pemuatan maka klaim pada waktu dimulai pelayaran untuk
asuransi dapat dilakukan oleh importir melaksanakan dengan sewajarnya
(pembeli) apabila barang tersebut mengalami untuk :
kerusakan atau kerugian yang disebabkan a. menjadikan kapal layak laut;
bukan kesengajaan/kesalahan dari pengangkut b. cukup anak buah kapal,
seperti: bencana alam, terorisme, dan batas- perlengkapan, dan pembekalan;
batas tanggung jawab pengangkut lainnya yang c. mempersiapakan ruangan-ruangan
disepakati dengan pihak asuransi. muatan
Berdasarkan Incoterms 2020 waterway (2) Berkewajiban memuat barang ke atas
(jalur laut) yang sebagai choice of law, pada kapal dengan sewajarnya
prosesnya sangat bergantung pada transportasi (3) Wajib memberikan surat muatan yang
melalui laut yang dimana importir maupun menyatakan :
eksportir harus melibatkan pihak pengangkut a. merek untuk mengenal barang;
dalam proses perpindahan barang. Dengan b. Jumlah koli atau potong; dan
begitu perdagangan internasional saling c. keadaan barang.
berintegrasi dengan hukum maritim dalam hal (4) Surat muatan berlaku sebagai alat
pengangkutan melalui laut, agar setiap bukti, kecuali ada bukti sebaliknya
kepentingan masing-masing pihak tetap terjaga

13Sentosa Sembiring,Hukum Pengangkutan Laut,


12 Abdulkadir Muhammad, Op.cit, Hal.218 Bandung:Nuansa Aulia, 2019, hlm. 117

179
Lex Privatum Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020

(5) Pengirim dianggap memberi jaminan berlindung dalam pelabuhan yang tidak
kepada pengangkut atas merek atau termasuk dalam rencana perjalanan
jumlah sebagai usaha untuk menghindari
(6) Klaim atas kerusakan barang, diajukan topan yang sedang lewat di daerah jalur
paling lambat 3 hari, setelah barang pelayaran kapal yang bersangkutan.
diterima ini berarti, segala kerugian dan kerusakan
(7) Surat muatan merupakan dokumen yang terjadi sebagai akibat dari penyimpangan
perkapalan arah seperti yang disebutkan di atas berada di
(8) Setiap syarat, perjanjian atau luar tanggung jawab pengangkut, sehingga
persetujuan dalam suatu perjanjian pengangkut tidak dapat dituntut untuk
pengangkutan yang membebaskan mengganti kerugian dan kerusakan yang
pengangkut atau kapal dari tanggung terjadi.15
jawab atas kerugian atau kerusakan
yang berhubungan dengan barang- B. Pertanggungjawaban Pihak Pengangkut
barang sebagai akibat dari kelalaian, Barang Melalui Laut Berdasarkan Hukum
kesalahan atau kekurangan dalam Nasional Indonesia
memenuhi kewajiban, maupun 1. Hak & Kewajiban Pengangkut
mengurangi tanggung jawab, “secara a) Perusahaan Pelayaran
mutlak tidak berlaku sama sekali”. Kedudukan Perusahaan Pelayaran
mengambil peran yang penting dalam proses
Berdasarkan aturan tersebut, dapat perpindahan barang dengan menggunakan
diartikan bahwa ada jangka waktu atau periode kapal sebagai transportasi laut. Dengan begitu
tersebut yang membatasi tanggung jawab Perusahaan Pelayaran mempunyai hubungan
pengangkut. Jangka waktu tersebut yang telah hukum dengan pengguna jasa angkutan yaitu
disepakati pengangkut berkewajiban untuk pihak pengirim barang atau freight forwarder
menjaga keselamatan barang yang diangkut. yang tertuang dalam perjanjian pengangkutan.
Dalam Artikel IV (4) mengenai deviation Disamping itu Perusahaan Pelayaran memiliki
clause. Apabila diperhatikan setiap lembaran hak dan kewajiban yang harus dipenuhi
bill of lading, maka akan selalu ditemui tujuannya agar memperlancar kegiatan
ketentuan-ketentuan yang menetapkan bahwa perekonomian nasional salah satunya melalui
kapal tidak diharuskan untuk berlayar melalui arus perdagangan internasional sesuai dengan
jalur yang biasanya dilayari atau yang sudah salah satu tujuan dibentuknya Undang-Undang
diumumkan akan dilayari. Mengenai ketentuan nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran.
itu, berikut salah satu contoh dari deviation Dalam hal Perusahaan Pelayaran
clause yang dimuat dalam suatu konosemen melaksanakan tugasnya, Perusahaan Pelayaran
(bill of lading) yang dikeluarkan oleh sebuah sebagai pengangkut memiliki hak sebagai
perusahaan pelayaran. 14 berikut :16
Agar dapat menetapkan kepada siapakah (a) Menerima biaya angkutan
risiko penyimpangan arah itu dibebankan telah (b) Menerima pemberitahuan barang yang
ditegaskan pula dalam The Hague Rules dikirim
mengenai penyimpangan yang dianggap sah (c) Menerima dokumen atau surat-surat
dan penyimpangan yang dianggap tidak sah. barang yang hendak dikirim
Penyimpangan-penyimpangan yang dianggap Perusahaan Pelayaran menerima biaya
sah ialah jika penyimpangan arah itu dilakukan angkutan diatur dalam Pasal 491 KUHD yang
dalam rangka usaha untuk : menyatakan setelah penyerahan barang di
(a) Menyelamatkan atau berusaha tempat tujuannya, penerima harus membayar
menyelamatkan nyawa dan harta biaya angkutannya dan apa yang selanjutnya
benda di laut. harus dibayar dengan dokumennya yang
(b) Menjaga kepentingan pengangkut dan berdasarkan itu telah menerima
para pemilik muatan, misalnya kapal penyerahannya. Pasal 492 KUHD selanjutnya

14Djafar Al Bram, Pengantar Hukum Pengangkutan Laut 15 Ibid, hlm.34


(Seri Buku Ajar),(Jakarta: PKIH FHUP, 2013) , hlm.33 16 Sentosa Sembiring, Op.cit, hlm. 26

180
Lex Privatum Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020

menjelaskan bila biaya angkutannya ditetapkan barang selamat sampai tujuan. Kewajiban
menurut ukuran, berat, atau bilangan barang- tersebut antara lain :
barang yang harus diangkut, maka hal itu 1) Menjaga keselamatan barang
dihitung menurut ukuran, berat atau bilangan Menurut KUHD tepatnya di Pasal 91 yang
yang ada pada barang-barang itu pada waktu menyatakan bahwa para pengangkut dan
penyerahan terhadap penerima, kecuali bila juragan kapal harus bertanggung jawab atas
ternyata, bahwa ukuran berat atau bilangannya semua kerusakan yang terjadi pada barang-
pada waktu pengambilanalihan diangkut lebih barang dagangan atau barang-barang yang
sedikit yang dalam hal itu biaya pengukuran, telah diterima untuk diangkut, kecuali hal itu
penimbangan dan perhitungan pada waktu disebabkan oleh cacat barang itu sendiri, atau
penyerahan dibebankan kepada pengangkut, oleh keadaan di luar kekuasaan mereka atau
kecuali bila dalam pelabuhan itu ada kebiasaan oleh kesalahan atau kelalaian pengirim atau
yang lain. Perhitungannya menurut ketentuan- ekspeditur sendiri.
ketentuan usaha.17 2) Memelihara kapal agar tetap laik laut
Perusahaan Pelayaran juga berhak terhadap Dalam hal kelaiklautan suatu kapal
pemberitahuan barang apa yang dikirim, hal ini ditegaskan dalam Pasal 320 dan 321 KUHD yang
diatur dalam Pasal 469 KUHD yang menjelaskan pada unsurnya menyatakan bahwa pertama,
bahwa pengangkut hanya bertanggung jawab pengusaha kapal harus melakukan
bila kepadanya diberitahukan tentang sifat dan pemeliharaan kapal secara teratur;
nilai barang itu sebelum atau pada waktu ia perlengkapan kapal harus secara lengkap di
menerimanya.18 Dengan begitu pengangkut atas kapal; dan ketiga, anak buah kapal harus
terbebas dari tanggung jawab apabila pengirim lengkap. Kedudukan anak buah kapal harus
tidak memberitahu barang sebenarnya yang sesuai dengan perjanjian kerja yang
dikirim. ditandatangani oleh pemilik kapal. Jika kapal
Perusahaan Pelayaran membutuhkan tidak laik laut, pengangkut harus bertanggung
dokumen dari pihak pengirim khususnya untuk jawab dalam hal kerugian yang timbul dari
ekspor sebagai berikut:19 barang pengiriman tersebut. Lebih kongkrit lagi
a) Faktur penjualan (commercial invoice); tentang kelaiklautan dapat dilhat dalam
b) Lisensi ekspor (export lisensi); Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
c) Daftar pengemasan (packing list); Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan.
d) Daftar besar (weight list); Pemenuhan setiap persyaratan kelaiklautan
e) Sertifikat asal (certificate of origin); kapal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
f) Sertifikat pemeriksaan (certificate of dibuktikan dengan sertifikat kapal dan/atau
inspection); surat kapal sesuai dengan ketentuan yang
g) Sertifikat pemuatan (certificate of diatur dalam Peraturan Pemerintah ini.
loading); 2. Tanggung Jawab Pengangkut
h) Sertifikat asuransi (certificate of Persoalan tanggung jawab pengangkut ini
insurance) atau polis asuransi (insurance timbul karena adanya kewajiban dalam
policy); perjanjian pengangkutan. Lebih jelas dijabarkan
i) Pemberitahuan ekspor barang. dalam Pasal 468 KUHD : “Perjanjian
Sejumlah dokumen tersebut dibutuhkan pengangkutan menjanjikan pengangkut untuk
oleh pengangkut dalam menentukan apakah menjaga keselamatan barang yang harus
barang yang akan dikirim sudah memenuhi diangkut dari saat penerimaan sampai saat
persyaratan untuk dapat diangkut ke tempat penyerahannya. Pengangkut harus mengganti
tujuan yang diinginkan oleh pengirim dan/atau kerugian karena tidak menyerahkan seluruh
pemilik barang. atau sebagian barangnya atau karena ada
Disisi lain sebagai pengangkut Perusahaan kerusakan, kecuali bila Ia membuktikan bahwa
Pelayaran juga mempunyai kewajiban agar tidak diserahkannya barang itu seluruhnya atau
sebagian atau kerusakannya itu adalah akibat
17 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
suatu kejadian yang selayaknya tidak dapat
18 Ibid dicegah atau dihindarinya, akibat sifatnya,
19 Radiks Purba, Angkutan Laut Jilid 2, (Jakarta : Rineka keadaannya atau suatu cacat barangnya sendiri
Cipta, 1997), hlm. 70

181
Lex Privatum Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020

atau akibat kesalahan pengirim. Ia bertanggung Bahwa akan tetapi setelah barang tersebut
jawab atas tindakan orang yang diterima oleh PT. Toba Surimi Industries di
dipekerjakannya, dan terhadap benda yang Pelabuhan Belawan mengalami kerusakan
digunakannya dalam pengangkutan itu”.20 dikarenakan pengangkut tidak menjaga secara
3. Batasan Tanggung Jawab baik dan benar pengaturan/pemberian
Pengangkut dapat menentukan batas temperature atau dengan kata lain
tanggung jawab jika terjadi kerugian yang pengaturan/pemberian temperature telah
timbul, prinsip ini dalam hukum pengangkutan melebihi ambang batas yang dikehendaki oleh
dikenal dengan limitation of liability. Adapun Penggugat sebagaimana dimaksud dalam Bill Of
alasan prinsip pembebasan tanggung jawab Lading Instruction. Bahwa atas kerusakan
diperkenankan dalam pengangkutan, adalah:21 barang terhadap 1 (satu) unit container berisi
a. Adanya limit tertentu merupakan suatu Canned Pasteurized Crabmeat: 24.000 lbs. Net
dasar untuk menyelesaian tuntutan ganti Weight: 10,880 Kgs, Gross Weight: 13,800 Kgs
rugi dengan secepat-cepatnya dan milik Penggugat menjadi beku dan kwalitasnya
semudah-mudahnya tanpa harus menurun, sehingga tidak dapat dipergunakan
meminta perantaraan hakim. lagi (rusak), atas kerusakan tersebut
b. Dilihat dari sudut pandang pengangkut menimbulkan kerugian materil sejumlah
untuk melihat kemungkinan resiko yang tersebut dalam Commercial Invoice “Return
akan dihadapi dalam mengoperasikan Cargo” yaitu $ 237,960 (dua ratus tiga puluh
armadanya. tujuh ribu sembilan ratus enam puluh USD)
4. Contoh Kasus (Putusan Mahkamah Agung atau senilai Rp 3.331.440.000 (tiga miliar tiga
nomor 2316 K/Pdt/2015) ratus tiga puluh satu juta empat ratus empat
a) Kasus Posisi puluh ribu rupiah).
Bahwa PT. Toba Surimi Industries atau b) Pelaksanaan Tanggung Jawab
penggugat/termohon kasasi adalah salah satu Pertimbangan Majelis Hakim Berdasarkan
perusahaan yang bergerak dalam bidang Barang Bukti Bahwa sesungguhnya tak terbukti
pengalengan dan pembekuan hasil laut, dan adanya hubungan hukum antara Pemohon
didirikan berdasarkan hukum Negara Republik Kasasi/Pembanding/Penggugat dengan
Indonesia dan PT. Bumi Hanjaya Logistics atau Termohon Kasasi berdasarkan fakta -fakta
pemohon kasasi/tergugat adalah salah satu hukum sebagai berikut:
perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa 1) Berdasarkan bukti T-l dokumen berjudul :
ekspedisi. Bahwa pada awalnya Penggugat ada "Forwarding/Shipping Instruction" tidak ada
mengirim 1 (satu) unit container berisikan menyebutkan nama Tergugat, tetapi hanya
Canned Pasteurized Crabmeat: 24.000 lbs., Net menyebutkan antara lain :
Weight: 10,880 Kgs, Gross Weight: 13,800 Kgs (a) Pihak pengirim barang (Shipper)
kepada buyer Penggugat yaitu Stavis Seafoods adalah : Stavis Seafood, INC.;
Inc. Boston-USA, namun buyer Penggugat (b) Pihak penerima barang (Consignee)
tersebut mengalami kesulitan untuk adalah : PT. Toba Sarimi Industries;
mendistribusikannya di Amerika oleh karena (c) Pihak Pengangkut (Carrier) adalah :
terdapatnya kesalahan cetak label pada Canned Hanjin;
Pasteurized Crabmeat. Atas dasar tersebut, (d) Pihak Pemberitahu : PT. Toba Sarimi
kemudian Stavis Seafoods Inc. Boston-USA Industries;
mengembalikan (meretur) terhadap 1 (satu) (e) Referensi Agen Pelayaran : Kosong;
unit container dengan mengunakan jasa freight (f) Pelabuhan Muat : Boston, Amerika
forwarder yaitu PT. Hanjins Logistic dibantu Serikat;
oleh PT. Bumi Hanjaya Logistics dalam (g) Petikemas (container) : SZLU9603820;
melakukan handling pengiriman kepada PT. Bahwa dengan demikian telah terbukti
Toba Surimi Industries untuk dilakukan berdasarkan dokumen bukti T-l berjudul:
perbaikan. "Forwarding/Shipping Instruction" dimaksud
adalah merupakan dokumen yang berisi
perintah pengangkutan dari pihak Pengirim
20 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Shipper) barang (cargo) kepada pihak
21 Sentosa Sembiring, Op.cit, hlm. 115

182
Lex Privatum Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020

Pengangkut (Carrier). Pihak Stavis Seafood, Inc menerapkan hukum sebagaimana mestinya,
sebagai pihak Pengirim barang (ekspeditur) karena alasan-alasan sbb :
memerintahkan pihak Pengangkut untuk a. Terbanding bukanlah pihak pengirim
membawa barangnya dengan kapal laut hingga barang atau Pengangkut (yang disebut
diterima pihak penerima barang (Consignee). oleh Judex Facti sebagai ekspeditur).
Hal ini membuktikan bahwa pihak Tetapi pihak Stavis Seafood, Inc. sebagai
Terbanding/Penggugat (selaku pihak penerima pengirim barang, yaitu barang dikirim
barang) hanya punya hubungan hukum secara dari Pelabuhan Boston, Amerika Serikat
formil dan materil dengan pihak pengirim ke Pelabuhan Belawan, Sumatera Utara,
barang (ekspeditur) dan/atau pihak dimana Terbanding/Penggugat adalah
Pengangkut; Bahwa oleh karena itu sebagai pihak Penerima Barang;
berdasarkan bukti T-l dimaksud telah terbukti b. Bahwa sangat tidak adil Pemohon
bahwa pihak Pengirim barang yang disebut Kasasi/Pembanding/Tergugat dihukum
dalam pertimbangan Putusan Majelis Hakim bertanggung jawab untuk mengganti
sebagai ekspeditur yang membuat instruksi kerugian pada sesuatu yang diluar tugas
kepada pihak pengangkut (Carrier) adalah dan tanggung jawabnya, karena
kedua pihak yang mempunyai hubungan Pembanding/Tergugat bukanah pihak
hukum yang wajib bertanggung jawab atau pengirim barang atau ekspeditur (yang
pihak yang semestinya patut (layak) digugat dimaksud oleh Majelis Hakim) atau
oleh Penggugat; Pemohon Kasasi/Pembanding/Tergugat
2) Bahwa telah tidak terbukti adanya bukanlah sebagai pihak pengangkut,
hubungan hukum antara Pemohon tetapi Pemohon Kasasi/Pembanding/
Kasasi/Perbanding/Tergugat dengan Tergugat hanyalah pihak yang
Termohon Kasasi/Terbanding/ Penggugat menyediakan jasa pengurusan
terbukti, Pembanding/Tergugat berdasarkan kedatangan kapal dan barang di
dokumen bukti surat dimaksud berjudul Bill Pelabuhan Belawan tempat barang tiba
of Lading (Konosemen) tertanggal 21 Juni dari Boston, Amerika Serikat;
2012 (Bukti T-2) yang dikeluarkan oleh c. Berdasarkan alasan-alasan hukum
Hanjin Logistics sebagai pihak Pengangkut, tersebut diatas, maka
menyebutkan pihak-pihak sebagai berikut : Pembanding/Tergugat mohon agar
i. Hanjin Logistics adalah pihak yang dibebaskan dari kewajiban membayar
betindak sebagai pengangkut ganti kerugian kepada
(Carrier); Terbanding/Penggugat.
ii. Stavis Seafoods Inc. adalah Shipper Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung
(pengirim barang) atau eksportir nomor 2316 K/Pdt/2015, dalam hal ini penulis
(pengekspor barang); mencoba menganalisa tanggung jawab atas
iii. PT. Toba Surimi Industries adalah kerugian yang timbul sebagai berikut :
Consignee (penerima barang) dan a) Tanggung jawab freight forwarder atas
juga sebagai Notify party (pihak Yang kerugian yang timbul
memberitahukan). Jika mengacu dokumen pengangkutan
iv. PT. Bumi Hanjaya Logistics adalah sebagaimana barang bukti di atas, PT Stavis
Forwarding Agent Referance; menggunakan jasa pengangkutan dari PT
v. Place of Receipt (pelabuhan tempat Hanjins sampai ke pelabuhan tujuan dan
penerimaan barang) : Boston, diterima oleh agen freight forwarder dari PT
Amerika Serikat; Toba Industries yaitu PT Bumi Hanjaya di
vi. Port of Discharge/Place of deliver by pelabuhan tiba di mana sebagai agen freight
Carrier (pelabuhan tempat forwarder bertanggung melakukan handling
penyerahan barang oleh pengangkut). pengiriman yang memiliki kewajiban mengurus
3) Bahwa berdasarkan barang bukti dari dokumen dengan kepabeanan mewakili
penggugat, pertimbangan hukum dan prinsipalnya, melakukan bongkar muat hingga
putusan Judex Facti tersebut adalah sangat diterima oleh PT Toba Industries (penerima) di
keliru, tidak berdasarkan hukum, tidak pelabuhan tiba. Dengan begitu PT. Hanjins

183
Lex Privatum Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020

Logistic bertindak sebagai pengangkut barang keadaan barang milik pengirim. Dalam hal ini
sesungguhnya dan harus bertanggung jawab freight forwarder berurusan dengan
terhadap kerusakan barang dari saat Perusahaan Pelayaran untuk mengirim barang
penerimaan sampai saat penyerahannya sesuai tersebut, dengan begitu Perusahaan Pelayaran
Pasal 468 KUHD maupun juga prinsip The memiliki hubungan hukum dengan freight
Hague Rules dimana tanggung jawab forwarder yang bertindak sebagai pemilik
pengangkut dimulai sejak barang dimuat diatas barang, menjadikan Perusahaan Pelayaran
kapal dan berakhir saat keluar dari sling kapal sebagai pengangkut yang bertanggung jawab
(from leading to loading atau from tackle to atas kerusakan/kehilangan akibat dari kelalaian
tackle). dari pengangkut. Hubungan hukum tersebut
Perjanjian pengangkutan tersebut timbul dari dokumen perjanjian pengangkutan
menggunakan term Cost and Freight (CNF) yang dikeluarkan oleh Perusahaan Pelayaran
Incoterms 2020. Secara internasional yaitu Ocean Bill of Lading, Shipping Instruction
khususnya Incoterm Cost and Freight tersebut, serta dokumen-dokumen terkait yang
dimana tanggung jawab pengangkut terhadap mendukung. Atas dasar tersebut, freight
segala resiko kerusakan atau kerugian barang forwarder (PT Hanjins Logistic) berhak klaim
beralih importir sejak diatas kapal di pelabuhan ganti rugi kepada Perusahaan Pelayaran yang
tiba dan telah diterima oleh importir/agen digunakan.
importir. Atas hal tersebut Putusan Judex Facti
menyatakan PT Bumi Hanjaya harus PENUTUP
bertanggung jawab sebagai agen dalam A. Kesimpulan
aktifitas penyerahan barang bertindak sebagai 1) Bentuk-bentuk pertanggungjawaban
penerima (PT Toba Industries) seharusnya pengangkutan melalui laut secara
melakukan pengawasan terhadap kondisi Internasional mendapat pengaruh dari
barang terlebih dahulu sesuai dokumen Kamar Dagang Internasional (ICC) yang
pengangkutan sebelum barang itu diserahkan dalam perkembangannya telah
kepadanya, dikarenakan hal tersebut tidak mengeluarkan Incoterms terbaru tahun
dilakukan maka sesuai prosedur klaim yang 2020 untuk mempermudah arus
lazim paling lambat 3 (tiga) hari barang diterima perdagangan internasional dalam hal ini
mengajukan secara tertulis klaim kerugian mengatur di mana terjadi penyerahan
tersebut kepada pengangkut, namun hal itu barang, pihak mana berkewajiban
juga diabaikan oleh PT Bumi Hanjaya atau PT membayar biaya pengangkutan,
Toba Industries sebagai penerima barang pengurusan pengangkutan hingga
(importir). pengalihan resiko atas barang tersebut
Dari hal di atas penulis berpandangan khususnya terms yang mengatur hal
terdapat kesenjangan antara barang bukti tersebut yakni : FAS (Free Alongside
dengan fakta perjanjian dalam Incoterms yang Ship), FOB (Free on Board), CNF (Cost and
digunakan. Kesenjangan dalam hal ini dapat Freight), CIF (Cost Insurance and Freight).
menimbulkan interpretasi sendiri dari penegak Tanggung jawab pihak pengangkut juga
hukum. Hal ini dapat terjadi disamping ditegas pada hasil konvensi internasional
perkembangan bisnis yang pesat, hukum The Hague Rules pada artikel III dan IV
maritim saat ini dalam hal pengangkutan saat mengatur kewajiban pengangkut dalam
ini baik internasional maupun nasional tidak menyelenggarakan tanggung jawabnya
mengakomodir secara komprehensif mengenai dan batas tanggung jawab yang diberikan
hubungan hukum antar pihak pengangkut dan kepada pengangkut selama
dokumen hukum yang timbul dari perjanjian terselenggaranya pengangkutan.
pengangkutan. 2) Pertanggungjawaban pihak pengangkut
b) Tanggung Jawab Perusahaan Pelayaran atas barang melalui laut secara Hukum
kerugian yang timbul Nasional Indonesia diatur dalam buku
PT Hanjins Logistic sebagai freight forwarder kedua Kitab Undang-Undang Hukum
memiliki kewajiban untuk mencari angkutan Dagang, Undang-Undang nomor 17
transportasi laut yang layak dan sesuai dengan tahun 2008 tentang Pelayaran, Peraturan

184
Lex Privatum Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020

Pemerintah nomor 51 tahun 2002 timbul dari perjanjian pengangkutan


tentang Perkapalan. Aturan tersebut melalui laut terjadinya konsistensi
mengatur kewajiban pengangkut dalam penegakan hukum dan tercipta peradilan
hal menjaga keselamatan barang, yang sederhana, cepat dan biaya ringan.
memelihara kapal agar tetap laik laut,
prinsip-prinsip tanggung jawab DAFTAR PUSTAKA
berdasarkan kesalahan dan praduga Adolf, H. (2004). Hukum Perdagangan
serta batas-batas tanggung jawab yang Internasional. Jakarta: Rajawali.
diberikan pengangkut selama Asikin, Z. (2014). Hukum Dagang. Jakarta: PT
menjalankan tugasnya seperti : bencana RajaGrafindo Persada.
alam, pembajakan laut, terorisme, resiko Bagus, I. (2000). Aspek-Aspek Hukum Perdata
kewajiban nakhoda memberikan Internasional dalam Transaksi Bisnis
pertolongan kepada orang-orang yang Internasional. Bandung: PT Refika
ada dalam bahaya khususnya bila Aditama.
kapalnya terlibat dalam tubrukan. Black, H. C. (1990). Black's Law Dictionary 5e.
B. Saran St. Paul Minn West Publishing.
1) Dengan berkembangnya dunia industri Bram, D. A. (2013). Pengantar Hukum
global saat ini menjadikan perdagangan Pengangkutan Laut (Seri Buku Ajar).
internasional semakin kompleks ditandai Jakarta: PKIH FHUP.
dengan keluarnya Incoterms hingga edisi Haikal, H. &. (2018). Selak Beluk Perdagangan
terbaru tahun 2020, disamping itu aturan Ekspor Impor Jilid II. Jakarta:
internasional tanggung jawab BUSHINDO.
pengangkut mengacu pada konvensi Hanajat, I. (2013). Hukum Maritim. Jakarta:
internasional The Hague Rules masih Direktorat Pendidikan Menengah
kurang relevan dan condong Kejuruan.
menguntungkan pengangkut untuk itu Ibrahim, J. (2005). Teori dan Metode Penelitian
perlu adanya pembaruan secara rigid Hukum Normatif . Malang: Bayumedia
pertanggungjawaban terlebih khusus Publishing.
terhadap pengaturan batas tanggung Idham, A. (1995). Pranata Jaminan Kebendaan
jawab pengangkut agar tidak Hipotik Kapal Laut dan Masalah
disalahgunakan atau dimanfaatkan pihak Eksekusi Hipotik Kapal Laut Ditinjau
pengangkut agar terbebas dari tanggung dari Hukum Maritim. Bandung: Alumni.
jawabnya. Kartini, E. (2015). Hukum Maritim. Yogyakarta:
2) Mengacu pada perkembangan dunia Deepublish.
industri global yang disebutkan di atas, Muhammad, P. A. (2013). Hukum
pada kenyataannya penerapan hukum di Pengangkutan Niaga. Bandung: PT
Indonesia dalam hal ini mengenai Citra Aditya Bakti.
tanggung jawab pengangkutan khusus Nugraha, E. (2017). Laut Sumber Kehidupan.
pengangkutan melalui laut masih Jakarta: STP PRESS.
dirasakan belum responsif. Contoh kasus Purba, R. (1997). Angkutan Laut Jilid 2. Jakarta:
pada Putusan Mahkamah Agung nomor Rineka Cipta.
2316 K/Pdt/2015 yang membatalkan Ronosentono, H. N. (1997). Pengetahuan Dasar
Putusan Judex Facti Putusan Pengadilan Tatalaksana Freight Forwarding.
Tinggi Medan Nomor Jakarta: Infomedika.
40/PDT/2014/PT.MDN tanggal 24 April Sembiring, S. (2019). Hukum Pengangkutan
2014 yang menguatkan Putusan Laut. Bandung: Nuansa Aulia.
Pengadilan Negeri Medan Nomor Sunedi, A. (2014). Hukum Ekspor. Jakarta: Raih
666/Pdt.G/2012/PN.Mdn tanggal 26 Asa Sukses.
Agustus 2013; menunjukkan pentingnya Yani, G. W. (2001). Transaksi Bisnis
pembaruan KUHD, Undang-Undang Internasional (Ekspor-Impor & Imbal
terkait yang mencantumkan secara tegas Beli). Jakarta: Rajawali Pers.
hubungan hukum antar pihak yang

185
Lex Privatum Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020

Jurnal
Berkah, A. (2017). Dampak Kekuasaan Maritim
Sriwijaya Terhadap Masuknya
Pedagang Muslim di Palembang Abad
VII-IX Masehi. Jurnal Studi Islam Vol. 13
No.1, 58.
Christanto, A. (2016). Penggunaan Incoterms
dalam Perjanjian Perdagangan
Internasional. Lambung Mangkurat
Law Journal Vol.1 Issue 2, 207.
Hasoloan, J. (2013). Peranan Perdagangan
Internasional Dalam Produktifitas dan
Perekonomian. Jurnal Ilmiah Pend.
Ekonomi Vol.1 No.2, 110.
Kadar, A. (2015). Pengelolaan Kemaritiman
Menuju Indonesia Sebagai Poros
Maritim Dunia. Jurnal Keamanan
Nasional Vol. 1 No.3, 1.
Nopirin. (1997). Akutan Publik Dalam Era
Perdagangan Bebas. Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Indonesia Vol.12 No.2 , 6-7.
Sawora, N. (2018). Analisis Sumber dan
Pengunaan Modal Kerja Pada PT.
Pelayaran Bina Benua Samudera
Banjarmasin. Jurnal Ilmiah Ekonomi
Bisnis Vol.4 No.1, 51.
Tjoneng, A. (2015). Mewujudkan Indonesia
Sebagai Negara Poros Maritim Dunia.
Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi Vol.7
No.1, 48.

186

Anda mungkin juga menyukai