PENDAHULUAN
Hubungan yang dirasakan semakin perlu dalam perdagangan antara pulau yang satu
dengan pulau yang lain dalam kepulauan Indonesia menimbulkan perusahaan–
perusahaan pengangkutan dilaut semakin meningkatkan pelayanannya dengan
berusaha untuk menjamin keselamatan pengangkutan barang–barang yang diserahkan
kepadanya untuk diangkut melalui lautan.
Tidak ada yang paling menarik bagi orang-orang yang ingin mengirimkan
barang-barangnya melalui suatu perusahaan pengangkutan daripada bilamana ia
memperoleh gambaran bahkan kalau dapat suatu jaminan bahwa perusahaan
pengangkutan yang dia pilih itu akan mengangkut barang-barangnya dengan selamat
sampai ketempat tujuan. Gambaran ini antara lain dapat diperolehnya karena ia
mengetahui bahwa kapal – kapal dari perusahaan yang bersangkutan adalah
memenuhi persyaratan teknis mengarungi lautan dan demikian juga nahkoda-
nahkodanya
Namun demikian semua orang tiak dapat menyangkal bahwa lautan itu sendiri
juga mempunyai sifat-sifat alamiah sekelilingnya yang sewaktu-waktu dapat
menimbulkan bahaya bagi pengangkutan dengan kapal yang sedang berjalan. Bahaya
itu tidak dapat diduga dan dihindari sebelumnya. Sehingga untuk keselamatan lebih
lanjut dari semua yang berkepentingan atas pengangkutan itu terpaksa diambil
tindakan-tindakan yang menimbulkan kerugian bagi sebagian yang berkepentingan.1
1
RUMUSAN MASALAH :
TUJUAN
1
Emmy Panagribuan , “Beberapa Aspek Hukum Dagang di Indonesia”1979, Bandung, Rosda Offset
Bandung hal. 77
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian pengangkutan laut menurut Pasal 466 KUHD dan PP Nomor.17 tahun
1988 Dalam Pasal 466 KUHD :
“Pengangkutan adalah barang siapa yang baik dalam persetujuan charter menurut
waktu atau charter menurut perjalanan, baik dengan persetujuan lain, mengikatkan
diri untuk menyelenggarakan pengangkutan yang seluruhnya atau sebagian melalui
lautan.” 2
Dalam Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1988 pengertian pengangkutan laut yaitu :
2
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
3
Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1988 Tentang Penyelenggaraan Dan Pengusahaan Angkutan Laut
3
b. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan
c. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan
d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 33 tahun 2001 tentang
Penyelenggaraan dan Penguasaan Angkutan Laut.4
4
2. Pihak pengirim barang (pengguna jasa angkutan) yakni merupakan pihak
yang berkewajiban untuk membayar tarif angkutan sesuai yang telah
disepakati untuk memperoleh pelayanan jasa angkutan atas barang yang
dikirimkannya.
3. Pihak penerima barang (pengguna jasa angkutan) yakni sama dengan pihak
pengirim dalam hal pihak pengirim dan penerima adalah merupakan subjek
yang berbeda. Namun ada kalanya pihak pengirim barang juga merupakan
pihak penerima barang yang diangkut.
Pihak pihak yang disebutkan diatas merupakan pihak yang harus ada dalam
pengangkutan barang melalui laut. Selain pihak pihak tersebut, dalam suatu
pengangkutan barang melalui laut terdapat suatu perjanjian pengangkutan.
Kerugian laut diatur secara lengkap dan rinci dalam KUHD pasal 696 sampai
dengan pasal 740. Definisi avarij (pasal 696):
“Semua biaya luar biasa untuk kepentingan kapal dan barang-barang yang
dikeluarkan bersama-sama atau sendiri-sendiri,semua kerugian yang menimpa kapal
dan barang-barang, selama waktu yang ditentukan dalam Bagian 3 Bab IX mengenai
permulaan dan akhir bahaya”6
5 Johan Wakatobi, “Tugas Makalah Hukum Pengangkutan laut”2015 diakses pada tanggal 8 november 2018
https://puisijohanwakatobi.wordpress.com/2015/04/09/makalah31/
6
Kitab Undang-undang Hukum Dagang
5
2.3.2 Jenis-Jenis Kerugian Laut
Ada dua macam kerugian laut yaitu : general average atau avarij umum dan
particural avarage atau avarij khusus. Avarij umum harus diperhitungkan pada kapal
dan biaya angkutan dan muatan; sedangkan avarij khusus dibebankan pada kapal,
atau pada barang masing-masing yang mendapat kerugian atau yang menyebabkan
biaya-biayanya.
Jadi kerugian yang terjadi dipikul bersama antara : Pemilik Kapal, Freight dan
Pemilik cargo/barang yang diangkut. Ada 2 (dua) macam kerugian dalam General
Average, yaitu :7
1. Pengorbanan (Sacrifice).
Apabila bagian dari kapal atau sebagian dari cargo/barang sengaja dirusak atau
dikorbankan untuk kepentingan penyelamatan yang lain. contoh :
7
Afrianto Budi Jenis Klaim Asuransi Marine Cargo, 2015 diakses pada tanggal 8 november
2018http://www.akademiasuransi.org/2012/10/jenis-klaim-asuransi-marine-cargo.html
6
a. biaya bongkar/muat barang karena kapal kandas
b. ongkos sewa gudang untuk menyimpan barang sewaktu perbaikan kapal yang
rusak.
c. ongkos menarik kapal yang memuat barang dan berada dalam keadaan bahaya
d. dan sebagainya.
1. Apa yang diberikan kepada musuh atau bajak laut untuk pembebasan atau
penebusan kapal dan muatan. Dalam hal ada keragu-raguan, selalu dianggap
bahwa penebusan telah dilakukan untuk kepentingan kapal dan muatan;
2. Apa yang demi keselamatan umum atau kepentingan bersama dari kapal dan
muatan dibuang kelaut atau habis dipakai;
3. Kawat besar, tiang, layer dan perkakas lain yang dipotong atau dipatahkan
untuk keperluan seperti diatas
4. Sauhj, kawat dan barang lain, yang juga untuk kepentingan yang sama
terpaksa harus dilempar kelaut;
5. Kerugian pada barang yang tersisa dikapal karena harus dilempar kelaut;
6. Kerusakan yang sengaja ditimbulkan pada badan kapal untuk memudahkan
pelemparan dan tindakan meringankan kapal atau penyelamatan barang, atau
untuk memperlancar pembuangan air, dan kerugian yang pada waktu itu telah
ditimbulkan oeh air pada muatan;
8
Kitab Undang-undang Hukum Dagang
7
7. Penjagaan, penyembuhan, pemeliharaan, dan penggantian kerugian kepada
semua orang yang ada dikapal, yang dalam mempertahankan kapal terluka
atau menjadi cacat ;
8. Penggantian kerugian atau pemberian makanan bagi mereka yang dalam dinas
untuk kepentingan kapal dan muatan, dikirim kelaut atau kedarat, ditangkap,
ditahan atau dijadikan budak ;
9. Gaji dan pemeliharaan nakhoda dan para ank buah kapal selama kapal
terpaksa berada dalam pelabuhan darurat;
10. Biaya pandu dan biaya pelabuhan lainnya yang harus dibayar pada waktu
masuk dan keluar pelabuhan darurat
11. Sewa gudang dan tempat penyimpanan untuk barang yang karena selama
perbaikan kapal dalam pelabuhan darurat tidak dapat tetap berada dikapal,
harus disimpan;
12. biaya penuntutan kembali, bila kapal dan muatan ditahan atau digiring dan
kedua-duanya dituntut kembali oleh nakhoda; dan
13. gaji dan pemeliharaan nakhoda dan para anak buah kapal selama penuntutan
kembali, bila kapal dan muatan dibebaskan;
14. biaya pembongkaran, upah pemindahan kekapal kepil, beserta biaya untuk
membawa kapal kepelabuhan atau sungai, bila hal itu terpaksa karena taufan,
pengejaran oleh musuh atau bajak laut atau karena sebab lain demi
keselamatan kapal dan muatannya; beserta kerugian dan kerusakan yang
diderita pada barang karena pembongkaran dan pemuatannya kedalam kapal-
kapal kecil karena terpaksa dan karena pemuatan kembali kekapanya
15. kerugian pada kapal atau muatan, atau pada keduanya, disebabkan karena
waktu mencegah bahaya perampasan atau kekaraman, kapal dengan sengaja
dikandaskan dipantai; demikian pula, bila hal itu terjadi dalam keadaan
bahaya lainya ng mendesak demi keelamatan kapal dan muatan ;
16. biaya untuk memperlancar kembali kapal yang dikandaskan tersebut diatas
dan upah yang dibayarkan untuk pertolobngan yang diberikan untuk itu,
8
beserta semua penggantian jasa untuk pertolongan kepada kapal dan
muatannya yang diberikan waktu dalam keadaan bahaya;
17. kerugian dan kerusakan yang diderita pada barang yang pada waktu keadaan
darurat dimuatkan kekapal kecil atau kapal biasa, termasuk disitu bagian
dalam avarij umum yang harus dibayar oleh pemilik barang kepada kapal
kecil atau kapal biasa yang menolong itu; dan sebaliknya kerugian dan
kerusakan yang diderita pada barang yang ketinggalan dikapal utama (yang
kandas), dan pada kapal penolong itu sendiri, setelah pemindahan muatannya,
bila kerusakan atau kerugian itu termasuk avarij umum;
18. gaji dan pemeliharaan nakhoda dan para anak buah kapal, bila kapal itu
setelah permulaan perjalanannya terhambat oleh Negara asing atau oleh
pecahnya perang, selama kapal dan muatan tidak dibebaskan dari perikatan
kedua belah pihak;
19. dihapus;
20. premi untuk mempertanggungkan biaya yang termasuk avarij umum dan atau
kerugian yang diderita karena penjualan sebagian muatan dipelabuhan
darurat untuk menutup biaya avarij;
21. biaya pembuatan dan penetuan apa yang termasuk avarij umum;
22. biaya, termasuk didalamnya gaji tambahan dan pemeliharaan nakhoda dan
para anak buah kapal, yang disebabkan karantinas luar biasa dan tidak dapat
diduga pada waktu mengadakan perjanjian pencarteran, bila kapal dan barang
yang dimuat harus tunduk kepadanya;
23. pada umumnya semua kerugian yang dalam keadaan darurat ditimbulkan
dengan sengaja, dan diderita sebagai akibat langsung dari itu, dan biaya yang
dalam keadaan sama dikeluarkan demi keselamatan dan kepentingan kapal
dan muatan.
9
Persyaratan suatu kerugian dikatakan sebagai Kerugian Umum (General Average):
10
2. Memperbaiki barang yang rusak tersebut dan mengembalikannya ke posisi semula.
Pengeluaran-pengeluaran biaya yang dilakukan oleh tertanggung untuk
menyela-matkan atau mengurangi kemungkinan kerugian yang lebih besar (Particular
Charges) adakalanya dimasukkan juga sebagai bagian dari particular Average).
Particular Charges yang dapat dianggap sebagai bagian dari Particular Average
hanyalah pengeluaran-pengeluaran yang secara wajar dilakukan oleh Tertang-gung
atau wakilnya, dan tidak termasuk pengeluaran yang dibayarkan kepada pihak lain
yang memberikan bantuannya atas dasar kontrak.
Macam-macam kerugian yang dapat digolongkan kedalam Kerugian Khusus yaitu
dalam Pasal 701 KUHD adalah :10
1. Semua kerusakan dan kerugian yang terjadi pada kapal dan muatannya karena
topan, perampasan, karamnya kapal atau kekandasan yang tidak disengaja;
2. upah dan biaya pengamanan;
3. Hilangnya dan kerusakan yang terjadi pada kawat besar, jangkar, kawat biasa
layar, susuh perahu, sambungan tiang, gantungan layer, perahu dan bekas
perahu, yang disebabkan oleh topan dan malapetaka lain dilaut;
4. Biaya penuntutan kembali dan pemeliharaan serta gaji nakhoda dan anak buah
kapal selama penuntutan kembali, bila hanya kapal ataumuatannya yang
ditahan;
5. Perbaikan khusus dari pembungkusan dan biaya penyelamatan barang
perdagangan yang rusak , bila ini tidak ada yang menjadi akibat langsung dari
bencana yang menyebabkan avarij uum
6. Biaya untuk pengangkutan lebih lanjut dari barang, bila dalam hal tersebut
pasal 519d, perjanjian pencarterannya dihapus; dan
9
Afrianto Budi Jenis Klaim Asuransi Marine Cargo, 2015 diakses pada tanggal 8 november
2018http://www.akademiasuransi.org/2012/10/jenis-klaim-asuransi-marine-cargo.html
10 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
11
7. Pada umumnya , semua kerusakan, kerugian dan biaya yang tidak disebabkan
atau dibuat dengan sengaja, dan demi keselamatan dan kepentingan bersama
dari kapal dan muatan, tetapi yang dialami dan dibuat untuk kepentingan
kapal saja atau muatannya saja, dan yang karena itu berhubungan dengan
pasal 699, tidak termasuk avarij umum.
2.4.Tanggung Jawab
Tanggung jawab hukum dalam hukum perdata berupa tanggung jawab akibat
perbuatan melanggar hukum (onrechtsmatigedaad) dan tanggung jawab akibat
perbuatan ingkar janji (wanprestasi). Segala kesalahan atau kelalaian penjual yang
dapat menimbulkan kerugian kepada pembeli khususnya, atau kepada masyarakat
umumnya haruslah bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkannya ini.
Tanggung jawab ini tidak hanya berlaku untuk kerugian barang yang
diperdagangkan, tapi juga bertanggung jawab terhadap iklan-iklan barang dan/atau
jasa yang diiklankan.
Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum diatur dalam Pasal 1365
KUHPerdata, dimana diperlukan persyaratan tertentu agar si pelanggar hukum dapat
dimintai pertanggungjawaban.
“tiap perbuatan melawan hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut.”11
12
Tanggung jawab Pengangkut
Pasal 468 KUHD menyebutkan bahwa tanggung jawab si pengangkut antara lain:12
“Ia bertanggung jawab untuk perbuatan dari segala mereka, yang dipekerjakannya,
dan untuk segala benda ya ng dipakainya dalam menyelenggarakan pengangkutan
tersebut.” (ayat 3 Pasal 468 KUHD)
11
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
12
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
13
Tahun 2008. Tanggung jawab yang tertuang dalam pasal 40 UU No. 17 Tahun 2008
tersebut kembali diperjelas kedalam pasal 41 UU No. 17 Tahun 2008 yang
menentukan sebagai berikut:12
Adapun Tentang hal membagi dan memikul avary-gross atau kerugian-laut umum
terdapat dalam pasal 722 – 740 KUHD sebagai berikut :13
722. Perhitungan dan pembagian kerugian-laut dilakukan ditempat dimana perjanjian
berakhir, kecuali apabila para pihak tidak tenang untuk itu membuat ketentuan-
ketentuan lain.
723. Apabila suatu pekerjaan dalam wilayah Indonesia dihentikan ditengah jalan, atau
apabila kapal-kapal itu terdampar disitu, maka perhitungan dan pembagian
tersebut dilakukan ditempat didalam wilayah Indonesia, dari mana kapal-kapal
12
Sendy Anantyo, Pengangkutan Melalui Laut, Diponegoro Law Review, Volume 1, Nomor 4, Tahun 2012,
Halaman 1-7
13
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
14
tadi telah berangkat, ataupun ditempat dimana kapal-kapal itu sedianya
harusberangkat.
726. Apabila nahkoda lalai dalam melakukan penuntutan yang disebutkan dalam pasal
yang lalu, penuntutan yang disebutkan dalam pasal yang lalu, maka para pemilik
kapal, atau pula pada pemilik barang-barang muatan, berhak memajukan
sendirituntutan itu, dengan tidak mengurangi tanggung-jawab mereka untuk
memberikan ganti-rugi terhadap nahkoda tadi.
727. Kerugian-laut umum harus dipikul oleh: Harga kapalnya, dalam keadan dimana
kapal itu telah tiba, dengan tidambah apa yang diberikan sebagai pengganti
kerugian-laut itu; upah-pengangkutan, setelah dikurangi dengan gaji-gaji dan
biaya penghidupan bagi nahkoda dan anak-buahnya; dan harga barang-barang
yang, pada waktu terjadinya kerugian, berada didalam kapal, ataupun berada
dalam kapal-kapal penolong, atauppu yang sebelum terjadinya malapetaka karena
keadaan darurat telah dibuang kelaut, dan harga mana telah digantinya, ataupun
yang dijual untuk menutup biaya-biaya yang telah dikeluarkan kerena timbulnya
15
kerusakan. Uang logam memikul kerugian-laut menurut nilai dari tempat dimana
perjalanan berakhir.
728. Barang-barang yang telah dimuat harus ditaksir menurut harganya ditempat
pembongkaran, setelah dikurangi dengan upah-pengangkutan, bea-bea masuk,
biaya-biaya pembongkaran, beserta kerugian-laut khusus yang terjadi selama
perjalanan, yang dipikulnya pada pemilik barang-barang tersebut. Peraturan ini
tidak berlaku dalam hal-hal yang berikut: Apabila perhitungan dan pembagian itu
harus dilakukan ditempat dimana kapal-kapal itu telah berangkat didalam wilayah
Indonesia, atau dari mana kapal-kapal itu sedianya harus berangkat, maka harga-
harga barang yang dimmuat dalam kapal-kapal itu ditetapkan menurut harganya
sewaktu barang-barang itu dimasukan dalam kapal, namun tak terhitung
didalamnya premi asuransinya; dan apabila barang-barang telah rusak, harganya
ditetapkan menurut harga sebenarnya; apabila, diluar wilayah Indonesia,
perjalannannya dihentikan sama sekali, atau barang-barangnya dijual, sedangkan
kerugian-laut tidak dapat ditetapkan disitu, maka harga yang ditetapkan barang-
barang itu ditengah jalan maupun yang dihasilkan ditempat penjualan, harga
dianggap sebagai uang-pokok yang memikul kerugian laut.
729. Barang-barnag yang dibuang kelaut dihargakan menurut harga pasar ditempat
dimana kpalnya dibongkar, ataupun apabila tidak terdapat harga, pasr itu, maka
harga itu ditaksir oleh orang-orang ahli setelah dikurangi setelah dikurangi
dengan upah pengangkutannya bea-bea masuk dan biaya-biaya biasa. Macam dan
keadaan barang-barang tadi disimpulkan dari surat-surat konosemen faktur-faktur
dan lain-lain surat bukti.
730. Apabila macam dan nilai barang-barang dagangan didalam konosemen telah
disebutkan secara salah, dan harga itu adalah lebih tinggi dari pada menurut
konosemen, maka kerugian itu dipikulkan pada barang-barang tadi berdasrkan
harganya yang sesungguhnya, apabila barang-barang itu tiba dalam keadaan
selamat. Namun, apabila barang-barang tadi telah hilang karena dibuang kelaut,
maka kerugian tersebut harus diganti menurut keadaan yang disebutkan
16
konosemen. Apabila barang-barang dagangan yang disebutkan tadi harus dari
nilai yang kurang dari pada yang disebutkan dalam konosemen, maka barang-
barang tadi harus memikul kerugian menurut nilai yang disebutkan dalam
konosemen, apabila barang-barang itu tiba dalam keadaan selamat. Barang-
barang tersebut dibayar menurut harganya yang sebenarnya, apabila barang-
barnag itu telah dibuang kelaut.
731. Bahan keperluan hidup, pemakai nahkoda dan anak buahnya, begitu pula
kebutuhan sehari-hari dari para penumpang, begitu juga para amunisi yang
diperlukan untuk pertahanan kapalnya, tidak turut memikul kerugia-kerugian
yang disebabkan kaerena pembuangan barang-barang kelaut. Harga dari segala
apa semacam itu dibuang kelaut, harus diganti dengan membaginya antara semua
barang-barang lainnya.
732. Barang-baranag yang tidak tedapat surat konosemennya ataupun yang tidak
disebutkan dalam daftar muatan kapal, tidak dibayar, apabila barang-barang itu
dibuang kelaut. Barang-barng itu memikul kerugian apabila barang-barng itu tiba
dalam kedaan selamat.
733. Barang-barang yang dimuat diatas geledak kapal harus turut memikul kerugian,
apabila barang-barang itu tiba dengan selamat. Apabila nahkoda, dilaut
pengetahuan atau tanpa izin si pemuat, telah menaruh barang-barnag itu dibuang
kelaut atau karena gelada, dan barang-barang itu dibuang kelaut atau karena
pembuangan ini mengalami kerugian, maka berhaklah si pemuat itu untuk
menuntut baginya kerugian tersebut, dengan tak mengurangi hak para yang
berkepentingan untuk menuntut dibaginya kerugian tersebut, dengan tak
mengurangi hak para yang berkepantingan untuk menuntut penggantian lagi dari
pemilik kapal dan nahkoda.
734. Apabila, meskipun barang-barang dibuang kelaut, atau alat-alat kapal dipotong,
kapalnya musnah, maka tidak dilakukannya pembagian guna memperoleh
penggantian . Pemilik barang-barang yang berda dalam keadaan selamat atau
17
yang telah diselamatkan, tidak diwajibkan membayar atau mengganti kerugian
yang diderita karena adanya barang-barang yang rusak atau yang dipotong.
736. Apabila kapal beserta muatannya, berkat dipotong-potongnya alat-alat kapal atau
dilakukannya lain-lain pengrusakan, dapat diselamatkan, tetapi barang-barnag
muatan itu kemudian musnah atau diramapas oleh bajak laut, maka tak dapatlah
nahkoda kapal tersebut menuntut para pemilik barang-barang itu, para pemuat
atau mereka yang berhak menerima barang-barang itu, untuk turut memikul
kerugian yang diakibatkan oleh pemotong atau pengrusakan tedi.
737. Apabila namun itu barang-barangnya musnah karena kesalahan atau perbuatan si
pemuat atau si penerima, maka merekapun juga turut memikul kerugian-laut
umum.
738. Bagaimana juga, si pemilik sesuatu muatan tidak usah memikul sesuatu kerugia-
laut umum yang melebihi harga barang-barang tersebut menurut pada waktu
barang-barang itu tiba; dengan tidak dikuranginya biaya-biaya sedemekian,
sebagaimana, setelah musnahnya kapal atau dirampas dan ditahannya barang-
barangnya, dengan itikad baik telah dikeluarkan oleh nahkoda, meskipun tidak
atas perintam, dengan maksud untuk menolong sementara barang yang musnah
itu, atau untuk menurut kembali barang-barang yang telah dirampas itu, biarpun
usah-usaha tersebut tidak berhasil baik.
18
739. Apabila, setelah diadakannya pembagian pemikulan kerugian-laut barnag-barang
yang telah dibuang kelaut itu didapatkan kembali oleh para pemiliknya, maka
mereka ini diwajibkan untuk menyerahkan apa yang mereka telah terima dlam
pembagian tadi, kepada nahkoda dan para yang berkepentingan dalam muatan
tersebut, dengan dikurangio kerugian, biaya-biaya dan upah dan biaya
penolongan. Dalam hal yang demikian itu, maka pemasukan tadi dinikmati oleh
pemilik kapal dan para yang berkepentingan itu didalam keseimbangan yang
sama seperti yang mereka pukul dalam kerugian sebagai akibat pembuangan
barang-barang itu.
740. Apabila si pemilik barang-barang yang telah dibuang itu memperoleh kembali
barang-barang tersebut, sedangkan ia tidak menuntut sesuatu penggantian
kerugian, maka tak sekali-kali ia diwajibkan memikul kerugian-laut yang sesudah
dilakukannua pembuangan, menimpa barang-barang yang tadinya dpat
diselamatkan.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari berbagai pembahasan yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa
didalam tanggung jawab pengangkut atas kerusakan barang tersebut diwujudkan
melalui pemberian ganti rugi sesuai dengan pasal 472 KUHD, merupakan bentuk
perlindungan hukun secara normatif untuk melindungi pengirim atau penerima
barang dalam pengangkutan laut. Proses tuntutan ganti rugi dilakukan di pelabuhan
pembongkaran dengan menyertakan Bill of Ladingserta Notice of Claim yang
diperoleh dari pihak pengangkut. Didalam melakukan pengajuan klaim kepada
pengangkut, pengirim atau penerima barang dapat melakukan pelaksanaan
penyelesaian penuntutan ganti ruginya atas pelanggaran yang dilakukan oleh
pengangkut melalui 2 (dua) cara yang sesuai dengan Pasal 45 ayat (2) UU Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, yaitu : a) Non Litigasi, penyelesaian
sengketa konsumen di luar pengadilan melalui proses mediasi, arbitrase atau
konsiliasi, seperti diatur dalam Pasal 47 UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen. b) Litigasi, penyelesaian sengketa konsumen melalui
peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum
20
Daftar pustaka
21