Anda di halaman 1dari 0

1

Klaim Resiko Dalam Sistem Transportasi Laut


Oleh: Syaiful Anwar


Pendahuluan
Pengangkutan barang dalam perdagangan internasional dominan dilakukan melalui jalur laut.
Data statistik Bank Eksim tahun 2005 menyebutkan bahwa 71% pengangkutan dan 96% volume
barang dalam perdagangan menggunakan sarana pengangkut laut. Alasan logiknya adalah karena
efisiensi biaya dan efektifitas daya angkut. J alur transportasi laut
Pengangkutan melalui laut bukan tanpa resiko. Bahkan apabila dibandingkan dengan jasa
transportasi udara, justru transportasi laut memiliki resiko yang lebih besar. Hal ini dapat kita bandingkan
dari beberapa sisi. Dari sisi waktu, resiko keterlambatan sampainya barang, transpotasi laut lebih
beresiko. Dari sisi penanganan pelabuhan: jalur laut lebih beresiko, karena ukuran dan kapasitas barang
yang dingkut relatif lebih besar. Dari sisi perjalanan barang, jalur laut akan lebih banyak mengalami
hambatan cuaca dan kemungkinan kejahatan di laut, dan sebagainya.
Lebih beresiko bukan berarti tidak menarik. Pelaku peradagangan dapat mengelola resiko
dengan cara memindahkan resiko tersebut kepada perusahaan asuransi. J asa asuransi pengangkutan
menjadi solusi dalam meminimalisasi hambatan dalam perdagangan internasional. Resiko kerusakan,
penurunan mutu, maupun kekurangan barang pada dasarnya dijamin oleh pihak pengangkut dalam
batas-batas tertentu. Akan tetapi, akan lebih safety apabila para pelaku perdagangan memindahkan
resiko tersebut kepada pihak asuransi pengangkutan.
Tulisan ini merupakan bunga rampai dari seri tulisan mengenai perdagangan internasional yang
penulis susun. Tujuan utamanya adalah memberikan pengetahuan praktis perdagangan internasional.
Untuk kali ini, penulis akan mendeskripsikan poin-poin penting mengenai klaim resiko dalam sistem
pengangkutan perdagangan.
A. Pengertian Klaim
Klaim adalah tuntutan penggantian kerugian atas timbulnya kejadian yang menyebabkan
terjadinya kerusakan, penurunan mutu, kekurangan barang barang yang menjadi tanggung jawab
penyelenggara jasa angkutan atau jasa bongkar muat atau jasa pergudangan pada waktu barang
diterima oleh importir atau consignee. Dengan demikian klaim mungkin dapat diproses setelah tiba di
pelabuhan tujuan yaitu ketika diketahui terjadi kerusakan barang, atau kekurangan barang.

Langkah langkah berupa melakukan mentrasiran (trace) proses pengiriman barang mulai saat
pemuatan barang, pengangkutan sampai pelabuhan tujuan, pembongkaran dan penimbunan di
pelabuhan tujuan adalah keharusan / keniscayaan untuk mengetahui lokasi atau waktu kejadian
terjadinya kerusakan dan atau kekurangan barang yang menjadi tanggung jawabnya.
Pemahaman tentang berbagai dokumen - dokumen pengangkutan dan systems bongkar muat
dan penimbunan akan membantu proses pentrasiran menjadi lebih cepat mengetahui kapan dan di
rantai kegiatan yang mana dalam rantai kegiatan transportasi, bongkar muat dan atau penimbunan hal
itu terjadi, sehingga menimbulkan masalah yang merugikan eksportir atau importir
Ada beberapa hal yang perlu diketahui sebelum membahas klaim dalam sistem transportasi
khususnya melalui laut yaitu bahwa:
- Setiap alat angkut laut atau udara wajib membuat Pemberitahuan Umum (General Declaration for
Customs Purpose) paling lambat 2 X 24 J am berupa Manifest (kumpulan data B/L atau barang
niaga), Daftar Bekal Kapal ( Provision / Store List), Daftar Awak Kapal (Crew List), Daftar
Penumpang (Passangers List), Daftar Barang Barang yang tidak mempunyai dokumen (kalau
ada).
- Nakhoda atau Kuasnya harus meneliti dengan baik dan cermat terutama Merk, Nomer, J umlah Koli
atau J enis dan J umlah Kontainer, Nomer Kontainer dan bila perlu melakukan revisi / perubahan
apabila terjadi salah ketik sebelum diajukan ke Kantor Pabean / Bea Cukai. Sebab melakukan
perubahan perubahan (jumlah koli, merk koli) merupakan pelanggaran dan akan dikenakan denda
oleh otoritas pabean.
Disamping perlu memperhatikan kewajiban pengangkut kepada otoritas pabean, juga memerlukan
perhatian pada sekuen / rantai kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan pembongkaran dan penimbunan.
Setelah barang barang dibongkar dari kapal dan ditimbun di gudang, Cargo Doring wajib membuat
suatu Laporan / Berita Acara yang memuat keterangan tentang.
- Laporan tentang Kekurangan Barang Barang
- Laporan tentang Kerusakan Barang Barang
- Laporan tentang Kelebihan Barang Barang

B. Dasar / Alasan Terjadinya Klaim
1. Laporan Tentang Kekurangan Barang Barang
Apabila dalam proses pembongkaran kemudian diketahui terjadi kekurangan barang barang
dibandingkan dengan dokumen B/L atau Manifest nya maka Pengangkut (Carrier) akan melakukan
penelitian pendahuluan untuk mencari tahu penyebabnya dan untuk penyelesaian selanjutnya. Langkah
yang dilakukan Pengangkut (Carrier) melakukan pentrasiran (rechecking) di Gudang.

Aktivitas Pergudangan
Kepala Gudang apabila menemukan adanya kekurangan maka segera membuat laporan tentang
kekurangan barang barang dalam bentuk Provisional Short Landed List yang kemudian disampaikan
ke Bagian Claim pada Perusahaan Pelayaran / Penerbangan dalam bentuk informasi tentang Koli Koli
atau Kontainer Kontainer yang tidak terbongkar dari Kapal / Pesawat Terbang. Provisional Short
Landed List didasarkan hasil laporan dari petugas tally (Tally Man) berdasarkan Tally Sheets dan
Manifest Kapal yang bersangkutan.
Tidak ada salahnya Kepala Gudang sebelum mengirim Provisional Short Landed List meneliti
ulang dengan men Check (re Check) ulang barang barang di Gudang dibawah pengawasannya
untuk memastikan informasi kekurangan, sebab terkadang terjadi karena kelalaian / kelengahan
petugas tally barang tersebut sudah dibongkar akan tetapi tidak terlaporkan
Aktivitas Bagian Claim dari Perusahaan Pengankut (Carrier)
Setelah menerima laporan dalam bentuk Short Landed List dari Kepala Gudang maka Bagian
Claim mempelajari dan menganalisisnya untuk kemudian menerbitkan Short Landed Tracer yaitu suatu
nota pentrasiran / pengusutan dengan mengidentifikasi kebelakang untuk mengetahui dimana barang
tersebut tercecer dan atau apa penyebab barang tersebut tidak terbongkar. Short Landed Tracer dikirim
ke
- Pelabuhan Pemuatan (Port of Loading)
- Pelabuhan singgah kapal tersebut (Port of Call)
- Kapal yang bersangkutan (sebisanya begitu kapal setelah membongkar bila memungkinkan)
Hasil pengiriman Short Landed Tracer berupa tindak lanjut dari masing masing tujuan yaitu
pelabuhan pemuatan, atau pelabuhan singgah dan Mualim Kapal meneliti ulang dokumen yang ada di
kapal dan barang barang nya berupa informasi tentang keberadaan barang termaksud dengan cara
mengembalikan nota Short Landed Tracer ke Bagaian Claim dari Perusahaan Pengangkut (Carrier)
dengan kemungkinan informasi sebagai berikut,
- Dinyatakan landed here bila barang tersebut terbongkar di pelabuhan pemuatan / singgah atau
masih di kapal itu
- Dinyatakan Goods Not Landed Here atau No Trace bila barang termaksud tidak terbongkar /
tertimbun di Pelabuhan Pemuatan / Singgah atau di Kapal itu
Apabila memang terjadi keurangan bongkar barang maka penerima barang menerima tanda bukti
kekurangan barang atau dikenal sebagai Except Bewijs disingkat E.B.

2. Laporan Tentang Kerusakan Barang Barang (Demage Cargo Report)


Yang dimaksudkan dengan kerusakan barang (demage cargo) adalah meliputi berbagai
kerusakan yaitu kerusakan barang yang sebenarnya (actual demage cargo) dan atau kerusakan
kemasan barang (packing demage) yang berakibat kehilangan isi kemasan (contents). Dari kedua
pengertian kerusakan dapat dibedakan berdasakan keadaanya yaitu:
- kehilangan barang (cargo) atau Missing or Pilfirage
- kerusakan (demage)
Persoalannya adalah bagaimana mengetahui kapan dan dimana kehilangan dan kerusakan itu
terjadi adalah faktor kunci / menentukan karena hal itu menunjuk kepada unit mana yang harus
bertanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan barang itu akan dibebankan. Untuk mengetahui
apakah kejadian itu dikapal atau diasaat bongkar muat atau digudang, memerlukan tim pemeriksa
(survey).
Dalam hal kerusakan atau kehilangan terjadi sesudah pembongkaran, maka harus dibuatkan
daftar barang rusak setelah pembongkaran atau Demage Cargo List yang ditanda tangani oleh Kepala
Gudang dan Mualim Kapal. Demage Cargo List adalah dokumen yang mengikat antara Mualim Kapal /
Pelayaran dengan Pergudangan tentang kejadian kejadian yang terjadi atas barang itu sebelum
memasuki pengawasan gudang.
Dalam hal kerusakan barang terjadi pada waktu penyerahan barang dari Pergudangan ke
penerima barang / consignee dan tidak termasuk dalam Demage Cargo List maka dianggap kejadian
rusak atau hilang barang cargo terjadi selama dalam pengawasan pergudangan atau menjadi tanggung
jawab cargo doring.
Peran Surveyor (Claimmeester)
Barang barang yang sudah dikeluarkan dari gudang pelabuhan dan telah diterima oleh penerima
barang (consignee) dengan baik dan dalam keadaan utuh dianggap telah memenuhi persyaratan
penyerahan barang (sound delivery), namun apabila kerusakan itu terjadi pada waktu dalam gudang dan
atau ketika dalam proses pengiriman barang sebelum bongkar di gudang maka memerlukan
pemeriksaan secara seksama oleh Surveyor (Claimmeester), Kepala Gudan dan Expediteur bahkan
dalam perdagangan internasional biasanya penerima barang (consignee) menunjuk eksportir sebagai
kuasanya.
Pemeriksaan atau survey dilakukan sesuai dengan kondisi dan jenis barang yang akan diperiksa,
pemeriksaan akan dilaksanakan
- di Gudang Importir / Eksportir karena pertimbangan keamanan (seperti barang berharga emas,
platina, perak dan logam mulia lainnya) dan pertimbangan kapasitas dan besar obyek yang akan
diperiksa karena memerluka tempat yang lebih luas dan waktu yang lebih lama dalam melakukan
pemeriksaan.

- pemeriksaan dilambung (overside delivery) yaitu pada direct transport.


- pemeriksaan atau survey dilakukan di gudang pelayaran.
Dalam pemeriksaan oleh surveyor (claimmeester) harus mengetahui beberapa dokumen sebagai
informasi untuk memperkuat berbagai temuan atau pendapat yang dihasilkan dari proses pemeriksaan
dalam kaitan pembuktian suatu claim adanya kerusakan atau kehilangan sekaligus untuk menunjukkan
batas tanggung jawab masing elemen dari rantai systems transportasi seperti dokumen dokumen,
- Affidafit (Board Stevedoring Report)
- Log Entry
- Note of Protest
- Letter of Indemnity
- Praue Brief Lost List
- Survey Report (dari pihak ketiga)
Affidafit (Board Stevedoring Report)
Affidafit adalah laporan yang ditandatangani oleh pengankut (kapal) diwakili Mualim I dan Board
Stevedoring (Perusahaan Bongkar Muat), yang berdasarkan laporan atau pengakuan tertulis dari
Board Stevedoring mengenai kejadian (accident) dimana kerusakan yang timbul karena kesalahan atau
kelalaian nya dan oleh sebab itu dia bertanggung jawab atas kerusakan tersebut. Oleh sebab itu affidavit
disebut juga sebagai Board Stevedoring Report. Misal, pada waktu mengangkat barang dari perut kapal
(palka) tali kawat atau sling derek / crane putus sehingga barang jatuh dan masuk ke laut
Log Entry
Log Entry dikenal juga sebagai Log Book adalah catatan harian yang dibuat oleh Nakhoda /
Kapten Pilot tentang berbagai kejadian yang dialaminya selama perjalanan kapal / pesawat terbang.
Dalam kaitan klaim dalam transportasi laut dan atau udara log entry atau log book akan memberi
informasi tentang berbagai kejadian yang diluar kekuasaan manusia (force majeur) misal pada posisi
tetrntu ditengah laut terjadi badai yang sangat besar sehingga sebagaian muatan kapal terlepas dari
ikatannya dan kemudian tercebur laut ketika dalam perjalanan.
Catatatan kejadian pada log entry atau log book tidak serta merta membebaskan pengangkut /
nakhoda dari tanggung jawab, karena kejadian tersebut harus dibenarkan oleh pejabat publik yang
bertanggung jawab tentang keselamatan pelayaran, sehingga catatan pada log entry atau log book
tentang kejadian luar biasa (force majeur) yang dialami alat angkut / kapal harus disahkan (counter
signed) oleh otoritas yang berwenang
- Dalam hal pelayaran dalam negeri biasa dikenal pelayaran antar pulau harus di sahkan (counter
signed) oleh otoritas keselamatan pelayaran yaitu Syahbandar atau Harbour Master
- Dalam hal pelayaran samudera / antar negara harus disahkan oleh Kedutaan / Konsulat negara
dimana kapal iru teregistrasi (sesuai bendera kapal) atau pengesahan dari Notaris

Note of Protest
Note of Protest adalah catatan tentang atau laporan protes tentang kejadian lua biasa yang
dialaminya selama dalam perjalanan (seperti cuaca buruk) sehingga menimbulkan kerusakan
kerusakan atas beberapa barang barang yang diangkutnya. Untuk menegaskan bahwa kejadian itu
merupakan force majeur maka Note of Protest harus dicatat dalam Log Entry atau Log Book untuk
menghadap ke Syahbandar pada pelabuhan pertama yang dikunjunginya untuk memperoleh
pengesahan (counter signed)
Syahbandar pelabuhan pertama dikunjungi kapal tersebut setelah kejadian luar biasa (force
majeur) akan mempelajari Note of Protest termaksud dan mendengarkan laporan lisan / kisah kejadian
dan apabila Syahbandar membenarkan keterangan Nakhoda, maka dibuatlah suatu Statement of Sea
Protest (Kisah Kapal setelah diperkuat oleh sumpah dihadapan Syahbandar. Asli dokumen Statement
of Sea Protest (Kisah Kapal disimpan pada Syahbandar sedankan Nakhoda / Kapal menerima
salinannya
Letter of Indemnity
Letter of Indemnity adalah suatu surat pernyataan yang kemudian menjadi dokumen yang dibuat
oleh pengirim barang (shipper) tentang barang barang yang rusak atau kurang sempurna keadaanya
dengan maksud untuk mendapatkan Clean Bill of Lading dari pelayaran sehingga tidak mengurangi nilai
barangnya. Dalam kondisi demikian pengangkut (carrier) tetap bertanggung jawab tentang proses
pengiriman barang itu agar tetap dalam kondisi baik (terhindar dari kerusakan / kehilangan) sampai ke
pelabuhan tujuan
Prauwbrief Lostlijst (Daftar Bongkar Perahu)
Prauwbief Lostlijst atau rede Transport List adalah dokumen laporan tentang barang barang
yang dibongkar melalui rede (kolam pelabuhan) dengan menggunakan tongkang tongkang yang
ditanda tangani oleh Nakhoda. Rede Transport biasanya dilakukan pada pelabuhan pelabuhan yang
tidak mungkin ditambati / disandari oleh kapal besar sehingga kapal kapal termaksud harus
membongkar ditengah laut tapi masih dalam kawasan perairan pelabuhan seperti di Pelabuhan
Semarang, Pelabuhan Semarang.
Daftar Bongkar Perahu (Prauwbrief Lostlijst) akan menjadi pegangan bagi juragan perahu untuk
menagih biaya pengangkutan dari kapal ke dermaga dan satu diserahkan ke petugas pabean (Bea
Cukai) sebagai dokumen pelindung pengngkutan diperairan dan sebagai daftar bongkar kapal
Survey Report (dari pihak ketiga)
Survey report biasanya dilakukan oleh claimmeester, pengelola gudang dan penerima barang
(consignee), akan tetapi dalam kondisi tertentu atas permintaan penerima barang (consignee) dan
Perusahaan Pelayaran dapat meminta pihak ketiga sebagai surveyor (independent surveyor) untuk

melakukan pemeriksaan tentang berbagai kejadian atau accident yang menyebabkan kerusakan atau
kehilangan untuk memperoleh informasi tentang fakta kejadian yang sebenarnya (acctual fact). Surveyor
itu misalnya PT Sucofindo
3. Laporan Tentang Kelebihan Barang Barang
Dalam kegiatan membongkar dan memuat karena kesibukan atau kegiatan yang tinggi akan
terjadi kelalaian pembongkaran atau pemuatan dalam bentuk terjadi kelebihan muat barang barang
(over carried cargo) atau terjadi kelebihan bongkar barang barang (over landed cargo)
Kelebihan Pemuatan Barang (Over Carried Cargo)
Yang dimaksud kelebihan pemuatan barang adalah apabila barang barang yang dimuat diatas
kapal untuk tujuan A, termuatkan barang barang (cargo) untuk tujuan B dengan kapal yang berbeda
sehingga kapal tujuan A akan mengalami kelebihan bongkar karena ada barang barang (cargo) sejak
semula dimaksudkan bukan tujuan A melainkan tujuan B (sebagaimana juga tertera pada Merk dan
Alamat Tujuan pada Koli)
Dalam kondisi demikian maka pergudangan segera melaporkan ke perusahaan pelayaran dengan
membuat laporan kelebihan bongkar (over landed list) agar segera memperbaiki Pemberitahuan Umum
(dokumen kedatangan alat angkut untuk Pabean / Bea Cukai) dengan menambahkan barang barang
yang belum dicantumkan didalamnya dan atau Perusahaan Pelayaran segera mengatur pengirimannya
dengan pindah kapal (transhipment) dengan kapal yang memang tujuan B
Kelebihan Pembongkaran Barang (Over Landed Cargo)
Yang dimaksudkan dengan kelebihan bongkar barang barang (over landed cargo) adalah
keadaan dimana kapal secara tidak sengaja membongkar barang barang (sebagaian Koli, Kontainer)
yang dimuatnya yang seharusnya untuk tujuan Pelabuhan X, terbongkar dipelabuhan pertama yang
dikunjunginya dan kemudian tertinggal ketika kapal menuju pelabuhan X.
Akibatnya barang barang yang seharusnya untuk Pelabuhan X dan terbongkar di pelabuhan
pertama yang dikunjungi tidak termasuk dalam Manifest kapal atau tidak tercantum dalam
Pemberitahuan Umum (dokumen pabean untuk kedatangan alat angkut) dalam hal demikian apabila
diketahui sejak awal disrankan,
- segera mengajukan permohonan penambahan Pos Pemberitahuan Umum di Kantor Pabean (Bea
Cukai) dengan kemungkinan di kenakan denda
- segera perusahaan pelayaran menyusulkan barang barang tersebut melalui transhipment (pindah
kapal) dengan pengantar Surat Kepala Hanggar Pabean penanggung jawab pengawasan
penimbunan untuk tujuan pelabuhan yang seharusnya (dalam hal ini Pelabuhan X) dan petugas
Pabean Pelabuhan X segera mengembalikan Surat Pengantar tersebut dari pelabuhan asal sebagai

bukti telah diterima di Pelabuhan X dikumen pabean demikian dikenal sebagai Verguining Control
(VC)

C. Prosedur Pengajuan Klaim
Penerima barang (consignee) yang telah menerima nota kekurangan (except bewijs) atau klaim
kekurangan atau kerusakan barang (Claim Contatering Bewijs) dapat mengajukan ganti kerugian
kepada Perusahaan Pelayaran yang mengeluarkan Except Bewijs atau Claim Constatering Bewijs atau
Perusahaan Asuransi, apabila barangnya diasuransikan. Maka dalam hal ini Perusahaan Asuransi
sebagai subrogator yang akan menuntut pihak pengangkut
1. Pengajuan klaim Pada Perusahaan Pelayaran
Pengajuan klaim kepada Perusahaan Pelayaran (Carrier), pengaju tuntutan claim wajib
melengkapi tuntutannya tersebut dengan
- melengkapi Except Bewijs atau Claim Constatering Bewijs sebagai bukti barang termaksud hilang
atau rusak
- Copy Bill of Lading sebagai bukti perjanjian antara pengangkut dengan shipper dan consignee
- Invoice (faktur) untuk menilai kelayakan tuntutan ganti kerugian
- Packing List untuk mengetahu detail rincian tentang ukuran, isi, berat atas barang termaksud
- Polis Asuransi jika diasuransikan sebagai pelengkap
Besar ganti kerugian yang akan diberikan kepada penerima barang (consignee) atau Perusahaan
Asuransi sebagai Subgrogator berdasarkan harga yang tertulis dalam Bill of Lading atau harga pasar
barang itu di pelabuhan tujuan atau berdasarkan harga invoice dalam kondisi Cost & Freight (C&F) atau
Cost Insurance & Freight (CIF)
2. Pemeriksaan Klaim
Setelah dokumen dokumen pelengkap diajukan ke Perusahaan Pelayaran c/q Bagian Claim,
terlebih dahulu akan dilakukan penelitian secara seksama adapun proses penelitian dilakukan
berdasarkan klasifikasi masalah Klaim apakah kehilangan atau kerusakan
Kehilangan Koli
Dalam hal kehilangan dalam satuan kemasan / koli (shortage of package) dilakukan penelitian
pada berbagai dokumen seperti
- Tally sheet
- Short landed tracer dan responsi / jawaban dari pelabuhan asal dan atau pelabuhan singgah atas
short landed tracer
- Note of Protest
- Affidavit

- Log Entry atau Log Book


- Meneliti apakah ada kelalaian dari Shipper atau kelalaian consignee (kedaluarsa mengajukan claim)
Apabila berdasarkan berbagai dokumen claim itu tidak terbantahkan dan layak untuk dipertimbangkan
maka claim akan dipertimbangkan dan akan dibayar
Kerusakan atau kehilangan isi koli (demage / shortage of contain)
Dalam hal kehilangan isi atau kerusakan isi dari koli (demage / shortage of contain) maka akan
dilakukan penelitian pada berbagai dokumen berikut
Mates Receipt; Kerusakan atau kehilangan isi koli mungkin terjadi sebelum pengapalan atau sebelum
pemuatan di kapal dan oleh sebab itu tanda terima Mualim I (Mates Receipt) adalah keharusan untuk
memperhatikan catatan atau informasi setentangnya berkaitan barang itu. Bila memang pada pemuatan
sudah demikian adanya (rusak) atau ada catatan dari Shipper (letter of indemnity) maka claim akan
ditolak tentunya.
Demage Cargo List; Kerusakan atau kehilangan memang tercantum dalam Demage Cargo List, maka
dengan demikian kerusakan atau kehilangan barang tersebut telah terjadi ketika barang masih diatas
kapal
Teliti jangka waktu pengajuan Claim (Claimdays)
Hak claim yang dimiliki oleh penerima barang (consignee) dibatasi waktunya, penelitian waktu
claim untuk mengetahui apakah hak claim penerima barang (consignee) masih dalam batas waktu claim
atau sudah kedaluwarsa (expired) oleh sebab itu perlu memperhatikan claim period expired misalnya
claim dilakukan selambat lambatnya 5 hari setelah pembongkaran
Teliti affidavit
Meneliti affitdavit untuk mengetahui bahwa lokasi kejadian yang menyebabkan kerusakan atau
kehilangan terjadi waktu bongkar muat barang sehingga menjadi tanggung jawab Board Stevedoring
(Perusahaan Bongkar Muat)
Teliti Stowage Plan
Meneliti cara penyusunan muatan dalam palka kapal untuk mengetahui berbagai kemungkinan
terjadi kerusakan atau kehilangan karena teknik penumpukan barang di palka kapal yang salah atau
tidak tepat
Kesiapan Fasilitas Palka Kapal
Ada beberapa kemungkinan kerusakan atau kehilangan terjadi di dalam palka kapal yang disebab
kan oleh berbagai penyebab seperti:

10

- Tutup palka pecah dan bocor


- Akibat hantaman ombak sehingga kapal oleng dan berbagai muatan kapal saling tumbuk dan rusak
- Turun hujan secara tiba tiba pada waktu bongkar muat sehingga barang menjadi rusak
- Ventilasi udara buruk sehingga tidak terjadi pertukaran udara sehingga ada yang rusak

D. Beberapa Alasan Penolakan Klaim
Klaim yang diajukan pemilik barang apakah oleh Shipper atau Penerima (Consignee) barang tidak
selalu akan diterima atau akan ditolak / disanggah oleh Perusahaan Pelayaran apabila tuntutan claim
ganti rugi tidak terbukti atau tidak dapat dibuktikan. Ada beberapa pembatasan akibat hukum perdata
tentang hak dan tanggung jawab (kewajiban) antaran pengangkut dan berbagai rantai kegiatan bongkar
muat di pelabuhan (seperti Board Stevedoring, Cargo Doring) sebagaimana dinyatakan dalam Clausa
Casatoria pada Bill of Lading
1. Hak dan Kewajiban Pengangkut
Hak dan kewajiban pengangkut ditentukan seberapa jauh proses pemuatan dan bongkar itu
dilaksanakan pada kapal itu, dari proses cara pemuatan barang dan cara pembongkaran barang akan
menentukan kapan kewajiban pengangkut dimulai dan kapan kewajiban itu berakhir
Apabila pembongkaran dan pemuatan dilakukan dengan cara from tackle to tackle atau dengan
perkataan lain kewajiban pengangkut dimulai ketika barang / koli diikat atau dikaitkan dengan sling kapal
/ tackle kapal waktu barang akan dimuat ke kapal sampai dengan ketika ketika pengikat / pengait sling
kapal / tackle kapal dilepas disisi sebelah darat kapal waktu bongkar di pelabuhan tujuan
Apabila pembongkaran dan pemuatan barang ke kapal dengan menggunakan Crane darat atau
Crane mengapung (floating Crane) maka kewajiban pengangkut dimulai waktu barang yang akan dimuat
melewati batas air laut antara crane dengan kapal (ships rail) demikian juga kewajiban pengangkut
berakhir ketika barang yang akan dibongkar telah melewati batas air laut antara kapal dengan crane.
Pembatasan hak dan kewajiban yang demikian biasnya berlaku ketika syarat penyerahan barang
berdasarkan penyerahan sampai di lambung kapal (overside delivery)
2. Faktor Faktor Penyanggah Claim lainnya
Kedaluarsa (Time Barrier)
Dasar hukum kedaluarsa adalah Pasal 487 Kitab Undang Undang Hukum Perdata dan Carriage
of Goods by Sea Act 1924 yang menyatakan bahwa claim claim yang diajukan yang diajukan oleh
pemilik barang (shipper atau consignee) dibatasi waktu tidak boleh melampaui waktu satu tahun, bila
melebihi batas waktu satu tahun claim akan ditolak karena alasan kedaluarsa.

11

Claim Period (Claim Termijn)


Dasar hukum kedaluarsa pada penimbunan barang digudang berdasarkan logika semakin lama
barang ditimbun dan tidak segera dikeluarkan akan menjadi kan risiko pengelola gudang akan semakin
besar bebannya, dan oleh sebab itu pengangkut memberikan batasan waktu untuk itu yang disebut
sebagai Claim Period / Claim Termijn pada penerima barang sebagaimana diatur dalam Pasal 517 K
Kitab Undang - Undang Hukum Perdata.
Untuk Pengangkutan dengan status Pelayaran Samudra Claim Period / Claim Termijn ditetapkan 5
(lima hari) setelah waktu pembongkaran terakhir, sedangkan untuk Pengangkutan Interinsulair atau
antar pulau berlaku 2 (dua) hari dan apabila lebih dari batas waktu itu bukan tanggung jawab
pengangkut (carrier)
Inssuficiency of Packing
Apabila sejak semula pembungkus / kemasan / packing tidak layak (unseaworthy packing) maka
apabila terjadi kerusakan atau kehilangan bukan menjadi tanggung jawab pengangkut (carrier)
Pencurian (Pilferage)
Apabila terjadi kerusakan atau kekurangan barang karena pencurian dalam proses rantai
pembongkaran dan penyimpanan di gudang bukan menjadi tanggung jawab pengangkut (carrier)
Natural Lost
Natural Lost adalah kekurangan / penyusutan akibat sifat alamiah barang yang mungkin timbul
akibat perubahan ikilim (misal dari kawasan lembab ke kawasan kering) atau akibat handling dan alat
kemas yang mudah bocor (misal karung) mungkin akan terjadi kekurangan atau kebocoran, namun
masalahnya adalah kapan suatu kebocoran dianggap alami sehingga tidak layak diajukan claim.
Klaim atas kekurangan atau kebocoran barang akibat handling baang ketika membongkar dan
memuat dinyatakan alamiah secara umum tidak boleh melebihi 5 % (lima percent) dan apabila lebih dari
tiu dianggap sengaja membuat bocor sehingga berkurang dan kemungkinan dapat diajukan Claim
Ada beberapa kreteria tentang kekurangan alamiah yaitu
- Pembongkaran / memuat semen melalui dermaga kekurangan alamiah (natural lost) yang dapat
ditoleransi sebesar 2 % atau 3 % bila kegaiatan membongkar / memuat melalui perahu (rede
transport)
- Membongkar / memuat tepung terigu batas toleransi kekurangan alamiah sebesar 1% bila tidak ada
Surat Keterangan apapun seperti pencurian, batas toleransi kekurangan alamiah menjadi 2% bila
ada Surat Keterangan telah terjadi pencurian dan akan menjadi 3% bila ada Surat Keterangan telah
terjadi pencurian yang sangat meyakinkan

12

Deck Cargo
Deck Cargo adalah cara pemuatan barang tidak melalu Palka Kapal melainkan dimuat diatas Deck
Kapal adalah menjadi risiko pemilik barang tidak dapat diajukan Claim ke pengangkut. Akan tetapi
apabila Deck Cargo mendapat catatan dalam Bill of Lading dan dinyatakan Shipped on Deck atau
Shippers Risk and Ex Place apabila terjadi kekurangan atau kerusakan menjadi tanggung jawab
pengangkut.
Bocor (Leakage)
Kebocoran yang terjadi atas kemasan dalam bentuk kaleng atau drum karena handling yang tidak
tepat pada waktu memuat atau membongkar seperti retak atau bocor bukan menjadi tanggung jawab
pengangkut (Carrier)
E. Asuransi Laut (Marine Insurance)
Asuransi adalah merupakan perjanjian berupa perikatan hukum asuransi antara perusahaan
asuransi dengan dan mereka yang ingin memperoleh perlindungan dari perusahaan asuransi.
Perusahaan asuransi sebagai penjamin berjanji akan menanggung atau mengganti kerugian yang
mungkin timbul akibat suatu peristiwa yang belum tentu terjadi dan oleh sebab itu perusahaan asuransi
menerima sejumlah uang yang telah disepakati sebagai premi asuransi, dengan demikian perjanjian
asuransi mengandung unsur spekulasi yang bertujuan meringankan beban mereka para pelaku
business agar tidak menderita kerugian yang besar.
Sehubungan dengan maksud dan tujuan asuransi untuk mengurangi risiko beban kerugian yang
mungkin timbul dalam perdagangan, maka asuransi akan selalu beriringan dengan proses perdagangan
internasional, hanya dilihat dari pabean premi jasa asuransi khususnya untuk Indonesia menjadi bagian
dari komponen harga guna menghitung bea masuk sebagaimana dikenal Cost Insurance and Freight
(CIF). Landasan hukum Asuransi adalah Kitab Undang Undang Hukum Dagang.
1. Asuransi Laut (Marine Insurance)
Asuransi Laut mempunyai sejarah yang cukup panjang yaitu sudah ada sejak abad XVIII.
Berawal dari keberhasilan Columbus, Vasco de Gama, Magelhan, Corneleis de Houtman, de Keizer
menemukan sumber remapah rempah di India Timur seiring meningkatnya armada Eropa menuju Asia
maka perdagangan melalui laut makin meningkat.
Para saudagar di Inggris agak risau betapa kerugian besar akan mereka alami manakala kapal
dagang mereka mengalami berbagai gangguan dilaut apakah karena gangguan alam berupa ombak
yang besar (terutama ketika melewati Tanjung Harapan / Cape of Hope) di selatan perairan Afrika
Selatan atau mengalami perompakan ditengah laut yang akan membuat mereka akan bangkrut
karenanya.

13

Para Saudagar Inggris berkumpul di suatu tempat dikenal sebagai dlloyd sepakat membentuk
perusahaan jasa asuransi laut dLloyd dengan tujuan untuk meringankan beban kerugian yang mungkin
timbul akibat gangguan alam maupun gangguan lainnya diluar kemampuan manusia untuk
mengatasinya (force mayeur), dan sejak itu kemudian diperkenalkan jasa asuransi laut (marine
insurance)
Marine Insurance adalah jasa asuransi tertua yang pernah ada, yang kemudian karena dirasakan
sangat besar manfaatnya maka kemudian berkembang berbagai jenis asuransi seperti asuransi
kebakaran, asuransi kematian, asuransi hari tua, asuransi pendidikan dll.
2. Obyek Asuransi Angkutan Laut dan atau Udara
Ada beberapa obyek asuransi laut yang dapat memperoleh jaminan atau pertanggungan dari
perusahaan pengangkutan seperti:
- Lunas Kapal (Casco) dengan segala peralatan dan perlengkapan kapal
- Barang Barang yang dimuat baik oleh Alat Angkut Laut dan atau Udara
- Untung yang diharapkan dari suatu transaksi perdagangan.
- J asa Uang Tambang (Freight)

3. Polis Asuransi
Perjanjian asuransi berdasarkan Kitab Undang Undang Hukum Dagang harus dibuat secara
tertulis dalam suatu akta yang resmi yang kemudian dikenal sebagai Polis Asuransi. Dalam akta
asuransi dinyatakan suatu perjanjian dua belah pihak yang berisi hak dan kewajiban antara perusahaan
asuransi (penanggung) dan pembayar premi asuransi (tertanggung) Ada beberapa butir butir (points)
yang harus diperhatikan dalam Polis Asuransi.
Contoh : Asuransi Kapal
Dalam asuransi kapal harus memperhatikan butir sebagai berikut
- Tanggal perjanjian asuransi dilakukan
- Nama nama pihak yang berkaitan dengan asuransi.
- Nama Kapal dan Nama Nakhoda
- Voyage Number atau Perjalanan Kapal yang akan ditanggung
- Resiko resdiko yang dijamin oleh asuransi
- Tanggal dimulai dan tanggal berakhirnya perjanjian asuransi
- Premi yang dibayar
Besarnya premi yang dibayar hendaknya memperhatikan beberapa hal seperti
- J angka waktu pertanggungan

14

- Route / jalur pelayaran yang ditempuh (aman atau sering terjadi perompakan atau merupakan
daerah perang)
- Kondisi kapal yang ditanggung
- Nama kapal yang ditanggung
- Gross Registered Ton (G.R.T)
- Tahun pembuatan kapal
- Harga Kapal (Value)
- Kawasan beroperasinya kapal
- Klasifikasi Kapal
- Warrisk (risiko pada kawasan perang)
- Bahaya perampasan, perompakan dan pemogokan (molest)

4. Beberapa Teknik Pencegahan Kerusakan / Kehilangan Selama di Kapal
To Exercise Due Delligence
Kewajiban pengangkut (carrier) adalah merawat dan menjaga kualitas alat angkut wajib
melakukan perawatan sebagaimana diatur dalam The Hague Rules maupun yang disyaratkan dalam Bill
of Lading, sehingga kapal / alat angkut ketika digunakan layak laut atau telah melakukan perawatan
yang semstinya (to exercise due delligence) antara lain
a) Perawatan Palka dan Ruangan Kapal Lainnya
Perusahaan Pelayaran berkewajiban memelihara alat angkut yang ditawarkan kepada pengguna
alat angkut dengan merawat kapalnya dan ruang ruang penyimpanan barang di kapal agar barang
barang tidak rusak atau menurun mutunya. Mungkin kerusakan atau turunnya mutu barang yang
diangkut oleh kapal disebabkan oleh karat, sisa sisa minyak dengan akibat akan mendapat claim dari
pengguna jasa angkutan. Biaya perawatan (maintenance cost) menjadi beban Perusahaan Pelayaran
sebagai pemilik kapal
b) Meneliti Koli dan Barang Sebelum Dimuat
Sebelum memuat barang keatas kapal sebaiknya menelitikualitas kemasan barang dan relevansi
bahan kemasan dengan barang yang ada didalamnya seperti papan atau peti retak atau pecah dan oleh
sebab itu bila diperlukan dicatat dalam Mates Receipt yang ditanda tangani mualim sebagai laporan
kondisi kemasan
c) Dunnage
Ketersediaan kelengkapan kapal dengan tujuan untuk membantu menjaga kualitas barang dan
keamanan barang yang dimuat kapal sekaligus untuk mencegah berbagai kerusakan yang mungkin

15

timbul. Kelengkapan itu berupa tali, slink, kayu, papan sebagai alas atauu sebagai pemisah antara
muatan barang yang satu dengan yang lainnya
d) Stowage Plan
Barang barang yang dimuat dalam pakal harus disusun berdasarkan norma tertentu dengan
tujuan agar tidak terjadi kerusakan atau penurunan mutu barang dalam proses pengiriman,
pembongkaran barang. Misalnya kreteria barang yang berat posisi dibawah barang yang lebih ringan,
barang yang tujuan pada pelabuhan pertama tempatnya diatas barang yang tujuannya pada pelabuhan
selanjutnya dll. Pengaturan susunan barang barang cargo harus memperhatikan karakteristik
kemasan dan barang yang dimuat agar mudah dalam melakukan pembongkarannya dan tetap aman
atau tidak mengalami kerusakan.
Board Steve Doring
Steve doring adalah Perusahaan J asa Bongkar Muat yang mempunyai peran penting dalam upaya
mencegah terjadinya kerusakan barang pada waktu pembongkaran dan mempunyai system pencatatan
dan monitoring yang baik sebagai bahan melakukan penelusuran sebab sebab kerusakan barang dan
atau kekurangan atau kehilangan barang dalam proses pengangkutan. Ada beberapa kegiatan Steve
Doring
a) Bongkar Muat Barang
Kegiatan membongkar harus dilakukan dengan hati hati agar tidak terjadi kerusakan dan oleh
sebab itu memerlukan alat alat bongkar muat (seperti Forklift, Sling, Crane, Derek dll) yang baik dan
operator alat yang trampil.
b) Pentelian (Tally)
Pentelian (tally) adalah kegiatan monitoring dan pencatatan tentang barang barang yang
dibongkar dari kapal ke dermaga atau dimuat dari dermaga ke kapal yang berfungsi sebagai data
rekapitulasi tentang jumlah barang barang yang dibongkar atau yang dimuat dari atau ke kapal dan
dapat berfungsi sebagai bukti penyerahan barang dari pengangkut ke pergudangan. Dalam daftar tally
(tally sheet) memuat berbagai catatan tentang kondisi cargo dan atau kejadian kejadian waktu
membongkar dan atau memuat dan catatan itu mempunyai kekuatan hukum informatif dan oleh sebab
itu kegiatan membongkar dan memuat harus dilakukan secara hati hati.
c) Dispute Muatan
Pada barang barang yang dimuat secara langsung ke kapal sering terjadi perbedaan
penjumlahan dalam pentalian (tally), maka diperlukan konfirmasi dari berbagai petugas tally untuk
memperoleh kepastian tentang berapa jumlah barang yang telah dimuat atau telah dibongkar

16

d) Daftar Barang / Cargo Rusak


Dari systems pencatatan melalui tally akan diketahui beberapa barang yang ketika dimuat atau
dibongkar barang tersebut telah rusak kemasannya. Dari data tersebut akan dapt dibuat daftar barang
barang yang mengalami kerusakan pada kapal yang diawasinya.
Sistem Kemasan (Packing Systems)
Systems kemasan adalah systems yang tidak terpisahkan dalam kegiatan pemuatan dan
pembongkaran barang dalam proses pengangkutan karena dalam proses pengangkutan melibatkan
perjanjian tiga pihak yaitu pengangkut (carrier), shipper (eksportir), consignee (importir) dan pengangkut
(carrier) berkewajiban mengangkut dan membongkar dan atau menyerahkan barang yang diangkutnya
dalam keadaan baik.
a) Fungsi Packing / Kemasan
Fungsi kemasan pada barang yang diangkut melalui transportasi laut dan atau udara adalah
- Melindungi barang dari kerusakan atau penurunan mutu barang
- Melindungi barang dari tindak pencurian
- Memudahkan pejabat publik (Pabean, Karantina, Otoritas Pelabuhan) dalam menidentifikasi
barang dan untuk pencegahan penyelundupan dan atau tindak terorisme.
b) Berbagai Jenis Kemasan
Ada dua jenis kemasan yaitu kemasan tradisional dan kontainer, jenis kemasan tradisional biasnya
menjadi isi kemasan kontainer. Dalam kemasan tradisional selalu memperhatikan karakter jenis barang
dan sifat jenis barang agar sesuai dengan jenis kemasan dan sesuai tempat penimbunan
- Benda Gas dikemas dalam tabung tabung gas dengan tekanan tinggi
- Benda Cair dikemas dalam drum, tahang (tong kayu),kaleng, botol
- Benda Padat Masive dalam peti, dos, karton, ball terikat, skid, roll
- Benda Padat Terurai seperi Tepung Terigu, Semen, Pupuk dalam bentuk kantong kain (terigu),
Zack (semen), karung.

c) Tanda Merk dan Nomer Kontainer
Tanda Merk (Mark), Nomer yang tertera dalam kemasan mempunyai arti dan maksud serta fungsi
sebagai perlindungan (protection), perhatian untuk perlakuan tertentu (cautionary marking) dan untuk
identifikasi
d) Fungsi Proteksi (Perlindungan)
- Lock Up Stowage (timbun dalam ruangan khusus / istimewa)

17

- Lift Here (angkat disini)


- Stowage in Cool Place (simpan diruang teduh / dingin)
- Grap Here (pegang disini)
- Special Stowage (Pemuatan Khusus / Istimewa)
- Stow away from boilers and engine room, bulk heads and hot pipe (jauhkan dari ketel uap panas,
mesin,bulkheads dan pipa panas)
- Alto atau Up, atau Oben atau Haut =Atas
- Basso, Bottom =Bawah
- Keep Dry (J auhkan dari air atau kelembaban)
e) Fungsi Untuk Perhatian Perlakuan Atas Barang
- Use No Hooks (J angan menggunakan ganco / alat berujung tajam)
- This Side Up (ini ujung / atas)
- Handle with Care (Perlakukan secara berhati hati)
- Fragile (Barang barang mudah pecah)
- Open Here (Buka disini)
- Do not Drop (J angan dibanting)
f) Fungsi Identifikasi
- Leading Marks and Numbers (Merk dan Nomer Koli)
- Port Mark (Kode Pelabuhan Tujuan)
- Gross Weight =Berat Kotor
- Tara =Potongan Berat
- Netto =Berat Bersih
- Hores Power (HP) =Satuan hitung daya
- Kilo Watt (KW) =Satuan hitung kekuatan listrik setara 1000 Watt
- Dan berbagai satuan hitung teknik lainnya

Kesimpulan
Klaim adalah tuntutan penggantian kerugian atas timbulnya kejadian yang menyebabkan terjadinya
kerusakan, penurunan mutu, kekurangan barang barang yang menjadi tanggung jawab
penyelenggara jasa angkutan atau jasa bongkar muat atau jasa pergudangan pada waktu barang
diterima oleh importir atau consignee.
Dasar atau alasan terjadinya klaim, antara lain: laporan tentang kekurangan barang, laporan
tentang kerusakan barang, laporan tentang kelebihan barang
Prosedur pengajuan klaim pada perusahaan pelayaran:

18

- Tahapan pengajuan: lengkapi Except Bewijs atau Claim Constatering Bewijs sebagai bukti barang
termaksud hilang atau rusak, copy B/L, invoice, packing list dan polis asuransi
- Tahapan pemeriksaan klaim: penentuan klasifikasi masalah, apakah klaim karena kerusakan atau
kehilangan.
Alasan penolakan klaim, antara lain: hak dan kewajiban pengangkut telah dipenuhi, kadaluwarsa
klaim, periode klaim, inssuficiency of packing, pencurian, kekurangan karena sifat alamiah, deck
cargo loading, dan adanya kebocoran.
Asuransi laut merupakan perjanjian berupa perikatan hukum asuransi antara perusahaan asuransi
dengan dan mereka yang ingin memperoleh perlindungan dari perusahaan asuransi.
Obyek asuransi laut: Lunas Kapal (Casco) dengan segala peralatan dan perlengkapan kapal;
Barang Barang yang dimuat baik oleh Alat Angkut Laut dan atau Udara; Untung yang diharapkan
dari suatu transaksi perdagangan dan J asa Uang Tambang (Freight)

Anda mungkin juga menyukai