Anda di halaman 1dari 21

PERUSAHAAN BONGKAR MUAT

MATA KULIAH MANAJEMEN TRANSPORTASI LAUT

Dosen Pengampu: Drs. Hardjono, M.Trans

Disusun oleh :

1. Firdiansyah Nugroho 2017.05.2.0030


2. Inez Mahadantri Reviandra 2017.05.2.0005
3. Yulia Dwi Anti 2017.05.2.0008
4. Putri Yolanda Aphsari 2017.05.2.0024
5. Ade Windu Sedewi 2017.05.2.0035
6. Moch. Epril Erviansyah 2017.05.2.0043

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HANG TUAH

SURABAYA

2019
ABSTRAK

Aktivitas/kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan yang dilaksanakan


oleh Perusahaan Bongkar Muat, pada dasarnya ada 3 (tiga) hal/kegiatan yaitu
meliputi kegiatan Stevedoring, cargodoring dan receiving/delivery, sedangkan
dalam pelaksanaan meliputi persiapan pembongkaran dan pemuatan barang yang
dilakukan sebelum kapal tiba dan pada waktu kapal tiba di dermaga pelabuhan.

Sedang untuk pelaksanaan bongkar muat barang harus memperhatikan hal-


hal seperti persiapan sebelum bongkar muat dengan mengadakan meeting intern
dengan bagian operasional dan lain-lain, sedang meeting ektern dengan instansi
terkait yang berhubungan dengan ijin kapal masuk dan ijin kegiatan bongkar muat.

Di dalam pelaksanaan bongkar muat, perusahaan bongkar muat dengan


suratperintah kerja yang diterima perusahaan pelayaran melakukan pembongkaran
/pemuatan dengan berdasar stowage plane, untuk pemuatan barangnya sudah
dipersiapkan di dermaga dan disesuaikan dengan jenis, macam barang serta
diperhatikan palka yang akan dipergunakan, untuk menjaga
stabilitas/keseimbangan kapal, sehingga terjamin keselamatan, keaamanan baik
untuk kapal, crew/Anak Buah Kapal serta muatannya.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Transportasi laut sebagai bagian dari sistem transportasi nasional perlu
dikembangkan dalam rangka mewujudkan wawasan nusantara yang
memepersatukan seluruh wilayah Indonesia, termasuk lautan nusantara sebagai
satu kesatuan wilayah Indonesia.
Bangsa Indonesia menganut wawasan nusantara pada hakekatnya, bahwa
wilayah nusantara beserta udara di atasnya dan laut yang menghubungkannya
berikut segenap isinya merupakan kesatuan yang utuh dan menyeluruh. Hal ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa negara Indonesia adalah negara
kepulauan, karena bentuk, letak geografis dan kepadatan lalu lintas pelayaran
di kawasan ini menempatkan Indonesia dalam kedudukan yang sangat penting.
Realisasi pengisian wawasan nusantara memuat kemampuan untuk
menegakkan dan memelihara dan kedaulatan dan hukum negara Indonesia di
seluruh nusantara, khususnya di laut.
Melihat kenyataan bahwa kondisi geografis Indonesia yang merupakan
negara kepulauan dimana wilayah perairan jauh lebih luas dibanding daratannya
maka sudah merupakan hal yang wajar apabila pembangunan dan pengaturan
transportasi laut dewasa ini perli mendapat perhatian yang besar.
Pengembangan transportasi laut harus mampu menggerakkan pembangunan
nasional dan pembangunan daerah, dengan mengutamakan keteraturan
kunjungan kapal yang dapat menggairahkan tumbuhnya perdagangan dan
kegiatan pembangunan umumnya. Laut nusantara sebagai lahan usaha kelautan
mengharuskan pentingnya perhatian terhadap transportasi laut yang juga
membutuhkan penataan peraturan-peraturan hukum yang mengatur dan
menghukum pengembangan usaha transportasi laut dan usaha penunjang yang
terkait dengannya.
Kebijakan nasional bidang pembangunan ekonomi oleh pemerintah dalam
upaya meningkatkan pendapatan devisa diarahkan kepada upaya peningkatan
ekspor non migas dan untuk menunjang kebijakan tersebut, pemerintah telah
melakukan beberapa langkah antara lain deregulasi di bidang industri,
perdagangan, dan penanaman modal. Era globalisasi dan kemajuan teknologi
informasi telah mempengaruhi struktur dan perdagangan internasional dan
mengarah kepada kondisi pasar dengan persaingan yang sangat ketat. Upaya
untuk meningkatkan ekspor non migas dalam kondisi persaingan tersebut,
memerlukan adanya keunggulan kompetitif bagi komoditi ekspor Indonesia
untuk dapat bersaing dengan komoditi dari negara-negara lain baik dari segi
harga maupun kualitas.
Pelabuhan dalam menempatkan diri sebagai pintu gerbang perekonomian
mutlak harus dapat memberikan kontribusi antara lain penekanan distribution
cost yang berdampak pada daya beli, daya saing, dan efek multiplier terhadap
pertumbuhan dan pendapatan nasional.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana alur dan proses bongkar dan muat?
2. Bagaimana proses penyelenggaraan pengangkutan barang melalui laut
menurut Undang Undang Pelayaran No.17 tahun 2008?
3. Bagaimana ruang lingkup kegiatan perusahaan bongkar dan muat ?

1.3 Tujuan
1. Untuk memahami alur dan proses bongkar dan muat
2. Untuk mengetahui proses penyelenggaraan pengangkutan barang
melalui laut menurut Undang-Undang Pelayaran No. 17 tahun 2008
3. Untuk menambah wawasan tentang ruang lingkup kegiatan perusahaan
bongkar dan muat
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perusahaan Bongkar dan Muat

Menurut Pasal 1 ayat 14 Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2010 tentang


Angkutan di Perairan , kegiatan bongkar muat barang adalah merupakan kegiatan
usaha yang bergerak dalam bidang bongkar dan muat barang dari dan ke kapal di
pelabuhan yang meliputi kegiatan stevedoring, cargodoring, dan
receiving/delivery.

Menurut Surat Keputusan Mentri Perhubungan No. Al/ 300 No. 88


menyatakan bahwa Perusahaan bongkar muat barang adalah perusahaan yang
secara khusus berusaha dibidang bongkar muat dari dan ke kapal, baik dari gudang
Lini 1 maupun langsung ke alat angkutan.

Pengertian mengenai bongkar muat barang dari dan ke kapal di pelabuhan


merupakan suatu kegiatan usaha jasa yang yang sangat penting dalam lancarnya
pelaksanaan pengangkutan melalui laut. Kegiatan bongkar muat barang menurut
Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan adalah
merupakan kegiatan usaha yang bergerak dalam bidang bongkar dan muat barang
dari dan ke kapal di pelabuhan yang meliputi kegiatan stevedoring, cargodoring,
dan receiving/delivery.

Kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal terdiri dari:

1. Stevedoring adalah pekerjaan membongkar barang dari kapal ke


dermaga/ tongkang/truk atau memuat barang dari dermaga/
tongkang/truk ke dalam kapal sampai dengan tersusun dalam palka
kapal dengan menggunakan derek kapal atau derek darat.
2. Cargodoring adalah pekerjaan melepaskan barang dari tali atau jala-jala
(ex tackle) di dermaga dan mengangkut dari dermaga ke gudang/
lapangan penumpukan barang atau sebaliknya.
3. Receiving /delivery adalah pekerjaan memindahkan barang dari
timbunan/tempat penumpukan di gudang/lapangan penumpukan dan
menyerahkan sampai tersusun di atas kendaraan di pintu gudang/
lapangan penumpukan atau sebaliknya.

Menurut Surat Keputusan Mentri Perhubungan No. Al/ 300 No. 88


menyatakan bahwa Perusahaan bongkar muat barang adalah perusahaan yang
secara khusus berusaha dibidang bongkar muat dari dan ke kapal, baik dari gudang
Lini 1 maupun langsung ke alat angkutan.

Logistik peti kemas selanjutnya melibatkan moda transportasi darat baik itu
truk maupun keret api yang disebut dengan container drayage operation, dalam
operasi ini truk akan melewati beberapa titik pemberhentian diantaranya: terminal
peti kemas (container terminal), pabrik (factory), depo peti kemas kosong (empty
container depot), dan garasi truk peti kemas (pool). Operasional truk peti kemas
drayage dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok berdasarkan arahnya.

1. Peti kemas yang telah dikirim dari daerah atau negara lain ke terminal untuk
selanjutnya dikirim ke pemilik barang atau pabrik disebut inbound; (mis:
impor)

2. Sebaliknya, peti kemas yang harus diambil di lokasi pemilik barang dan
kemudian dikirim ke terminal peti kemas untuk transportasi lebih lanjut
disebut (mis: ekspor)

Alur logistik peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok dengan melewati


proses container terminal operation dan container drayage operation dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.
Para pemangku kepentingan yang terlibat dalam alur logistik peti kemas ini
diantaranya: operator terminal peti kemas, agen pelayaran, perusahaan truk,
pengelola gudang penyangga (depo dan TPS), perusahaan Pengurusan Jasa
Kepabeanan (PPJK), perusahaan freight forwarder, dan termasuk unsur pemerintah
terkait (bea cukai, karantina, dan sebagainya).

Gambar di atas mempunyai rincian proses-proses sebagai berikut:

2.2 Kegiatan bongkar kapal

1. Proses Sandar kapal


a. Bagian perencanaan kapal membuat “berthing window” berdasarkan
berthing contract dari bagian pemasaran yang merupakan gambaran
layanan kapal yang dilayani dan alokasi waktunya dalam setiap
minggu berdasarkan ketersediaan dermaga;
b. Bagian perencanaan membuat “berthing plan” untuk alokasi
dermaga mengacu kepada “berthing window” dan berdasarkan data
yang diterima dari “shipping line”/ perusahaan pelayaran;
c. Perusahaan pelayaran/ agen menginformasikan rencana kedatangan
kapal kepada bagian terminal peti kemas, paling lambat 1 x 24 jam
sebelum kapal tiba.
2. Dokumen permohonan bongkar/ muat:
a. container vessel identification advice (CVIA), pemberitahuan
rencana kegiatan kapal di terminal;
b. edi baplie, data yang berisi informasi tentang posisi peti kemas di
atas kapal;
c. list container special handling;
d. ship particular (data kapal);
e. general stowage (gambar stowage kapal).
3. Bagian perencanaan membuat “berthing plan” untuk alokasi dermaga
mengacu kepada “berthing window” dan berdasarkan data yang diterima
dari “shipping line” atau perusahaan pelayaran;
4. Rapat kapal (8 jam sebelum kapal sandar), kegiatan di terminal peti kemas
oleh bagian perencanaan untuk membahas urutan penyandaran kapal
berdasarkan master cable dengan prioritas utama dan weekly ship’s
schedulepenentuan Estimate Time Berthing (ETB) dan Estimate Time
Departure (ETD);
a. Posisi sandar kapal, posisi kade meter tempat sandar;
b. Jumlah peti kemas yang akan dibongkar/muat;
c. Jumlah restorage dan special cargo (bila ada);
d. Kesiapan dan kebutuhan lapangan penumpukan;
e. Kesiapan dan kebutuhan peralatan bongkar/ muat;
f. Penetatapan waktu closing time;
g. Permintaan tenaga kerja bongkar muat (TKBM).
5. Shipping lines mendaftarkan Rencana Penyandaran Kapal dan Operasi
(RPKOP) dan Rencana Kerja Bongkar Muat (RKBM) di sistem Inaportnet
untuk mendapatkan ijin sandar dan pelayanan kepanduan;
6. Terminal selaku perusahaan bongkar muat juga menginput rencana
penyandaran dan rencana kerja bongkar muat di Inaportnet berdasarkan data
yang dimasukkan oleh shipping lines;
7. Pihak kepanduan akan melakukan pemanduandan penarikan kapal tersebut
untuk dilakukan penyandaran di kade yang sudah ditentukan;
8. Kapal siap bongkar.
9. Kegiatan bongkaran/Impor (stevedoring & cargodoring)
a. Setelah perencanaan kapal menerima dokumen hasil rapat kapal dan
memposting data EDI/ Baplie peti kemas impor, membuat crane
working program (CWP), print hasil posting profile, bay plan
bongkar, dan crane working program untuk kegiatan bongkar;
b. Pengendalian operasi menerima copy bay plan bongkar untuk
monitoring kegiatan bongkar sesuai dengan CWP;
c. Bagian lapangan, menerima, dan mempelajari dokumen (bayplan,
crane working program/ CWP, dan profil bongkar) kemudian
menyiapkan personil dan peralatan, serta menginformasikan ke
pengendalian;
d. Operator quay container crane (QCC) melaksanakan pembongkaran
peti kemas sesuai CWP dan urutan bongkar pada BP, koordinasi
dengan operator assistant di kapal (solo), dan operator assistant di
dermaga (whiskey). Whiskey mengecek segel dan kondisi peti
kemas, membuat container damage report (CDR) bila ada
kerusakan, meng-update peti kemas ke dalam sistem;
e. Bila ada masalah operator rubber tyred gantry (RTG) dibantu
pengawas lapangan menginformasikan ke pengendalian;
f. Operator RTG menumpuk peti kemas dilapangan, meng-update peti
kemas ke dalam sistem dengan pengawasan oleh pengendalian;
g. Laporan hasil kegiatan operasi per shift dan time sheet yang telah
diverifikasi petugas yang berwenang diserahkan ke staf operasi
untuk dibuatkan laporan hasil kerja;
h. Pembuatan RBM;
i. Pembuatan invoice

2.3 Persiapan Bongkar Muat Barang

Sebelum Perusahaan Bongkar Muat melakukan pekerjaan pembongkaran dan


pemuatan barang dari dan ke atas kapal, PBM mendapat Surat Perintah Kerja
(SPK) dari Perusahaan Pelayaran/Agen yang menunjuknya, sebagai pedoman
untuk melaksanakan tugas yang diembannya. Setelah itu perlu adanya persiapan
- persiapan yang matang baik untuk penyediaan peralatan, tenaga Kerja bongkar
muat dan lain sebagainya yang dapat mendukung/menunjang kelancaran
kegiatan bongkar muat barang.Tahap - tahap persiapan sebelum kapal tiba di
Dermaga/tempat tambat adalah sebagai berikut :

Sebelum Kapal tiba


Sebelum kapal tiba PBM mendapat kabar/berita tentang rencana kedatangan
kapal yang berisi:
a. Waktu kapal tiba.
b. Jumlah muatan/barang yang akan dibongkar.
c. Macam, jenis barang dan lain - lain.
Dengan informasi tersebut maka perusahaan bongkar muat mengadakan
pertemuan dengan pihak - pihak terkait di PPSA (Pusat Pelayanan Satu Atap),
membahas mengenai waktu kapal tiba, dermaga yang digunakan dan lain -
lain, setelah itu PBM mengadakan persiapan agar supaya kegiatan bongkar
muat bisa dilakukan dengan cepat dan efisien.
Di dalam pertemuan/briefingnya perusahaan bongkar muat memberikan
pertimbangan - pertimbangan mengenai antara lain :
Alat - alat bantu apa saja yang dibutuhkan disesuaikan dengan barang yang
akan dibongkar/dimuat dan tempat yang ideal menurut kondisi fasilitas yang
ada untuk kecepatan bongkar muat sehingga muatan dapat ditampung baik di
dermaga, gudang atau lapangan penumpukan.

Kapal tiba di dermaga


Setelah kapal tiba di perairan pelabuhan kemudian petugas perusahaan
bongkar muat menerima dokumen - dokumen yang diperlukan untuk
mempersiapkan kegiatan bongkar muat barang seperti :

a. Manifest yang merupakan daftar barang yang akan dibongkar menurut


Bill of Lading (B/L).
b. Copy telegram/cable master dari kapal seandainya ada permintaan -
permintaan khusus dari kapal mengenai bongkar muat barang.
c. Stowage Plane ini merupakan gambar dari letak barang - barang yang
akan dibongkar baik yang berada di palka maupun di dek.
d. Hacth List merupakan daftar spesifikasi barang disetiap palka.
e. Keterangan - keterangan lain yang diperlukan seperti affidavit, sea
protest, cargo survey report dll.

Dokumen – dokumen tersebut perlu dipelajari sebagai pertimbangan dalam


kegiatan bongkar muat barang antara lain manifest/daftar muatan ini sebagai dasar
teknis untuk menentukan alat - alat stevedoring apa yang harus dipakai dan harus
sesuai dengan macam, sifat barang yang akan dibongkar/dimuat dan sebagai
dasar administrasi untuk menentukan sarat – sarat pengangkutan. Dan dari stowage
plan atau cargo plan digunakan agar supaya dapat mengatur rencana bongkar
muat sesuai dengan tempat dalam palka yang mencakup cara - cara bongkar muat
yang dapat menjamin keamanan dan keselamatan baik untuk kapal, muatan dan
tenaga kerja bongkar muatnya. Dokumen - dokumen tersebut di atas dapat
dijadikan pedoman/garis rencana stevedoring untuk mengambil langkah - langkah
apa saja yang harus dilaksanakan dan dipersiapkan untuk kegiatan bongkar muat
barang untuk menjamin kelancaran keamanan, kecepatan bongkar muat barang
yang dilakukan dan bisa dijadikan pedoman untuk menentukan :
alat bantu dan alat stevedoring yang dibutuhkan, jumlah buruh/TKBM , waktu
yang dipergunakan dan sarat - sarat pengangkutan yang telah ditetapkan.

2.4 Pelaksanaan Bongkar Muat Barang

Sebelum Bongkar Muat.


Perusahaan Bongkar Muat berdasarkan surat perintah kerja (SPK)yang
diterima dari perusahaan pelayaran atau pemilik barang, maka PBM segera
mempelajari dokumen pendukung antara lain ETA, Manifest, stowage plane
disertai shipping instruction (SI) atau surat perintah pengapalan, kemudian PBM
mengadakan pertemuan (meeting) yang terbagi 2 (dua) kelompok yaitu :
 Meeting intern yang terdiri dari bagian Operasional, bagian terminal dan
bagian unit tallyPBM.
Tujuan dari pertemuan tersebut untuk memperlancar kegiatan bongkar muat
dan mengatur agar perusahaan bongkar muat lebih baik dan lancar,cepat dan
teratur serta dapat menjamin keamanan baik untuk kapal, barang dan tenaga
kerjanya yang melaksanakan bongkar muat, sehingga hasilnya dapat
maksimal dan tidak mengecewakan para relasi/pelanggan yang akan
menimbulkan kepercayaan masyarakat pengguna jasa angkutan laut.
Dalam meeting intern ini membicarakan masalah antara lain : peralatan
bongkar muat, tenaga kerja yang dibutuhkan, biaya-biaya yang dikeluarkan
dan alat angkut yang akan digunakan.
 Meeting Ekstern
Sebelum pelaksanaan bongkar muat perlu diadakan konfirmasi dengan
instansi terkait seperti perusahaan pelayaran, Administrator pelabuhan
(Adpel) , PT (persero) Pelindo (Pelabuhan Indonesia, PPJK (Perusahaan
Pengurusan Jasa Kepabeanan) yang mewakili pemilik barang dan lain-lain.
Didalam pertemuan membahas mengenai kebutuhan sewaktu kapal
tiba/berangkat (ETA, ETD) untuk menentukan : waktu bongkar/muat, jasa
penumpukan di dermaga, ijin penimbunan barang di gudang, posisi kapal di
dermagadan ijin lamanya kapal di dermaga dan bersandar. Dalam meeting
tersebut dengan membawa copy antara lain : surat pemberitahuan
kedatangan kapal, master cable,stowage planclearance in.

Pelaksanaan Bongkar Muat

a. Pembongkaran Muatan Setelah kapal datang dan bersandar Perusahaan


Bongkar Muat dengan surat perintah kerjanya dan persiapan-persiapan yang
sudah dikerjakan, maka alat-alat bongkar muat, personil dan segala
penunjang kelancaran kegiatan bongkar muat sudah siap melaksanakan
tugas dan dikelola oleh bagian stevedoring yang telah siap dengan :
b. Dokumen, blanko-blanko, peralatan, tenaga kerja dll.
c. Stevedor untuk mencatat jam kerja misalnya jam istirahat, hujan, derek
macet, jumlah derek serta memberikan petunjuk pelaksanaan pekerjaan
dengan sebaik mungkin.
d. Tallyman bertugas mencatat jumlahbarang, merek barang yang
dibongkar/dimuat serta mencatat jam kerja.
e. Bagian Terminal siap menerima barang-barang yang dibongkar untuk
disimpan di gudang atau di lapangan penumpukan.
f. Setelah selesai pembongkaran stevedor menyelesaikan dokumen-
dokumennya dan selesailah tugas untuk melayani kapal tersebut.

2.5 Tenaga Kerja Bongkar Muat Barang (TKBM)


Perusahaan Bongkar muat karena selalu bergerak dibidang bongkar muat
barang maka memerlukan tenaga kerja yang terampil dan mempunyai skill yang
tinggi dalam suatu pekerjaan terutama dalam kegiatan bongkar muat barang,
disamping itu juga diperlukan pengalaman dan wawasan yang luas sehingga
dapat menyelesaikan tugas pekerjaannya dengan baik. PBM mendapatkan TKBM
dengan anprah buruh di Kopersi TKBM, dan jumlah gang/pershif yang
dibutuhkan disesuaikan dengan jumlah muatan yang dibongkar/muat hal - hal yang
perlu diperhatikan dalam memilih TKBM antara lain :
Keahlian merupakan salah satu prioritas utama yang menjadi dasar dalam
kepegawaian untuk memegang tugas tertentu. Dalam pelaksanaan B/M barang
dibutuhkan Tenaga Kerja yang terdiri :

a. Kepala kelompok regu kerja merupakan kepala pelaksana operasional


dari TKBM dalam kegiatan bongkar muat barang dari dan ke atas kapal.
b. Tukang Derek adalah TKBM khusus menjalankan derek kapal/derek
darat
c. Pilot adalah TKBM yang bertugas memberikan arahan/petunjuk kepada
tukang derek.
d. Anggota adalah tenaga pelaksana operasional yang berhubungan dengan
kegiatan bongkar muat barang.
e. Komunikasi untuk memperlancar sistem kerja.
f. Mental dan kebersamaan karyawan.
2.6 Proses Pengeluaran Peti Kemas (delivery)

1. Pengeluaran peti kemas impor


a. Petugas gate menerima Surat Pengeluaran Peti kemas (SP-2) dan
melakukan verifikasi. Bila tidak sesuai SP-2 dikembalikan ke
consignee. Bila sesuai dilakukan gate in transaction, di monitor
pengendalian;
b. Petugas lapangan memastikan kesiapan personil dan alat
menginformasikan ke pengendalian. Lift on peti kemas oleh RTG
operator, update ke sistem, dan di monitor pengendalian;
c. Gate melakukan pengecekan segel dan kondisi fisik peti kemas serta
bagian atas peti kemas melalui monitor CCTV;
d. Truk peti kemas dapat keluar membawa peti kemas untuk dibawa ke
pabrik (tempat tujuan cargo owner).

2. Pengeluaran peti kemas impor karena dwelling time


a. Peti kemas yang menumpuk di lapangan LINI 1 melewati batas lebih
dari 3 (tiga) hari, maka harus dipindahkan ke TPS lini 2;
b. Kegiatan ini biasa disebut, Pindah Lapangan Penumpukan (PLP) atau
overbrengen
c. Peti kemas dapat dibawa ke TPS lini 2 setelah keluar dokumen Surat
Perintah Pengeluaran Barang (SPPB);
d. Prosedur pengeluaran sama dengan pengeluaran peti kemas impor;
e. Setelah selesai pembayaran dengan TPS lini 2, maka peti kemas dapat
langsung dibawa ke pabrik (tempat tujuan cargo owner).
2.8 Undang-Undang No. 17 Tahun 2008

PT Pelindo sebagai BUP (Badan Usaha Pelabuhan) dimana menurut


Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dan Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 1991 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum
(Perum) Pelabuhan III menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO) bahwa bongkar
muat sudah menjadi salah satu badan usaha PT Pelabuhan Indonesia.

Sejak berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang


Penyelenggaraan dan Pengusahaan Bongkar Muat Barang dari dan ke Kapal, pihak
regulator selalu menanyakan izin mengenai kegiatan bongkar muat yang dilakukan
oleh PT Pelabuhan Indonesia padahal sebetulnya kegiatan tersebut sudah melekat
dalam Undang-undang sebagai BUP. Namun saat ini masih terjadi dispute
mengenai legalitas PT Pelabuhan Indonesia sebagai pelaksana kegiatan usaha
bongkar muat.

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran menetapkan 2


(dua) kelompok bidang usaha yaitu Pasal 31 tentang usaha jasa terkait dengan
angkutan di perairan dari beberapa sub bidang usaha, yang salah satunya adalah
usaha bongkar muat yang dilakukan oleh Perusahaan Bongkar Muat (PBM); dan
Pasal 90 mengatur kegiatan perusahaan di pelabuhan, terdiri atas penyediaan
dan/atau pelayanan jasa kepelabuhanan dan jasa terkait lainnya dengan
kepelabuhanan dan dilaksanakan oleh Badan Usaha Pelabuhan (BUP) yang
penyelengarannya adalah PT. Pelabuhan Indonesia.

Pasal 90 ayat(3) UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran mengatur


kegiatan pengusahaan di pelabuhan oleh PT. Pelindo sebagai penyelenggara Badan
Usaha Pelabuhan yang terdiri atas:

1. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa dermaga untuk bertambat;


2. Penyediaan dan/atau pelayanan pengisian bahan bakar dan pelayanan air
bersih;
3. Penyediaan dan/atau pelayanan fasilitas naik turun penumpang dan/atau
kendaraan;
4. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa dermaga untuk pelaksanaan
kegiatan bongkar muat barang dan peti kemas;
5. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa gudang dan tempat penimbunan
barang, alat bongkar muat serta peralatan pelabuhan;
6. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa terminal peti kemas, curah cair, dan
curah kering;
7. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa bongkar muat barang;
8. Penyediaan dan/atau pelayanan pusat distribusi dan konsolidasi barang
dan/atau;
9. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa penundaan kapal.

Dalam Pasal 90 ayat (3) huruf g disebutkan bahwa salah satu kegiatan
pengusahaan PT. Pelindo III adalah sebagai penyedia dan/atau pelayanan jasa
bongkar muat. Pelaksanaan bongkar muat PT. Pelindo III mengacu pada ketentuan
dalam Surat Edaran Menteri Perhubungan Nomor S.E. 6 Tahun 2002 tanggal 11
November 2002 tentang Penegasan Kegiatan Bongkar Muat oleh PT. (Persero)
Pelabuhan Indonesia I, II, III, dan IV serta diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 58 Tahun 1991 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum)
Pelabuhan III menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO).

Pasal 2 Peraturan Pemerintah tersebut menyatakan bahwa maksud dan


tujuan didirikan Persero salah satunya adalah menyelenggarakan kegiatan bongkar
muat yang merupakan kegiatan jasa kepelabuhan di pelabuhan yang
diselenggarakannya. Setelah berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2014, dalam Pasal 2 ayat (2) disebutkan bahwa “kegiatan usaha bongkar muat
dilakukan oleh Badan Usaha yang didirikan khusus untuk bongkar muat barang di
pelabuhan”. Kegiatan usaha bongkar muat dapat dilakukan dengan memenuhi
persyaratan administrasi yang tercantum dalam Pasal 6 ayat (4) huruf g berbunyi
“memiliki surat rekomendasi/pendapat tertulis dari Otoritas Pelabuhan atau Unit
Penyelenggaraan Pelabuhan setempat terhadap keseimbangan penyediaan dan
permintaan kegiatan usaha bongkar muat”.

Perusahaan yang melaksanakan penyelenggaraan dan pengusahaan bongkar


muat barang dari dan ke kapal harus memiliki izin yang diterbitkan oleh Gubernur,
serta sesuai kewenangannya mencatat dan mengeluarkan surat keterangan atas
persetujuan pembukaan Kantor Cabang Perusahaan Bongkar Muat di Pelabuhan
dalam Provinsi setempat. Sehingga untuk dapat melaksanakan kegiatan bongkar
muat, PT. Pelindo harus memiliki izin sesuai ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.

2.9 Ruang Lingkup Kegiatan Bongkar dan Muat

Perusahaan bongkar muat (PBM) adalah perusahaan yang secara khusus


berusaha di bidang bongkar muat dari dan ke kapal, baik dari dan ke gudang Lini I
maupun langsung ke alat angkutan yang meliputi kegiatan:

1. Stevedoring
Stevedoring adalah pekerjaan membongkar barang dari kapal ke
dermaga/tongkang/truk atau memuat barang dari dermaga/tongkang/truk ke
dalam kapal sampai dengan tersusun dalam palka kapal dengan
menggunakan derek kapal atau derek darat.
2. Cargodoring
Cargodoring adalah pekerjaan melepaskan barang dari tali/jala-jala
(extackel) di dermaga dan mengangkut dari dermaga ke gudang/lapangan
penumpukan selanjutnya menyusun di gudang/lapangan penumpukan atau
sebaliknya.
3. Receiving/delivery
Receiving/delivery adalah pekerjaan memindahkan barang dari
timbunan/tempat penumpukan 15 digudang/lapangan penumpukan dan
menyerahkan sampai tersusun di atas kendaraan di pintu gudang/lapangan
penumpukan atau sebaliknya

Alat-alat Bongkar Muat

Peralatan bongkar muat adalah alat-alat pokok penunjang pekerjaan


bongkar muat yang meliput:
1. Stevedoring
a. Jala-jala lambung kapal (ship-side net)
b. Tali baja (wire sling)
c. Tali rami manila (rope sling)
d. Jala-jala baja (wire net)
e. Jala-jala tali manila (rope net)
f. Forklift
2. Cargodoring
a. Gerobak dorong
b. Palet
c. Forklift
3. Receiving/delivery
a. Gerobak dorong
b. Palet
c. Forklif
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian dalam pembahasan tersebut di atas, maka dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa aktivitas bongkar muat yang dilakukan oleh Perusahaan
bongkar muat barang di pelabuhan adalah meliputi :

a) Persiapan Pembongkaran dan Pemuatan barang


b) Sebelum Kapal tiba Setelah mendapat berita mengenai kedatangan kapal
dar agen perusahaan maka PBM mempersiapkan peralatan bongkar muat
dan tenaga kerja yang dibutuhkan serta keperluan lain yang mendukung
kegiatan bongkar muat barang.
c) Kapal Tiba di Dermaga Setelah kapal merapat di dermaga, PBM menerima
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan muatan dan kegiatan bongkat
muat serta segera dipelajari untuk mempermudah/demi kelancaran dalam
bongkar muat barang dan menentukan alat-alat bantu apa saja yang
dibutuhkan.
d) Pelaksanaan Bongkar Muat.
e) Sebelum Bongkar Muat. Sebelum melakukan kegiatan bongkar muat, PBM
mengadakan meeting intern yang terdiri dari bagian Operasi, Bagian
Terminal dan Bagian Unit Tally, untuk menentukan koordinasi tentang
pelaksanaan pemongkaran/pemuatan.Meeting ekstern yang
terdiridaripihak/instansi terkait seperti perusahaan pelayaran, Administrator
Pelabuhan, Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan, Pelabuhan Indonesia,
semua ini untuk membahas mengenai :waktu bongkar muat, jasa
penumpukan di dermaga, ijin penimbunan barang di gudang, posisi kapal di
dermaga, ijin lamanya kapal di dermaga dan bersandar.
f) Pelaksanaan Bongkar Muat
g) Pembongkaran PBM dengan surat Perintah Kerjayang sudah diterima dan
persiapan yang sudah dilakukan dengan berdasarkan Stowage Plane maka
melakukan kegiatan pembongkaran.
h) Pemuatan Semua persiapan sudah selesai dan barang sudah berada di
dermaga maka dilakukan pemuatan barang sesuai dengan jenis dan macam
muatan yang disesuaikan juga dengan palka yang akan dimuati. Demikian
kegiatan bongkar muat barang dari dan ke atas kapalselesai.

3.2 Saran

Guna mengantisipasi peningkatan arus barang melalui pengangkutan laut dewasa


ini, maka penulis berusaha memberikan saran-saran sebagai berikut :

a. Resiko untuk timbulnya kerugian dalam kegiatan bongkar muat barang


cukup tinggi, seperti terjadinya kerusakan, berkurang dan hilangnya barang
muatan, maka perusahaan bongkar muat harus mengambil langkah-langkah
intensif untuk mencegah terjadinya kerugian akibat kegiatan bongkar muat
barang, yakni dengan lebih aktif lagi melakukan rapat intern yang disebut
dengan pree arrival meeting (PAM) sebelum ,melaksanakan kegiatan
bongkar muat barang di pelabuhan.
b. Dalam pelaksanaan tanggung jawabnya mengganti kerugian yang timbul
atas kerusakan, kekurangan dan kehilangan barang muatan saat proses
bongkar muat, maka perusahaan bongkar muat harus melaksanakan
tanggung jawab tersebut sepenuhnya yang sesuai dengan
ketentuanketentuan hukum yang berlaku.
c. Untuk menjaga kelancaran proses bongkar muat dan mengurangi
hambatahambatan yang timbul selama kegiatan bongkar muat barang di
pelabuhan, maka perusahaan bongkar muat harus menyediakan dan
menambah peralatan bongkar muat serta melakukan pembinaan dan
pelatihan-pelatihan secara intensif terhadap tenaga kerjanya.
DAFTAR PUSTAKA

Rifani, Mirade Architania, dkk. 2016. Pelaksanaan Bongkar Muat Barang pada

PT Pelabuhan Indonesia III Cabang Tanjung Intan Cilacap. Diponegoro


Law Review: Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016.

Supply Chain Indonesia. 19 November 2018. Alur Logistik Peti Kemas (Bagian 1

dari 2 Tulisan. http://supplychainindonesia.com/new/alur-logistik-peti-

kemas-bagian-1-dari-2-tulisan/ (diakses pada 16 Oktober 2019)

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 Tentang

Pelayaran.

Anda mungkin juga menyukai