Anda di halaman 1dari 157

TARIF & BIAYA PELABUHAN,

PEMUATAN & TUJUAN

Oleh :
Drs. Wahyu Widayat, MM
Bambang Istijab
Bambang Ruwadi
Roma Dormawaty
Undang-Undang 17 /2008/ Tentang
Pelayaran

A. Usaha Jasa Terkait dengan Angkutan di

Perairan

Untuk kelancaran kegiatan angkutan di perairan


dapat diselenggarakan usaha jasa terkait dengan
angkutan diperairan.
2. Usaha jasa terkait dapat berupa :
a. Bongkar muat barang
b. Jasa pengurusan transportasi
c. Angkutan perairan pelabuhan
d. Penyewaan peralatan angkutan laut atau
peralatan jasa terkait dengan angkutan laut.
e. Tally mandiri
f. Depo peti kemas
g. Pengelolaan kapal (ship management)
h. Perantara jual beli dan / atau sewa kapal
(ship broker)
i. Keagenan Awak Kapal (ship manning agency)
j. Keagenan kapal dan
k. Perawatan dan perbaikan kapal ( ship repairing and
maintenance)
3. Usaha terkait dilakukan oleh badan usaha
yang didirikan khusus untuk itu
4. Selain badan usaha yang didirikan khusus
untuk itu kegiatan bongkar muat dapat
dilakukan oleh perusahaan angkutan laut
nasional hanya untuk kegiatan bongkar muat
barang tertentu untuk kapal yang
dioperasikannya.
5. Selain badan usaha yang didirikan khusus
untuk itu kegiatan angkutan perairan
pelabuhan dapat dilakukan oleh perusahaan
angkutan laut nasional.
B. Kegiatan Usaha Bongkar Muat Barang

1. Kegiatan usaha bongkar muat barang merupakan


kegiatan usaha yang bergerak dalam bidang bongkar
dan muat barang dari dan ke kapal di pelabuhan yang
meliputi kegiatan stevedoring, cargodoring, dan
receiving/delivery.

2. Kegiatan usaha bongkar muat barang dilakukan oleh


badan usaha-usaha yang didirikan khusus untuk
bongkar muat barang di pelabuhan.
.
3. Selain badan usaha kegiatan bongkar muat barang
dapat dilakukan oleh perusahaan angkutan laut
nasional hanya untuk kegiatan bongkar muat
barang tertentu untuk kapal yang dioperasikannya

4. Kegiatan bongkar muat yang dilakukan oleh


perusahaan angkutan laut, izin usahanya melekat
pada izin usaha pokoknya
5. Barang tertentu meliputi barang :
Milik penumpang
Curah cair yang dibongkar atau dimuat melalui pipa
Curah kering yang dibongkar atau dimuat melalui
conveyor atau sejenisnya; dan
Yang diangkut di atas kendaraan melalui kapal Ro-
Ro.
6. Perusahaan dapat melakukan bongkar muat semua
jenis barang apabila di pelabuhan tersebut tidak
terdapat perusahaan bongkar muat barang.

7. Perusahaan angkutan laut nasiona harus memiliki


kapal yang dilengkapi dengan, peralatan bongkar
muat barang dan tenaga ahli.
8. Pelaksanaan kegiatan usaha bongkar muat barang
dilaksanakan dengan menggunakan peralatan
bongkar muat oleh tenaga bongkar muat.
9.Peralatan bongkar muat harus memenuhi persyaratan
laik operasi dan menjamin keselematan kerja.

10. Tenaga kerja bongkar muat harus memiliki


kompetensi di bidang bongkar muat.

11. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja


bongkar muat di pelabuhan, Pemerintah,
pemerintah daerah, atau badan hukum Indonesia
dapat menyelenggarakan pendidikan pelatihan di
bidang bongkar muat barang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
12. Shifting adalah memindahkan muatan di dalam
kapal yang sama atau ke kapal yang berbeda atau
lewat darat.
13. Lashing/unlashing adalah mengikat atau
memperkuat muatan atau sebaliknya melepaskan
pengikat atau penguat muatan
14. Dunnaging adalah memasang alas atau pemisah
muatan (dunnage/sparation)
15. Sweeping adalah mengumpulkan muatan-muatan
yang tercecer
16. Bagging /unbagging adalah memasukkan muatan
curah kedalam karung atau sebaliknya yaitu
membuka untuk mencurahkan muatan.
17. Restowage adalah menyusun kembali muatan
dalam kapal
18. Sorting adalah pekerjaan memilih atau
memisahkan muatan yang tercampur atau
muatan yang rusak
19. Trimming adalah meratakan muatan di dalam
kapal
20. Cleaning adalah pekerjaan membersihkan
kapal
21. Longdistance adalah pekerjaan cargodoring yang
jaraknya melebihi 130 m
22. Overbrengen (pindah lokasi) adalah
memindahkan barang dari gudang atau tempat
penumpukan yang satu ke gudang atau tempat
penumpukan yang lain dalam daerah pelabuhan
atau dari ship side ke gudang khusus untuk
itu.
23. Gilir Kerja ( shift) adalah jam kerja selama 8
(delapan) jam termasuk istirahat 1 (satu) jam
kecuali hari Jum’at siang istirahat 2 (dua) jam,
untuk kegiatan bongkar muat dengan
penggantian Tenaga Kerja Bongkar Muat pada
setiap gilir kerja.
24. Gang Tenaga Kerja Bongkar Muat adalah tenaga
kerja bongkar muat dalam 1 (satu) regu kerja.
25. Peralatan bongkar muat non mekanik adalah alat
pokok penunjang pekerjaan bongkar muat yang
meliputi jala-jala lambung kapal (ship side net),
tali baja (wire sling), tali rami/manila (rope
sling), jala-jala baja (wire net, jala – jala tali
manila (rope net), sling hambat, spreader set,
segel, lifting hook, gerobak dorong dan pallet.
26. Bongkar muat di rede adalah pekerjaan membongkar
dari kapal yang tidak sandar di dermaga ke tongkang
di
lambung kapal dan selanjutnya mengeluarkan dari
tali/jala-jala (eks tackle) dan menyusun di tongkang
serta membongkar dari tongkang ke dermaga atau
sebaliknya.
27. Bongkar muat langsung ke tau dari dermaga
(kade losing/loading) ke dermaga dan
selanjutnya mengeluarkan dari tali/ jala-jala (eks
takle serta menyusun di truk atau tongkang
atau sebaliknya.
28. Quay supervisor adalah petugas pengendalian kegiatan
operasional bongkar muat barang di dermaga dan
mengawasi kondisi barang sampai ke tempat
penimbunan atau sebaliknya.
29. Administrative supervisor adalah penyusun dan
pengendalian seluruh dokumen bongkar muat dari dan ke
kapal, perhitungan fisik, pencatatan dan survey kondisi
barang pada kegiatan cargoding dan receiving /delivery
serta membuat laporan periodic.
30. Foreman adalah pelaksana dan pengendalian kegiatan
operasional bongkar muat dari dan ke kapal sampai
ketempat penumpuka barang atau sebaliknya, dan
membuat laporan periodik hasil kegiatan bongkar
muat.
31. Assistant foreman adalah tenaga pembantu pelaksana
tugas foreman dalam pengendalian kegiatan
operasional bongkar muat dari dan kapal sampai ke
tempat penumpukan barang atau sebaliknya dan
membuat laporan periodik hasil kegiatan bongkar
muat.
32. Cargo cheker adalah pelaksana verifikasi atau
pencatat jumlah, merk dan kondisi setiap
gerakan barang-barang berdasarkan dokumen
serta membuat laporan.
33. Mistry adalah pelaksana perbaikan kemasan
barang dalam kegiatan stevedoring, cargoding,
dan receiving/delivery.
34. Watchman adalah pelaksana keamanan barang
pada kegiatan stevedoring, cargoding, dan
receiving/ delivery.
C. Beberapa Pengertian di bidang
Kepelabuhan dan Angkutan di Perairan
1. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan
atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai
tempat kegiatan pengusaha yang dipergunakan sebagai
tempat kapal bersandar, naik turun penumpang , dan
atau bongkar muat barang, berupa terminal dan
tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan
kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra antar moda transportasi.
2. Kepelabuhan adalah meliputi segala sesuatu yang
berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan
pelabuhan untuk menunjang kelancaran,
keamanan dan ketertiban arus lalu lintas kapal,
penumpang dan / atau barang, keselamatan
berlayar, serta sempat perpindahan intra dan antar
moda
3. Pelabuhan laut adalah pelabuhan yang dapat
digunakan untuk melayani kegiatan angkutan laut/
atau angkutan penyebarangan yang terletak di laut
atau sungai.
4. Pelabuhan umum adalah pelabuhan yang
diselenggarakan untuk kepentingan pelayanan
masyarakat umum
5. Terminal adalah fasilitas pelabuhan yang terdiri
atas kolam sandar dan tempat kapal bersandar
atau tambat, tempat penumpukan, tempat
menunggu dan naik turun penumpang , dan atau
tempat bongkar muat barang.
6. Terminal khusus adalah terminal yang terletak
diluar daerah lingkungan kerja dan daerah
lingkungan kepentingan pelabuhan yang
merupakan bagian dari pelabuhan terdekat untuk
melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha
pokoknya.
7. Terminal untuk kepentingan sendiri adalah
terminal yang terletak di dalam daerah lingkungan
kerja dan derah lingkungan kepentingan
pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan
untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan
usaha pokoknya.
8. Penyelenggara pelabuhan adalah otorita
pelabuhan /KSOP/atau Unit Penyelenggara
Pelabuhan.
9. Otoritas pelabuhan (Port Authory ) adalah lembaga
pemerintah di pelabuhan sebagai otoritas yang
melaksanakan fungsi pengaturan, pengendalian, dan
pengawasan kegiatan pelabuhan yang diusahakan secara
komersil.

10. Unit penyelenggara pelabuhan adalah lembaga


pemerintah di pelabuhan sebagai otoritas yang
melaksanakan fungsi pengaturan, pengendalian,
pengawasan, kegiatan kepelabuhan, dan pemberian
pelayanan jasa kepelabuhan dan pemberian pelayanan jasa
kepelabuhan untuk yang belum diusahakan secara
komersial.
11. Pengelola terminal khusus adalah badan usaha

tertentu sesuai dengan usaha pokoknya.

12. Tenaga kerja bongkar muat (TKBM) adalah semua


tenaga kerja yang terdaftar pada pelabuhan
setempat yang melakukan pekerjaan bongkar
muat di pelabuhan.
13. Penyedia jasa bongkar muat adalah perusahaan
bongkar muat yang melakukan kegiatan
(Stevedoring Cargodoring receiving/ ldelivery )
dengan menggunakan TKBM dan peralatan
lainnya.
14. Pengguna jasa adalah pemilik barang (GINSI,
GPEI, GAFEKSI) dan perusahaan pelayaran.
15. Stevedoring adalah pekerjaan membongkar
barang dari / kapal ke dermaga / tongkang / truk
atau memuat barang dari dermaga
/tongkang/truk ke dalam kapal sampai dengan
tersusun palka dengan menggunakan Derek
kapal atau Derek darat.
16. Cargoding adalah pekerjaan melepaskan barang
dari tali/ jala-jala (extackle) di dermaga dan
mengangkut dari dermaga ke gudang / lapangan
penumpukan selanjutnya menyusun di gudang /
lapangan penumpukan barang atau sebaliknya.
17. Receiving / delivery adalah pekerjaan
memindahkan barang dari timbunan / tempat
penumpukan di gudang / lapangan penumpukan
dan menyerahkan sampai tersusun diatas
kendaraan di pintu gudang / lapangan
penumpukan atau sebaliknya.
18. Stevedoring supervisor adalah pelaksana
penyusun rencana dan pengendalian kegiatan
bongkar muat di atas kapal
19. Serikat pekerja TKBM / serikat buruh TKBM adalah
organisasi yang di bentuk dari oleh dan untuk pekerja
/ buruh bongkar muat baik di perusahaan maupun di
luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri,
demokratis, dan bertanggung jawab guna
memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan
kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan
kesejahteraan pekerja/ buruh dan keluarganya.

20. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan


D. JENIS TARIP JASA BONGKAR MUAT
BARANG DARI DAN KAPAL DI PELABUHAN
1. Jenis tariff pelayanan jasa bongkar muat barang dari
dan kapal di pelabuhan merupakan suatu pungutan
atas setiap pelayanan yang diberikan oleh
perusahaan bongkar muat.
2. Jenis tariff pelayanan jasa bongkar muat barang
dari dan kapal di pelabuhan terdiri atas :
a. Stevedoring
b. Cargodoring dan
c. Receiving / delivery
3. Penyelenggara pelabuhan memformulasikan besaran
tarif atas dan bawah atas pelayanan jasa bongkar muat
barang dari dan ke kapal yang dihitung berdasarkan
pedoman dasar perhitungan tariff bongkar muat
barang dari dan ke kapal di pelabuhan.
4. Besarnya tariff pelayanan jasa bongkar muat barang
dari dan ke kapal di tetapkan atas dasar kesekapatakan
bersama antara penyedia jasa bongkar muat dan
pengguna jasa bongkar muat barang yang dihitung
berdasarkan pedoman dasar perhitungan tarif bongkar
muat barang dari dan ke kapal di pelabuhan.
5. Penentuan satuan ukuran berat (ton) atau isi
(m3) dalam perhitungan taif pelayanan jasa
bongkar muat barang dari ke kapal di pelabuhan
berdasarkan satuan ukuran dalam manifest atau
realisasi bongkar muat
E.Pedoman Tentang
Tarif Bongkar Muat
1. Penetapan tarif bongkar muat barang dari dan
ke kapal di pelabuhan berpedoman pada dasar
perhitungan tarif bongkar muat barang di
pelabuhan dengan cara :
a. Menghitung biaya bagian tenaga kerja bongkar
muat yang dilakukan bersama-sama oleh
perusahaan bongkar muat dengan koperasi tenaga
kerja bongkar muat beserta serikat pekerja TKBM /
Serikat Buruh TKBM.
b. Hasil perhitungan biaya bagian tenaga kerja
bongkar muat tersebut ditambah dengan
perhitungan biaya bagian perusahaan bongkar
muat maka, penyedia jasa dan pengguna jasa
bongkar muat menetapkan besaran tarif jasa
pelayanan bongkar muat barang dari dan ke
kapal di pelabuhan berdasarkan kesepakatan.
2. Penetapan biaya bagian tenaga kerja bongkar
muat harus dibuat dalam bentuk tertulis
antara penyedia jasa bongkar muat dengan
koperasi tenaga kerja bongkar muat bersama
serikat pekerja TKBM/ Serikat Buruh TKBM.
3. Penetapan tarif bongkar muat harus dibuat dalam
bentuk perjanjian secara tertulis antara penyedia
jasa bongkar muat dengan penguna jasa bongkar
muat dan berlaku sekurang-kurangnya untuk
jangka waktu 1 (satu) tahun dan dapat dilakukan
penyesuaian apabila terjadi perubahan besarnya
komponen biaya bongkar muat atas dasar
kesepakatan bersama.

4. Pelaksanaan kesepakatan penetapan tarif


dilakukan melalui asosiasi pengguna jasa bongkar
muat.
F. Unsur Biaya Bagian Tenaga Kerja Bongkar
Muat Sesuai dengan Pedoman Dasar
Perhitungan Tarif Bongkar Muat Barang Dari
Dan Ke Kapal Pelabuhan Terdiri Dari :

1. Upah yang diberikan kepada tenaga kerja


bongkar muat dalam pelaksanaannnya dapat
dilakukan berdasarkan upah harian atau upah
borongan :
a. Upah harian didasarkan pada upah perorangan
yang diperhitungkan pergilir kerja pada hari
kerja biasa dari hari senin sampai dengan sabtu
dengan target produktifitas dasar, besarnya
upah ditetapkan sama besarnya tiap gilir kerja
dan dimungkinkan adanya muat 1 (satu) kapal
masih terdapat sisa pekerjaan tanpa
menggunakan regu kerja baru dengan
maksimal waktu dan produksi kerja untuk 2
(dua) jam.
b. Upah harian kerja pada hari minggu /libur resmi per
gilir kerja diperhitungkan berdasarkan upah lembur
yang besarnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Apabila prestasi tenaga kerja bongkar muat harian
dalam satu gilir kerja melebihi prestasi dasar yang
telah disepakati bersama antara perusahaan bongkar muat
dengan koperasi tenaga kerja bongkar muat bersama
serikat pekerja TKBM/ Serikat buruh TKBM, maka kepada
tenaga kerja bongkar muat diberikan tambahan upah atas
kelebihan prestasi dsar secara liner dan hanya berlaku
untuk pekerjaan bongkar muat yang tidak menggunakan
alat mekanik.
e. Upah borongan merupakan upah pekerjaan bongkar
muat borongan yang dilaksanakan atas persetujuan
kedua belah pihak antara perusahaan bongkar muat
dengan koperasi tenaga kerja bongkar muat serta
serikat pekerja TKBM / serikat buruh TKBM.
f. Upah tenaga kerja bongkar muat baik upah borongan
dalam kegiatan bongkar muat barang berbahaya dan
mengganggu dan bernilai tinggi, kepada tenaga kerja
bongkar muat diberikan tambahan upah sebesar
presentase tambahan sebagaimana yang diatur dalam
pasal 11.
g. Kesejahteraan tenaga kerja bongkar muat
meliputi perlengkapan kerja (pakaian, sepatu,
helmet, sarung tangan, dan masker), pendidikan
dan latihan serta tunjangan hari raya (THR) dan
tunjangan perumahan.
h. Program jaminan sosial tenaga kerja bongkar muat
terdiri dari jaminan kecelakaan kerja (KK),
jaminan hari tua ( JHT) jaminan kematian (JK)
dan jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK)
i. Administrasi koperasi tenaga kerja bongkar muat meliputi
administrasi operasional tenaga kerja bongkar muat
dan penyelenggaraan kesejahteraan tenaga kerja bongkar
muat.
G.Unsur Biaya Perusahaan Bongkar Muat

1. Unsur biaya bagian perusahaan bongkar muat


dalam pedoman dasar perhitungan tarif
pelayanan jasa bongkar muat terdiri dari :
a. Tenaga supervise bongkar muat meliputi
stevedoring, supervisor, Quay Supervisor,
Administrative Suervisor Eoremen, Assistant
Foreman, Cargo Checker, Mistry dan
Watchman.
b. Alat –alat bongkar muat untuk kegiatan
bongkar muat tanpa alat mekanis meliputi ship
side net, rope sling, wire sling, rop net, wire
net, sling hambat, spreader set, segel, lifting
hock, gerobak dorong, dan untuk kegiatan
bongkar muat dengan mekanik gerobak dorong
diganti pallet.
c. Administrasi perusahaan bongkar muat meliputi
biaya personil kantor, peralatan kantor, pemasaran dan
keperluan kantor, lainnya (gedung, listrik, telepon dan
air)
d. Koefisien factor diperhitungkan meliputi keuntungan
(termasuk dana kepedulian social dan pembinaan
assosiasi), klaim, dan biaya uang (cost of money)
2. Dana kepedulian social dan biaya pembinaan asosiasi
besarannya ditetapkan kesepakatan antara Asosiasi
penyedia jasa dengan assosiasi pengguna jasa bongkar
muat.
H. Hal –Hal Pokok Yang Harus Di
Pedomani
1. Dalam pedoman dasar perhitungan tariff
bongkar muat barang dari dan ke kapal di
pelabuhan, harus diperhitungkan tingkat
keberhasilan dari kemampuan tenaga kerja
bongkar muat, tenaga pemandu bongkar muat
(supervise) dan efektivitas serta efisiensi alat
bongkar muat pada kegiatan bongkar muat
dalam waktu tertentu yang merupakan prestasi
dasar untuk jenis muatan umum (generasi
cargo),
muatan dalam karung (bagged cargo) dan
muatan dalam drum, serta termasuk muatan
dalam pallet dan muatan tanpa palet, yang
digunakan sebagai unsur pembagi dalam
pedoman dasar perhitungan tariff bongkar muat
barang dari dan ke kapal di pelabuhan.
2.Dalam pelaksanaan kegiatan bongkar muat,
diwajibkan kepada :
a.Perusahaan bongkar muat untuk menyediakan
tenaga supervise dan peralatan bongkar muat
sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan yang
berlaku.
b.Koperasi tenaga kerja bongkar muat untuk
menyediakan jumlah tenaga kerja, dengan jam
kerja yang ditetapkan untuk setiap gilir kerja
senin sampai dengan hari minggu selama 8
(delapan) Jam.
3. Pelaksanaan kegiatan bongkar muat per hari
dapat dilakukan dalam 3 (tiga) gilir kerja, dengan
jam kerja yang ditetapkan untuk setiap gilir kerja
hari senin sampai dengan hari minggu selama 8
(delapan) jam termasuk istirahat 1 (satu) jam,
kecuali hari jum’at siang istirahat selama 2 (dua)
jam.
4. Tarif bongkar muat langsung truck (truck
losing/loading) atau barge losing/loading)
bongkar muat langsung (kode losing/loading),
cargodoring longdistance, pekerjaan bongkar
muat di rede, besarnya ditetapkan berdasarkan
kesepakatan bersama antara penyedia jasa dan
pengguna jasa bongkar muat.
5. Tariff bongkar muat untuk kegiatan –kegiatan
yang tidak termasuk dalam kegiatan
stevedoring cargodoring dan receiving/delivery
dikenakan biaya tambahan (extragang), atau
tariff tersendiri.
6.Kegiatan yang tidak termasuk dalam kegiatan
stevedoring, cargodoring dan receiving/delivery
yaitu shifting, lashing/unlashing, dunnaging,
sweeping, bagging/unbagging, restowage, sorting,
trimming, dan cleaning.
7. Pekerjaan bongkar muat barang yang jenis dan
sifatnya berbahaya dan mengganggu dikenakan

tariff tambahan sebagai berikut :


a.Barang sangat berbahaya = 100%

b.Barang berbahaya = 50%

c.Barang mengganggu = 20%


8. Pekerjaan bongkar muat barang bernilai tinggi
dan yang memerlukan penanganan khusus
dikenakan tariff tambahan yang besarnya
ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama
antara penyedia jasa bongkar muat dengan
pengguna jasa bongkar muat.
9. Pengelompokkan jenis barang berbahaya
sesuai dengan internasional maritime
organization (IMO)
10. Dalam rangka memberikan perlindungan
kepada tenaga kerja bongkar muat koperasi
tenaga bongkar muat diwajibkan menutup
jaminan social tenaga kerja yatitu :
a. Jaminan kecelakaan kerja (JKK)
b. Jaminan Hari Tua (JHT)
c. Jaminan Kematian (JK)
11. Untuk kepentingan kesejahteraan tenaga kerja
bongkar muat beserta keluarganya, koperasi
tenaga kerja bongkar muat menutup jaminan
pemeliharaan kesehatan (JPK)

12. Hasil kesepakatan bersama dilaporkan kepada


otoritas pelabuhan / kepala Kantor
kesyahbandaran otoritas pelabuhan dan dinas
perhubungan setempat dengan tembusan
kepada direktur Jenderal
Perhubungan.
13. Pedoman dasar perhitungan tariff pelayanan
jasa bongkar muat dari dan ke kapal di
pelabuhan dalam keputusan ini tidak berlaku
untuk pekerjaan bongkar muat petikemas,
bongkar muat dengan conveyor dan bongkar
muat melalui pipa.
14. Dalam hal terjadi pengembangan system
pelayanan bongkar muat barang di pelabuhan
antara lain system terminal operator dan
gudang operator yang mengakibatkan
penambahan biaya bongkar muat barang,
maka besaran biaya penambahan tersebut
harus didasarkan pada kesepakatan antara
para pihak yang terkait (penyelenggara
pelabuhan, penyedia jasa bongkar muat dan
pengguna jasa bongkar muat)
I. PEDOMAN PERHITUNGAN BESARAN TARIF
(W+H+I+K) + (S+M+A)
T=F P

Keterangan :
T = Besarnya tariff bongkar muat
W = Upah tenaga kerja bongkar muat
H = Kesejahteraan Tenaga Kerja Bongkar Muat
I = Asuransi
K = Administrasi Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat
S = Supervisi
M= Alat –alat Bongkar Muat
A = Administrasi Perusahaan Bongkar Muat
P = Produktivitas Kerja Bongkar Muat / Gilir Kerja / Derek Kapal
F = Faktor Koeffisien
II. PENJELASAN PERHITUNGAN
1. Besarnya Tarif bongkar muat = T
2. Upah tenaga kerja bongkar muat per orang per
gilir kerja = W, terdiri dari :
a. Upah minimum TKBM dihitung sekurang-
kurangnya sama dengan upah minimum provinsi (UMP) /
upah minimum Kabupaten /Kota yang ditetapkan oleh
Gubernur /Bupati/ Walikota, untuk UMR harian dihitung
dengan rumusan :

UMR Bulanan
21
b. Tunjangan transportasi, makan dan
beras dengan perincian :

1. Uang transportasi dihitung atas dasar biaya


transportasi local (darat) untuk pulang pergi
2. Makan satu kali dihitung berdasarkan kebutuhan
jumlah kalori yang dibutuhkan tenaga kerja
bongkar muat.
3. Beras 1 kilo gram yang dihitung berdasarkan harga
beras bulog setempat
c. Jumlah butir a dan b tidak boleh lebih rendah
dari upah yang telah diterima tenaga kerja
bongkar muat sebelumnya.
d. Upah kepala regu kerja ditetapkan sebesar
130% dari anggota (W) dan upah tukang Derek/
pilot ditetapkan sebesar 115% dari upah anggota
(W).
3. Jumlah tenaga kerja untuk kegiatan bongkar muat
disesuaikan dengan jenis alat yang dipakai dengan
perbandingan tenaga kerja sebagai berikut :
a. Bongkar muat dengan menggunakan alat-alat non
mekanik (labour intensif ), jumlah tenaga bongkar
muat / gilir kerja / Derek kapal dalam 1 (satu) gang
terdiri dari :
1) Stevedoring 12 (dua belas) orang, dengan komposisi :
a. Kepala regu kerja 1 orang
b. Tukang Derek / pilot 3 orang
c. Anggota 8 orang
2) Cargodig 12 orang, dengan komposisi :
a. Kepala regu 1 orang
b. Anggota 11 orang
3) Receiving / delivery 12 orang, dengan komposisi :
a. Kepala regu kerja 1 orang
b. Angota 11 orang
b. Bongkar muat dengan menggunakan alat-alat
mekanik (semi labour intensif), jumlah tenaga
kerja bongkar muat / gilir kerja / derekl kapal
adalah :
1. Untuk barang tanpa pallet :
a. Stevedoring 12 orang, dengan komposisi :
1) Kepala regu kerja 1 orang
2) Tukang Derek / pilot 1 orang
3) Anggota 8 orang
b. Cargoding 12 orang, dengan komposisi :
1) Kepala regu kerja 1 orang
2) Anggota 11 orang

2. Untuk barang palletisasi :


a. Stevedoring 12 orang, dengan komposisi :
1) Kelapa regu 1 orang
2) Anggota 5 orang
4. Kesejahteraan tenaga kerja bongkar muat =, terdiri
dari :
a. Perlengkapan kerja meliputi pakaian, helm, sarung
tangan dan masker dengan perincian sebagai berikut :
1) Pakaian kerja 2 stel, sepatu 1 pasang dan helm
sebanyak 1 (satu) buah / orang / tahun, biayanya
dihitung berdasarkan harga pasar setempat dengan
rumusan :
Jumlah harga satuan .
12 bulan x 21 gilir kerja /bulan
2) Sarung tangan baiayanya dihitung berdasarkan
harga pasar setempat dengan masa pakai 2
(dua) bulan habis, dengan rumusan
Harga satuan m
2 bulan x 21 gilir kerja / bulan
3)Masker biayanya dihitung berdasarkan harga pasar
setempat dengan masa pakai 3 (tiga) bulan, dengan
rumusan :
Harga satuan
3 bulan x 21 gilir kerja / bulan
b. Pendidikan dan latihan (diklat tenaga kerja bongkar
muat), biayanya dihitung berdasarkan rencana jumlah
tenaga kerja bongkar muat yang akan dididik dalam
waktu 1 (satu) tahun, dengan rumusan :
7xW
12 bulan x 21 gilir kerja / bulan
c. Tunjangan hari raya diberikan pada waktu hari
Raya Idul Fitri, Natal, dengan rumusan :
10 x W
12 bulan x 21 gilir kerja / bulan
d. Tunjangan perumahan di tetapkan :
3W
12 bulan x 21 gilir kerja / bulan
5. Program jaminan social tenaga kerja (I), meliputi :
a. Jaminan kecelakaan kerja (JKK), termasuk
kecelakaan diluar jam kerja, biayanya dihitung
1,74% dari upah tenaga kerja bongkar muat,
tidak termasuk tunjangan transport, makan dan
beras.
b. Jaminan kematian (JK), biayanya dihitung
sebesar 0,30% dari upah tenaga kerja bongkar
muat, tidak termasuk tunjangan transport,
makan dan beras.
c. Jaminan Hari Tua (JHT), biayanya dihitung
sebesar 5,70 % dari upah tenaga kerja bongkar
muat, tidak termasuk tunjangan transport,
makan dan beras.
d. Jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK),
biayanya dihitung sebesar 6% dari upah tenaga
kerja bongkar muat tidak termasuk tunjangan
transport, makan dan beras.
6. Administrasi Koperasi Tenaga Kerja Bongkar
muat = K, terdiri dari administrasi operasional
tenaga kerja bongkar muat dan penyelenggaraan
kesejahteraan tenaga kerja bongkar muat di
masing-masing, pelabuhan termasuk di
dalamnya biaya administrasi serikat pekerja
TKBM/ Seriat Buruh TKBM maksimal sebesar 1%
dengan perhitungan sebagai berikut :
K= 7,5% (W + H +I)
7. Supervisi = S, terdiri dari stevedoring, quay
supervisor, administrative supervisor, foreman,
assistant foreman, cargo cheker, mistry dan
watchman, dengan pangsa biaya supervise
masing-masing kegiatan per gilir kerja per
Derek serta gaji supervisi adalah sebagai berikut
:
1) Stevedoring
2) Cargoding

3) Receiving / Delivery
b. Bongkar Muat dengan alat mekanik

1) Stevedoring
2) Cargoding
3) Receiving / Delivery
9. Administrasi perusahaan bongkar muat (A),
adalah merupakan biaya personil kantor,
peralatan kantor, pemasaran dan keperluan
kantor lainnya (gedung, telepon, listrik, dan
air), dengan rumusan : A = 45% x (S+M)
10. Factor koefisien (F) yang terdiri dari
keuntungan 13% ( temasuk dana kepedulian
social), klaim 1% dan biaya uang 2%, maka F
dihitung dengan rumusan :
1. F = 100% = 1,19
100%-16%
11. Produktifitas kerja bongkar muat per gilir
kerja per gang / Derek kapal dihitung
berdasarkan produktifitas perjam TGH kali
jumlah jam kerja efektif dalam satu gilir kerja
dengan rumusan produktifitas /jam sebagai berikut
:
1 jam x Minimal berat barang yang diangkat 1 kali
Waktu siklus (menit)
Oleh Derek kapal (ton)
.
Waktu siklus dan minimal berat barang yang diangkat
per siklus serta jumlah jam kerja efektif TKBM dalam
satu gilir kerja ditentukan sesuai kondisi dan
kesepakatan pelabuhan setempat.
Penentuan tingkat produktifitas bongkar muat harus
mengacu standart kinerja yang ditetapkan oleh
Penyelenggara Pelabuhan ( Ditjen Hubla) dan
dikoordinaksikan kepada badan Usaha pelabuhan,
penyedia dan pengguna jasa bongkar muat pada
pelabuhan setempat dan juga Survey meliputi juga alat
bongkar muat harus diikuti dengan peningkatan
pelayanan
12. Dalam hal ini bongkar muat secara borongan
maka perhitungan presentase biaya bagian
tenaga kerja bongkar muat dan bagian
perusahaan bongkar muat dengan rumusan :

a. Presentase biaya bagian tenaga kerja


bongkar muat :
(w+H+I+K) x 100
TB
Keterangan :
TB : ( W+H+I+K+S+M+A) x F
TB : Total Biaya Bongkar Muat
b. Presentase bagian perusahaan bongkar muat :
100% dikurangi prsentase biaya bagian tenaga
kerja bongkar muat.
13. Perhitungan upah lembur sesuai dengan
 ketetapan Departemen Tenaga Kerja
dengan
 rumusan :
 a. Upah satu jam adalah
 21 x W
 173
 b. Upah lembur per jam pada hari biasa :
 Lembur satu jam pertama :
 1,5 x upah satu jam
c. Lembur jam kedua dan seterusnya:
2 x upah satu jam
d. Upah lembur perjam pada hari minggu / libur
resmi :
Jam kedelapan : 3 x upah satu jam
Jam kesembilan dan kesepuluh : 4 x upah
satu jam
14. Upah kerja harian pada hari minggu / libur
resmi per gilir kerja dengan rumusan :
7 x )2 x Upah satu jam )
15. Upah kelebihan prsentase kerja dengan
rumusan :
( Presentasi yang dicapai – presentasi dasar)
X upah / gilir kerja Presentasi dasar
Contoh Upah TKBM dan Tunjangan Lainnya
1. Beberapa Upah TKBM (W) terdiri dari komponen yang
ditetapkan sebagai berikut :
a. Upah Pokok /UMK Rp. 170.634,- (Rp. 3.583.312:21)
b. Tunjangan Beras Rp 9.666,-
c. Tunjangan Transport Rp. 6.400,-
d. Uang Makan Rp. 9.600,-+
e. Jumlah Upah TKBM Rp. 196.300
2. Anggaran Upah Sejam = 21 x W= 21 x Rp. 196.300,- = Rp. 23.828,-

173 173
UPAH TKBM PADA HARI BIASA
Berdasarkan perhitungan maka, besaran upah
Masing-masing TKBM pada hari biasa sebagai
berikut :
1. Anggota Regu Kerja :
100 % x Rp. 196.300 = Rp. 196.300,-
2. TK Derek / Komendir :
115% x Rp. 196.300,- = Rp. 225.745,-
3. Kepala Regu Kerja :
130% x Rp. 196.300,- = Rp. 255.190,-
UPAH TKBM PADA HARI LIBUR
TKBM pada hari Libur ( Minggu/Besar/Libur Resmi) sebagai
berikut :
1. Anggota Regu Kerja :
7 x (2 x Upah Sejam)
7 x (2 x Rp. 23.828,-) = Rp. 333.592,-
2. TK Derek/ Komendir :
115% x Rp. 333.692,- = Rp. 383.630,-
3. Kepala Regu Kerja :
130% x Rp. 333.592,- = Rp. 433.670,-
UPAH DAN KETENTUAN LEMBUR
1. Besaran Upah Lembur 1 (satu) jam per orang
ditetapkan sebagai berikut :
a. Hari Biasa
1 (satu) jam pertama / Ke I:
1,5 x Upah Sejam = 1,5 x Rp. 23.828,-
= Rp. 35.742,-
1 (satu) jam kedua / Ke II dan seterusnya :
2 x Upah Sejam = 2 x Rp. 23.828,-
= Rp. 47.656,-
b. Hari Minggu / Besar/Libur Resmi :
Jam ke 8 = 3 x Upah Sejam = 3 x
Rp. 23.828,- = Rp. 71.484,-
Jam ke 9 dts= 4 x Upah Sejam = 4 x Rp. 23.828,-
= Rp. 95.312,-
2. Jam – jam istirahat pada prinsipnya tidak dapat
dipergunakan untuk melakukan kegiatan kerja
3. Kecuali untuk kepentingan penyelesaian
pekerjaan bongkar muat terakhir dimana Kapal
Negara meninggalkan Dermaga, TKBM dapat

dipekerjakan melebihi jam kerja yang telah


ditetapkan
4. Kelebihna jam kerja sebagaimana dimaksud

ayat 3 (tiga) diperitungkan dengan upah lembur.


5. Jam –jam lembur yang dipergunakan adalah selama-lamanya 2
(dua) jam tiap shift, apabila sisa pekerjaan tidak dapat
diselesaikan dalam 2 (dua) jam, maka TKBM wajib menyelesaikan
sisa pekerjaan dan upah dibayarkan 1 (satu) shift.
UPAH LINIER

1. Untuk memotivasi personil TKBM, apabila hasil


prestasi kerjanya melebihi tingkat prestasi yang
ditetapkan, maka kepada TKBM yang
bersangkutan diberikan upah kelebihan prestasi
yang lazimnya disebut upah linier.
2. Tingkat prestasi dasar untuk menghitung upah
linier, ditetapkan sebaagi berikut :
a) General Cargo : 98 Ton /Shift/Gang
b) Bag Cargo : 140 Ton /Shift/Gang
c) Curah : 119 Ton /Shift/Gang
3. Besaran upah tambahan atas kelebihan
prestasi dasar (Upah Linier) sebagaimana
dimaksud ayat 2 (dua) pasal ini ditetapkan
sebesar Rp. 175,-/Ton/Orang untuk semua jenis
barang.
4. Terhadap semua pekerjaan yang dikerjakan
dengan menggunakan alat-alat mekanik, TKBM
tidak berhak untuk mendapatkan upah linier,
termasuk bongkar muat container juga tidak
berhak untuk mendapat upah linier.
5. Alat mekanik sebagaimana dimaksud ayat 4 (empat)
pasal ini adalah semua alat, seperti Forklift, Loader,
Whell/Payloader, Lifthing magnit, Grab dan Hopper,
Exavator, Conveyor, dan lain-lainnya yang dapat
berpengaruh terhadap produksi bongkar muat
terkecuali Shore Crane.
6. Terhadap barang-barang Heavy Cargo, yakni barang
per unitnya mempunyai berat lebih dari 200 Kg, untuk
upah liniernya dihitung Actual Prestasi dikurangi
tingkat dasar dikalikan 40% dari besaran upah linier
sebagaimana dimaksud pada ayat 3 (tiga).
UPAH BORONG GAWE
1. Pekerjaan bongkar muat dapat dilaksanakan
dengan system upah borong, gawe, berdasarkan
kesepakatan antara TKBM dengan pengguna
jasa TKBM atau PBM.
2. Dalam hal terjadi pekerjaan bongkar muat yang
dilaksanakan dengan upah borong gawe, maka
sejak terjadinya kesepakatan borong gawe
untuk upah linier tidak dihitung.
3. Dalam hal terjadi pekerjaan bongkar muat yang
dilaksanakan dengan upah borong gawe, kepada
PBM selaku pengguna TKBM dibebaskan atau
tidak diwajibkan untuk membayar biaya-biaya
Kesejahteraan TKBM, Asuransi TKBM, dan
Administrasi Koperasi TKBM terhadap
kelebihan upah borong gawe dari upah harian
yang semestinya
UPAH TAMBAHAN / TOESLAG
1.Upah tambahan atau Toeslag adalah upah yang
diberikan kepada TKBM dalam mengerjakan
barang yang sifatnya sangat berbahaya (IMO
Golongan I) dan barang berbahaya (IMO
Golongan II) serta barang mengganggu (IMO
Golongan III).
2. Besaran Toeslag pekerjaan bongkar muat
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) pasal
ini ditetapkan sebagai berikut :
a) Barang – barang sangat berbahaya (Golongan I),
sebesar Rp. 155,-/Ton/Orang.
b) Barang –barang berbahaya (Golongan II), sebesar
Rp. 110,-/Ton/Orang
c) Barang –barang mengganggu (Golongan III),
sebesar Rp. 85.-/Ton/Orang
3. Penanganan barang-barang sangat berbahaya
harus dilakukan oleh personil yang memiliki
keterampilan khusus dan dilakukan secara truck
losing sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan
Klasifikasi Barang Sangat Berbahaya,
Berbahaya Dan Mengganggu Barang -
barang sangat berbahaya (Golongan I) :
2)Barang – barang berbahaya (Golongan II)
3) Barang – barang mengganggu
(Golongan III) :
4) Barang – Barang Mengganggu
UPAH TUNGGU
Pada dasarnya TKBM yang mendapatkan panggilan kerja
adalah disamakan dengan bekerja.
TKBM yang sudah melaporkan kehadirannya kepada
Perusahaan Bongkar Muat (PBM) dilokasi kerja kemudian
karena sesuatu hal, kegiatan bongkar muat tidak
dilaksanakan (batal) maka kepada TKBM berhak
mendapatkan Upah tunggu.
Pembatalan sebagaimana dimaksud ayat 2 (dua) pasal ini
adalah apabila TKBM sudah berada dalam lokasi kerja
dan sudah menunggu kerja selama 3 (tiga) jam atau lebih.
BESARNYA UPAH TUNGGU

1. Apabila TKBM telah hadir dan menunggu


selama-lamanya sebanyak 3 (tiga) jam, maka
TKBM yang bersangkutan dibayar upah sebesar
upah pokok sebesar Rp. 170.634,-
2. Apabila TKBM menunggu selama-lamanya
lebih dari 3 (tiga) jam, maka TKBM yang
bersangkutan dibayar upah tunggu sebesar 1
(satu) Shift, yaitu :
a. Hari Kerja Biasa :
Kepala Regu Kerja (KRK) sebesar = Rp. 255,190,-
Tukang Derek/ Komendir sebesar = Rp. 225,745,-
Anggota sebesar = Rp. 196,300,-
b. Hari Libur :
Kepala Regu (KRK) sebesar = Rp. 433,670,-
Tukang Derek/Komendir sebesar = Rp. 383,630,-
Anggota sebesar = Rp. 333,592,-
3. Dalam hal terjadi kondisi sebagaimana dimaksud ayat
1 (satu) dan ayat 2 (dua) pasal ini, PBM selaku
pengguna TKBM tidak diwajibkan untuk membayar
biaya Kesejahteraan TKBM, Asuransi TKBM dan
Administrasi Koperasi TKBM.
4. Apabila ada tambahan TKBM secara riil, maka PBM
wajib mengajukan anvrag atau permintaan tertulis
kepada Koperasi TKBM dan PBM tetap diwajibkan
membayar biaya-biaya Kesejahteraan TKBM, Asuransi
TKBM dan Administrasi Koperasi TKBM
PEMBAYARAN UPAH TKBM
Pembayaran upah TKBM diberikan secara
Langsung oleh PBM kepada para TKBM melalui
para KRK-nya masing- masing pada saat TKBM
telah selesai melaksanakan pekerjaannya.

BIAYA KESEJAHTERAAN TKBM (H) DAN ASURANSI


TKBM (I)
SERTA ADMINISTRASI KOPERASI TKBM (K)
Biaya Kesejahteraan TKBM (H)
Jenis dan Besaran Biaya Kesejahteraan
TKBM (H) ditetapkan sebagai berikut :
Pakaian Kerja 2 (dua) stel :
Rp. 157.000,- = Rp. 623,-
12 bulan x 21 gilir kerja
Sepatu Kerja 1 (satu) stel :
Rp. 45.000,- = Rp. 179,-
12 bulan x 21 gilir kerja
Helmet
Rp. 12.000,- = Rp. 48,-
12 bulan x 21 gilir kerja
Sarung Tangan :
Rp. 13.900,- = Rp. 330,-
2 bulan x 21 gilir kerja
Masker /Tutup Hidung :
Rp. 9.000,- = Rp. 143,-
2 bulan x 21 gilir kerja
Pendidikan :
7 x Rp. 196.300,- = Rp. 5.453,-
12 bulan x 21 gilir kerja
Tunjangan Hari Raya :
10 x Rp. 196.300,- = Rp. 7.790,-
12 bulan x 21 gilir kerja
Tunjangan Perumahan :
3 x Rp. 196.300,- = Rp. 7.790,-
12 bulan x 21 gilir kerja
_____________________
 Jumlah Rp. 16.903,-
BIAYA ASURANSI

Besarnya Biaya Asuransi TKBM (I) ditetapkan


sebagai berikut :
1. Asuransi Kecelakaan Kerja :
1,74% x Rp. 170,6=634,- = Rp. 2,969,-
 2. Asuransi Hari Tua :
5,70% x Rp. 170,634,- = Rp. 9,726,-
 3. Asuransi Kematian :
0,30% x Rp. 170,634,- = Rp. 512,-
 4. Asuransi Pemeliharaan Kesehatan :
6% x Rp. 170,634,- = Rp. 10,238,-
Jumlah Rp. 23,445,-
BIAYA ADMINISTRASI KOPERASI (K)

1. Administrasi Koperasi TKBM (K) terdiri dari


Administrasi Operasional TKBM dan
Penyelenggaraan Kesejahteraan TKBM, termasuk
Biaya Administrasi Serikat Pekerja TKBM,
2. Besaran biaya Administrasi Koperasi TKBM dan
Biaya Admnistrasi serikat Pekerja TKBM,
ditetapkan sebagai berikut :
a. Biaya Administrasi Koperasi TKBM :
6,5% x (W+H+I)
6,5% x Rp. 196,300,- + Rp. 16,903,- +
Rp. 23,445,-)=Rp. 15.382,-
b. Biaya Serikat Pekerja TKBM :
1% x (W+H+I)
1% x (Rp. 196,300,-+Rp. 16.903,- +
Rp. 23,445,- ) =Rp. 2,366,- +
 Jumlah =Rp. 17.748,-
Pembayaran Kesejahteraan TKBM (H) sebesar
Rp. 16,903,- dan Asuransi TKBM (I) sebesar Rp. 23.445,-
serta Administrasi Koperasi TKBM (K) sebesar
Rp. 17,748,- = Rp. 58.096/ orang/shift (gilir kerja)
dibayarkan oleh PBM kepada Koperasi TKBM
selambat-lambatnya 5 (lima) hari setelah kegiatan
/pekerjaan bongkar muat selesai dilaksanakan.
Contoh Soal Ship Operation
1. Kapal Kalimantan akan membongkar general cargo
sebanyak 3780 ton secara langsung ke truk.
Pembongkaran menggunakan 4 derek, hooks cycle time
adalah 4 menit, lifting capacity 1 derek
adalah 1,5 ton, kapasitas angkut 1 truk / rit adalah 9 ton, 1 jam
kegiatan pengangkutan adalah 6rit.

Pertanyaan :
Berapa jam keterlambatan pembongkaran barang sejumlah 3780
ton, bila hanya menggunakan 1
truk saja.
Jawab :
Hook cycle time adalah 4 menit, dalam 1 jam hook
cycle time = 60 / 4 = 15 hook cycle
Lama pembongkaran barang dari kapal =3780 / 4 x 1,5 x 1
jam
= 3780 / 90
= 42 jam
Lama pengangkutan = 3780 / 6 x 9 x 1 jam
= 3780 /54
= 70 jam
Jumlah jam keterlambatan = 70 jam – 42 jam
= 28 jam
2. Sebanyak 1500 ton general cargo yang akan
dibongkar dari KM. Marunda Raya di pelabuhan
Elat, pembongkaran dilakukan dengan sistim
bongkaran langsung ke truk.
Kapal menggunakan 4 derek kapalnya, hook cycle
time adalah 5 menit.
Lifting capacity atau safety working load masing-
masing derek adalah 1,5 ton.
Kapasitas angkut 1 truk per rit adalah 7 ton, dan
kegiatan pengangkutan selama 1 jam adalah 5 rit.
Ditanyakan dalam kasus ini :
Waktu pembongkaran muatan dari kapal yang
diperlukan?
Lama pengangkutan darat untuk 1500 ton general cargo
tersebut?

Jawaban atas kasus:


Hook cycle setiap derek adalah 5 menit, sehingga 1 jam
adalah 12 hook cycles
Waktu pembongkaran dari kapal = 1500 : (4 x 1,5 x 12)
jam = 21 jam
Lama kegiatan pengangkutan darat = 1500 : (7 x 5) jam = 43
jam
Contoh Soal Quay Transfer Operation

3. KM. Arafura, sandar di pelabuhan Kasiui pada


tanggal 6 April 2018, tiba dari Labuhan Bajo .
Kapal akan membongkar general cargo dan
mulai bekerja hari itu pada pukul 08.00 pagi.
Jumlah muatan yang akan dibongkar sebayak 300
ton, dan barang direncanakan ditimbun di
gudang transit. PBM PT. Selera Rasa akan
menjadi cargo handling operator, dengan
menggunakan 1 unit forklif dengan kemampuan 3
ton, jarak ke gudang transit 250 meter, dan
kecepatan forklif 6 kilometer perjam.

Waktu untuk menaikkan muatan ke forklif dari


dermaga 10 menit, sedangkan waktu untuk
menurunkannya di gudang transit 15 menit.
Ditanyakan atas kasus tersebut sebagai berikut :
Hitunglah waktu siklus?
Berapa siklus per jam untuk mentransfer barang ke
gudang transit?
Berapa jam PT. Selera Rasa dapat menyelesaikan
kegiatannya?

Jawaban atas kasus :


Waktu mobilisasi= (2 x 250 meter : 100) x menit
= 5 menit
Waktu immobilisasi= (5 + 10) menit = 15 menit
Waktu siklus = 15 menit + 5 menit+ 20 menit
Jumlah siklus per jam untuk mentransfer muatan
ke gudang = 3 siklus
Jumlah siklus = 300 : 3 ton x 1 siklus= 100 siklus
Selesai transfer = 100 x 20 menit = 2000 menit
 (2000 : 60) x jam = 33, 33 jam
4. Jika jarak ke gudang 100 m
Pulang pergi 2 x 100 m = 200 m
Jika forklift kecepatannya adalah 100 m per
menit, maka waktu tempuh (waktu mobilisasi)
200 m / 100 m = 2 menit.
Jika waktu muat ke forklift di dermaga 2 menit
dan waktu pembongkaran barang dari forklift
ke gudang atau lapangan adalah 6 menit, maka
waktu immobilisasi = 2 menit + 6 menit = 8
menit.
Waktu immobilisasi = waktu yang terpakai
ketika menaikkan barang ke forklift di dermaga
dan ketika menurunkan barang di gudang
lapangan dan sebaliknya.

Waktu mobilisasi ( waktu tempuh ) = waktu yang


terpakai ketika mengangkut barang dari dermaga
ke gudang, lapangan dan sebaliknya.
Waktu mobilisasi asumsikan 2 menit.
Waktu immobilisasi asumsikan 8 menit
Waktu siklus = 2 mneit + 8 menit = 10 menit
Jumlah siklus 1 jam = 60 / 10 menit = 1 siklus = 6 siklus
Makin kecil waktu siklus, berarti jumlah siklus
dalam 1 jam bertambah
naik.
Asumsikan waktu siklus hanya 5 menit, maka jumlah
siklus dalam 1 jam adalah
60 / 5 x 1 siklus = 12 siklus.
Jika barang yang akan dipindahkan 1000 ton dan kapasitas
alat diasumsikan 2ton per siklus.
Waktu siklus asumsikan 5 menit
Barang tersebut akan bisa dipindahkan = 1000 / 2
x 5 menit = 2500 menit atau
2500 menit / 60 menit = 42 jam
Jumlah siklus per jam sangat ditentukan oleh :
Jarak yang ditempuh.
Kecepatan alat ( forklift ).
Immobilisasi forklift
5. Kapal Rimba sandar di pelabuhan Tg. Priok
tanggal 8 Agustus 2017di dermaga 004. kapal
akan membongkar General cargo dari
Singapore dan mulai bekerja tanggal 8 Agustus
2017 jam 08.00 pagi.
Jumlah barang yang akan dibongkar sebanyak
500 ton, barang dibongkar ke gudang
penimbunan.
PT PBM Ujung Lima yang akan menghandling
barang tersebut dengan menggunakan 2 unit
forklift yang kemampuan masing – masing
forklift adalah 5 t, kecepatan masing – masing
forklift 6 km/jam, jarak ke gudang adalah 200 meter,
waktu yang terpakai menaikkan barang ke forklift di
dermaga 10 menit, sedangkan waktu untuk
menurunkan barang di dalam gudang adalah 8
menit.
Pertanyaan :
Hitung waktu siklus.
Berapa siklus per jam untuk mentransfer
barang ke gudang. Berapa jam selesai
pemindahan barang tersebut. Jika ditargetkan
10 jam harus selesai pemindahan barang,
berapa unit forklift yang berkapasitas 5 ton
diperlukan.
Jawab :
Waktu Mobilisasi = 2 x 200 m / 100 m x 1
menit = 4 menit
Waktu Immobilisasi = 10 menit + 8 menit =
18 menit
Waktu Siklus = 18 menit + 4 menit =
22 menit
Jumlah siklus per jam untuk mentransfer
barang ke gudang = 60 menit : 22 menit =
3 siklus
Jumlah siklus = 500 ton : 10 ton x 1 siklus = 50
siklus
Selesai transfer barang = 50 x 22 menit = 1.100
menit = 18 jam 20 menit
Jumlah siklus dalam 10 jam= 600 menit : 22
menit = 27,27 sikolus
Jumlah unit forklift yang diperlukan = 500 ton =
3,67 atau 4 unit forklift 27,27 x 5 ton
6. Kapal MV. Kalangi direncana ETA 25 September
2014 pukul 10.00 wib dari Singapura dengan
rencana kegiatan bongkar 1000 teus dan akan
muat sebanyak 1000 teus menuju Australia. Service
Level Guarante (SLG) yang diberikan ke konsumen 25
Box/Crane/Hour (BCH) dengan 3 QCC. Apabila Turn
Around Truck dari CY menuju Apron 3 menit dan
tersedia 10 truck, serta RTG yang digunakan sebanyak
4 Unit dengan Hook Cycle RTG 3 menit, berapa lama
estimasi kegiatan bongkar muat dilaksanakan, kinerja
RTG dan Truck?
Diketahui :
BCH = 25 box
HCS QCC = 60 menit / 25 box
= 2,4 menit (rounded) menjadi 2,5
menit
Ships Out Put Per Hour= total QCC x BCH
= 3 x 25
= 75 Box/Hour
Bongkar = 1000 box / 75 Box/Hour
= 13,33 Hour
Muat = 1000 box / 75 Box/Hour
= 13,33 Hour
Total waktu = 26,66 jam
= 1 hari 2,66 jam / 2 etmal
KEPUTUSAN BERSAMA
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT,
DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN HUBUNGAN INDUSRIAL DAN
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DAN DEPUTI BIDANG
KELEMBAGAAN
KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH
NOMOR : AL.59/1/12-02
NOMOR : 300/BW/2002
NOMOR : 113/SKB/DEP.1/VIII/2002
TENTANG
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
KOPERASI TENAGA KERJA BONGKAR MUAT(TKBM)
DI PELABUHAN
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT,
DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DAN DEPUTI BIDANG
KELEMBAGAAN
KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH,
Keanggotaan Koperasi TKBM sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), harus memenuhi
kualifikasi persyaratan administrasi dan
teknis minimal sebagai berikut :
a. Persyaratan administrasi dan teknis TKBM,
meliputi :
a) Batas Usia : 18 – 55 tahun;
b) Pendidikan : Minimal lulus dan
berijazah SD;
c) Kesehatan : Sehat rohani dan jasmani;
d) Ketrampilan : Sesuai dengan kecakapan
yang dibutuhkan dengan
bukti sertifikasi kecakapan
yang diterbitkan instansiyang
berwenang.
b. Persyaratan administrasi dan teknis Pengurus
Koperasi
TKBM, meliputi :
a) Batas Usia : 30 – 65 tahun;
b) Pendidkan : Minimal SLA / sederajat;
c) Kesehatan : Sehat rohani dan jasmani;
d) Kemampuan : Memiliki kemampuan di
bidang man)ajemen yang
dibuktikan dengan
sertifikat pelatihan di
bidang pelayaran,
ketenagakerjaan atau perkoperasian
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1),UUJBM Koperasi TKBM menerima
biaya administrasi operasional sesuai dengan
ketentuan yang di atur oleh mentri perhubungan

Pelaksanaan kegiatan sebagai mana dimaksud


dalam ayat (1),di sesuaikan dengan kondisi masing
–masing pelabuhan.
Dalam hal kegiatan bongkar muat di terminal
khusus dan belum tersedia atau tidak ada TKBM,
maka PBM yang melakukan kegiatan di terminal
khusus dapat menggunakan TKBM dari koperasi
TKBM pelabuhan terdekat
1. Penyelenggara Pelabuhan setempat
menetapkan standar kinerja operasional
bongkar muat untuk tiap-tiap terminal dan
atau jenis barang yang di bongkar / muat.
2. Dalam rangka meningkatkan produktivitas
kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan evaluasi secara reguler terhadap
kinerja operasional bongkar muat tiap-tiap
kelompok regu kerja dan di setiap terminal.
3. Penyelenggara Pelabuhan setempat wajib
melakukan pengawasan dan evaluasi kinerja
bongkar muat. valuasi kinerja kelompok regu
kerja dilakukan terhadap standar kinerja
bongkar muat yang ditetapkan oleh
Penyelenggara Pelabuhan setempat
4. Terhadap kinerja bongkar muat yang dilakukan
oleh TKBM tidak mencapai target sesuai
standar kinerja yang ditetapkan oleh
Penyelenggara Pelabuhan setempat, maka
Kelompok regu kerja yang melakukan kegiatan
di lokasi Terminal Pelabuhan yang dimaksud
dikenakan sanksi (skorsing) oleh
Penyelenggara Pelabuhan dan teknis
pembinaannya dilakukan oleh Unit Pengerahan
Jasa TKBM yang dikoordinasikan dengan Dinas
Tenaga kerja Kabupaten / Kota setempat.
5. Pengawasan dan evaluasi kinerja TKBM
sebagaimana dimaksud dalam ayat ( … )
meliputi produktivitas bongkar muat, jumlah
man day’s dan lain-lain sesuai dengan standar
yang dipersyaratkan.
Alokasi kelompok kerja bongkar muat
dilakukan berdasarkan permintaan
perusahaan bongkar muat.
6. Dalam rangka peningkatan kesejahteraan,
Koperasi TKBM harus mempekerjakan setiap
anggota TKBM dan kelompok regu kerja
bongkar muat barang di setiap
terminalpelabuhan secara optimal selama 21
(dua puluh satu) hari dari jumlah hari yang
tersedia pada setiap bulannya
Koperasi TKBM Menyelenggarakan
Kegiatan Administrasi Operasi

1. Untuk penyediaan tenaga kerja bongkar muat


sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1)
dan ayat (2), Koperasi TKBM
menyelenggarakan kegiatan yang bersifat
administrasi operasi dan pelayanan jaminan
perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja
bongkar muat, meliputi kegiatan :
a. Administrasi Operasi, terdiri dari :
1) Registrasi TKBM;
2) Pengelompokan TKBM ke dalam kelompok
regu kerja;
3) Menyediakan TKBM sesuai permintaan jasa
tenaga kerja yang dibutuhkan pengguna jasa
TKBM;
4) Melakukan pengaturan gilir kerja TKBM sesuai
dengan lokasi kegiatan bongkar muat barang di
setiap terminal sesuai permintaan dari
pengguna jasa.
b. Pelayanan Jaminan Perlindungan dan
Kesejahteraan TKBM, terdiri dari :
1) Penyediaan transportasi;
2) Penyediaan pakaian dan sepatu kerja serta
topi (helmet), sarung tangan dan masker
dalam rangka keselamatan kerja;
3) Asuransi (Jaminan Hari Tua, Jaminan
Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian dan
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan);

4) Tunjangan Hari Raya (THR);


5) Pendidikan dan Pelatihan;
6) Tunjangan perumahan.
2. Dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), Koperasi TKBM

menerima biaya administrasi operasi yang

diatur sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan dan disesuaikan dengan kondisi

masing-masing pelabuhan.
Perusahaan bongkar muat yang melakukan kegiatan
bongkar muat barang dari dan ke kapal di daerah
lingkungan kerja pelabuhan (DLKr) dan daerah
lingkungan kepentingan pelabuhan (DLKp) harus
menggunakan jasa TKBM dan dari Koperasi TKBM
Pelabuhan setempat
Pembinaan, pengawasan dan pengendalian koperasi
TKBM pelabuhan dilakukan secara terkoordinasi oleh
Penyelenggara Pelabuhan, instansi yang bertanggung
jawab dibidang ketenagakerjaan dan instansi yang
bertanggung jawab dibidang perkoperasian

Anda mungkin juga menyukai