Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pelabuhan
Pelabuhan merupakan simpul transportasi laut yang menjadi fasilitas
penghubung dengan daerah lain untuk melakukan aktivitas perdagangan.
Pelabuhan memiliki peranan penting dalam perekonomian negara untuk
menciptakan pertumbuhan ekonominya. Menurut Pasal 1 angka 1 Peraturan
Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah tempat
yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan batas tertentu sebagai
tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai
tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat
barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan
penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda
transportasi. Untuk memperlancar arus barang dan jasa guna menjunjung kegiatan
perdagangan dipelabuhan, maka diperlukan adanya sarana pengangkutan yang
memadai, yaitu pengangkutan melalui laut. Pengangkutan berasal dari kata
“angkut” yang berarti mengangkat atau membawa, memuat, dan mengirim.1
Abdulkadir Muhammad mendefenisikan Pengangkutan sebagai proses kegiatan
pemindahan penumpang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan berbagai jenis 1 Abdulkadir Muhammad, B, 1994, Hukum
Pengangkutan Darat Laut dan Udara, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung, hlm. 19
2 alat pengangkut mekanik yang diakui dan diatur undang-undang sesuai dengan
bidang angkutan dan kemajuan teknologi.2 Menurut H.M.N Purwosutjipto,
pengangkutan adalah orang yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan
pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu
dengan selamat.3 Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008
tentang Pelayaran, terdapat beberapa kegiatan usaha jasa di pelabuhan sebagai
penunjang kegiatan angkutan laut salah satunya yaitu kegiatan bongkar muat
barang. Menurut Pasal 1 ayat 14 Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010
Tentang Angkutan Di Perairan, kegiatan bongkar muat barang adalah kegiatan
usaha yang bergerak dalam bidang bongkar dan muat barang dari dan ke kapal di

1
pelabuhan yang meliputi kegiatan stevedoring, cargodoring, dan
receiving/delivery. Kegiatan bongkar muat ini merupakan salah satu mata rantai
dari kegiatan pengangkutan barang melalui laut, dimana barang yang akan
diangkut ke kapal memerlukan pembongkaran untuk dipindahkan baik dari
gudang lini I maupun langsung dari alat angkutnya. Demikian halnya dengan
barang yang akan diturunkan dari kapal juga memerlukan pembongkaran dan
dipindahkan ke gudang lini I maupun langsung ke alat angkutan berikutnya .
Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap hadirnya perusahaan jasa bongkar
muat barang melalui angkutan laut, maka pemerintah berusaha 2 Abdulkadir
Muhammad, Ibid hlm 19 3 HMN Purwosutjipto, C, 2000, Pengertian Pokok
Hukum Dagang Indonesia Jilid 5, Djambatan, Jakarta, hlm.10. 3 mengatur
kegiatan bongkar muat barang melalui penerbitan Inpres Nomor 3 Tahun 1991
Tentang Kebijaksanaan Kelancaran Arus Barang Untuk Menunjang Kegiatan
Ekonomi. Dari semua rangkaian kegiatan bongkar muat barang dalam hal ini yang
dibebani tanggung jawab atas barang tersebut adalah perusahaan bongkar muat
yang berstatus badan hukum sesuai dengan SK Menhub Nomor PM 60 Tahun
2014 Tentang Penyelenggaraan Dan Penguasaan Bongkar Muat Barang Dari Dan
Ke Kapal. Perusahaan bongkar muat dalam menjalankan usahanya wajib
mempunyai izin usaha yang dikeluarkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
Izin usaha tersebut diberikan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen
Perhubungan atas nama Menteri. Perusahaan bongkar muat wajib melaksanakan
ketentuan yang ditetapkan dalam izin usaha perusahaan bongkar muat. Dalam
menyelenggaraan kegiatan bongkar muat barang melalui angkutan laut,
perusahaan bongkar muat memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan
kegiatannya. Perusahaan bongkar muat barang dari dan ke kapal bertanggung
jawab terhadap fasilitas yang digunakan, peralatan bongkar muat kapal yang
digunakan dalam kegiatan opersional bongkar muat barang. Disamping itu,
perusahaan bongkar muat juga bertanggung jawab atas keselamatan barang yang
di muatnya sampai penyerahan kepada penerima, terjaminnya keselamatan dari
tenaga kerja bongkar muat selama pelaksanaan 4 kegiatan, menyediakan peralatan
dan perlengkapan untuk melaksanakan kegiatan bongkar muat barang yang

2
memadai.4 Kegiatan usaha bongkar muat barang di pelabuhan Teluk Bayur yakni
di bidang penyediaan dan/atau pelayanan jasa dermaga untuk tertambat,
penyediaan dan/atau pelayanan jasa dermaga untuk pelaksanaan kegiatan bongkar
muat barang dan peti kemas, penyediaan dan/atau pelayanan jasa gudang dan
tempat penimbunan barang, alat bongkar muat, peralatan pelabuhan, penyediaan
dan/atau pelayanan jasa terminal peti kemas, curah cair, curah kering, dan Ro-Ro,
penyediaan dan/atau pelayanan jasa bongkar muat barang. Setiap usaha pasti
memiliki resiko dan tanggung jawab dalam pelaksanaannya, begitu pula dengan
usaha bongkar muat barang angkutan laut yang memiliki resiko yang tinggi dalam
pelaksanaan kegiatannya. Dalam praktek di lapangan kerusakan barang dalam
proses bongkar muat barang masih sering terjadi dan menimbulkan kerugian yang
tidak sedikit. Pemilik barang yang tidak mau terima dengan kejadian tersebut
melakukan claim dan meminta ganti kerugian atas kerusakan barang-barang
tersebut. Sejak adanya Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
hingga saat ini permasalahan mengenai penyelenggaraan kegiatan angkutan laut
terutama dalam kegiataan usaha jasa bongkar muat barang selalu saja terjadi
ketidakharmonisan antara berbagai pihak yang terkait di pelabuhan, 4 Martono
dan Eka Budi Tjahjono, 2011, Transportasi Di Perairan Berdasarkan
UndangUndang Nomor 17 Tahun 2008, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hlm.
119-120. 5 diantaranya yaitu Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia
(APBMI), Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM), PT. Pelabuhan Indonesia
(Persero) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara selaku pengelola sebagian
besar terminal-terminal di pelabuhan di Indonesia, serta pemerintah dalam hal ini
Kementerian Perhubungan. Bentuk dari permasalahan yang terjadi diantaranya
terkait dengan masalah perizinan usaha, tanggung jawab bongkar muat barang,
besaran upah buruh, diantara para pelaku usaha tersebut. Hal ini menjadi penting
untuk diteliti karena kegiatan usaha jasa bongkar muat adalah jenis usaha jasa di
pelabuhan yang sangat vital bagi kelancaran distribusi barang.
Pertanggungjawaban dalam pengangkutan laut yang mengenai bongkar muat
barang merupakan hal yang sangat penting serta berhubungan erat dengan hak dan
kewajiban para pihak. Hal ini harus diperhatikan karena apapun kesalahan atau

3
kelalaian serta bentuk wanprestasi lainnya dapat diselesaikan dengan berdasarkan
aturan-aturan yang ada. Oleh sebab itu dibutuhkan aturan tersendiri mengenai
pengangkutan laut ini, baik yang diatur oleh dunia internasional maupun aturan
nasional. Salah satu perselisihan yang sering timbul dalam pengangkutan laut
adalah adanya kerusakan barang yang menimbulkan hak tuntutan ganti rugi dari
pemilik barang kepada pengangkut. Timbulnya claim-claim dari pemilik barang
berupa kerusakan barang, penting di perhatikan oleh para pihak yang terlibat
dalam proses pengangkutan untuk dapat menentukan pihak mana yang 6 benar-
benar bertanggung jawab terhadap tuntutan ganti rugi atas kerusakan barang
tersebut. Ada aturan yang dapat digunakan mengenai pertanggungjawaban dan
perselisihan pengangkutan laut dalam kegiatan bongkar muat barang yaitu KUH
Perdata, KUHD, UU NO. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dan sumber hukum
internasional United Nation Convention The Carriage of Goods by Sea (The 1978
Hamburg Rules) sedangkan Indonesia belum meratifikasi Konvensi Hamburg
1978 hingga saat ini.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pelabuhan/Kepelabuhan
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dan daratan dan perairan di
sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan
kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh,
naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai
tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.
Sedangkan yang dimaksudkan dengan kepelabuhan adalah meliputi segala
sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan pelabuhan dan kegiatan
lainnya dalam melaksanakan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran,
keamanan dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan/atau barang,
keselamatan berlayar, tempat perpindahan intra dan/ atau antar moda serta
mendorong perekonomian nasional dan daerah.
Maksud dan tujuan tatanan pelabuhan nasional dimana Tatanan
Kepelabuhanan Nasional merupakan dasar dalam perencanaan pembangunan,
pendayagunaan, pengembangan dan pengoperasian pelabuhan di seluruh
Indonesia, baik pelabuhan laut, pelabuhan penyeberangan, pelabuhan sungai dan
danau, pelabuhan daratan dan pelabuhah khusus yang bertujuan:
· Terjalinnya suatu jaringan infrastruktur pelabuhan secara terpadu, selaras dan
harmonis agar bersaing dan tidak saling mengganggu yang bersifat  dinamis
· Terjadinya efisiensi transportasi taut secara nasional;
· Terwujudnya penyediaan jasa kepelabuhanan sesuai dengan tingkat kebutuhan;
· Terwujudnya penyelenggaraan pelabuhan yang handal dan berkemampuan
tinggi dalam rangka menunjang pembangunan nasional dan daerah.
Selain itu, tatanan kepelabuhan nasional ini juga dituntut untuk
memperhatikan;
· Tata ruang wilayah

5
· Sistem transportasi nasional
· Pertumbuhan ekonomi
· Pola/jalur pelayanan angkutan taut nasional dan internasional
· Kelestarian tingkungan
· Keselamatan pelayaran
· Standarisai nasional, kriteria dan norma.
1. Jenis-Jenis Pelabuhan
a. Pelabuhan Umum adalah pelabuhan yang diselenggarakan untuk
kepentingan pelayanan masyarakat umum
b. Pelabuhan khusus merupakan pelabuhan yang dibangun dan dijalankan
guna menunjang kegiatan yang bersifat khusus dan pada umumnya untuk
kepentingan individu atau kelompok tertentu
c. Pelabuhan laut merupakan tempat yang digunakan untuk melakukan
pelayanan angkutan laut
d. Pelabuhan penyebrangan merupakan pelabuhan yang digunakan khusus
untuk kegiatan penyebrangan dari satu pelabuhan dengan pelabuhan yang
lainnya yang mempunyai keterkaitan
e. Pelabuhan sungai dan danau merupakan pelabuhan yang melayani
kebutuhan angkutan di sebuah danau ataupun sungai
f. Pelabuhan Daratan adalah suatu tempat tertentu di daratan dengan batas-
batas yang jelas, dilengkapi dengan fasilitas bongkar muat, lapangan
penumpukan dan gudang serta prasarana dan sarana angkutan barang
dengan cara pengemasan khusus dan berfungsi sebagai pelabuhan umum.
Jenis Pelabuhan Menurut Hirarki:
Tiap jenis memiliki fungsi dan perannya sendiri – sendiri, yang kesemuanya
itu dibagi secara mengkhusus, yaitu ;
a. Pelabuhan internasional hub yang merupakan pelabuhan utama primer.
· Berperan sebagai pelabuhan internasional hub yang melayani angkutan alih
muat (transhipment) peti kemas nasional dan internasional dengan skala
pelayanan transportasi laut dunia.

6
· Sebagai pelabuhan induk yang melayani angkutan peti kemas nasional dan
internasional sebesar 2.500.000 TEU's/tahun atau angkutan lain yang setara.
· Sebagai pelabuhan alih muat angkutan peti kemas nasional dan internasional
dengan pelayanan berkisar dan 3.000.000 - 3.500.000 TEU's/tahun atau
angkutan lain yang setara.
b. Pelabuhan intemasional yang merupakan pelabuhan utama sekunder
· Berperan sebagai pusat distribusi peti kemas nasional dan pelayanan
angkutan peti kemas internasional.
· Sebagai tempat alih muat penumpang dan angkutan peti kemas.
· Melayani angkutan peti kemas sebesan 1.500.000 TEU's/tahun atau
angkutan lain yang setara.
· Berada dekat dengan jalur pelayaran internasional + 500 mil dan jalur
pelayaran nasional ± 50 mil.
· Kedalaman minimal pelabuhan - 9 m LWS.
· Memiliki dermaga peti kemas minimal panjang 250 m',2 crane dan lapangan
penumpukan kontener seluas 10 Ha.
· Jarak dengan pelabuhan internasional lainnya 200 - 500 mil.
c. Pelabuhan Nasional yang merupakan pelabuhan utama tersier
· Berperan sebagai pengumpan anqkutan peti kemas Nasional
· Sebagai tempat alih muat penumpang dan barang umum Nasional.
· Melayani angkutan peti kemas Nasional di seluruh Indonesia.
· Berada dekat dengan jalur pelayaran nasional + 50 mil. Kedalaman minimal
pelabuhan –9 m LWS.
· Memiliki dermaga multipurpose minimal panjang 150 m', mobile crane atau
skipgear kapasitas 50 ton. Jarak dengan pelabuhan nasional lainnya 50 - 100
mil.
d. Pelabuhan regional yang merupakan pelabuhan pengumpan primer.
· Berperan sebagai pengumpan pelabuhan hub internasional, pelabuhan
internasional pelabuhan nasional.
· Sebagai tempat alih muat penumpang dan barang dari/ke pelabuhan utarna
dan pelabuhan pengumpan.

7
· Melayani angkutan taut antar Kabupaten/Kota dalam propinsi.
· Berada dekat dengan jalur pelayaran antar pulau ± 25 mil. Kedalaman
minimal pelabuhan -4 m LWS.
· Memiliki dermaga minimal panjang 70 m. Jarak dengan pelabuhan regional
lainnya 20 - 50 mil.
e. Pelabuhan lokal yang merupakan pelabuhan pengumpan sekunder:
· Berperan sebagai pengumpan pelabuhan hub internasional, pelabuhan
internasional, pelabuhan nasional dan pelabuhan regional.
· Sebagai tempat pelayanan penumpang di daerah terpencil, terisolasi,
perbatasan, daerah perbatasan yang hanya didukung oleh mode transportasi
laut.
· Sebagai tempat pelayanan moda transportasi laut untuk mendukung
kehidupan masyarakat dan berfungsi sebagai tempat multifungsi selain
sebagai terminal untuk penumpang juga untuk melayani bongkar muat
kebutuhan hidup masyarakat disekitamya.
· Berada pada lokasi yang tidak dilalui jalur transportasi laut reguler kecuali
keperintisan. Kedalaman minimal pelabuhan -1,5 m LWS.
· Memiliki fasilitas tambat. Jarak dengan pelabuhan lokal lainnya 5 - 20 mil.
Selain itu ada beberapa jenis pelabuhan khusus dan ketentuannya
a. Pelabuhan khusus Nasional/Internasional
· Bobot kapal yang dilayani 3000 DWT atau lebih
· Panjang dermaga 70 M atau lebih, konstruksi beton/baja
· Kedalaman di depan dermaga - 5 M LWS atau lebih
· Menangani pelayanan barang-barang berbahaya dan Beracun (B3)
· Melayani kegiatan pelayanan lintas Propinsi dan Internasional.
b. Pelabuhan khusus Regional
· Bobot kapal yang dilayani lebih clan 1000 DWT dan kurang dan 3000
DWT.
· Panjang dermaga kurang dari 70 M', konstruksi beton/baja.
· Kedalaman di depan dermaga kurang clan - 5 M LWS.
· Tidak menangani pelayanan barang-barang berbahaya dan beracun (B3).

8
· melayani kegiatan pelayanan lintas Kabupaten/Kota dalam satu Provinsi.

c. Pelabuhan khusus lokal


· Bobot kapal kurang dari 1000 DWT.
· Panjang dermaga kurang clan 50 M' dengan konstruksi kayu.
· Kedalaman di depan dermaga kurang clan - 4 M LWS.
· Tidak menangani pelayanan barang berbahaya dan beracun (B3) dan
melayani kegiatan pelayanan lintas Kota dalam satu Kabupaten/Kota.
2. Fasilitas-Fasilitas Dipelabuhan
· Perairan tempat labuh termasuk alur pelayaran
· Kolam pelabuhan
· Fasilitas sandar kapal
· Penimbangan muatan
· Terminal penumpang
· Akses penumpang dan barang ke dermaga
· Perkantoran untuk kegiatan perkantoran pemerintahan dan pelayanan jasa
· Fasilitas penyimpanan bahan bakar (Bunker)
· Instalasi air, listrik dan komunikasi
· Akses jalan dan atau rel kereta api
· Fasilitas pemadam kebakaran
· Tempat tunggu kendaran bermotor sebelum naik ke kapal.
Dan fasilitas penunjangnya adalah
· Kawasan perkantoran untuk menunjang kelancaran pelayanan jasa
kepelabuhanan
· Tempat penampungan limbah
· Fasilitas usaha yang menunjang kegiatan pelabuhan
· Area pengembangan pelabuhan.
3. Instansi-Instansi Pelabuhan
a. Kantor Administrasi Pelabuhan

9
Kantor administrator pelabuhan adalah unit organik di bidang kepelabuhan
pada pelabuhan yang diusahakan di lingkungan Departemen Perhubungan. Tugas
dari Administrator Pelabuhan ini diantaranya
 Melaksanakan pengendalian tugas instansi pemerintah lainnya, seperti unit-unit
kerja dan badan usaha milik negara untuk menjamin kelancaran tugas di daerah
lingkungan kerja pelabuhan yang diusahakan oleh Badan Usaha Pelabuhan.
 Memberikan pelayanan dalam urusan:
· Kebandaran
· Perkapalan
· Pelayaran
· Jasa maritim
· Perambuan
· Penerangan pantai
· Elektronika
· Telekomunikasi pelayaran
· Pengamanan pelabuhan dan bandar serta lalu lintas angkatan laut.
b. Syahbandar
Kantor Syahbandar adalah salah satu bagian dari kantor administrator
pelabuhan yang bertugas melaksanakan

 Melakukan pelaksanaan pengawasn tertib lalu lintas kapal di perairan


pelabuhan dan alur pelayaran

 Melakukan pelaksanaan pengawasan kegiatan alih muat di perairan


pelabuhan, kegiatan salvage dan pekerjaan bawah air, pemanduan dan
penundaan kapal

 Melakukan pelaksanaan pemeriksaan kecelakan kapal

 Memberikan info mengenai cuaca BMKG

 Melakukan pemeriksaan surat - surat kapal sebelum berlayar

c. Beacukai (Keuangan)

10
Menurut undang - undang, pabean berwenang melakukan pengawasan terhadap
lalu lintas barang yang keluar masuk wilayah pabean Indonesia termasuk barang -
barang terlarang, obat - obatan berbahaya atau narkoba serta memungut bea
terhadap barang yang menurut aturannya dikenakan bea yang bertugas. Selain itu
pabean juga berfungsi sebagai:

 Melakukan pencegahan masuknya barang - barang dari luar negeri tanpa


didasari dokumen-dokumen resmi

 Mengawasi langsung lalu lintas barang - barang ekspor dan impor

 Menindak pelaksanaan kegiatan dalam hal barang - barang ekspor atau impor
yang tidak dilengkapi dengan dokumen - dokumen resmi

 Menarik bea masuk dan keluar untuk barang ekspor dan impor

 Melakukan tindakan sesuai hukum terhadap pembawa barang - barang


terlarang yang masuk ke wilayah negara Indonesia

d. Imigrasi (Kemenhum HAM)


Fungsi instansi imigrasi adalah melaksanakan pengawasan lalu lintas
orang yang keluar masuk wilayah negara dengan atau tanpa visa dan berwenang
untuk memeriksa paspor setiap orang yang keluar masuk wilayah negara. Dan
memiliki tugas sebagai berikut:

 Perumusan kebijakan teknis, pemberian bimbingan, pembinaan dan


pemberian perizinan di bidang keimigrasian

 Pelaksanaan keimigrasian sesuai dengan tugas pokok yaitu sebagai


aparatur security dan penegak hukum

 Pengamanan teknis atas pelaksanaan tugas pokok Direktorat Jenderal

e. Karantina

Fungsi instansi karantina adalah untuk mengkarantina penyakit menular


bagi hewan maupun tumbuhan. Karantina berwenang memeriksa setiap hewan
dan tumbuhan yang masuk wilayah Indonesia dan dapat menahan untuk

11
mengkarantina bila diketahui terdapat gejala penyakit menular. Dan instansi
karantina juga bertugas sebagai:

 Upaya perlindungan tanaman dan hewan dalam negeri dari ancaman


organisme pengganggu dari luar negeri

 Sebagai tindakan pengawasan dan pengamatan lebih lanjut terhadap


tumbuhan, hewan dan bagian - bagiannya

 Kegiatan yang berhubungan dengan tindakan pencegahan terhadap


meluasnya penyakit tumbuhan dan hewan ke wilayah negara.

f. Basarnas (Berdiri Sendiri)


 Jika terjadi kecelakaan Basarnas lah yang akan membantu dan menolong
4. Badan Usaha Pelabuhan (BUP)
a. Dasar Hukum Badan Usaha Pelabuhan
· Undang Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Pasal 93 s/d
Pasal 95)
· Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Pasal
71 s/d Pasal 73.
· Peraturan Menteri Perhubungan No 51 Tahun 2015
Badan Usaha Pelabuhan adalah “badan usaha yang kegiatan usahanya
khusus di bidang pengusahaan terminal dan fasilitas pelabuhan lainnnya”.
b. Kegiatan Badan Usaha Pelabuhan
· Penyediaan atau pelayanan jasa kapal, penumpang dan barang
· Jasa terkait dengan Pengelolaan Pelabuhan yang meliputi
· Penyediaan atau pelayanan jasa dermaga untuk bertambat
· Penyediaan atau pelayanan pengisian bahan bakar dan pelayanan air bersih
· Penyediaan atau pelayanan fasilitas naik turun penumpang dan/kendaraan
· Penyediaan atau pelayanan jasa dermaga untuk pelaksanaan kegiatan
bongkar muat barang dan peti kemas
· Penyediaan atau pelayanan jasa gudang dan tempat penimbunan barang alat
bongkar muat serta peralatan pelabuhan

12
· Penyediaan atau pelayanan jasa terminal peti kemas, curah cair, curah
kering, dan ro-ro
· Penyediaan atau pelayanan jasa bongkar muat barang
· Penyediaan atau pelayanan pusat distribusi dan konsolidasi barang; dan atau
· Penyediaan atau pelayanan jasa penundaan kapal (Pasal 25 – 26
PERMENHUB NO 51 Tahun 2015)
5. Kinerja Pengelolaan Pelabuhan di Indonesia
Pengelolaan pelabuhan di Indonesia bisa dikatakan masih belum
mengembirakan, apalagi membanggakan. Masih banyak pengelelolaan yang
kurang professional dari para pengelola pelabuhan, yang dalam hal ini adalah
pemerintah. Masih banyak kekurangan yang bisa diidentifikasi oleh para
stakeholders di bidang pelabuhan ini.
Disamping kekurangan – kekurangan tersebut, ada beberapa masalah -
masalah umum yang kerap kali muncul dalam konteks pengelolaan pelabuhan.
Masalah – masalah itu ialah antara lain:
· Lamanya proses bongkar muat di pelabuhan – pelabuhan di Indonesia
· Lamanya pengurusan kepabeanan di Indonesia
· Fasilitas pelabuhan yang berkualitas buruk
· Lamanya waktu tunggu di pelabuhan – pelabuhan di Indonesia
· Kedalaman pelabuhan di Indonesia yang tidak memenuhi syarat
6. Strategi Peningkatan Kinerja Pelabuhan di Indonesia
Untuk meningkatkan kinerja dari pelabuhan, pemerintah perlu untuk sesegera
mungkin mengambil langkah nyata dalam hal penyelesaian masalah – masalah
yang dihadapi oleh pelabuhan Indonesia.
Ada beberapa cara yang dapat dijadikan sebagai alternatif untuk
menyelesaikan permasalahan ini. Namun sebelumnya kita harus menentukan
terlebih dahulu prioritas pengembangan pelabuhan yang ada sekarang ini. Dari
semua masalah yang telah disebutkan diatas, masalah yang paling penting untuk
diselesaikan terlebih dahulu adalah perbaikan fasilitas yang ada pada pelabuhan.
Langkah pertama ialah merevitalisasi pelabuhan – pelabuhan utama di Indonesia.

13
Sedikitnya, pemerintah harus serius mengembangkan 10 pelabuhan utama seperti
Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Mas, Tanjung Perak, Bitung, Pontianak,
Pangkalan Bun, Panjang, dan beberapa pelabuhan yang memiliki posisi strategis.
Dengan kedalaman kolam hanya sekitar 13,5 meter, Pelabuhan Tanjung Priok
hanya mampu disandari kapal-kapal kecil-menengah. Kapal-kapal itu umumnya
merupakan kapal feeder dari pelabuhan di Singapura, Malaysia, dan Hong Kong.
Selama ini, 80-90% kegiatan ekspor-impor Indonesia harus melalui pelabuhan di
negara lain.
Dengan perbaikan fasilitas – fasilitas pada 10 pelabuhan utama tersebut,
diharapkan potensi ekonomi dari pelabuhan Indonesia tidak “menguap” ke Negara
– Negara tetangga lainnya.
Tentu hal ini perlu didukung dengan modal yang besar. Untuk
mengembangkan pelabuhan Tanjung Priok, sebagai pengelola, PT Pelabuhan
Indonesia (Pelindo) II mengaku membutuhkan investasi sekitar Rp 22 triliun.
Dana sebesar itu dibutuhkan untuk memperlebar terminal yang akan dilakukan
dalam tiga tahap. Namun nilai investasi itu terbilang kecil dibanding manfaat yang
bakal diperoleh ke depan. Angka ini jauh lebih kecil ketimbang defisit neraca
pembayaran Indonesia dari sektor pelayaran yang mencapai US$ 13 miliar per
tahun.
Dalam hal perbaikan fasilitas pelabuhan, dal hal ini kolam pelabuhan, para
pengusaha pelayaran mengusulkan kepada pemerintah agar memperdalam kolam
pelabuhan di Indonesia hingga 16 Meter. Dengan demikian, pelabuhan ini mampu
menampung kapal-kapal bermuatan 6.000 TEUs. Dengan adanya perbaikan kolam
pelabuhan tersebut, para pengusaha yakin jika pengelola pelabuhan dapat
meningkatkan produktivitas bongkar muat menjadi 20-25 boks container per jam
per crane.
Jika perbaikan (kolam pelabuhan) dapat dilaksankan merata setidaknya
pada 10 pelabuhan utama di Indonesia, dapat dipastikan produktivitas pelabuhan
Indonesia juga akan meningkat.
Masalah lain yang perlu untuk ditangani secara serius adalah lamanya
kepengurusan kepabeanan di pelabuhan – pelabuhan di Indonesia.

14
Indonesia memang identik dengan birokrasinya yang berbelit – belit, yang
membuka peluang untuk praktek – praktek yang tidak etis seperti korupsi.
Hal – hal ini sungguh telah mengurangi nilai tambah bagi pelabuhan –
pelabuhan di Indonesia. Dengan adanya hal ini, para pengusaha (terutama investor
asing) lebih memilih untuk menjadikan pelabuhan di Indonesia sebagai tempat
untuk kapal – kapal feeder mereka. Mereka lebih memilih untuk menempatkan
kapal utamanya di pelabuhan – pelabuhan di negara – negara seperti Singapura
dan Malysia karena kepengurusan administrasi disana jauh lebih efisien dan
efektif. Sudah saatnya Indonesia memanfaatkan potensi ekonomi yang seharusnya
menjadi miliknya tersebut.
Langkah yang perlu diambil untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah
dengan merubah system administrasi pada pelabuhan di Indonesia. Pelabuhan –
pelabuhan di Indonesia memiliki kinerja yang lambat dari segi administrasi karena
terlalu banyak berkas – berkas dan juga birokrat yang harus dilewati sebelum
sistem dijalankan.
Permasalahan ini dapat diatasi dengan melengkapi pelabuhan – pelabuhan
di Indonesia dengan sistem informasi yang memadai. Kemudian perlu dilakukan
evaluasi terhadap proporsionalitas dari managamen di pelabuhan. Jika kita ingin
mempercepat jalannya suatu sistem, salah satu caranya ialah menyederhanakan
proses dari sitem tersebut tanpa mengesampingkan esensinya. Oleh karena itu
praktek – praktek birokratif harus segera dihilangkan guna meningkatkan kinerja
pelabuhan dari segi pengelolaan waktu. Tetapi hal yang paling penting untuk
diperhatikan adalah pengembangan sumber daya manusia di pelabuhan –
pelabuhan di Indonesia. Hal ini penting karena, jangan sampai perampingan
angkatan kerja pada pelabuhan justru menurunkan tingkat produktivitas dari
pelabuhan itu sendiri. Maka dari itu diperlukan tenaga – tenaga kerja yang
terampil, dalam jumlah yang pas, untuk melaksanakan fungsi dan tugas dari
pengelolaan pelabuhan. Tentu saja pengembangan keterampilan dalam hal
penggunaan teknologi berbasis informasi dan juga yang sifatnya teknikal
merupakan prioritas. Karena hal inilah yang mampu mendorong produktivitas.

15
Namun masalah pelabuhan di Indonesia adalah suatu hal yang kompleks.
Diperlukan kesungguhan dari tiap – tiap stakeholders yang ada untuk
memperbaiki kinerja pelabuhan. Selain itu diperlukan pengukuran yang presisi
terhadap tiap strategi yang di terapkan. Agar modal yang besar yang digunakan
untuk membangun pelabuhan dapat dipertanggungjawabkan nantinya.
Permerintah tentu saja memegang peran penting untuk hal ini. Pemerintah
harus berperan sebagai penyelia yang secara berkala memantau penerapan dari
semua strategi yang telah disepakati dan diterapkan. Karena pada umumnya
meskipun telah dirumuskan dengan sangat baik, tiap strategi yang ada menjadi
kacau saat diimplementasikan. Hal ini tentu saja karena kurangnya koordinasi.
Diharapkan pemerintah dapat menjalankan peran ini dengan baik, bukan malah
semakin memperburuknya.

16
BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan

Pengelolaan pelabuhan merupakan suatu hal yang sangat kompleks.


Meskipun pemerintah telah dengan sangat baik menetapkan ketentuan
pengelolaannya, masalah masih tetap ada. Hal ini umumnya dikarenakan
kurangnya modal untuk mengembangkan pelabuhan yang ada. Sehingga
menyebabkan kurang baiknya kepengurusan pelabuhan, seperti buruknya fasilitas
pelabuhan yang ada.
Prestasi pelabuhan di Indonesia juga tidak membanggakan. Kita masih
kalah jauh jika dibandingkan dengan negara – negara asia tenggara lainnya seperti
Singapura dan Malaysia. Oleh karena itu kita perlu untuk mengejar ketertinggalan
kita ini.
Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah memperbaiki fasilitas dasar
dari pelabuhan, yang selama ini selalu dikeluhkan. Peran serta pemerintah sangat
penting guna memastikan bahwa hal ini berjalan sebagaimana mestinya.
Dengan adanya kesadaran mengenai hal ini, niscaya akan tercipta pola
pengembangan pelabuhan yang berkesinambungan, yang mampu untuk
memperbaiki kinerja pelabuhan di Indonesia. Namun sekali lagi kami tekankan,
tahap perncanaan dan tahap pengawasan merupakan factor yang sangat
mempengaruhi terwujudnya hal ini.

17
Daftar Pustaka
Blogkapal.blogspot.com/2016/06/instansi-pemerintah-pelabuhan
Berita Maritim. 2007. “Dukung Perdagangan – Perlu Revutalisasi Pelabuhan”
dalamhttp://www.beritamaritim.com, diakses 18 Maret 2011.
Humas Setda. Kabupaten Belitung. 2008. “Master Plan Pelabuhan Tanjung
Padan” dalam http://www.belitungkab.go.id, diakses 16 Maret 2011.
Investor Daily. 2011. “Ironi Pelabuhan di Negeri Kepulauan” dalam
http://www.investor.co.id, diakses 16 Maret 2011.
Kompas. 2008. “Transportasi Pelabuhan Indonesia” dalam
http://www.pksplipb.or.id, diakses 17 Maret 2011.
Menteri Perhubungan. 2002. Tatanan Kepelabuhan Nasional – Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KM 53 TAHUN 2002.
sumber : http://lisaherdiana.blogspot.co.id/2012/04/pelabuhan.html

18

Anda mungkin juga menyukai