Anda di halaman 1dari 58

Alur Pembuatan Kapal Baru

SHIP ACQUISITION PROCESS

Pengakuisisian berasal dari kata akuisisi yang dapat berarti penerimaan atau
penyerahan, dalam kaitannya dengan dunia  perkapalan dan transportasi laut, kata
pengakuisisian dapat berarti pengadaan kapal baru dalam sebuah armada, pengadaan
tersebut dapat berupa pembelian atau penyewaan sebuah kapal baru. Pengakuisisian
sebuah kapal baru dari sudut pandang pemilik kapal adalah sebuah pembelanjaan
barang modal yang utama, yang harus melalui beberapa tahap proses yaitu
1.      Perencanaan (Planning Stage)
2.      Desain (Design Stage)
3.      Aktivitas komersial (Commercial Activities)
4.      Aktivitas produksi (Production Activities)
Pengakuisisian sebuah kapal dapat berupa pembelian atau penyewaan dengan
beberapa jenis kondisi antara lain :
1.      Kapal yang baru dibuat dalam segi konstruksi
2.      Kapal bekas pakai
3.      Kapal pinjaman atau charter
4.      Kapal yang telah dikonversi
Tetapi dalam pembahasan ini hanya akan dibatasi tentang pengakuisisian kapal yang
baru dibuat di galangan kapal saja, yang melalui empat tahapan proses yang telah
disebutkan diatas.
            Dalam proses pengakuisisian kapal terdapat beberapa badan yang terlibat di
dalamnya yaitu:
·         Ship owner
·         Ship yard
·         Industri penyokong, seperti industri baja
·         Badan-badan lainnya seperti
1.      Naval Architecture firm, seperti konsultan perancangan
2.      Universitas
3.      Biro klasifikasi
4.      Regulator atau badan pembuat peraturan, dalam hal ini pemerintah
            Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan tahapan yang harus dilalui
dalam pengakuisisian sebuah kapal baru agar nantinya kapal dapat memenuhi
spesifikasi permintaan owner dengan tepat. Seperti yang telah dijelaskan pada
pendahuluan, yang termasuk dalam tahapan ini adalah:
1.      Perencanaan (Planning Stage)
2.      Desain (Design Stage)
3.      Aktivitas komersial (Commercial Activities)
II.1      Planning Stage
            Perencanaan awal merupakan suatu tahapan yang sangat penting dalam
segala bidang, termasuk dalam bidang pengakuisisian kapal baru. Perencanaan ini
dimulai dengan penafsiran dari segala sesuatu yang berhubungan dengan proses
pembuatan kapal baru, penyerahan kapal kepada pemilik kapal, sampai dengan saat
kapal beropersi nantinya.
            Penafsiran ini meliputi kondisi lingkungan internal organisasi yang berperan
langsung dalam aktivitas pengakuisisian, maupun kondisi eksternal tempat dimana
kapal akan menjalankan fungsinya.

II.1.1   Analisis kondisi lingkungan


            Analisis kondisi lingkungan dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu analisis
mengenai kondisi lingkungan internal dan analisis kondisi lingkungan eksternal.
Ø  Analisis kondisi internal meliputi kelebihan dan kekurangan badan/organisasi yang
berperan langsung dalam pengakuisisian kapal, badan ini termasuk pemilik kapal dan
galangan/yard yang berperan membangun kapal baru tersebut.
Analisis ini mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan :
·         Sumber Daya Teknologi :
1.      Permesinan
2.      Riset
3.      Hak cipta
4.      Inovasi-inovasi dan keberanian mengambil resiko
·         Sumber Daya Finansial :
1.      Aset-aset
2.      Kondisi keuangan perusahaan
3.      Stabilitas finansial perusahaan
4.      Profit dari investasi
·         Sumber Daya Manusia:
1.      Jumlah dan tipe pekerja
2.      Kemampuan menejerial perusahaan
3.      Kemampuan dalam proses pengerjaan
·         Sumber Daya Menejemen :
1.      Kemampuan control pengerjaan
2.      Komunikasi
3.      Struktur organisasi

Ø  Analisis kondisi eksternal memiliki esensi yang mengarah kepada dampak ekonomis dari
barang modal yang berwujud kapal tersebut, iklim perdagangan dimana kapal tersebut
akan beroperasi, pertumbuhan  pasar dan kompetisinya. Yang termasuk bagian dari
analisis ini adalah :
·         Ukuran Pasar :
1.      Volume tonase,kubik,jumlah penumpang, dll
2.      Tren dan pertumbuhan pasar.
3.      Potensi terbukanya daerah pemasaran baru
·         Pemasaran :
1.      Komoditas
2.      Fluktuasi aliran barang komoditas
·         Kompetitor :
1.      Jumlah kompetitor
2.      Kekuatan kompetitor
3.      Potensi aliansi dengan kompetitor
4.      Faktor pelayanan(waktu pengiriman, jadwal yang reliabel, dll.)
·         Trend Perekonomian :
1.      Tarif pengangkutan dan jasa
2.      Tren pergerakan tarif
3.      Konferensi dan peraturan yang mengatur perekonomian setempat
4.      Potensi persaingan tarif
·         Lingkungan Fisik :
1.      Jarak
2.      Lautan dan kondisi cuacanya
3.      Dalamnya kanal dan pelabuhan
4.      Pasang surut dan arus perariran
5.      Kontrol lalu lintas pelabuhan
·         Kondisi Pelabuhan :
1.      Ketersediaan kolam pelabuhan dan prioritasnya
2.      Produktivitas penanganan muatan
3.      Ketersediaan dan produktivitas tenaga kerja pelabuhan
4.      Ketersediaan barang muatan
·         Prosedur dan Syarat Masuknya Aliran Barang dan Jasa
1.      Sistem konferensi
2.      Larangan pemerintah
3.      Tarif bea masuk
4.      Terminal dan penampungan barang
5.      Pemotongan tarif
6.      Kelebihan kapasitas barang dan jasa

II.1.2   Strategi Pengembangan


            Setelah melalui proses analisa lingkungan internal dan eksternal, perencanaan
memasuki fase yang kedua, yang disebut strategi pengembangan, dimana esensi dari
pengembangan ini adalah untuk mencapai tujuan dari korporasi atau pemilik kapal.
Tujuan itu meliputi beberapa hal, yaitu :
·         Keuntungan
·         Balik modal (break even point)
·         Pertukaran pasar
·         Pertumbuhan keuangan
·         Stabilitas keuangan
·         Kualitas barang dan jasa
·         Kompetisi dan,
·         Kebutuhan pasar
Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat beberapa strategi pengembangan, tetapi
pada
Intinya terdapat beberapa komponen dasar dalam strategi pengembangan, yaitu :
·         Pemasaran
·         Inovasi
·         Sumber daya fisik
·         Sumber daya finansial
·         Produktivitas
·         Organisasi
·         Tanggung jawab sosial dan
·         Kebutuhan terhadap keuntungan
Tetapi perlu dipertimbangkan juga bahwa,untuk mencapai tujuan tersebut tidak harus
memerlukan kapal yang baru, tetapi kapal bekas, kapal yang telah dikonversi maupun
kapal sewaan juga bisa menjadi alternatif lain dalam mencapai tujuan tersebut.

II.1.3   Implementasi
            Kedua perencanaan terdahulu yang telah disebut diatas perlu ditransformasikan
menjadi suatu perencanaan bisnis yang kongkrit, praktis dan dapat dilaksanakan.
Implementasi perencanaan dalam industri maritim dan jasa transportasi pada umunya
hampir sama dengan implementasi perencanaan manufaktur tradisional, yang terdiri
dari :
·         Rencana Pemasaran
Mengidentifikasi segmen pasar yang lebih spesifik, kebutuhan pasar saat ini,
pelanggan/customer, dan metode penjualan yang tepat
·         Rencana Kompetitor
Yaitu tindakan yang perlu dilakukan untuk merebut pangsa pasar, mencari aliansi atau
memetakan kekuatan kompetitor
·         Rencana Operasi
Yaitu detail operasi yang akan dilakukan untuk menjalankan strategi pemasaran
·         Rencana Finansial
Ketersediaan dana operasi dan kontrol tehadap rencana bisnis yang dilakukan.
·         Rencana teknologi
Yaitu perencanaan pengembangan peralatan dan barang modal, termasuk kapal
·         Rencana Organisasi
Yaitu detail struktur organisasi untuk menjalankan strategi pemasaran.
II.1.4   Perekonomian
            Dalam proses pengakuisisian kapal, penggunaan disiplin ilmu ekonomi teknik
merupakan suatu hal yang penting, karena disiplin ekononi teknik digunakan untuk
mengembangkan teknologi, finansial dan strategi bisnis yang sudah dibangun.
            Dalam fase desain terutama dalam conceptual design danpreliminary design,
didisiplin ilmu ekonomi teknik digunakan untuk mengoptimasi dan mencari alternatif lain
dalam proses desain. Pada akhir perencanaan perekonomian ini, pemilik kapal dapat
menyelesaikan spesifikasi permintaan (owner specification) untuk selanjutnya
diserahkan ke pembangun kapal, dalam hal ini yard/galangan.

II.2      Design Stage
            Hal utama yang kedua dalam proses pengakuisisian kapal adalah tahap desain.
Dalam hal ini desain dapat berarti mulainya proses perhitungan, penggambaran model,
spesifikasi, dan eksperimen tes yang mungkin perlu dilakukan.Dalam desain stage ini,
proses pengakuisisian kapal dibagi menjadi 4 bagian, yaitu :
·         Concept design
·         Preliminary design
·         Contract design
·         Detailed design
Dan perlu diperhatikan bahwa dalam bagian-bagian tersebut, detailed design, yang
mana berisikan gambar-gambar kerja akan dikerjakan apabila kontrak pembangunan
kapal telah ditandatangani.
            Proses desain ini melibatkan penyusunan, perencanaan, perhitungan kemudian
penggambaran/pemodelan bentuk kapal, bahkan jika diperlukan akan dilakukan model
testing, riset dan eksperimen untuk menjamin bahwa kapal telah dirancang seoptimum
mungkin.
Selain itu, proses desain juga melibatkan persiapan dan pemesanan beberapa material
yang akan digunakan dalam pembangunan kapal, selain itu desainer juga harus
mempertimbangkan faktor pembangunan/manufaktur dan prosedur pembangunannya
agar biaya pembangunan kapal dapat ditekan.
            Dalam proses desain mungkin juga akan  melibatkan beberapa modifikasi,
penambahan dari desain-desain yang telah ada sebelumnya yang telah dibuat oleh
perencana. Perencana juga harus mempertimbangkan jauh kedepan bahwa desain
yang ia rancang mampu beroperasi dan bersaing secara efektif  dan layak untuk
setidaknya 20 sampai 30 tahun kedepan setelah penyerahan kepada pemilik kapal,
bahkan untuk kapal perang setidaknya masih layak beroperasi untuk 50 tahun setelah
penyerahan kepada pemilik kapal. Maka seorang desainer tidak cukup hanya
dengan up-to-date terhadap teknologi yang ada, tetapi juga harus melakukan riset dan
pengembangan agar tercipta penemuan dalam disiplin ilmu yang berhubungan dengan
teknologi kelautan.

II.2.1   Concept Design


            Konsep desain merupakan tahapan awal dalam proses desain,  dimana tahap
ini pengumpulan data dilakukan dan ditransformasikan menjadi konfigurasi awal dari
desain.
Hasil dari tahapan konsep desain ini biasanya berupa gambar atau sketsa secara
umum, baik sebagian ataupun secara lengkap. Dalam konsep desain biasanya
perancang juga menyediakan desain alternatif.
            Dalam tahapan konsep desain ini, hanya membutuhkan tenaga kerja yang
sedikit, tetapi tenaga kerja ini haruslah memiliki kreativitas yang tinggi dan inovatif.
Karena tenaga kerja yang dibutuhkan sedikit, biasanya banyaknya tenaga yang
dibutuhkan untuk konsep desain ini sekitar 80 hari orang.

            Gambar 2.1 Desain spiral pada kapal dagang dan kapal perang

II.2.2   Preliminary design


            Tahapan yang kedua dalam proses desain adalah preliminary
design. Preliminary design adalah usaha teknis lebih lanjut yang akan memberikan
lebih banyak detail pada konsep desain. Dalam hubungannya dengan desain
spirl, preliminary design ini merupakan iterasi kedua atau bisa dikatakan lintasan kedua
pada spiral.
            Seperti dikatakan diatas, preliminary design memberikan detail lebih pada
konsep desain, detail ini bisa meliputi fitur-fitur yang memberikan dampak signifikan
pada kapal, termasuk juga pendekatan awal biaya yang akan dibutuhkan. Contoh dari
penambahan detail adalah perhitungan kekuatan memanjang kapal, pengembangan
bagianmidship kapal, perhitungan yang lebih akurat mengenai berat dan titik berat
kapal, sarat, stabilitas, dan lain-lain.
            Detail yang dibuat haruslah mencukupi untuk dapat dilakukan pendekatan
perhitungan biaya yang akan dibutuhkan, Biasanya diperlukan data-data seperti :
·         Ukuran-ukuran utama kapal
·         Estimasi berat kapal
·         Tipe mesin utama
·         Fitur-fitur khusus pada kapal, misalnya peralatan bongkar muat, sistem stabilitas kapal,
sistem komunikasi, dan lain-lain
Selain hal-hal yang disebutkan diatas, detail pada tahapan preliminary design
haruslah cukup untuk  selanjutnya dilakukan perhitungan pendekatan mengenai biaya
operasi kapal. Biaya operasi kapal dapat diperhitungkan berdasarkan informasi-
informasi seperti :
·         Jumlah kru kapal
·         Banyaknya konsumsi bahan bakar
·         Banyaknya konsumsi minyak lumas
·         Biaya perawatan kapal,termasuk biaya perawatan peralatan-peralatan pada kapal, dan
lain sebagainya.
Selain biaya operasi kapal yang dapat diperkirakan berapa besarnya, detail-detail
dalam preliminary design juga harus memberikan informasi yang cukup untuk dilakukan
perhitungan pendekatan mengenai pendapatan yang diperoleh pemilik kapal dari
operasi kapalnya. Perhitungan ini diperoleh berdasarkan informasi-informasi seperti :
·         Deadweight
·         Payload
·         Kapasitas ruang muat, dan lain sebagainya.
Dalam preliminary design juga dipertimbangkan kemampuan kapal untuk beroperasi
pada berbagai jenis kondisi muatan dan pembebanannya, termasuk kondisi ballast.
Dalam prakteknya penggunaan komputer akan mempermudah pekerjaan desainer
kapal untuk mendapatkan akurasi yang tepat serta pemilihan alternatif lain yang
mungkin lebih optimal.

II.2.3   Contract Design


            Desain kontrak adalah tahapan ketiga dalam design stage yang didalam desain
kontrak akan dilakukan persiapan-persiapan pengerjaan contract
specification dan contract drawing. Tujuan utama dari persiapan contract
specification dan contract drawing adalah, pembuatan dokumen yang secara akurat
mendeskripsikan kapal yang akan dibuat. Selanjutnya dokumen tersebut akan menjadi
dasar dalam kontrak atau perjanjian pembangunan antara pemilik kapal dan pihak
galangan kapal.
Setiap galangan kapal memiliki format yang berbeda dalam mempersiapkan spesifikasi.
Misalnya galangan-galangan kapal di jepang dan korea selatan, mempersiapkan format
spesifikasinya dalam 3 bagian yaitu, badan kapal (hull), permesinan dan kelistrikan.
Sedangkan komponen daricontract drawing dan contract specification meliputi :
·         Arrangement drawing
·         Structural drawing
·         Structural details
·         Propulsian arrangement
·         Machinery selection
·         Propeller selection
·         Generator selection
·         Electrical selection
Dimana keseluruhan komponen-komponen diatas biasa disebut key plan drawing. Key
plan drawing tersebut harus mereprensentaikan secara detail fitur-fitur kapal sesuai
dengan permintaan pemilik kapal
           
Pada tahap contract design ini, membutuhkan lebih banyak pekerja, karena
mengingat banyaknya hal-hal yang harus dikerjakan untuk mendapatkan desain yang
sesuai dengan permintaan pemilik kapal, biasanya pada tahap ini memerlukan banyak
tenaga kerja sebesar 5000 hari orang.

II.2.4   Peranan Suppliers Dalam Proses desain


            Biaya permesinan, peralatan dan perlengkapan bekisar antara 50% sampai
dengan 70% biaya pembangunan kapal secara keseluruhan. Pentingnya peranan
pemasok suku cadang dan pabrikannya dalam proses pengakuisisian kapal tidaklah
bisa dikesampingkan. Pemilik kapal dan desainer kapal seharusnya saling bekerja
sama dalam tahapan desain. Peranan dari suppliers dalam proses ini adalah
memberikan informasi produknya yang up-to-date, informasi tersebut antara lain
sebagai berikut :
·         Ukuran/dimensi fisik
·         Berat
·         Kapasitas dan kemampuan
·         Biaya awal atau daftar biaya
·         Tenaga dan pelayanan bantuan
·         Perawatan dan ketersediaan suku candang
·         Gambar cara pemasangan
·         Data kebisingan
Peranan suppliers juga sangat penting apabila terjadi hal-hal yang rancu dan
bersifat bias, suppliers dapat memberikan keterangan lebih lanjut, dan membantu
desainer memilihkan jenis produk yang sesuai dengan permintaan pemilik kapal .
Pemilik kapal mungkin juga telah memiliki hubungan dengan pabrik mesin atau
suppliers perlengkapan lainnya, dimana pemilik kapal telah mempunyai referensi
tersendiri tentang jenis permesinan, peralatan dan perlengkapan yang akan terpasang
di dalam kapal miliknya. Keuntungan lainnya bila pemilik kapal telah menjalin hubungan
yang erat dengan suppliers antara lain :
·         Dapat melakukan negosiasi tersendiri dengan suppliers
·         Dapat memberikan pelatihan kepada kru mengenai peralatan yang akan ia beli dari
supplier tersebut
·         Kemudahan dalam perjanjian garansi, dan lain sebagainya.

II.2.5   Pengujian Model


            Untuk mengkonfirmasi prediksi tenaga yang dibutuhkan untuk menggerakan
kapal pada  tahap preliminary dan contract design perlu dilakukan pengetesan terhadap
model secara independen. Pengetesan model tersebut dilakukan di laboratorium uji
tarik, selain itu pengujian lainnya pun perlu dilakukan, bergantung pada fungsi kapal
tersebut, ukuran dan kompleksitas ukuran, biaya dan jumlah kapal.
Pengujian itu meliputi :
·         Prediksi tenaga pada perairan tenang
·         Prediksi tenaga pada perairan bergelombang reguler
·         Prediksi tenaga pada perairan bergelombang irreguler
·         Optimum trim test
·         Olah gerak dan manuver kapal
·         Seakeeping dan deckwetness test
·         Gerakan kapal
·         Beban mooring
·         Beban propeller, getaran dan kavitasi, serta berbagai macam test lainnya
Beberapa jenis tes yang disebutkan diatas dapat dilakukan setelah kontrak telah
ditandatangani, untuk membuktikan apakah galangan kapal telah membuat kapal
sesuai dengan spesifikasi kontrak yang telah dikeluarkannya.

II.3      Commercial Activities


            Tahapan ketiga dalam proses pengakuisisian kapal adalah aktivitas komersial,
yang dimaksud dalam aktivitas komersial ini adalah permintaan penawaran harga
kepada galangan kapal, negosiasi, penandatanganan kontrak dan kegiatan yang
berhubungan dengan finansial lainnya.
            Hal-hal yang menyangkut aktivitas komersial ini dapat dijabarkan menjadi
beberapa tahapan lebih lanjut, yaitu :
·         Penyeleksian galangan kapal yang akan menerima tawaran pembangunan
·         Penyeleksian galangan yang yang telah menerima tawaran  pembangunan tersebut
·         Proses penawaran
·         Analisis tawaran/permintaan
·         Persiapan perjanjian kontrak
·         Negosiasi dalam kontrak
·         Persiapan dalam bidang finansial
·         Penandatanganan kontrak

II.3.1   Penyeleksian Galangan Kapal yang Akan Menerima Tawaran


Pembangunan
            Terdapat kurang lebih 500 galangan kapal di dunia yang sanggup membuat
kapal dengan ukuran sekecilnya 5000DWT, sehingga dalam prakteknya sangat susah
untuk menawarkan tawaran proyek pembangunan kapal ke setiap galangan kapal
tersebut, sehingga perlu dibatasi  mengenai jumlah galangan kapal yang akan ditawari
proyek pembangunan kapal tersebut.
           

Pertimbangan-pertimbangan yang perlu dilakukan dalam menyeleksi galangan-


galangan kapal tersebut adalah sebagai berikut :
·         Fasilitas dari galangan tersebut
·         Kemampuan teknis dari galangan
·         Pengalaman
·         Posisi pemesanan ,pakah bisa dilakukan dalam waktu dekat atau tidak.
·         Lokasi geografis.
·         Kepuasan pelanggan
·         Pekerja galangan tersebut
·         Kebijakan politik
Jumlah dari galangan kapal yang diberi penawaran juga tergantung dari jumlah kapal
yang akan dipesan, jika jumlah kapal yang akan dipesan lebih banyak, maka akan
diperlukan bantuan dari galangan yang lebih banyak pula.

II.3.2   Penyeleksian galangan yang yang telah menerima tawaran  pembangunan


tersebut
            Permulaan pada tahapan ini adalah mengirimkan sejumlah dokumen dan
formulir yang berisikan permohonan pembangunan kapal ke setiap galangan kapal
yang telah diseleksi sebelumnya, diantara dokumen tersebut disebutkan jumlah kapal
yang akan dipesan,ukuran dan tipe kapal yang akan dibangun.Selanutnya pemilik kpal
akan menunggu respon dari galangan kapal, apakah tertarik untuk membangunkan
kapal untuknya ataukah tidak.

II.3.3   Proses penawaran


            Tahapan selanjutnya adalah meminta galangan kapal yang telah memenuhi
persyaratan yang diajukan pemilik kapal untuk mengirimkan proposalnya yang berisi
gambaran secara umum pengerjaan kapalnya. Proses permintaan penawaran ini biasa
disebut request for propossal(RFP), keperluan dari serah terima dan persetujuan
propossal ini adalah dicapainya hubungan antara pemesan dan galangan kapal yang
saling menguntungkan.
            Biasanya pemilik kapal akan memberikan waktu yang cukup kepada galangan
kapal untuk mempelajari isi dari proposal tersebut, bila waktu yang diberikan terlalu
singkat, maka galangan akan memberikan perhitungan yang kurang akurat, sehingga
resiko harga yang menjadi lebih tinggi akan mungkin terjadi.
            Selain itu, biasnya kesalahan dari spesifikasi desain dapat terjadi dan diketahiu
dalam tahapan penawaran ini, jikalau terjadi maka pemilik kapal akan merubah
spesifikasi yang dimintanya.

II.3.4   Analisa penawaran


            Setelah proses penawaran selesai, pemilik kapal akan menganalisa proposal
yang ia terima dari pihak galangankapal, proses analisa proposal ini akan lebih rumit,
jika galangan kapal tidak mengikuti prosedur atau permintaan yang sesuai dengan
pemilkik kapal atau bahkan, pihak galangan memberikan alternatif pengerjaan yang
lain.
            Bila terdapat banyak proposal yang diterima, biasanya akan dibuat urutan
berdasarkan harga yang ditawarkan oleh pihak galangan. Tetapi disini pemilik kapal
harus berhati-hati sebelum menoak proposal tersebut, mungkin saja proposal yang
menyertakan harga yang tinggi tersebut, memenuhi permintaan pemilik, bahkan
menambahkan fitur-fitur khusus pada kapalnya yang mungkin akan memenuhi
permintaan pemilik kapal. Biasanya juga pihak galangan kapal akan memberikan harga
yang sangat tinggi untuk desain yang diajukan oleh pemilik kapal, tetapi mereka telah
menyediakan desain alternatif yang lebih kompetitif.
            Pada umunya jika pemerintahan suatu negara yang akan memesan kapal, akan
dilakukan tender terhadap desain kapal yang akan dibuatnya, dan hasil dari tender
yang melalui proses penyeleksian proposal tersebut akan diumumkan secara terbuka,
biasanya desain yang paling murah dan kompetitif yang akan diterima.

II.3.5   Negosiasi Kontrak


            Tahapan selanjutnya adalah negosiasi atau tawar menawar antara pemilik kapal
dan galangan kapal, kecuali bila proposal yang diterima murni berdasarkan harga yang
terendah. Proses negoisasi ini biasanya akan dilakukan terhadap beberapa kandidat
yang dirasa cocok dengan kondisi dan keinginan pemilik kapal. Pemilik kapal tersebut
akan memilih setidaknya 3 kandidat yang akan diajak bernegosiasi. Ada alasan
mengapa adanya beberapa kandidat tersebut, karena dengan menyiapkan beberapa
kandidat tersebut dapat diantisipasi akan adanya jalan buntu dalam bernegosiasi.

II.3.6   Persiapan Finansial


            Terdapat beberapa sumber keuangan yang didapatkan oleh pemilik kapal,
sumber keuangan itu antara lain adalah sebagai berikut :
·         Hutang
·         Kontrak
·         Hibah dari pemerintah
II.3.6.a  Hutang
            Keuangan yang didapat dari hutang mungkin akan lebih mahal, yang biasanya
dihindari oleh pemilik kapal, kalaupun hal ini terjadi, biasanya pemilk kapal dalah
lembaga milik pemerintah dan jarang sekali lembaga swasta yang melakukan pinjaman
II.3.6.b   Kontrak
            Ada dua macam kontrak, yaitu operating leases dan finance leases , yang
dimaksud dengan operating leases adalah penyewaan kapal sedangkan finance leases
adalah kondisi dimana pihak yang menyewakan hanya bertanggung jawab terhadap
keuangan saja, sedangkan pihak penyewa bertanggung jawab terhadap asuransi dan
semua biaya operasional.

II.3.6.c   Hibah Pemerintah


            Biaya yang dibantu pemerintah biasanya bertujuan untuk menstimulasi dunia
perkapalan domestiknya, termasuk galangan kapal dan perusahaan pelayaran
domestik. Bantuan dari pemerintah ini dalam bentuk :
·         Pinjaman
·         Subsidi dengan bunga rendah
·         Hibah dana kepada galangan kapal
·         Hibah dana kepada pemilik kapal
·         Dana dan pinjaman kepada industri pendukung
·         Subsidi biaya operasi kepada galangankapal
·         Insentif pajak
·         Garansi pinjaman swasta
·         Perjanjian pinjaman yang mudah
·         Subsidi terhadap proses scrapping kapal
·         Dan lain sebagainya

II.3.7   Perjanjian Kontrak


Tahapan selanjutnya dalam proses pengakuisisian kapal adalah perjanjian kontrak,
yaitu merupakan hubungan yang formal dan legal antara pembeli(pemilik kapal) dengan
penjual (galangan kapal),. Perjanjian kontrak merupakan suatu proses yang kompleks
dan rumit, kerumitan ini harus ditangani secara hati-hati dan cermat.
Kerumitan dalam perjanjian kontrak ini akibat, proses kontrak melibatkan banyak
pihak, dan mungkin saja dalam lingkup internasional yang akan melibatkan regulasi dan
yuridiksi dari masing masing badan yang terlibat, selain itu, mungkin saja pembiayaan
pembangunan kapal melibatkan banyak badan keuangan yang akan menambah
komplektifitas perjanjian kontrak.
Dalam rangka mewujudkan perjanjian kontrak yang valid, maka, ada beberapa
elemen yang perlu diperhatikan, yaitu :
·         Setiap pihak harus kompeten dalam bidang masing-masing
·         Setiap pihak harus menyetujui aturan yang ditetapkan oleh pemerntah
·         Pada waktu penyelesaian pembangunan yang tertera pada kontrak haruslah masuk
akal untuk dilaksanakan pembangunan
Pihak galangan kapal juga harus menyertakan keterangan yang jelas dalam formulir
kontraknya, keterangan-keterangan tersebut meliputi :
·         Identitas pihak yang akan terlibat dalam pembangunan kapal
·         Penjelasan hal-hal yang akan diselesaikan
·         Harga
·         Waktu penyerahan
·         Garansi
·         Tes
·         Prosedur untuk penggantian
·         Yuridiksi yang legal beserta resolusi-resolusi yang berlaku
Selain itu didalam kontrak harus disebutkan dengan jelas mengenai jenis kapal, tipe
ukuran utama, registrasi dan biro klasifikasinya.

5 Bagian Design Pembuatan Kapal

SHIP DESIGN PROCESS (bagian-2)

A.    DESIGN CONSTRAINTS

Kita menggunakan Design constraints sebagai istilah yang biasa digunakan


untuk menyatakan permintaan, tujuan disain, faktor keberhasilan, dan lain sebagainya.
Daftar dari design constraints dibuat pada awal proses dan harus mudah dimengerti.
Sasarannya adalah menuju pada sebuah hasil dari beberapa daftar
dari design constraints, dengan hasil yang setiliti mungkin dan semaksimal mungkin.

Setiap desain kapal harus memenuhi dari sebuah tujuan/maksud dan biasanya
tujuan tersebut didefinisikan pada permintaan dari calon pemilik kapal (Shipowner’s
Requirements). Meskipun permintaan dari calon pemilik kapal benar-benar tidak cukup
untuk membatasi disain, maka desainer harus mengatur batasan-batasan untuk desain
itu sendiri.

Batasan-batasan desain diterapkan pada setiap desain kapal, baik pada saat


proses produksi dan hasil produksi. Waktu dan biaya adalah hal pokok yang biasanya
dibatasi, sebisa mungkin waktu dan biaya yang dibutuhkan seminim mungkin. Ini
diterapkan baik pada saat proses desain kapal maupun proses pengiriman bahan
baku. Contoh lain dari proses desain ini mungkin adalah tidak tersedianya personel
dengan kemampuan yang cukup atau membutuhkan bantuan perangkat lunak
komputer, perangkat keras komputer, ataupun jaringan yang mendukung.

Batasan fisik mungkin diterapkan pada disain itu sendiri untuk alasan :
kebutuhan untuk membangun kapal pada galangan tertentu dan kemudian cara
meluncurkannya ke laut, kebutuhan pemeliharaan kapal, dan kebutuhan kapal untuk
bersandar ke dermaga tertentu.

Seringkali galangan, dermaga atau pelabuahan harus dipertimbangkan.


Kedalaman pelabuhan atau kedalaman jalur untuk menuju ke dermaga (misal dermaga
berada di sungai) dapat menentukan batasan tinggi sarat kapal sehingga hal tersebut
harus dipertimbangkan. Panjang badan kapal mungkin dibatasi oleh ketersediaan
tempat di galangan. Itu adalah beberapa contoh pertimbangan-pertimbangan yang
dapat menentukan pertimbangan fisik pada desain kapal baru.

B.     CONCEPT DESIGN

            Konsep desain kapal merupakan tahap lanjutan setelah adanya Owner design
requirement dimana konsep desain juga merupakan basic design dalam proses
perancangan kapal. Konsep desain kapal adalah tugas untuk mendefinisikan sebuah
objek untuk memenuhi persyaratan misi dan mematuhi seperangkat kendala. Desain
dari artefak rekayasa biasanya dilakukan oleh sebuah-sintesis-evaluasi siklus analisis.
Dalam perancangan sistem yang terintegrasi, analisis secara keseluruhan biasanya tidak
mungkin dan solusinya yaitu dikelola serta dibagi menjadi beberapa bagian. Bagian ini
kemudian dapat dianalisis secara individual dan digabungkan untuk memberikan data
keseluruhan. Jika bagian-bagian individu tidak sepenuhnya independen, pada tahap
integrasi dilakukan metode iteratif. Desain kapal melibatkan berbagai teknologi,
sehingga  dituntut adanya integrasi secara keseluruhan. Kesulitan lainnya tugas desain
kapal disebabkan oleh. persyaratan desain dan kendala lainnya. Maka dapat dilakukan
pendekatan untuk membangun sistem pakar berbasis pengetahuan dari desainer kapal,
misalnya peraturan dan kasus-kasus dari desain kapal sebelumnya. Pendekatan kapal
dibagi menjadi tiga komponen yang berbeda, salah satunya yaitu menggunakan
pendekatan top down. Desain model dikembangkan sebagai contoh kasus.
menunjukkan dekomposisi dan penalaran logis berdasarkan dan komponen ini
kemudian dikembangkan dan disajikan.

Dalam konsep desain kapal ada 2 model, yaitu domain-spesifik dan banyak
proses desain, tapi desain spiral 'Evans mungkin adalah yang paling terkenal. Model ini
menekankan bahwa banyak masalah desain yang saling berinteraksi dan harus
dipertimbangkan dalam urutan, dan dalam peningkatan detail masing-masing yang
kemudian membentuk spiral sampai diperoleh desain tunggal yang memenuhi semua
kendala dan semua pertimbangan bisa tercapai. Pendekatan ini dasarnya adalah desain
berbasis titik. Disebut demikian karena pada akhirnya nanti akan mengarah pada satu
titik dalam desain ruang. Kerugian dari pendekatan ini adalah bahwa hal itu tidak
mungkin menghasilkan solusi optimal global. Saat ini, pendekatan yang berbeda, yang
diambil dari otomotif industri, digunakan dalam desain konseptual kapal. Hal ini
digunakan,sebagai fitur utama, mendefinisikan luas set untuk parameter desain itu
sendiri, dalam rangka untuk memungkinkan desain konkuren, maka set ini akan terus
terbuka sehingga tim desain dapat melihat perbedaan dalam kinerja dan biaya antara
solusi yang berbeda.

Proses desain konseptual mencakup beberapa desain tahapan, yaitu identifikasi


kebutuhan, persyaratan definisi, desain kriteria seleksi, dan kerangka pembangunan
solusi. Desain konseptual mempengaruhi bagian terbesar dari biaya siklus produk, dan
dengan demikian, penggunaan optimal pendekatan desain akan lebih tepat digunakan
untuk menemukan pendekatan optimal solusi global. Dalam mencari solusi yang
optimal, tidak selalu mungkin untuk menggunakan metode preskriptif tradisional yang
mana pada metode ini sering menimbulkan kesulitan untuk berkembangnya desain
baru. Karena itu. metode alternatif harus dicoba. Dalam hal ini, prinsip-prinsip metode
yang digunakan semakin banyak, yang berarti banyak model analisa yang akan
digunakan untuk menghubungkan atribut fungsional sebagai desain parameter.
Berdasarkan atribut, manfaat yang dibangun, persyaratan desain disesuaikan dalam
rangka untuk membimbing proses optimasi.

Dalam melakukan konsep desain perlu diperhatikan:


    Utuh stabilitas / pemuatan dan stabilitas

    Stabilitas Kerusakan / probabilistik aturan


Aturan
kepatuhan /    Kapal kerentanan terhadap banjir / banjir simulasi dinamis /
keselamatan pengendalian banjir kerusakan
evaluasi    Sarana melarikan diri & rencana evakuasi / simulasi evakuasi

    Alternatif desain & pengaturan / keselamatan studi

    Lambung dan optimasi embel-embel

    Kenyamanan penumpang

    Manoeuvrability

   Perlawanan dan hidrodinamika umum / CFD dan model


Evaluasi
kinerja kapal pengujian
    Saluran dan optimasi suprastruktur / CFD dan model pengujian

    Penghematan energi / pemodelan dinamis

    HVAC comfort and noise HVAC

Dalam mengkonsep desain kapal, Safety at Sea telah mendukung pengembangan


dan verifikasi tujuan keamanan dalam kaitannya dengan stabilitas kapal,
kerusakan, survivabilitas kapal , pemadam kebakaran, dan evakuasi. Tujuannya adalah
untuk memastikan bahwa standar keselamatan sesuai dengan harapan keamanan
modern. Selain itu analisis resiko juga penting dan pengkosepan desain kapal. Selama
tahap awal konsep desain kapal, penggunaan analisis risiko menjadi banyak digunakan
sebagai alat inovatif untuk mengevaluasi dan alternatif pengaturan terkait, tetapi tidak
terbatas untuk stabilitas kerusakan dan masa hidup, perlindungan, serta pengaturan
evakuasi kebakaran. Risiko desain dengan menggunakan analisis risiko eksplisit
mendukung pengambilan keputusan desain.
Bahan bakar merupakan komponen vital dalam dunia industri termasuk di
dalamnya industri kapal di negara kita. Tidak bisa dipungkiri bahwa komponen biaya
bahan bakar mengambil porsi sekitar 40% dari total biaya operasional sebuah kapal.
Bahan bakar yang dipergunakan oleh industri perkapalan tidak disubsidi oleh negara,
tetapi untuk industri kapal ikan yang dijalankan oleh nelayan masih disubsidi oleh
negara. Ini akan membuat beban APBN semakin berat. Dari hal ini maka diperlukan
sebuah konsep baru tentang kapal yang mampu menekan penggunaan bahan bakar dan
ramah lingkungan.

Contoh konsep desain kapal terbaru dari Samskip


Multimodal Container Logistics BV di Rottedam tengah merencanakan pembangunan
kapal kargo untuk perjalanan jarak pendek dengan konsep desain terbaru, yang
dinamakan CREATE35. Proyek yang didanai oleh Komisi Eropa ini diharapkan akan
meningkatkan potensi dengan meningkatnya kompetisi di negara-negara Eropa.
Kompetisi industri tersebut mengakibatkan peningkatan jumlah kargo yang harus
diangkut dengan kapal, dengan jarak perjalanan yang eraltif pendek. Untuk itu
diperlukan kapal yang lebih besar dan mampu menangani bongkar-muat kargo dengan
lebih cepat.

Kapal kargo terbaru ini didesain agar dapat digunakan untuk muatan kering dan
kargo cair. Dengan desain terbaru ini, saat mencapai dermaga kapal akan dapat lebih
cepat melepas kargo dari kapal dan menaruhnya di dermaga. Desain kapal ini akan
meminimalkan jumlah kru, sistem mesin dan navigasi, untuk meminimalisasi biaya
operasional saat kapal berlabuh, dan juga biaya pembuatan kapal. Unit kargo juga
disusun untuk siap dibongkar kembali. Dengan desin ini, diperkirakan waktu
pembuatan kapal akan berkurang sekitar 10%.

Potensi utama dari konsep desain CREATE35 ini adalah kemampuan untuk
memindahkan kargo secara lengkap hanya dalam satu langkah. Tetapi, kadang juga
dalam satu kapal memuat lebih dari satu jenis kargo, yang akan memerlukan lebih dari
satu kali proses pemindahan atau pembongkaran kargo. Dalam kasus seperti ini,
keuntungan dari CREATE35 adalah mampu mengangkut lebih banyak kargo dalam satu
kali pengangkutan, karena kapasitas pemindahan CREATE35 dapat mencapai kontainer
berukuran 45 kaki atau tanki berukuran 20 kaki. Konsep CREATE35 ini juga dapat
diaplikasikan pada beberapa tipe kargo, meliputi kontainer, produk serbuk kasar dan
cairan, serta bahan kimia dan gas cair.

C.     PRELIMINARY DESIGN
Pada preliminary design stage ini dikembangkan hasil dari tahap conceptual
dengan menetapkan alternatif kombinasi yang jelas, sehingga pada akhirnya didapatkan
gambaran utama kapal dan kecepatan servicenya, begitu juga daya motor yang
diperlukan, demikian pula dengan daftar sementara peralatan permesinan. Selama
Preliminary design, perancangan kapal dikembangkan untuk mendapatkan tingkatan
tertentu untuk menjamin secara teknis bahwa semua persyaratan perancangan kapal
dapat terpenuhi

Dalam  mendesain kapal, langkah awal dimulai dengan preliminary design,


menentukan banyaknya tim desain, dan biaya pendesainan. berikut adalah tujuan dari
fase ini:

-          Menetapkan permintaan kemampuan kapal maksimum dan membuat permintaan


berikutnya

-          Menentukan ukuran kapal dan konfigurasi keseluruhan

-          Memilih sistem utama kapal

-          Mengukur performa kapal

-          Mengurangi atau mengeliminasi resiko tentang hal teknis, biaya, dan penjadwalan.

-          Menyaring modal dan perkiraan biaya operasi

-          Menentukan perencanaan sesuai Build Strategy

Karena biaya akhir dan performa dari kapal baru akan menjadi lebih besar pada
akhir dari fase preliminary design, selesainya fase ini secara tepat waktu sangat
penting.  Sebuah studi untuk mempelajari kemungkinan-kemungkinan yang terjadi atau
konsep desain yang telah memenuhi persyaratan performa yang ditentukan pada tahap
sebelumnya akan tersedia dan hal ini akan menjadi titik awal dari preliminary design.
Selama tahap ini, sebuah trade off studies menunjukkan persoalan desain yang akan
memberikan efek global pada ukuran kapal, konfigurasi keseluruhan performa, biya
atau resiko. Studi dari permasalahan tersebut yang tidak memiliki pengaruh global pada
batasan-batasan tadi, maka tidak bisa digunakan pada fase ini dan harus kembali ke
langkah awal. Kesalahan yang dilakukan dapat menyia-nyiakan sumber dan
mengalihkan perhatian dari tim desain.

            Beberapa contoh dari permasalahan yang berkaitan dengan trade off studies pada
tahap ini:
-          Perbandingan ukuran utama kapal  (L/B, B/D, ect.)

-          Bentuk lambung (transom atau cruiser stern, dengan bulb bous bow atau tanpa bulb
bous bow, topside flare atau tumblehome)

-          Rencana umum

-          Sistem penggerak utama kapal

-          Lokasi dan ukuran deckhouse

-          Payload

-          Konfigurasi struktur lambung

-          Jumlah kru

Preliminary design dikembangkan melalui awal concept design pada seluruh area
teknis, tanpa memperhatikan apakah mengikuti trade-off studies. Pada area design
yang tidak berdasar dari desain alternatif sebuah landasan yang cukup beralasan harus
dipilih dan diartikan sesuai tingkatan detail. Untuk kebanyakan sistem kapal, terdapat
identifikasi dan perkiraan ukuran dari komponen utama sistem dan pembuatan sebuah
one line diagram sederhana pada sistem tersebut. Sistem alternatif akan dipelajari pada
fase berikutnya.

A. CONTRACT DESIGN

 Tujuan dari contract design stage adalah untuk mengembangkan perancangan


kapal dalam bentuk yang lebih mendetail yang memungkinkan pembangun kapal
memahami kapal yang akan dibuat dan mengestimasi secara akurat seluruh beaya
pembuatan kapal. Dalam detailnya contract guidance drawing dibuat untuk
menggambarkan secara tepat perancangan yang diinginkan. Contract design biasanya
menghasilkan satu set spesifikasi dan gambar, serta daftar peralatan permesinan.

Hasilnya sesuai dengan namanya dokumen kontrak pembuatan kapal. Langkah-


langkahnya meliputi satu , dua atau lebih putaran dari desain spiral. Oleh karena itu
pada langkah ini mungkin terejadi perbaikan hasil-hasil preliminary desain. Tahap ini
merencanalan menghitung lebih teliti hull form atau bentuk badan kapal dengan
memperbaiki linesplan dengan tenaga penggerak dengan memakai model test ,
seakeeping dan manouvering characteristic , pengaruh jumlah prop. Terhadap badan
kapal , detail konstruksi , pemakaian jenis baja , jarak & tipe gading. Pada tahap ini
dibuat juga estimasi berat & tidak berat yang dihitung berdasarkan posisi & berat
masing-masing item dari konstruksi. General arrangement detail dibuat juga pada
tahap ini. Kepastian : kapasitas, permesinan, gudang, bahan bakar, air tawar, ruang-
ruang akomodasi. Kemudian dibuat spesifikasi rencana standar kualitas dari bagian
badan kapal serta peralatan. Juga uraian mengenai metode pengetesan dan percobaan
sehingga akan didapatkan kepastian kondisi kapal yang sebaiknya.

Tujuan dari contract design adalah untuk mendefinisikan kapal dengan tingkatan
dari ketelitian berdasarkan sebuah pengalaman pembangunan kapal yang dapat
membuat sebuah estimasi biaya konstruksi. Produk dari kontrak desain adalah rencana
kontrak dan spesifikasi. Pekerjaan dalam kontrak desain dibagi menjadi 3 bagian :

Ø  The hull section

Ø  The machinery section

Ø  The electrical section 

“The hull section”

·         Penggambaran dari garis untuk skala besar

·         Perhitungan kurva hidrostatik & bonjean

·         Perhitungan kurva dari stabilitas statik

·         Persiapan dari rencana umum untuk skala besar.

·         Persiapan dari perhitungan kekuatan umum

·         Persiapan dari rencana struktur tengah kapal dan tipe bagian , deck , sekat & sistem
kontruksi ujung , dll.

·         Persiapan dari rencana diagram  perpipaan bagian lambung dan ventilasi & sistem
pendingin udara.

·         Persiapan dari estimasi berat kapal.

·         Untuk semua kapal , persiapan dari spesifikasi detail lambung.

“The machinery section”

·         Persiapan dari kesetimbangan panas


·         Perencanaan umum dari permesinan.

·         Diagram rencana dari sistem permesinan.

·         Spesifikasi detail untuk propeller dan permesinan.

“The electrical section”

·         Analisis beban umum

·         Rencana diagram dari semua sistem elektris

·         Spesifikasi detail untuk instalasi elektrik.

E.     DETAIL DESIGN

The final stage of ship design is the development of detailed working plan
(gambar kerja). Hasilnya dari langkah ini adalah berisi petunjuk atau intruksi mengenai
instalasi dan detail konstruksi pada fitters (tukang pasang), wilders (tukang las),
outfitters (tukang perlengkapan), metal workers (tukang plat), machinery vendors
(penjual mesin), pipe fitters (tukang pipa), dan lain-lainnya. Langkah ini perubahan
dari engineer (ahli teknil) untuk artisan (tukang) oleh karena itu tidak bisa
diinterpretasikan.

Dalam stage ini gambar kerja dan kebutuhan data lainnya untuk membuat kapal
dikembangkan. Final design stage, dan seluruh keputusan perancangan seperti seleksi
tipe permesinan, dll. Telah dibuat dan dikonfirmasikan dengan baik. Seluruh sistem
yang dibutuhkan kapal, mesin utama dan mesin bantu telah dibuat secara terperinci,
demikian pula pabrik pembuat yang diinginkan.

Final design adalah detail design mencakup semua rencana dan perhitungan


yang diperlukan untuk proses konstruksi dan operasional kapal. Bagian terbesar dari
pekerjaan ini adalah produksi gambar kerja yang diperlukan untuk
penggunaan mekanik yang membangun lambung dan berbagai unit mesin bantu dan
mendorong lambung, fabrikasi, dan menginstal perpipaan dan kabel.

Bagian dari proses final design ada 7 :

1.      Fairing garis biasanya untuk skala yang lebih besar


2.      Penyusunan model plating

3.      Menjalankan model untuk ketahanan dan koefisien pendorong jika tidak


dilakukan sebelumnya

4.      Perhitungan berat rinci

5.      Penyusunan meluncurkan perhitungan dan pengajaran

6.      Penyusunan agenda uji

7.    Persiapan instruksi operasi untuk sistem dan peralatan

5 Metode dalam Mendesain Kapal

SHIP DESIGN METHOD


( Metode dalam Mendesain Kapal)

Dalam proses merancang kapal, perencanaan dari desain hingga


direncanakan di bisnis development, setelah dibuat planning yang baik
karena menginvestasikan uang yang banyak termasuk membuat feasibility
study membandingkan revenue dgn biaya total kapal dan operational cost
kapal. Setelah melakukan planning, kemudian contract design maka kita
menentukan metode-metode dalam perancangan kapal. Secara umum
metode dalam perancangan kapal adalah sebagai berikut, untuk anda yg
mempelajari dan senang dengan dunia perkapalan, anda simak terus
blog Berita Kapal yg akan terus berbagi ilmu pelayaran dan ilmu
perkapalan untuk anda semua dengan gratis !

5 Metode dalam Mendesain Kapal


 
1.Parent Design Approach
Parent design approach merupakan salah satu metode dalam mendesain kapal
dengan cara perbandingan atau komparasi, yaitu dengan cara menganbilsebuah
kapal acuhan kapal pembanding yang memiliki karakteristik yang sama dengan kapal
yang akan dirancang. Dalam hal ini designer sudah mempunyai referensi kapal yang
sama dengan kapal yang akan dirancang, dan terbukti mempunyai performance yang
bagus (secara teknologi dan operasional bagus)
 
A.    Keuntungan dalam parent design approach adalah :
      Dapat mendesain kapal lebih cepat, karena sudah ada kaa acuhan sehingga
tinggal memodifikasi saja.
      Performance kpal terbukti (stabilitas, motion, reistance)
      Confidence
B.  Kelemahan
Metode ini adalah kapal yang dirancang sulit di pasarkan jika ada
teknologi yang baru yang sedang masuk (persainan anta produk).
 
2. TREND CURVE APPROACH
Dalam proses perancangan kapal terdapat beberapa metode salah
satunya yaitu Trend Curve approach atau biasanya disebut dengan metode
statistik dengan memakai regresi dari beberapa kapal pembanding untuk
menentukan main dimension. Dalam metode ini ukuran beberapa kapal
pembanding di komparasi dimana variabel dihubungkan kemudian ditarik
suatu rumusan yang berlaku terhadap kapal yang akan dirancang.

 3. ITERATIF DESIGN APPROACH
Iteratif desain adalah sebuamh metodologi desain kapal yang
berdasarkan pada proses siklus dari prototyping, testing, analyzing, dan
menyempurnakan produk atau proses. Perubahan dan perbaikan akan
dilakukan berdasarkan hasil pengujian iterasi terbaru sebuah desain.
Proses ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan fungsionalitas dari
sebuah desain yang sudah ada. Dalam desain iteratif, interaksi dengan
sistem yang dirancang akan digunakan sebagai bentuk untuk
menginformasikan dan penelitian suatu proyek berkembang, sebagai versi
yang berurutan, atau iterasi dari desain diimplementasikan.
Proses desain kapal memiliki sifat iteratif yang paling umum
digambarkan oleh spiral desain yang mencerminkan desain metodologi dan
strategi.
Biasanya metode ini digunakan paa oran-orang tertentu saja ( sudah
berpengalaman dengan mengunakan know ledge) disini telah digunakan
proses berulang (re used design) seperti di diskripsikan pada gambar
dibawah ini.

Gambar 3.1 Proses desain kapal

4. PARAMETRIC DESIGN APPROACH
Parametric design approach adalah metode yang digunakan dalam 
mendesain kapal dengan parameter misalnya ( L, B, T, Cb, LCB dll) sebagai
main dimension yang merupakan hasil regresi dari beberapa kapal
pembanding, kemudian dihitung Rt, merancang baling-baling, perhitungan
perkiraan daya motor induk, perhitungan jumlah ABK, perhitungan titik
berat, trim dll secara detail.

A.Keuntungan dalam Parametric design approach adalah:


      Mendesain  kapal lebih terstruktur
      Jika perencaan berhasil, maka pengalaman dapat di ambil untuk metode
desain kapal selanjutnya

B.Kelemahan dalam Parametric Design approach adalah:


      Memakan banyak waktu
      Sering terjadi error human dalam perhitungan

4.1 Analisis Regresi

Kurva regresi dari beberapa kapal pembanding untuk menentukan main


dimension
5. OPTIMATION DESIGN APPROACH
Metode optimasi digunakan untuk menentukan ukuran utama kapal
yang optimum serta kebutuhan daya motor penggeraknya pada
tahap basic design. Dalam hal ini, disain yang optimum dicari dengan
menemukan disain yang akan meminimalkan economic cost
of transport (ECT)

Untuk tujuan analisis pada tahap basic design atau untuk tujuan studi


kelayakan, metode ini terbukti mampu digunakan sebelum
memasuki tahapan disain selanjutnya. Hal ini menunjukkan bahwa
program optimasi yang dikembangkan disini mampu secara efektif dan
konsisten memberi pendekatanterhadap hasil disain kapal-kapal yang
sudah
ada. Lebih jauh lagi, terlihat bahwa kesulitan dalam pemanfaatan metode
optimasi sebagai tool untuk memecahkan masalah-masalah optimasi tidak
termanifestasi pada bagaimana kita membuat struktur model optimasi itu
sendiri. Akan tetapi, kesulitannya lebih pada bagaimana kita
mengekspresikan setiap masalah optimasi yang ada didalamnya kedalam
persamaan matematis yang dapat dieksekusi oleh optimasi Ukuran utama
kapal dan  kebutuhan daya motor penggerak yang diperoleh dari program
optimasi yang dikembangkan disini dapat diturunkan lebih lanjut ke dalam
analisa yang lebih detail untuk mendisain sistem permesinan di kapal
lainnya. Penambahan direktori dapat digunakan untuk melakukan hal
tersebut baik pada input folder maupun pada output folder, termasuk
didalamnya dilakukan dengan penambahan constraints dan output. Proses
optimasi seperti ini dapat juga dimanfaatkan untuk melakukan seleksi
terhadap penggerak utama di kapal dari beberapa alternatif yang ada
seperti yang disampaikan penulis pada referensi.

Keutungan dari metode optimisation design approach adalah:


      Tenaga mesin, kapasitas ruangan dan stabilitas harga dapat ditentukan
sejak awal.
      Ulangan perancanaan seperti desain spiral tidak diperlukan.
      Perjanjian dengan pemesan dapat dilakukan dengan lebih cepat dan
kerjanya lebih sedikit.

Parameter Optimasi
Batasan – batasan untuk mencari ukuran utama yang optimal :
x   Hukum Fisika
D              = LWT + DWT Ñ
LWT          = total berat baja                                                                    [ton]
DWT         = Payload + Consumable + Crew                                           [ton]
Toleransi selisih D dengan [ LWT + DWT ]  : ± 5 %

x   Kapasitas Ruang Muat


Kapasitas ruang muat   =   volume muatan
                        Volume muatan = berat muatan x specific volum     
[m3]
                        Specific volume gandum = 1.25 – 1.35 m3/ton
                        Toleransi selisih kapasitas ruang muat dengan volume
muatan  : ±5 %

x   Stabilitas
Sesuai dengan criteria stabilitas menurut IMO.

x   Freeboard
Actual freeboard    ³   freeboard minimum
Freeboarf minimum yaitu freeboard hasil perhitungan menurut
International load Lines Convention 1966 & protocol 1988.
x   Trim
Ukuran utama yang dipilih harus memiliki          :
trim = 0 ( even keel )

x   Harga
Ukuran utama yang dipilih harus memiliki harga yang relatif lebih kecil
dari beberapa ukuran utama yang lolos 5 hal di atas 
    

Gambar 5.1  Verivikasi DWT-BHP dan DWT-LPP 

             Gambar 5.4 Verivikasi LPP-DWT dan LPP-T


PROSES PEMBANGUNAN KAPAL
(BANGUNAN BARU)
Dalam pembuatan kapal diperlukan beberapa tahapan proses
produksi yang terdiri dari :
1. Persiapan produksi : perancangan dan persiapan gambar kerja,
penyimpanan dan pemeriksaan material, persiapan tenaga kerja dan
lain-lain.
2. Mould Loft : pembuatan gambar produksi
3. Fabrikasi : identifikasi material, cutting, forming, fitting dan welding
4. Assembly : fitting dan welding komponen dasar dari panel/blok.
5. Erection : Penggabungan panel/blok menjadi kapal

III.2 PRODUKSI
A. PERSIAPAN PRODUKSI
Tahap persiapan produksi merupakan tahap awal yang harus
dilakukan sebelum melakukan proses produksi. Tujuan dari tahap ini
adalah untuk mengatur keadaan-keadaan sehingga pada waktu yang
ditentukan pekerjaan pembangunan kapal dapat dilaksanakan dan
ditetapkan. Ruang lingkup tahap ini yaitu :
• Dokumen produksi (umum) yang meliputi gambar dan daftar
material, perkiraan kebutuhan tenaga kerja, dan perkiraan kebutuhan
material.
• Tenaga kerja yang kaitannya dengan kualifikasi dan jumlah tenaga
kerja dan pekerjaan lain.
• Material yang perlu dipersiapkan dengan mempertimbangkan :
keadaan atau stock gudang, pemakaian material untuk pekerjaan,
pemesanan/pembelian material dari luar (jumlah dan waktu
pembelian).
• Fasilitas dan sarana produksi yang meliputi : kemampuan bengkel
produksi, kapasitas mesin-mesin, alat-alat angkat yang tersedia
(jumlah , kapasitas, macam dan tempat ), keadaan building berth.
Pada tahap ini, untuk pertama kalinya spesifikasi kapal yang
ditentukan sesuai dengan kontrak/pesanan diterjemahkan dalam
bentuk:
a. Rancangan dasar, meliputi :
1. Rencana garis (Lines plan)
2. Rencana umum (General arrangement)
3. Penampang melintang dan konstruksi profil (Midship section)
4. Bukaan kulit (Shell expansion).
b. Rancangan rinci, meliputi :
1. Konstruksi block termasuk sambungan-sambungannya.
2. Gambar perintah kerja, seperti : eye plate position, welding
procedure, welding table, cathodic protection arrangement dan lain-
lain.
3. Gambar detail untuk pekerjaan out fitting, seperti : konstruksi
manhole/deksel, tangga akomodasi, pondasi windlass, bollard, towing
bracket, pondasi chain stopper dan sebagainya.
4. Gambar detail untuk erection yaitu keel laying position.
5. Gambar detail peluncuran , seperti : situation building, standing &
sliding way, plat pengikat peluncuran dan sebagainya.
6. dan lain-lain.

Pekerjaan selanjutnya adalah planning yang merupakan pembuatan


rencana produksi yang terdiri dari :
a. Pembuatan schedule, pembangunan ( penjadwalan tiap tahap dan
keseluruhan).
b. Alokasi standar kerja ( kebutuhan dan kualitas tenaga kerja ).
c. Perkiraan peralatan yang dibutuhkan subkontraktor.

B. Mould Loft
Pada tahap ini yang dilakukan adalah pembuatan gambar produksi ke
ukuran yang sebenarnya. Namun karena perkembangan zaman
penggambaran ini bisa diganti dengan gambar produksi yang dibuat
dengan menggunakan software dengan skala yang diperlukan

C. FABRIKASI
Hal-hal yang harus dilakukan dalam tahapan ini diantaranya :
• Identifikasi material
Sebelum dilakukan identifikasi material ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi antara lain :
Kondisi permukaan pelat yang diidentifikasi harus sudah dishop
primer.
Rata, tidak berlubang-lubang atau laminasi bila ada masih masuk
standar.
Pelat tersebut akan digunakan sebagai komponen kapal

Hal yang dilakukan dalam identifikasi material adalah pengecekan


material apakah sudah sesuai standart atau belum. Material yang
dipesan harus dicocokkan dengan sertifikatnya mengenai ukurannya (
panjang, lebar, dan tebalnya) Apabila tidak memenuhi standart atau
ada cacat, material tersebut bisa dikembalikan atau ditukar.
• Marking
Marking adalah pemberian tanda kerja pada material. Karena tepi-tepi
material tidak siku maka material tersebut harus disikukan terlebih
dahulu dengan cara membuat garis siku pada tepi material dengan
bantuan rumus phytagoras. Dengan panjang dan lebar berkelipatan 3
dan 4 sehingga sisi miringnya berkelipatan 5. Dengan kelipatan 3
untuk bagian lebar pelat dan yang berkelipatan 4 untuk bagian
panjang pelat. Setelah itu diukur diagonal-diagonalnya, perbedaan
maksimal antara diagonal kiri dan kanan maksimum 3 mm. Apabila
telah memenuhi, maka pelat tersebut dianggap siku. Setelah itu
material diberi tanda sesuai dengan gambar pada nest drawing. Pada
nest drawing hanya menunjukkan gambar keseluruhan untuk suatu
komponen konstruksi. Untuk bagian-bagian dan ukuran-ukuran yang
ada pada komponen tersebut bisa dilihat pada gambar piece drawing.
Untuk detail jumlah dari bagian-bagian yang akan dibuat bisa dilihat
pada marking list. Marking list adalah suatu tabel yang berisi tentang
daftar gambar komponen-komponen konstruksi. Dalam proses
marking ada beberapa cara, yaitu :
1. Low – Ma
Artinya marking pada bagian bawah material
2. Up – Ma
Marking pada bagian atas
3. In – Ma
Marking pada bagian dalam
4. Out – Ma
Marking pada bagian luar
5. Fore – Ma
Marking pada bagian depan
6. After – Ma
Marking pada bagian belakang

Disini semua yang menjadi acuan adalah posisi kapal sendiri. Seperti
low-ma, itu berarti yang dimarking adalah bagian bawah pelat, jika
pelat itu dipakai seperti pelat geladak, berarti yang markingnya
dibagian bawahnya. Cara-cara tersebut dibedakan berdasarkan
dimana bagian tersebut akan ditempatkan.

Gambar 3.2.1 Proses Marking


• Cutting
Pemotongan pelat pada tahap fabrikasi merupakan tahap pengerjaan
awal material yang bisa menimbulkan variasi ukuran hasil produksi
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan. Item yang perlu diperiksa :
• Ukuran panjang dan lebar
• Diagonal, bentuknya
• Tanda-tanda lambung/kode penempatan komponen
• Tepi komponen yang bebas, tidak boleh ada kerak pemotong
• Tepi dan sudut bevel
• Tepi bevel komponen tidak boleh ada takik
• Arah sudut bevel dan lain-lain
Proses cutting itu sendiri dikerjakan secara manual dan otomatis.
Secara manual dikerjakan dengan alat yang disebut brander potong,
sedangkan secara otomatis dikerjakan dengan menggunakan mesin
yang cara kerjanya dengan sistem koordinat.

Gambar 3.2.2 Mesin Cutting CNC


• Forming
Pada beberapa konstruksi kapal terdapat bagian yang berbentuk
lengkungan. Untuk mendapatkan konstruksi bagian yang melengkung
tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan:
a. Cara dingin, yaitu dengan menggunakan mesin press untuk
melakukan penekanan
b. Cara panas, yaitu dengan memakai panas api gas acetylen yang
disemburkan secara line heating, spot heating, atau keduanya.
Dalam melakukan pembendingan dibantu dengan menggunakan
rambu bending. Rambu bending ini berfungsi sebagai alat pemeriksa
apakah hasil pembendingan atau bentukan tadi sudah sesuai dengan
yang diharapkan. Untuk pengerjaan ini juga harus dilakukan sesuai
dengan marking yang sudah diberikan.Pelat yang sudah dipotong
sebagian ada yang memerlukan proses pembentukan, di mana
pelaksanaannya dapat dilakukan dengan :
Proses dingin (menggunakan mesin bending)
Proses panas/fairing (pemanasan dengan blander, setelah pelat
memerah karena panas lalu ditekuk)
Pemeriksaan apakah hasil pembentukan sudah sesuai dengan
informasi dari marking. Material pelat diperiksa dengan rambu
bending (kayu) dengan cara menempatkan rambu kayu di atas pelat
yang telah dibentuk, kemudian dicocokkan tanda marking pelat
dengan tanda marking rambu dan harus segaris yaitu $ dengan tanda
$. Tanda marking sudut dari tiap-tiap rambu harus diperhatikan, sudut
kemiringannya berapa derajat ke arah fore/after. WL denganWL, C
dengan C. Pemasangan rambu pada tiap garis gading dapat memakai
bantuan jig penahan untuk menyangga rambu agar berdiri dengan
tegak. Penempatan rambu pada tiap gading harus segaris dengan
tanda marking pada pelat. Tepi pelat harus lurus atau searah

Gambar 3.2.3 Pelat yang telah di-bending


Masalah-masalah yang sering timbul
Proses fairing yang dilakukan dengan blander pemanas tidak
dilakukan dengan pengecekan suhu material saat dipanaskan.
Material yang dipanaskan dibiarkan sampai memerah baru kemudian
ditarik lagi. Saat memerah ini, kemungkinan besar material telah
mencapai temperatur AC1 yaitu temperatur di mana struktur material
tersebut telah mulai berubah dan biasanya berubah menjadi martensit
(menjadi lebih brittle). Kondisi ini diperparah, karena pada saat itu,
material ditekuk. Hasil dari proses fairing ini beresiko tinggi mengalami
penurunan mechanical properties. Sangat berbahaya bila material
yang telah difairing ini digunakan untuk bagian konstruksi yang
menerima beban langsung dan berat seperti kantilever dan lain-lain.
• Fitting Fabrication
Adalah penyetelan material-material yang akan digabungkan,
misalnya penyetelan antara pembujur dengan pelat, dll
• Welding Fabrication
Penyambungan bagian-bagian yang telah dipasang dengan cara
pengelasan. Sebelum itu pada material yang akan digabung dipasang
stoper yang berfungsi untuk mencegah deformasi. Ada 3 pengelasan
yang digunakan pada PT. Jasa Marina Indah yaitu :

1. SMAW ( Shield Metal Arc Welding )


Pengelasan ini menggunakan electroda batangan yang juga berfungsi
sebagai shielding ( pelindung ). Shield ini berasal dari dekomposisi
electode flux coating. Fungsi dari pelindung ini adalah untuk
mencegah Weld terkontaminasi dengan udara luar. Electrode pada
SMAW bisa dioperasikan pada arus AC, DCEP, dan DCEN.
Pengelasan ini bisa digunakan untuk semua posisi, dan bisa
digunakan untuk ketebalan pelat yang bermacam-macam. Namun
tidak efektif apabila digunakan untuk penyambungan yang relatif
panjang, selain itu juga harus ada perlakuan khusus apabila
elektrodenya menggunakan low hidrogen. Elektrode low hidrogen
harus di open terlebih dahulu sebelum digunakan.

Gambar 3.2.4 Elektroda Las SMAW


2. FCAW ( Flux Core Arc Welding )
Pengelasannya menggunakan electrode roll, electrodenya terdiri dari
filler metal yang dilapisi oleh flux. Flux ini nantinya akan membentuk
slag yang berfungsi melindungi Weld metal dari pengaruh udara luar.
Dengan adanya slag ini coolling rate dari Weld metal semakin tinggi
sehingga sifat dari sambungan lasnya menjadi ductile. Pada alatnya
terdapat tabung yang berisi gas argón, karbondioksida atau campuran
antara keduanya. Gas ini berfungsi sebagai penyeimbang dari busur
lasnya dan juga memberikan mechanical properties yang bagus pada
akhir pengelasan. Pengelasn ini bisa dilakukan untuk semua posisi.

Gambar 3.2.5 Mesin Las FCAW


3. SAW ( Submerge Arc Welding )
Digunakan untuk penyambungan pelat yang panjang, karena
pengelasan SAW bekerja semi automatis. Electrodenya hampir sama
dengan pengelasan FCAW, namun pada pengelasan ini shielding
atau pelindungnya menggunakan pasir. Fungsi dari pasir ini adalah
untuk melindungi Weld metal agar tidak terkontaminasi dengan udara
luar dan juga agar coolling rate dari sambungan lasnya tinggi
sehingga menghasilkan sambungan las yang bersifat ductile. Pasir
yang digunakan adalah pasir kwarsa. Pelat yang akan disambung
tidak perlu di bevel.

Gambar 3.2.6 Mesin Las SAW Gambar 3.2.7 Pasir kwarsa untuk SAW

Gambar 3.2.8 Hasil las SAW


Setiap proses pada akhir pengerjaan diperiksa oleh QC, dan apabil;a
telah memenuhi bisa dilanjutkan ke langkah berikutnya.

D. ASSEMBLY
Sebelum dilakukan proses assembly, hasil dari pekerjaan fabrikasi
diperlukan untuk pengecekan baik bentuk maupun ukuran serta
tandanya yang berguna untuk mengurangi kesalahan dalam
pekerjaan assembly. Pada tahap ini, panel yang akan dibentuk
diletakkan diatas jig dan dikerjakan secara terbalik untuk mengurangi
pengelasan overhead yang dapat berakibat incomplete penetration.
Pekerjaan yang dilakukan pada tahap ini meliputi :
• Penyambungan pelat
• Pemasangan stiffeners
• Merakit floor
• Pemasangan face plates
• Merakit web frames
Pada tahap ini, komponen-komponen pelat yang sudah diselesaikan
di fabrikasi dirakit sesuai dengan letal dan urutannya, dari seksi
menjadi bagian misalnya:
• Bottom terdiri dari portside, center dan starboard.
• Transverse bulkhead terdiri dari portside dan starboard
• Side shell terdiri dari portside dan starboard
• Deck terdiri dari portside,center dan starboard
Dalam pengerjaan menggunakan metode panel dengan urutan
sebagai berikut:
• Penyambungan butt joint antara pelat dengan pelat dengan
menggunakan SAW
• Pemasangan pembujur pada pelat dengan pengelasan tertutup
• Pemasangan pelintang dengan pengelasan menerus
• Pengelasan potongan pelat pada scallop dan pembujur.

Selanjutnya panel-panel ini dikerjakan dan disambung satu sama lain


menjadi bagian yang lebih besar, yang disebut seksi blok.

Gambar 3.2.9 Proses Assembly

Untuk galangan yang menggunakan metode blok, maka pada tahap


assembly sudah dikerjakan penyambungan seksi-seksi blok menjadi
blok. Karena pada galangan ini menggunakan metode block, maka
tiap-tiap seksi block digabung pada tahap ini.
• Fitting Assembly
Dimensi dan kelengkapan konstruksi sesuai dengan gambar kerja.
Hal-hal yang harus diperhatikan :
Penyimpangan dimensi tidak boleh melebihi batas toleransi yang ada
di class
Apabila ada penyimpangan pemasangan dan jumlahnya banyak,
maka harus dibuat NCR sheet.
Bila ada kejanggalan konstruksi meskipun sudah sesuai drawing agar
dibuatkan CA sheet ke design.
Data-data yang didapatkan dalam pemeriksaan dimasukkan dalam
QC check sheet struktural setelah diisi dulu oleh QC bengkel.
• Persiapan Pengelasan
Dalam persiapan ini yang dilakukan antara ain :
1. Memeriksa kampuh las apakah sudah sesuai dengan standar,
WPS, welding detail dan prosedur.
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada setiap kampuh las yaitu
Metode pengelasan
Besarnya gap
Kekasaran dan takik pada alur las
Kelurusan (alignment)
Bentuk bevel sesuai sesuai WPS
Bersih dari kotoran, air atau minyak
3. Beberapa standar sambungan yang perlu diperhatikan antara lain :
Misalinement/ketidaklurusan
Takik/kekasaran kampuh, roughness/kekasaran
Selanjutnya hasil pemeriksaan dicatat dalam QC check sheet.
• Welding Chek
Hal-hal yang harus diperiksa adalah :
1. Daerah las harus bersih dari kerak,kotoran dan air agar cacat las
bisa terlihat
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan las
o Besar leg length
o Tinggi reinforcement untuk las butt
o Under cut
o Ketinggalan las, retak, porosity, spatter, bekas stoper, dan round
weld
3. Hasil pemeriksaan dicatat dalam QC check sheet.

• Deformasi
1. Pemeriksaan dengan cara membentangkan benang,kemudian ukur
jarak antar pelat terluar dengan benang terdalam dan didapat
besarnya deformasi pelat.
2. Pengukuran dilakukan sesuai aturan untuk tiap posisi sebagai
berikut :
• Deformasi pelat antar gading-gading
• Deformasi gading antara gading besar
• Deformasi antara komponen-komponen lain
• Deformasi pada joint plate
3. Memberi tanda pada obyek pemeriksaan deformasi yang melebihi
standar.
Setelah pemeriksaan data deformasi yang didapat dicatat pada QC
check sheet
• Ketepatan ukuran
Sebelum melakukan pemeriksaan ketepatan ukuran perlu
mempersiapkan alat-alat ukur yang dipakai harus terkalibrasi. Selain
itu juga menyiapkan inspection record yang dibuat oleh desain
bersama dengan drawing. Hasil pengukuran dibandingkan dengan
block sebelumnya yang sudah diukur. Pengukuran block dilakukan
oleh tim accuracy control dan bengkel sementara QC akan
menyaksikan saat pengukuran. Tim accuracy juga melakukan
pengukuran saat erection yaitu keel deflection dan dimensi kapal.
Pengukuran block sebaiknya dilakukan sebelum dan sesudah
pengelasan. Bila menemukan bentuk block yang salah segera
dilaporkan dan diusahakan perbaikannya saat diassembly jangan saat
di erection karena akan memakan material, jam orang dan waktu yang
lebih banyak disamping mutunya lebih jelek. Hasil pengukuran dicatat
pada QC check sheet.
• Block blasting dan pengecatan
Pemeriksaan pada tahap ini meliputi 3 tahap yaitu :
1. pemeriksaan tahap persiapan
• Temperatur pelat yang akan dicat disesuaikan dengan data teknis
dari merk dan jenis cat
• Pelat harus bebas dari debu, pasir dan kotoran
• Standar kekasaran permukaan harus sesuai dengan spesifikasi
2. pemeriksaan tahap pengecatan
• kelembaban udara sebelum dan saat pengecatan
• temperatur basah dan kering dari udara
• temperatur pelat/material
3. pemeriksaan hasil pengecatan
• ketebalan cat pada tiap lapisan baik kondisi basah/kering
• cacat yang ditemukan harus diberi tanda pada obyek
• perbaikan cacat cat harus sesuai dengan petunjuk teknis dari
spesifikasi jenis cat
Pemeriksaan dilakukan pada tiap lapisan dan untuk daerah tangki
pada lasan diberi selotip. Data pemeriksaan dicatat pada QC check
sheet.

Gambar 3.2.10 Alat Blasting

Gambar 3.2.11 Proses blasting


Masalah-masalah yang sering timbul :
1. Sering terjadi misalinement pada saat pengefittan.
Penanganan :
a. Perbaikan dengan cara pemutusan tack weld dengan blander
pemotong atau gouging
b. Setelah itu pengetackan diulang dan sebagian material yang akan
disambungkan di tanggem.
c. Lalu pengelasan dilakukan dengan tanggem dipasang untuk
meluruskan bagian yang tidak lurus.
2. Banyak terjadi slag inclusion
Penanganan :
a. Weld metal digerinda
b. Dilakukan pengelasan ulang
3. Hasil pengelasan overhead dan vertikal kurang bagus karena
ampere yang tidak dikecilkan setelah melakukan pengelasan flat.
Meskipun hal ini telah disiasati oleh welder dengan melakukan las
sentuh, hasil pengelasan tetap terlihat kurang bagus.
4. Perlengkapan keamanan yang dikenakan pekerja kurang
memenuhi persyaratan K3.
5. Banyak terjadi round weld yang malah mengurangi logam induk.
Penanganan :
a. weld metal digerinda
b. pengelasan ulang
6. Logam induk di sekitar weld joint, ada yang termakan oleh
elektrode sehingga mengalami pengurangan tebal. Cara penanganan
dengan dilas.
7. Banyaknya slag yang belum dibersihkan padahal bagian tersebut
telah mengalami proses produksi selanjutnya seperti pengecatan. Hal
ini malah pembuatan waktu produksi dan material terbuang sia-sia,
karena perbaikannya membutuhkan waktu yang cukup lama dan
adanya cat yang terbuang.
8. Pemasangan stopper banyak yang melintang sehingga alur
berdeformasi hanya terdapat dalam dua arah (mudah menimbulkan
crack). Pemasangan stopper yang benar adalah membentuk sudut 60
derajat terhadap edge joint (alur deformasi lebih luas).

E. Erection
Tahap ini merupakan penyambungan seksi/blok kapal yang telah
selesai dikerjakan pada tahap assembly, misalnya untuk
pembangunan dengan metode seksi adalah, seksi blok dasar, seksi
blok lambung, seksi blok sekat melintang dan, seksi blok deck, sesuai
dengan letaknya sehingga terbentuk badan papal. Jenis pekerjaan
yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a. Loading
Pekerjaan yang dilakukan yaitu pengangkatan atau pemindahan seksi
blok yang sudah ada di building berth dengan bantuan crane.
b. Adjusting
Meletakkan seksi blok pada keel blok dan side blok yang telah diatur
sesuai dengan marking dok serta mengatur paju pada keel blok dan
side blok yang kurang tepat agar seksi blok tersebut tidak bergerak
dan untuk kelurusan antar seksi blok.
c. Fitting
Pekerjaan fitting yaitu meletakkan seksi blok sesuai pada tempatnya,
kemudian dilakukan las ikat atau memasang pelat setrip agar seksi
tersebut tidak bergeser sehingga benar-benar siap untuk dilakukan
pengelasan.
d. Welding
Sebelum dilakukan pengelasan penuh, terlebih dahulu dilakukan
pemeriksaan ketepatan usuran dan bentuk serta kelurusan dan
kedataran seksi blok oleh pihak Quality Assurance dan class. Dan jira
sudah tidak ada masalah, maka dilakukan pengelasan denga metode
dan urutan pengelasan yang sesuai. Setelah pengelasan selesai,
dilakukan pemeriksaan terhadap hasil pengelasan tersebut, agar
produk kapal sesuai dengan standar mutu yang telah disepakati.
e. Finishing
Pekerjaan finishing yaitu menghilangkan cacat-cacat baik karena
deformasi sebelum maupun akibat pengelasan pelat pengikat atau
pengelasan pelat.
Pada tahap erection ini juga dilakukan pekerjaan outfitting mulai dari
outfitting pada seksi blok dasar sampai membentuk badan kapal.

Gambar 3.2.12 Proses Erection


III.3 PENGAWASAN PRODUKSI KAPAL
Pada setiap proses produksi kapal di suatu galangan, pelaksanaan
pengawasan produksi Sangat berpengaruh besar terhadap output
yang dihasilkan dalam pembangunan kapal tersebut. Dengan adanya
pengawasan pada pada proses produksi kapal, pemenuhan kualitas
produk berdasarkan stándar kualitas yang telah disepakati akan lebih
terjamin. Pengawasan yang dilakukan merupakan tindakan
pencegahan untuk menghindari terjadinya kesalahan pada proses
produksi yang pada akhirnya akan menekan biaya produksi dan
meningkatkan mutu produksi.
Pengawasan dilakukukan mulai dari perencanaan, proses produksi,
sampai dengan performance hasil produksi tersebut. Sehingga
penyimpangan dari estándar kualitas maupun spesifikasi kapal dapat
dihindari lebih awal dan apabila terjadi kesalahan dapat segera
diperbaiki dengan prosedur yang diijinkan. Dengan demikian biaya
dan waktu produksi dapat ditekan serta kualitas produksi dapat lebih
terjamin.
Dalam pelaksanaan pengawasan produksi, pengawasan dan
pemeriksaan ketepatan dilakukan tiap hari menurut jadwal yang telah
ditentukan oleh pihak yang terkait dalam pemerikasaan tersebut yaitu
jadwal pembangunan kapal dengan kegiatan pokok mengadakan
pemeriksaan, pengukuran dan pencatatan data hasil pengukuran.
Pemeriksaan secara langsung kualitas hasil pekerjaan pada setiap
proses dilakukan secara insentif checker, QA/QC dan manager
proyek. Peranan surveyor klasifikasi dan owner surveyor dalam
pengawasan dan kendali mutu adalah untuk mengadakan kualitas
hasil pekerjaan sehingga mutu kapal tersebut tidak menyimpang dari
standar mutu dan spesifikasi yang telah disepakati.
Tempat-tempat yang perlu diperiksa dapat langsung diketahui melalui
lembar periksa (check sheet) yang diterima dari QA/QC. Untuk tiap
tahap pengerjaan item-item yang perlu pengawasan dan
pemerikasaan adalah sebagai berikut :
PROSES PEMBANGUNAN KAPAL
(BANGUNAN BARU)
Dalam pembuatan kapal diperlukan beberapa tahapan proses
produksi yang terdiri dari :
1. Persiapan produksi : perancangan dan persiapan gambar kerja,
penyimpanan dan pemeriksaan material, persiapan tenaga kerja dan
lain-lain.
2. Mould Loft : pembuatan gambar produksi
3. Fabrikasi : identifikasi material, cutting, forming, fitting dan welding
4. Assembly : fitting dan welding komponen dasar dari panel/blok.
5. Erection : Penggabungan panel/blok menjadi kapal

III.2 PRODUKSI
A. PERSIAPAN PRODUKSI
Tahap persiapan produksi merupakan tahap awal yang harus
dilakukan sebelum melakukan proses produksi. Tujuan dari tahap ini
adalah untuk mengatur keadaan-keadaan sehingga pada waktu yang
ditentukan pekerjaan pembangunan kapal dapat dilaksanakan dan
ditetapkan. Ruang lingkup tahap ini yaitu :
• Dokumen produksi (umum) yang meliputi gambar dan daftar
material, perkiraan kebutuhan tenaga kerja, dan perkiraan kebutuhan
material.
• Tenaga kerja yang kaitannya dengan kualifikasi dan jumlah tenaga
kerja dan pekerjaan lain.
• Material yang perlu dipersiapkan dengan mempertimbangkan :
keadaan atau stock gudang, pemakaian material untuk pekerjaan,
pemesanan/pembelian material dari luar (jumlah dan waktu
pembelian).
• Fasilitas dan sarana produksi yang meliputi : kemampuan bengkel
produksi, kapasitas mesin-mesin, alat-alat angkat yang tersedia
(jumlah , kapasitas, macam dan tempat ), keadaan building berth.
Pada tahap ini, untuk pertama kalinya spesifikasi kapal yang
ditentukan sesuai dengan kontrak/pesanan diterjemahkan dalam
bentuk:
a. Rancangan dasar, meliputi :
1. Rencana garis (Lines plan)
2. Rencana umum (General arrangement)
3. Penampang melintang dan konstruksi profil (Midship section)
4. Bukaan kulit (Shell expansion).
b. Rancangan rinci, meliputi :
1. Konstruksi block termasuk sambungan-sambungannya.
2. Gambar perintah kerja, seperti : eye plate position, welding
procedure, welding table, cathodic protection arrangement dan lain-
lain.
3. Gambar detail untuk pekerjaan out fitting, seperti : konstruksi
manhole/deksel, tangga akomodasi, pondasi windlass, bollard, towing
bracket, pondasi chain stopper dan sebagainya.
4. Gambar detail untuk erection yaitu keel laying position.
5. Gambar detail peluncuran , seperti : situation building, standing &
sliding way, plat pengikat peluncuran dan sebagainya.
6. dan lain-lain.

Pekerjaan selanjutnya adalah planning yang merupakan pembuatan


rencana produksi yang terdiri dari :
a. Pembuatan schedule, pembangunan ( penjadwalan tiap tahap dan
keseluruhan).
b. Alokasi standar kerja ( kebutuhan dan kualitas tenaga kerja ).
c. Perkiraan peralatan yang dibutuhkan subkontraktor.

B. Mould Loft
Pada tahap ini yang dilakukan adalah pembuatan gambar produksi ke
ukuran yang sebenarnya. Namun karena perkembangan zaman
penggambaran ini bisa diganti dengan gambar produksi yang dibuat
dengan menggunakan software dengan skala yang diperlukan

C. FABRIKASI
Hal-hal yang harus dilakukan dalam tahapan ini diantaranya :
• Identifikasi material
Sebelum dilakukan identifikasi material ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi antara lain :
Kondisi permukaan pelat yang diidentifikasi harus sudah dishop
primer.
Rata, tidak berlubang-lubang atau laminasi bila ada masih masuk
standar.
Pelat tersebut akan digunakan sebagai komponen kapal

Hal yang dilakukan dalam identifikasi material adalah pengecekan


material apakah sudah sesuai standart atau belum. Material yang
dipesan harus dicocokkan dengan sertifikatnya mengenai ukurannya (
panjang, lebar, dan tebalnya) Apabila tidak memenuhi standart atau
ada cacat, material tersebut bisa dikembalikan atau ditukar.
• Marking
Marking adalah pemberian tanda kerja pada material. Karena tepi-tepi
material tidak siku maka material tersebut harus disikukan terlebih
dahulu dengan cara membuat garis siku pada tepi material dengan
bantuan rumus phytagoras. Dengan panjang dan lebar berkelipatan 3
dan 4 sehingga sisi miringnya berkelipatan 5. Dengan kelipatan 3
untuk bagian lebar pelat dan yang berkelipatan 4 untuk bagian
panjang pelat. Setelah itu diukur diagonal-diagonalnya, perbedaan
maksimal antara diagonal kiri dan kanan maksimum 3 mm. Apabila
telah memenuhi, maka pelat tersebut dianggap siku. Setelah itu
material diberi tanda sesuai dengan gambar pada nest drawing. Pada
nest drawing hanya menunjukkan gambar keseluruhan untuk suatu
komponen konstruksi. Untuk bagian-bagian dan ukuran-ukuran yang
ada pada komponen tersebut bisa dilihat pada gambar piece drawing.
Untuk detail jumlah dari bagian-bagian yang akan dibuat bisa dilihat
pada marking list. Marking list adalah suatu tabel yang berisi tentang
daftar gambar komponen-komponen konstruksi. Dalam proses
marking ada beberapa cara, yaitu :
1. Low – Ma
Artinya marking pada bagian bawah material
2. Up – Ma
Marking pada bagian atas
3. In – Ma
Marking pada bagian dalam
4. Out – Ma
Marking pada bagian luar
5. Fore – Ma
Marking pada bagian depan
6. After – Ma
Marking pada bagian belakang

Disini semua yang menjadi acuan adalah posisi kapal sendiri. Seperti
low-ma, itu berarti yang dimarking adalah bagian bawah pelat, jika
pelat itu dipakai seperti pelat geladak, berarti yang markingnya
dibagian bawahnya. Cara-cara tersebut dibedakan berdasarkan
dimana bagian tersebut akan ditempatkan.
Gambar 3.2.1 Proses Marking
• Cutting
Pemotongan pelat pada tahap fabrikasi merupakan tahap pengerjaan
awal material yang bisa menimbulkan variasi ukuran hasil produksi
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan. Item yang perlu diperiksa :
• Ukuran panjang dan lebar
• Diagonal, bentuknya
• Tanda-tanda lambung/kode penempatan komponen
• Tepi komponen yang bebas, tidak boleh ada kerak pemotong
• Tepi dan sudut bevel
• Tepi bevel komponen tidak boleh ada takik
• Arah sudut bevel dan lain-lain
Proses cutting itu sendiri dikerjakan secara manual dan otomatis.
Secara manual dikerjakan dengan alat yang disebut brander potong,
sedangkan secara otomatis dikerjakan dengan menggunakan mesin
yang cara kerjanya dengan sistem koordinat.

Gambar 3.2.2 Mesin Cutting CNC


• Forming
Pada beberapa konstruksi kapal terdapat bagian yang berbentuk
lengkungan. Untuk mendapatkan konstruksi bagian yang melengkung
tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan:
a. Cara dingin, yaitu dengan menggunakan mesin press untuk
melakukan penekanan
b. Cara panas, yaitu dengan memakai panas api gas acetylen yang
disemburkan secara line heating, spot heating, atau keduanya.
Dalam melakukan pembendingan dibantu dengan menggunakan
rambu bending. Rambu bending ini berfungsi sebagai alat pemeriksa
apakah hasil pembendingan atau bentukan tadi sudah sesuai dengan
yang diharapkan. Untuk pengerjaan ini juga harus dilakukan sesuai
dengan marking yang sudah diberikan.Pelat yang sudah dipotong
sebagian ada yang memerlukan proses pembentukan, di mana
pelaksanaannya dapat dilakukan dengan :
Proses dingin (menggunakan mesin bending)
Proses panas/fairing (pemanasan dengan blander, setelah pelat
memerah karena panas lalu ditekuk)
Pemeriksaan apakah hasil pembentukan sudah sesuai dengan
informasi dari marking. Material pelat diperiksa dengan rambu
bending (kayu) dengan cara menempatkan rambu kayu di atas pelat
yang telah dibentuk, kemudian dicocokkan tanda marking pelat
dengan tanda marking rambu dan harus segaris yaitu $ dengan tanda
$. Tanda marking sudut dari tiap-tiap rambu harus diperhatikan, sudut
kemiringannya berapa derajat ke arah fore/after. WL denganWL, C
dengan C. Pemasangan rambu pada tiap garis gading dapat memakai
bantuan jig penahan untuk menyangga rambu agar berdiri dengan
tegak. Penempatan rambu pada tiap gading harus segaris dengan
tanda marking pada pelat. Tepi pelat harus lurus atau searah

Gambar 3.2.3 Pelat yang telah di-bending


Masalah-masalah yang sering timbul
Proses fairing yang dilakukan dengan blander pemanas tidak
dilakukan dengan pengecekan suhu material saat dipanaskan.
Material yang dipanaskan dibiarkan sampai memerah baru kemudian
ditarik lagi. Saat memerah ini, kemungkinan besar material telah
mencapai temperatur AC1 yaitu temperatur di mana struktur material
tersebut telah mulai berubah dan biasanya berubah menjadi martensit
(menjadi lebih brittle). Kondisi ini diperparah, karena pada saat itu,
material ditekuk. Hasil dari proses fairing ini beresiko tinggi mengalami
penurunan mechanical properties. Sangat berbahaya bila material
yang telah difairing ini digunakan untuk bagian konstruksi yang
menerima beban langsung dan berat seperti kantilever dan lain-lain.
• Fitting Fabrication
Adalah penyetelan material-material yang akan digabungkan,
misalnya penyetelan antara pembujur dengan pelat, dll
• Welding Fabrication
Penyambungan bagian-bagian yang telah dipasang dengan cara
pengelasan. Sebelum itu pada material yang akan digabung dipasang
stoper yang berfungsi untuk mencegah deformasi. Ada 3 pengelasan
yang digunakan pada PT. Jasa Marina Indah yaitu :

1. SMAW ( Shield Metal Arc Welding )


Pengelasan ini menggunakan electroda batangan yang juga berfungsi
sebagai shielding ( pelindung ). Shield ini berasal dari dekomposisi
electode flux coating. Fungsi dari pelindung ini adalah untuk
mencegah Weld terkontaminasi dengan udara luar. Electrode pada
SMAW bisa dioperasikan pada arus AC, DCEP, dan DCEN.
Pengelasan ini bisa digunakan untuk semua posisi, dan bisa
digunakan untuk ketebalan pelat yang bermacam-macam. Namun
tidak efektif apabila digunakan untuk penyambungan yang relatif
panjang, selain itu juga harus ada perlakuan khusus apabila
elektrodenya menggunakan low hidrogen. Elektrode low hidrogen
harus di open terlebih dahulu sebelum digunakan.

Gambar 3.2.4 Elektroda Las SMAW


2. FCAW ( Flux Core Arc Welding )
Pengelasannya menggunakan electrode roll, electrodenya terdiri dari
filler metal yang dilapisi oleh flux. Flux ini nantinya akan membentuk
slag yang berfungsi melindungi Weld metal dari pengaruh udara luar.
Dengan adanya slag ini coolling rate dari Weld metal semakin tinggi
sehingga sifat dari sambungan lasnya menjadi ductile. Pada alatnya
terdapat tabung yang berisi gas argón, karbondioksida atau campuran
antara keduanya. Gas ini berfungsi sebagai penyeimbang dari busur
lasnya dan juga memberikan mechanical properties yang bagus pada
akhir pengelasan. Pengelasn ini bisa dilakukan untuk semua posisi.

Gambar 3.2.5 Mesin Las FCAW


3. SAW ( Submerge Arc Welding )
Digunakan untuk penyambungan pelat yang panjang, karena
pengelasan SAW bekerja semi automatis. Electrodenya hampir sama
dengan pengelasan FCAW, namun pada pengelasan ini shielding
atau pelindungnya menggunakan pasir. Fungsi dari pasir ini adalah
untuk melindungi Weld metal agar tidak terkontaminasi dengan udara
luar dan juga agar coolling rate dari sambungan lasnya tinggi
sehingga menghasilkan sambungan las yang bersifat ductile. Pasir
yang digunakan adalah pasir kwarsa. Pelat yang akan disambung
tidak perlu di bevel.

Gambar 3.2.6 Mesin Las SAW Gambar 3.2.7 Pasir kwarsa untuk SAW

Gambar 3.2.8 Hasil las SAW


Setiap proses pada akhir pengerjaan diperiksa oleh QC, dan apabil;a
telah memenuhi bisa dilanjutkan ke langkah berikutnya.

D. ASSEMBLY
Sebelum dilakukan proses assembly, hasil dari pekerjaan fabrikasi
diperlukan untuk pengecekan baik bentuk maupun ukuran serta
tandanya yang berguna untuk mengurangi kesalahan dalam
pekerjaan assembly. Pada tahap ini, panel yang akan dibentuk
diletakkan diatas jig dan dikerjakan secara terbalik untuk mengurangi
pengelasan overhead yang dapat berakibat incomplete penetration.
Pekerjaan yang dilakukan pada tahap ini meliputi :
• Penyambungan pelat
• Pemasangan stiffeners
• Merakit floor
• Pemasangan face plates
• Merakit web frames
Pada tahap ini, komponen-komponen pelat yang sudah diselesaikan
di fabrikasi dirakit sesuai dengan letal dan urutannya, dari seksi
menjadi bagian misalnya:
• Bottom terdiri dari portside, center dan starboard.
• Transverse bulkhead terdiri dari portside dan starboard
• Side shell terdiri dari portside dan starboard
• Deck terdiri dari portside,center dan starboard
Dalam pengerjaan menggunakan metode panel dengan urutan
sebagai berikut:
• Penyambungan butt joint antara pelat dengan pelat dengan
menggunakan SAW
• Pemasangan pembujur pada pelat dengan pengelasan tertutup
• Pemasangan pelintang dengan pengelasan menerus
• Pengelasan potongan pelat pada scallop dan pembujur.

Selanjutnya panel-panel ini dikerjakan dan disambung satu sama lain


menjadi bagian yang lebih besar, yang disebut seksi blok.
Gambar 3.2.9 Proses Assembly

Untuk galangan yang menggunakan metode blok, maka pada tahap


assembly sudah dikerjakan penyambungan seksi-seksi blok menjadi
blok. Karena pada galangan ini menggunakan metode block, maka
tiap-tiap seksi block digabung pada tahap ini.
• Fitting Assembly
Dimensi dan kelengkapan konstruksi sesuai dengan gambar kerja.
Hal-hal yang harus diperhatikan :
Penyimpangan dimensi tidak boleh melebihi batas toleransi yang ada
di class
Apabila ada penyimpangan pemasangan dan jumlahnya banyak,
maka harus dibuat NCR sheet.
Bila ada kejanggalan konstruksi meskipun sudah sesuai drawing agar
dibuatkan CA sheet ke design.
Data-data yang didapatkan dalam pemeriksaan dimasukkan dalam
QC check sheet struktural setelah diisi dulu oleh QC bengkel.
• Persiapan Pengelasan
Dalam persiapan ini yang dilakukan antara ain :
1. Memeriksa kampuh las apakah sudah sesuai dengan standar,
WPS, welding detail dan prosedur.
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada setiap kampuh las yaitu
Metode pengelasan
Besarnya gap
Kekasaran dan takik pada alur las
Kelurusan (alignment)
Bentuk bevel sesuai sesuai WPS
Bersih dari kotoran, air atau minyak
3. Beberapa standar sambungan yang perlu diperhatikan antara lain :
Misalinement/ketidaklurusan
Takik/kekasaran kampuh, roughness/kekasaran
Selanjutnya hasil pemeriksaan dicatat dalam QC check sheet.
• Welding Chek
Hal-hal yang harus diperiksa adalah :
1. Daerah las harus bersih dari kerak,kotoran dan air agar cacat las
bisa terlihat
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan las
o Besar leg length
o Tinggi reinforcement untuk las butt
o Under cut
o Ketinggalan las, retak, porosity, spatter, bekas stoper, dan round
weld
3. Hasil pemeriksaan dicatat dalam QC check sheet.

• Deformasi
1. Pemeriksaan dengan cara membentangkan benang,kemudian ukur
jarak antar pelat terluar dengan benang terdalam dan didapat
besarnya deformasi pelat.
2. Pengukuran dilakukan sesuai aturan untuk tiap posisi sebagai
berikut :
• Deformasi pelat antar gading-gading
• Deformasi gading antara gading besar
• Deformasi antara komponen-komponen lain
• Deformasi pada joint plate
3. Memberi tanda pada obyek pemeriksaan deformasi yang melebihi
standar.
Setelah pemeriksaan data deformasi yang didapat dicatat pada QC
check sheet
• Ketepatan ukuran
Sebelum melakukan pemeriksaan ketepatan ukuran perlu
mempersiapkan alat-alat ukur yang dipakai harus terkalibrasi. Selain
itu juga menyiapkan inspection record yang dibuat oleh desain
bersama dengan drawing. Hasil pengukuran dibandingkan dengan
block sebelumnya yang sudah diukur. Pengukuran block dilakukan
oleh tim accuracy control dan bengkel sementara QC akan
menyaksikan saat pengukuran. Tim accuracy juga melakukan
pengukuran saat erection yaitu keel deflection dan dimensi kapal.
Pengukuran block sebaiknya dilakukan sebelum dan sesudah
pengelasan. Bila menemukan bentuk block yang salah segera
dilaporkan dan diusahakan perbaikannya saat diassembly jangan saat
di erection karena akan memakan material, jam orang dan waktu yang
lebih banyak disamping mutunya lebih jelek. Hasil pengukuran dicatat
pada QC check sheet.
• Block blasting dan pengecatan
Pemeriksaan pada tahap ini meliputi 3 tahap yaitu :
1. pemeriksaan tahap persiapan
• Temperatur pelat yang akan dicat disesuaikan dengan data teknis
dari merk dan jenis cat
• Pelat harus bebas dari debu, pasir dan kotoran
• Standar kekasaran permukaan harus sesuai dengan spesifikasi
2. pemeriksaan tahap pengecatan
• kelembaban udara sebelum dan saat pengecatan
• temperatur basah dan kering dari udara
• temperatur pelat/material
3. pemeriksaan hasil pengecatan
• ketebalan cat pada tiap lapisan baik kondisi basah/kering
• cacat yang ditemukan harus diberi tanda pada obyek
• perbaikan cacat cat harus sesuai dengan petunjuk teknis dari
spesifikasi jenis cat
Pemeriksaan dilakukan pada tiap lapisan dan untuk daerah tangki
pada lasan diberi selotip. Data pemeriksaan dicatat pada QC check
sheet.
Gambar 3.2.10 Alat Blasting

Gambar 3.2.11 Proses blasting


Masalah-masalah yang sering timbul :
1. Sering terjadi misalinement pada saat pengefittan.
Penanganan :
a. Perbaikan dengan cara pemutusan tack weld dengan blander
pemotong atau gouging
b. Setelah itu pengetackan diulang dan sebagian material yang akan
disambungkan di tanggem.
c. Lalu pengelasan dilakukan dengan tanggem dipasang untuk
meluruskan bagian yang tidak lurus.
2. Banyak terjadi slag inclusion
Penanganan :
a. Weld metal digerinda
b. Dilakukan pengelasan ulang
3. Hasil pengelasan overhead dan vertikal kurang bagus karena
ampere yang tidak dikecilkan setelah melakukan pengelasan flat.
Meskipun hal ini telah disiasati oleh welder dengan melakukan las
sentuh, hasil pengelasan tetap terlihat kurang bagus.
4. Perlengkapan keamanan yang dikenakan pekerja kurang
memenuhi persyaratan K3.
5. Banyak terjadi round weld yang malah mengurangi logam induk.
Penanganan :
a. weld metal digerinda
b. pengelasan ulang
6. Logam induk di sekitar weld joint, ada yang termakan oleh
elektrode sehingga mengalami pengurangan tebal. Cara penanganan
dengan dilas.
7. Banyaknya slag yang belum dibersihkan padahal bagian tersebut
telah mengalami proses produksi selanjutnya seperti pengecatan. Hal
ini malah pembuatan waktu produksi dan material terbuang sia-sia,
karena perbaikannya membutuhkan waktu yang cukup lama dan
adanya cat yang terbuang.
8. Pemasangan stopper banyak yang melintang sehingga alur
berdeformasi hanya terdapat dalam dua arah (mudah menimbulkan
crack). Pemasangan stopper yang benar adalah membentuk sudut 60
derajat terhadap edge joint (alur deformasi lebih luas).

E. Erection
Tahap ini merupakan penyambungan seksi/blok kapal yang telah
selesai dikerjakan pada tahap assembly, misalnya untuk
pembangunan dengan metode seksi adalah, seksi blok dasar, seksi
blok lambung, seksi blok sekat melintang dan, seksi blok deck, sesuai
dengan letaknya sehingga terbentuk badan papal. Jenis pekerjaan
yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a. Loading
Pekerjaan yang dilakukan yaitu pengangkatan atau pemindahan seksi
blok yang sudah ada di building berth dengan bantuan crane.
b. Adjusting
Meletakkan seksi blok pada keel blok dan side blok yang telah diatur
sesuai dengan marking dok serta mengatur paju pada keel blok dan
side blok yang kurang tepat agar seksi blok tersebut tidak bergerak
dan untuk kelurusan antar seksi blok.
c. Fitting
Pekerjaan fitting yaitu meletakkan seksi blok sesuai pada tempatnya,
kemudian dilakukan las ikat atau memasang pelat setrip agar seksi
tersebut tidak bergeser sehingga benar-benar siap untuk dilakukan
pengelasan.
d. Welding
Sebelum dilakukan pengelasan penuh, terlebih dahulu dilakukan
pemeriksaan ketepatan usuran dan bentuk serta kelurusan dan
kedataran seksi blok oleh pihak Quality Assurance dan class. Dan jira
sudah tidak ada masalah, maka dilakukan pengelasan denga metode
dan urutan pengelasan yang sesuai. Setelah pengelasan selesai,
dilakukan pemeriksaan terhadap hasil pengelasan tersebut, agar
produk kapal sesuai dengan standar mutu yang telah disepakati.
e. Finishing
Pekerjaan finishing yaitu menghilangkan cacat-cacat baik karena
deformasi sebelum maupun akibat pengelasan pelat pengikat atau
pengelasan pelat.
Pada tahap erection ini juga dilakukan pekerjaan outfitting mulai dari
outfitting pada seksi blok dasar sampai membentuk badan kapal.

Gambar 3.2.12 Proses Erection

III.3 PENGAWASAN PRODUKSI KAPAL


Pada setiap proses produksi kapal di suatu galangan, pelaksanaan
pengawasan produksi Sangat berpengaruh besar terhadap output
yang dihasilkan dalam pembangunan kapal tersebut. Dengan adanya
pengawasan pada pada proses produksi kapal, pemenuhan kualitas
produk berdasarkan stándar kualitas yang telah disepakati akan lebih
terjamin. Pengawasan yang dilakukan merupakan tindakan
pencegahan untuk menghindari terjadinya kesalahan pada proses
produksi yang pada akhirnya akan menekan biaya produksi dan
meningkatkan mutu produksi.
Pengawasan dilakukukan mulai dari perencanaan, proses produksi,
sampai dengan performance hasil produksi tersebut. Sehingga
penyimpangan dari estándar kualitas maupun spesifikasi kapal dapat
dihindari lebih awal dan apabila terjadi kesalahan dapat segera
diperbaiki dengan prosedur yang diijinkan. Dengan demikian biaya
dan waktu produksi dapat ditekan serta kualitas produksi dapat lebih
terjamin.
Dalam pelaksanaan pengawasan produksi, pengawasan dan
pemeriksaan ketepatan dilakukan tiap hari menurut jadwal yang telah
ditentukan oleh pihak yang terkait dalam pemerikasaan tersebut yaitu
jadwal pembangunan kapal dengan kegiatan pokok mengadakan
pemeriksaan, pengukuran dan pencatatan data hasil pengukuran.
Pemeriksaan secara langsung kualitas hasil pekerjaan pada setiap
proses dilakukan secara insentif checker, QA/QC dan manager
proyek. Peranan surveyor klasifikasi dan owner surveyor dalam
pengawasan dan kendali mutu adalah untuk mengadakan kualitas
hasil pekerjaan sehingga mutu kapal tersebut tidak menyimpang dari
standar mutu dan spesifikasi yang telah disepakati.
Tempat-tempat yang perlu diperiksa dapat langsung diketahui melalui
lembar periksa (check sheet) yang diterima dari QA/QC. Untuk tiap
tahap pengerjaan item-item yang perlu pengawasan dan
pemerikasaan adalah sebagai berikut :

Anda mungkin juga menyukai