SHIP ACQUISITION PROCESS
Pengakuisisian berasal dari kata akuisisi yang dapat berarti penerimaan atau
penyerahan, dalam kaitannya dengan dunia perkapalan dan transportasi laut, kata
pengakuisisian dapat berarti pengadaan kapal baru dalam sebuah armada, pengadaan
tersebut dapat berupa pembelian atau penyewaan sebuah kapal baru. Pengakuisisian
sebuah kapal baru dari sudut pandang pemilik kapal adalah sebuah pembelanjaan
barang modal yang utama, yang harus melalui beberapa tahap proses yaitu
1. Perencanaan (Planning Stage)
2. Desain (Design Stage)
3. Aktivitas komersial (Commercial Activities)
4. Aktivitas produksi (Production Activities)
Pengakuisisian sebuah kapal dapat berupa pembelian atau penyewaan dengan
beberapa jenis kondisi antara lain :
1. Kapal yang baru dibuat dalam segi konstruksi
2. Kapal bekas pakai
3. Kapal pinjaman atau charter
4. Kapal yang telah dikonversi
Tetapi dalam pembahasan ini hanya akan dibatasi tentang pengakuisisian kapal yang
baru dibuat di galangan kapal saja, yang melalui empat tahapan proses yang telah
disebutkan diatas.
Dalam proses pengakuisisian kapal terdapat beberapa badan yang terlibat di
dalamnya yaitu:
· Ship owner
· Ship yard
· Industri penyokong, seperti industri baja
· Badan-badan lainnya seperti
1. Naval Architecture firm, seperti konsultan perancangan
2. Universitas
3. Biro klasifikasi
4. Regulator atau badan pembuat peraturan, dalam hal ini pemerintah
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan tahapan yang harus dilalui
dalam pengakuisisian sebuah kapal baru agar nantinya kapal dapat memenuhi
spesifikasi permintaan owner dengan tepat. Seperti yang telah dijelaskan pada
pendahuluan, yang termasuk dalam tahapan ini adalah:
1. Perencanaan (Planning Stage)
2. Desain (Design Stage)
3. Aktivitas komersial (Commercial Activities)
II.1 Planning Stage
Perencanaan awal merupakan suatu tahapan yang sangat penting dalam
segala bidang, termasuk dalam bidang pengakuisisian kapal baru. Perencanaan ini
dimulai dengan penafsiran dari segala sesuatu yang berhubungan dengan proses
pembuatan kapal baru, penyerahan kapal kepada pemilik kapal, sampai dengan saat
kapal beropersi nantinya.
Penafsiran ini meliputi kondisi lingkungan internal organisasi yang berperan
langsung dalam aktivitas pengakuisisian, maupun kondisi eksternal tempat dimana
kapal akan menjalankan fungsinya.
Ø Analisis kondisi eksternal memiliki esensi yang mengarah kepada dampak ekonomis dari
barang modal yang berwujud kapal tersebut, iklim perdagangan dimana kapal tersebut
akan beroperasi, pertumbuhan pasar dan kompetisinya. Yang termasuk bagian dari
analisis ini adalah :
· Ukuran Pasar :
1. Volume tonase,kubik,jumlah penumpang, dll
2. Tren dan pertumbuhan pasar.
3. Potensi terbukanya daerah pemasaran baru
· Pemasaran :
1. Komoditas
2. Fluktuasi aliran barang komoditas
· Kompetitor :
1. Jumlah kompetitor
2. Kekuatan kompetitor
3. Potensi aliansi dengan kompetitor
4. Faktor pelayanan(waktu pengiriman, jadwal yang reliabel, dll.)
· Trend Perekonomian :
1. Tarif pengangkutan dan jasa
2. Tren pergerakan tarif
3. Konferensi dan peraturan yang mengatur perekonomian setempat
4. Potensi persaingan tarif
· Lingkungan Fisik :
1. Jarak
2. Lautan dan kondisi cuacanya
3. Dalamnya kanal dan pelabuhan
4. Pasang surut dan arus perariran
5. Kontrol lalu lintas pelabuhan
· Kondisi Pelabuhan :
1. Ketersediaan kolam pelabuhan dan prioritasnya
2. Produktivitas penanganan muatan
3. Ketersediaan dan produktivitas tenaga kerja pelabuhan
4. Ketersediaan barang muatan
· Prosedur dan Syarat Masuknya Aliran Barang dan Jasa
1. Sistem konferensi
2. Larangan pemerintah
3. Tarif bea masuk
4. Terminal dan penampungan barang
5. Pemotongan tarif
6. Kelebihan kapasitas barang dan jasa
II.1.3 Implementasi
Kedua perencanaan terdahulu yang telah disebut diatas perlu ditransformasikan
menjadi suatu perencanaan bisnis yang kongkrit, praktis dan dapat dilaksanakan.
Implementasi perencanaan dalam industri maritim dan jasa transportasi pada umunya
hampir sama dengan implementasi perencanaan manufaktur tradisional, yang terdiri
dari :
· Rencana Pemasaran
Mengidentifikasi segmen pasar yang lebih spesifik, kebutuhan pasar saat ini,
pelanggan/customer, dan metode penjualan yang tepat
· Rencana Kompetitor
Yaitu tindakan yang perlu dilakukan untuk merebut pangsa pasar, mencari aliansi atau
memetakan kekuatan kompetitor
· Rencana Operasi
Yaitu detail operasi yang akan dilakukan untuk menjalankan strategi pemasaran
· Rencana Finansial
Ketersediaan dana operasi dan kontrol tehadap rencana bisnis yang dilakukan.
· Rencana teknologi
Yaitu perencanaan pengembangan peralatan dan barang modal, termasuk kapal
· Rencana Organisasi
Yaitu detail struktur organisasi untuk menjalankan strategi pemasaran.
II.1.4 Perekonomian
Dalam proses pengakuisisian kapal, penggunaan disiplin ilmu ekonomi teknik
merupakan suatu hal yang penting, karena disiplin ekononi teknik digunakan untuk
mengembangkan teknologi, finansial dan strategi bisnis yang sudah dibangun.
Dalam fase desain terutama dalam conceptual design danpreliminary design,
didisiplin ilmu ekonomi teknik digunakan untuk mengoptimasi dan mencari alternatif lain
dalam proses desain. Pada akhir perencanaan perekonomian ini, pemilik kapal dapat
menyelesaikan spesifikasi permintaan (owner specification) untuk selanjutnya
diserahkan ke pembangun kapal, dalam hal ini yard/galangan.
II.2 Design Stage
Hal utama yang kedua dalam proses pengakuisisian kapal adalah tahap desain.
Dalam hal ini desain dapat berarti mulainya proses perhitungan, penggambaran model,
spesifikasi, dan eksperimen tes yang mungkin perlu dilakukan.Dalam desain stage ini,
proses pengakuisisian kapal dibagi menjadi 4 bagian, yaitu :
· Concept design
· Preliminary design
· Contract design
· Detailed design
Dan perlu diperhatikan bahwa dalam bagian-bagian tersebut, detailed design, yang
mana berisikan gambar-gambar kerja akan dikerjakan apabila kontrak pembangunan
kapal telah ditandatangani.
Proses desain ini melibatkan penyusunan, perencanaan, perhitungan kemudian
penggambaran/pemodelan bentuk kapal, bahkan jika diperlukan akan dilakukan model
testing, riset dan eksperimen untuk menjamin bahwa kapal telah dirancang seoptimum
mungkin.
Selain itu, proses desain juga melibatkan persiapan dan pemesanan beberapa material
yang akan digunakan dalam pembangunan kapal, selain itu desainer juga harus
mempertimbangkan faktor pembangunan/manufaktur dan prosedur pembangunannya
agar biaya pembangunan kapal dapat ditekan.
Dalam proses desain mungkin juga akan melibatkan beberapa modifikasi,
penambahan dari desain-desain yang telah ada sebelumnya yang telah dibuat oleh
perencana. Perencana juga harus mempertimbangkan jauh kedepan bahwa desain
yang ia rancang mampu beroperasi dan bersaing secara efektif dan layak untuk
setidaknya 20 sampai 30 tahun kedepan setelah penyerahan kepada pemilik kapal,
bahkan untuk kapal perang setidaknya masih layak beroperasi untuk 50 tahun setelah
penyerahan kepada pemilik kapal. Maka seorang desainer tidak cukup hanya
dengan up-to-date terhadap teknologi yang ada, tetapi juga harus melakukan riset dan
pengembangan agar tercipta penemuan dalam disiplin ilmu yang berhubungan dengan
teknologi kelautan.
Gambar 2.1 Desain spiral pada kapal dagang dan kapal perang
SHIP DESIGN PROCESS (bagian-2)
A. DESIGN CONSTRAINTS
Setiap desain kapal harus memenuhi dari sebuah tujuan/maksud dan biasanya
tujuan tersebut didefinisikan pada permintaan dari calon pemilik kapal (Shipowner’s
Requirements). Meskipun permintaan dari calon pemilik kapal benar-benar tidak cukup
untuk membatasi disain, maka desainer harus mengatur batasan-batasan untuk desain
itu sendiri.
Batasan fisik mungkin diterapkan pada disain itu sendiri untuk alasan :
kebutuhan untuk membangun kapal pada galangan tertentu dan kemudian cara
meluncurkannya ke laut, kebutuhan pemeliharaan kapal, dan kebutuhan kapal untuk
bersandar ke dermaga tertentu.
B. CONCEPT DESIGN
Konsep desain kapal merupakan tahap lanjutan setelah adanya Owner design
requirement dimana konsep desain juga merupakan basic design dalam proses
perancangan kapal. Konsep desain kapal adalah tugas untuk mendefinisikan sebuah
objek untuk memenuhi persyaratan misi dan mematuhi seperangkat kendala. Desain
dari artefak rekayasa biasanya dilakukan oleh sebuah-sintesis-evaluasi siklus analisis.
Dalam perancangan sistem yang terintegrasi, analisis secara keseluruhan biasanya tidak
mungkin dan solusinya yaitu dikelola serta dibagi menjadi beberapa bagian. Bagian ini
kemudian dapat dianalisis secara individual dan digabungkan untuk memberikan data
keseluruhan. Jika bagian-bagian individu tidak sepenuhnya independen, pada tahap
integrasi dilakukan metode iteratif. Desain kapal melibatkan berbagai teknologi,
sehingga dituntut adanya integrasi secara keseluruhan. Kesulitan lainnya tugas desain
kapal disebabkan oleh. persyaratan desain dan kendala lainnya. Maka dapat dilakukan
pendekatan untuk membangun sistem pakar berbasis pengetahuan dari desainer kapal,
misalnya peraturan dan kasus-kasus dari desain kapal sebelumnya. Pendekatan kapal
dibagi menjadi tiga komponen yang berbeda, salah satunya yaitu menggunakan
pendekatan top down. Desain model dikembangkan sebagai contoh kasus.
menunjukkan dekomposisi dan penalaran logis berdasarkan dan komponen ini
kemudian dikembangkan dan disajikan.
Dalam konsep desain kapal ada 2 model, yaitu domain-spesifik dan banyak
proses desain, tapi desain spiral 'Evans mungkin adalah yang paling terkenal. Model ini
menekankan bahwa banyak masalah desain yang saling berinteraksi dan harus
dipertimbangkan dalam urutan, dan dalam peningkatan detail masing-masing yang
kemudian membentuk spiral sampai diperoleh desain tunggal yang memenuhi semua
kendala dan semua pertimbangan bisa tercapai. Pendekatan ini dasarnya adalah desain
berbasis titik. Disebut demikian karena pada akhirnya nanti akan mengarah pada satu
titik dalam desain ruang. Kerugian dari pendekatan ini adalah bahwa hal itu tidak
mungkin menghasilkan solusi optimal global. Saat ini, pendekatan yang berbeda, yang
diambil dari otomotif industri, digunakan dalam desain konseptual kapal. Hal ini
digunakan,sebagai fitur utama, mendefinisikan luas set untuk parameter desain itu
sendiri, dalam rangka untuk memungkinkan desain konkuren, maka set ini akan terus
terbuka sehingga tim desain dapat melihat perbedaan dalam kinerja dan biaya antara
solusi yang berbeda.
Manoeuvrability
Kapal kargo terbaru ini didesain agar dapat digunakan untuk muatan kering dan
kargo cair. Dengan desain terbaru ini, saat mencapai dermaga kapal akan dapat lebih
cepat melepas kargo dari kapal dan menaruhnya di dermaga. Desain kapal ini akan
meminimalkan jumlah kru, sistem mesin dan navigasi, untuk meminimalisasi biaya
operasional saat kapal berlabuh, dan juga biaya pembuatan kapal. Unit kargo juga
disusun untuk siap dibongkar kembali. Dengan desin ini, diperkirakan waktu
pembuatan kapal akan berkurang sekitar 10%.
Potensi utama dari konsep desain CREATE35 ini adalah kemampuan untuk
memindahkan kargo secara lengkap hanya dalam satu langkah. Tetapi, kadang juga
dalam satu kapal memuat lebih dari satu jenis kargo, yang akan memerlukan lebih dari
satu kali proses pemindahan atau pembongkaran kargo. Dalam kasus seperti ini,
keuntungan dari CREATE35 adalah mampu mengangkut lebih banyak kargo dalam satu
kali pengangkutan, karena kapasitas pemindahan CREATE35 dapat mencapai kontainer
berukuran 45 kaki atau tanki berukuran 20 kaki. Konsep CREATE35 ini juga dapat
diaplikasikan pada beberapa tipe kargo, meliputi kontainer, produk serbuk kasar dan
cairan, serta bahan kimia dan gas cair.
C. PRELIMINARY DESIGN
Pada preliminary design stage ini dikembangkan hasil dari tahap conceptual
dengan menetapkan alternatif kombinasi yang jelas, sehingga pada akhirnya didapatkan
gambaran utama kapal dan kecepatan servicenya, begitu juga daya motor yang
diperlukan, demikian pula dengan daftar sementara peralatan permesinan. Selama
Preliminary design, perancangan kapal dikembangkan untuk mendapatkan tingkatan
tertentu untuk menjamin secara teknis bahwa semua persyaratan perancangan kapal
dapat terpenuhi
- Mengurangi atau mengeliminasi resiko tentang hal teknis, biaya, dan penjadwalan.
Karena biaya akhir dan performa dari kapal baru akan menjadi lebih besar pada
akhir dari fase preliminary design, selesainya fase ini secara tepat waktu sangat
penting. Sebuah studi untuk mempelajari kemungkinan-kemungkinan yang terjadi atau
konsep desain yang telah memenuhi persyaratan performa yang ditentukan pada tahap
sebelumnya akan tersedia dan hal ini akan menjadi titik awal dari preliminary design.
Selama tahap ini, sebuah trade off studies menunjukkan persoalan desain yang akan
memberikan efek global pada ukuran kapal, konfigurasi keseluruhan performa, biya
atau resiko. Studi dari permasalahan tersebut yang tidak memiliki pengaruh global pada
batasan-batasan tadi, maka tidak bisa digunakan pada fase ini dan harus kembali ke
langkah awal. Kesalahan yang dilakukan dapat menyia-nyiakan sumber dan
mengalihkan perhatian dari tim desain.
Beberapa contoh dari permasalahan yang berkaitan dengan trade off studies pada
tahap ini:
- Perbandingan ukuran utama kapal (L/B, B/D, ect.)
- Bentuk lambung (transom atau cruiser stern, dengan bulb bous bow atau tanpa bulb
bous bow, topside flare atau tumblehome)
- Rencana umum
- Payload
- Jumlah kru
Preliminary design dikembangkan melalui awal concept design pada seluruh area
teknis, tanpa memperhatikan apakah mengikuti trade-off studies. Pada area design
yang tidak berdasar dari desain alternatif sebuah landasan yang cukup beralasan harus
dipilih dan diartikan sesuai tingkatan detail. Untuk kebanyakan sistem kapal, terdapat
identifikasi dan perkiraan ukuran dari komponen utama sistem dan pembuatan sebuah
one line diagram sederhana pada sistem tersebut. Sistem alternatif akan dipelajari pada
fase berikutnya.
A. CONTRACT DESIGN
Tujuan dari contract design adalah untuk mendefinisikan kapal dengan tingkatan
dari ketelitian berdasarkan sebuah pengalaman pembangunan kapal yang dapat
membuat sebuah estimasi biaya konstruksi. Produk dari kontrak desain adalah rencana
kontrak dan spesifikasi. Pekerjaan dalam kontrak desain dibagi menjadi 3 bagian :
· Persiapan dari rencana struktur tengah kapal dan tipe bagian , deck , sekat & sistem
kontruksi ujung , dll.
· Persiapan dari rencana diagram perpipaan bagian lambung dan ventilasi & sistem
pendingin udara.
E. DETAIL DESIGN
The final stage of ship design is the development of detailed working plan
(gambar kerja). Hasilnya dari langkah ini adalah berisi petunjuk atau intruksi mengenai
instalasi dan detail konstruksi pada fitters (tukang pasang), wilders (tukang las),
outfitters (tukang perlengkapan), metal workers (tukang plat), machinery vendors
(penjual mesin), pipe fitters (tukang pipa), dan lain-lainnya. Langkah ini perubahan
dari engineer (ahli teknil) untuk artisan (tukang) oleh karena itu tidak bisa
diinterpretasikan.
Dalam stage ini gambar kerja dan kebutuhan data lainnya untuk membuat kapal
dikembangkan. Final design stage, dan seluruh keputusan perancangan seperti seleksi
tipe permesinan, dll. Telah dibuat dan dikonfirmasikan dengan baik. Seluruh sistem
yang dibutuhkan kapal, mesin utama dan mesin bantu telah dibuat secara terperinci,
demikian pula pabrik pembuat yang diinginkan.
3. ITERATIF DESIGN APPROACH
Iteratif desain adalah sebuamh metodologi desain kapal yang
berdasarkan pada proses siklus dari prototyping, testing, analyzing, dan
menyempurnakan produk atau proses. Perubahan dan perbaikan akan
dilakukan berdasarkan hasil pengujian iterasi terbaru sebuah desain.
Proses ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan fungsionalitas dari
sebuah desain yang sudah ada. Dalam desain iteratif, interaksi dengan
sistem yang dirancang akan digunakan sebagai bentuk untuk
menginformasikan dan penelitian suatu proyek berkembang, sebagai versi
yang berurutan, atau iterasi dari desain diimplementasikan.
Proses desain kapal memiliki sifat iteratif yang paling umum
digambarkan oleh spiral desain yang mencerminkan desain metodologi dan
strategi.
Biasanya metode ini digunakan paa oran-orang tertentu saja ( sudah
berpengalaman dengan mengunakan know ledge) disini telah digunakan
proses berulang (re used design) seperti di diskripsikan pada gambar
dibawah ini.
4. PARAMETRIC DESIGN APPROACH
Parametric design approach adalah metode yang digunakan dalam
mendesain kapal dengan parameter misalnya ( L, B, T, Cb, LCB dll) sebagai
main dimension yang merupakan hasil regresi dari beberapa kapal
pembanding, kemudian dihitung Rt, merancang baling-baling, perhitungan
perkiraan daya motor induk, perhitungan jumlah ABK, perhitungan titik
berat, trim dll secara detail.
Parameter Optimasi
Batasan – batasan untuk mencari ukuran utama yang optimal :
x Hukum Fisika
D = LWT + DWT Ñ
LWT = total berat baja [ton]
DWT = Payload + Consumable + Crew [ton]
Toleransi selisih D dengan [ LWT + DWT ] : ± 5 %
x Stabilitas
Sesuai dengan criteria stabilitas menurut IMO.
x Freeboard
Actual freeboard ³ freeboard minimum
Freeboarf minimum yaitu freeboard hasil perhitungan menurut
International load Lines Convention 1966 & protocol 1988.
x Trim
Ukuran utama yang dipilih harus memiliki :
trim = 0 ( even keel )
x Harga
Ukuran utama yang dipilih harus memiliki harga yang relatif lebih kecil
dari beberapa ukuran utama yang lolos 5 hal di atas
III.2 PRODUKSI
A. PERSIAPAN PRODUKSI
Tahap persiapan produksi merupakan tahap awal yang harus
dilakukan sebelum melakukan proses produksi. Tujuan dari tahap ini
adalah untuk mengatur keadaan-keadaan sehingga pada waktu yang
ditentukan pekerjaan pembangunan kapal dapat dilaksanakan dan
ditetapkan. Ruang lingkup tahap ini yaitu :
• Dokumen produksi (umum) yang meliputi gambar dan daftar
material, perkiraan kebutuhan tenaga kerja, dan perkiraan kebutuhan
material.
• Tenaga kerja yang kaitannya dengan kualifikasi dan jumlah tenaga
kerja dan pekerjaan lain.
• Material yang perlu dipersiapkan dengan mempertimbangkan :
keadaan atau stock gudang, pemakaian material untuk pekerjaan,
pemesanan/pembelian material dari luar (jumlah dan waktu
pembelian).
• Fasilitas dan sarana produksi yang meliputi : kemampuan bengkel
produksi, kapasitas mesin-mesin, alat-alat angkat yang tersedia
(jumlah , kapasitas, macam dan tempat ), keadaan building berth.
Pada tahap ini, untuk pertama kalinya spesifikasi kapal yang
ditentukan sesuai dengan kontrak/pesanan diterjemahkan dalam
bentuk:
a. Rancangan dasar, meliputi :
1. Rencana garis (Lines plan)
2. Rencana umum (General arrangement)
3. Penampang melintang dan konstruksi profil (Midship section)
4. Bukaan kulit (Shell expansion).
b. Rancangan rinci, meliputi :
1. Konstruksi block termasuk sambungan-sambungannya.
2. Gambar perintah kerja, seperti : eye plate position, welding
procedure, welding table, cathodic protection arrangement dan lain-
lain.
3. Gambar detail untuk pekerjaan out fitting, seperti : konstruksi
manhole/deksel, tangga akomodasi, pondasi windlass, bollard, towing
bracket, pondasi chain stopper dan sebagainya.
4. Gambar detail untuk erection yaitu keel laying position.
5. Gambar detail peluncuran , seperti : situation building, standing &
sliding way, plat pengikat peluncuran dan sebagainya.
6. dan lain-lain.
B. Mould Loft
Pada tahap ini yang dilakukan adalah pembuatan gambar produksi ke
ukuran yang sebenarnya. Namun karena perkembangan zaman
penggambaran ini bisa diganti dengan gambar produksi yang dibuat
dengan menggunakan software dengan skala yang diperlukan
C. FABRIKASI
Hal-hal yang harus dilakukan dalam tahapan ini diantaranya :
• Identifikasi material
Sebelum dilakukan identifikasi material ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi antara lain :
Kondisi permukaan pelat yang diidentifikasi harus sudah dishop
primer.
Rata, tidak berlubang-lubang atau laminasi bila ada masih masuk
standar.
Pelat tersebut akan digunakan sebagai komponen kapal
Disini semua yang menjadi acuan adalah posisi kapal sendiri. Seperti
low-ma, itu berarti yang dimarking adalah bagian bawah pelat, jika
pelat itu dipakai seperti pelat geladak, berarti yang markingnya
dibagian bawahnya. Cara-cara tersebut dibedakan berdasarkan
dimana bagian tersebut akan ditempatkan.
Gambar 3.2.6 Mesin Las SAW Gambar 3.2.7 Pasir kwarsa untuk SAW
D. ASSEMBLY
Sebelum dilakukan proses assembly, hasil dari pekerjaan fabrikasi
diperlukan untuk pengecekan baik bentuk maupun ukuran serta
tandanya yang berguna untuk mengurangi kesalahan dalam
pekerjaan assembly. Pada tahap ini, panel yang akan dibentuk
diletakkan diatas jig dan dikerjakan secara terbalik untuk mengurangi
pengelasan overhead yang dapat berakibat incomplete penetration.
Pekerjaan yang dilakukan pada tahap ini meliputi :
• Penyambungan pelat
• Pemasangan stiffeners
• Merakit floor
• Pemasangan face plates
• Merakit web frames
Pada tahap ini, komponen-komponen pelat yang sudah diselesaikan
di fabrikasi dirakit sesuai dengan letal dan urutannya, dari seksi
menjadi bagian misalnya:
• Bottom terdiri dari portside, center dan starboard.
• Transverse bulkhead terdiri dari portside dan starboard
• Side shell terdiri dari portside dan starboard
• Deck terdiri dari portside,center dan starboard
Dalam pengerjaan menggunakan metode panel dengan urutan
sebagai berikut:
• Penyambungan butt joint antara pelat dengan pelat dengan
menggunakan SAW
• Pemasangan pembujur pada pelat dengan pengelasan tertutup
• Pemasangan pelintang dengan pengelasan menerus
• Pengelasan potongan pelat pada scallop dan pembujur.
• Deformasi
1. Pemeriksaan dengan cara membentangkan benang,kemudian ukur
jarak antar pelat terluar dengan benang terdalam dan didapat
besarnya deformasi pelat.
2. Pengukuran dilakukan sesuai aturan untuk tiap posisi sebagai
berikut :
• Deformasi pelat antar gading-gading
• Deformasi gading antara gading besar
• Deformasi antara komponen-komponen lain
• Deformasi pada joint plate
3. Memberi tanda pada obyek pemeriksaan deformasi yang melebihi
standar.
Setelah pemeriksaan data deformasi yang didapat dicatat pada QC
check sheet
• Ketepatan ukuran
Sebelum melakukan pemeriksaan ketepatan ukuran perlu
mempersiapkan alat-alat ukur yang dipakai harus terkalibrasi. Selain
itu juga menyiapkan inspection record yang dibuat oleh desain
bersama dengan drawing. Hasil pengukuran dibandingkan dengan
block sebelumnya yang sudah diukur. Pengukuran block dilakukan
oleh tim accuracy control dan bengkel sementara QC akan
menyaksikan saat pengukuran. Tim accuracy juga melakukan
pengukuran saat erection yaitu keel deflection dan dimensi kapal.
Pengukuran block sebaiknya dilakukan sebelum dan sesudah
pengelasan. Bila menemukan bentuk block yang salah segera
dilaporkan dan diusahakan perbaikannya saat diassembly jangan saat
di erection karena akan memakan material, jam orang dan waktu yang
lebih banyak disamping mutunya lebih jelek. Hasil pengukuran dicatat
pada QC check sheet.
• Block blasting dan pengecatan
Pemeriksaan pada tahap ini meliputi 3 tahap yaitu :
1. pemeriksaan tahap persiapan
• Temperatur pelat yang akan dicat disesuaikan dengan data teknis
dari merk dan jenis cat
• Pelat harus bebas dari debu, pasir dan kotoran
• Standar kekasaran permukaan harus sesuai dengan spesifikasi
2. pemeriksaan tahap pengecatan
• kelembaban udara sebelum dan saat pengecatan
• temperatur basah dan kering dari udara
• temperatur pelat/material
3. pemeriksaan hasil pengecatan
• ketebalan cat pada tiap lapisan baik kondisi basah/kering
• cacat yang ditemukan harus diberi tanda pada obyek
• perbaikan cacat cat harus sesuai dengan petunjuk teknis dari
spesifikasi jenis cat
Pemeriksaan dilakukan pada tiap lapisan dan untuk daerah tangki
pada lasan diberi selotip. Data pemeriksaan dicatat pada QC check
sheet.
E. Erection
Tahap ini merupakan penyambungan seksi/blok kapal yang telah
selesai dikerjakan pada tahap assembly, misalnya untuk
pembangunan dengan metode seksi adalah, seksi blok dasar, seksi
blok lambung, seksi blok sekat melintang dan, seksi blok deck, sesuai
dengan letaknya sehingga terbentuk badan papal. Jenis pekerjaan
yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a. Loading
Pekerjaan yang dilakukan yaitu pengangkatan atau pemindahan seksi
blok yang sudah ada di building berth dengan bantuan crane.
b. Adjusting
Meletakkan seksi blok pada keel blok dan side blok yang telah diatur
sesuai dengan marking dok serta mengatur paju pada keel blok dan
side blok yang kurang tepat agar seksi blok tersebut tidak bergerak
dan untuk kelurusan antar seksi blok.
c. Fitting
Pekerjaan fitting yaitu meletakkan seksi blok sesuai pada tempatnya,
kemudian dilakukan las ikat atau memasang pelat setrip agar seksi
tersebut tidak bergeser sehingga benar-benar siap untuk dilakukan
pengelasan.
d. Welding
Sebelum dilakukan pengelasan penuh, terlebih dahulu dilakukan
pemeriksaan ketepatan usuran dan bentuk serta kelurusan dan
kedataran seksi blok oleh pihak Quality Assurance dan class. Dan jira
sudah tidak ada masalah, maka dilakukan pengelasan denga metode
dan urutan pengelasan yang sesuai. Setelah pengelasan selesai,
dilakukan pemeriksaan terhadap hasil pengelasan tersebut, agar
produk kapal sesuai dengan standar mutu yang telah disepakati.
e. Finishing
Pekerjaan finishing yaitu menghilangkan cacat-cacat baik karena
deformasi sebelum maupun akibat pengelasan pelat pengikat atau
pengelasan pelat.
Pada tahap erection ini juga dilakukan pekerjaan outfitting mulai dari
outfitting pada seksi blok dasar sampai membentuk badan kapal.
III.2 PRODUKSI
A. PERSIAPAN PRODUKSI
Tahap persiapan produksi merupakan tahap awal yang harus
dilakukan sebelum melakukan proses produksi. Tujuan dari tahap ini
adalah untuk mengatur keadaan-keadaan sehingga pada waktu yang
ditentukan pekerjaan pembangunan kapal dapat dilaksanakan dan
ditetapkan. Ruang lingkup tahap ini yaitu :
• Dokumen produksi (umum) yang meliputi gambar dan daftar
material, perkiraan kebutuhan tenaga kerja, dan perkiraan kebutuhan
material.
• Tenaga kerja yang kaitannya dengan kualifikasi dan jumlah tenaga
kerja dan pekerjaan lain.
• Material yang perlu dipersiapkan dengan mempertimbangkan :
keadaan atau stock gudang, pemakaian material untuk pekerjaan,
pemesanan/pembelian material dari luar (jumlah dan waktu
pembelian).
• Fasilitas dan sarana produksi yang meliputi : kemampuan bengkel
produksi, kapasitas mesin-mesin, alat-alat angkat yang tersedia
(jumlah , kapasitas, macam dan tempat ), keadaan building berth.
Pada tahap ini, untuk pertama kalinya spesifikasi kapal yang
ditentukan sesuai dengan kontrak/pesanan diterjemahkan dalam
bentuk:
a. Rancangan dasar, meliputi :
1. Rencana garis (Lines plan)
2. Rencana umum (General arrangement)
3. Penampang melintang dan konstruksi profil (Midship section)
4. Bukaan kulit (Shell expansion).
b. Rancangan rinci, meliputi :
1. Konstruksi block termasuk sambungan-sambungannya.
2. Gambar perintah kerja, seperti : eye plate position, welding
procedure, welding table, cathodic protection arrangement dan lain-
lain.
3. Gambar detail untuk pekerjaan out fitting, seperti : konstruksi
manhole/deksel, tangga akomodasi, pondasi windlass, bollard, towing
bracket, pondasi chain stopper dan sebagainya.
4. Gambar detail untuk erection yaitu keel laying position.
5. Gambar detail peluncuran , seperti : situation building, standing &
sliding way, plat pengikat peluncuran dan sebagainya.
6. dan lain-lain.
B. Mould Loft
Pada tahap ini yang dilakukan adalah pembuatan gambar produksi ke
ukuran yang sebenarnya. Namun karena perkembangan zaman
penggambaran ini bisa diganti dengan gambar produksi yang dibuat
dengan menggunakan software dengan skala yang diperlukan
C. FABRIKASI
Hal-hal yang harus dilakukan dalam tahapan ini diantaranya :
• Identifikasi material
Sebelum dilakukan identifikasi material ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi antara lain :
Kondisi permukaan pelat yang diidentifikasi harus sudah dishop
primer.
Rata, tidak berlubang-lubang atau laminasi bila ada masih masuk
standar.
Pelat tersebut akan digunakan sebagai komponen kapal
Disini semua yang menjadi acuan adalah posisi kapal sendiri. Seperti
low-ma, itu berarti yang dimarking adalah bagian bawah pelat, jika
pelat itu dipakai seperti pelat geladak, berarti yang markingnya
dibagian bawahnya. Cara-cara tersebut dibedakan berdasarkan
dimana bagian tersebut akan ditempatkan.
Gambar 3.2.1 Proses Marking
• Cutting
Pemotongan pelat pada tahap fabrikasi merupakan tahap pengerjaan
awal material yang bisa menimbulkan variasi ukuran hasil produksi
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan. Item yang perlu diperiksa :
• Ukuran panjang dan lebar
• Diagonal, bentuknya
• Tanda-tanda lambung/kode penempatan komponen
• Tepi komponen yang bebas, tidak boleh ada kerak pemotong
• Tepi dan sudut bevel
• Tepi bevel komponen tidak boleh ada takik
• Arah sudut bevel dan lain-lain
Proses cutting itu sendiri dikerjakan secara manual dan otomatis.
Secara manual dikerjakan dengan alat yang disebut brander potong,
sedangkan secara otomatis dikerjakan dengan menggunakan mesin
yang cara kerjanya dengan sistem koordinat.
Gambar 3.2.6 Mesin Las SAW Gambar 3.2.7 Pasir kwarsa untuk SAW
D. ASSEMBLY
Sebelum dilakukan proses assembly, hasil dari pekerjaan fabrikasi
diperlukan untuk pengecekan baik bentuk maupun ukuran serta
tandanya yang berguna untuk mengurangi kesalahan dalam
pekerjaan assembly. Pada tahap ini, panel yang akan dibentuk
diletakkan diatas jig dan dikerjakan secara terbalik untuk mengurangi
pengelasan overhead yang dapat berakibat incomplete penetration.
Pekerjaan yang dilakukan pada tahap ini meliputi :
• Penyambungan pelat
• Pemasangan stiffeners
• Merakit floor
• Pemasangan face plates
• Merakit web frames
Pada tahap ini, komponen-komponen pelat yang sudah diselesaikan
di fabrikasi dirakit sesuai dengan letal dan urutannya, dari seksi
menjadi bagian misalnya:
• Bottom terdiri dari portside, center dan starboard.
• Transverse bulkhead terdiri dari portside dan starboard
• Side shell terdiri dari portside dan starboard
• Deck terdiri dari portside,center dan starboard
Dalam pengerjaan menggunakan metode panel dengan urutan
sebagai berikut:
• Penyambungan butt joint antara pelat dengan pelat dengan
menggunakan SAW
• Pemasangan pembujur pada pelat dengan pengelasan tertutup
• Pemasangan pelintang dengan pengelasan menerus
• Pengelasan potongan pelat pada scallop dan pembujur.
• Deformasi
1. Pemeriksaan dengan cara membentangkan benang,kemudian ukur
jarak antar pelat terluar dengan benang terdalam dan didapat
besarnya deformasi pelat.
2. Pengukuran dilakukan sesuai aturan untuk tiap posisi sebagai
berikut :
• Deformasi pelat antar gading-gading
• Deformasi gading antara gading besar
• Deformasi antara komponen-komponen lain
• Deformasi pada joint plate
3. Memberi tanda pada obyek pemeriksaan deformasi yang melebihi
standar.
Setelah pemeriksaan data deformasi yang didapat dicatat pada QC
check sheet
• Ketepatan ukuran
Sebelum melakukan pemeriksaan ketepatan ukuran perlu
mempersiapkan alat-alat ukur yang dipakai harus terkalibrasi. Selain
itu juga menyiapkan inspection record yang dibuat oleh desain
bersama dengan drawing. Hasil pengukuran dibandingkan dengan
block sebelumnya yang sudah diukur. Pengukuran block dilakukan
oleh tim accuracy control dan bengkel sementara QC akan
menyaksikan saat pengukuran. Tim accuracy juga melakukan
pengukuran saat erection yaitu keel deflection dan dimensi kapal.
Pengukuran block sebaiknya dilakukan sebelum dan sesudah
pengelasan. Bila menemukan bentuk block yang salah segera
dilaporkan dan diusahakan perbaikannya saat diassembly jangan saat
di erection karena akan memakan material, jam orang dan waktu yang
lebih banyak disamping mutunya lebih jelek. Hasil pengukuran dicatat
pada QC check sheet.
• Block blasting dan pengecatan
Pemeriksaan pada tahap ini meliputi 3 tahap yaitu :
1. pemeriksaan tahap persiapan
• Temperatur pelat yang akan dicat disesuaikan dengan data teknis
dari merk dan jenis cat
• Pelat harus bebas dari debu, pasir dan kotoran
• Standar kekasaran permukaan harus sesuai dengan spesifikasi
2. pemeriksaan tahap pengecatan
• kelembaban udara sebelum dan saat pengecatan
• temperatur basah dan kering dari udara
• temperatur pelat/material
3. pemeriksaan hasil pengecatan
• ketebalan cat pada tiap lapisan baik kondisi basah/kering
• cacat yang ditemukan harus diberi tanda pada obyek
• perbaikan cacat cat harus sesuai dengan petunjuk teknis dari
spesifikasi jenis cat
Pemeriksaan dilakukan pada tiap lapisan dan untuk daerah tangki
pada lasan diberi selotip. Data pemeriksaan dicatat pada QC check
sheet.
Gambar 3.2.10 Alat Blasting
E. Erection
Tahap ini merupakan penyambungan seksi/blok kapal yang telah
selesai dikerjakan pada tahap assembly, misalnya untuk
pembangunan dengan metode seksi adalah, seksi blok dasar, seksi
blok lambung, seksi blok sekat melintang dan, seksi blok deck, sesuai
dengan letaknya sehingga terbentuk badan papal. Jenis pekerjaan
yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a. Loading
Pekerjaan yang dilakukan yaitu pengangkatan atau pemindahan seksi
blok yang sudah ada di building berth dengan bantuan crane.
b. Adjusting
Meletakkan seksi blok pada keel blok dan side blok yang telah diatur
sesuai dengan marking dok serta mengatur paju pada keel blok dan
side blok yang kurang tepat agar seksi blok tersebut tidak bergerak
dan untuk kelurusan antar seksi blok.
c. Fitting
Pekerjaan fitting yaitu meletakkan seksi blok sesuai pada tempatnya,
kemudian dilakukan las ikat atau memasang pelat setrip agar seksi
tersebut tidak bergeser sehingga benar-benar siap untuk dilakukan
pengelasan.
d. Welding
Sebelum dilakukan pengelasan penuh, terlebih dahulu dilakukan
pemeriksaan ketepatan usuran dan bentuk serta kelurusan dan
kedataran seksi blok oleh pihak Quality Assurance dan class. Dan jira
sudah tidak ada masalah, maka dilakukan pengelasan denga metode
dan urutan pengelasan yang sesuai. Setelah pengelasan selesai,
dilakukan pemeriksaan terhadap hasil pengelasan tersebut, agar
produk kapal sesuai dengan standar mutu yang telah disepakati.
e. Finishing
Pekerjaan finishing yaitu menghilangkan cacat-cacat baik karena
deformasi sebelum maupun akibat pengelasan pelat pengikat atau
pengelasan pelat.
Pada tahap erection ini juga dilakukan pekerjaan outfitting mulai dari
outfitting pada seksi blok dasar sampai membentuk badan kapal.