Anda di halaman 1dari 100

BENTUK-BENTUK PERUSAHAAN PELAYARAN

May 16th, 2011 admin

Ada tiga bentuk Badan Hukum Indonesia sebagai pelaku ekonomi yang dapat menyelenggarakan perusahaan pelayaran, yaitu sebagai berikut: a. Koperasi, adalah bentuk perusahaan sebagai wadah perekonomian rakyat,untuk kemakmuran masyarakat, yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. b. Badan usaha swasta adalah perusahaan yang menangani cabang-cabang produksi yang tidak selalu menguasai hajat hidup orang banyak, modal sepenuhnya dari swasta, diatur dalam KUHS dan KUHD yang disempurnakandengan Undang-Undang Nomor: 12 Tahun 1970, contohnya PT Bahana Utama Line, PT Pulau Laut, PT Samudera Indonesia, PT Arpeni, dan lainlain. c. Badan Usaha milik Negara (BUMN), adalah perusahaan yang berbentuk usaha negara yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki negara/ pemerintah. Umumnya usaha ini menyangkut hajat hidup orang banyak dan mengemban misi pemerintah sehingga harus diawasi/dikendalikan oleh pemerintah. Contohnya PT (Persero) Djakarta Llyod, PT (Persero) PELNI, PT (Persero) Bahtera Adhiguna, dan lain-lain. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1969 Badan Usaha Milik Negara terdiri atas tiga bentuk, yaitu Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Perseroan (Persero).

Popularity: 18% [?]

INDUSTRI JASA PELAYARAN (SHIPPING INDUSTRI)


May 16th, 2011 admin

Industri jasa pelayaran merupakan usaha industri jasa transportasi laut atau shipping industri yang memberikan manfaat yang sangat besar bagi perpindahan suatu barang, baik memberikan manfaat secara place utility yaitu barang yang disatu tempat kurang bermanfaat dipindahkan ke tempat yang manfaatnya lebih besar, maupun memberikan manfaat time utility yaitu barang dari satu tempat yang saat tertentu sudah diproduksi dan berlebihan dipindahkan ketempat yang pada waktu yang sama belum diproduksi. Jenis-jenis jasa pelayaran yang saat ini berlaku terbagi atas: Berdasarkan Bidang Kegiatannya Dilihat dari bidang kegiatannya, bidang kegiatan pelayaran terbagi atas 2 (dua) jenis, yaitu Pelayaran Niaga (shipping business, commercial shipping, merchant marine) dan pelayaran non niaga. Pelayaran niaga yaitu usaha pengangkutan barang (khususnya barang dagangan) atau

penumpang, melalui laut, baik yang dilakukan antar pelabuhan-pelabuhan dalam wilayan sendiri maupun antar negara. Sedangkan Pelayaran Non Niaga adalah kegiatan pelayaran yang bertujuan bukan untuk kegiatan perdagangan, yang meliputi pelayaran angkatan perang, dinas pos, dinas perambuan, penjaga pantai, hidrografi dan sebagainya. Berdasarkan Trayek yang Dilayari Sedangkan kegiatan pelayaran dilihat dari trayek yang dilayari terbagi atas kegiatan pelayaran nasional dan kegiatan pelayaran internasional. Dalam kegiatan pelayaran nasional, kegiatan pelayaran berlangsung dalam batas-batas wilayah teritorial suatu negara atau sering disebut pelayaran interinsulair. Sementara itu, dalam pelayaran internasional kegiatan pelayaran itu berlangsung dalam perairan internasional yang menghubungkan dua negara atau lebih, pelayaran internasional dalam dunia shipping dikenal dengan sebutan Pelayaran Samudera atau Ocean Going shipping atau Intern Ocean Shipping. Pada pelayaran internasional timbul masalah hubungan hukum internasional dan timbullah berbagai konvensi internasional yang mengatur aspek-aspek pelayaran, baik yang berkaitan dengan masalah teknis, hukum positif, maupun yang berkenaan dengan penyelenggaraan atau pengusahaan pelayaran. Bagi Indonesia perusahaan pelayaran nasional mempunyai prospek yang sangat cerah mengingat volume ekspor dan impor meningkat terus setiap tahun. Sementara itu, jumlah muatan ekspor dan impor yang dapat diangkut kapal-kapal samudera nasional saat ini hanya 5,05 % dan 94,95% muatan masih diangkut oleh kapal-kapal asing.

Popularity: 10% [?]

4SHARED.COM TEMPAT BERBAGI FILE


April 11th, 2011 admin

4shared.com adalah sebuah situs penyimpanan file bersama yang kapasitasnya dapat mencapai 10 GB (untuk free user). Selain koneksinya yang cukup cepat, 4share juga mendukung berbagai format dokumen seperti file video, gambar, dokumen, program dan lain sebagainya. Jika anda ingin membagi file atau mengirim file ke teman tetapi terkendala oleh keterbatasan penyedia layanan email anda. Maka 4shared.com adalah layanan yang dapat memberikan solusi buat anda.Pertama-tama anda harus mengupload dokumen yang akan anda kirim ke 4shared.com selanjutnya anda akan mendapatkan link tempat penyimpanan file tersebut. Link inilah yang anda email ke teman anda tanpa harus repot-repot lagi mengupload dari email anda. Jika anda senang mencari artikel-artikel yang bermanfaat, banyak user 4shared yang menyediakannya secara gratis, tinggal cari kata kunci yang anda cari di 4shared.com, maka filefile yang berhubungan dengan kata kunci anda akan muncul tinggal andalah yang memilihnya yang mana yang cocok untuk anda.

Jika anada senang mencari mp3 4shared.com adalah jawabannya. Anda bahkan dapat menemukan file-file mp3 terbaru disini tetapi tentunya anda harus mengikuti term of service (TOS).

Popularity: 7% [?]

EDGAR E. GUEST
March 22nd, 2011 admin

Ketika segalanya salah seperti biasanya terjadi Ketika jalan serasa menanjaki bukit harus kau lalui Ketika dana simpanan tipis dan hutang menumpuk Dan engkau ingin tersenyum tapi harus merutuk Ketika perhatian malah membuatmu kecewa Beristirahatlah, tapi jangan menyerah Hidup itu menakjubkan dengan liku dan belokan Dan setiap kita harus belajar terkadang Titik balik awal ada di banyak kegagalan Yang jadi kemenangan seandainya saja kita bertahan Jangan menyerah meski laju terasa lambat Engkau akan berhasil dengan cobaan yang lebih hebat Keberhasilan adalah kegagalan yang terbalikkan Oleh setitik kegigihan di tengah awan keraguan Dan engkau takkan pernah tahu seberapa dekat Meski tampak jauh ketika sebenarnya sudah lekat Jadi tetap bertarunglah setelah engkau terpukul paling parah

Justru ketika segalanya buruk engkau tak boleh menyerah

Popularity: 13% [?]

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI LAUT


January 3rd, 2011 admin

Untuk menciptakan suatu industri transportasi laut nasional yang kuat, yang dapat berperan sebagai penggerak pembangunan nasional, menjangkau seluruh wilayah perairan nasional dan internasional sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa, maka kebijakan Pemerintah di bidang transportasi laut tidak hanya terbatas pada kegiatan angkutan laut saja, namun juga meliputi aspek kepelabuhanan, keselamatan pelayaran serta bidang kelembagaan dan sumber daya manusia. Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor: UK.11/15/15/ DJPL-06 tentang Cetak Biru (Blue Print) Pembangunan Transportasi laut 2005 2024, penyelenggaraan transportasi laut berpedoman pada kebijakan-kebijakan berikut: a. Meningkatnya Pelayanan Transportasi Laut Nasional; b. Meningkatnya Keselamatan dan Keamanan dalam Penyelenggaraan Transportasi Laut Nasional; c. Meningkatnya Pembinaan Pengusahaan Transportasi Laut; d. Meningkatnya Kualitas Sumber Daya Manusia serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Bidang Transportasi Laut; e. Meningkatnya Pemeliharaan dan Kualitas Lingkungan Hidup serta Penghematan Energi di Bidang Transportasi Laut; f. Meningkatnya Penyediaan Dana Pembangunan Transportasi Laut; g. Meningkatnya Kualitas Administrasi Negara pada Sub Sektor Transportasi Laut. Untuk mengimplementasikan kebijakan penyelenggaraan transportasi laut tersebut, maka Pemerintah menetapkan berbagai strategi nasional sebagai berikut: A. Strategi Nasional Bidang Angkutan Laut 1. Meningkatnya Pelayanan Transportasi Laut Nasional, melalui:

a. Peningkatan Kualitas Pelayanan b. Peningkatan Peranan Transportasi Laut terhadap Pengembangan dan Peningkatan Daya Saing Sektor Lain. c. Peningkatan dan Pengembangan Sektor Transportasi sebagai Urat Nadi Penyelenggaraan Sistem Logistik Nasional d. Penyeimbangan Peranan BUMN, BUMD, Swasta dan Koperasi e. Optimalisasi Penggunaan Fasilitas yang Ada f. Pengembangan Kapasitas Transportasi Laut g. Peningkatan Pelayanan pada Daerah Tertinggal h. Peningkatan Pelayanan untuk Kelompok Masyarakat Tertentu i. Peningkatan Pelayanan pada Keadaan Darurat 2. Meningkatnya Pembinaan Pengusahaan Transportasi Laut, melalui: a. Peningkatan Efisiensi dan Daya saing b. Penyederhanaan Perijinan dan Deregulasi c. Peningkatan Standarisasi Pelayanan dan Teknologi d. Peningkatan Penerimaan dan Pengurangan Subsidi e. Peningkatan Aksesibilitas Perusahaan Nasional Transportasi ke Luar Negeri f. Peningkatan Produktivitas dan Efisiensi Perusahaan Jasa TransportasiLaut. g. Pembinaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Mengarahkan BUMN transportasi laut untuk meningkatkan kinerja pelayanan dan kinerja finansial perusahaan secara proporsional dalam mengemban misinya sebagai pelayan publik (public service), penyedia prasarana sekaligus sebagai entitas bisnis. 3. Meningkatnya Penghematan Penggunaan Energi di Bidang Transportasi Laut, melalui: a. Mengkoordinasikan kebijakan program sektor energi dengan sector transportasi laut. b. Mengembangkan secara terus menerus sarana transportasi laut yang lebih hemat bahan bakar.

B. Strategi Nasional Bidang Kepelabuhanan 1. Meningkatnya Pelayanan Kepelabuhanan Nasional, melalui: a. Peningkatan Kualitas Pelayanan b. Penyeimbangan Peranan BUMN, BUMD, Swasta dan Koperasi c. Perawatan Prasarana Transportasi Laut d. Optimalisasi Penggunaan Fasilitas yang ada e. Keterpaduan Antarmoda f. Pengembangan Kapasitas Pelabuhan g. Peningkatan Pelayanan pada Daerah Tertinggal h. Peningkatan Pelayanan untuk Kelompok Masyarakat Tertentu i. Peningkatan Pelayanan pada Keadaan Darurat 2. Meningkatnya Pembinaan Pengusahaan Pelabuhan, melalui: a. Peningkatan Efisiensi dan Daya Saing b. Penyederhanaan Perijinan dan Deregulasi c. Peningkatan Standarisasi Pelayanan dan Teknologi d. Pembinaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Mengarahkan BUMN transportasi laut untuk meningkatkan kinerja pelayanan dan kinerja finansial perusahaan secara proporsional dalam mengemban misinya sebagai pelayan publik (public service), penyedia prasarana sekaligus sebagai entitas bisnis. C. Strategi Nasional Bidang Keselamatan Pelayaran 1. Meningkatnya Pelayanan Keselamatan Pelayaran, melalui: a. Perawatan Sarana dan Prasarana Keselamatan Pelayaran b. Optimalisasi Penggunaan Fasilitas yang ada c. Pengembangan Kapasitas

2. Meningkatnya Keselamatan dan Keamanan Transportasi Laut, melalui: a. Peningkatan Keselamatan Transportasi Laut b. Peningkatan Keamanan Transportasi Laut 3. Meningkatnya Pemeliharaan dan Kualitas Lingkungan Hidup serta Penghematan Penggunaan Energi di Bidang Transportasi Laut, melalui: a. Peningkatan Proteksi Kualitas Lingkungan b. Peningkatan Kesadaran Terhadap Ancaman Tumpahan Minyak D. Strategi Nasional Bidang Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia 1. Meningkatnya Pelayanan Transportasi Laut Nasional, melalui: a. Peningkatan Keterpaduan Pengembangan Transportasi Laut melalui Tatranas, Tatrawil dan Tatralok. b. Memperjelas dan mengharmonisasikan peran masing-masing instansi pemerintah baik di pusat maupun di daerah yang terlibat bidang pengaturan, administrasi dan penegakan hukum, berdasarkan azas dekonsentrasi dan desentralisasi. c. Menentukan bentuk koordinasi dan konsultasi termasuk mekanisme hubungan kerja antar instansi pemerintah baik di pusat maupun daerah antara penyelenggara dan pemakai jasa transportasi laut. c. Meningkatkan keterpaduan perencanaan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dalam berbagai aspek. 2. Meningkatnya Kualitas Sumber Daya Manusia, serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Bidang Transportasi Laut, melalui: a. Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut b. Peningkatan Kepedulian Masyarakat Terhadap Peraturan Perundangan Transportasi Laut. 3. Meningkatnya Penyediaan Dana Pembangunan Transportasi Laut, melalui: a. Peningkatan Penerimaan dari Pemakai Jasa Transportasi Laut b. Peningkatan Anggaran Pembangunan Nasional dan Daerah c. Peningkatan Partisipasi Swasta dan Koperasi

d. Pemanfaatan Hibah/Bantuan Luar Negeri untuk Program-Program Tertentu 4. Meningkatnya Kualitas Administrasi Negara di Sektor Transportasi Laut,melalui: a. Penerapan Manajemen Modern b. Pengembangan Data dan Perencanaan Transportasi c. Peningkatan Struktur Organisasi d. Peningkatan Sumber Daya Manusia e. Peningkatan Sistem Pemotivasian f. Peningkatan Sistem Pengawasan

Popularity: 22% [?]

POLA PEMBINAAN YANG DILAKSANAKAN PEMERINTAH DI BIDANG PERKAPALAN DAN PELAYARAN


November 30th, 2010 admin

Bagi Indonesia yang merupakan sebuah negara yang terdiri atas beribu pulau, sepanjang garis khatulistiwa dan berada diantara 2 (dua) benua dan 2 (dua) samudera, transportasi mempunyai peranan yang sangat strategis dalam rangka pembangunan nasional dan perwujudan Wawasan Nusantara. Angkutan laut sebagai salah satu moda transportasi mempunyai peran yang penting dan strategis serta menguasai hajat hidup orang banyak, maka keberadaannya dikuasai oleh negara yang pembinaanya dilakukan oleh Pemerintah. 1. Tujuan Pembinaan Sesuai dengan Undang-Undang Nomor: 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, kegiatan pelayaran dikuasai oleh negara dan pembinaanya dilakukan oleh Pemerintah. Kegiatan pembinaan yang dimaksud adalah meliputi pengaturan, pengendalian dan pengawasan kegiatan pelayaran, yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan seluruh aspek kehidupan mayarakan dan diarahkan untuk: 1. Memperlancar arus perpindahan orang dan/atau barang secara missal melalui perairan dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman, dan berdaya guna, dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat;

2. Meningkatkan penyelenggaraan kegiatan angkutan di perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan, serta perlindungan lingkungan maritim sebagai bagian dari keseluruhan modal transportasi secara terpadu dengan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; 3. Mengembangkan kemampuan armada angkutan nasional yang tangguh diperairan serta didukung industry perkapalan yang handal sehingga mampu memenuhi kebutuhan angkutan, baik di dalam negeri maupun dari dan ke luar negeri; 4. Mengembangkan usaha jasa angkutan di perairan nasional yang handal dan berdaya saing serta didukung kemudahan memperoleh pendanaan, keringanan perpajakan, dan industri perkapalan yang tangguh sehingga mampu mandiri dan bersaing; 5. Meningkatkan kemampuan dan peranan kepelabuhanan serta keselamatan dan keamanan pelayaran dengan menjamin tersedianya alur-pelayaran, kolam pelabuhan, dan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran yang memadai dalam rangka menunjang angkutan di perairan; 6. Mewujudkan sumber daya manusia yang berjiwa bahari, profesional, dan mampu mengikuti perkembangan dan kebutuhan penyelenggaraan pelayaran; 7. Memenuhi perlindungan lingkungan maritim dengan upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran yang bersumber dari kegiatan angkutan di perairan, kepelabuhanan, serta keselamatan dan keamanan. 2. Lingkup Pembinaan Berdasarkan Undang-Undang Nomor: 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, kegiatan pembinaan Pemerintah di bidang perkapalan dan pelayaran, memuat 4 (empat) unsur utama yakni angkutan di perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan pelayaran serta perlindungan lingkungan maritim dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pengaturan untuk bidang angkutan di perairan memuat prinsip pelaksanaan asas cabotage dengan cara pemberdayaan angkutan laut nasional yang memberikan iklim kondusif guna memajukan industri angkutan di perairan, antara lain adanya kemudahan di bidang perpajakan, dan permodalan dalam pengadaan kapal serta adanya kontrak jangka panjang untuk angkutan; Dalam rangka pemberdayaan industri angkutan laut nasional, diatur pula mengenai hipotek kapal. Pengaturaan ini merupakan salah satu upaya untuk meyakinkan kreditor bahwa kapal Indonesia dapat dijadikan bagunan berdasarkan peraturan perundangundangan, sehingga diharapkan perusahaan angkutan laut nasional akan mudah memperoleh dana untuk pengembangan armadanya; 2. Pengaturan untuk bidang kepelabuhanan memuat ketentuan mengenai penghapusan monopoli dalam penyelenggaraan pelabuhan, pemisahan antara fungsi regulator dan operator serta memberikan peran serta pemerintah daerah dan swasta secara proposional di dalam penyelenggaraan kepelabuhanan; 3. Pengaturan untuk bidang keselamatan dan keamanan pelayaran memuat ketentuan yang mengantisipasi kemajuan teknologi dengan mengacu pada konvensi internasional yang cenderung menggunakan peralatan mutakhir pada sarana dan prasarana keselamatan pelayaran, di samping mengakomodasi ketentuan mengenai sistem keamanan pelayaran yang termuat dalam International Ship and Port Facility Security Code; dan 4. Pengaturan untuk bidang perlindungan lingkungan maritim memuat ketentuan mengenai pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan laut yang bersumber dari

pengoperasian kapal dan sarana sejenisnya dengan mengakomodasikan ketentuan internasional terkait seperti International Convention for the Prevention of Pollution from Ships. Selain hal tersebut di atas, yang juga diatur oleh Pemerintah adalah pembentukan institusi di bidang penjagaan laut dan pantai (Sea and Coast Guard) yang Kebijakan Pemerintah di Bidang Perkapalan dan dibentuk dan bertanggung jawab kepada Presiden dan secara teknis operasional dilaksanakan oleh Menteri. Penjaga laut dan pantai memiliki fungsi komando dalam penegakan aturan di bidang keselamatan dan keamanan pelayaran, dan fungsi koordinasi di bidang penegakan hukum di luar keselamatan pelayaran. Penjagaan laut dan pantai tersebut merupakan pemberdayaan Badan Koordinasi Keamanan Laut dan perkuatan Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai. Diharapkan dengan pengaturan ini penegakan aturan di bidang keselamatan dan keamanan pelayaran dapat dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi dengan baik sehingga tidak terjadi tumpang tindih kewenangan penegakan hukum di laut yang dapat mengurangi citra Indonesia dalam pergaulan antarbangsa. Terhadap Badan Usaha Milik Negara yang selama ini telah menyelenggarakan kegiatan pengusahaan pelabuhan tetap dapat menyelenggarakan kegiatan yang sama dengan mendapatkan pelimpahan kewenangan Pemerintah, dalam upaya meningkatkan peran Badan Usaha Milik Negara guna mendukung pertumbuhan ekonomi.

Popularity: 21% [?]

HAL-HAL YANG MENPENGARUHI PERDAGANGAN DARI DAN KE LUAR NEGERI


November 30th, 2010 admin

Peningkatan nilai perdagangan dari dan ke luar negeri tersebut selama ini belum didukung dengan national logistic system yang efisien dan memadai. Hal ini bisa dilihat dari beberapa faktor sebagai berikut: 1. Logistic Performance Index (LDI) Merupakan Indeks yang mecerminkan tingkat kefektifan suatu system logistic. Adapun Aspekaspek yang mempengaruhi mempengaruhi kegiata nlogistik dan distribusi yaitu sebagai berikut: a. International transportation cost; b. Domestic transportation cost; c. Timeliness of shipments; d. Traceability of shipments;

e. Transport and IT infrastructure; f. Customes and other border procedures; g. Logistic competence. 2. Armada Pelayaran Nasional 3. Adanya National Transhipment Port 4. Belum adanya kesamaan persepsi terhadap pemberdayaan industri pelayaran nasional di antara instansi pemerintah terkait selama ini; 5. Pelayanan terhadap kegiatan angkutan laut belum mencapai standar yang ditetapkan disebabkan karena antara lain disebabkan karena terbatasnya fasilitas pelabuhan serta pelayanan yang belum optimal; 6. Belum terwujudnya kemitraan antara pemilik barang dan pemilik kapal (Indonesias Sea Transportation Incorporated) untuk pelaksanaan kontrak pengangkutan jangka panjang/Long Term Time Charter (LTTC); 7. Belum adanya dukungan perbankan dan lembaga keuangan non-bank yang khusus untuk menunjang pengembangan armada niaga nasional (karena perusahaan pelayaran dianggap sebagai bidang usaha yang slow yielding dan high risk); 8. Banyaknya kapal asing yang beroperasi di dalam negeri dan banyaknya pelabuhan terbuka untuk perdagangan luar negeri sehingga azas cabotage tidak dapat dilaksanakan secara konsekuen dan berkelanjutan; 9. Insentif fiskal dan kredit untuk angkutan laut nasional relatif belum ada sebagaimana yang diberikan oleh negara lain kepada perusahaan angkutan laut nasionalnya; 10. Syarat perdagangan (Term of Trade) kurang menguntungkan; 11. Belum terlaksananya Forum Informasi Muatan dan Ruang Kapal (IMRK) antar instansi terkait di dalam memanfaatkan kebutuhan ruang kapal angkutan laut nasional.

Popularity: 15% [?]

INTERNATIONAL TRANSHIPMENT PORT


November 30th, 2010 admin

Saat ini International Transhipment Port di dunia sebagian besar berada di Kawasan Asia Pasifik (Singapura, Malaysia, China), dimana pelabuhan Negara Asia lainnya (termasuk Indonesia) cenderung sebagai feeder connection. Arah pengembangan kepelabuhanan yang menjadi masalah adalah bahwa sampai sekarang ini masih belum adanya hub port yang berarti, yang dapat mengurangi ketergantungan terhadap pelabuhan negara tetangga. Dari data yang ada, ketergantungan terhadap pelabuhan negara tetangga mencapai 70% muatan yang harus dilakukan bongkar muat di pelabuhan negara tetangga untuk muatan dari/ke Indonesia. Dampak dari belum adanya hub port di Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Terjadinya pemborosan devisa Indonesia, yakni + US$. 525 Juta pertahun 5 juta dengan total teus (asumsi 70% petikemas ekspor impor via Singapura dan Malaysia) x US$. 150/teus. 2. Terjadi double handling atau bahkan triple handling barang ekspor Indonesia untuk sampai ke ending destination.

Bisa dibayangkan banyaknya devisa negara yang dikeluarkan untuk mendukung sistem distribusi nasional, seharusnya dengan potensi perdagangan yang dimiliki Indonesia saat ini kegiatan transportasi seharusnya mencerminkan Ships Follow The Trade.

Popularity: 16% [?]

U, V, W & Y ISTILAH-ISTILAH KEPELABUHANAN


November 27th, 2010 admin

Ultra Large Crude Carrier (ULCC) Kapal angkut minyak kapasitas besar, berbobot mati antara350.000 ton sampai dengan 550.000 ton Under Keel Clearence: Jarak atau batas kedalaman di bawah lunas kapal terhadapdasar perairan Valuation Scale: Digunakan untuk menghitung uang tambang yang didasarkanatas harga barang per ton/m3

Value of Service Principle: Prinsip penetapan tarip angkutan berdasarkan tinggi rendahnya manfaat jasa angkutan untuk komoditi tertentu Vagetable Oil Tank Farm: Suatu daerah untuk menampung minyak nabati di dalamtanki-tanki penyimpanan, biasanya terletak di dekat dermaga dan dihubungkan oleh suatu jaringan pipa Veem: Usaha penyelenggaraan muatan sebelum dan sesudah pengapalan Very Large Crude Carrier (VLCC): Kapal angkut minyak kapasitas besar, berbobot mati antara 100.000 ton sampai dengan 350.000 ton Warehouse: Gudang penampungan barang yang dapat tediri dari satu tingkat atau beberapa tingkat Wet Bulk Cargo: Barang-barang yang dikirimkan dalam bentuk curah atau dalam bentuk cair seperti, minyak, anggur, gas dan semacamnya Wharf Ladder Tangga atau jembatan yang dipergunakan sebagai lintasan penghubung antar geladak kapal atau dermaga dengan geladak kapal Working Days minus (-) Weather: Hari kerja yang dihitung dari kondisi normal dikurangiPermitting (WD-WP) waktu labuh. Merupakan persyaratan dalam satu charter perjalanan (Voyage) Weather Working Days (WWD): Hari kerja normal yang lazimnya diterapkan di suatu pelabuhan dikaitkan dengan cuaca Wing Hatch: Bagian palka sebelah dalam (sudut) Work scheadule: Jadwal kerja Yard Throughput: Jumlah bongkar/muat komoditas atau petikemas melalui suatu lapangan (yard) untuk masa periode tertentu

Popularity: 18% [?]

T ISTILAH-ISTILAH KEPELABUHANAN
November 27th, 2010 admin

Tanker Kategori kapal dengan sebuah geladak yang terdapat tangkitangki yang tersusun secara integral maupun terpisah yang digunakan untuk mengangkut curah cair

Tallying ekerjaan pemeriksaan barang dalam perjalanan sebelum dimuat ke kapal atau turun dari kapal (pekerjaan menghitung barang /muatan setiap pergerakan/pindah) Twenty Equivalent Units (TEU): Sebuah satuan ekivalen dari petikemas, dimana 1 TEU adalah 1 petikemas dengan ukuran dua puluh kaki Time Charter (T/C): Kapal yang dapat disewa dengan batas waktu tertentu Time Sheet: Memuat perhitungan waktu dan akan terlihat waktu yang diijinkan dan yang terpakai, kelebihan atau penghematan waktu Tier: Susunan penumpukan muatan Tool Port: Badan Usaha Pelabuhan (BUP) menyediakan, menyiapkandan mengusahakan prasarana dan sarana kepelabuhanan, pelaksanaan kegiatan pelayanan jasa terhadap kapal danbarang dilaksanakan oleh Badan Hukum Indonesia (BHI) selaku operator Tractors: Alat penggerak yang digunakan terutama untuk menggerakkan trailers di lokasi Pelabuhan atau di lapangan penumpukan petikemas Trailer: Alat tak bermotor yang bisa memindahkannbarang atau petikemas di areal Pelabuhan Tramper Kapal dengan tujuan, rute dan jadwal tidak tetap Transit Shed: Gudang tertutup di Pelabuhan yang terletak di dekat dermaga untuk menyimpan barang yang akan didistribusikan ke darat atau yang sedang mengalami penundaan pengapalan Trucking/Haulage: Pekerjaan mengangkut petikemas dengan menggunakan trailer/chasis dalam daerah kerja pelabuhan dari lambung kapal ke lapangan penumpukan petikemas atau sebaliknya, atau dari lapangan penumpukan ke depan pintu gudang penumpukan barang (CFS) atau sebaliknya Tug Boat: Kapal tunda, yang berfungsi untuk menarik atau mendorong kapal atau segala sesuatu yang mengapung, fungsi lainnya untuk menolong kapal dalam bahaya, memadamkan kebakaran di laut, memerangi polusi/ pencemaran, dan sebagainya Tug Master: Sebuah traktor di areal Pelabuhan yang menarik trailer,bermuatan kargo/petikemas atau Slave Trailer, biasanya beroperasi Tug Master: Sebuah traktor di areal Pelabuhan yang menarik trailer,bermuatan kargo/petikemas atau Slave Trailer, biasanya beroperasi di areal Pelabuhan atau di areal penumpukan, petikemas Turning Basin: Perairan di dalam Pelabuhan atau pelataran dari alur pelayaran dimana kapal diperkenankan untuk berputar Tween Deck: Palka tengah-tengah

Tween Screw: Kapal berbaling-baling ganda

SURVEY HIDROGRAFI UNTUK MONITORING ALUR PELAYARAN


October 6th, 2009 admin

Alur pelayaran dan rambu rambunya yang ada sekarang ini perlu dilakukan pemantauan dan pemeliharaan secara rutin untuk menjaga keselamatan dan kelancaran kapal yang melakukan pelayaran tersebut. Bahaya terjadinya kecelakaan pada pelayaran memberikan dampak yang sangat luas, bukan hanya faktor nyawa manusia di kapal yang bersangkutan namun pada kapal yang mengangkut bahan-bahan cair lainnya yang mudah dibawa arus laut, maka pengotoran/polusi laut akan menyebar luas ketempat lain yang jauh dari tempat kejadian. Pemeliharaan alur pelayaran dapat dilakukan dengan melaksanakan survey hydrografi secara berkala, Dengan menggunakan alat GPS memakai metode differensial real time kinematik dapat membantu kegiatan survey secara cepat dan tepat di bandingkan dengan memakai peralatan yang konvensional seperti busur sextan, theodolite, dan alat bantu lainnya. Penggunaan metoda differensial real time kinematik dapat menentukan posisi kapal secara teliti dalam waktu yang sangat singkat, sekaligus menentukan arah dan kecepatan kapal untuk melakukan survey. Metode tersebut diantaranya adalah : 1. Busur sextan Pengukuran dengan metode ini memilik tingkat akurasi sekitar 4 7meter, pelaksanaannya dan pemrosesan data memiliki waktu yang sangat lama, untuk survey kolam pelabuhan + 200 M2 saja, membutuhkan waktu kurang lebih 1 bulan, hal ini disebabkan karena pelaksanaannya membutuhkan waktu dengan perbandingan 50:50 (50% untuk pelaksanaan survey dan 50% untuk pemrosesan data survey). 2. GPS Navigasi Metode yang digunakan sudah memiliki tingkat akurasi 3-5 meter, dan pelaksanaannya dapat dibilang lebih singkat di bandingkan dengan pemakaian busur sextan tetapi untuk pemrosesan datanya memiliki waktu yang hampir sama pada pemrosesan dengan metode sextan karena pelaksanaan survey ini masih dikategorikan semi digital. Untuk survey kolam pelabuhan membutuhkan waktu kurang lebih 20 hari dengan perbandingan 30:70 (30% untuk pelaksanaan survey dan 70% untuk pemrosesan data hasil survey). 3. GPS realtime kinematik

Dengan memakai cara ini dapat mempersingkat pelaksanaan dan pemrosesan data dengan tingkat akurasi 1-3 meter, untuk pelaksanaan survey kolam pelabuhan saja dapat diselesaikan dengan waktu kurang lebih 7 hari sampai 12 hari dengan syarat tidak terjadi gangguan koneksi alat. Karena metode ini sudah memakai peralatan yang koputerisasi, sehingga pemrosesan datanya memiliki waktu yang lebih singkat dari pelaksanaan surveynya, dengan perbandingan 70:30 (70% untuk pelaksanaan survey dan 30% untuk pemrosesan data). Seiring perkembangan jaman, metode terakhir sudah dirasa cukup cepat dan tepat dalam pelaksanaan survey hydrografi, tetapi untuk ketelitian dapat di tingkatkan dengan menggunakan metode differensial yang terdapat di GPS. Hasil yang di dapat untuk penggunaan metode ini memiliki ketelitian 3 50cm tergantung dari pemrosesan data akhirnya. Alur pelayaran mempunyai fungsi untuk memberi jalan kepada kapal untuk memasuki wilayah pelabuhan dengan aman dan mudah dalam memasuki kolam pelabuhan. Fungsi lain dari alur pelayaran adalah untuk menghilangkan kesulitan yang akan timbul karena gerakan kapal kearah atas (minimum ships maneuver activity) dan gangguan alam, maka perlu bagi perencana untuk memperhatikan keadaan alur pelayaran (ship channel) dan mulut pelabuhan (port entrance). Alur pelayaran harus memperhatikan besar kapal yang akan dilayani (panjang, lebar, berat, dan kecepatan kapal), jumlah jalur lalu lintas, bentuk lengkung alur yang berkaitan dengan besar jari jari alur tersebut. Karena perbedaan antara perkiraan dan realisasi sering terjadi, maka penyediaan alur perlu dilakukan untuk mengantisipasi kehadiran kapal-kapal besar. Suatu penelitian tentang karakteristik alur perlu di evaluasi terhadap pergerakan trafik yang ada, pengaruh cuaca, operasi dari kapal nelayan, dan karakteristik alur tersebut. Dengan semakin meningkatnya perekonomian dunia maka penggunaan transportasi laut semakin padat, khususnya pada daerah sempit, seperti selat dan kanal, ataupun daerah yang terkonsentrasi seperti palabuhan dan persilangan lintasan lalu lintas pelayaran. Sehingga beresiko tinggi untuk terjadinya kecelakaan pelayaran, baik berupa tabrakan sesama kapal ataupun bahaya pelayaran lainnya seperti bangkai kapal atau kandas di kedalaman dangkal. Untuk pemeliharaan alur pelayaran biasanya dilakukan pengerukan secara berkala, perencanaan pengerukan tersebut memerlukan data-data keadaan permukaan dasar laut untuk dapat diketahui berapa volume rencana pengerukan. Survey hydrografi sangat penting peranannya untuk perencanaan pengerukan tersebut, karena hasil survey tersebut berupa data-data keadaan permukaan dasar laut yang disajikan berupa peta. Adapun tahap-tahap pelaksanaan survey hydrografi ini adalah a. Survey pendahuluan Tahapan survey pendahuluan akan dimulai dengan melakukan orientasi di lokasi survey yang telah direncanakan serta mengadakan pengamatan terhadap aspek-aspek penting yang berhubungan dengan pelaksanaan survey. Adapun langkah dalam survey pendahuluan yang akan dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi tugu/BM (Benchmark) referensi yang akan dipakai acuan dalam pekerjaan adalah tugu orde 1 atau 2 yang dikeluarkan oleh Bakosurtanal dan BPN.

2. Identifikasi lokasi stasiun pasang surut terdekat ke lokasi survey. 3. Identifikasi dan pemilihan lokasi-lokasi rencana pemasangan tugu (BM) dan stasiun pasut disekitar lokasi survey. 4. Penentuan lokasi awal dimana pengukuran sounding akan dimulai. 5. Mengisi formulir surveyserta membuat deskripsi informasi pencapaian lokasi titik BM dan stasiun pasut yang ada maupun rencana, serta informasi-informasi lainnya yang dianggap penting. b. Penyediaan titik kontrol horizontal Penentuan jaring kontrol horizontal bertujuan untuk menyediakan titik referensi bagi kegiatan pekerjaan selajutnya sehingga berada dalam satu sistem koordinat. Agar sistem koordinat ini terikat pada sistem kerangka dasar nasional maka perlu diikatkan pada titik tetap Bakosurtanal yang telah menggunakan Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN-95) yang ditetapkan tahun 1996 dan merupakan datum yang mengacu pada datum Internasional WGS-84. c. Pengamatan pasang surut Fonomena pasang surut laut didefinisikan sebagai gerakan vertikal dari permukaan laut yang terjadi secara periodik. Adanya fonomena pasut berakibat kedalaman suatu titik berubah-ubah setiap waktu. Untuk itu dalam setiap pekerjaan survey hydrografi perlu ditetapkan suatu bidang acuan kedalaman laut yang disebut Muka Surutan/Chart Datum. Tujuan dari pengamatan pasut ini selain untuk menentukan muka surutan juga untuk menentukan koreksi hasil ukuran kedalaman.

Dari gambar di atas diperoleh hubungan sebagai berikut : rt= (Tt-Ho+Zo) Dengan :

rt = besarnya reduksi pasut yang diberikan kepada hasil pengukuran kedalaman pada t Tt = kedudukan pengukuran laut sebenarnya pada waktu t Ho = keadaan permukaan laut rata-rata Zo = kedalaman muka surutan di bawah MSL d. Penentuan posisi horizontal titik fix menggunakan GPS dengan metode differensial real time kinematik Pada teknologi ini satu receiver GPS akan dipasang pada titik kontrol darat dengan ketelitian tinggi yang terikat dengan titik tetap bakosurtanal dan akan berfungsi sebagai Referensi_Station sedangkan receiver lainnya dipasang di kapal survey dan berfungsi sebagai Rover_Station. Pengamatan absolut posisioning di titik Referensi Station akan menghasilkan koordinat baru yang berbeda dengan koordinat fix nya. Besarnya perbedaan nilai ini dinamakan sebagai koreksi differensial dan dihitung untuk tiap signal satelit. Melalui gelombang UHF data link dalam format standar RCTM-104 koreksi ini dikirimkan setiap saat dari Referensi Station ke Rover Station melalui antena defferensial untuk kemudian di aplikasikan pada tiap signal satelit yang diterima oleh Rover Station. Dengan cara ini maka secara real time nilai koordinat Rover akan dapat ditentukan dengan ketelitian yang optimal (cm sd. submeter ) untuk penentuan posisi pada pekerjaan-pekerjaan hydrografi.

Sebelum pelaksanaan pengamatan posisi titik fix dimulai terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi: A. PERSYARATAN KONSTELASI SETELIT GPS :

1. Minimum 4(empat) buah satelit GPS diamati secara bersamaan. 2. Nilai PDOP < 5 3. Elevation Mask receiver GPS di set 15 B. PERSYARATAN SISTEM DGPS 1. Mampu melakukan multi hitungan secara paralel 2. Bisa menanpilkan grafik PDOP dalam Time Series, Parameter Tinggi (H) dan Nomor Satelit (NSAT) untuk periode 1 jam s/d 24 jam. 3. Bisa menampilkan pesan/warning terhadap sistem yang digunakan. 4. Data storage di user dapat dipilih berdasarkan interval waktu. 5. Mempunyai kemampuan untuk mereplay dan menghitung kembali semua data hasil pengamatan. 6. Data hasil pengukuran harus disimpan dalam format NMEA yang disyaratkan. Pada pelaksanaan pengukuran posisi dengan teknik differensial real time kinematik peralatan yang digunakan adalah:

DGPS GPS Navigasi RFM96 Radio Modem Pacific Crest + Antena telemetri Echosounder digital Tranducer Plat baja untuk Bar check Laptop Hypack Software pengolah data GPS untuk navigasi Kapal Survey

Untuk penyetingan alat dan data referensi adalah sebagai berikut : 1. Setting alat di stasiun kontrol darat terdiri dari DGPS + RFM96 Pacific Crest + Antena GPS + Antena Telemetri . Antena GPS dipasang pada statif dititik kontrol GPS yang dipakai, sedangkan antena telemetri dipasang di atas menara yang dibuat cukup tinggi di atas titik kontrol GPS yang dipakai. Setelah seting alat selesai masukkan nilai posisi titik stasiun kontrol GPS tersebut. 2. Seting alat di kapal (on board) terdiri dari DGPS + RFM96 Pacific Crest + Antena GPS + Antena Telemetri. 3. Masukan semua parameter penentuan posisi pada receiver GPS dan komputer, seperti informasi sbb:

Parameter Datum yang dipakai (jika diinginkan datum lokal ) Nilai Datum Shift (jika diinginkan datum lokal ) Sistem Proyeksi Peta yang dipakai Nilai offset antena GPS terhadap Transducer (forward,starbed)

Sistem DGPS di kapal yang telah terintegrasi dengan komputer akan dijalankan oleh Hypack software guna melakukan navigasi dan aquisisi data posisi setiap saat dalam sistem user (X,Y) dengan datum WGS-84. Posisi yang dihasilkan ini masih dipengaruhi oleh beberapa kesalahan sistematik. Melalui koreksi differential (dX,dY) yang dihasilkan oleh sistem DGPS di stasiun kontrol darat kemudian dihantarkan ke antena differential di kapal dan dikoreksikan pada data posisi sehingga diperoleh nilai data posisi yang terkoreksi dan ditampilkan secara real time pada monitor baik dalam bentuk grafik atau numerik. Dengan cara demikian maka akhirnya kita dapat menentukan koordinat titik fix dan juga informasi lainnya seperti jarak offline, jarak yang sudah ditempuh, jarak keakhir lajur, dll.

Sounding adalah penentuan kedalaman dasar laut yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran kondisi topografi dasar laut. Alat yang akan digunakan adalah digital echosunder. Sinkronisasi data kedalaman dan posisi horizontal dilakukan secara otomatis oleh firmware (software yang berada di dalam alat) . Pada proses perekaman, data posisi direkam dengan interval setiap dua detik (Fix Position Record) dan semua data kedalaman direkam dengan kecepatan 6 ping per detik. Pemasangan peralatan sounding dipasang dan dipastikan bahwa peralatan dipasang pada posisi yang aman dan kuat terhubung dengan kapal (terutama transducer dan antena). Konstruksi transducer akan dibuat sedemikian rupa sehingga transducer benar-benar dapat dipasang tegak lurus bidang permukaan laut. Transducer akan dipasang pada sisi luar di tengah-tengah bagian buritan dan haluan dengan kedalaman yang sesuai sehingga apabila kapal bergerak vertikal akibat gelombang, bagian bawah transducer tetap berada di bawah permukaan air. Setelah transducer dipasang dengan baik maka selanjutnya dilakukan kalibrasi (bar check). Bar check dilakukan dengan cara menenggelamkan sebuah plat baja/besi di bawah transducer dengan menggunakan kabel baja yang diberi tanda setiap lima meter sampai 20 m. Plat baja dengan kedalaman yang sudah ditentukan kemudian menjadi pembanding bacaan echosunder. Kalibrasi dilakukan dengan cara merubah kecepatan suara di air sedemikian rupa sehingga bacaan echosounder sama dengan panjang tali baja. Pengubahan kecepatan dilakukan dengan cara

menginput secara digital melalui keypad echosounder. Kalibrasi akan dilakukan pada kedalaman yang berbeda-beda dan dilakukan pada saat sebelum dan sesudah survey. Untuk melakukan kalibrasi/barcheck ini akan dipilih lokasi/tempat yang permukaan airnya cukup tenang. Perekaman data posisi dan kedalaman dilakukan secara otomatis dan simulatan dalam bentuk digital sehingga terhindar dari kesalahan-kesalahan akibat sinkronisasi data posisi dan kedalaman secara manual. Setiap satu lajur ukuran akan disimpan dalam satu file dengan pemberian nama file yang unik sehingga memudahkan untuk pengecekan, pencarian dan pemrosesan data. Secara real time profile dasar laut pada lajur suvey tampil pada display komputer dan apabila dikehendaki dapat langsung dilakukan print out. Semua kegiatan survey pada tahap pelaksanaan ini terintegrasi dan dikendalikan oleh software sehingga terhindar dari human error. Pengolahan data dilakukan setiap hari setelah selesai pengukuran hari tersebut untuk selanjutnya dianalisa dan apabila ada kesalahan dapat diantisipasi secara cepat pada hari berikutnya. Pengolahan data terdiri dari downloading, verifikasi data, dan penggambaran. Proses downloading dan verifikasi data dilakukan menggunakan software Hypack. Ouput pada proses downloading adalah data dalam beberapa format NMEA yang disyaratkan. Data dalam format NMEA tersebut kemudian dengan mudah diubah menjadi bentuk No., X, Y, Z dan digunakan sebagai input pada proses penggambaran. Penggambaran kontur dilakukan menggunakan sotware LDD (LandDesktopDevelopment). f .Penentuan garis pantai Penentuan posisi garis pantai adalah penentuan posisi tanda permukaan air laut tertinggi (High Water Mark) di pantai. Pada daerah yang cukup terbuka, pengukuran dilakukan menggunakan GPS dengan metode stop and go dan untuk daerah yang relatif tertutup oleh tumbuhan (hutan bakau) pengukuran dilakukan menggunakan total station. Ada 3(tiga) kriteria dalam penetapan garis pantai untuk acuan pengukuran yaitu :

Untuk daerah pantai yang landai maka garis pantai ditetapkan sebagai posisi air pada kondisi pasang tertinggi. Untuk daerah pantai yang mempunyai hutan bakau garis pantai ditetapkan pada ujung terluar dari hutan bakau tersebut. Untuk daerah pantai berbentuk tebing garis pantai diambil pada garis batas tebing tersebut.

Kerapatan pengukuran untuk garis pantai adalah maksimum 50 m untuk pantai yang relatif lurus (teratur) dan lebih rapat untuk bentuk garis pantai yang tidak teratur.

Selain posisi, keterangan mengenai kondisi pantai juga merupakan hal penting yang akan direkam. Pengolahan data dilakukan dengan cara post processing dan selanjutnya data posisi dan keterangan obyek akan menjadi input pada proses penggambaran final. g. Pemrosesan data Tahap pengolahan data merupakan bagian terintegrasi dari rangkaian pekerjaan survey hydrografi secara keseluruhan dengan tujuan untuk mendapatkan data kedalaman yang benar. Beberapa koreksi yang harus dilakukan pada data hasil ukuran kedalaman terjadi akibat kesalahan-kesalahan sebagai berikut: 1). Kesalahan akibat gerakan kapal (sattlement dan squat) 2). Kesalahan akibat draft tranduser 3). Kesalahan akibat perubahan kecepatan gelombang suara, dan 4). Kesalahan lainnya yang perlu untuk diperhitungkan. Selain itu angka kedalaman juga harus diredusir kepada suatu bidang acuan kedalaman yaitu Low Water Spring (LWS) (tergantung penetapan). Hubungan matematika koreksi-koreksi di atas dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut: Do = Du + Dkgs D1 = Do + Dsss D2 = D1 + Dsr Dimana : Du = bacaan kedalaman yang diperoleh dari pengukuran Do = kedalaman suatu titik tegak lurus dibawah tranduser D1 = kedalaman suatu titik terhadap permukaan laut D2 = kedalaman suatu titik terhadap muka surutan Dkgs = koreksi kecepatan gelombang suara Dsss = koreksi sarat tranduser

Dsr = koreksi surutan h. Koreksi surutan Koreksi surutan diberikan untuk mereduksi seluruh data ukuran kedalaman kedalam suatu bidang acuan yang disebut Chart Datum yang mana dalam hal ini didefinisikan sebagai Low Water Spring (LWS). Besarnya nilai koreksi surutan ini diperoleh dari hasil analisa pasut seperti dijelaskan di atas. Dengan menggunakan perangkat lunak Hypack, pemberian koreksi syarat tranduser, sattlement dan squat serta pengaruh perbedaan kecepatan gelombang suara secara otomatis dikerjakan pada waktu pelaksanaan pengukuran di lapangan, sehingga data ukuran yang diperoleh sudah terbebas dari pengaruh kesalahan-kesalahan tersebut. Jadi pada tahap pemrosesan, data-data yang diperoleh tinggal direduksi ke bidang acuan kedalaman/chart datum. Setelah data hasil ukuran kedalaman dikoreksi kemudian data-data tersebut yaitu data posisi dan waktu akan disimpan kedalam format ASCII dengan format : Bujur, Lintang, Kedalaman(m) dan Waktu. i. Penyajian data Setelah semua data lapangan selesai diolah dan sudah dalam bentuk digital dengan format B,L,H,T (bujur, lintang, kedalaman, waktu) kemudian di eksport ke dalam format drawing menggunakan LDD. Data gambar pertama yang akan tempil adalah berupa point, deskripsi, elevasi dan no.point yang tersimpan dalam layer berbeda. Kemudian dengan menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada dalam software tersebut kita akan melakukan filtering, surfacing, conturing dan interpolasi. Produk akhir dari prosesing ini akan diperoleh peta bathimetri digital dalam format DWG/DXF yang kemudian akan dicetak dengan skala yang diinginkan. Unsurunsur yang akan disajikan pada peta batimetri tersebut meliputi :

Angka kedalaman dengan kerapatan 1 cm pada skala peta Kontur kedalaman Garis pantai dan sungai Tanda atau sarana navigasi Informasi dasar laut, dll

Sistem proyeksi yang dipakai pada pembuatan peta batimetri ini menggunakan sistem Transver Mercator (TM) dengan datum WGS 84, sedangkan sistem koordinat grid yang akan dipakai adalah UTM (Easting, Norting, Kedalaman) maupun Geodetik (Lintang, Bujur, Kedalaman). REFERNESI: UNB, 1988 : Hydrographic Surveying, Lecture Note, Departement of Surveying Engineering, University of New Brunswick, Fredericton.

Marble, D.F, Calkins, H.W, Peuquet, D.J. 1984. Basic Reading In Geographic Information System. SPAD System, Ltd. Ditulis oleh Nopindra Irawan (pi3n_k3r3n@yahoo.com)

PELAYANAN KAPAL
September 4th, 2009 admin

Pelayanan kapal dimulai dari kapal masuk ke perairan pelabuhan, berada di kolam pelabuhan, ketika akan bersandar di tambatan, sampai saat kapal meninggalkan pelabuhan. Perairan pelabuhan adalah permukaan air yang masuk daerah perairan pelabuhan, dimulai dari garis pantai sampai dengan titik-titik koordinat tertentu yang batas-batasnya telah ditentukan. Perairan pelabuhan ini merupakan daerah yang aman, dalam arti tidak terganggu oleh alur pelayaran, arealnya luas sehingga tidak memungkinkan kapal bertabrakan ketika berlabuh atau bersandar, kedalaman alur yang memadai sehingga kapal tidak kandas dan bebas dari penangkapan ikan Dalam rangka menjaga keselamatan kapal, penumpang dan muatannya sewaktu memasuki alur pelayaran menuju dermaga atau kolam pelabuhan untuk berlabuh, maka untuk pelabuhanpelabuhan tertentu dengan kapal-kapal tertentu harus dipandu oleh petugas pandu dari Pelabuhan. Perairan-perairan yang termasuk dalam kategori perairan wajib pandu, perairan pandu luar biasa dan perairan di luar batas perairan pandu telah ditetapkan batas-batasnya oleh pemerintah. Untuk mengantar petugas pandu ke/dan kapal diperlukan peralatan kapal yang disebut kapal pandu. Dalam pelaksanaan pemanduan kapal, sangat diperlukan tersedianya tenaga pandu serta tersedianya sarana penunjang pemandu yang meliputi sarana kapal tunda dan kapal kepil. Terhadap kapal yang keluar masuk pelabuhan dan mempunyai panjang kapal lebih dari 70 meter, harus menggunakan kapal tunda yang jenis dan peraturannya akan dijelaskan kemudian. Sedangkan terhadap kapal yang panjangnya (LoA= Length of All) lebih dari 30 meter, sebagai pertimbangan keselamatan, diharuskan menggunakan kapal kepil. Pengepilan adalah melaksanakan pekerjaan untuk mengikat dan melepaskan tali kapal-kapal yang berolah gerak ketika akan bersandar atau bertolak dari sebuah dermaga, jembatan, pelampung, dolphin,dll. Pelaksanaan pengepilan ini dilakukan oleh regu kepil yang dilengkapi dengan kapal kepil. Pelayanan kapal lainnya adalah melayani kebutuhan air untuk kapal, sehingga di dermaga disediakan keran air yang bisa disalurkan langsung ke kapal dengan selang dan/atau dengan menggunakan tongkang yang disebut tongkang air.

PERALATAN PELAYANAN KAPAL


August 27th, 2009 admin

Kapal Tunda (Tug Boat)

Kapal tunda digunakan untuk memberikan pelayanan kepada kapal yang mempunyai panjang lebih dari 70 m yang nelakukan gerakan (olah-gerak) di perairan wajib pandu, baik yang akan sandar ataupun meninggalkan pelabuhan, dengan cara menggandeng, mendorong dan menarik. Pemanduan kapal tersebut dimaksudkan untuk kepentingan pertimbangan keselamatan pelayaran. Jumlah awak kapal tunda tergantung dari besar kecilnya daya kapal tunda. Kapal tunda type heen-scren dengan daya 600s/d 1000 HP minimal diawaki 13 orang yang terdiri dari nakhoda, mualim I, mualim II, kepala kamar mesin (KKM), masinis I, masinis II dan juru masak yang masing-masing stu orang serta juru mudi, kelasi dan juru motor yang masing-masing sebanyak dua orang. Para awak kapal tersebut harus mempunyai ijazah keahlian sesuai bidangnya. Untuk lebih jelasnya, dalam tabel dibawah ini dirinci mengenai jenis kapal tunda, awak kapal yang harus ada dan ijazah, yang harus dimilikinya. Kapal Pandu (Pilot Boat)

Kapal pandu adalah saran transportasi laut bagi petugas pandu untuk naik/turun ke/dari kapal yang dipandu dalam berolah-gerak di perairan wajib pandu, perairan pandu luar biasa dan perairan di luar perairan wajib pandu saat masuk/keluar pelabuhan atau sandar dan lepas ke/dari dermaga/tambatan. Tipe kapal pandu tergantung kepada daya kapal yang saat ini dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu: - Motor Pandu II dengan daya 150 HP s/d 200 HP - Motor Pandu I dengan daya 300 s/d 350 HP - Motor Pandu IS dengan daya 600 s/d 80 HP Jumlah awak kapalnya tergantung besar kecilnya kapal pandu yaitu antara 4 6 orang yang bisa mengangkut tenaga pandu 2 12 orang. Kapal Kepil (Mooring Boat)

Kapal kepil (mooring boat) adalah sarana bantu pemanduan, khususnya dalam penambatan (sandar)/ lepas kapal yang dipandu dalam berolah-gerak di perairan wajib pandu, perairan pandu luar biasa dan perairan di luar perairan wajib pandu khususnya untuk kapal yang panjangnya lebih dari 30 meter. Tipe kapal kepil berdasarkan dayanya dibagi menjadi dua yaitu dengan daya 120 s/d 150 HP dan 200 s/d 350 HP dengan jumlah SBK sebanyak 4 orang yang terdiri dari: - Seorang Nakhoda dengan ijazah minimal MPT - Seorang Kelasi dengan Ijazah minimal SKP Deck - Seorang KKM dengan ijasah minimal AMK PT - Seorang Juru minyak dengan ijazah minimal SKP Mesin Tongkang Air

Tongkang air digunakan untuk mensuplai (melayani kebutuhan) air bersih ke kapal, terutama yang berlabuh di rede atau di tempat lain yang tidak terjangkau jaringan instalasi air bersih. ABK-nya minimal 4 orang seperti halnya kapal kepil.

SARANA BANTU NAVIGASI PERKAPALAN


August 18th, 2009 admin

Untuk membawa kapal dari suatu tempat ke tampat tujuan dengan aman dan efisien disamping diperlukan adanya bantuanpesawat navigasi yang ada di atas kapal diperlukan lagi adanya sarana bantu navigasi yaitu berupa rambu-rambu navigasi pelayaran. Fungsi dari sarana bantu navigasi pelayaran adalah untuk menendai bahaya, sebagai penentuan posisi kapal dan untuk menandai alur pelayaran.

Klik untuk memperbesar gambar Jenis-jenis sarana bantu navigasi pelayaran yang ditempatkan pada alur-alur pelayaran, dipelabuhan maupun pulau meliputi:

Menara suar, yaitu alat penerang (lensa, lampu dsb) yang mampu mengeluarkan sinar dengan sifat tertentu yang dipasang diatas menera ditempatkan di sepanjang pantai atau di dalam pelabuhan, dan berfungsi sebagai tanda bagi kapal-kapal yang yang bernavigasi dari lepas pantai ke darat atau sepanjang pantai untuk memastikan tempat pendaratan, titik koeksi atau posisi kapal. Rambu suar, yaitu suatu alat penerang (lwnsa, lampu dsb) yang mampu mengeluarkan sinar dengan sifat tertentu yang dipasang diatas menera atau dilabuhkan di dasar laut yang ditempatkan di perairan pantai pantai atau di dalam pelabuhan, dan berfungsi memberikan informasi kepada kapal-kapal yang bernavigasi di daerah sekitarnya mengenai lokasi-lokasi di pelabuhan, posisi alur masuk dan alur keluar, tempat-tempat dangkal, lain-lain halangan di bawah air beserta alur-alur pelayaran yang aman. Suar spot, adalah suatu alat penerang (lensa, lampu dsb)) yang mengeluarkan sorot sinar tak berputar, dipasang di atas bangunan sejenis menara di sepanjang pantai atau pelabuhan yang berfungsi untuk memberikan informasi kepada kapal-kapal yang beroperasi di sekitar daerah itu akan adanya benda-benda berbahaya dengan penyinaran atas karang atau tempat-tempat dangkal yang bersangkutan. Suar penuntun (landing light), yaitu suatu alat penerang (lensa, lampu dsb) yang mampu memberikan penerangan dengan sifat sinar tertentu, dipasang diatas bangunan sejenis menara di dalam pelabuhan atau selat yang berfungsi utuk memberikan informasi kepada kapal-kapal yang beriperasi di alur-alur pelayaran yang sulit dan sempit di pelabuhan atau selat. Suar pengarah, yaitu suatu alat penerang yang yang mampu sekaligus memberikan tiga jenis sinar yang berbeda dengan ciri tertentu. Dipasang diatas bangunan sejenis menara di dalam pelabuhan atau selat yagn berfungsi untuk memberikan informasi kepada kapal-kapal yang beroperasi di alur-alur pelayaran yang sulit dan sempit dengan sinar putih ditengah diapit oleh sinar hijau dan sinar merah. Stasiun rambu radio gelombang menengah, yaitu perlengkapan radio (transmiter, antena dan lain-lain) untuk menyiarkan sinyal-sinyal (gelombang menengah) agar kapal-kapal yang dilengkapi dengan pencari arah radio dapat memanfaatkan pancaran sinyal tersebut untuk menentukan posisi.

KEMAMPUAN OLAH GERAK (MANEUVER) KAPAL


June 7th, 2011 admin

Penelitian dan pengembangan terhadap kemampuan maneuverkapal dan respon terhadap sistem kontrol terhadap kondisi di laut bebas pada alur dan kolam terus dilakukan. Hasil penelitian telah dilakukan untuk mendesain shiphull (lambung kapal), system control di kapal, dan pada saat menetapkan persyaratan navigasi serta dalam mendesain alur dan kolam agar mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi kemampuan maneuver kapal. Faktor-faktor tersebut antara lain : - Bobot kapal.

- Dimensi kapal. - Shiphull (lambung kapal). - Rudder system (sistem kemudi). - Horse power. Karakteristik kapal meliputi : - Reaksi kapal pada saat perubahan kapal. - Kemampuan berputar. - Jarak henti. - Ratio antara jarak dan lebar kapal. - Ratio antara lebar dan draft. - Area rudder. Diameter putar pada air yang dangkal lebih baik daripada air yang dalam, karena stabilitas kondisi air dangkal lebih baik. Pengamatan ini dilakukan dengan asumsi kecepatan normal dan kemiringan kemudi sekitar 30o bervariasi untuk tipe kapal yang berbeda. Banyak kapal kontainer memiliki kemampuan yang kurang baik, terutama kapal dengan kecepatan 26-30 knot. Untuk kapal ini diameter putar antara 6-8 kali panjang kapal. Diameter putar untuk kapal tanker besar dan kapal dry bulk pada kecepatan 15-17 knot antara 3-4 kali panjang kapal, bahkan beberapa ada yang kurang dari 3-4 kali panjang kapal. Untuk kapal LNG, diameter putar 2-2,5 kali panjang kapal, ini berlaku juga pada kapal general cargo dan multi purpose. Kemampuan berputar pada kecepatan rendah dapat ditingkatkan dengan menggunakan balingbaling ganda atau dengan menggunakan thruster (baling-baling bagian depan) atau kombinasi keduanya. Kebanyakan kapal kontainer dilengkapi dengan propeler ganda, namun karena bentuk dari lambung kapal, jarak antara kedua baling-baling menjadi sangat dekat dibanding panjang kapal, sehingga kemampuan maneuver menjadi (negatif) efektif. Baling-baling di bagian depan (bow thruster) biasanya sangat berguna pada saat penyandaran/berangkat, namun pada kecepatan 4-5 knot pengaruh bow thruster berkurang. Jarak berhenti dari suatu kapal dipengaruhi oleh hubungan antara energi bagian belakang kapal dan bobot mati kapal. Energi dari bagian belakang kapal tergantung dari jenis mesin yang dipergunakan. Untuk perairan dalam, dimulai pada kecepatan operasi untuk tanker dan dry bulk dengan ukuran 200.000 DWT, jarak berhenti (stopping distance) adalah 12-20 kali panjang kapal. Kapal kontainer 6-8 kali panjang kapal, kapal LNG sekitar 10-12 kali panjang kapal dan kapal general cargo dan multi purpose jarak hentinya 4-7 kali panjang kapal.

KEMAMPUAN OLAH GERAK (MANEUVER) KAPAL


June 7th, 2011 admin

Penelitian dan pengembangan terhadap kemampuan maneuverkapal dan respon terhadap sistem kontrol terhadap kondisi di laut bebas pada alur dan kolam terus dilakukan. Hasil penelitian telah dilakukan untuk mendesain shiphull (lambung kapal), system control di kapal, dan pada saat menetapkan persyaratan navigasi serta dalam mendesain alur dan kolam agar mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi kemampuan maneuver kapal. Faktor-faktor tersebut antara lain : - Bobot kapal. - Dimensi kapal. - Shiphull (lambung kapal). - Rudder system (sistem kemudi). - Horse power. Karakteristik kapal meliputi : - Reaksi kapal pada saat perubahan kapal. - Kemampuan berputar. - Jarak henti. - Ratio antara jarak dan lebar kapal. - Ratio antara lebar dan draft. - Area rudder. Diameter putar pada air yang dangkal lebih baik daripada air yang dalam, karena stabilitas kondisi air dangkal lebih baik. Pengamatan ini dilakukan dengan asumsi kecepatan normal dan kemiringan kemudi sekitar 30o bervariasi untuk tipe kapal yang berbeda. Banyak kapal kontainer memiliki kemampuan yang kurang baik, terutama kapal dengan kecepatan 26-30 knot. Untuk kapal ini diameter putar antara 6-8 kali panjang kapal. Diameter putar untuk kapal tanker besar dan kapal dry bulk pada kecepatan 15-17 knot antara 3-4 kali panjang kapal, bahkan beberapa ada yang kurang dari 3-4 kali panjang kapal. Untuk kapal LNG, diameter putar 2-2,5 kali panjang kapal, ini berlaku juga pada kapal general cargo dan multi purpose. Kemampuan berputar pada kecepatan rendah dapat ditingkatkan dengan menggunakan baling-

baling ganda atau dengan menggunakan thruster (baling-baling bagian depan) atau kombinasi keduanya. Kebanyakan kapal kontainer dilengkapi dengan propeler ganda, namun karena bentuk dari lambung kapal, jarak antara kedua baling-baling menjadi sangat dekat dibanding panjang kapal, sehingga kemampuan maneuver menjadi (negatif) efektif. Baling-baling di bagian depan (bow thruster) biasanya sangat berguna pada saat penyandaran/berangkat, namun pada kecepatan 4-5 knot pengaruh bow thruster berkurang. Jarak berhenti dari suatu kapal dipengaruhi oleh hubungan antara energi bagian belakang kapal dan bobot mati kapal. Energi dari bagian belakang kapal tergantung dari jenis mesin yang dipergunakan. Untuk perairan dalam, dimulai pada kecepatan operasi untuk tanker dan dry bulk dengan ukuran 200.000 DWT, jarak berhenti (stopping distance) adalah 12-20 kali panjang kapal. Kapal kontainer 6-8 kali panjang kapal, kapal LNG sekitar 10-12 kali panjang kapal dan kapal general cargo dan multi purpose jarak hentinya 4-7 kali panjang kapal. Alur laut kepulauan Indonesia (ALKI)
Alur laut yang ditetapkan Sebagai HAK alur untuk pelaksanaan lintas alur laut kepulauan berdasarkan konvensi hukum laut internasional. Ini merupakan alur alur untuk pelayanan dan penerbangan yang dapat dimanfaatkan oleh kapal atau pesawat udara asing tersebut diatas laut untuk dilaksanakan Pelayaran dan penerbangan damai dengan cara normal. Penetapan ALKI dimaksudkan agar Pelayaran dan penerbangan internasional dapat terselanggara secara menerus, cepat dan dengan tidak terhalang oleh ruang dan udara Perairan Teritorial Indonesia. AlKI ditetapkan untuk mengubungkan dua periran bebas, yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik meliputi: ALKI ALKI Aku II melintasi melintasi Laut Laut Cina Selatan-Selat Karimata-Laut Flores-Selat DKI-Selat LombokALKI Sunda III Sulawesi-Selat Makassar-Luatan

Melintas Sumadera Pasifik-Selat Maluku, Luat Seram-Laut Banda

Posts Tagged Shipping Industri INDUSTRI JASA PELAYARAN (SHIPPING INDUSTRI)


May 16th, 2011 admin

Industri jasa pelayaran merupakan usaha industri jasa transportasi laut atau shipping industri yang memberikan manfaat yang sangat besar bagi perpindahan suatu barang, baik memberikan manfaat secara place utility yaitu barang yang disatu tempat kurang bermanfaat dipindahkan ke tempat yang manfaatnya lebih besar, maupun memberikan manfaat time utility yaitu barang dari satu tempat yang saat tertentu sudah diproduksi dan berlebihan dipindahkan ketempat yang pada waktu yang sama belum diproduksi. Jenis-jenis jasa pelayaran yang saat ini berlaku terbagi atas: Berdasarkan Bidang Kegiatannya Dilihat dari bidang kegiatannya, bidang kegiatan pelayaran terbagi atas 2 (dua) jenis, yaitu Pelayaran Niaga (shipping business, commercial shipping, merchant marine) dan pelayaran non niaga. Pelayaran niaga yaitu usaha pengangkutan barang (khususnya barang dagangan) atau penumpang, melalui laut, baik yang dilakukan antar pelabuhan-pelabuhan dalam wilayan sendiri maupun antar negara. Sedangkan Pelayaran Non Niaga adalah kegiatan pelayaran yang bertujuan bukan untuk kegiatan perdagangan, yang meliputi pelayaran angkatan perang, dinas pos, dinas perambuan, penjaga pantai, hidrografi dan sebagainya. Berdasarkan Trayek yang Dilayari

Sedangkan kegiatan pelayaran dilihat dari trayek yang dilayari terbagi atas kegiatan pelayaran nasional dan kegiatan pelayaran internasional. Dalam kegiatan pelayaran nasional, kegiatan pelayaran berlangsung dalam batas-batas wilayah teritorial suatu negara atau sering disebut pelayaran interinsulair. Sementara itu, dalam pelayaran internasional kegiatan pelayaran itu berlangsung dalam perairan internasional yang menghubungkan dua negara atau lebih, pelayaran internasional dalam dunia shipping dikenal dengan sebutan Pelayaran Samudera atau Ocean Going shipping atau Intern Ocean Shipping. Pada pelayaran internasional timbul masalah hubungan hukum internasional dan timbullah berbagai konvensi internasional yang mengatur aspek-aspek pelayaran, baik yang berkaitan dengan masalah teknis, hukum positif, maupun yang berkenaan dengan penyelenggaraan atau pengusahaan pelayaran. Bagi Indonesia perusahaan pelayaran nasional mempunyai prospek yang sangat cerah mengingat volume ekspor dan impor meningkat terus setiap tahun. Sementara itu, jumlah muatan ekspor dan impor yang dapat diangkut kapal-kapal samudera nasional saat ini hanya 5,05 % dan 94,95% muatan masih diangkut oleh kapal-kapal asing. Popularity: 10% [?]
Incoming search terms for the article:

jasa pelayaran makalah pelayaran makalah pelayaran niaga artikel industri jasa industri jasa industri jasa pelayaran industri jasa maritim shipping industri makalah industri jasa perusahaan jasa pelayaran Tags: eksport, import, kapal asing, kapal samudera, Pelayaran,

Posted in Operasional Pelabuhan Shipping Industri No Comments

PELAYARAN
March 13th, 2010 admin

1. Pengertian Industri Pelayaran (Shipping Industri) Industri pelayaran merupakan usaha industri jasa transportasi laut yang memberikan manfaat sangat besar bagi perpindahan suatu barang melalui perairan, baik secara place utility maupun time utility. Berdasarkan kegiatannya pelayaran terbagi atas pelayaran niaga (shipping business, commercial shipping, merchant marine) dan pelayaran non-niaga. Adapun berdasarkan trayek yang dilayari terbagi atas kegiatan pelayarannasional dan kegiatan pelayaran internasional.

Saat ini wilayah Indonesia berada dalam wilayah/rute pelayaran east bond/west bond sehingga pelabuhan-pelabuhan di Indonesia yang berada di rute tersebut merupakan pelabuhan-pelabuhan strategis untuk dikembangkan menjadi pelabuhan hub. Namun sejalan dengan perkembangan perubahan iklim (global warming) kondisi strategis pelabuhan pelabuhan di Indonesia dapat terancam karena rute pelayaran menunju Barat dapat berubah langsung tanpa melalui wilayah Indonesia (north west). Sebagai konsekuensi berada pada jalur internasional maka Indonesia harus mematuhi aturan-aturan/konvensi-konvensi terkait maritime law (hukum laut internasional). Hukum laut internasional mengatur aspek-aspek pelayaran, baik yang berkaitan dengan masalah teknis, hukum positif, maupun yang berkenaan dengan penyelenggaraan atau pengusahaan pelayaran. Meski Indonesia dikenal sebagai negara maritim, namun sampai hari ini kegiatan bisnis pelayaran di Indonesia masih didominasi oleh pelayaran asing, sehinggamenjadi tantangan bagi kita untuk menjadikan pelayaran nasional menjadi tuan rumah di negeri sendiri. 2. Penyelenggaraan Perusahaan Pelayaran Penyelenggaraan perusahaan pelayaran dapat dilakukan oleh Badan Hukum Indonesia baik berupa Badan usaha swasta, Badan Usaha milik Negara/Daerah (BUMN/D) maupun Koperasi. Dari ketiga bentuk badan hukum tersebut diatas, hanya koperasi dan BUMD yang belum berperan secara signifikan terhadap pengembangan usaha pelayaran dimaksud. Sedangkan berdasarkan jenisnya usaha pelayaran dapat dibedakan berdasarkan wilayah (pelayaran lokal, pelayaran pantai, pelayaran samudera, pelayaran rakyat, pelayaran perintis, pelayaran cross trading). sifat usaha/ bentuk operasi (Liner service, pelayaran tramper, pelayaran khusus, pelayaran global, dan pelayaran feeder) dan jenis muatannya. Terkait dengan bentuk operasi dan jenis muatan tersebut maka penyelenggara pelabuhan harus menyesuaikan jenis pelayanan dan fasilitas yang dimiliki agar dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. 3. Pihak-pihak yang Terkait dalam Kegiatan Pelayaran Niaga Kegiatan pelayaran niaga terdapat 3 (tiga) pihak yang saling berhubungan hokum satu sama lain yaitu Pengirim Barang (shipper), Pengangkut barang (carrier), dan penerima barang (consignee), dimana hak dan kewajiban ketiga pihak tersebut diatur oleh perundang-undangan nasional/peraturan pemerintah dan beberapa konvensi internasional yang telah dibentuk guna mengatur masalah pelayaran, baik segi teknis-nautis pelayaran maupun segi niaganya. Disamping ketiga pihak tersebut, masih terdapat pihak-pihak yang tidak saling berhubungan hukum/tidak diatur oleh undang-undang namun memiliki peranan yang yang sangat penting dalam dunia pelayaran, yaitu: Ekspeditur, perusahaan Pergudangan (warehousing), perusahaan Bongkar Muat (stevedoring), dan Lembaga Jasa Pengurusan Transportasi dan barang (Freight Forwader). Dari penjelasan tersebut diatas tampak bahwa kegiatan kepelabuhanan merupakan sebagian kecil dari keseluruhan rantai kegiatan logistik, namun apabila terdapat kelambatan dalam pelayanan jasa kepelabuhanan akan mengganggu keseluruhan rantai kegiatan logistik tersebut.

4. Perkembangan Pelayaran Internasional Terdapat beberapa perkembangan pelayaran internasional antara lain Shipping Conference (perkumpulan atau asosiasi sesama perusahaan pelayaran samudera yang menjalani trayek pelayanan secara teratur, untuk wilayah operasi tertentu untuk bekerjasama dalam menangani masalah-masalah), Non Conference Liner, Aliansi (kerjasama antara 2 buah perusahaan pelayaran yang besar, baik dalam hal pengangkutan maupun dalam pemakaian fasilitas yang dimiliki masing masing perusahaan), Non-Vessel Operating Common Carrier (yaitu sebuah usaha perkapalan yang tidak mempunyai kapal yang lebih merupakan sebuah usaha Cargo consolidation), Tramper (perusahaan pelayaran yang mengoperasikan Pelayaran dan Perkapalan kapal-kapalnya tanpa jadwal yang tetap dan waktu singgah ke pelabuhan yang tidak teratur). Bahwa perkembangan pelayaran internasional diatas memberi dampak terhadap perkembangan pengelolaan pelabuhan dalam hal pelayanan dan penyediaan fasilitas kepelabuhanan. Popularity: 19% [?]
Incoming search terms for the article:

pengertian perusahaan pelayaran definisi perusahaan pelayaran jalur pelayaran internasional pelayaran internasional Perusahaan pelayaran internasional perubahan wilayah pelayaran masalah pelayaran masalah masalah dalam perusahaan pelayaran rute pelayaran internasional hak dan kewajiban perusahaan pelayaran

Posted in Kepelabuhanan, Maritim Tags: commercial shipping, merchant marine, pelayaran cross tradin, pelayaran lokal, pelayaran pantai, pelayaran perintis, pelayaran rakyat, Pelayaran Samudera, shipping business, Shipping Industri No Comments

TUKARAN TRAFFIC
Easyhits4u.com Startxchange.com

Topsurfer.com Webbizinsider.com TrafficG.com TopTierTraffic.com Smileytraffic.com Hit2hit.com Clickvoyager.com Hitsafari.com Soaring4traffic.com Webcentresurf.com Webmasterquest.com Deepseahits.com Web-biz-solutions.com Fastfreeway.com Mysticalmaze.com Trafficattheraces.com Clicksmatrix.com Hits-a-million.com

BLOG ROLL

Shout Here
< a href="http://www6.shoutmix.com/?muislife">View shoutbox</a> ShoutMix chat widget

Search for: Share on twitter Share on google

Search

Share on delicious Share on facebook Share on digg Share on stumbleupon Share on email Share on favorites More Sharing Services

Featured Video
Subscribe to our RSS feed! Follow me on Twitter!

Blogroll
Biru Lautku Development Blog Documentation Plugins Suggest Ideas Support Forum Themes WordPress Planet < p>Your browser does not support iframes.</p>
o o o o o o o o

Sponsor

Copyright Muis' Life Notes | Powered by WordPress

Industri JASA PELAYARAN (SHIPPING INDUSTRI)


oleh: muis99

Belum dinilai Kunjungan : 206 kata:600


Industri JASA PEL

Industri jasa pelayaran merupakan usaha industri jasa transportasi laut atau shipping industri
yang memberikan manfaat yang sangat besar bagi perpindahan suatu barang, baik memberikan manfaat secara place utility yaitu barang yang disatu tempat kurang bermanfaat dipindahkan ke tempat yang manfaatnya lebih besar, maupun memberikan manfaat time utility yaitu barang dari satu tempat yang saat tertentu sudah diproduksi dan berlebihan dipindahkan ketempat yang pada waktu yang sama belum diproduksi. Jenis-jenis jasa pelayaran yang saat ini berlaku terbagi atas: Berdasarkan Bidang Kegiatannya Dilihat dari bidang kegiatannya, bidang kegiatan pelayaran terbagi atas 2 (dua) jenis, yaitu Pelayaran Niaga (shipping business, commercial shipping, merchant marine) dan pelayaran non niaga. Pelayaran niaga yaitu usaha pengangkutan barang (khususnya barang dagangan) atau penumpang, melalui laut, baik yang dilakukan antar pelabuhan-pelabuhan dalam wilayan sendiri maupun antar negara. Sedangkan Pelayaran Non Niaga adalah kegiatan pelayaran yang bertujuan bukan untuk kegiatan perdagangan, yang meliputi pelayaran angkatan perang, dinas pos, dinas perambuan, penjaga pantai, hidrografi dan sebagainya. Berdasarkan Trayek yang Dilayari Sedangkan kegiatan pelayaran dilihat dari trayek yang dilayari terbagi atas kegiatan pelayaran nasional dan kegiatan pelayaran internasional. Dalam kegiatan pelayaran nasional, kegiatan pelayaran berlangsung dalam batas-batas wilayah teritorial suatu negara atau sering disebut pelayaran interinsulair. Sementara itu, dalam pelayaran internasional kegiatan pelayaran itu berlangsung dalam perairan internasional yang menghubungkan dua negara atau lebih, pelayaran internasional dalam dunia shipping dikenal dengan sebutan Pelayaran Samudera atau Ocean Going shipping atau Intern Ocean Shipping. Pada pelayaran internasional timbul masalah hubungan hukum internasional dan timbullah berbagai konvensi internasional yang mengatur aspek-aspek pelayaran, baik yang berkaitan dengan masalah teknis, hukum positif, maupun yang berkenaan dengan penyelenggaraan atau pengusahaan pelayaran.

Bagi Indonesia perusahaan pelayaran nasional mempunyai prospek yang sangat cerah mengingat volume ekspor dan impor meningkat terus setiap tahun. Sementara itu, jumlah muatan ekspor dan impor yang dapat diangkut kapal-kapal samudera nasional saat ini hanya 5,05 % dan 94,95% muatan masih diangkut oleh kapal-kapal asing.
Diterbitkan di: 16 Mei, 2011

Sumber: http://id.shvoong.com/business-management/international-business/2161132-industri-jasa-pelayaranshipping-industri/#ixzz287HJq2jK

PERDAGANGANTINGKATAN5BAB3:PENGANGKUTAN

Anda mungkin juga menyukai