Anda di halaman 1dari 21

PERUSAHAAN BONGKAR DAN MUAT

MATA KULIAH MANAJEMEN TRANSPORTASI LAUT

Dosen Pengampu: Drs. Hardjono, M.Trans

Disusun oleh :

Ade Windu Sadewi 2017.05.2.0035

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HANG TUAH

SURABAYA

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan suyukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
memberikan izin dan kekuatan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “PERUSAHAAN BONGKAR DAN MUAT” tepat
pada waktunya.

Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing yang
telah membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami
juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman taruna yang juga sudah
memberi konstribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan
makalah ini.

Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari
hasil karya tulis ilmiah ini. Karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat
menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.

Dalam menyusun makalah ini kami sudah berusaha menyajikan


semaksimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
pada makalah ini. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan demi terciptanya makalah yang baik selanjutnya. Dan semoga dengan
adanya karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian.

Surabaya, 18 Desember 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................................1

Kata Pengantar ....................................................................................................2

Daftar Isi..............................................................................................................3

BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................6
1.3 Tujuan .........................................................................................................6

BAB II Pembahasan
2.1 Bongkar Muat..............................................................................................7
2.2 Penyelenggaraan bongkar muat menurut Undang-Undang Pekayaran
No. 17 Tahun 2008......................................................................................12
2.3 Pelaksanaan kegiatan peusahaan bongkar dan muat barang........................15

BAB III Penutup


3.1 Kesimpulan .................................................................................................19
3.2 Saran ...........................................................................................................20

Daftar Pustaka .....................................................................................................21

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi
besar menjadi poros maritim dunia. Poros maritim merupakan sebuah gagasan
strategis yang diwujudkan untuk menjamin konektifitas antar pulau,
pengembangan industri perkapalan dan perikanan, perbaikan transportasi laut
serta fokus pada keamanan maritim.
Pembangunan poros maritim dunia harus dibarengi dengan pembangunan
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di sepanjang wilayah pesisir Alur
Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), pulau-pulau kecil, dan wilayah perbatasan.
Upaya itu tidak lain ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,
menghasilkan produk dan jasa kelautan yang bernilai ekonomi, meningkatkan
kontribusi sektor kelautan perikanan bagi perekonomian, serta menciptakan
lapangan kerja dalam jumlah besar.
Dalam suatu negara maritim seperti halnya negara kita, peranan pelabuhan
sungguh sangat penting bagi kegiatan kemaritiman. Demikian juga bagi
kepentingan administrasi pemerintahan pada umumnya, serta dalam kegiatan
perdagangan melalui laut dan sebagainya, peranan semua institusi di
pelabuhanan sangatlah penting.Bidang kegiatan pelabuhan memang sangat
luas sekali, meliputi pelayanan terhadap kapal, pelayanan terhadap barang dan
masih banyak lagi jenis-jenis pelayanan lainnya. Di Indonesia, dengan kondisi
natural yang memiliki wilayah perairan dengan luas laut 81.000 km lebih
dominan dibandingkan dengan daratan menciptakan suatu tingkat
ketergantungan yang relatif tinggi terhadap daya dukung transportasi laut
dalam proses perdagangannya.
Pelabuhan menjadi bagian dari rantai perdagangan melalui laut dan
memliki peran penting dalam menunjang kegiatan kemaritiman.Perdagangan
melalui laut pada prinsipnya merupakan aliran tiga proses pergerakkan yaitu
transportasi darat yang mengangkut komoditas dari pemilik barang menuju

4
sebuah tempat dari pihak keagenan kargo ataupun jasa penyimpanan
barangsebelum dibawa dan ditanganidi area pelabuhan untuk dinaikkan ke
atas palka kapal.

Transportasi laut sebagai bagian dari sistem transportasi nasional perlu


dikembangkan dalam rangka mewujudkan wawasan nusantara yang
memepersatukan seluruh wilayah Indonesia, termasuk lautan nusantara
sebagai satu kesatuan wilayah Indonesia.
Bangsa Indonesia menganut wawasan nusantara pada hakekatnya, bahwa
wilayah nusantara beserta udara di atasnya dan laut yang menghubungkannya
berikut segenap isinya merupakan kesatuan yang utuh dan menyeluruh. Hal
ini didasarkan pada pertimbangan bahwa negara Indonesia adalah negara
kepulauan, karena bentuk, letak geografis dan kepadatan lalu lintas pelayaran
di kawasan ini menempatkan Indonesia dalam kedudukan yang sangat
penting. Realisasi pengisian wawasan nusantara memuat kemampuan untuk
menegakkan dan memelihara dan kedaulatan dan hukum negara Indonesia di
seluruh nusantara, khususnya di laut.
Melihat kenyataan bahwa kondisi geografis Indonesia yang merupakan
negara kepulauan dimana wilayah perairan jauh lebih luas dibanding
daratannya maka sudah merupakan hal yang wajar apabila pembangunan dan
pengaturan transportasi laut dewasa ini perli mendapat perhatian yang besar.
Pengembangan transportasi laut harus mampu menggerakkan pembangunan
nasional dan pembangunan daerah, dengan mengutamakan keteraturan
kunjungan kapal yang dapat menggairahkan tumbuhnya perdagangan dan
kegiatan pembangunan umumnya. Laut nusantara sebagai lahan usaha
kelautan mengharuskan pentingnya perhatian terhadap transportasi laut yang
juga membutuhkan penataan peraturan-peraturan hukum yang mengatur dan
menghukum pengembangan usaha transportasi laut dan usaha penunjang yang
terkait dengannya.
Kebijakan nasional bidang pembangunan ekonomi oleh pemerintah dalam
upaya meningkatkan pendapatan devisa diarahkan kepada upaya peningkatan
ekspor non migas dan untuk menunjang kebijakan tersebut, pemerintah telah

5
melakukan beberapa langkah antara lain deregulasi di bidang industri,
perdagangan, dan penanaman modal. Era globalisasi dan kemajuan teknologi
informasi telah mempengaruhi struktur dan perdagangan internasional dan
mengarah kepada kondisi pasar dengan persaingan yang sangat ketat. Upaya
untuk meningkatkan ekspor non migas dalam kondisi persaingan tersebut,
memerlukan adanya keunggulan kompetitif bagi komoditi ekspor Indonesia
untuk dapat bersaing dengan komoditi dari negara-negara lain baik dari segi
harga maupun kualitas.
Pelabuhan dalam menempatkan diri sebagai pintu gerbang perekonomian
mutlak harus dapat memberikan kontribusi antara lain penekanan distribution
cost yang berdampak pada daya beli, daya saing, dan efek multiplier terhadap
pertumbuhan dan pendapatan nasional.

1.2 Rumusan Masalah


Dari penjelasan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kegiatan bongkar dan muat?
2. Bagaimana proses penyelenggaraan pengangkutan barang melalui laut
menurut Undang Undang Pelayaran No.17 tahun 2008?
3. Bagaimana pelaksanaan kegiatan perusahaan bongkar dan muat
barang?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pengerjaan makalah ini adalah:
1. Untuk memahami maksud dari kegiatan bongkar dan muat
2. Untuk mengetahui proses penyelenggaraan pengangkutan barang
melalui laut menurut Undang-Undang Pelayaran No. 17 tahun 2008
3. Untuk menambah wawasan tentang pelaksanaan kegiatan perusahaan
bongkar dan muat barang

1.4

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bongkar Muat


Sistem bongkar muat merupakan gabungan dari beberapa alat bantu
yang dioperasikan dan dipergunakan untuk kegiatan bongkar muat barang
dari kapal ke dermaga atau sebaliknya. Tujuan adanya sistem ini adalah
melaksanakan bongkar muat secepatnya (produktif), menghindari resiko
kerusakan terhadap barang, peralatan dan kecelakaan kerja serendah
mungkin, melaksanakan seluruh perencanaan b/m sebagaimana tertera pada
stowage plan, menghasilkan stabilitas kapal yang aman, menghindari
terjadinya long hatces, over hatches dan long distance. Pada sistem bongkar
muat peralatannya dipengaruhi oleh jenis muatan dan tipe kapal. Jenis muatan
dan tipe kapal tersebut meliputi kapal kontainer (container ship), kapal curah
kering (dry bulk carier), kapal curah cair (liquid bulk carier), dan kapal
general cargo (general cargo ship).
Menurut Pasal 1 ayat 14 Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2010
tentang Angkutan di Perairan , kegiatan bongkar muat barang adalah
merupakan kegiatan usaha yang bergerak dalam bidang bongkar dan muat
barang dari dan ke kapal di pelabuhan yang meliputi kegiatan stevedoring,
cargodoring, dan receiving/delivery.
Menurut Surat Keputusan Mentri Perhubungan No. Al/ 300 No. 88
menyatakan bahwa Perusahaan bongkar muat barang adalah perusahaan
yang secara khusus berusaha dibidang bongkar muat dari dan ke kapal,
baik dari gudang Lini 1 maupun langsung ke alat angkutan.
Pengertian mengenai bongkar muat barang dari dan ke kapal di
pelabuhan merupakan suatu kegiatan usaha jasa yang yang sangat penting
dalam lancarnya pelaksanaan pengangkutan melalui laut. Kegiatan
bongkar muat barang menurut Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2010
tentang Angkutan di Perairan adalah merupakan kegiatan usaha yang
bergerak dalam bidang bongkar dan muat barang dari dan ke kapal di

7
pelabuhan yang meliputi kegiatan stevedoring, cargodoring, dan
receiving/delivery.

Kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal terdiri dari:

1. Stevedoring adalah pekerjaan membongkar barang dari kapal ke


dermaga/ tongkang/truk atau memuat barang dari dermaga/
tongkang/truk ke dalam kapal sampai dengan tersusun dalam palka
kapal dengan menggunakan derek kapal atau derek darat.
2. Cargodoring adalah pekerjaan melepaskan barang dari tali atau jala-
jala (ex tackle) di dermaga dan mengangkut dari dermaga ke gudang/
lapangan penumpukan barang atau sebaliknya.
3. Receiving /delivery adalah pekerjaan memindahkan barang dari
timbunan/tempat penumpukan di gudang/lapangan penumpukan dan
menyerahkan sampai tersusun di atas kendaraan di pintu gudang/
lapangan penumpukan atau sebaliknya.

Menurut Surat Keputusan Mentri Perhubungan No. Al/ 300 No. 88


menyatakan bahwa Perusahaan bongkar muat barang adalah perusahaan
yang secara khusus berusaha dibidang bongkar muat dari dan ke kapal,
baik dari gudang Lini 1 maupun langsung ke alat angkutan.

Logistik peti kemas selanjutnya melibatkan moda transportasi darat


baik itu truk maupun keret api yang disebut dengan container drayage
operation, dalam operasi ini truk akan melewati beberapa titik
pemberhentian diantaranya: terminal peti kemas (container terminal),
pabrik (factory), depo peti kemas kosong (empty container depot), dan
garasi truk peti kemas (pool). Operasional truk peti kemas drayage dapat
diklasifikasikan menjadi dua kelompok berdasarkan arahnya.

1. Peti kemas yang telah dikirim dari daerah atau negara lain ke terminal
untuk selanjutnya dikirim ke pemilik barang atau pabrik disebut
inbound; (mis: impor)

8
2. Sebaliknya, peti kemas yang harus diambil di lokasi pemilik barang
dan kemudian dikirim ke terminal peti kemas untuk transportasi lebih
lanjut disebut (mis: ekspor)

Dalam kegiatan bongkar muat barang perlu diperhatikan hal-hal yang


menyangkut sebagai berikut :

a. Prinsip-prinsip bongkar muat barang dengan bertujuan :


i. Melindungi Kapalnya
ii. Melindungi Muatan
iii. Melindungi ABK/Anak Buah Kapal dan TKBM nya.
iv. Menjaga agar pemuatan/pembongkaran dilaksanakan secara
teratur dan sistematis.
v. Pemuatan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga Broken
stowagenya dapat ditekan sekecil mungkin.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi bongkar muat:


Menurut ML. Palumian (1976:8) faktor-faktor yang
mempengaruhi bongkar muat adalah :
Fasilitas bongkar muat meliputi :
1. Peralatan bongkar muat seperti kran/derek, kran darat,
perahu angkut dll.
2. Pembangkit tenaga listrik, tenaga mekanis, gudang
3. Bangunan meliputi jalan-jalan raya, rel-rel kereta api,
gudang
4. Alat bongkar muat yang merupakan alat untuk meneruskan
muatan ke pedalaman seperti tongkang, perahu, truk dan
kereta api.
5. Barang yang diangkut, ini dipengaruhi jenis dan macam
barang juga oleh bagaimana cara pengepakannya.
6. Alat angkut laut yaitu kapal yang digunakan untuk
pengangkutan muatan termasuk alat bongkar muat di kapal
7. Pengaturan, penyampaian berita yang berhubungan dengan
berita perjalanan muatan tersebut.
8. Para personil/pelaksana bongkar muat dan TKBM yang
memenuhi standart yaitu terampil dan ber pengalaman.

9
c. Proses Pembongkaran Muatan
Menurut Herry Gianto dkk. (1990:31)proses pembongkaran
muatan sebagai berikut :
1. Menyiapkan dan menyangkutkan barang di dalam palka pada
tali derek.
2. Mengangkut barang di atas dermaga.
3. Mendaratkan dan melepaskan barang.
4. Kran derek kembali ke palka untuk mengangkut barang
selanjutnya, dan proses tersebut dilakukan berulang-ulang
sampai barang habis, proses tersebut sering disebut Hulk
cycle.

d. Tindakan pencegahan bongkar muat untuk mengurangi


kerugian/resiko operasional:
1. Jangan membebani kran derek melebihi batas kapasitas.
2. Barang harus berada dalam sling dengan aman.
3. Dalam proses pengangkutan harus dikendalikan.
4. Pengawas palka harus memberikan instruksi kepada buruh
dan operator kran derek secara jelas.
5. Buruh/TKBM wajib menggunakan peralatan keselamatan
kerja
6. Buruh/TKBM tidak diperbolehkan berada di bawah barang
yang akan diturunkan /dinaikan.

e. Resiko kesalahan dalam pengawasan adalah :


1. Sering terjadi keterlambatan
2. Penggunaan tenaga kerja yang kurang terampil
3. Kelaiklautan kapal yang berakibat keterlambatan kapal untuk
berlayar kembali.
4. Biaya cargo handling menjadi tinggi
5. Kerusakan kapal/muatan maupun kecelakaan buruh.

10
f. Sebab-sebab terjadinya kelambatan dalam bongkar muat.
1. Waktu yang terbuang untuk membawa muatan, memasang
muatan pada kait muat (cargo hook), penyiapan alat bongkar
muat, waktu terbuang pada saat membuka palka.
2. Tenaga buruh/TKBM yang tidak cakap dan terampil
3. Peralatan bongkar muat yang kurang sempurna

g. Peralatan bongkar muat


Dalam kegiatan B/M barang diperlukan peralatan-peralatan agar
supaya pelaksanaan B/M barang berjalan lancar antara lain :
1. Batang Pemuat yang terdiri dari batang pemuat tunggal dan
pemuat berganda.
2. Alat-alat bantu dalam BM meliputi :
i. Jerat pengepak atau jerak pemuat
ii. Jerat ini dipergunakan untuk mengikat peti, tong dan
kantong-kantong yang cukup kuat menahan tekanan.
iii. Jerat layar digunakan untuk mengangkat barang-
barang yang robek/sobek.
iv. Kubruk suatu alat digunakan untuk memindahkan
hewan dari darat ke kapal atau sebaliknya.
v. Sling jaring digunakan mengangkat peti-peti,
kantong-kantong kecil dan ini dibuat dari tali atau
kawat kecil.
vi. Kotak pemuat digunakan untuk memuat/membongkar
muatan/ barang yang lebih kecil.
vii. Papan pemuat digunakan untuk memuat/membongkar
muatan yang kurang kuat yang mudah terjepit oleh
sling.

h. Tenaga Kerja Bongkar Muat Barang (TKBM)


Perusahaan Bongkar muat karena selalu bergerak dibidang
bongkar muat barang maka memerlukan tenaga kerja yang terampil
dan mempunyai skill yang tinggi dalam suatu pekerjaan terutama
dalam kegiatan bongkar muat barang, disamping itu juga diperlukan

11
pengalaman dan wawasan yang luas sehingga dapat menyelesaikan
tugas pekerjaannya dengan baik. PBM mendapatkan TKBM dengan
anprah buruh di Kopersi TKBM, dan jumlah gang/pershif yang
dibutuhkan disesuaikan dengan jumlah muatan yang dibongkar/muat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih TKBM antara lain :
1. Keahlian merupakan salah satu prioritas utama yang menjadi
dasar dalam kepegawaian untuk memegang tugas
tertentu.Dalam pelaksanaan B/M barang dibutuhkan Tenaga
Kerja yang terdiri :
i. Kepala kelompok regu kerja merupakan kepala
pelaksana operasional dari TKBM dalam kegiatan
bongkar muat barang dari dan ke atas kapal.
ii. Tukang Derek adalah TKBM khusus menjalankan
derek kapal/derek darat
iii. Pilot adalah TKBM yang bertugas memberikan
arahan/petunjuk kepada tukang derek.
iv. Anggota adalah tenaga pelaksana operasional yang
brhubungan dengan kegiatan bongkar muat barang.
v. Komunikasi untuk memperlancar sistem kerja.
vi. Mental dan kebersamaan karyawan.

2.2 Penyelenggaraan bongkar muat menurut Undang-Undang


Pelayaran No. 17 Tahun 2008

PT Pelindo sebagai BUP (Badan Usaha Pelabuhan) dimana


menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dan
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1991 tentang Pengalihan Bentuk
Perusahaan Umum (Perum) Pelabuhan III menjadi Perusahaan Perseroan
(PERSERO) bahwa bongkar muat sudah menjadi salah satu badan usaha
PT Pelabuhan Indonesia.

Sejak berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014


tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Bongkar Muat Barang dari dan
ke Kapal, pihak regulator selalu menanyakan izin mengenai kegiatan
bongkar muat yang dilakukan oleh PT Pelabuhan Indonesia padahal

12
sebetulnya kegiatan tersebut sudah melekat dalam Undang-undang sebagai
BUP. Namun saat ini masih terjadi dispute mengenai legalitas PT
Pelabuhan Indonesia sebagai pelaksana kegiatan usaha bongkar muat.

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran


menetapkan 2 (dua) kelompok bidang usaha yaitu Pasal 31 tentang usaha
jasa terkait dengan angkutan di perairan dari beberapa sub bidang usaha,
yang salah satunya adalah usaha bongkar muat yang dilakukan oleh
Perusahaan Bongkar Muat (PBM); dan Pasal 90 mengatur kegiatan
perusahaan di pelabuhan, terdiri atas penyediaan dan/atau pelayanan jasa
kepelabuhanan dan jasa terkait lainnya dengan kepelabuhanan dan
dilaksanakan oleh Badan Usaha Pelabuhan (BUP) yang penyelengarannya
adalah PT. Pelabuhan Indonesia.

Pasal 90 ayat(3) UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran


mengatur kegiatan pengusahaan di pelabuhan oleh PT. Pelindo sebagai
penyelenggara Badan Usaha Pelabuhan yang terdiri atas:

1. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa dermaga untuk bertambat;


2. Penyediaan dan/atau pelayanan pengisian bahan bakar dan pelayanan
air bersih;
3. Penyediaan dan/atau pelayanan fasilitas naik turun penumpang
dan/atau kendaraan;
4. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa dermaga untuk pelaksanaan
kegiatan bongkar muat barang dan peti kemas;
5. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa gudang dan tempat penimbunan
barang, alat bongkar muat serta peralatan pelabuhan;
6. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa terminal peti kemas, curah cair,
dan curah kering;
7. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa bongkar muat barang;
8. Penyediaan dan/atau pelayanan pusat distribusi dan konsolidasi barang
dan/atau;
9. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa penundaan kapal.

13
Dalam Pasal 90 ayat (3) huruf g disebutkan bahwa salah satu
kegiatan pengusahaan PT. Pelindo III adalah sebagai penyedia dan/atau
pelayanan jasa bongkar muat. Pelaksanaan bongkar muat PT. Pelindo III
mengacu pada ketentuan dalam Surat Edaran Menteri Perhubungan Nomor
S.E. 6 Tahun 2002 tanggal 11 November 2002 tentang Penegasan
Kegiatan Bongkar Muat oleh PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I, II, III,
dan IV serta diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1991
tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Pelabuhan III
menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO).

Pasal 2 Peraturan Pemerintah tersebut menyatakan bahwa maksud


dan tujuan didirikan Persero salah satunya adalah menyelenggarakan
kegiatan bongkar muat yang merupakan kegiatan jasa kepelabuhan di
pelabuhan yang diselenggarakannya. Setelah berlakunya Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014, dalam Pasal 2 ayat (2) disebutkan
bahwa “kegiatan usaha bongkar muat dilakukan oleh Badan Usaha yang
didirikan khusus untuk bongkar muat barang di pelabuhan”. Kegiatan
usaha bongkar muat dapat dilakukan dengan memenuhi persyaratan
administrasi yang tercantum dalam Pasal 6 ayat (4) huruf g berbunyi
“memiliki surat rekomendasi/pendapat tertulis dari Otoritas Pelabuhan
atau Unit Penyelenggaraan Pelabuhan setempat terhadap keseimbangan
penyediaan dan permintaan kegiatan usaha bongkar muat”.

Perusahaan yang melaksanakan penyelenggaraan dan pengusahaan


bongkar muat barang dari dan ke kapal harus memiliki izin yang
diterbitkan oleh Gubernur, serta sesuai kewenangannya mencatat dan
mengeluarkan surat keterangan atas persetujuan pembukaan Kantor
Cabang Perusahaan Bongkar Muat di Pelabuhan dalam Provinsi setempat.
Sehingga untuk dapat melaksanakan kegiatan bongkar muat, PT. Pelindo
harus memiliki izin sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

14
2.3 Pelaksanaan Kegiatan Perusahaan Bongkar dan Muat Barang
Perusahaan bongkar muat (PBM) adalah perusahaan yang secara
khusus berusaha di bidang bongkar muat dari dan ke kapal, baik dari dan
ke gudang Lini I maupun langsung ke alat angkutan yang meliputi
kegiatan:
1. Stevedoring
Stevedoring adalah pekerjaan membongkar barang dari kapal ke
dermaga/tongkang/truk atau memuat barang dari
dermaga/tongkang/truk ke dalam kapal sampai dengan tersusun dalam
palka kapal dengan menggunakan derek kapal atau derek darat.
2. Cargodoring
Cargodoring adalah pekerjaan melepaskan barang dari tali/jala-jala
(extackel) di dermaga dan mengangkut dari dermaga ke
gudang/lapangan penumpukan selanjutnya menyusun di
gudang/lapangan penumpukan atau sebaliknya.
3. Receiving/delivery
Receiving/delivery adalah pekerjaan memindahkan barang dari
timbunan/tempat penumpukan 15 digudang/lapangan penumpukan dan
menyerahkan sampai tersusun di atas kendaraan di pintu
gudang/lapangan penumpukan atau sebaliknya

Alat-alat Bongkar Muat

Peralatan bongkar muat adalah alat-alat pokok penunjang


pekerjaan bongkar muat yang meliput:
1. Stevedoring
a. Jala-jala lambung kapal (ship-side net)
b. Tali baja (wire sling)
c. Tali rami manila (rope sling)
d. Jala-jala baja (wire net)
e. Jala-jala tali manila (rope net)
f. Forklift

15
2. Cargodoring
a. Gerobak dorong
b. Palet
c. Forklift
3. Receiving/delivery
a. Gerobak dorong
b. Palet
c. Forklif

Pelaksanaan Sebelum Bongkar Muat.

Perusahaan Bongkar Muat berdasarkan surat perintah kerja (SPK)


yang diterima dari perusahaan pelayaran atau pemilik barang, maka PBM
segera mempelajari dokumen pendukung antara lain ETA, Manifest,
stowage plane disertai shipping instruction (SI) atau surat perintah
pengapalan, kemudian PBM mengadakan pertemuan (meeting) yang
terbagi 2 (dua) kelompok yaitu :

a. Meeting intern
Meeting intern yang terdiri dari Bagian Operasional, bagian
terminal dan bagian unit tally PBM. Tujuan dari pertemuan
tersebut untuk memperlancar kegiatan bongkar muat dan
mengatur agar perusahaan bongkar muat lebih baik dan
lancar,cepat dan teratur serta dapat menjamin keamanan baik
untuk kapal, barang dan tenaga kerjanya yang melaksanakan
bongkar muat, sehingga hasilnya dapat maksimal dan tidak
mengecewakan para relasi/pelanggan yang akan menimbulkan
kepercayaan masyarakat pengguna jasa angkutan laut. Dalam
meeting intern ini membicarakan masalah antara lain :
peralatan bongkar muat, tenaga kerja yang dibutuhkan, biaya-
biaya yang dikeluarkan dan alat angkut yang akan digunakan.
b. Meeting Ekstern

16
Sebelum pelaksanaan bongkar muat perlu diadakan
konfirmasi dengan instansi terkait seperti perusahaan
pelayaran, Administrator pelabuhan (Adpel) , PT (persero)
Pelindo (Pelabuhan Indonesia, PPJK (Perusahaan Pengurusan
Jasa Kepabeanan) yang mewakili pemilik barang dan lain-lain.
Didalam pertemuan membahas mengenai kebutuhan sewaktu
kapal tiba/berangkat (ETA, ETD) untuk menentukan : waktu
bongkar/muat, jasa penumpukan di dermaga, ijin penimbunan
barang di gudang, posisi kapal di dermaga dan ijin lamanya
kapal di dermaga dan bersandar. Dalam meeting tersebut
dengan membawa copy antara lain :
Surat pemberitahuan kedatangan kapal, master cable,
stowage plan clearance in.

Pelaksanaan Bongkar Muat

1. Pembongkaran Muatan
Setelah kapal datang dan bersandar Perusahaan Bongkar Muat
dengan surat perintah kerjanya dan persiapan-persiapan yang sudah
dikerjakan, maka alat-alat bongkar muat, personil dan segala
penunjang kelancaran kegiatan bongkar muat sudah siap melaksanakan
tugas dan dikelola oleh bagian stevedoring yang telah siap dengan :
a. Dokumen, blanko-blanko, peralatan, tenaga kerja dll.
b. Stevedor untuk mencatat jam kerja misalnya jam istirahat,
hujan, derek macet, jumlah derek serta memberikan petunjuk
pelaksanaan pekerjaan dengan sebaik mungkin.
c. Tallyman bertugas mencatat jumlah barang, merek barang yang
dibongkar/dimuat serta mencatat jam kerja.
d. Bagian Terminal siap menerima barang-barang yang dibongkar
untuk disimpan di gudang atau di lapangan penumpukan.
e. Setelah selesai pembongkaran stevedor menyelesaikan
dokumen-dokumennya dan selesailah tugas untuk melayani
kapal tersebut.

17
Berdasarkan manifest dan stowage plane maka bagian stevedoring
dapat melaksanakan kegiatan bongkar muat, karena semua keperluan
untuk bongkar muat sudah dipersiapkan dengan matang dan baik, maka
dengan demikian hasilnya kan dapat maksimal, walupun ada hambatan-
hambatan tetapi bisa ditekan seminimal mungkin.

2. Pemuatan Barang
Pada dasarnya baik pembongkaran maupun pemuatan dalam
persiapannya hampir sama mengenai tenaga kerja bongkar muat,
peralatan dan lain-lain, tentu saja disesuaikan dengan macam dan jenis
barang yang akan dibongkar atau dimuat. Sedangkan prosedur
pemuatan barang ke atas kapal antara lain :
a. Dengan mendapatkan cargo handling list dari bagian muatan
keluar sehingga alat-alat stevedoring telah disiapkan.
b. Berdasar order dari bagian operasi tentang jumlah barang,
maka tenaga kerja dipersiapkandan team pemeriksaan telah
selesai menjalankan tugas dan mualim I sudah siap mengatur
penempatan muatan di dalam palka kapal.
c. Barang sudah disiapkan/ditempatkan disamping kapal dimana
kapal bersandar.
d. Foreman juga sudah siap dengan peralatan dan alat bantu di
masing-masing palka kapal.
e. Petugas tally yang dipimpin oleh chief tally sudah siap untuk
mencatat muatan yang masuk ke dalam tiap-tiap palka kapal.
f. Hasil kerja dilaporkan dengan disertai dokumen-dokumen
labour time, tally sheet, dailly discharging dan lain-lain dan
mendapat persetujuan dan ditanda tangani oleh Mualim I.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian dalam pembahasan tersebut di atas, maka dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa aktivitas bongkar muat yang dilakukan oleh Perusahaan
bongkar muat barang di pelabuhan adalah meliputi :
a) Persiapan Pembongkaran dan Pemuatan barang
b) Sebelum Kapal tiba Setelah mendapat berita mengenai kedatangan
kapal dar agen perusahaan maka PBM mempersiapkan peralatan
bongkar muat dan tenaga kerja yang dibutuhkan serta keperluan lain
yang mendukung kegiatan bongkar muat barang.
c) Kapal Tiba di Dermaga Setelah kapal merapat di dermaga, PBM
menerima dokumen-dokumen yang berkaitan dengan muatan dan
kegiatan bongkat muat serta segera dipelajari untuk
mempermudah/demi kelancaran dalam bongkar muat barang dan
menentukan alat-alat bantu apa saja yang dibutuhkan.
d) Pelaksanaan Bongkar Muat.
e) Sebelum Bongkar Muat. Sebelum melakukan kegiatan bongkar muat,
PBM mengadakan meeting intern yang terdiri dari bagian Operasi,
Bagian Terminal dan Bagian Unit Tally, untuk menentukan koordinasi
tentang pelaksanaan pemongkaran/pemuatan.Meeting ekstern yang
terdiridaripihak/instansi terkait seperti perusahaan pelayaran,
Administrator Pelabuhan, Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan,
Pelabuhan Indonesia, semua ini untuk membahas mengenai :waktu
bongkar muat, jasa penumpukan di dermaga, ijin penimbunan barang di
gudang, posisi kapal di dermaga, ijin lamanya kapal di dermaga dan
bersandar.
f) Pelaksanaan Bongkar Muat

19
g) Pembongkaran PBM dengan surat Perintah Kerjayang sudah diterima
dan persiapan yang sudah dilakukan dengan berdasarkan Stowage Plane
maka melakukan kegiatan pembongkaran.
h) Pemuatan Semua persiapan sudah selesai dan barang sudah berada di
dermaga maka dilakukan pemuatan barang sesuai dengan jenis dan
macam muatan yang disesuaikan juga dengan palka yang akan dimuati.
Demikian kegiatan bongkar muat barang dari dan ke atas kapal selesai.

3.2 Saran
Guna mengantisipasi peningkatan arus barang melalui pengangkutan laut
dewasa ini, maka penulis berusaha memberikan saran-saran sebagai berikut :
a. Resiko untuk timbulnya kerugian dalam kegiatan bongkar muat barang
cukup tinggi, seperti terjadinya kerusakan, berkurang dan hilangnya
barang muatan, maka perusahaan bongkar muat harus mengambil
langkah-langkah intensif untuk mencegah terjadinya kerugian akibat
kegiatan bongkar muat barang, yakni dengan lebih aktif lagi melakukan
rapat intern yang disebut dengan pree arrival meeting (PAM)
sebelum ,melaksanakan kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan.
b. Dalam pelaksanaan tanggung jawabnya mengganti kerugian yang
timbul atas kerusakan, kekurangan dan kehilangan barang muatan saat
proses bongkar muat, maka perusahaan bongkar muat harus
melaksanakan tanggung jawab tersebut sepenuhnya yang sesuai dengan
ketentuanketentuan hukum yang berlaku.

Untuk menjaga kelancaran proses bongkar muat dan mengurangi


hambatahambatan yang timbul selama kegiatan bongkar muat barang di
pelabuhan, maka perusahaan bongkar muat harus menyediakan dan
menambah peralatan bongkar muat serta melakukan pembinaan dan
pelatihan-pelatihan secara intensif terhadap tenaga kerjanya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Lasse. 2015. Manajemen Bisnis Transportasi Laut. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Rifani, Mirade Architania, dkk. 2016. Pelaksanaan Bongkar Muat Barang pada

PT Pelabuhan Indonesia III Cabang Tanjung Intan Cilacap. Diponegoro


Law Review: Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016.

Supply Chain Indonesia. 19 November 2018. Alur Logistik Peti Kemas (Bagian 1

dari 2 Tulisan. http://supplychainindonesia.com/new/alur-logistik-peti-

kemas-bagian-1-dari-2-tulisan/ (diakses pada 16 Oktober 2019)

Suyono, R.P. 2005. Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut.

Jakarta: Victory Jaya Abadi.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 Tentang

Pelayaran.

21

Anda mungkin juga menyukai