Anda di halaman 1dari 13

PENGANTAR EKONOMI INTERNASIONAL

CASE BASED METHOD

Dosen Pengampu: Putu Krisna Adwitya Sanjaya, S.E., M.Si.

Oleh :

KELOMPOK 3

Made Chandra Sintia Dewi Wulandari (2107511056)

I Kadek Surya Ade Wirawan (2107511057)

Agnes Nadia Prasetyana Siba Sabon (2107511073)

Ni Putu Cahaya Putri (2107511075)

PROGRAM STUDI SARJANA EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2022
KASUS I

STUDI KASUS HUBUNGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL DENGAN


TRANSPORTASI

“Peranan Ekspedisi Muatan Kapal Laut Dalam Jasa Transportasi Ekspor Impor Di
Indonesia”

PENDAHULUAN

Era perdagangan bebas mendorong tiap-tiap negara menggali dan mengembangkan potensi
yang dimiliki agar tidak kalah bersaing dengan negara lain. Setiap negara tentunya akan
melakukan upaya agar dapat mendominasi kegiatan perdagangan dunia. Dalam hal ini kesiapan
Indonesia dalam bersaing di era perdagangan bebas haruslah didukung oleh alat dan prasarana
yang memadai, salah satunya adalah alat transportasi. Indonesia merupakan negara kepulauan dan
negara maritim yang wilayah perairannya merupakan bagian terbesar atau sekitar dua pertiga dari
keseluruhan wilayah Indonesia. Selain letak geografis Indonesia yang begitu strategis dengan
berada diantara jalur persilangan perdagangan dunia, Indonesia juga negara yang kaya akan
sumber daya laut, Dengan kemaritimannya yang sangat luas, Indonesia memiliki banyak potensi -
potensi seperti potensi perairannya yang strategis yaitu ALKI atau Alur Laut Kepulauan Indonesia,
potensi sumber daya kelautan dan posisi di jalur laut bisnis internasional. Melihat akan kondisi ini
Indonesia sudah seharusnya mampu bersaing untuk dapat menjadi poros maritim dalam
perdagangan internasional. Dalam hal ini Pelabuhan memiliki peranan yang cukup sentral dalam
mata rantai perdagangan baik perdagangan nasional maupun internasional. Fungsi ganda dari
pelabuhan yaitu sebagai bongkar muat maupun bagi kedatangan dan keberangkatan kapal dan juga
dapat membantu perkembangan industri dalam mendapatkan keuntungan untuk memasuki pasar
pada berbagai daerah tertentu, terutama pada negara yang terdiri atas pulau-pulau. Dalam
perdagangan internasional ini terdapat kegiatan ekspor impor, dengan melakukan ekspor
perusahaan dapat menjangkau konsumennya di berbagai negara, perusahaan juga dapat melakukan
impor dengan begitu perusahaan akan dapat meningkatkan kapasitas dan kualitas produksi. Salah
satu faktor yang menghambat perdagangan internasional adalah transportasi. Keterbatasan dalam
hal transportasi jalur darat membuat perusahaan memilih pengurusan jasa transportasi laut, salah
satu moda dalam jasa transportasi yang digunakan adalah kapal laut yaitu melalui pelabuhan.
Pelabuhan menjadi penghubung antar bongkar muat barang-barang ekspor impor dalam
perdagangan internasional antar negara.

PEMBAHASAN

Indonesia dikenal sebagai negara maritim yang memiliki banyak sekali wilayah
perairan/laut sehingga Indonesia memiliki banyak Pelabuhan dan kapal-kapal yang digunakan
sebagai alat transportasinya. Karena Pelabuhan memiliki peran yang cukup sentral dalam mata
rantai perdagangan baik perdagangan nasional maupun internasional. Fungsi ganda dari
Pelabuhan yaitu sebagai bongkar muat maupun bagi kedatangan dan keberangkatan kapal dan
juga dapat membantu perkembangan industri dalam mendapatkan keuntungan untuk memasuki
pasar pada berbagai daerah tertentu terutama pada negara-negara yang terdiri atas pulau-pulau.
Adanya pelabuhan yang strategis harus didukung dengan kinerja pelabuhan yang yang baik dan
efektif untuk menunjang berjalannya perdagangan internasional. Berdasarkan laman yang kami
kutip dari BPS mengatakan bahwa sistem pengangkutan dengan menggunakan moda transportasi
laut yang sangat penting. Namun Pelabuhan-pelabuhan di Indonesia dianggap kurang efisien
dan tidak dilengkapi atau dikelola dengan baik, hal itu adalah salah satu factor signifikan yang
menyebabkan rendahnya daya saing ekonomi Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
menilai peran pelabuhan di Indonesia belum optimal sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi
nasional dan daerah seiring dengan lemahnya kuantitas dan kualitas pelabuhan. Peneliti ekonomi
dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Latif Adam mengatakan pelabuhan di
Indonesia masih kalah dari sisi kuantitas maupun kualitas dibandingkan dengan negara
kompetitor. Menurut Data yang ada di LIPI mengungkapkan bahwa pada tahun lalu, Indonesia
hanya memiliki 18 pelabuhan samudera dan 52 pelabuhan perikanan padahal panjang pantai
Nusantara mencapai 81.000 Km sehingga rasionya itu satu pelabuhan untuk setiap 1.157 km
panjang pantai. modernisasi yang dilakukan pemerintah terhadap pelabuhan dinilai belum
menyelesaikan persoalan baik masalah infrastruktur maupun sumber daya manusia atau SDM di
pelabuhan. Perlu dijelaskan kepada masyarakat tentang luasnya wilayah Indonesia dan
terbatasnya pelabuhan yang ada. Indonesia memang masih membutuhkan penambahan
pelabuhan-pelabuhan, baik untuk melayani kegiatan di dalam negeri maupun untuk kegiatan
ekspor-impor. Perlu dijelaskan pula mengenai jumlah pelabuhan yang ideal untuk dimiliki
Indonesia agar dapat melayani semua kegiatan serta hambatan yang ada dalam pembangunan
pelabuhan misalnya pembiayaan, di mana anggaran dari APBN belum maksimal, serta pemilihan
lokasi. Pemerintah mungkin tidak dapat membeli semua pelabuhan pembangunan karena
terbatasnya anggaran untuk sektor ini. Untuk mensiasati hambatan tersebut, pemerintah telah
menerapkan sejumlah perubahan dan kebijakan. Misalnya saja menggandeng investor swasta
nasional dan asing untuk membangun sejumlah pelabuhan di Indonesia. Saat ini sejumlah proyek
pembangunan pelabuhan sudah mulai direalisasikan.
Kepulauan Nusantara yang terdiri dari lebih kurang 13.000 pulau maka bisa dimaklumi
bahwa peranan angkatan laut antarpulau mendominasi sarana penghubung antara pulau satu
dengan pulau lainnya. Untuk perdagangan luar negeri, secara spesifik ekspor impor antarnegara
mengalirnya arus barang dan jasa dari satu negara ke negara lainnya, baik dalam hubungan
bilateral maupun multilateral-kelancaran penanganannya sangat ditentukan oleh peranan
perusahaan-perusahaan bongkar muat dari dan ke atas kapal dari masing-masing negara.
Kecepatan, ketepatan, keandalan, profesionalisme, serta pengadaan peralatan berat, seperti
forklift, top loader, suction, crane darat dan laut, erta peralatan lain merupakan tuntutan bagi para
pelaku bongkar muat kapal di pelabuhan mana saja. Hal ini berlaku khususnya bagi para pelaku
bongkar muat kapal di pelabuhan samudra, di mana potensi tersebut dibutuhkan guna
mengimbangi kemajuan sistem dan alat-alat transportasi angkutan laut internasional. Aktivitas
atau volume bongkar muat, yang diharapkan terus meningkat guna menopang kelangsungan
hidup perusahaan-perusahaan bongkar muat, ditentukan oleh frekuensi kedatangan kapal dan
keberangkatan kapal, baik kapal-kapal luar negeri maupun kapal-kapal domestik dan kapal-kapal
pelayaran rakyat serta kapal-kapal khusus. Dengan kata lain, hal itu ditentukan oleh volume
bongkar muat barang ekspor impor pada umumnya. Dewasa ini tidak ada satu negara pun yang
tidak melakukan transaksi perdagangan luar negeri, konkretnya ekspor impor-perdagangan yang
melewati batas-batas wilayah negara; mengalirnya arus barang dan arus jasa dari satu negara
dengan stok barang dan jasa yang melimpah, harga yang murah (abundant factors), ke negara-
negara lain yang stok nasional barang dan jasanya kekurangan, serta dengan harga mahal. Ekspor
impor antarnegara tidak terlepas dari prinsip-prinsip ekonomi pasar, yakni barang dan jasa
mengalir dari wilayah yang harga jualnya mahal. Bagi Indonesia, sektor ekspor impor menjadi
sangat penting dan menjadi sektor penentu bagi keberhasilan laju pembangunan ekonomi di
dalam negeri. Peranannya berkaitan erat dengan posisi Cadangan Devisa Negara (CDN) serta
tersedianya arus barang atau tercukupinya stok barang dan jasa di dalam negeri.
Bagi Indonesia, ekspor barang maupun jasa menjadi salah satu sumber devisa andalan guna
mengisi Cadangan Devisa Negara, selain sumber devisa lain seperti devisa pinjaman dari luar
negeri, devisa hasil investasi di berbagai negara di luar negeri, serta devisa hasil surat-surat
berharga di luar negeri. Itu pun dengan catatan jika para pengusaha swasta yang merealisasikan
transaksi-transaksi tersebut memiliki nasionalisme yang tinggi dan bersedia membawa pulang
devisa hasil transaksi mereka kembali ke Indonesia serta tidak menyimpan hasil-hasil transaksi
tersebut di bank-bank devisa di luar negeri. Peranan impor sangat dominan bagi sektor riel atau
sektor industri di dalam negeri. Fakta empiris di lapangan adalah eksistensi hampir semua pabrik
di Indonesia, dari hulu sampai ke hilir, sangat bergantung pada kelancaran arus barang impor.
Hal ini sudah dibuktikan secara faktual pada waktu terjadi krisis moneter pada 1997 hingga
beberapa tahun kemudian. Saat itu arus barang impor tersendat dan menjadi langka. Hal tersebut
disebabkan bank bank devisa di luar negeri tidak mempercayai Letter Of Credit (L/C) yang
diterbitkan oleh bank-bank devisa Indonesia. Kegiatan perdagangan dengan menggunakan media
transportasi laut merupakan alternatif yang menjanjikan kemajuan perkembangan di bidang
teknologi informasi. Hal ini ditandai dengan semakin berkembangnya teknologi internet.
Fasilitas ini menawarkan peluang untuk memasarkan produk- produk ke seluruh dunia dengan
mudah. Selain itu, konsumen juga dapat dengan mudah memperoleh informasi tentang produk-
produk yang dibutuhkannya. Di sisi lain, kemajuan di bidang transportasi membuat mobilitas
barang dan modal semakin cepat sehingga semakin memperlancar arus perdagangan.
Perdagangan internasional, konkretnya ekspor impor, didefinisikan sebagai perdagangan barang
dan jasa yang melewati batas-batas negara. Timbulnya perdagangan internasional merupakan
akibat ketidakmampuan negara dalam memenuhi keseluruhan. Keterkaitan antara arus barang
ekspor impor dengan berbagai kepentingan dan aspeknya di dalam negeri tidak bisa lepas dari
kehadiran Perusahaan Bongkar Muat yang bertanggung jawab melaksanakan bongkar muat
barang dari dan ke atas kapal di pelabuhan-pelabuhan samudra pada umumnya serta di pelabuhan
domestik lainnya. Dalam melaksanakan tugas bongkar muat dari kapal dan ke atas kapal,
kelancaran bongkar muat arus barang ekspor impor tidak ditentukan oleh kualifikasi/kuantifikasi
perusahaan bongkar muat itu sendiri, namun juga ditentukan oleh berbagai faktor eksternal lain,
seperti peranan Administrator Pelabuhan dalam menentukan lokasi dermaga tambat kapal.

KESIMPULAN

Indonesia dikenal sebagai negara maritim yang memiliki banyak sekali wilayah
perairan/laut sehingga Indonesia memiliki banyak Pelabuhan dan kapal-kapal yang digunakan
sebagai alat transportasinya. Karena Pelabuhan memiliki peran yang cukup sentral dalam mata
rantai perdagangan baik perdagangan nasional maupun internasional. Fungsi ganda dari Pelabuhan
yaitu sebagai bongkar muat maupun bagi kedatangan dan keberangkatan kapal dan juga dapat
membantu perkembangan industri dalam mendapatkan keuntungan untuk memasuki pasar pada
berbagai daerah tertentu terutama pada negara-negara yang terdiri atas pulau-pulau. Menurut Data
yang ada di LIPI mengungkapkan bahwa pada tahun lalu, Indonesia hanya memiliki 18 pelabuhan
samudera dan 52 pelabuhan perikanan padahal panjang pantai Nusantara mencapai 81.000 Km
sehingga rasionya itu satu pelabuhan untuk setiap 1.157 km panjang pantai.

Modernisasi yang dilakukan pemerintah terhadap pelabuhan dinilai belum menyelesaikan


persoalan baik masalah infrastruktur maupun sumber daya manusia atau SDM di pelabuhan.
Perlu dijelaskan kepada masyarakat tentang luasnya wilayah Indonesia dan terbatasnya pelabuhan
yang ada. Perlu dijelaskan pula mengenai jumlah pelabuhan yang ideal untuk dimiliki Indonesia
agar dapat melayani semua kegiatan serta hambatan yang ada dalam pembangunan pelabuhan
misalnya pembiayaan, di mana anggaran dari APBN belum maksimal, serta pemilihan lokasi. Itu
pun dengan catatan jika para pengusaha swasta yang merealisasikan transaksi-transaksi tersebut
memiliki nasionalisme yang tinggi dan bersedia membawa pulang devisa hasil transaksi mereka
kembali ke Indonesia serta tidak menyimpan hasil-hasil transaksi tersebut di bank-bank devisa di
luar negeri. Kegiatan perdagangan dengan menggunakan media transportasi laut merupakan
alternatif yang menjanjikan kemajuan perkembangan di bidang teknologi informasi. Selain
itu, konsumen juga dapat dengan mudah memperoleh informasi tentang produk-produk yang
dibutuhkannya.
DAFTAR PUSTAKA
KASUS II

STUDI KASUS KAITAN ANTARA PERDAGANGAN INTERNASIONAL


DENGAN UPAH TENAGA AHLI

“PERMINTAAN AKAN TENAGA KERJA TERAMPIL”

PENDAHULUAN

Era yang modern seperti ini, tidak heran setiap negara melakukan strategi Industrialisasi
untuk melancarkan pembangunan ekonominya. Selain untuk melancarkan pembangunan ekonomi,
Industrialisasi dianggap sebagai salah satu jalan terbaik untuk mengatasi kemiskinan dan
meningkatkan kemakmuran suatu Negara. Kita ketahui bahwa Negara yang dalam proses
berkembang memerlukan industrialisasi agar Negara tersebut bisa berkembang dan tumbuh secara
cepat, karena di dalam proses industrialisasi akan disertai dengan percepatan kemajuan teknologi,
proses pelatihan sumberdaya manusia yang kemudian nantinya akan dapat meningkatkan
produktivitas. Kegiatan perdagangan tidak dapat dilepaskan dari peran tenaga kerja dalam
menjalankan kegiatan produksi. Tenaga kerja menjadi faktor utama didalam menghasilakn output
produk perusahaan. Melihat hal ini banyak perusahaan-perusahaan yang yang membutuhkan
tenaga kerja yang ahli pada bidangnya. Tenaga kerja yang ahli akan meningkatkan pemasukan
serta kualitas perusahaan dalam melakukan kegiatan perdagangannya. Pada negara berkembang
dengan kendala biaya yang dianggap konstan, perusahaan kecil hanya mempunyai sedikit
pilihanlam menentukan sumber daya yang akan digunakan. Namun demikian, ketika harga buruh
meningkat perusahaan memilih untuk menggunakan teknik labour intensive, dengan alasan
keterbatasan sumber dana. Sebaliknya, apabila terjadi penurunan upah, perusahaan justru memilih
menyewa lebih banyak peralatan modern untuk menghasilkan output dengan biaya yang sama.
Akibatnya, permintaan tenaga kerja semakin sedikit. Pengalaman kerja yang dimiliki ini membuat
tenaga kerja lebih bisa mengefisienkan waktu bekerja karena mereka tahu bagaimana cara bekerja
dengan cepat dengan kualitas kerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan. untuk itulah faktor
pengalaman kerja selalu menjadi tolak ukur untuk bisa diterima bekerja di suatu perusahaan,
karena perusahaan tidak mau buang-buang waktu. Keterlambatan dalam melayani pembeli akan
berakibat menurunnya tingkat penjualan yang akan diraih karena pembeli potensial kita sudah
diambil oleh pesaing kita. Meskipun demikian, keberadaan organisasi buruh, kondisi pasar modal
yang tidak sempurna, serta keterbatasan akses perusahaan kecil ke sumber dana luar negeri
menyebabkan konsep maksimisasi keuntungan global menjadi kurang berarti. Kondisi tersebut
menyebabkan keuntungan semakin besar namun pasar menjadi relatif kurang efisien.

PEMBAHASAN

Pasar tenaga kerja, seperti pasar lainnya dalam perekonomian dikendalikan oleh kekuatan
penawaran dan permintaan, namun pasar tenaga kerja berbeda dari sebagian besar pasar lainnya
karena permintaan tenaga kerja merupakan tenaga kerja turunan (derived demand) dimana
permintaan akan tenaga kerja sangat tergantung dari permintaan akan output yang dihasilkannya.
Dalam suatu proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa, tenaga kerja merupakan salah
satu faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi tersebut. Dengan menelaah hubungan
antara produksi barang-barang dan permintaan tenaga kerja, akan dapat diketahui faktor yang
menentukan upah keseimbangan. Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar
keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas namun jauh lebih serius
dengan penyebab yang berbeda-beda. Pada dasawarsa yang lalu, masalah pokoknya tertumpu pada
kegagalan penciptaan lapangan kerja yang baru pada tingkat yang sebanding dengan laju
pertumbuhan output industri. Seiring dengan berubahnya lingkungan makro ekonomi mayoritas
negara-negara berkembang, angka pengangguran yang meningkat pesat terutama disebabkan oleh
”terbatasnya permintaan” tenaga kerja, yang selanjutnya semakin diciutkan oleh faktor-faktor
eksternal seperti memburuknya kondisi neraca pembayaran, meningkatnya masalah utang luar
negeri dan kebijakan lainnya, yang pada gilirannya telah mengakibatkan kemerosotan
pertumbuhan industri, tingkat upah, dan akhirnya, penyedian lapangan kerja (Todaro,2000:307)
Upah merupakan salah satu alat motivator untuk meningkatkan produktivitas kerja karena upah
merupakan imbalan yang akan diterima seseorang setelah bekerja, makin tinggi upah akan
membuat karyawan meningkat produktivitas kerjanya. Upah yang dimaksud disini adalah balas
jasa yang berupa uang atau jasa lain yang diberikan lembaga atau organisasi perusahaan kepada
pekerjanya. Pemberian upah atau balas jasa ini dimaksudkan untuk menjaga keberadaan karyawan
di perusahaan, menjaga semangat kerja karyawan dan tetap menjaga kelangsungan hidup
perusahaan yang akhirnya akan memberi manfaat kepada masyarakat. Kebijakan upah minimum
merupakan sistem pengupahan yang telah banyak diterapkan di beberapa negara, yang pada
dasarnya bisa dilihat dari dua sisi. Pertama, upah minimum merupakan alat proteksi bagi pekerja
untuk mempertahankan agar nilai upah yang diterima tidak menurun dalam memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari. Kedua, sebagai alat proteksi bagi perusahaan untuk mempertahankan
produktivitas pekerja Studi Waisgrais (2003) menemukan bahwa kebijakan upah minimum
menghasilkan efek positif dalam hal mengurangi kesenjangan upah yang terjadi pasar tenaga kerja.
Studi Askenazy (2003) juga menunjukkan bahwa upah minimum memberikan dampak positif
terhadap pertumbuhan ekonomi melalui akumulasi modal manusia. Implikasi upah minimum
terhadap kesejahteraan akan terwujud dalam perekonomian yang kompetitif.

Fakta menunjukkan bahwa nilai IPM Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan
nilai IPM negara-negara ASEAN lainnya kecuali Laos, Kamboja, dan Myanmar. Saat ini menurut
kami IPM Indonesia merangkak naik, namun peningkatan ini ternyata masih jauh dari tujuan
menyejahterakan masyarakat. Capaian prestasi pembangunan manusia Indonesia sudah tertinggal
jauh dibanding negara-negara tetangga, yaitu di bawah Singapura, Brunei, dan Malaysia yang
sudah masuk pada kategori High Human Developtment, sementara Indonesia masih pada kategori
Medium Human development. Kondisi ini secara langsung juga menunjukkan bahwa tingkat
kesejahteraan masyarakat di Indonesia masih relatif rendah. Menurut kami Kesejahteraan
masyarakat diharapkan akan terwujud apabila pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat akan
menciptakan lapangan kerja sehinggga dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak pada tingkat
upah yang layak. Pasar tenaga kerja, sama halnya dengan pasar-pasar lainnya dalam perekonomian
diatur oleh kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran. Ketidakseimbangan antara permintaan
dan penawaran tenaga kerja akan menentukan tingkat upah tenaga kerja yang ahli juga akan
memiliki nilai upah yang semakin tinggi dilihat dari ketidakseimbangan ini upah tenaga kerja akan
cenderung bernilai tinggi akibat kelangkaan tenaga kerja. Menurut kami nilai tukar suatu barang
ditentukan oleh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang tersebut, yaitu biaya bahan
mentah dan upah buruh yang besarnya hanya untuk bertahan hidup (subsisten) bagi buruh yang
bersangkutan. Upah sebesar ini disebut sebagai upah alami (natural wage). Besarnya tingkat upah
alami ini ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan setempat. Tingkat upah alami naik proporsional
dengan standar hidup masyarakat. Sama halnya dengan harga-harga lainnya, harga tenaga kerja
(upah) ditentukan oleh permintaan dan penawaran, maka dalam kondisi ekuilibrium ,secara teoritis
para pekerja akan menerima upah yang sama besarnya dengan nilai kontribusi mereka dalam
produksi barang dan jasa (Mankiw, 2003:11). Menurut Todaro (2000;327), tingkat upah dalam
bentuk sejumlah uang dalam kenyataannya tidak pernah fleksibel dan cenderung terus-menerus
turun karena lebih sering dan lebih banyak dipengaruhi oleh berbagai macam kekuatan
institusional seperti tekanan serikat dagang atau serikat buruh. Pembayaran kepada tenaga kerja
dapat dibedakan dalam 2 pengertian yaitu gaji dan upah. Gaji dalam pengertian sehari-hari
diartikan sebagai pembayaran kepada pekerja tetap dan tenaga kerja profesional seperti pegawai
pemerintah, dosen, guru, manajer dan akuntan. Pembayaran tersebut biasanya sebulan sekali. Upah
dimaksudkan sebagai pembayaran kepada pekerja kasar yang pekerjaannya selalu berpindah-
pindah, seperti misalnya pekerja pertanian, tukang kayu, buruh kasar dan lain sebagainya. Teori
ekonomi mengartikan upah sebagai pembayaran keatas jasa-jasa fisik maupun mental yang
disediakan oleh tenaga kerja kepada pengusaha, dengan demikian dalam teori ekonomi tidak
dibedakan antara pembayaran kepada pegawai tetap dan pembayaran kepada pegawai tidak tetap.
Didalam implementasinya masalah dalam penetapan upah minimum pada wilayah regional adalah
pada metode perhitungannya. Ada perbedaan nyata dari produktivitas antar sektor. Sektor-sektor
yang menggunakan buruh terdidik umumnya telah membayar upah jauh di atas upah minimum
karena hal ini mencerminkan produktivitas, tetapi banyak sektor lain yang produktivitasnya ada di
bawah upah minimum sehingga kebijakan upah minimum akan memukul sektor ini yang
umumnya sektor padat karya. Secara teoritis, perusahaan hanya akan membayar upah tenaga kerja
sesuai dengan produktivitasnya, artinya tenaga kerja yang produktivitasnya rendah akan menerima
upah yang rendah dan sebaliknya. Pada kenyataannya, upah minimum yang ditetapkan lebih
banyak ditentukan oleh aspek kenaikan tingkat harga dibandingkan dengan kenaikan
produktivitas. Kesejahteraan masyarakat akan tercapai jika tenaga kerja memperoleh upah yang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik kebutuhan yang bersifat ekonomi
maupun kebutuhan yang bersifat non ekonomi dan bukan hanya sekedar dapat memenuhi
kebutuhan layak.

Menurut kami peningkatan daya saing tenaga kerja dan performa akan memahami soft
skills merupakan akumulasi dari proses panjang pembangunan SDM yang terstruktur dan
sistematis. Pertumbuhan tenaga kerja yang kurang diimbangi dengan pertumbuhan lapangan kerja
menyebabkan tingkat pengangguran cenderung meningkat. Pengaruh produktivitas tenaga kerja
terampil sangat mendukung kreativitas dan menambah penghasilan dari produksi. Maka dari itu
menambah angka pertumbuhan ekonomi. Jika penempatan tenaga kerja sesuai dengan bidangnya,
tidak perlu lagi adanya training atau belajar yang bisa mengurangi biaya dalam perusahaan. Tenaga
terampil langsung mengerjakan tugasnya dibidang masing-masing. Penghasilan produksi akan
tepat waktu dan sesuai dengan target yang ditentukan. Tidak ada waktu yang terbuang dan proses
produksi akan berjalan dengan baik. Maka dari itu proses produksi yang baik dan kondusif
membuat hasil yang dikeluarkan maksimal. Maka dari itu hasil yang banyak akan berpengaruh
kedalam perhitungan pertumbuhan ekonomi. Sehingga dalam kegiatan ekonomi internasional
peran tenaga kerja terampil sangat menjadi penentu akan output value yang diperoleh untuk
menambah profit perekonomian negara.

KESIMPULAN

Pasar tenaga kerja, seperti pasar lainnya dalam perekonomian dikendalikan oleh kekuatan
penawaran dan permintaan, namun pasar tenaga kerja berbeda dari sebagian besar pasar lainnya
karena permintaan tenaga kerja merupakan tenaga kerja turunan dimana permintaan akan tenaga
kerja sangat tergantung dari permintaan akan output yang dihasilkannya. Dalam suatu proses
produksi untuk menghasilkan barang dan jasa, tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi
yang digunakan dalam proses produksi tersebut. Dengan menelaah hubungan antara produksi
barang-barang dan permintaan tenaga kerja, akan dapat diketahui faktor yang menentukan upah
keseimbangan. Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau
peluang kerja serta rendahnya produktivitas namun jauh lebih serius dengan penyebab yang
berbeda-beda. Capaian prestasi pembangunan manusia Indonesia sudah tertinggal jauh dibanding
negara-negara tetangga, yaitu di bawah Singapura, Brunei, dan Malaysia yang sudah masuk pada
kategori High Human Developtment, sementara Indonesia masih pada kategori Medium Human
development. Kondisi ini secara langsung juga menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan
masyarakat di Indonesia masih relatif rendah. Kesejahteraan masyarakat diharapkan akan terwujud
apabila pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat akan menciptakan lapangan kerja sehinggga
dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak pada tingkat upah yang layak. Teori ekonomi
mengartikan upah sebagai pembayaran keatas jasa-jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh
tenaga kerja kepada pengusaha, dengan demikian dalam teori ekonomi tidak dibedakan antara
pembayaran kepada pegawai tetap dan pembayaran kepada pegawai tidak tetap. .
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai